BAB X
ASPEK KELEMBAGAAN
KOTA PAREPARE
10.1 Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya
Arah Kebijakan kelembagaan daerah di Kota Parepare terkait erat dengan pelaksanaan program pembangunan infrastruktur bidang PU/Cipta Karya yang fungsi kinerjanya dilakukan melalui suatu koordinasi baik secara vertikal maupun horisontal dan intensif untuk tujuan sinkronisasi di dalam
pelaksanaan program dengan instansi-instansi terkait. Untuk itu, peningkatan dari kapasitas kelembagaan diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan
agar kegiatan investasi pengembangan infrastruktur dapat terjamin keberlanjutannya secara optimal.
Beberapa kebijakan yang merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan RPIJM Kota Parepare, antara lain :
1. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah;
2. PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;
3. PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Daerah; 4. PP No. 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014;
5. Perpres No. 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025;
6. Inpres No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional
7. Permen PU No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimum; 8. Permendagri No. 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan
9. Permendagri No. 57 Tahun 2010 tentang Pedoman Estandar pelayanan Perkotaan;
10. Kepmen PAN No. 75 Tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil.
Kelembagaan daerah di Kota Parepare terkait erat dengan pelaksanaan program pembangunan infrastruktur PU Bidang Cipta Karya yang fungsi
kinerjanya dilakukan melalui suatu koordinasi baik secara vertikal maupun horisontal intensif untuk tujuan sinkronisasi di dalam pelaksanaan program
dengan instansi-instansi terkait. Untuk itu, peningkatan dari kapasitas kelembagaan diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan agar kegiatan investasi pengembangan infrastruktur dapat terjamin keberlanjutannya secara baik.
Peran dan hubungan atas keterlibatan unsur pemerintahan seperti PU, Bappeda, Dinas-Dinas terkait dan PDAM, swasta dan masyarakat diperlukan agar pelaksanaan program menjadi satu kesatuan dengan pelaksanaan program lainnya. Pembentukan perangkat daerah didasarkan pada urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan dengan memperhatikan kebutuhan, kemampuan keuangan, cakupan tugas, kepadatan penduduk, potensi, karakteristik serta sarana dan prasarana. Penataan organisasi perangkat daerah ini dilakukan melalui analisis jabatan dan analisis beban kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta didukung oleh ketersediaan sumberdaya manusia yang memadai, sehingga fungsi pelayanan yang terdapat dalam urusan yang menjadi kewenangannya dapat
terlaksana secara lebih optimal.
10.2 Kondisi Kelembagaan Saat Ini
10.2.1 Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya
sangat penting karena besarnya tanggung jawab yang harus dipikul dalam menjalankan roda pengelolaan yang biasanya tidak sederhana bahkan cenderung cukup rumit.
Kondisi Kelembagaan pemerintahan Kota Parepare, saat ini memperlihatkan beberapa kendala dalam mendukung program pembangunann bidang keciptakaryaan kota Parepare, antara lain:
a. Organisasi belum sesuai dengan kapasitas kewenangan yang
dibutuhkan;
b. Dukungan peraturan belum memadai;
c. Terbatasnya sumberdaya manusia yang dimiliki; dan d. Manajemen pelayanan masih perlu ditingkatkan.
Permasalahan yang sering dihadapi Dinas PU/Bid. Cipta Karya antara lain masih terbatasnya tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan dari aparatur/sumber daya manusia (SDM) yang menangani/mengelola berbagai bidang di berbagai Dinas/Badan dan Kantor di Kota Parepare. Peningkatan pendidikan formal para aparatur, kursus singkat, pelatihan dll masih sangat dibutuhkan dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) sehingga kualitas SDM semakin tahun semakin meningkat. Selain masih terbatasnya SDM bidang tertentu dan penempatan tenaga kerja yang sesuai keahlian. Prasrana dan sarana kerja juga masih terbatas seperti: ruang kerja, perangkat komputer, perangkat survey,kendaraan operasional dll sehingga belum optimal dalam pelaksanaan kerja. Belum Gedung perkantoran sendiri dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari, sehingga mengurangi efektifitas kerja.
10.2.2 Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya
Di dalam pelaksanaan/implementasi RPIJM Bidang Cipta Karya di Kota Parepare melibatkan banyak komponen kelembagaan sehingga terjalin koordinasi dan sinkronisasi program/kegiatan di bidang keciptakaryaan sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing lembaga.
dalam menjalankan roda pengelolaan yang biasanya tidak sederhana bahkan cendrung cukup rumit. Untuk maksud tersebut peran kelembagaan bidang PU/Cipta Karya memiliki posisi yang cukup penting didalam implentasi program yang akan disepakati.
Aspek kelembagaan yang dimaksud dalam pelaksanaan RPIJM bidang PU/Cipta Karya Kota Parepare akan bertugas untuk menjalaskan fungsinya melalui suatu koordinasi baik secara vertikal maupun horisontal. Dengan
demikian akan diperlukan koordinasi yang intensif untuk tujuan singkronisasi didalam pelaksanaan program termasuk didalamnya Bappeda, Dinas-Dinas
dan PDAM. Oleh karena RPIJM ini bersifat program jangka menengah, maka di perlukan peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah baik kelembagaan masyarakat maupun swasta yang terkait langsung dengan program yang akan dilaksanakan.
Tabel10.1HubunganKerjaInstansiBidangCiptaKarya
1. Bappeda Koordinasi penyusunan program
dan anggaran CK
3. PDAM Koordinasi terkait penyusunan
program dan anggaran air minum
Bidang perencanaan dan
10.2.3 Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya
Kondisi dan potensi kelembagaan, khususnya yang terkait dengan sumber
daya manusia yang dimiliki oleh PU Bidang Cipta Karya Kota Pare Pare. Dalam kaitannya dengan Reformasi Birokrasi, penataan sistem manajemen SDM aparatur merupakan program yang perlu ditingkatkan tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga kualitas. Bagian ini menguraikan kondisi SDM di keorganisasian instansi yang menangani bidang Cipta Karya.
10.3 Analisis Kelembagaan
Untuk program pengembangan kelembagaan ini dibagi dalam 3 tahap pengembangan yaitu :
10.3.1 Tahap Konsolidasi
Dalam tahap konsolidasi, kegiatan peningkatan koordinasi lembaga baik itu lembaga vertikal maupun lembaga horizontal pada dinas atau instansi sangat penting, penambahan aparat pada bidang atau seksi yang terkait RPIJM sehingga kebutuhan aparat tercukupi, peningkatan kualitas aparat terkait dengan penyusunan program atau pelaksanaan RPIJM, melengkapi organisasi ekstrastruktural dan sebagainya.
Terciptanya kesinambungan penyusunan dan pelaksanaan program sangat
terhadap pemerintah daerah dalam aspek pengembangan kota, teknis, keuangan dan kelembagaan RPIJM yang bersifat in-house consultant yang merupakan bantuan teknis dari Direktorat Bina Program Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen PU.
10.3.2 Tahap Optimalisasi
Dalam tahap optimalisasi program berjalan terdapat kegiatan-kegiatan seperti optimalisasi kinerja struktur organisasi dinas atau instansi terkait
keberlanjutan pelaksanaan program pembangunan, sehingga implikasi optimalisasi kinerja tersebut baik itu mampu atau kurang mampu dalam
menangani program pembangunan dapat disempurnakan, penambahan sumber daya manusia pada dinas atau instansi sehingga kebutuhan sumber daya manusia tercukupi, peningkatan kualitas aparat yang berkaitan dengan pelaksanaan program dan sebagainya.
10.3.3 Tahap Penyempurnaan
Dalam tahapan penyempurnaan terdapat kegiatan evaluasi atau uji hasil terhadap pelaksanaan program pembangunan yang berjalan seperti penggunaan hasil evaluasi pelaksanaan program untuk memperbaiki pelaksanaan program yang belum optimal, merekomendasikan penggunaan aparatur yang telah terlatih dalam menangani program untuk tetap bekerja sampai akhir pelaksanaan program sehingga akan tercipta organisasi yang baik, kualitas yang baik dan kuantitas yang mencukupi dari segi aparatur khususnya dibidang perencana, bidang pelaksana dan bidang pengawas, adanyan pelatihan-pelatihan teknis dan manajemen untuk lebih meningkatkan kualitas aparatur.
10.3.4 Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya
Secara umum masalah yang dihadapi di dalam pelaksanaan pembangunan, khususnya Unit Kerja Bidang Cipta Karya Kota Parepare yang dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
b. Dukungan peraturan belum memadai;
c. Terbatasnya kemampuan sumberdaya manusia yang dimiliki; dan
d. Manajemen pelayanan masih perlu ditingkatkan.
Uraian tugas pokok dan fungsi dari susunan dan struktur Pemerintah Daerah dan tata kerja dinas lingkup Pemerintah Daerah Kota Pare Pare sebagai penyelenggara pemerintah, pembangunan dan pelayanan umum masyarakat
mengacu kepada Peraturan Bupati. Prosedur tugas yang menjadi acuan dalam pelaksanaan RPIJM di wilayah Kota Parepare pada dasarnya
dilakukan sepenuhnya oleh Dinas Pekerjaan Umum Kota Parepare. Akan tetapi koordinasi dengan instansi lain perlu dilakukan terkait dengan program yang menjadi usulan. Dinas Pekerjaan Umum Kota Parepare merupakan institusi yang menangani penyusunan dan implementasi program investasi bidang keciptakaryaan, memiliki kewenangan dalam pengambilan keputusan dari proses perencanaan, penganggaran dan hubungan antar instansi terkait, dalam melaksanakan program/kegiatan yang telah dirumuskan dalam RPIJM.
10.3.5 Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya
Sebagai antisipasi kebijaksanaan strategi pengembangan fisik sosial dan ekonomi maka aspek kelembagaan merupakan faktor penting dalam pelaksanaan dan pengawasan strategi pengembangannya. Beberapa kebijaksanaan dasar dalam strategi pengembangan kelembagaan yaitu:
a. Peningkatan fungsi dan peran serta setiap unit perencanaan di setiap tingkatan pemerintahan dan dinas-dinas/lembaga/instansi beserta seluruh perangkat pemerintahan lainnya untuk
menyamakan persepsi perencanaan tata ruang.
Lebih jauh analisis dan kajian permasalahan yang dihadapi dalam aspek kelembagaan dapat dilakukan dengan melakukan analisis organisasi dengan menggunakan model SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, Threath).
10.3.6 Analisis Sumberdaya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya
Untuk mewujudkan pelaksanaan pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) di bidang keciptakaryaan perlu disiapkan sumber daya manusia (SDM) dari aparatur yang menangani bidang keciptakaryaan
tersebut. Peningkatan SDM dapat melalui pendidikan formal maupun non formal atau pelatihan singkat dan kursus-kursus teknis yang mendukung
tugas pokok dan fungsi sehingga mendapatkan SDM yang profesional sesuai dengan bidangnya. Untuk mendukung peningkatan SDM ini perlu didukung oleh komitmen Pemerintah Daerah dalam peningkatan profesionalisme aparatur sehingga pelaksanaan program yang tertuang dalam RPIJM dapat terlaksana sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai.
Adapun prinsip dari pelaksanaan pengembangan dan peningkatan kapasitas adalah :
1. Pengembangan kapasitas bersifat multi-dimensional, mencakup
beberapa kerangka waktu; jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek,
2. Pengembangan kapasitas menyangkut “multiple stakeholders”,
3. Pengembangan kapasitas harus bersifat “demand driven”, dimana
kebutuhannya tidak ditentukan dari atas/luar, tetapi harus datang dari stakeholdernya sendiri, dan
4. Pengembangan kapasitas mengacu pada kebijakan nasional, seperti
RPJMN
Faktor utama untuk terwujudnya upaya pengembangan dan peningkatan
peningkatan kapasitas yang dimaksud, serta siap dengan semua konsekuensinya.
Pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) di Kota Pare Pare sangat dibutuhkan sehingga mampu mengikuti perkembangan waktu, informasi dan teknologi. Untuk meningkatkan SDM dapat dilakukan melalui pemberian beasiswa untuk melanjutkan pendidikan formal, pelatihan, kursus singkat dll sangat diperlukan sehingga perlu dipersiapkan SDM yang mau
dan mampu dalam meningkatkan kapasitasnya.
Dengan Pengembangan teknologi dan informasi dunia yang sangat cepat
dan ini perlu percepatan pula dalam menangkap dan meresponnya, untuk itu sangat dibutuhkan. Bantuan teknis berupa pelatihan, kursus dalam berbagai sektor bidang dan peningkatan pendidikan formal (dari pendidikan SMA ke S-1, S-1 ke S-2) serta dukungan dari berbagai pihak dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) masih sangat dibutuhkan.
10.3.7 Analisis SWOT Kelembagaan
Tabel 10.2
Matriks Analisis SWOT Aspek Kelembagaan
Strategi
STRENGTH (S) / KEKUATAN WEAKNESS (W) / KELEMAHAN
1. Potensi SDM yang cukup memadai
2. Dukungan Pemerintah Kota Parepare Cukup Besar Di Dalam Pelaksanaan RPIJM terhadap instansi PU Bidang Cipta Karya
3. Dukungan Pemerintah dan partisipasi masyarakat dalam Pelaksanaan Program pembangunan Prasarana dan Sarana Pendukung
1. Perkembangan Kawasan Perkotaan Kota Parepare cenderung sporadis
2. Koordinasi di dalam pelaksanaan program pembangunan infrastruktur masih sangat terbatas
3. Munculnya kawasan-kawasan baru yang memerlukan pengendalian dan pembiayaan
OPPORTUNITY (O)/ PELUANG STRATEGI SO STRATEGI WO
1. Dukungan Pembiayaan Dari Pemerintah
Pusat untuk menangani PU Bidang Cipta Karya
1. Dukung Pemerintah Provinsi Untuk
Mengembangan Kawasan potensial Cukup Positif
2. Tingginya minat di Kota Parepare
2. Peningkatan SDM Aparat PU Bidang Cipta Karya
3. Optimalisasi pengembangan kawasan
Pengembangan Kota Parepare yang berkelanjutan
4. Optimalisasi sumber-sumber pendanaan daerah,
partisipasi swasta dan masyarakat, untuk mendukung program PU Bidang Cipta Karya
5. Peningkatan Kualitas dan Kuantitas SDM
melalui jalur pendidikan dan pelatihan PU Bidang Cipta Karya
6. Optimalisasi sumberdaya dalam
pelaksanaan pembangunan PU Bidang Cipta Karya
1. Efektifitas dan efisiensi di dalam penganggaran yang dibarengi dengan peningkatan pelayanan
THREATS (T) / HAMBATAN STRATEGI ST STRATEGI WT
1. Globalisasi Ekonomi yang cukup kuat 2. Lemahnya koordinasi pelaksanaan program 3. Pembiayaan Pembangunan yang Terbatas
1. Mengupayakan peningkatan jiwa usaha bagi masyarakat untuk menggalang sumber-sumber pendanaan
2. Penegasan RTRW sebagai alat pengendali pembangunan Kota Parepare
7. Penguatan struktur kelembagaan PU Bidang Cipta
Karya
3. melalui penegasan tugas dan fungsi masing-masing bidang.
1. Peningkatan dan pemberdayaan manejemen bida PU/Cipta Karya Kota Parepare
2. Peningkatan koordinasi dan manajemen tata pemerintahan yang baik.
3. Peningkatan kapasitas kelembagaan masyarakat untuk mendukung pelaksanaan program PU Bidang Cipta Karya
.
10.4 Rencana Pengembangan Kelembagaan
Rencana pengembangan kelembagaan pemerintah Kota Pare Pare serta
kapasitas dan kewenangan instansi untuk mendukung RPI2JM menjadi sangat penting karena besarnya tanggung jawab yang harus dipikul dalam
menjalankan roda pengelolaan yang biasanya tidak sederhana bahkan cendrung cukup rumit. Kondisi kelembagaan dalam pelaksanaan dan implementasi program keciptakaryaan, jika dikaji secara mendalam masih mengalami berbagai hambatan dan permasalahan. Hambatan dan permasalahan yang dimaksud sebagai berikut :
1. Struktur organisasi kelembagaan pada pemerintah Kota Pare Pare
belum sesuai dengan kapasitas kewenangan yang dibutuhkan sesuai yang dipersyaratkan dalam peraturan pemerintah;
2. Dukungan peraturan belum memadai;
3. Terbatasnya dan relevansi sdm yang dimiliki dengan bidang tugas belum
terselenggara secara optimal;
4. Manajemen pelayanan masih perlu ditingkatkan;
Sebagai antisipasi kebijaksanaan dan strategi pengembangan fisik, sosial dan ekonomi maka aspek kelembagaan merupakan faktor penting dalam
pelaksanaan dan pengawasan khususnya dalam menjabarkan strategi pengembangannya. Beberapa kebijaksanaan dasar dalam strategi
pengembangan kelembagaan yang akan dikembangkan di Kota Parepare untuk mendukung pelaksanaan RPIJM 2016-2020 sebagai berikut :
1. Peningkatan fungsi dan peran serta setiap unit perencanaan disetiap
tingkatan pemerintahan dan dinas-dinas/lembaga/instansi beserta seluruh perangkat pemerintahan lainnya untuk menyamakan persepsi perencanaan tata ruang;
2. Koordinasi didalam pelaksanaan program diawali dari perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program secara berkala;
3. Peningkatan kapasitas kelembagaan dan peningkatan SDM yang
10.4.1 Rencana Pengembangan Keorganisasian
Unit KerjaBidang Cipta Karya Kota Pare Pare merupakan institusi yang
menangani penyusunan dan implementasi program investasi Bidang Cipta Karya, memiliki kewenangan yang terbatas dalam pengambilan keputusan
dalam proses perencanaan, penganggaran dan hubungan antar instansi terkait. Diusulkan untuk dibentuk satuankerja yang terdiri dari seluruh unit kerja terkait Bidang Cipta Karya, perencanaan dan penganggaranAntara lain Dinas PU, Bappeda, Badan Pengelola Keuangan Daerah. Untuk mendukung pelaksanaan program keciptakaryaan Parepare, maka diperlukan langkah-langkah koordinasi sebagai berikut:
a. Dalam hal penganggaran pelaksanaan program, maka Dinas Tata Ruang, Permukiman dan Perumahan (bidang cipta karya) akan berkoordinasi dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah; dan b. Dalam hal pelaksanaan program maka Dinas Tata Ruang, Permukiman
dan Perumahan (bidang cipta karya)Kota Pare Pare, akan berkoordinasi dengan dinas/instansi yang terkait langsung dengan pelaksanaan program.
Dalam upaya untuk mempermudah pelaksanaan koordinasi perencanaan
dan pengendalian program bidang Cipta Karya di level Kabupaten/Kota, maka harus di bentuk Satgas Randal Kabupaten/kota (Surat Edaran
Direktorat Jenderal Cipta Karya No. 11/SE/DC/2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Perencanaan dan Pengendalian Bidang Cipta Karya dan Surat Keputusan Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan No. 650/386/Distarkim tanggal 31 Januari 2013 tentang Pembentukan SATGAS RANDAL Kabupaten/Kota). Satgas Randal Kabupaten/Kota sebaiknya beranggotakan dengan melibatkan unsur-unsur dari :
1. Pokjanis Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP);
3. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) kabupaten/Kota bidang Cipta Karya;
4. Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Kab./Kota;
5. Tim Koordinasi Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP). Adapun penjelasan dari masing-masing unsur Satgas Randal Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut :
1. Pokjanis SPPIP. Kelompok kerja teknis (Pokjanis) SPPIP bertugas terutama untuk menghasilkan dokumen SPPIP dan Rencana
Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) di bidang permukiman. Dokumen SPPIP dan RPKPP diperlukan dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan permukiman melalui pengurangan luasan kawasan kumuh, peningkatan kualitas penyelenggaraan penataan kawasan permukiman dan peningkatan pelayanan infrastruktur permukiman. Dalam melakukan tugasnya Pokjanis SPPIP didampingi oleh tim tenaga ahli, untuk menghasilkan dokumen SPPIP kemudian dikonsultasikan kepada publik sebelum dirumuskan menjadi acuan dalam merencanakan pelaksanaan pembangunan infrastruktur permukiman perkotaan. Dokumen SPPIP dan RPKPP ini selanjutnya menjadi acuan dalam penyusunan RPIJM Kab/kota, maka keanggotaan Satgas Randal Kabupaten/kota harus melibatkan unsur Pokjanis SPPIP.
2. Kelompok kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Permukiman/Sanitasi (Pokja AMPL/Sanitasi) Kab/Kota. Pokja AMPL/Sanitasi merupakan wadah bagi para pelaku yang
berkepentingan dalam penanganan masalah air minum dan sanitasi. Fokusnya adalah menyusun Buku Putih dan Strategi Sanitasi Kota (SSK)
yang merupakan portofolio yang diperlukan dalam menarik investasi sanitasi. Pemerintah daerah yang telah menyusun Buku Putih dan SSK, terbukti berhasil meningkatkan investasi sanitasinya dengan
3. Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Kabupaten/kota adalah wadah koordinasi lintas sektor, lintas pemangku kepentingan dalam rangka menanggulangi kemiskinan di tingkat kab/kota. TKPKD kab/kota bertugas melakukan koordinasi dan mengendalikan pelaksanaan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan di kabupaten/kota sekaligus sesuai keputusan tim nasional. Anggota TKPKD terdiri dari unsur: pemerintah ,masyarakat,
dunia usaha, dan pemangku kepentingan lainnya.
4. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan organisasi perangkat
daerah yang bertugas dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi maupun tugas pembantuan yang dilimpah sesuai dengan kewenangannya. Dalam hal ini yang di maksud SKPD terutama yang melaksanakan kegiatan berkaitan dengan bidang Cipta Karya di daerah.
5. Tim Koordinasi Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP) Kab/kota adalah tim yang mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan program pengentasan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat di tingkat Kabupaten. Kegiatan PPIP meliputi fasilitasi dan memobilisasi masyarakat dalam melakukan identifikasi permasalahan kemiskinan, menyusun perencanaan dan melaksanakan pembangunan infrastruktur Perdesaan. Tujuan PPIP adalah untuk mewujudkan peningkatan akses masyarakat miskin, dan kaum perempuan, termasuk kaum minoritas terhadap pelayanan infrastruktur dasar perdesaan berbasis pemberdayaan masyarakat dalam tata kelola pemerintahan yang baik.
Guna memudahkan pelaksanaan koordinasi, akan sangat ditentukan oleh struktur organisasi yang telah terbentuk dan upaya penyempurnaan struktur
organisasi PU Bidang Cipta Karya Kota Parepare sesuai peraturan pemerintah yang berlaku. Struktur Organisasi PU Bidang Cipta Karya Kota Parepare terdiri atas beberapa bidang dan seksi, dengan perincian sebagai
a. Kepala Dinas
b. Bagian Tata Usaha/Sekretariat, terdiri atas: 1. Sub Bagian Umum;
2. Sub Bagian Kepegawaian; dan
3. Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan.
c. Bidang Penataan Ruang dan Pengawasan Pembangunan 1. Seksi Perencanaan Umum Tata Ruang;
2. Seksi Pengendalian Pemanfaatan Ruang; dan 3. Seksi Pengawasan Pembangunan.
d. Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan: 1. Seksi Bangunan Gedung;
2. Seksi Eksploitai dan Pemeliharaan; dan 3. Seksi Bina Teknik
e. Bidang Perumahan dan Permukiman: 1. Seksi Pemgaturan dan Perizinan; 2. Seksi Perumahan; dan
3. Seksi Permukiman. f. Bidang Bina Program:
1. Seksi Program dan Anggaran; 2. Seksi Bina Teknik; dan
3. Seksi Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan.
Untuk mendukung peningkatan aspek kelembagaan terkait dengan pelaksanaan program RPIJM, maka PU Bidang Cipta Karya Kota Parepare akan berinisiatif dengan mengarahkan tugas dan fungsi dari masing-masing lembaga/instansi terkait tersebut untuk pelaksanaan dan pengelolaan serta
pengembangan program kegiatan RPIJM. Pengambilan kebijakan tersebut dilakukan agar tidak terjadi tumpang tindih kegiatan dan tidak terjadi
10.4.2 Rencana Pengembangan Ketatalaksanaan
Untuk merumuskan rencana pengembangan tata laksana, dengan
mengacu pada analisis SWOT sebelumnya, maka diperlukan evaluasi tata laksana, pengembangan standar dan operasi prosedur, serta pembagian
kerja dan program yang jelas antar unit dalam instansi ataupun lintas instansi di lingkungan Pemerintah Kota Parepare, khususnya di bidang Cipta Karya.
Format umum dalam rencana tindakan untuk peningkatan aspek kelembagaan terkait dengan bentuk kebijakan dan strategi dalam pengambilan keputusan untuk mendukung pelaksanaan program kegiatan RPIJM 5 (lima) tahun kedepan. Strategi tersebut dilakukan dengan peningkatan fungsi dan peran dari setiap tingkatan pemerintahan, dinas-dinas dan lembaga/instansi terkait lainnya untuk menjalankan tugas dan fungsi sesuai dengan aturannya dalam bentuk koordinasi untuk pelaksanaan program RPIJM dari proses awal hingga akhir.
Peningkatan kelembagaan dapat dilakuakan dengan melakukan perubahan struktur yang dianggap tidak efektif, sehingga pelaksanaan pembangunan di berbagai sub bidang keciptakaryaan dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan.
Rencana tindakan untuk peningkatan aspek kelembagaan juga dapat dilakukan dengan program pelatihan yang dilakukan oleh PU Bidang Cipta
Karya, untuk peningkatan SDM yang lebih berkualitas dalam mendukung pelaksanaan program RPIJM, yang sasarannya jelas agar memudahkan aparat dari instansi terkait tersebut lebih memahami dan memudahkan dalam pelaksanaan program RPIJM.
Organisasi pelaksana kegiatan fasilitasi penyusunan RPIJM PU Bidang Cipta KaryaKota Parepare, terdiri dari:
a. Satgas Pusat, didukung oleh Sekretariat RPIJM;
b. Satgas Provinsi, didukung oleh Satker DJCK Provinsi dan Konsultan; dan
Dari uraian tersebut di atas, diagram organisasi pelaksana kegiatan fasilitasi penyusunan RPI2JM PU Bidang Cipta Karya Kota Parepare sebagai berikut:
Salah satu aspek yang menjadi usulan adalah upaya untuk melakukan penguatan kelembagaan, khususnya pemerintah desa/kelurahan. Berbagai upaya yang dilakukan dalam rangka penguatan kelembagaan yaitu:
a. Diharapkan lahirnya kader-kader masyarakat kota yang akan memiliki kemampuan sebagai fasilitator kota yang memahami tentang sistem dan
mekanisme perencanaan partisipatif, sebagaimana petunjuk Kepmendagri No. 66 tahun 2007 tentang KPMD;
b. Tersusunnya RPJM Kelurahan dan beberapa data base desa yang sangat penting;
c. Membentuk tim yang memiliki kemampuan manajerial pelaksanaan pembangunan di kelurahan, dan memiliki kemampuan teknis tentang administrasi pelaporan keuangan proyek;
d. Memberikan penguatan kepada semua pelaku dalam bentuk pelatihan-pelatihan, baik yang sifatnya konsepsional maupun masalah-masalah teknis, dalam rangka mendorong pelaku untuk lebih professional dalam menjalankan tupoksi.
10.4.3 Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
Relatif masih terbatasnya tingkat pendidikan, pengetahuan dan keterampilan
dari aparatur / sumber daya manusia (SDM) yang menangani / mengelola pembangunan bidang Cipta Karya di Kota Parepare. Peningkatan pendidikan formal para aparatur melalui kursus singkat, pelatihan dan pemberdayaan masyarakat dalam penanganan sarana dan prasarana Keciptakaryaan masih sangat dibutuhkan dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) sehingga kualitas SDM semakin meningkat.
Pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) di Kota Parepare masih sangat dibutuhkan untuk mengikuti perkembangan waktu, informasi dan teknologi. Pengembangan teknologi dan informasi sangat cepat dan ini perlu kecepatan pula dalam menangkap dan meresponnya, sehingga sangat diperlukan peningkatan SDM personel kelembagaan yang terlibat di Kota Parepare.
Oleh karena itu peningkatan kualitas serta dukungan dari Kementerian
Pekerjaan Umum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) di Kota Parepare diperlukan untuk pelaksanaan RPIJM
agar dapat berjalan dengan efisisen dan efektif.
Secara umum masalah yang dihadapi di dalam pelaksanaan pembangunan, khususnya bidang Cipta Karya Kota Pare Pare yang dapat di identifikasi sebagai berikut :
1. Organisasi belum sesuai dengan kapasitas kewenangan yang dibutuhkan;
2. Dukungan peraturan belum memadai;
3. Koordinasi antar SKPD yang membidangi KeciptaKaryaan yang belum padu;
4. Terbatasnya kemampuan SDM yang dimiliki; 5. Manajemen pelayanan masih perlu ditingkatkan;
Untuk mendukung peningkatan kapasitas kelembagaan, bidang PU/Cipta Karya dalam kerangka pelaksanaan program beberapa hal yang akan dilakukan antara lain sebagai berikut :
1. Peningkatan kualitas SDM melalui jalur pendidikan bagi staf yang tingkat pendidikannya masih sarjana muda dan non sarjana melalui jalur
pendidikan formal;
2. Peningkatan kualitas SDM aparat bidang PU/Cipta Karya melalui
pelatihan dan kursus di bidang teknis dan manajerial untuk pengelolaan infrastruktur keciptakaryaan;
Untuk merumuskan rencana pengembangan Sumber Daya Manusia, dengan mengacu pada analisis SWOT, maka diperlukan perencanaan karier setiap pegawai sesuai dengan kompetensi individu dan kebutuhan organisasi. Guna meningkatkan pelayanan kepegawaian, maka perencanaan pegawai hendaknya mengacu pada analisis jabatan yang terintegrasi sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Selain itu, rencana pengembangan SDM dapat dilakukan dengan
peningkatan jenjang pendidikan serta mendukung pembinaan kapasitas pegawai melalui pelatihan. Sesuai dengan lingkup kegiatan bidang
Tabel 10.3 Jenis Pelatihan Bidang Cipta Karya
No Jenis Pelatihan
1 Bimbingan Teknis Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Pusat, Barat dan
Timur serta sertifikasi Pengelola Teknis
2 Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara
3 Bimbingan Teknis Pengelolaan Rumah Negara Golongan III
4 Training of Trainers (TOT) Bidang Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan
5 Training of Trainers (TOT) Sosialisasi Peraturan Perundangan-undangan Bangunan
Gedung dan Lingkungan
6 Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Dit. PBL
7 Peningkatan Kapasitas SDM Dit. PBL bekerjasama dengan Pusat Pembinaan Kompetensi
dan Pelatihan Konstruksi
8 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Keprotokolan
9 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Tata Persuratan
10 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Pemeliharaan dan Pengamanan Infrastruktur
Publik Bidang Keciptakaryaan
11 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Aparatur Negara dalam Tanggap Darurat
Bencana
12 Pembinaan Teknis Percepatan Proses Hibah/Alih Status Barang Milik Negara
13 Pembinaan Teknis Penerapan Aplikasi SIMAK BMN
14 Pembinaan Teknis Pengembangan Kompetensi Pegawai
15 Pembinaan Teknis Pemetaan Kompetensi Pegawai
16 Diklat Pejabat Inti Satker (PIS)
17 Diklat Jabatan Fungsional
Sumber : Pedoman RPIJM, 2013
Tabel 10.4 Rencana Aksi Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Kota Parepare
Aspek
Kelembagaan Strategi Rencana Aksi
Organisasi
Penguatan struktur kelembagaan PU Bidang Cipta Karya
Peningkatan kelembagaan dapat dilakuakan dengan melakukan perubahan struktur yang dianggap tidak efektif, sehingga pelaksanaan pembangunan di berbagai sub bidang keciptakaryaan dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan
peningkatan fungsi dan peran dari setiap tingkatan pemerintahan, dinas-dinas dan lembaga/instansi terkait lainnya untuk menjalankan tugas dan fungsi sesuai dengan aturannya dalam bentuk koordinasi untuk pelaksanaan program RPIJM dari proses awal hingga akhir.
Sumber daya