• Tidak ada hasil yang ditemukan

S PKN 1001344 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S PKN 1001344 Chapter1"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh bagi kemajuan suatu

bangsa. Kualitas pendidikan yang baik diharapkan mampu mencetak generasi

penerus yang berkualitas pula. Kualitas pendidikan ditentukan oleh bagaimana

peran guru dalam mendidik siswanya. Perbaikan dalam bidang pendidikan

merupakan pekerjaan yang sangat penting. Masalah-masalah dalam dunia

pendidikan sekarang ini merupakan tanggung jawab semua pihak terkait untuk

selalu bekerja sama mengatasinya. Keberhasilan atau kegagalan suatu pendidikan

dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berhubungan satu dengan yang

lainnya.

Pertanyaan yang mungkin muncul adalah mengapa guru harus menjadi

teladan bagi siswa dan masyarakat. Mengapa guru harus menjadi teladan bagi

siswa dan masyarakat karena merupakan faktor penting dalam proses membangun

pendidikan yang berkualitas. Untuk itu seorang guru harus memiliki kerpribadian

yang baik agar menjadi sosok inspiratif bagi siswa. Guru merupakan tokoh

penting yang mempengaruhi keberhasilan dalam dunia pendidikan. Tidak dapat

dipungkiri juga faktor lain yang mempengaruhi kualitas pendidikan disekolah

yaitu sikap disiplin yang diterapkan oleh siswa-siswa dan gurunya. Maka dari itu

proses penegakan dan pembinaan kedisiplinan disekolah harus selalu diutamakan.

Sosok guru yang inspiratif sangat dibutuhkan dalam proses transfer ilmu

pengetahuan dan pembinaan kepribadian siswa agar memiliki akhlak mulia. Sosok

inspiratif yang ditunjukan melalui sikap teladan dalam membina karakter siswa

menjadi warga negara yang baik.

Menurut Rochman dan Gunawan (2011, hlm. 52) jawabannya yaitu:

(2)

baik sifatnya yang negatif maupun yang positif artinya jika kepribadian yang ditampilkan guru sesuai dengan norma dan etika segala tutur sapa, sikap dan prilakunya, maka siswa akan termotivasi untuk belajar dengan baik, bukan hanya materi pelajaran sekolah tapi juga persoalan kehidupan yang sesungguhnya.

Harus diakui bahwa “guru merupakan faktor utama dalam proses

pendidikan. Walaupun fasilitas pendidikannya lengkap dan canggih. Namun, bila

tidak ditunjang oleh keberadaan guru yang berkualitas, maka mustahil akan

menimbulkan proses belajar mengajar yang maksimal” (Nurdin, 2008, hlm. 49).

Dari pernyataan diatas jelas menunjukan bahwa peran guru sangat vital dalam

proses pendidikan. Kemajuan teknologi tidak turut serta menumpulkan kinerja

guru. Guru selalu memegang peranan penting dalam dunia pendidikan. Jika

dibaratkan guru itu adalah sutradara dalam mengelola kelas untuk mengarahkan

siswa bagaimana memainkan perannya yang baik sebagai siswa.

M. Surya dalam Nurdin (2008, hlm. 163) mengatakan bahwa:

Siswa bisa saja mengidamkan gurunya memiliki sifat yang ideal sebagai sumber keteladanan, bersikap ramah dan penuh kasih sayang, penyabar, menguasai materi yang diajarkan, dan mampu mengajar dengan suasana yang menyenangkan. Itulah sebabnya lembaga pendidikan yang berhasil, tidak hanya berasal dari gurunya yang berkualitas secara intelektual, akan tetapi juga ditopang oleh kepribadian yang anggun secara moral dan intelektual.

Pendapat M. Surya diatas jelas memberikan gambaran bahwa pada

umumnya siswa berharap gurunya memiliki sikap yang ideal. Guru yang memiliki

sikap ideal adalah guru yang bersikap ramah, penuh kasih sayang, penyabar dan

mampu mengajar dengan suasana yang menyenangkan. Guru yang berkualitas

tidak hanya cerdas akal saja namun ditopang dengan kepribadian yang dapat

memberikan pesona kepada siswa untuk mencontohnya.

Mulyasa (2005, hlm. 46) berpendapat bahwa “menjadi teladan merupakan

sifat dasar kegiatan pembelajaran, dan ketika seorang guru tidak mau menerima

ataupun mengunakannya secara konstruktif maka telah mengurangi keefektifkan

(3)

dijadikan beban yang memberatkan sehingga dengan keterampilan dan

kerendahan hati akan memperkaya arti pembelajaran. Siswa pun akan menaruh

hormat dengan penuh ketulusan dalam menyambut segala perilaku yang

diperlihatkan oleh seorang guru. Dan akan merasa kehilangan ketika sang

pendidik tidak ada disekitar mereka.

Keteladanan dalam diri seseorang akan berpengaruh terhadap

lingkungannya. Demikian pula dengan keteladanan yang ditunjukan oleh guru

akan memberikan dampak positif bagi siswanya. Karena guru sebagaimana makna

filosofisnya yang terkandung dari kata guru yaitu “digugu” dan “ditiru”. Digugu

bermakna senantiasa ditiru oleh siswanya. Ditiru bermakna bahwa perilaku yang

ditampilkan guru akan diikuti oleh siswanya. Ada juga pepatah yang mengatakan

bahwa “guru kencing berdiri murid kencing berlari”. Ungkapan tersebut dapat dimaknai bahwa apa yang dilakukan oleh guru akan ditiru oleh siswanya.

Menurut Rochman dan Gunawan (2011, hlm. 50) bahwa:

Guru merupakan teladan bagi peserta didik, bahkan semua orang menganggapnya sebagai guru akan meneladaninya. Guru professional memiliki kepribadian baik yang menjadi teladan dalam segala bentuk tingkah laku dan ucapannya. Hidupnya menjadi percontohan yang akan

membawa peserta didik ke jalan yang benar”.

Peran guru harus mampu menjadi suri teladan bagi siswa dan berpegang

teguh pada peraturan, profesi guru merupakan pekerjaan yang mulia yang

menuntut dedikasi yang tinggi. Guru harus memiliki kepribadian yang mampu

diteladani oleh siswanya.

Mengutip pernyataan yang dilontarkan oleh Imam Ghazali dalam Musbikin

(2010, hlm. 17) bahwa:

Seorang yang berilmu dan bekerja dengan ilmunya itu, dialah yang dinamakan orang besar dibawah kolong langit ini. Ia bagai matahari yang memberi cahaya orang lain, sedangkan ia sendiri pun bercahaya, ibarat minyak kasturi yang baunya dinikmati orang lain, ia sendiripun harum.

Penjelasan diatas menunjukan bahwa profesi guru bukan hanya teladan bagi

(4)

memberikan cahaya kepada orang-orang disekitarnya. Cahaya yang terpancar dari

pribadi seorang guru adalah akhlak mulia, kearifan dan terpuji. Tidak terkecuali

guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) harus memberikan teladan yang baik

bagi siswa. Karena dalam pembelajaran PKn diajarkan mengenai pendidikan

karakter yang didalam nya terdapat nilai-moral, disiplin, kemandirian untuk

menjadi bekal menjadi warga negara yang baik. Tujuan pendidikan

kewarganegaraan (PKn) pada dasarnya adalah menjadikan warga negara

Indonesia yang cerdas, bermartabat dan aktif dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara.

Somantri dalam Ubaedilah dan Rozak (2010, hlm. 15) mengatakan bahwa:

Pendidikan Kewarganegaraan ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut: (a) Civic education adalah kegiatan yang meliputi seluruh program sekolah; (b) Civic education meliputi berbagai macam kegiatan mengajar yang dapat menumbuhkan hidup dan perilaku yang lebih baik dalam masyarakat demokratis dan (c) dalam Civic education termasuk pula hal-hal yang menyangkut pengalaman, kepentingan masyarakat, pribadi, dan syarat-syarat objektif untuk hidup bernegara. Dengan kata lain dapat kita simpulkan bahwa Pendidikan kewarganegaraan (civic education) berusaha menggabungkan unsur-unsur dari komponen-komponen pendidikan kewarganegaraan (civic education) diatas melalui strategi pembelajaran yang demokratis, interaktif serta humanis dalam lingkungan yang demokratis.

Pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa tugas guru Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) bertujuan menumbuhkan perilaku siswa agar lebih baik

dan demokratis, bukan hanya di sekolah tetapi juga dalam kehidupan di

masyarakat. Karena Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) bertujuan agar siswa

tidak hanya cerdas secara teoritis semata namun disertaidengan tindakan nyata

dengan mengaplikasikan sikap dan prilaku yang baik di sekolah dan di

masyarakat. Maka dari itu guru PKn harus memberikan contoh terlebih dahulu

kepada siswa. Lebih dari apapun sosok atau figur yang baik akan dicontoh dan

dijadikan panutan bahkan dijadikan sebagai idolanya. Guru PKn juga harus

mampu menyelesaikan masalah-masalah pendidikan yang terjadi salah satunya

(5)

Disiplin sangat penting bagi kehidupan dan perilaku siswa. Disiplin adalah

kunci awal kesuksesan siswa dalam menyelesaikan studinya. Dalam buku

pengantar disiplin nasional (1995, hlm. 15) bahwa:

Dalam membentuk disiplin ada pihak yang memiliki kekuasaan lebih besar yaitu guru, sehingga mempengaruhi pihak lain (siswa) kearah tingkah laku yang diinginkannya. Sebaliknya pihak lainnya memiliki ketergantungan pada pihak yang memiliki kekuasaan (guru), sehingga pihak lainnya (siswa) bisa menerima apa yang diajarkan kepadanya. Hal ini berarti bahwa karakteristik penting dari situasi pembentukan disiplin adalah kehadiran

gejala “kekuasaan-ketergantungan”.

Pemaparan diatas dapat dipahami bahwa dalam membetuk disiplin guru

sebagai pihak yang memiliki kekuasaan yang lebih besar dapat mempengaruhi

siswa kearah tingkah laku yang diinginkannya. Karena siswa memiliki

ketergantungan kepada guru sehingga siswa bisa menerima apa yang diajarkan

kepadanya.

Menurut Danim (2011, hlm. 137) mengemukakan bahwa:

Disiplin diri atau self-discipline adalah kemampuan memosisikan diri sendiri untuk mengambil tindakan tanpa menghiraukan suasana emosional (ability to get yourself to take action regardless of your emotional state). Disiplin diri adalah kompanyon energi diri untuk mewujudkan kehendak. (Self-discipline is the companion of will power). Disiplin diri adalah kontrol diri dan konsistensi diri. Disiplin diri adalah realisasi diri dan indenpendensi. (self-discipline is self-control and self-restraint. Self discipline is self reliance and independence).

Penjelasan diatas bermakna bahwa perilaku disiplin juga dapat tumbuh

karena adanya kesadaran dalam diri. Disiplin timbul karena diri mampu

memosisikan tindakan tanpa menghiraukan suasana emosional. Disiplin diri juga

akan membentuk kumpulan-kumpulan energi yang membentuk semangat dalam

mewujudkan kehendak. Disiplin diri juga mampu mengontrol diri dalam bertindak

dan bersikap serta menjalankanya dengan konsisten. Maka dari itu siswa harus

memiliki kesadaran diri dalam menjalankan disiplin. Siswa yang berdisiplin diri

(6)

dalam mewujudkan kehendak dan akan bersikap konsisten dalam

menjalankannya.

Kenyataan dilapangan ditemukan masih banyak siswa yang tidak peduli

dengan pelaksanaan disiplin disekolah. Tingkat kedisiplinan siswa umumnya

masih tergolong memprihatinkan. Pelanggaran disiplin yang terjadi diantaranya,

siswa tidak mengenakan atribut sekolah lengkap, terlambat datang kesekolah,

tidak mengumpulkan tugas pada waktunya dan lain-lain. Bahkan banyak perilaku

negatif yang dilakukan oleh para siswa, bahkan melampaui batas wajar. Karena

telah menjurus pada tindak melawan hukum, melanggar tata tertib, melanggar

moral agama, kriminal, dan telah membawa akibat yang sangat merugikan bagi

masyarakat.

Pelanggaran yang dilakukan siswa yang semakin bertambah dari waktu ke

waktu akan berpengaruh negatif terhadap penegakan disiplin di sekolah dan dapat

berpengaruh negatif juga terhadap kondisi disiplin di masyarakat. Globalisasi dan

kemajuan teknologi yang saat ini berkembang dituduh sebagai salah satu

penyebab berubahnya pola pikir generasi muda. Di era global adanya perubahan

paradigma yang mengarah pada pembentukan perilaku meniru. Perilaku meniru

siswa sebagai generasi muda yang rentan terpengaruh menyebabkan siswa lebih

memosisikan informasi dan kemajuan teknologi sebagai tuntunan perilakunya.

Sehingga tidak bisa dipungkiri akan mempengaruhi karakter siswa khususnya

dalam hal kedisiplinannya.

Guru harus mempunyai strategi khusus dalam membina kedisiplinan siswa,

Menurut Mulyasa (2005, hlm. 25)

(7)

Kesimpulannya, guru harus mampu mengkoreksi diri sehingga penegakan

disiplin akan terbina dengan baik. Maka dari itu jangan menjadi guru yang hanya

ditakuti siswa akan tetapi mampu disegani, dihormati dan dibutuhkan oleh

siswanya. Guru harus mampu memosisikan diri dengan mengontrol emosi dan

tidak memperlihatkan kemarahan berlebihan. Selain itu guru juga tidak boleh

pasif. Guru harus mampu berinteraksi dengan siswa sehingga tidak menghambat

proses pembelajaran. Sejalan dengan itu Naim (2009, hlm. 167) mengemukakan

bahwa “demikian halnya dalam pembelajaran, guru akan menghadapi

situasi-situasi yang menuntut mereka harus melakukan tindakan disiplin kepada

siswanya”. Dalam kerangka penegakan disiplin, selain memberikan contoh secara

nyata kepada murid, guru dapat memasukan teladan, memotivasi, dorongan, dan

makna penting disiplin kepada siswanya.

Hubungan antara siswa dengan guru yang ditentukan oleh perlakuan guru

terhadap siswa, oleh siswa terhadap guru tertentu, oleh stereotip budaya dari guru

sebagai kelompok, dan teknik kedisiplinan yang digunakan akan mempengaruhi

siswa terhadap mata pelajaran. Disiplin melibatkan respon guru terhadap

perilaku-perilaku siswa yang tidak baik, seperti berbicara tidak senonoh, meninggalkan

kelas tanpa izin, mengucapkan kata-kata yang tidak bersahabat dan sarkastis, atau

yang lebih parah yaitu berkelahi dan tawuran (Sarbaini, 2012, hlm. 2).

Jannah dkk. (2012, hlm. 26-27) memaparkan bahwa, salah satu strategi

untuk mendisiplinkan siswa adalah dengan cara berpakaian rapi, bertutur kata

dengan sopan dan pantas, menegur siswa dengan kata-kata yang halus dan bijak,

memberi motivasi kepada siswa. Karena guru dalam menerpakan karakter disiplin

juga berperan sebagai pemelihara disiplin. Guru selalu memberikan contoh yang

baik terhadap siswa. Setiap siswa yang mendapat tindakan dari guru karena

pelanggaran yang dilakukannya, siswa tersebut berusaha berhati-hati lagi dalam

bersikap dan berprilaku. Disiplin banyak memberikan manfaat bagi yang

melaksanakannya. Kemudian, bahwa salah satu manfaat disiplin tersebut adalah

(8)

kedisiplinan siswa disekolah adalah dengan bekerja sama dengan guru-guru dan

staf sekolah serta orang tua siswa untuk senantiasa mengarahkan anak didiknya

pada hal positif.

SMK Pasundan 1 Bandung merupakan sekolah menengah kejuruan yang

sudah bersertifikat ISO, yang harus mumpuni dalam segi administrasi, sarana dan

prasarana serta pembinaan siswa-siswinya disekolah. Dalam tahap pra penelitian

murid-murid di SMK Pasundan 1 Bandung 90% adalah perempuan karena

kompetensi keahlian disekolah ini adalah manajemen dan bisnis. Jumlah siswa di

SMK Pasundan 1 Bandung ini terhitung banyak, maka dari itu dibutuhan

pengelolaan yang baik dalam membina karakter disiplin siswa. Maka dari itu guru

diharapkan mampu memperlihatkan profesionalitasnya guna memberikan teladan

yang baik kepada murid tidak terkecuali guru pendidikan kewarganegaraan (PKn).

Dengan demikian penelitian ini dikemas dengan judul:

“PERAN KETELADANAN GURU PKn DALAM MEMBINA

KEDISIPLINAN SISWA”

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarakan latar belakang diatas, dapat diidentifikasi masalah-masalah

sebagai berikut:

1. Kurangnya kesadaran siswa akan pentingnya sikap disiplin.

2. Pelanggaran yang dilakukan siswa disekolah semakin bertambah dari waktu ke

waktu.

3. Guru sering melakukan kesalahan yang tidak perlu dalam membina

kedisiplinan siswa.

4. Banyak guru yang kurang tegas dalam memberikan sanksi bagi siswa yang

melanggar aturan sekolah.

5. Karakter kurang disiplin siswa bisa disebabkan karena guru kurang berwibawa

(9)

C. Rumusan Masalah Penelitian

Dalam penelitian ini dirumuskan masalah penelitian secara umum yaitu:

bagaimana peran guru PKn dalam membina kedisiplinan siswa.

Melihat rumusan masalah tersebut begitu luas, maka penulis akan

membatasi masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bentuk-bentuk keteladanan guru PKn apa saja yang diprogramkan di sekolah

dalam upaya membina kedisiplinan siswa di SMK Pasundan 1 Bandung ?

2. Bagaimana implementasi keteladanan guru PKn dalam membina kedisiplinan

siswa di SMK Pasundan 1 Bandung ?

3. Bagaimana kondisi kedisiplinan siswa melalui peran keteladanan guru di SMK

Pasundan 1 Bandung ?

4. Apa saja faktor-faktor yang menjadi hambatan dalam pembinaan kedisiplinan

siswa di SMK Pasundan 1 Bandung ?

5. Upaya guru PKn untuk mengatasi hambatan dalam membina kedisiplinan

siswa di SMK Pasundan 1 Bandung ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini, maka

tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian dibagi menjadi dua bagian sebagai

berikut:

1. Tujuan Umum

Sesuai dengan rumusan masalah, secara umum penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui peran keteladanan guru PKn dalam membina kedisiplinan

siswa di SMK Pasundan 1 Bandung.

2. Tujuan Khusus

Adapun yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini yang dirumuskan

(10)

a. Mengetahui dan memahami bentuk-bentuk keteladanan guru PKn berkaitan

dengan program sekolah dalam membina kedisiplinan siswa di SMK Pasundan

1 Bandung.

b. Mengetahui dan memahami implementasi keteladanan guru PKn dalam

membina kedisiplinan siswa di SMK Pasundan 1 Bandung.

c. Mengetahui dan memahami kondisi kedisipinan siswa melalui peran

keteladanan guru PKn di SMK Pasundan 1 Bandung.

d. Mengetahui dan memahami faktor-faktor yang menjadi hambatan guru PKn

dalam membina kedisiplinan siswa di SMK Pasundan 1 Bandung.

e. Mengetahui dan memahami upaya yang dilakukan guru PKn untuk mengatasi

faktor-faktor yang menjadi hambatan dalam membina kedisiplinan siswa di

SMK Pasundan 1 Bandung.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini sangat diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah

bagi dunia pendidikan dalam menggali persoalan-persoalan yang berhubungan

dengan kedisiplinan siswa di SMK Pasundan 1 Bandung melalui keteladanan

guru.

1. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

teoritis berupa konsep-konsep baru untuk guru PKn sebagai gambaran untuk

meningkatan keteladanan dan profesionalitasnya dalam membina kedisiplinan

siswa di SMK Pasundan 1 Bandung

2. Secara Praktis

a. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

(11)

kedisiplinan siswa disekolah. Selain itu juga agar guru selalu konsiten dalam

meningkatkan pembinaan kedisiplinan siswa di sekolah.

b. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan untuk meningkatkan

kedisiplinan dalam diri siswa untuk tidak melanggar peraturan sekolah. Juga

memberikan masukan kepada siswa agar selalu menumbuhkan sikap disiplin

dalam dirinya kemudian menerapkannya disekolah, keluarga dan di masyarakat.

c. Bagi Sekolah,

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan temuan

yang dapat dijadikan pertimbangan dalam memperbaiki peraturan-peraturan

sekolah dalam upaya membina kedisiplinan siswa. Selain itu supaya sekolah

selalu menerpakan aturan secara tegas dan konsisten.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi ini berisi rincian tentang urutan penulisan dari

setiap bab dan bagian demi bagian dalam skripsi. Skripsi ini terdiri dari lima bab.

Bab I Pendahuluan, pada bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang

penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan

penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi.

Bab II Kajian Pustaka, menjelaskan tentang teori keteladanan guru, PKn,

Kedisiplinan dan penelitian terdahulu.

Bab II Metode Penelitian, berisi penjabaran metode penelitian, lokasi dan

subjek penelitian, Prosedur Penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian,

dan analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, pada bab hasil penelitian dan

(12)

temuan yang berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian dan

tujuan penelitian.

Bab V Kesimpulan dan Saran, bab kesimpulan dan saran ini menyajikan

penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.Bab

ini berisi tentang kesimpulan-kesimpulan yang ditarik dari analisis data,

Referensi

Dokumen terkait

di dominasi oleh pengunjung dengan jenis kelamin Perempuan dengan umur sekitar 27 sampai 31 tahun tahun dengan status sosial belum menikah atau tidak menikah, tingkat pendidikan

tampaknya bahwa dengan dua haluan dasar dan variasinya masing- masing, semua pernyataan yang mungkin tentang maksud dan tujuan telah tercakup. dua posisi dasar

Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa Pengindeksan Subjek adalah kegiatan melakukan identifikasi tentang subjek atau pokok persoalan yang dibahas dalam suatu bahan

Pamerdi Giri Wiloso, M.Si, Phd, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi Satya Wacana Salatiga, sekaligus dosen pembimbing utama, yang dengan penuh apresiasi dan

Perubahan nilai absorbansi asam humat dan fulvat supernatan medium hasil biosolubilisasi batubara oleh kapang T4 dalam medium MSS+ yang diinkubasi pada suhu kamar dan agitasi 150

• Pelat mikro dengan kepadatan lebih tinggi (pelat mikro 384 atau 1536 sumur) biasanya digunakan untuk aplikasi skrining, ketika banyak jumlah sampel per hari yang diproses

Hubungan Kemampuan Kinestetik Anak dengan Gerak Tari Kreasi Binatang Laut Anak Usia Dini.... Penelitian Terdahulu yang

Selain itu, persepsi siswa terhadap fasilitas perpustakaan SMU Negeri 1 Bantul pada indikator perlengkapan (perabot) perpustakaan dalam aspek kualitas adalah baik kecuali