• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRACT PENDAHULUAN. Kata kunci: relaksasi autogenik, nyeri haid (dismenore), remaja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRACT PENDAHULUAN. Kata kunci: relaksasi autogenik, nyeri haid (dismenore), remaja"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN PEMBERIAN TERAPI RELAKSASI AUTOGENIK DAN AROMA

TERAPI TERHADAP PENURUNAN TINGKAT NYERI HAID (DISMENORE)

PADA SISWI DI MTs NW SAMAWA SUMBAWA BESAR

1

Dina Fithriana,

1

Eva Marvia,

1

Ageng Abdi Putra,

1

Staf Pengajar STIKES Mataram

ABSTRACT

Nyeri saat haid menyebabkan ketidaknyamanan dalam aktivitas fisiksehari-hari. Rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap negara mengalami nyeri menstruasi. Sementara di Indonesia angkanya diperkirakan 55% perempuan usia produktif yang tersiksa oleh nyeri selama menstruasi. Dari hasil studi lapangan, di MTs NW Samawa Sumbawa Besar didapatkan cukup banyak siswi yang mengalami nyeri haid dengan skala nyeri bervariasi dan menggunkan obat penghilang nyeri seperti asam mefenamat untuk mengatasi nyeri haidnya. Metode dan teknik yang dapat dilakukan dalam upaya untuk mengatasi nyeri secara non-farmakologis antara lain, distraksi,aroma terapi, teknik relaksasi, dan hipnotis. Teknik relaksasi banyak jenisnya, salah satunya adalah relaksasi autogenik.

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa perbandingan pemberian aroma terapi dan terapi relaksasi autogenik terhadap penurunan tingkat nyeri haid (dismenore).

Dari 69 siswi didapatkan sampel sebanyak 30 orang dengan menggunakan teknik accidental sampling. Dengan desain praeksperimental pre-pos test design two group dan instrument penelitian berupa lembar wawancara dan observasi data kemudian dianalisa menggunakan uji t-test dengan SPSS versi 20.

Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji t-test didapatkan nilai signifikan <  (0,00 < 0,05) untuk terapi relaksasi autogenik dan (0,046 < 0,05) untuk pemberian aroma terapi. Hal ini menunjukkan bahwa terapi relaksasi autogenic mempunyai pengaruh yang lebih kuat terhadap penurunan nyeri haid bila dibandingkan dengan pemberian aroma terapi pada reamaja putri di MTs NW Samawa Sumbawa Besar.

Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh terapi aroma terapi dan terapi relaksasi autogenik terhadap penurunan nyeri haid (dismenore) pada remaja putri di MTs NW Samawa Sumbawa Besar. Penelitian ini diharapkan bagi responden agar tetap menerapkan aroma terapi dan terapi relaksasi autogenik ini sebagai upaya dalam mengatasi nyeri saat menstruasi.

Kata kunci: relaksasi autogenik, nyeri haid (dismenore), remaja

PENDAHULUAN

Nyeri haid adalah keluhan ginekologis yang paling sering terjadi pada wanita. Nyeri saat haid menyebabkan ketidaknyamanan dalam aktivitas fisik sehari-hari. Keluhan ini berhubungan dengan ketidakhadiran berulang di sekolahataupun di tempat kerja, sehingga dapat mengganggu

produktivitas. Empat puluhhingga tujuh puluh persen wanita pada masa reproduksi mengalami nyeri haid, dan sebesar 10 persen mengalaminya hingga mengganggu aktivitas sehari-hari(Khorsidi dkk, 2002).

Angka kejadian nyeri menstruasi di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap Negara mengalami nyeri menstruasi (Proverawati & Misaroh, 2009).

(2)

Sementara di Indonesia angkanya diperkirakan 55% perempuan usia produktif yang tersiksa oleh nyeri selama menstruasi. Angka kejadian (prevalensi) nyeri menstruasi berkisar 45-95% di kalangan wanita usia produktif. Angka kejadian dismenore tipe primer di Indonesia adalah sekitar 54,89%, sedangkan sisanya adalah penderita dengan tipe sekunder. Walaupun pada umumnya tidak berbahaya, namun sering dirasa mengganggu bagi wanita yang mengalaminya. Derajat nyeri dan kadar gangguan tentu tidak sama untuk setiap wanita. Ada yang masih bisa bekerja dan ada yang tidak mampu melakukan kegiatan apapun dan ini akan menurunkan kualitas hidup pada masing-masing individu. (Proverawati & Misaroh, 2009).

Berdasarkan survei pendahuluan MTs NW Samawa Sumbawa Besar merupakan satu-satunya MTs NW yang berada di kecamatan Labuhan Badas Sumbawa Besar dan setelah survei ke lokasi, didapatkan sebanyak 147 siswa dan siswi yang bersekolah disana. Dimana jumlah siswi disana sebanyak 78 orang dan siswa 69 orang. Dari hasil studi lapangan yang dilakukan pada tanggal 2 Januari 2013 didapatkan 48 orang siswi mempunyai riwayat nyeri haid (dismenore) dengan skala yang bervariasi. Dari hasil wawancara dan observasi, untuk mengatasi nyeri haid (dismenore) tersebut, siswi disana menggunakan obat penghilang nyeri seperti asam mefenamat dan bahkan ada yang dibiarkan saja karena tidak berani mengkonsumsi obat sembarangan tanpa resep dokter. Melihat kenyataan bahwa sebagian besar siswi disana bertempat tinggal di

wilayah pedalaman, sehingga untuk mendapatkan akses informasipun terbilang cukup sulit ditambah lagi dengan pengetahuan yang terbilang awam mengenai haid dan permasalahan menyebabkan kebanyakan dari mereka belum mengetahui cara mengatasi nyeri haid secara non-farmakologis sehingga ketika ditanyai mengenai salah satu manajemen nyeri non-farmakologis seperti relaksasi nafas dalam ataupun distraksi, siswi disana banyak yang belum mengetahui hal tersebut.

Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk mengajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis dengan menggunakan salah satu teknik relaksasi yaitu aroma terapi dan terapi relaksasi autogenik sebagai terapi dalam mengatasi nyeri haid (dismenore) yang dialami oleh sebagian besar kalangan remaja putri di MTs Samawa Sumbawa Besar.

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa perbandingan pemberian aroma terapi dan terapi relaksasi autogenik terhadap penurunan tingkat nyeri haid (dismenore).

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pra-eksperimen dengan menggunakan rancangan “two Group Pretest-Postest Design” dimana rancangan ini juga tidak ada kelompok pembanding (kontrol), tetapi paling tidak sudah dilakukan observasi pertama (pretest) yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya masing-masing eksperimen

(3)

(Notoadmojdo, 2010). Teknik sampling pada penelitian ini menggunakana accidental sampling, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan atau insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data(Sugiyono, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah semua remaja putri yang berusia 12-15 tahun mengalami nyeri haid (dismenore) dan yang tidak mendapat terapi farmakologis dan non-farmakologis lainnya pada saat penelitian di MTs NW Samawa Sumbawa Besar sejumlah 30 remaja putri.

Tahap pelaksanaan dimulai dengan peneliti memberikan penjelasan kepada responden tentang pemberian aroma terapi dan terapi relaksasi autogenik mencakup cara, manfaat dan waktu pelaksanaan terapi. Kemudian peneliti melakuakn identifikasi (nilai) tingkat nyeri remaja putri sebelum diberikan perlakuan berupa aroma terapi dan terapi relaksasi autogenik dengan menggunakan skala nyeri Bourbanis dengan pedoman wawancara (divalidkan dengan pedoman observasi). Setelah valid data pretest, masing-masing jenis terapi dilakukan 2-3 kali selama ± 10 menit untuk hasil yang optimal dari setiap kelompok sampel yang didapat dalam waktu sehari diluar jam pelajaran. Lakukan identifikasi (nilai) tingkat nyeri remaja putri 5-10 menit sesudah diberikan perlakuan berupa aroma terapi dan terapi relaksasi autogenik dengan menggunakan skala nyeri Bourbanis dengan pedoman wawancara (divalidkan dengan pedoman

observasi). Didalam pelaksanaan penurunan tingkat nyeri dapat dilihat langsung ketika responden membuka mata. Responden tampak tersenyum dan rileks

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan kepada 30 responden yang mengalami nyeri haid yang ditemui saat penelitian dan ditetapkan sebagai sampel.

Data umum menyajikan karakteristik distribusi responden berdasarkan umur.

Tabel 1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur

No. Umur Frekuensi Persentase

(%) 1. 12-13 tahun 16 53,3 2. 14-15 tahun 14 46,7 Total 30 100

Berdasarkan tabel 1.1 di atas menunjukkan persentase responden terbanyak berumur 12-13 tahun yaitu sebanyak 16 orang (53,3 %).

Data khusus ini menyajikan hasil yang menggambarkan tentang identifikasi tingkat nyeri responden sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi dan relaksasi autogenik

Tabel 1.2 Distribusi Tingkat Nyeri Responden Sebelum Diberikan Perlakuan pemberian aromaterapi dan relaksasi autogenik

(4)

Berdasarkan tabel 1.2 di atas menunjukkan bahwa karakteristik tingkat nyeri responden sebelum diberikan perlakuan relaksasi autogenik sebagian besar responden mengalami nyeri sedang yaitu sebanyak 17 orang (56,7 %)

Tabel 1.3 Distribusi Tingkat Nyeri Responden Setelah Diberikan Perlakuan Relaksasi Autogenik Sumber : data primer

Berdasarkan tabel 1.3 di atas menunjukkan bahwa karakteristik tingkat nyeri responden setelah diberikan perlakuan relaksasi autogenik sebagian besar responden mengalami nyeri ringan yaitu sebanyak 10 orang (66,7 %).

Tabel 1.4 Distribusi Tingkat Nyeri Responden setelah Pemberian Aroma Terapi Lavender

Tabel 1.4 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan tingkat nyeri haid setelah pemberian aroma terapi lavender didapatkan 15 responden dan sebagian besar responden berada pada tingkat nyeri ringan dengan jumlah 9 responden (60%).

Hasil analisan data uji-t dan Anova dengan bantuan SPSS.20 dengan taraf signifikan 0,05 (5%) didapatkan nilai signifikan <  (0,000 < 0,05) untuk relaksasi autogenik dan (0,046 < 0,05) untuk pemberian aroma terapi. Sehingga Ha diterima. Maka dapat diartikan bahwa ada

pengaruh pemberian aroma terapi dan relaksasi autogenik terhadap penurunan nyeri haid pada remaja putri di MTs NW Samawa Sumbawa Besar. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa relaksasi autogenic mempunyai pengaruh lebih kuat terhadap penurunan nyeri haid dengan nilai sig. 0,000.

PEMBAHASAN

1. Tingkat Nyeri Haid Sebelum Diberikan Aroma Terapi dan Relaksasi Autogenik

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.3 didapatkan responden dengan nyeri ringan sebanyak 13 orang (43,3 %) dan nyeri sedang sebanyak 14 orang (56,7 %). Dimana

responden dengan nyeri ringan memiliki ciri-ciri responden terlihat dapat berkomunikasi dengan baik. Sedangkan responden yang mengalami nyeri sedang memiliki ciri-ciri

No. Tingkat nyeri Frekuensi Persentase (%) 1. Nyeri ringan 13 43,3 2. Nyeri sedang 17 56,7 Total 30 100 No. Tingkat nyeri Frekuensi Persentase (%) 1. Tidak ada nyeri 4 23,3 2. Nyeri ringan 10 66,7 3. Nyeri sedang 1 10,0 Total 15 100 No. Tingkat nyeri Frekuensi Persentase (%) 1. Tidak ada nyeri 3 20,00 2. Nyeri ringan 9 60,00 3. Nyeri sedang 3 20,00 Total 15 100

(5)

responden tampak mendesis, menyeringai, menunjukkan lokasi nyeri, mendiskusikan nyeri dan dapat mengikuti perintah dengan baik. Menurut Perry & Potter (2005), keadaan ini menunjukkan bahwa nyeri yang timbul merupakan tanda peringatan bahwa terjadi kerusakan jaringan sehingga nyeri merupakan mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk melindungi diri dan harus menjadi pertimbangan utama keperawatan saat mengkaji nyeri.

Nyeri haid biasanya timbul pada usia muda, seperti hasil penelitian yang dilakukan di MTs NW Samawa Sumbawa Besar didapatkan responden dengan nyeri haid banyak dialami pada kelompok usia 12-13 tahun dengan persentasi 53,3 %. Hal ini juga diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Gunawan (2002) di empat SLTP Jakarta dikutip dalam Anurogo dan Wulandari (2011) menunjukkan nyeri haid paling sering muncul pada usia 12 tahun (46,7 %). Dalam teori Potter & Perry (2005) menyatakan semakin matang usia seseorang maka semakin matang pula perkembangan pola pikirnya terhadap nyeri (mengatasi nyeri). Selain itu, menurut Hurlock (1990) dalam Price (2005) mengatakan bahwa dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan mampu mengontrol nyeri yang dirasakan, hal ini akibat dari pengalaman dan kematangan jiwa dalam mempersepsikan nyeri. Dan juga dijelaskan oleh Hidayat (2006) yang menyatakan bahwa nyeri merupakan penilaian yang sangat subyektif yang dipengaruhi oleh faktor usia, jenis kelamin, lingkungan dan pengalaman.

Selain dilihat dari umur, usia menarche dari setiap responden disini juga dapat berpengaruh terhadap intensitas nyeri seseorang selama menstruasi. Dalam buku Proverawati & Misaroh (2009) mengatakan menarche merupakan menstruasi pertama yang biasa terjadi dalam rentang usia 10-16 tahun atau pada masa awal remaja di tengah masa pubertas sebelum memasuki masa reproduksi.

2. Tingkat Nyeri Haid Sebelum Diberikan Aroma Terapi dan Relaksasi Autogenik

Hasil penelitian terdapat beberapa responden yang sebelumnya mengalami nyeri ringan ataupun nyeri sedang setelah diberikan aroma terapi dan relaksasi autogenic, ada yang mengalami penurunan dan ada yang masih mengalami intensitas nyeri yang sama akan tetapi mengalami perubahan pada skala intervalnya, yaitu 6 responden yang mengalami nyeri ringan dengan skala nyeri 3 sebelumnya menjadi nyeri dengan skala 1 sedangkan pada 3 responden yang mengalami nyeri sedang sebelumnya dengan skala nyeri 6 berubah menjadi skala nyeri 4. Hal ini dikarenakan 3 responden yang mengalami nyeri sedang tersebut, pada saat penelitian sedang mengalami menstruasi di hari pertama dan mempunyai riwayat usia menarche pada usia 12 tahun sehingga pengalaman dalam mengatasi nyeri haid masih kurang banyak. Seperti dalam teori Hurlock (1990) dalam Price (2005) yang mengatakan bahwa dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan mampu mengontrol nyeri yang dirasakan, hal ini akibat dari pengalaman dan kematangan jiwa dalam mempersepsikan nyeri.

Dimana nyeri sedang memiliki ciri-ciri responden tampak mendesis, menyeringai, menunjukkan lokasi nyeri, mendiskusikan nyeri

(6)

dan dapat mengikuti perintah dengan baik dan nyeri ringan dengan ciri-ciri responden terlihat dapat berkomunikasi dengan baik.

Relaksasi merupakan kebebasan fisik dari ketegangan dan stress. Teknik relaksasi

memberikan individu kontrol ketika seseorang merasakan ketidaknyamanan atau nyeri, relaksasi

membantu agar tubuh segar kembali. Selama melakukan relaksasi pikiran akan menjadi tenang, hal ini membebaskan kita dari berbagai kecemasan yang kita alami sehari-hari (Perry & Potter, 2005).

Pada responden yang mengalami penurunan tingkat nyeri terjadi karena dengan diberikan relaksasi autogenik. Relaksasi autogenik merupakan suatu teknik yang bersumber dari diri sendiri berupa kata-kata atau kalimat pendek ataupun pikiran yang bisa membuat pikiran tentram (Maryam, 2010).

Relaksasi autogenik ini diberikan selama 5-10 menit dengan prinsip klien mampu berkonsentrasi sambil membaca mantra/doa/zikir dalam hati seiring dengan ekspirasi udara paru (Asmadi, 2009).

Nyeri haid yang terjadi pada remaja putri disebabkan oleh proses menstruasi itu sendiri yang merangsang otot-otot rahim untuk berkontraksi. kontraksi otot-otot rahim tersebut membuat aliran darah ke otot-otot rahim menjadi berkurang yang berakibat meningkatnya aktivitas rahim untuk memenuhi kebutuhannya akan lairan darah yang lancar, juga otot-otot rahim yang kekurangan darah tadi akan merangsang ujung-ujung saraf sehingga terasa nyeri (Genie, 2009).

Sehingga dengan memberikan relaksasi autogenik pada responden akan membantu melancarkan sirkulasi darah dan meningkatkan kenyamanan sehingga mampu mengurangi rasa nyeri.

3. Pengaruh pengaruh pemberian aroma terapi dan relaksasi autogenik terhadap penurunan nyeri haid

Aroma terapi merupakan salah satu terapi menggunakan essensial oil atau sari minyak murni. Menurut Verberg (2002) aroma terapi merupakan terapi yang dapat membantu memperbaiki atau menjaga kesehatan, membangkitkan semangat, gairah, dan dipercaya dapat membersihkan racun dalam tubuh serta merangsang proses penyembuhan Aroma terapi merupakan salah satu tindakan nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri dengan cara memberikan individu untuk menghirup aroma tertentu yang dapat mempengaruhi system syaraf dan trasmisi nyeri ke otak. (Jan 2001)

Menghirup aroma terapi lavender selama 10 menit mampu mengendorkan dan menyurangi rasa sakit saat menstruasi, emosional yang tidak seimbangan, mengatasi kecemasan, otot yang terasa sakit, melancarkan menstruasi karena didalam lavender terkandung linalool. Tehnik relaksasi dengan menggunakan aroma terapi lavender sangat membantu dalam mengurangi dismenorea (nyeri haid), karena sewaktu kita menarik nafas, molekul-molekul aroma terapi lavender meresep kedalam paru-paru tempat sebagian molekul yang diangkut melalui aliran darah menuju alveoli (tempat penampungan berisi sedikit udara dalam paru-paru). Melinda Care (2009) mengatakan aroma terapi ini sendiri dihirup kedalam rongga hidung bagian atas (terletak diatas hidung) tempat alat pencium penerima sel

(7)

terletak dibawah lapisan lender tipis. Rambut yang tumbuh dengan baik (cilia) mencakup akhir setiap sel dan proyek melewati lendir.

Relaksasi autogenik merupakan salah satu terapi non-farmakologi untuk mengatasi nyeri dengan prinsip klien mampu berkonsentrasi sambil membaca mantra/doa/zikir dalam hati seiring dengan ekspirasi udara paru (Asmadi, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian, sebelum diberikan relaksasi autogenik rata-rata nyeri responden berada pada tingkat nyeri sedang dengan ciri khas yaitu responden tampak mendesis, menyeringai, menunjukkan lokasi nyeri, mendiskusikan nyeri dan dapat mengikuti perintah dengan baik. Sedangkan setelah diberikan relaksasi autogenik rata-rata nyeri responden berada pada nyeri ringan dengan ciri-ciri responden tampak dapat berkomunikasi dengan baik.

Seperti yang dijelaskan oleh Asmadi (2009) teknik relaksasi autogenik merupakan Teknik yang dapat membantu mengurangi nyeri yang dirasakan oleh seseorang. Teknik ini dilakukan untuk mengurangi nyeri pada saat dismenore dengan cara memilih kata-kata yang dapat membuat kita tenang serta dilakukan dalam posisi yang senyaman mungkin diikuti dengan tarik napas dalam dan lambat secara berulang hingga keadaan menjadi rileks (Maryam, 2010).

Relaksasi autogenik merupakan latihan nafas dan imaginery. Dengan latihan nafas dan imaginery yang teratur dan dilakukan dengan benar, tubuh akan menjadi lebih rileks, menghilangkan ketegangan saat mengalami stress dan bebas dari ancaman.

Perasaan rileks akan diteruskan ke

hipotalamus untuk menghasilkan

Corticotropin Releasing Factor (CRF). Selanjutnya CRF merangsang kelenjar pituitary untuk meningkatkan produksi Proopioidmelanocortin (POMC) sehingga produksi enkephalin oleh medulla adrenal meningkat. Kelenjar pituitary juga menghasilkan  endorphin sebagai neurotransmitter yang mempengaruhi suasana hati menjadi rileks. Meningkatnya enkephalin dan β endorphin akan membuat seseorang akan merasa lebih rileks dan nyaman sehingga nyeri yang dirasakan akan berkurang.

Pada teori gerbang kendali nyeri (Gate Control Theory) juga dijelaskan bahwa ketika ada rangsangan nyeri dan sebelum impuls nyeri dibawa ke otak, serabut besar dan serabut kecil akan berinteraksi di area substansia gelatinosa, yang apabila tidak terdapat stimulus/impuls yang adekuat dari serabut besar, maka impuls nyeri dari serabut kecil akan dihantarkan menuju ke Sel Trigger (sel T) untuk kemudian di bawa ke otak, yang akhirnya menimbulkan sensari nyeri yang dirasakan oleh tubuh. Keadaan ketika impuls nyeri dihantarkan ke otak inilah yang diistilahkan dengan “Pintu Gerbang Terbuka”.

Sebaliknya, apabila terdapat impuls yang ditransmisiskan oleh serabut berdiameter besar karena adanya stimuli kulit seperti sentuhan atau massage impuls ini akan menghambat impuls dari serabut berdiameter kecil di area substansia gelatinosa sehingga sensasi yang dibawa oleh serabut kecil akan berkurang atau bahkan tidak dihantarkan ke otak oleh substansia gelatinosa, karenanya

(8)

tubuh tidak dapat merasakan sensasi nyeri. Kondisi ini disebut dengan “Pintu Gerbang Tertutup” (Tamsuri, 2006). Oleh karena itu, dalam penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa terapi relaksasi autogenik dapat mempengaruhi tingkat nyeri haid (dismenore) dilihat dari hasil analisis data, nilai signifikan <  (0,000 < 0,05.

KESIMPULAN

1. Tingkat nyeri haid sebelum diberikan aroma terapi dan relaksasi autogenik berada pada tingkat sedang

2. Tingkat nyeri haid sebelum diberikan aroma terapi dan relaksasi autogenik berada pada tingkat ringan

3.

Ada pengaruh pemberian aroma terapi dan relaksasi autogenik terhadap penurunan nyeri haid, dengan perbandingan relaksasi autogenik lebih berpengaruh secara signifikan

.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M dan Asrori. 2011. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara

Andaners. 2010. Dismenore (Nyeri Haid) (online) tersedia di

http://Andaners.wordpress.co m.akses:01/2013

Anonim. 2007. Edisi 169/4-10. Rubrik Testimony.akses:01/2013

Anurogo, Dito dan Wulandari, Ari. 2011. Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid. Yogyakarta: ANDI Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta

Asmadi. 2009. Teknik Prosedural

Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika

Bahiyatun. 2010. Buku Ajar Bidan Psikologi Ibu & Anak. Jakarta: EGC Genie, 2009. Kurangi Nyeri Haid dengan

Terapi Energi Cair. (online) tersedia di

http://m.okezone.com

Gunarsa, Ny. Singgih D., dan Gunarsa, Singgih D. 2009. Psikologi Remaja. Jakarta: Gunung Mulia

Handoyo. 2004. Meditasi dan Mutiara Hati. Jakarta : P.T Jakarta

Hurlock, E.B. 2007. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga

Ignatavius, DD, Workman, and Mishler, MA. 1995. Pain Medical Surgical Nursing

Istichomah, 2007. Pengaruh teknik Pemberian Kompres Terhadap Perubahan Skala Nyeri Pada Klien Kontusio Di RSUD Sleman. Stikes Surya Global: Yogyakarta

(9)

Khorsidi, dkk. 2002. (online) tersedia di

http://www.pps.unud.ac.id/the sis/pdf. akses:01/2013 Maryam, Siti R. 2010. Buku Panduan Bagi

Kader POSBINDU Lansia. Jakarta: TIM

Monks, F.J.,Knoers, A.M.P., Haditomo, S.R. 2002. Psikologi

Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nugraha, Boyke Dian. 2010. It’s all about sex: a-z tentang seks, ed.1. Jakarta: Bumi Aksara

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, Dan Instrument Penelitian KeperawatanEdisi 2. Jakarta: Salemba Medika

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik, Vol. 2. Alih Bahasa: Renata Komalasari, dkk. Jakarta: EGC

Prawirohardjo, Winkjosastro. 2008. Ilmu Kebidanan, Edisi Kedua. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Price, Silvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Pengkajian. Jakarta: EGC Proverawati, Atikah dan Misaroh, Siti. 2009.

Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna. Yogyakarta: Nuha Medika Ramaniah Savitri. 2006. Mengatasi Gangguan

Menstruasi, Edisi Kedua: Cetakan 1. Jogyakarta: Diglossia Medika Reeder, Sharon J. 2011. Keperawatan

Maternitas: Kesehatan Wanita, Bayi, & Keluarga, Ed.18. Jakarta:EGC

Sarwono, Sarlito W. 2011. Psikologi Remaja. Ed. Revisi. Jakarta: Rajawali Pers

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan R & D. Bandung :

Alfabeta

Sulastri. 2006. Perilaku Pencarian Pengobatan Keluhan Dysmenorrhea pada Remaja Di Kabupaten Purworejo Propinsi Jawa Tengah, Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada tersedia di

http://blogspot.com.akses:01/2 013

Sumiati. 2009. Kesehatan jiwa remaja dan konseling. Jakarta: TIM

(10)

Tamsuri, Anas. 2006. Konsep &

Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: EGC

Winkjosastro, H. 2007. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : FKUI Winkjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan.

Jakarta: YBPSP

Winkjosastro, H. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Yunita, H. 2005. Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. EGC

Gambar

Tabel 1.4 Distribusi Tingkat Nyeri Responden  setelah Pemberian Aroma Terapi Lavender

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, khususnya di Kantor Kepolisian Resort Kota Besar Makassar, dengan menggunakan metode kepustakaan

Dari hasil penyelesaian model awal program linier ini didapatkan hasil bahwa nilai optimal tiap harinya untuk produk bakso dengan kemasan isi 20 butir sebesar 34 bungkus

Metode ini digunakan untuk mengetahui korelasi tingkat penguasaan materi shalat berjamaah dengan intensitas shalat berjamaah siswa, data penelitian ini diperoleh dengan

Berdasarkan hasil uji validasi isi atau substansi bahan ajar, diketahui bahwa secara keseluruhan substansi atau isi bahan ajar telah sesuai dan berada pada kategori sangat

Tempat selanjutnya yang lebih nyaman dan sesuai sebagai pusat belajar- mengajar ialah mushalla yang bahasa Bawean disebut dengan Langgher atau dalam bahasa Jawa

Penelitian ini di lakukan di ruangan Katrili RSJ Ratumbuysang Manado pada bulan maret tentang pengaruh pemberian pendidikan kesehatan pada pasien gangguan jiwa (defisit

Karena jumlah crewnya berkurang maka kompensasi yang diberikan adalah dengan cara menerapkan automation di kapal [4] sesuai dengan peraturan yang dijelaskan dalam

Jadual 4.23 di atas menunjukkan analisis keseluruhan sisihan piawai dan min responden yang menjawab persoalan kajian. Dapatan kajian menunjukkan min keseluruhan yang