• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI AKTIVITAS ANTI RADANG EKSTRAK ETANOL BIJI PINANG (Areca catechu L.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN. Silvya Poela, Aang Hanafiah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UJI AKTIVITAS ANTI RADANG EKSTRAK ETANOL BIJI PINANG (Areca catechu L.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN. Silvya Poela, Aang Hanafiah"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

16 UJI AKTIVITAS ANTI RADANG EKSTRAK ETANOL BIJI PINANG (Areca catechu

L.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN Silvya Poela, Aang Hanafiah Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia

Abstrak

Pinang (Areca catechu L.) secara umum digunakan sebagai obat inflamasi, diare, cacingan, batuk berdahak dan lainnya. Biji pinang (Areca catechu L.) memiliki kandungan flavonoid, khususnya senyawa proantosianidin yang mempunyai efek anti-inflamasi. Telah dilakukan penelitian untuk menguji efek anti-inflamasi ekstrak biji pinang pada hewan percobaan. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi terhadap 500 gram simplisia biji pinang menggunakan pelarut etanol 70%. Ekstrak diberikan secara oral dengan variasi dosis 80, 120 dan 160 mg/200 g BB kepada tikus putih jantan jenis Wistar; sebagai kontrol positif digunakan natrium diklofenak dengan dosis 1,3 mg/200 g BB. Uji inflamasi didahului dengan pembentukan edema buatan pada telapak kaki tikus dengan penyuntikan karagenan 1% sebagai zat penginduksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persen inhibisi radang terus meningkat sampai pada jam ke 5. Dosis optimal ditunjukkan pada kadar ekstrak biji pinang sebesar 160 mg/200 g BB dengan persen inhibisi radang terbesar 64,19% pada jam pertama; tetapi, persen inhibisi ini tidak lebih baik dari yang ditunjukkan Na-diklofenak. Namun demikian baik dosis 120 mg/200 g BB maupun 160 mg/200 g BB menunjukkan waktu penghambatan radang yang lebih cepat dibandingkan dengan Na- diklofenak sebagai pembanding.

Kata kunci: Ekstrak biji pinang (Areca catechu L.), Anti-inflamasi Abstract

Areca nut (Areca catechu L.) is generally used as a remedy inflammation, diarrhea, intestinal worms, cough with phlegm and others. Betel nut (Areca catechu L.) contains flavonoids, in particular proanthocyanidin compounds that have anti-inflammatory effects.Extraction is done by maceration method for betel nut 500 grams of crude drugs using 70% ethanol. Research has been conducted to examine the effects of anti-inflammatory of areca nut extract in experimental animals. Extract administered orally with various doses of 80, 120 and 160 mg/200 g BW to white male Wistar rats, used as positive control at a dose diclofenac sodium 1.3 mg/200 g BW. Inflammatory test was preceded by the formation of edema in the feet artificial injection of mice with carrageenan 1% as the inducer substances. The results showed the percent inhibition of inflammation increasing until to 5 hours. Optimal dose is shown in betel nut extract concentration of 160 mg/200 g BW with the percent inhibition of inflammation largest 64.19% at the first hours; but, the percent inhibition was no better than indicated Na-diclofenac. However, both doses of 120 mg/200 g and 160 mg/200 g BB showed inflammation inhibition time is faster than Na-diclofenac as a comparison.

(2)

17 PENDAHULUAN

Pinang (Areca catechu L.) merupakan salah satu tanaman obat tradisional yang sudah dikenal masyarakat. Pinang (Areca catechu L.) banyak digunakan untuk penyembuhan inflamasi, diare, cacingan, perut kembung akibat gangguan pencernaan, batuk berdahak, dan lain-lain (Dalimartha, 2009).

Bagian dari tanaman pinang (Areca catechu L.) yang dimanfaatkan adalah bijinya karena mempunyai kandungan flavonoid, alkaloid, seperti arekolin, arekolidine, arekain, guvakolin, guvasine dan isoguvasine, tanin terkondensasi, tannin terhidrolisis, flavon, senyawa fenolik, asam galat, getah, lignin, minyak menguap dan tidak menguap, serta garam (Sri Sugati, 1991). Nonaka (1989) menyebutkan bahwa biji buah pinang mengandung proantosianidin, yaitu suatu tanin terkondensasi yang termasuk dalam golongan flavonoid. Proantosianidin ini salah satunya mempunyai efek anti-inflamasi (Fine, 2000). Proantosianidin kerjanya menghambat jalur metabolisme asam arakidonat, pembentukan prostglandin, pelepasan histamin atau aktivitas radical scavenging suatu molekul. Proantosianidin mempunyai aktivitas kerja yang sama dengan obat-obat AINS yang digunakan dalam pengobatan inflamasi.

Obat-obatan yang dipakai untuk menekan inflamasi dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu anti-inflamasi steroid dan anti-inflamasi nonsteroid. Obat

anti-inflamasi nonsteroid (AINS) merupakan kelompok obat yang paling banyak dikonsumsi untuk mendapatkan efek analgetika, antipiretika dan anti-inflamasi. Obat-obat AINS “seperti aspirin” bekerja menghambat sintesis prostaglandin. Obat-obat ini juga dikenal sebagai penghambat prostaglandin, mempunyai efek analgesik dan antipiretik yang berbeda-beda, tetapi terutama dipakai sebagai agen anti-inflamasi untuk meredakan anti-inflamasi dan nyeri (Kee, 1996). Mekanisme kerja AINS yang berdasarkan atas penghambatan biosintesis prostaglandin, mulai dilaporkan pada tahun 1971 oleh Vane dkk. yang memperlihatkan secara in vitro bahwa dosis rendah aspirin dan indometasin dapat menghambat produksi enzimatik prostaglandin. Penelitian lanjutan telah membuktikan bahwa prostaglandin dibentuk ketika sel mengalami kerusakan (Wilmana, 1995).

Penggunaan obat-obatan sintetis dilaporkan banyak menimbulkan efek samping yang tidak menyenangkan, sehingga masyarakat cenderung lebih memilih pengobatan dengan menggunakan bahan alam karena efek samping yang ditimbulkan sangat kecil. Salah satu bahan alam yang berfungsi sebagai obat adalah biji pinang (Areca catechu L.) yang memiliki kandungan kimia proantosianidin yang termasuk dalam golongan flavonoid yang mempunyai efek anti-inflamasi. Tanaman pinang (Areca catechu L.) juga sangat mudah diperoleh dengan harga yang

(3)

18 murah karena sudah dibudidayakan dan

tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Inflamasi adalah proses meningkatnya permeabilitas kapiler dan migrasi leukosit ke jaringan radang. Proses inflamasi merupakan suatu mekanisme perlindungan dimana tubuh berusaha untuk menetralisir dan membasmi agen-agen yang berbahaya pada tempat cedera dan untuk mempersiapkan keadaan untuk perbaikan jaringan. Gejala utama inflamasi yaitu kemerahan (rubor), panas (kalor), rasa sakit (dolor), bengkak (tumor), dan gangguan fungsi jaringan (function laesa) (Wilmana, 1995). Gejala tersebut timbul akibat gangguan aliran darah karena kerusakan jaringan dalam pembuluh pengalir terminal, gangguan keluarnya plasma darah (eksudasi) ke dalam ruangan ekstrasel akibat meningkatnya tekanan pembuluh darah dan perangsangan reseptor nyeri. Reaksi ini disebabkan oleh pembebasan bahan-bahan mediator (histamin, serotonin, prostaglandin, kinin) (Mutschler, 1991).

Dari latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk membuktikan aktivitas anti-inflamasi ekstrak etanol biji pinang (Areca catechu L.) pada hewan percobaan menggunakan tikus putih jantan galur Wistar.

METODOLOGI Alat

Alat yang digunakan antara lain alat maserasi, rotary evaporator, pletismometer,

serta alat-alat yang digunakan pada proses skrining dan karakterisasi.

Bahan

Bahan yang digunakan untuk proses penelitian ini adalah biji pinang (Areca catechu L.) yang diperoleh dari Perkebunan Manoko Lembang, Jawa Barat dan dideterminasi di Laboratorium Herbarium Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran Jatinangor, etanol 70%, aquadest, karagen (Sigma), Na-diklofenak (Novell), PGA, ammonia, kloroform, HCl, larutan gelatin, amil alkohol, eter, larutan vanili, H2SO4 p, KOH. Pereaksi-pereaksi yang digunakan adalah pereaksi Mayer, Dragendorff, dan Lieberman-Burchard

Hewan Uji

Hewan percobaan yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Wistar dengan bobot 180-250 g. Sebelum digunakan, tikus diadaptasikan terlebih dahulu selama ± 7 hari dan diberi makan dan minum secara terkontrol setiap hari. Sebelum dilakukan pengujian, tikus dipuasakan terlebih dahulu 18 jam dan tetap diberi minum.

Skrining Fitokimia dan Karakterisasi Simplisia

Skrining fitokimia dilakukan terhadap simplisia dan ekstrak biji pinang (Areca catechu L.) untuk memeriksa

(4)

19 adanya senyawa metabolit sekunder secara

umum meliputi senyawa golongan alkaloid, flavonoid, tannin, fenol, kuinon, steroid, triterpenod, saponin, monoterpen dan seskuiterpen. Karakterisasi simplisia yang dilakukan antara lain penetapan kadar abu, penetapan kadar air, kadar sari larut air, dan kadar sari larut etanol.

Ekstraksi

Pembuatan ekstrak biji pinang (Areca catechu L.) dilakukan dengan prosedur sebagai berikut : sejumlah biji pinang yang telah dikeringkan dan dihaluskan dimasukkan ke dalam maserator, kemudian ditambahkan pelarut etanol 70% sampai biji pinang tersebut terendam sempurna. Ekstrak cair ditampung setiap hari selama 6 hari dengan penambahan pelarut baru. Selama perendaman, dilakukan beberapa kali pengocokan atau pengadukan terhadap ekstrak yang direndam. Kemudian ekstrak cair diuapkan dengan menggunakan alat rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental.

Uji Aktivitas Anti-inflamasi

Uji aktivitas anti-inflamasi ekstrak etanol biji pinang (Areca catechu L.) dilakukan dengan metode pembentukan edema buatan. Tikus dikelompokkan menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus, yang terdiri atas kelompok kontrol yang diberikan suspensi PGA 2%, kelompok

pembanding diberikan obat Na diklofenak, kelompok uji I, kelompok uji II, dan kelompok uji III. Kelompok uji diberikan ekstrak biji pinang dengan dosis masing-masing 80 mg/200 g BB, 120 mg/200 g BB, dan 160 mg/200 g BB.

Pada pengujian semua kelompok tikus disuntik secara subplantar pada kaki belakang dengan karagenan 1% (0,05 ml), inflamasi yang terbentuk diukur dengan menggunakan pletisnometer. Pemberian suspense PGA 2%, Na diklofenak dan ekstrak etanol biji pinang dilakukan secara oral setelah 30 menit pemberian karagenan.

Volume telapak kaki tikus diukur selama 5 jam dengan selang waktu 1 jam, setelah penyuntikkan karagenan, kemudian dilakukan perhitungan persen radang dan persen inhibisi radang, dengan rumus: % radang =

keterangan:

Vt = volume rata-rata kaki tikus stelah diinduksi karagenan

Vo = volume kaki tikus sebelum diinduksi karagenan

% inhibisi radang = (% radang kontrol-% radang uji)/(% radang kontrol) x 100% Data perhitungan yang diperoleh dianalisis secara satistik dengan metoda analisis ANAVA.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Skrining Fitokimia dan Karakterisasi Simplisia

Hasil skrining fitokimia simplisia dan ekstrak biji pinang menunjukkan

(5)

20 adanya kandungan senyawa metabolit

sekunder alkaloid, flavonoid, tannin, monoterpen dan seskuiterpen, fenol dan kuinon.

Hasil Ekstraksi

Pada proses ekstraksi dengan metode maserasi diperoleh ekstrak pekat biji pinang (Areca catechu L) sebanyak 319,37 gram dengan nilai rendemen 63,874%. Pemilihan metode maserasi dikarenakan maserasi merupakan metode yang sederhana, mudah dilakukan dan baik untuk senyawa-senyawa yang tidak tahan panas sehingga dapat mengurangi kerusakan senyawa yang terkandung didalamnya

Hasil Uji Aktifitas Anti-inflamasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua dosis memberi efek anti-inflamasi. Persentase radang dihitung sesuai data volume udem yang terbentuk pada tiap

jam dan dosisnya (Tabel 2); begitu juga dengan persentase inhibisi radang (Tabel 3). Rata-rata inhibisi radang menunjukkan bahwa penghambatan udem mengalami

peningkatan hingga jam ke 5. Dosis 160 mg/200 g BB menunjukkan inhibisi radang paling besar dibandingkan dengan dosis 120 mg/200 g BB dan 80 mg/200 g BB. Tetapi, kelompok yang diberi obat Na-diklofenak menunjukkan penghambatan udem yang jauh lebih baik dari dosis 160 mg/ 200 g BB. Namun demikian, baik dosis 120 mg/200 g BB maupun dosis 160 mg/200 g BB menunjukkan waktu penghambatan radang yang lebih cepat dibndingkan dengan Na-diklofenak sebagai pembanding. Hal ini dimungkinkan karena perbedaan sifat farmakokinetik antara proantosianidin dengan Na-diklofenak. Dari data persentasi tersebut dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol biji pinang (Areca catechu L.) memiliki efek anti-inflamasi walaupun tidak sebaik obat Na-diklofenak. Tabel 1. Rata-rata Persen Radang

Kelompok Rata-rata % radang

Vo t1 t2 t3 t4 t5 Kontrol 0 51.72 51.72 58.62 65.52 72.41 Pembanding 0 11.11 11.11 11.11 3.70 3.70 Dosis 1 (80 mg/200 g BB) 0 21.43 25 25 21.43 7.14 Dosis 2 (120 mg/ 200 g BB) 0 19.23 15.38 15.38 11.54 3.84 Dosis 3 (160 mg/ 200 g BB) 0 18.52 18.52 11.11 7.41 3.70

Tabel 2. Rata-rata Persen Inhibisi Radang

Kelompok Rata-rata % inhibisi radang

Vo t1 t2 t3 t4 t5 Kontrol 0 0 0 0 0 0 Pembanding 0 78.52 78.52 78.52 94.35 94.35 Dosis 1 (80 mg/200 g BB) 0 58.57 51.66 57.35 67.29 90.14 Dosis 2 (120 mg/ 200 g BB) 0 62.82 70.26 73.76 82.39 94.70 Dosis 3 (160 mg/ 200 g BB) 0 64.19 64.19 81.05 89.10 94.89

(6)

21 Pengujian aktivitas anti-inflamasi didahului

dengan pembentukan udema buatan pada telapak kaki belakang tikus putih jantan dengan menggunakan 0.05 mL suspensi karagenan 1% sebagai penginduksi udem. Metode ini dipilih karena merupakan metode yang umum digunakan, sederhana, mudah, cepat, dan udem yang ditimbulkan dapat diukur secara kuantitatif, serta dapat dievaluasi secara statistik. Karagenan juga tidak menyebabkan kerusakan jaringan permanen. Penggunaan Na-diklofenak sebagai pembanding didasarkan bahwa selain obat ini umum digunakan dalam penelitian anti-inflamasi, juga memiliki daya antiradang paling kuat dengan efek samping yang lebih kecil dibandingkan obat lainnya (indometasin, piroksikam). Obat ini bekerja menghambat enzim siklooksigenase pada asam arakidonat sehingga menekan produksi prostaglandin.

Analisis data

Hasil dari analisis secara statistik menggunakan analisis variansi (ANAVA) menunjukkan perbedaan yang signifikan antara tiap perlakuan karena nilai p<0.05. Kemudian dilanjutkan dengan uji menggunakan metode LSD. Uji LSD bertujuan untuk menentukan kelompok mana yang memberikan nilai yang berbeda secara bermakna dengan kelompok lainnya. Dari hasil LSD menunjukkan bahwa kelompok kontrol negatif berbeda secara bermakna dengan kontrol positif dan kelompok dosis pada taraf uji 0,05.

Sedangkan untuk kontrol positif dan kelompok dosis tidak menunjukkan perbedaan secara bermakna satu dengan lainnya pada taraf uji 0,05.

SIMPULAN

Hasil uji aktivitas anti-inflamasi menunjukkan bahwa ketiga kelompok dosis uji ekstrak etanol biji pinang (Areca catechu L.) memberikan efek anti-inflamasi. Dosis optimal antara dosis varian di penelitian ini yaitu pada dosis 160 mg/ 200 g BB yang memiliki daya hambat radang sebesar 64,19 % pada jam pertama. Namun belum setara dengan daya hambat radang Na-diklofenak yaitu 78,52 % pada jam pertama. Namun demikian, baik pada dosis 120 mg/200 g BB maupun 160 mg/200 g BB menunjukkan waktu penghambatan radang yang lebih cepat dibandingkan dengan Na-diklofenak sebagai pembanding. Hal ini dimungkinkan karena perbedaan sifat farmakokinetik antara proantosianidin dengan Na-diklofenak.

DAFTAR PUSTAKA

Dalimartha, Setiawan. 2009. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 6. Pustaka Bunda, Grup Puspa Swara, Anggota Ikapi. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 1989. Materia Medika Indonesia, Jilid V. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

1985. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta: Direktorat Jenderal

(7)

22 Pengawasan Obat dan Makanan.

14-22.

Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standard Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. 1-17

De Padua, L. S. D., N. Banyapraphatsara, and R. H. M. J. Lemmens. 1999. Plant Resources of South-East Asia. Prosea Foundation. p180-182 Hamor, G.H. 1999. Zat Antiradang

Nonsteroid, Prinsip-prinsip Kimia Medisinal, jilid II, Edisi kedua. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. 1096-1097 Katzung, B. G. 2002. Farmakologi Dasar

Dan Klinik, Vol. 2, Edisi ke-4. EGC: Jakarta. 449-471

Katzung, Bertram G. 1996. Farmakologi Dasar Dan Klinik. EGC: Jakarta. 573

Kee, Joyce.L dan Hayes. Evelyn.R. 1996. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Dr. Peter Anugrah (Alih Bahasa). EGC. Jakarta. Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia. 2010. Suplemen Farmakope Herbal Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta

Loggia, R.D., Tubaro A., Dri P., Zilli C., dan Del Negro, P. 1986. “The role of flavonoids in the antiinflammatory activity of Chamolia recutita”. Plant flavonoid in Biology and Medicine: Biochemical, Pharmaceutical and Structure-Activity Relationship. Alan R.Liss, Inc. pp. 481-484 Sugati, S dan Johny Ria Hutapea. 1991.

Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Jilid I. Balitbang Kesehatan. DepKes RI. Jakarta. Suryati, S dan B Santosio. 1993. Penapisan

Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik. Yayasan Pengembangan Obat dan Bahan Alam : Jakarta.

Mutschler, E. 1991. Dinamika Obat, Edisi Kelima, (Widianto, Mathilda B., penterjemah). Bandung: Penerbit ITB.

Tjay, Tan H., Kirana Rahardja. 2002. Obat-obat Penting : Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek sampignya, edisi kelima. PT Elexmedia Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta : 308

Turner, R. A., 1972. Screening Methods in Pharmacology. Academic Press, New York

Underwood, J.C.E. 1999. Patologi Umum dan Sistemik Edisi 2. EGC. Jakarta : 232-249.

Wilmana, P. F. 1995. Analgesik Antipiretik Antiinflamasi Nonsteroid dan obat

Pirai. Dalam: Ganiswara, S. G.(ed.). Farmakologi dan Terapi. Edisi ke-4. Jakarta: Penerbit Gaya Baru.

Referensi

Dokumen terkait

This study is aimed to see how one’s characters develop as a result of other people’s influence as seen in Lily, the main character of Sue Monk Kidd’s The Secret Life of

Penginputan DAPODIK PAUD,DIMAS dan LKP Pengembangan aplikasi E- monitoring PAUD- DIKMAS Bimtek Pengelolaan DAPODIK TOT Tim DAPODIK pusat, provinsi dan kab/kota Pengolahan

Maka untuk tahun 2001 saja, ada peristiwa pelanggaran hukum yang belum diproses sebanyak 933 kasus, namun data yang diperoleh dari kejaksaan tahun 2001 hanya menerima perkara

Berkaitan dengan masalah kejahatan yang berbasis teknologi, ternyata pernah terjadi kekosongan hukum ( rechtsvacuum ) karena kesulitan dalam merumuskan delik (salah satu

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-3/W3, 2015 ISPRS Geospatial Week 2015, 28 Sep – 03 Oct 2015, La

Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2O12 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial

This study evaluated the relative geo-location accuracy of the TerraSAR-X ortho-rectified EEC product by the pixel matching methodology using the pairs of intensity

Saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah PT.TELKOM Surakarta, diharapkan mampu meningkatkan kualitas lingkungan fisik tempat kerja karyawan supaya karyawan merasa