ASPEK KELEMBAGAAN
BAB X
ASPEK KELEMBAGAAN KOTA YOGYAKARTA
10.1 Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya
Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan RPIJM pada pemerintahan kabupaten/kota.
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang ditetapkan melalui Pemerintah Daerah.
Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam.
2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota.PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi “(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar.(2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya adalah bidang pekerjaan umum”.
ASPEK KELEMBAGAAN
RPI2-JM KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015-2019
X-2 3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah
Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga,Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang.
Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3 subbagian dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.
4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014
Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran, serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan aparaturnya.
Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di berbagai instansi.Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi pusat dan daerah diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki sistem ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.
5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025
Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah.Permen ini memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah.
Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah dimulai sejak tahun 2005.Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu:
ASPEK KELEMBAGAAN
2. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda; 3. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan
fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;
4. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi, serta pembangunan dan pengembangan e-government;
5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan sistem rekrutmen pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan, asesmen individiu berdasarkan kompetensi;
6. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP);
7. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU);
8. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.
9. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.
10.2 Kondisi Kelembagaan Saat Ini
Bagian ini menguraikan secara sistematis tentang kondisi eksisting kelembagaan pemerintah Kota Yogyakarta yang menangani bidang Cipta Karya.
10.2.1 Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya
Peraturan mengenai instansi dan lembaga pemerintah di Kota Yogyakarta diatur dalam Peraturan Daerah Kota YogyakartaNomor 10 Tahun 2008 Tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok Dinas Daerah. Adapun lembaga pemerintah Kota Yogyakarta yang terkait langsung dengan program pembangunan Bidang Cipta Karya adalah Badan Perencanaan Pembangunn Daerah, Dinas Kimpraswil (Permukiman dan Prasarana Wilayah) dan Badan Lingkungan Hidup (BLH). Hal ini karena di dalam Dinas Kimpraswiltersebut terdapat subbidang keciptakaryaan yang terkait langsung dengan RPIJM meliputi Sub bidang/bidang yang mengurusi Air Bersih, Drainase, Permukiman, Air Limbah dan Penataan Bangunan dan Lingkungan sedangkan Persampahan ada pada BLH. Untuk Bappeda sebagaimana ketugasannya yaitu mengawal perencanaan pembangunan daerah memiliki wewenang dalam perencanaan pembangunan Cipta Karya sebagai bagian dari perencanaan pembangunan daerah. Berikut adalah kondisi dari masing-masing bidang tersebut.
Pembentukan struktur organisasi dan tata kerja Badan Lingkungan Hidup di Kota Yogyakarta. Adapun kedudukan, tugas dan fungsi dari dinas tersebut adalah sebagai berikut:
ASPEK KELEMBAGAAN
RPI2-JM KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015-2019
X-4 2) Badan Lingkungan Hidup dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah
3) Kepala Badan diangkat dan diberhentikan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku
Tugas Badan Lingkungan Hidup adalah :
1) Merumuskan dan merencanakan kebijakan pengelolaan kebersihan sampah, pengelolaan air limbah, pertamanan, perindang jalan, pengendalian dampak lingkungan, dan penanggulangan pencemaran
2) Melaksanakan pembinaan pengelolaan kebersihan sampah, pengelolaan air limbah, pertamanan, perindang jalan, pengendalian dampak lingkungan dan penanggulangan pencemaran
3) Melaksanakan pengelolaan kebersihan sampah, pengelolaan air limbah, pertamanan, perindang jalan, pengendalian dampak lingkungan, dan penanggulangan pencemaran, serta pemanfaatan sumber daya alam yang menjadi kewenangannya
4) Melaksanakan perencanaan, pembangunan, pengadaan, pemeliharaan sarana dan prasarana kebersihan sampah, pengelolaan air limbah, pertamanan, perindang jalan, pengendalian dampak lingkungan dan penanggulangan pencemaran
5) Melaksanakan pengawasan dan pengendalian teknis pengelolaan kebersihan sampah, pengelolaan air limbah, pertamanan, perindang jalan, pengendalian dampak lingkungan dan penanggulangan pencemaran
6) Melaksanakan pemberian rekomendasi, pemantauan dan pengawasan lingkungan hidup
7) Melaksanakan pemungutan retribusi sesuai dengan kewenangan yang diberikan 8) Melaksanakan ketatausahaan Dinas
Struktur Organisasi Badan Lingkungan Hidup Terdiri dari : 1. Kepala Badan
2. Bagian Sekretariat, terdiri dari :
a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian b. Sub Bagian Keuangan
c. Sub Bagian Adminstrasi Data dan Pelaporan 3. Bidang Pengelolaan Lingkungan, terdiri dari :
a. Su Bidang Pengawasan dan Pengendalian Lingkungan
b. Sub Bidang Pemulihan Lingkungan dan Pengelolaan Air Limbah 4. Bidang Pengembangan Kapasitas Lingkungan Hidup, terdiri dari : a. Sub Bidang Pengembangan Sumberdaya Lingkungan Hidup b. Sub Bidang Daur Ulang Sampah
5. Bidang Keindahan, terdiri dari : a. Sub Bidang Pertamanan
ASPEK KELEMBAGAAN
b. Sub Bidang Pengangkutan 5. Kelompok Jabatan Fungsional 8. Unit Pelaksana Teknis
Tata Kerja dalam Badan Lingkunagn Hidup adalah :
Dalam melaksanakan tugas, Kepala Badan, Kepala Bagian, Kepala Sub Bagian, Kepala Bidang, Kepala Sub Bidang, Kepala UPT dan Kelompok Jabatan Fungsional menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi secara vertical dan horizontal baik dalam lingkungan masing-masing maupun antar satuan organisasi sesuai dengan tugas masing-masing.
ASPEK KELEMBAGAAN
RPI-2JM KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015-2019 X -6
Gambar 10.1Struktur Organisasi Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta
SEKRETARIAT
Sub Bagian Umum& Kepegawaian Kelompok Jabat an
Fungsional
Sub Bagian Keuangan
BIDANG KEBERSIHAN BIDANG KEINDAHAN
Sub Bid Pengangkut an Sub Bid Pembersihan Sub Bid Pert amanan
Sub Bid Perindang Jalan Sub. Bid. Daur Ulang
Sampah Sub Bid Pengembangan Sumberdaya Lingkungan
Hidup
BIDANG PENGEMBANGAN KAPASITAS LINGKUNGAN
HIDUP
BIDANG PENGAWASAN DAN PEMULIHAN LINGKUNGAN HIDUP
Sub Bid Pengawasan dan Pengendalian Lingkungan
Sub Bid Pemulihan Lingkungan dan Pengelolaan Air Limbah
Unit Pelaksana Teknis KEPALA
ASPEK KELEMBAGAAN
Kedudukan Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah Kota Yogyakarta adalah sebagai berikut ini:
Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah merupakan unsur pelaksana pemerintahdaerah di bidang pengairan, drainase, bina marga, perkotaan, penerangan jalanumum, air limbah, permukiman, perumahan dan penataan ruang. Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah dipimpin oleh Kepala Dinas
yangberkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui SekretarisDaerah
Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah mempunyai tugas pokok melaksanakan urusanpemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan dibidangpengairan, drainase, bina marga, perkotaan, penerangan jalan umum, air limbah,permukiman, perumahan dan penataan ruang.
Susunan organisasi adalah sebagai berikut ini: 1. Kepala Dinas
2. Sekretariat, terdiri dari :
a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; b. Sub Bagian Keuangan,
c. Sub Bagian Data Adminstrasi dan Pelaporan
3. Bidang Tata Perkotaaan dan Penerangan Jalan Umum, terdiri dari : a. Seksi Tata Perkotaan;
b. Seksi Penerangan Jalan Umum.
4. Bidang Pengairan dan Drainase, terdiri dari : a. Seksi Pengairan;
b. Seksi Drainase.
5. Bidang Bina Marga, terdiri dari : a. Seksi Jalan dan Jembatan;
b. Seksi Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan, Peralatan dan Perbekalan. 6. Bidang Permukiman dan Saluran Air Limbah, terdiri dari :
a. Seksi Permukiman; b. Seksi Sarana Air Limbah. 7. UnitPelaksanaTeknis.
ASPEK KELEMBAGAAN
RPI2-JM KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015-2019
X-8 Struktur organisasi Dinas Kimpraswil Kota Yogyakarta dijelaskan secara diagramatis melalui gambar berikut ini.
Gambar 10.2Struktur Organisasi Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah Kota Yogyakarta
10.2.2 Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya
Sebagaimana ditetapkan dalam Program Reformasi Birokrasi, penataan tata laksanamerupakan salah satu prioritas program untuk peningkatan kapasitaskelembagaan. Tata laksana organisasi yang perlu dikembangkanadalah menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah denganmenumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatanproduktifitas dan kinerja.
ASPEK KELEMBAGAAN
Tabel 10.1Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya
No Instansi Peran Instansi dalam Pembangunan Bidang CK
Unit/Bagian yang Menangani Pembangunan Bidang CK
1. Bappeda Kota Yogyakarta
a. Perumusan kebijakan teknis bidang perencanaan pembangunan daerah; daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan dibidang pengairan, drainase, bina marga, perkotaan, penerangan jalan umum, air limbah, permukiman, perumahan dan penataan
1) Merumuskan dan merencanakan kebijakan pengelolaan kebersihan sampah, pengelolaan air limbah, pertamanan, perindang jalan, pengendalian dampak lingkungan, dan penanggulangan pencemaran 2) Melaksanakan pembinaan
pengelolaan kebersihan sampah, pengelolaan air limbah, pertamanan, perindang jalan, pengendalian dampak lingkungan dan penanggulangan pencemaran 3) Melaksanakan pengelolaan
kebersihan sampah, pengelolaan air limbah, pertamanan, perindang jalan, pengendalian dampak lingkungan, dan penanggulangan pencemaran, serta pemanfaatan sumber daya alam yang menjadi kewenangannya 4) Melaksanakan perencanaan,
pembangunan, pengadaan, pemeliharaan sarana dan prasarana kebersihan sampah, pengelolaan air limbah, pertamanan, perindang jalan, pengendalian dampak lingkungan dan penanggulangan pencemaran 5) Melaksanakan pengawasan dan
pengendalian teknis pengelolaan kebersihan sampah, pengelolaan air limbah, pertamanan, perindang jalan, pengendalian dampak lingkungan dan penanggulangan pencemaran 6) Melaksanakan pemberian
rekomendasi, pemantauan dan pengawasan lingkungan hidup 7) Melaksanakan pemungutan retribusi
sesuai dengan kewenangan yang diberikan
ASPEK KELEMBAGAAN
RPI2-JM KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015-2019
X-10 10.2.3 Kondisi Sumber Daya Manusi (SDM) Bidag Cipta Karya
Dalam kaitannya dengan Reformasi Birokrasi, penataan sistem manajemen SDM aparatur merupakan program ke-5 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi, yang perlu ditingkatkan tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga kualitas. Ada tiga lembaga yang akan dilihat kondisi SDM-nya yaitu Dinas Kimpraswil, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Badan Lingkungan Hidup. Berikut ini disampaikan data komposisi pegawai dalam unit kerja Bidang Cipta Karya.
Tabel 10.2Komposisi Pegawai dalam Unit Kerja Bidang Cipta Karya
Unit Kerja Golongan Jenis Kelamin Latar Belakang Pendidikan
Dengan mengacu pada kondisi eksisting kelembagaan perangkatdaerah, bagian ini menguraikan analisis permasalahan kelembagaanPemerintah kabupaten/kota yang menangani bidang Cipta Karya
10.3.1. Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya
Berdasarkan struktur organisasi, tugas dan fungsi organisasi sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku khususnya Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan Dan Tugas Pokok Dinas Daerah. Namun demikian ada beberapa hal yang menjadi kendala dalam penyelenggaraan tupoksi kiciptakaryaan, diantaranya yaitu :
a. Koordinasi antar lembaga yang belum dilakukan dengan efektif
b. Belum tersedianya database keciptakaryaan yang terpadu dan mudah diakses c. Peningkatan pertumbuhan masalah yang harus ditangani
d. Pertumbuhan kebutuhan pembiayaan
e. Tuntutan publik terhadap ketersediaan infrastruktur cipta karya
10.3.2. Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya
ASPEK KELEMBAGAAN
Kedudukan Dan Tugas Pokok Dinas Daerah. Dalam Perda ini dijelaskan secara jelas tentang tupoksi (tugas pokok dan fungsi) masing-masing dinas/unit kerja yang ada.
10.3.3. Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya
Analisis Sumber Daya Manusi (SDM) Bidang Cipta Karya menunjukkan adanya beberapa kendala diantaranya :
a. Jumlah dan kualitas SDM keciptakaryaan yang belum mencukupi. Luasan daerah layanan dan banyaknya unit kegiatan membutuhkan penyesuaian jumlah dan kapasitas SDM.
b. Terjadinya rolling pegawai (perpindahan) yang tidak diikuti dengan regenerasi. Hal ini menjadi kendala karena berpengaruh dalam terbentuknya koordinasi antar SDM.
10.3.4. Analisis SWOT Kelembagaan
Pelaksanaan Sub Bidang Air Limbah dan Persampahan ditangani oleh Dinas Lingkungan Hidup melalui Seksi Pembersihan dan Seksi Pengangkutan pada Bidang Kebersihan untuk Sub-Bidang Persampahan. Sedangkan untuk Sub Bidang Air Limbah ditangani oleh Seksi Pemulihan Lingkungan dan Pengelolaan Air Limbah Bidang Pengelolaan Lingkungan. Sedang Pelaksanaan Sub Bidang Drainase, PSD Permukiman, dan Tata Bangunan Lingkungan dilaksanakan oleh Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah melalui Seksi Tata Ruang dan Seksi Tata Bangunan Bidang Tata Ruang dan Bangunan untuk Sub Bidang Tata Bangunan Lingkungan, kemudian Seksi Drainase untuk Sub-Bidang Drainase, serta Seksi PSD Permukiman dan Seksi Perumahan Bidang Permukiman untuk Sub Bidang Pengembangan Permukiman. Pelaksana Sub Bidang Air minum dilaksanakan oleh PDAM. Sehingga masalah yang dihadapi adalah penanganan pembangunan keciptakaryaan di Kota Yogyakarta dilakukan oleh instansi yang berbeda hal itu tentunya akan menyulitkan dalam hal koordinasi. Beberapa masalah yang dapat diidentifikasi terkait dengan kelelmbagaan pelaksana pembangunan bidang cipta karya adalah:
1) Besarnya volume program yang diperlukan dibandingkan kapasitas lembaga yang menangani
2) Belum optimalnyakoordinasi antar instansi pelaksana pembangunan CK. 3) Ketatalaksanan penyelenggaraan CK di instansi pemerintah
4) Belum terpenuhinya kebutuhan sumber daya manusia, baik secara kualitas maupun kuantitas.
5) Masih kurangnya prasarana fisik, meliputi masalah-masalah kurangnya kualitas dan kuantitas prasarana kantor.
ASPEK KELEMBAGAAN
RPI2-JM KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015-2019
X-12 memperkokoh basis sumber daya. Pada aspek institusi, lemahnya koordinasi antarinstansi dan antardaerah otonom telah menimbulkan pola pengelolaan kecitakaryaan yang kurang efisien, bahkan tidak jarang saling berbenturan. Pada sisi lain, kesadaran dan partisipasi masyarakat, sebagai salah satu prasyarat terjaminnya keberlanjutan pola pengelolaan keciptakaryaan, masih belum mencapai tingkat yang diharapkan karena masih terbatasnya kesempatan dan kemampuan.
Sasaran pembangunan dan pengelolaan bidang keciptakaryaan pada tahun 2008 berorientasi pada tersedianya pelayanan kepada publik bidang keciptakaryaan sesuai dengan standar pelayanan minimal. Selanjutnya dengan terpenuhinya pelayanan minimal kepada publik akan mendorong peningkatan produktivitas sektor-sektor ekonomi yang menggunakan infrastruktur keciptakaryaan sebagai salah satu sarana pendukung faktor produksinya. Sasaran kedua adalah meningkatnya partisipasi swasta yang antara lain dalam bentuk investasi dalam pembangunan dan pengelolaan infrastruktur di kabupaten/kota.
ASPEK KELEMBAGAAN
Tabel 10.3Analisis SWOT Kelembagaan Bidang Cipta Karya
Internal 1. Jumlah dan kualitas SDM 2. Keterbatasan dana 3. Koordinasi antar lembaga
4. Keterbatasan jumlah dan kualitas sarana dan 2. Perencanaan dan penilaian
(valuation) pembiayaan
2. Penguatan lembaga untuk peningkatan partisipasi masyarakat
3. Penguatan UPTD untuk manajemen aset dan
2. Kenaikan harga barang kebutuhan sarana cipta karya
4. Pertumbuhan kebutuhan pembiayaan
5. Tuntutan publik terhadap ketersediaan infrastruktur kualitas maupun kuantitas
untuk pengembangan
ASPEK KELEMBAGAAN
RPI2-JM KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015-2019
X-14 diperoleh. Sedangkan kekurangan-kekurangan dapat diusahakan untuk dikurangi, atau bahkan dihilangkan sama sekali, dengan kerjasama yang saling menutupinya.
Kemitraan dalam pembangunan pada dasarnya mengandung hakekat keadilan dalam perolehan keuntungan dan manfaat, pembebanan biaya dan penanggungan risiko yang timbul dalam kegiatan usaha tersebut. Dengan demikian, kemitraan yang dikembangkan adalah kemitraan yang setara antara para pelaku sesuai dengan kemampuan kontribusinya. Kemitraan yang setara memerlukan pula pemahaman yang kuat terhadap hak dan tanggung jawab serta peranan dari masing-masing pelaku.
Pengembangan kemitraan dalam pembangunan dapat mencakup dua pola dasar, yaitu pertama, dalam bentuk peran serta swasta dan masyarakat dalam pembangunan yang sifatnya memberikan lebih banyak peluang untuk berpartisipasi pada kegiatan yang semula merupakan tugas pemerintah. Atau dengan kata lain, pemerintah memberi ijin pemanfaatan aset milik pemerintah (konsesi)kepada pihak swasta dan masyarakat untuk digunakan dalam jangka waktu tertentu guna melakukan tugas-tugas pelayanan umum. Kedua, kerjasama kemitraan antara masyarakat, swasta dan pemerintah melalui pengembangan formula pembagian modal kerja yang menjadi tanggung jawab masing-masing pihak. Dalam rangka ini dikembangkan pola -pola kerjasama kemitraan yang mencakup pembagian keuntungan dan sekaligus juga risikonya.
Untuk mewujudkan kemitraan dalam bentuk-bentuk tersebut, perlu kesepakatan dalam persepsi kemitraan antara swasta maupun pemerintah. Swasta tidak hanya mempertimbangkan aspek keuntungan ekonomi jangka pendek saja, apalagi yang bersikap spekulatif, tetapi sudah harus memperhatikan kesinambungan pembangunan, atau lebih mengkonseptualisasikan pemikiran investasi yang berwawasan jangka panjang.
Secara potensial ada peluang-peluang yang terbuka lebar untuk menumbuhkembangkan kemitraan yang saling menguntungkan dalam pembangunan nasional, khususnya dalam pembangunan perkotaan. Potensi dan peluang yang besar ini terutama disebabkan oleh makin meningkatnya kemampuan masyarakat di perkotaan untuk memperoleh pelayanan perkotaan yang makin berkualitas dengan sistem penyediaan yang lebih baik. Kemampuan masyarakat saat ini sangat berkembang, terutama untuk membayar pelayanan yang lebih baik tersebut memberi landasan keekonomian yang kuat bagi pengembangan kemitraan dalam penyediaan pelayanan prasarana dan sarana yang tersedia.
ASPEK KELEMBAGAAN
prasarana kota dan antara kota yang berdampingan atau berdekatan, baik yang dibangun pemerintah maupun yang dibangun oleh swasta. Selain itu juga dapat saling mendukung dengan sistem dalam kota intinya dan juga mendukung keterkaitan dengan kota-kota lainnya.
Dengan kata lain, sinkronisasi pembangunan regional merupakan tantangan yang harus diatasi dengan meningkatnya berbagai bentuk pembangunan skala besar oleh pihak swasta. Dalam banyak hal, memang kegiatan swasta sudah tidak lagi berskala mikro, tetapi sudah sampai pada skala makro yang berdampak makro pula, seperti pengembangan permukiman skala besar atau kota baru, penyediaan sistem telekomunikasi melalui satelit, pembangunan pusat-pusat tenaga listrik, dan sebagainya. Mengingat makin besarnya bentuk dan nilai partisipasi swasta dalam pembangunan daerah yang berskala besar seperti itu, maka sinkronisasi investasi pembangunan menjadi imperatif agar terjadi sinergi yang optimal antara berbagai pelaku pembangunan. Kegiatan yang saling tumpang tindih harus dapat dihilangkan. Di sisi lain, adanya sinkronisasi dapat mengisi ‘gap’ atau kekosongan dari suatu kegiatan pembangunan.
Dalam membangun kemitraan, pihak-pihak yang terlibat tentu harus memiliki tanggung jawab karena kemitraan bukanlah bertepuk sebelah tangan. Meskipun semua pihak memiliki tanggung jawab, pemerintah tetap harus mengambil prakarsa paling tidak untuk menciptakan iklim yang merangsang bagi usaha kemitraan, antara lain dengan:
1) Mengembangkan kebijaksanaan dan strategi pembangunan yang jelas, yang tercermin baik pada tujuan, arahan maupun indikator-indikator kebijaksanaan (policy indicators).
2) Menetapkan prioritas pembangunan yang realistis dan diikuti oleh semua pihak, baik pemerintah maupun dunia usaha dan masyarakat. Untuk itu perlu kesepakatan di antara berbagai pelaku pembangunan ini, dan karena itu perlu ada dialog-dialog. 3) Memantapkan mekanisme komunikasi yang lancar dan transparan. Transparansi erat
kaitannya dengan tingkat partisipasi dan oleh karena itu, sejak pada tahap awal mekanisme kemitraan yang transparan harus dikembangkan dan dimantapkan. 4) Mengembangkan pilihan-pilihan atas pola-pola kemitraan yang dapat mencakup
kepentingan-kepentingan yang ada di berbagai lapisan dan golongan masyarakat, sehingga masyarakat dapat berperanserta seluas-luasnya dalam kemitraan pembangunan.
5) Menyiapkan rencana pengembangan kemitraan yang mencakup rencana investasi pemerintah, swasta dan masyarakat sebagai bagian dari pembangunan nasional. 6) Menyiapkan kerangka peraturan dan arahan serta pedoman yang dapat menjadi
acuan terutama bagi swasta dan masyarakat dan juga menjamin kepastian usaha.
10.4 Rencana Pengembangan Kelembagaan
ASPEK KELEMBAGAAN
RPI2-JM KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015-2019
X-16 manusia.Berdasarkan strategi-strategi tersebut, dapat dikembangkan rencanapengembangan kelembagaan di daerah seperti dijelaskan sebagai berikut ini.
10.4.1. Rencana Pengembangan Keorganisasian
Rencana pengembangan Keorganisasian sebagaimana hasil analisis dan evaluasi tugas dan fungsi satuan organisasi dapat diupayakan dengan :
1) Optimalisasi dan peningkatan efektivitas pelaksanaan fungsi organisasi pelaksana pembangunan bidang cipta karya
2) Peningkatan kapasitas kelembagaan dalam menentukan social cost and benefit sharing untuk pembangunan infrastruktur bidang cipta karya
3) Penguatan lembaga untuk peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan cipta karya
4) Penguatan UPTD untuk manajemen aset dan monitoring & evaluasi infrastruktur Cipta Karya
5) Menyusun tupoksi sesuai dengan analisis jabatan dan beban kerja dalam rangka mendayagunakan dan meningkatkan kapasitas kelembagaan satuan organisasi di masing-masing unit kerja di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya bidang Cipta Karya
10.4.2. Rencana Pengembangan Ketatalaksanaan
Rencana pengembangan ketatalaksanaan sebagai analisis SWOT yang dilakukan, dapat diupayakan dengan :
1) Pembentukan lembaga yang menangani program-program kemitraan pemerintah dengan swasta maupun dengan masyarakat dalam pembangunan bidang cipta karya
2) Peningkatan kemampuan dalam perencanaan dan penilaian (valuation) pembiayaan investasi dari sumber-sumber pemerintah, swasta dan masyarakat 3) Peningkatan prasarana dan sarana kerja pendukung pembangunan bidang cipta
karya, khususnya untuk pengadaan alat pengelolaan sampah dan drainase 4) Peningkatan efektivitas ketatalaksanan penyelenggaraan pembangunan bidang
cipta karya
5) Peningkatan kualitas prasarana dan sarana kerja pendukung pembangunan bidang cipta karya
6) Kerjasama pemerintah swasta untuk pengadaan rumah sehat
7) Pembagian kerja dan program yang jelas antar unit dalam instansiataupun lintas instansi di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya di bidang Cipta Karya
10.4.3. Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
ASPEK KELEMBAGAAN
mendukung pembinaan kapasitaspegawai melalui pelatihan. Sesuai dengan lingkup kegiatan bidangCipta Karya, dalam rangka peningkatan kualitas SDM terdapatbeberapa pelatihan yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Cipta KaryaKementerian PU yang dapat dilaksanakan antara lain.
1. Bimbingan Teknis Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah NegaraPusat, Barat dan Timur serta sertifikasi Pengelola Teknis
2. Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara 3. Bimbingan Teknis Pengelolaan Rumah Negara Golongan III
4. Training of Trainers (TOT) Bidang Penyelenggaraan Penataan Bangunandan Lingkungan
5. Training of Trainers (TOT) Sosialisasi Peraturan Perundangan-undanganBangunan Gedung dan Lingkungan
6. Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Dit. PBL
7. Peningkatan Kapasitas SDM Dit. PBL bekerjasama dengan Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi
8. Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Keprotokolan 9. Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang TataPersuratan
10. Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Pemeliharaan dan Pengamanan Infrastruktur Publik Bidang Cipta Karya
11. Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Aparatur Negara dalamTanggap Darurat Bencana
12. Pembinaan Teknis Percepatan Proses Hibah/Alih Status Barang MilikNegara 13. Pembinaan Teknis Penerapan Aplikasi SIMAK BMN
14. Pembinaan Teknis Pengembangan Kompetensi Pegawai 15. Pembinaan Teknis Pemetaan Kompetensi Pegawai 16. Diklat Pejabat Inti Satker (PIS)
ASPEK KELEMBAGAAN
RPI2-JM KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015-2019
X-18
Contents
10.1 Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya ... 1
10.2 Kondisi Kelembagaan Saat Ini ... 3
10.2.1 Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya ... 3
10.2.2 Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya... 8
10.2.3 Kondisi Sumber Daya Manusi (SDM) Bidag Cipta Karya ... 10
10.3 Analisis Kelembagaan ... 10
10.3.1. Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya ... 10
10.3.2. Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya ... 10
10.3.3. Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya ... 11
10.3.4. Analisis SWOT Kelembagaan ... 11
10.4 Rencana Pengembangan Kelembagaan ... 15
10.4.1. Rencana Pengembangan Keorganisasian ... 16
10.4.2. Rencana Pengembangan Ketatalaksanaan ... 16
10.4.3. Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) ... 16
Tabel 10. 1 Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya ... 9
Tabel 10. 2 Komposisi Pegawai dalam Unit Kerja Bidang Cipta Karya... 10
Tabel 10. 3 Analisis SWOT Kelembagaan Bidang Cipta Karya ... 13
Gambar 10.1Struktur Organisasi Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta ... 6