• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peninggalan Perang Dunia II di Teluk Youtefa Penyelamatan dan Pelcstariannya Marlin Tolla, Balai Arkeologi Jayapura

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peninggalan Perang Dunia II di Teluk Youtefa Penyelamatan dan Pelcstariannya Marlin Tolla, Balai Arkeologi Jayapura"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Peninggalan Perang Dunia II di Teluk Youtefa

Penyelamatan dan Pelcstariannya

Marlin Tolla, Balai Arkeologi Jayapura

Abstrak

A lot of world II remains was laid on Y outefa bay, a long time ago the the battle between Japan allied was happed here. Now this place is really anxious because the world war II remains are lost into the sea and some part of the battle ship are stole. This problem maybe solve with preservation and conservation because this place is potential to be a tourism place and can give a contribution for the public and real government.

Key word:

World II

remains,

Preservation, tourism place

Pendahuluan

Perang dunia II mempunyai arti tersendiri bagi bangsa Indonesia secara umum dan Papua secara khusus. Perang ini menunjukkan bahwa kekuatan Bclanda yang menjadi penjajah yang begitu kuat mempertahankan Indonesia sebagai negara jajahannya bisa dipatahkan. Kekalahan Belanda dari Jepang dan Amerika kemudian menjadi pembuka j alan bagi tercapainya kemerdekaan Indonesia.

Perluasan daerah jajahan oleh Negara Eropa dan Amerika sering dihubungkan dengan pertumbuhan kapitalisme modem dilatarbelakangi oleh perindustrian yang tumbuh dengan pesat dalam abad ke-XIX dan ke-XX yang membutuhkan bahan-bahan mentah yang mengakibatkan timbulnya dorongan untuk memperluas kekuasaan di luar wilayah negaranya dan menjadikan daerah yang kaya akan hasil burni sebagai daerah j a j a han.

Sebagai salah satu kawasan yang kaya akan hasil bumi, Papua merupakan salah satu daerah tujuan kedatangan bangsa Eropa dan Asia dalam usaha mendapatkan basil alam yang berupa minyak bumi, dan hasil tambang lainnya. Teijadinya ekspansi besar-besaran yang diadakan oleh bangsa-bangsa tcrsebut ke daerah Papua yakni bertujuan antara lain:

Dari segi keletakan, Papua sangat strategis untuk dijadikan sebagai garis pertahanan negara-negara Barat menentang kekuatan komunis memasuki daerah Asia Tenggara.

ingin memperkuat pengaruh di Pasifik dengan cara mempertahankan jajahannya.

(2)

r - - - ---·---·--·-····--··---···---·--·-···---···-·---··-·---·--l Marlin Tolla, Peningga/an Perang Dunia II di Teluk Youtefa Penye/amatan dan Pe/estariannya

bertujuan menjadikan wilayah Irian Barat sebagai tempat penampungan orang-orang Indo-Belanda yang masih ikhlas dipergunakan sebagai alat subversive dan mengorganisir.

dan untuk menguasai hasil bumi Papua (Thamrin,2001:124).

Pertempuran tentara sekutu dan Jepang dalam memperebutkan kota Hollandia (Jayapura) sebagai basis militer meninggalkan scjumlah peninggalan fisik yang berada disekitar Teluk Youtefa dimana pertempuran berlangsung, seperti kapal tank beserta perlengkapan tempur lainnya yang sekarang ini kondisinya begitu memprihatinkan. Secara umum kajian ini menggambarkan kondisi terkini dari peninggalan perang dunia Ke-II di Teluk Youtefa yang dikaitkan dengan usaha penyelamatan dan pelestarian dan hubungannya dengan pihak dan instansi yang bertanggungjawab atasnya.

Sejarah Pertempuran Perang Dunia II di IIollandia (Jayapura)

Sejarah kependudukan Papua pertama-tama dilakukan oleh orang Eropa di daratan pulau Irian yakni ketika kapal (florida) Alvaro de Saavedra Ceron yang diutus oleh Gubemur Spanyol di Tidore ke Mcksiko pada pertengahan tahun kemudian singgah disuatu tempat di pantai utara Pulau Irian (Tiele, 1880) (kapal Florida berangkat pada tanggal 3 Juni 1528). Kemudian kunjungan yang ke-2 dilakukan pada tanggal 20 Juni 1545 di muara Sungai Ambemo, di pantai utara pulau Irian, berlabuh kapal "San Juan" dalam perjalanan ke Meksiko. Kunjungan ke-3 masih dilakukan oleh orang spanyol di bawah pimpinan Ynigo Ortiz de Retes dan sekaligus menamakan Pulau Irian dengan Nueva Guinea (Tharnrin,2001 :72)

Dalam perkembangan selanjutnya Belanda yang pada waktu itu berkuasa di Indonesia harus menyerah kalah kepada kedigdayaan Jepang. Jepang yang saat itu mulai mengadakan ekspansi militemya di Papua dengan sebuah alasan yakni ingin menguasai sumber daya alam burni Papua karena adanya desakan pemenuhan kebutuhan dalam negerinya. Selain itu, invasi ini merupakan salah satu cara untuk mewujudkan ambisi Jepang menjadi salah satu negara adidaya di Asia, dan beberapa tahun kemudian Jepang berhasil mewujudkan ambisi tersebut (Muller,2008:145). Seiring berjalannya waktu kejayaan Jepang di Pasifik tak berlangsung lama, masuknya AS dalam kancah PD II menjadi penyebab berakhirnya kejayaan Jepang. Pada Perang Dunia II yakni pada tahun 1043 tentara sekutu selangkah derni selangkah berkuasa kembali di Irian Barat, dinas pemetaan dari tentara Amerika, yaitu Anny Map Service (A.M.S) membuat potret-potret udara yang pada akhimya terbuatlah seri peta detail dari seluruh Irian Barat dan peta Irian Barat seperti daerah sekitar Kota Baru (sekarang Jayapura), Wakde, Biak, manokwari dan pantai utara daerah Doreri. Di bawah komando Jenderal Douglas MacArthur AS menaklukkan Jepang dan merebut kembali Pasifik, dimulai

(3)

---;-;---;-:--;;;--~

Marlin Tolla, Peninggalan Perang Dunia II di Teluk Youtefa Penye/amatan dan Pe/estariannya

dari wilayah Kepulauan Salomon dan pantai utara New Guinea (Muller,2008: 146).

Pada tanggal 22 April 1944 kumpulan kapal-kapal Arnerika Serikat yang begitu banyaknya mendekati pantai daerah Hollandia. Dengan dilindungi oleh kapal-kapal perang, kapal-kapal pemburu torpedo kapal-kapal induk beserta kira-kira 800 pesawat terbang, kesatuan tentara sekutu mengadakan pendaratan dilakukan divisi ke-24, ke-32 dan ke-41 dari Sixth Army Arnerika Serikat yang berada di bawah pimpinan Jenderal Douglas McArthur (Muller,2008: 152). Perang

yang dimulai pada musim semi 1944 ini menjadikan New Guinea menjadi pusat

perhatian dunia.Setelah berhasil menghabisi pasukan Jepang di wilayah pesisir barat laut Papua, MacArthur mempersiapkan strategi lainnya yakni untuk mendirikan pangkalan militer di Hollandia (Jayapura) yang direncanakan berada di dalam teritori musuh dan dari sanalah strategi penyerangan musuh akan dipusatkan. Pada saat itu Hollandia merupakan pangkalan utama rniliter Jepang (Muller,2008: 149).

Perkembangan Kota Hollandia (Jayapura) dalam Perang Dunia ke-II sangat pesat, apalagi Hollandia dan sekitamya kemudian ditata kembali menurut kebutuhan tentara sekutu dengan mengandalkan pekerja intinya "Batalyon

Pembangunan" (Contruction Batalyon) yang disingkat dengan sebutan "See Bees". See Bees mendemonstrasikan cara bekerja yang mengagumkan dengan peralatan mekanis, berbeda sekali dengan cara Jepang yang hanya mengandalkan kerja paksa penduduk dengan tenaga Romusha. Dengan meledakkan kaki - kaki pegunungan dengan dinarnit, disusul dengan pendobrakan menggunakan bulldozer, berbagai ukuran jalan dapat diselesaikan dengan cepat, sehingga tentara sekutu yang di

Hollandia - Sentani - Ifar-Depapre dan sebagainya dapat berkomunikasi dengan cepat. Jalan induk banyak cabang-cabangnya: ke Teluk Youtefa, Kamp Wolker, Kamp 7 Fleet Abepantai, Sky Line, Hamadi dan perkampungan lain. Pertempuran di Hollandia (Jayapura) dimulai pada saat 1200 armada angkatan udara AS mengadakan penyerangan terhadap armada udara Jepang di Sentani dan menghancurkan lebih dari 300 pesawat tempur Jepang. Penyerangan tersebut hanya menyisakan 25 pesawat tempur yang bisa dioperasikan oleh Jepang. Sesudah penyerangan ini terjadi pendaratan pasukan Sekutu yang merupakan operasi terbesar di Pasifik pada saat itu meluncurkan 217 Kapal perang beserta 80.000

awaknya, dengan didahului oleh pendaratan 50.000 orang yang tergabung dalam pasukan tempur. Meskipun pendaratan Sekutu ini bisa dikatakan dalam situasi yang sangat kacau balau di tengah-tengah hantaman hujan deras, gelombang, serta medan

yang sulit, akhimya membuat J epang menyerah. Di sekitar Pantai Hollandia

(sekarang Teluk Youtefa) berhasil direbut sekutu pada tanggal 22 April 1944.

Hollandia kemudian menjadi salah satu markas rniliter terhebat selama berlangsungnya PD II dan sebagian besar komando untuk wilayah Pasifik barat daya dioperasikan dari sana, khususnya selama musim panas (pertengahan) tahun

1944 (Muller,2008: 152).

(4)

Marlin Tolla, Peninggalan Perang Dunia II di Teluk Youte}a Penyelamatan dan Pelestariannya

Peninggalan Perang Dunia II Di Teluk Youtefa Teluk Youtefa berada di

Distrik J ayapura Selatan, bagian utara

berbatasan dengan samudra pasifik

dan bagian barat berbatasan dengan

Negara Papua New Guinea.

Foto.l Teluk Youtefa berbatasan dengan Samudra Pasifik Dok. Marlin Tolla ,2009.

Foto. 2

Teluk Youtefa berbatasan dengan Negara Papua

New Guinea

Dok. Marlin Tolla,2009

Bekas-bekas peninggalan Perang dunia II di Teluk Youtefa saat ini sangat

memprihatinkan. Jika dari data sejarah mengatakan bahwa disekitar teluk youtefa

terjadi peperangan yang begitu dasyat baik dari laut maupun dari udara yang

dilancarkan oleh pasukan Sekutu dan Jepang yang pada akhimya di menangkan

oleh tentara sekutu (Muller,2008:148), maka bisa diperkirakan kapal serta pesawat

udara begitu ramai memenuhi Teluk Youtefa saat itu yang bekas-bekasnya dapat

(5)

Marlin Tolla, Peninggalan Perang Dunia II di Teluk Youtefa Penyelamatan dan Pelestariannya

Foto. 3

Sisa Peninggalan Perang Duma ke-2 di Teluk

Youtefa

Dok. Marlin Tolla, 2009

Dari data sejarah yang ada serta informasi dari masyarakat setempat

menyatakan bahwa peninggalan perang dunia ke-2 begitu banyak terhampar di sepanjang teluk youtefa namun oleh karena desakan ekonorni maka mulai tahun 2002 sampai sekarang masyarakat kemudian mempreteli setiap komponen yang terdiri dari kapal serta perlengkapan perang lainnya untuk dijual ke penimbang besi

di pasar youtefa yang mengakibatkan sedikit derni sedikit peninggalan perang dunia

II di sepanjang Teluk Youtefa musnah (Suroto, 2008) selain itu kondisi teluk yang

bersambungan langsung dengan laut pasifik membawa arus yang eukup kuat

sehingga menenggelarnkan setiap bagian peninggalan tersebut.

Dengan adanya kondisi tersebut maka dipandang dari segi arkeologisnya,

tinggalan perang dunia II merupakan salah satu situs eagar budaya yang perlu dipertahankan diselamatkan dan dilestarikan keberadaannya.

Penyelamatan dan Pelestarian Kawasan Teluk Youtefa

Terabaikannya peninggalan yang ada di sepanjang kawasan Teluk Youtefa

adalah akibat dari belum terciptanya sebuah wadah komunikasi yang menampung

kepentingan setiap komponen didalarnnya sehingga dalam pelaksanaannya setiap program yang dilaksanakan selama ini terkesan berjalan sendiri-sendiri. Memang benar, payung hukum mengenai benda eagar budaya yang terangkum dalam UU No. 5 tahun 1992 merupakan salah satu tindakan Pemerintah dalam melindungi keberadaan setiap peninggalan budaya yang ada namun belum seluruhnya tersosialisasi ke masyarakat. Contoh kecil papan informasi situs yang didalamnya dilengkapi dengan keterangan Undang-undang beserta sanksinya hanya terlihat pada situs-situs yang dianggap merniliki keunikan tersendiri, padahal sebenamya masing-masing situs merniliki nilai yang penting untuk dikelola, baik untuk

(6)

Marlin Tolla, Pe~inggalan Perang Dunia II di Teluk Youtefa Penyelamatan dan Pelestariannya

kepentingan Ilmu pengetahuan maupun dikelola untuk pengembangan wisata ekonomi. Selain itu kurang mengertinya masyarakat akan peninggalan benda eagar budaya yang ada disekitar mereka yang berakhir pada pengrusakan dan peneurian, pada akhimya mengakibatkan pihak masyakat selalu dijadikan

"kambing hitam" dalam setiap permasalahan. Padahal penyelamatan serta pelestarian benda eagar budaya adalah tanggung jawab bersama bukan hanya pihak masyarakat saja yang dituntut peranannya namun juga dari setiap elemen serta perangkat hukum yang dijadikan patokan dalam pelaksanaannya haruslah betjalan

beriringan.

Untuk mendampingi peraturan pemerintah yang termuat dalam UU No.5

thn 1992 yang sampai sekarang masih dalam proses petjuangan untuk direvisi maka

juga diperlukan peraturan pemerintah daerah sebagai kelengkapannya. Dari

informasi yang ada hanya ada beberapa daerah yang ada di Indonesia yang merniliki PERDA menyangkut benda eagar budaya dan kebanyakan ada di daerah-daerah di pulau Jawa. Jika hal ini benar maka bisa dibayangkan bagaimana nasib benda eagar budaya yang ada didaerah-daerah terpencil seperti halnya di Papua. Tak dapat disangkal bahwa Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah belum memperlihatkan gaungnya dalam penanganan sumberdaya arkeologi di setiap daerah khususnya di Papua. Hal inilah yang menjadi peketjaan rumah bagi setiap pihak untuk mengambil bagian dalam usaha penyelamatan dan pelestarian setiap situs eagar budaya. Dalam usaha mensosialisasikan benda eagar budaya pada masyarakat maka diperlukan kerjasama antara pihak yang berkepentingan didalarnnya seperti, arkeolog, pemerhati budaya, dan pihak-pihak swasta yang akan menjadi pelopor pengembangan wisatanya jika berpeluang untuk itu. Kurangnya sosialisasi ke

masyarakat akan pentingnya benda peninggalan arkeologi mengakibatkan tetjadinya

pengrusakan dimana-mana. Sosialisasi yang dilakukan pada masyarakat dapat dilakukan oleh setiap stakeholder dengan memaknai dan sekaligus menggunakan perangkat infom1asi yang berkembang di masyarakat saat ini seperti media

publikasi digital yakni jaringan (website), media audio-visual dalam bentuk

CD/DVD, media elektronik (TV dan radio), media eetak (koran dan majalah), buku

ilrniah, pameran, sarasehan dan media lainnya yang bisa digunakan untuk

memperkenalkan serta memberikan pemahaman akan arti pentingnya benda eagar budaya. Dengan langkah seperti ini maka diharapkan masyarakat akan mengenal, meneintai serta memelihara sehingga pengrusakan yang terj adi seperti di kawasan

teluk youtefa bahkan pada situs lainnya sedikit derni sedikit diredam.

Untuk kasus tenggelamnya bangkai kapal, pesawat serta peralatan perang dunia II disepanjang teluk ini kedalam laut maka untuk pihak balai Arkeologi perlu mernikirkan pengadaan klub selam dengan memberdayakan para peneliti dan staf kantor beketjasama dengan klub selam yang ada di Papua dan membekali mereka dengan kemampuan underwater archaeology mengingat daerah Papua secara umum kaya akan peninggalan arkeologi bawah laut seperti yang ada di sepanjang kawasan teluk youtefa ini dan juga untuk kabupaten lainnya di Papua.

(7)

Memaknai akan pesatnya pembangunan di setiap sektor pada masa ini, maka sektor pariwisata juga dituntut memberikan kontribusinya dalain pembangunan. Dalam kasus ini maka peninggalan perang dunia II di teluk youtefa sekiranya dapat dikembangkan sebagai objek wisata sejarah dan objek wisata alam. Sebagai objek wisata sejarah, peninggalan perang dunia II di Teluk Youtefa berpotensi untuk dikembangkan karena kawasan ini merniliki nilai historis yang tinggi. Pengembangan ke arah wisata sejarah juga dimaksudkan untuk menjawab lesunya kunjungan wisatawan asing ke Papua khususnya kota Jayapura akhir-akhir ini (Cendrawasih Pos, 2008).

Fenomena ini dapat diukur dari kunjungan wisatawan asing yang hadir pada saat Festival Danau Sentani Juni 2009 yang merupakan salah satu event terbesar di Papua dan juga telah terdaftar dalam kalender event pariwisata di Indonesia. Pada sa at pelaksanaannya kehadiran wisatawan bisa dihitung dengan jari sehingga tidak ada salahnya apabila hal ini menjadi salah satu bahan intropeksi tersendiri bagi pemerintah daerah, pemerhati budaya dan masyarakat pada khususnya untuk bersama-sama mernikirkan permasalahan itu. Selain karena kemungkinan diakibatkan oleh kurang kondusifnya keadaan politik di Papua juga karena adanya kejemuan wisatawan atas objek-objek yang kurang dikemas dengan baik oleh pemerintah daerah dan masyarakat secara umum. Untuk itu tinggalan perang dunia di kawasan Teluk Youtefa memberikan peluang untuk dikembangkan kearah itu, seperti dengan pendirian museum terapung yang dipadukan dengan penyediaan jasa diving bagi wisatawan yang ingin mengetahui langsung sejarah nenek moyang mereka atas tanah jajahannya serta melihat tinggalan pesawat serta kapal yang ada di dasar laut.

Untuk melengkapi pengembangan wisata sejarah pada kawasan Teluk Youtefa maka pengembangan wisata alam juga perlu dipikirkan. Kawasan Teluk Youtefa adalah salah satu kawasan yang terindah di Kota Jayapura, letaknya yang begitu strategis yakni berada pada sisi jalan menuju Kota Jayapura, menyuguhkan pemandangan yang begitu indah ke arah laut pasifik yang terbentang luas, serta pulau-pulau kecil yang berada sekitamya.

Pada saat ini atas inisiatif sendiri masyarakat setempat menj adikan tempat ini sebagai tempat yang layak 'di jual" oleh karena pemandangan alamnya dengan mendirikan warung-warung penjualan kelapa muda. Hal inilah yang juga harus di pikirkan oleh pemerintah setempat untuk mengemas tempat ini dalam bingkai situs eagar budaya sebagai salah satu solusi untuk menunjang perekonornian masyarakat yang tentu saja melibatkan pemerintah, masyarakat setempat dan pihak pengembang.

(8)

Marlin Tolla, Peninggalan Perang Dunia II di Teluk Youtefa Penyelamatan dan Pelestariannya

Penutup

Peninggalan perang dunia II di sepanjang Teluk Youtefa adalah salah satu

situs yang harus segera ditangani, minimal menyelamatkan benda peninggalan yang

masih bisa diselamatkan. Untuk itu perlu kiranya dilakukan pendokumentasian dan

penginventarisasian data yang ada mengenai latarbelakang sejarah dan maknanya

agi masyarakat serta sesegera mungkin meregistrasi situs ini dan juga situs lain

yacg belum sempat teregistrasi untuk dijadikan situs eagar budaya, yang dalam

. elaksanaannya melibatkan kerjasama antara Pemerintah pusat berkoordinasi

cengan Pemerintah daerah dalam perundangan dan melibatkan arkeolog dan

. emeri:lati budaya serta memaksimalkan kegiatan publikasi dengan memanfaatkan

cra!lgkzt informasi yang ada. Jika melihat kondisi yang ada memang permasalahan

· : sangatlah berat, menimbulkan kesadaran serta menyatukan tekad dan

epe : · gan setiap pihak adalah sebuah proses yang begitu melelahkan, namun 'embali disadari bahwa sumberdaya budaya arkeologi merniliki sifat tidak

er" aharui, merniliki sifat yang unik dan khas,memiliki nilai sej arah yang tinggi ya::1g dapat dimanfaatkan dalam bidang ideologi,akadernis,ekonorni sehingga

ah sebuah hal yang berat apabila mulai sekarang setiap pihak bahu-membahu

:::1e jadikan masalah ini sebagai masalah bersama kemudian menyatukan setiap

pe. ep i yang berbeda dan menyatukan langkah untuk membenahi setiap

. ennasalahan yang berkaitan dengan benda eagar budaya di setiap daerah

(9)

Marlin Tolla, Peninggalan Perang Dunia II di Telu Youtefa Penyelamatan dan Pe/estariannya

Daftar Pustaka

Thamrin, H Tannidzy. 2001. Boven Digoel, Lambang Perlawanan Terhadap

Kolonialisme. Surabaya: CISCOM, 2001.

Muller, Kall, 2008. Mengenal Papua. Daisy World Books.

Sedyawati, Edi. 1996. "Pembagian Peranan dalam Pengelolaan Sumberdaya

Budaya" dalam Manfaat Sumberdaya Arkeologi untuk Memperkokoh

Integrasi Bangsa (Sutaba ed.). Denpasar: Upada Sastra.

Suantika, I Wayan, 2009. "Sumberdaya Arkeologi dan Manfaatnya Bagi

Pembangunan Bangsa", makalah dalam Seminar Semarak Arkeologi,

Jayapura, 3-6 Juni 2009.

Suroto, Hari. 2008. "Peninggalan Perang Pasifik Musnah Jadi Besi Tua" dalam

www.indosmarin.com diakses 3 Mei 2009.

Referensi

Dokumen terkait

Induk betina Bayu menyumbang 13 populasi, Lamuru 1l populasi, Toray, Bisma dan Sukmaraga masing-masing menyumbang 9 populasi, dan Srikandi Kuning menyumbang 6 populasi

 Permintaan bahasa data mining dan ad hoc data mining / Data mining query languages and ad hoc data mining− Data mining Query language yang memungkinkan pengguna untuk menggambarkan

Kesamaan posisi antara kejadian hujan yang teridentifikasi dari citra MTSAT 2R dengan kejadian hujan hasil pengukuran stasiun hujan dapat digunakan untuk mengetahui jenis

Banyak perpustakaan memiliki akun media sosial dan banyak juga yang telah memposting informasi secara rutin, namun apakah posting-an tersebut dibaca atau mendapat respon

Karakteristik jenis endapan yang terbentuk di lingkungan pengendapan di daerah muara Sungai Bogowonto dan sekitarnya merupakan hasil dari proses geomorfologi fluvial, angin

The aim of the paper is to describe the natural and cultural resources of Boti community for tourism development in Boti Village in Timor Island, Indonesia.. MATERIAL

MENYELESAIKAN PERMASALAHAN KONTEKSTUAL DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 LEUWIMUNDING KABUPATEN MAJALENGKA. Cirebon: Fakultas Tarbiyah, Tadris Matematika, Institut Agama Islam

This study describes translation techniques, shifts and readability in translating bilingual children's story book. The purposes of this study are 1) to identifo the kinds