• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan instrumen penilaian PKn dalam model pembelajaran pedagogi reflektif untuk siswa kelas III semester 2 SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengembangan instrumen penilaian PKn dalam model pembelajaran pedagogi reflektif untuk siswa kelas III semester 2 SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
246
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PKn DALAM MODEL PEMBELAJARAN PEDAGOGI REFLEKTIF UNTUK SISWA KELAS III

SEMESTER 2 SD BOPKRI GONDOLAYU YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

THERESIA TRI WULANDARI NIM: 081134044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PKn DALAM MODEL PEMBELAJARAN PEDAGOGI REFLEKTIF UNTUK SISWA KELAS III

SEMESTER 2 SD BOPKRI GONDOLAYU YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

THERESIA TRI WULANDARI NIM: 081134044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk:

Kedua orang tuaku Fransiskus Paimin dan Ceacilia Paniyati yang selalu

mendoakan dan membimbingku.

Kakakku Eko, Tanto dan Irum.

Saudara-saudaraku yang selalu memberi dukungan.

Teman-temanku yang tidak dapat kusebutkan satu persatu.

(6)

MOTTO

Allah yang telah memulai pekerjaan baik diantara kita

akan menyelesaikannya. (bdk. Flp 16)

(7)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 23 Juli 2012

Penulis,

(8)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma:

Nama : Theresia Tri Wulandari

Nomor Induk Mahasiswa : 081134044

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul

Pengembangan Instrumen Penilaian PKn Dalam Model Pembelajaran Pedagogi Reflektif Untuk Siswa Kelas III Semester 2 SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk apa saja

mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media

lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun

memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 23 Juli 2012

Yang menyatakan,

(9)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN

PKnDALAMMODELPEMBELAJARANPEDAGOGI REFLEKTIF UNTUK SISWA KELAS III SEMESTER 2 SD BOPKRI GONDOLAYU

YOGYAKARTA

Theresia Tri Wulandari Universitas Sanata Dharma

2012

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab masalah tentang instrumen penilaian yang sesuai untuk mata pelajaran PKn dalam model pembelajaran Pedagogi Reflektif bagi siswa kelas III SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta. Secara khusus, penelitian ini menjawab perumusan tentang (1) instrumen penilaian PKn yang sesuai dengan kebutuhan siswa kelas III SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta; (2) instrumen penilaian yang sesuai dengan teori belajar dan model Pembelajaran Pedagogi Reflektif untuk pembelajaran Pkn pada siswa kelas III SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian in adalah penelitian pengembangan (Research & Development). Penelitian pengembangan instrumen penilaian ini hanya sampai pada prototipe.

(10)

ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF CIVICS ASSESSMENT INSTRUMENT USING REFLECTIVE PEDAGOGY LEARNING MODEL FOR GRADE III

SEMESTER 2 BOPKRI GONDOLAYU ELEMENTARY SCHOOL YOGYAKARTA

Theresia Tri Wulandari Sanata Dharma University

2012

This research was aimed to answer problem about kind of assessment instrument that was suitable for Civics education intregation with Reflective Pedagogy instruction for grade III students at BOPKRI Gondolayu Elementary School Yogyakarta. Specifically, this research was aimed to answer the problem about (1) the suibtable Civics education assessment instrument that met the needs of grade III students at BOPKRI Gondolayu Elementary School Yogyakarta; (2) kind of Civics education assessment instrument was in accordance with the learning theory and the Reflective Pedagogy instruction for grade III students at BOPKRI Gondolayu Yogyakarta?

The method used to answer the research problem was research and development (R&D). This assessment instrument developed in this research was limited only on the prototype.

The result of the validity done by the expert team resulted on an average score of 3.2 with the qualification of very good in the scale 0-4. The result of this research was an innovative Civics education assessment instrument that was in

accordance with students’ needs, learning theory of Piaget, Vygotsky, and

(11)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah yang telah

melimpahkan rahmat dan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyusun skripsi

ini sesuai dengan yang diharapkan.Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru

Sekolah Dasar.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Yesus Kristus. Terimakasih atas segala kemudahan yang dibeikan.

2. Ayah dan ibuku yang selalu memberikan dukungan spiritual, moral, maupun

material.

3. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma.

4. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

5. Drs. Sutarjo Adisusilo, S.Th., M.Pd. selaku pembimbing I.

6. Ag. Kustulasari 81, S.Pd., M.A. selaku pembimbing II.

7. Bapak/ibu dosen beserta staff yang telah memberikan bekal selama

perkuliahan.

8. Sumardi, BA.selaku Kepala Sekolah SD BOPKRI Gondolayu.

9. Sri Haryati, S.Pd. selaku wali kelas III.1 SD BOPKRI Gondolayu.

10. Ambar Indartiningsih, S.Pd. selaku guru bidang studi mata pelajaran PKn

kelas III.1 SD BOPKRI Gondolayu.

11. Siswa-siswa kelas III.1 SD BOPKRI Gondolayu tahun ajaran 2011/2012 yang

telah membantu penelitian ini.

12. Sahabatku tercinta, Tika, Erni, Natal, Pita, Niken, Eka, Meylan, Andrea,

Fransi, Putri, Ida, Angga yang selalu memberikan doa dan dukungan.

(12)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk

itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran demi tercapainya perbaikan

yang lebih lanjut.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

yang membaca dan bagi dunia pendidikan.

Yogyakarta, 23 Juli 2012

Penulis,

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR BAGAN ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Spesifikasi Produk ... 5

1.5 Pentingnya Pengembangan ... 5

1.6 Asumsi dan Batasan pengembangan ... 6

(14)

2.1.2 Teori Belajar... 13

2.1.3 Pembelajaran Tematik ... 14

2.1.4 Pedagogi Reflektif (PR) ... 15

2.1.5 Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ... 18

2.1.6 Instrumen Penilaian ... 21

2.2 Penelitian Pengembangan yang Relevan ... 29

2.3 Kerangka Berpikir ... 30

BAB III PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian... 32

3.2 Prosedur Pengembangan Produk Instrumen Penilaian ... 34

3.3 Validasi Desain ... 35

3.4 Jadwal Penelitian ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisis Kebutuhan ... 40

4.2 Desain Produk Awal ... 43

4.3 Hasil Validasi Ahli ... 44

4.4 Revisi Produk ... 47

4.5 Kajian Produk Akhir ... 49

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 52

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 53

5.3 Saran ... 54

DAFTAR REFERENSI ... 55

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Spesifikasi Ahli ... 35

Tabel 2. Kisi-kisi Observasi ... 36

Tabel 3. Kriteria Skor ... 38

Tabel 4. Jadwal Penelitian... 39

Tabel 5. Hasil Perhitungan Dari Tim Ahli ... 45

(16)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Langkah-langkah Pedagogi Reflektif ... 17

Bagan 2. Skema kerangka berpikir ... 30

Bagan 3. Langkah-langkah penggunaan metode Research and

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat penelitian ... 59

Lampiran 2. Surat telah melakukan penelitian ... 60

Lampiran 3. Hasil rekapitulasi kuesioner... 61

Lampiran 4. Hasil observasi ... 63

Lampiran 5.Indikator Analisis Kebutuhan Instrumen Penilaian ... 64

Lampiran 6.Indikator Penilaian Produk Instrumen Penilaian ... 65

Lampiran 7. Jawaban Kuesioner Siswa ... 66

Lampiran 8. Jawaban Kuesioner Ahli ... 72

Lampiran 9. Jaring Tema ... 88

Lampiran 10. Silabus ... 89

Lampiran 11. RPP ... 98

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran penting

untuk diajarkan di seluruh tingkat pendidikan. Hal ini terbukti dari penerapan PKn

di tingkat sekolah dasar sampai tingkat perguruan tinggi. Adanya PKn di sekolah

diharapkan dapat menumbuhkembangkan rasa bela negara dan cinta tanah air

dalam diri siswa. Pendidikan kewarganegaraaan juga diharapkan dapat menjadi

bekal bagi siswa untuk mempersiapkan diri berperan serta dalam bermasyarakat

dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab (Wahab, 2011).

Untuk menjadi masyarakat yang bertanggung jawab dan bermoral perlu

adanya kerja keras untuk mewujudkannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan

adalah memasukkan mata pelajaran PKn mulai dari tingkat SD. Cara ini diharapan

dapat melatih anak-anak untuk bertanggung jawab dan memiliki sikap moral

pancasila yang baik. Sehingga ketika dewasa, mereka terbiasa berperilaku santun

dan memiliki tanggung jawab yang tinggi untuk kemajuan bangsa ini. Dalam

wawancara yang telah dilakukan dengan guru kelas dan guru PKn kelas III.1 SD

BOPKRI Gondolayu Yogyakarta diperoleh hasil bahwa PKn merupakan pelajaran

yang tidak diminati oleh siswa. Guru mengatakan bahwa materi mata pelajaran

PKn cukup banyak. Bobot materi dirasa lebih berat dibanding dengan kurikulum

(19)

beranggapan materi dalam PKn banyak mengandung hafalan. Hal ini menjadi

kendala bagi siswa sebab siswa memiliki rasa malas untuk membaca dan

menghafal. Hal ini menjadi salah satu kendala untuk mencapai tujuan dengan

baik.

Berhasilnya suatu kegiatan belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti

metode dan media yang dipakai oleh guru saat menyampaikan materi. Faktor lain

yang turut mempengaruhi adalah penggunaan instrumen penilaian dalam kegiatan

penilaian. Hal ini dianggap penting karena instrumen penilaian merupakan alat

yang digunakan dalam mengukur kemampuan belajar siswa. Jika pendidik tidak

memakai instrumen penilaian yang sesuai maka kemampuan belajar siswa tidak

dapat terukur secara menyeluruh.

Dalam mengajar sebaiknya pendidik menerapkan berbagai teknik

penilaian dengan instrumen yang beragam. Namun pendidik terkadang merasa

bahwa untuk membuat instrumen penilaian yang beranekaragam itu sulit dan

menyita waktu padahal instrumen penilaian memiliki peranan yang penting dalam

kegiatan penilaian. Melalui penilaian, pendidik dapat mengetahui apakah strategi

pembelajaran yang diterapkan selama mengajar sudah membantu siswa mencapai

setiap tujuan belajar atau belum. Jika ternyata belum, maka penilaian membantu

pendidik dalam memperbaiki dan menyusun strategi pembelajaran baru yang

dapat membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Namun pada

kenyataannya pendidik jarang memperhatikan dan mengolah instrumen penilaian

(20)

mengukur kemampuan dari berbagai aspek, baik aspek kognitif, psikomotorik,

maupun afektif. Maka dari itu diperlukan suatu instrumen penilaian yang sesuai

untuk mengukur kemampuan kognitif, afektif, serta psikomotorik sesuai dengan

tahap perkembangan anak.Didalam pelajaran PKn, instrumen penilaian non tes

perlu dikembangkan sebab materi dalam PKn tidak hanya memuat materi yang

mengembangkan aspek kognitif maupun psikomotorik saja. Tetapi lebih

mendorong siswa untuk mengembangkan aspek afektif mereka.

Model pembelajaran pedagogi reflektif merupakan salah satu

modelpembelajaran yang dapat diterapkan untuk membantu guru dalam mengajar

serta melaksanakan penilaian. Model pembelajaran pedagogi reflektif

menekankan pembentukan kepribadian siswa secara utuh melalui konteks,

pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi (Subagyo, 2010). Melalui pengalaman

siswa diharapkan mengalami sendiri proses pembelajaran. Bukan melalui

pemberian informasi yang diberikan oleh guru. Dengan refleksi siswa dapat

memperdalam pemahaman, yakin akan apa yang dialami dan dipelajari.

Sedangkan melalui aksi siswa diharapkan dapat melakukan atau menerapkan apa

yang telah dialaminya. Penerapan model pembelajaran pedagogi reflektif

diharapkandapat memberikan dorongan yang kuat kepada siswa untuk secara

pribadi terlibat dalam kegiatan pembelajaran, khususnya PKn. Jika siswa mampu

terlibat dengan baik, maka penilaian secara afektif dapat dilakukan.

Berdasar keadaan seperti diatas maka diperlukan pengembangan instrumen

penilaian PKn yang dapat dijadikan referensi bagi pendidik dalam mengukur

potensi dan kemampuan siswa secara menyeluruh. Dalam penelitian ini peneliti

(21)

pembelajaran pedagogi reflektif.Instrumen penilaian PKn ini akan dikembangkan

dengan menggunakan pembelajaran tematik. Hal ini dikarenakan subyek dalam

penelitian adalah siswa kelas III SD.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka

dirumuskan masalah sebagai berikut. Seperti apakah instrumen penilaian yang

sesuai untuk mata pelajaran PKn dengan mengembangkan model pembelajaran

pedagogi reflektif bagi siswa kelas III SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta?

Untuk menjawab rumusan utama diatas, peneliti membuat subjudul

sebagai berikut.

1.2.1 Bagaimana instrumen penilaian PKn yang sesuai dengan kebutuhan siswa

kelas III SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta?

1.2.2 Instrumen penilaian seperti apa yang sesuai dengan teori belajar dan model

pedagogi reflektifuntuk pembelajaran Pkn pada siswa kelas III SD BOPKRI

Gondolayu Yogyakarta?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah. Tujuan dari penelitian adalah

menghasilkan instrumen penilaian PKn inovatif dengan menggunakan model

pembelajaran pedagogi reflektif bagi siswa kelas III SD BOPKRI Gondolayu

(22)

1.3.2 Menghasilkan instrumen penilaian PKn yang sesuai dengan teori belajar dan

model pembelajaran pedagogi reflektif bagi siswa kelas III SD BOPKRI

Gondolayu Yogyakarta.

1.4 Spesifikasi Produk

Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditemukan, peneliti hendak

mengembangkan sebuah produk instrumen penilaian PKn bagi siswa kelas III SD

BOPKRI Gondolayu Yogyakarta dengan model pembelajaran pedagogi reflektif.

Produk tersebut berupa buku dengan ukuran A5 atau sekitar 21 cm x 15 Cm.

Buku tersebut rencananya berisi contoh kegiatan penilaian tes ataupun non tes

beserta instrumen penilaian dan pedoman skoring. Instrumen penilaian yang akan

dikembangkan sesuai dengan SK 4 yaitu bangga sebagai bangsa Indonesia dan

KD 4.1 mengenal kekhasan bangsa Indonesia seperti kekhasan kebhinekaan,

kekayaan alam, keramahtamahan serta KD 4.2 yaitu menampilkan rasa bangga

sebagai anak Indonesia. Buku ini juga dirancang dengan memasukkan kompetensi

yang ada dalam PPR, yaitu competence, consience, dan compassion.Subyek

penelitian adalah siswa kelas tiga, maka instrumen penilaian PKn dikembangkan

dengan pembelajaran tematik yang mengaitkan antara mata pelajaran PKn,

Bahasa Indonesia, serta Seni Budaya dan Ketrampilan.

1.5 Pentingnya Pengembangan

1.5.1 Bagi Guru

Memudahkan guru dalam melakukan penilaian belajar. Menjadi salah satu

sumber informasi dan acuan bagi para guru PKn dalam melakukan inovasi-inovasi

(23)

1.5.2 Bagi Siswa

Pengembangan instrumen ini diharapkan dapat memberikan pengalaman

baru bagi peserta didik dalam pembelajaran PKn. Selain itu, dengan produk ini

juga diharapkan mampu meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa terhadap

pelajaran Pkn, serta mendorong siswa agar dapat mengembangkan potensi yang

dimiliki.

1.5.3 Bagi Peneliti

Menambah wawasan peneliti mengenai hal-hal yang terkait dengan

pembelajaran PKn. Sebagai acuan peneliti dalam mengajar PKn serta sebagai

bahan rujukan atau masukan untuk kepentingan penelitian berikutnya.

1.6 Asumsi dan Batasan pengembangan

1.6.1 Asumsi

Peneliti berasumsi dengan adanya produk instrumen penilaian PKn guru

akan lebih mudah dalam melakukan kegiatan penilaian. Jika guru menerapkan

setiap tugas yang terdapat pada prototipe ini maka penilaian guru akan bervariasi

dan mengukur ranah kognitif, afektif, serta psikomotorik pada peserta didik yang

dikembangkan melalui model pembelajaran pedagogi reflektif.

Instrumen penilaian yang dikembangkan melalui model pembelajaaran

pedagogi reflektif akan membantu guru dalam membimbing peserta didik

mencapai tujuan belajar. Terlebih dalam materi PKn menekankan pendidikan nilai

(24)

nurani serta kepedulian dinilai secara benar maka guru dapat membantu siswa

menjadi pribadi yang bernilai dan memiliki moral pancasila.

1.6.2 Batasan pengembangan

Pengembangan yang dilakukan hanya terbatas prototipe instrumen penilaian

PKn dengan model pedagogi reflektif untuk siswa kelas III semester 2 SD

BOPKRI Gondolayu Yogyakarta. Materi yang dikembangkan sesuai dengan SK

dan KD tentang kebanggaan sebagai anak Indonesia. Prototipe dikembangkan

dengan model tematik yang mengaitkan antara PKn, Bahasa Indonesia dan Seni

Budaya dan ketrampilan karena subyek dalam penelitian ini terbatas pada siswa

kelas III.

1.6.2.1 Prototipe

Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini hanya sebatas pada

pembuatan prototipe. Yang dimaksud prototipe dalam penelitian ini adalah produk

sementara dari hasil pengembangan yang belum diujikan kepada subjek.

1.6.2.2 Penelitian Pengembangan

Suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan dan

menghasilkan suatu produk tertentu.

1.6.2.3Penilaian

Suatu kegiatan mengukur kemampuan belajar siswa secara sistematis yang

dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran.

1.6.2.4Instrumen penilaian

Instrumen penilaian adalah alat ukur yang digunakan untuk melaksanakan

(25)

1.6.2.5Pendidikan kewarganegaraan (PKn)

Pendidikan kewarganegaraan adalah satu mata pelajaran yang diberikan di

SD berkaitan dengan kewarganegaraan dan sikap-sikap sebagai warga negara

yang cerdas, terampil, dan berkarakter sesuai dengan Pancasila. Dalam penelitian

ini, materi PKn yang digunakan terbatas pada SK 4. Memiliki Kebanggaan

Sebagai Anak Indonesia.

1.6.2.6Pedagogi Reflektif

Pedagogi Reflektif adalah suatu model pembelajaran dengan

menggunakan langkahkonteks, pengalaman, aksi, refleksi, dan evaluasi di dalam

kegiatan belajar untuk mengembangkan kepribadian siswa, baik secara akademik

ataupun non akademik.

1.6.2.6 Tematik

Pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu.Suatu

pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran

(26)

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Landasan Teori

Siswa sekolah dasar kelas III adalah siswa dengan rentang usia antara 7-

8 tahun. Piaget mengatakan perkembangan anak pada usia tersebut berada pada

periode operasional konkret (Suparno, 2001). Dimana mereka dapat berpikir

secara menyeluruh dengan melihat dan mengalami hal-hal yang konkret.Mereka

membangun pengetahuan secara individu. Anak usia kelas III berada pada masa

senang bermain. Mereka tidak hanya bermain individu tetapi juga dalam interaksi

dengan berkelompok. Di dalam kegiatan bermain terdapat proses perkembangan

dan belajar. Hal ini sesuai dengan teori Vygotsky yang mengatakan bahwa

perkembangan anak dipengaruhi oleh aktivitas dan interaksi (Salkind, 2009).Maka

dalam pembelajaran perlu adanya aktivitas dan interaksi yang baik dalam

memperoleh pengetahuan.

Pengetahuan sebaiknya diperoleh dari usaha siswa itu sendiri. Dengan

belajar secara langsung dan terlibat secara mendalam, siswa diharapkan secara

mandiri dapat memperoleh pengetahuan dari proses belajar yang telah dilakukan.

Namun proses belajar mandiri siswa tidak akan berjalan dengan baik jika siswa

tidak dapat mengaitkan antara pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya

dengan pengetahuan yang baru saja didapatkan. Pedagogi reflektifmerupakan

(27)

Vygotsky sebab model pembelajaran pedagogi reflektif menerapkan interaksi

terus menerus antara pengalaman, refleksi, dan aksi. Dimana siswa diajak terlibat

secara langsung dan aktif dalam sebuah proses belajar. Siswa mencari

pengetahuannya secara mandiri.Sehingga siswa akan lebih mendalami

pengetahuan yang telah diperoleh dan meningkatkan kemampuan secara

menyeluruh melalui interaksi secara langsung. Untuk mengetahui perkembangan

pengetahuan dan kemampuan siswa secara menyeluruh perlu adanya evaluasi atau

penilaian.Dalam penilaian diperlukan instrumen penilaian yang bervariasi. Tidak

hanya menilai aspek kognitif saja tetapi juga aspek afektif dan

psikomotorik.Terlebih dalam mata pelajaran PKn menekankan pendidikan moral

yang bertujuan untuk menjadikan warganegara yang baik. Maka perlu adanya

suatu instrumen penilaian PKn yang dikembangkan untuk mengukur kemampuan

kognitif, afektif, dan psikomotorik.

2.1.1 Teori Perkembangan

2.1.1.1 Teori perkembangan Kognitif Piaget

Piaget membedakan perkembangan kognitif anak menjadi empat periode

yaitu (1) periode sensori-motor; tahap dimana bayi belajar mengorganisasikan

tidakan-tindakan fisik; (2) periode praoperasional; (3) periode operasional

konkret; serta (4) periode operasional formal (Salkind, 2009). Periode tersebut

(28)

pada gerakan yang mereka senangi. Pada tahap ini anak menggunakan panca

indera mereka untuk mengamati dan meniru.Tahap praoperasional merupakan

tahapan kedua yang berlangsung pada usia 2-7 tahun didalam perkembangan

kognitif Piaget. Pada tahap ini seorang anak akan mengalami perubahan dalam

cara berpikir. Mereka akan mulai menggunakan simbol-simbol untuk

mendeskripsikan suatu obyek yang mereka lihat. Hal yang menonjol pada tahap

ini adalah mulai digunakannya bahasa simbolis seperti gambar. Suparno (2001)

menyatakan dengan menggunakan bahasa maka inteligensi anak semakin maju.

Hal inilah yangakan menjadikan anak dapat berbicara tentang berbagai hal tanpa

adanya suatu batasan.

Tahap III. Operasi-operasi Berpikir Konkret (7-11 tahun). Pada periode ke

tiga ini anak-anak mengembangkan kemampuan berpikir sistematis, namun hanya

ketika mereka dapat mengacu kepada obyek-obyek dan aktivitas-aktivitas konkret

(Crain, 2007). Anak sudah mampu berpikir secara menyeluruh dengan melihat

hal-hal yang nyata serta dapat berpikir dengan logika. Tahap IV, periode

operasional formal (11 tahun-dewasa). Hal penting dalam tahap ini adalah

pemikiran deduktif, induktif, dan abstrak. Anak usia ini dapat berpikir tentang hal

yang abstrak. Mereka dapat mengambil suatu kesimpulan dari suatu peristiwa. Di

tahap ini mereka mulai maju dalam memahami berbagai konsep dengan baik.

Mereka juga dapat menggabungkan beberapa pemikiran.

2.1.1.2 Teori perkembangan Vygotsky

Piaget mengatakan bahwa perkembangan anak dibentuk melalui cara

(29)

berpendapat bahwa pengetahuan itu dibentuk tidak hanya secara pribadi tetapi

juga dipengaruhi oleh aktivitas dan interaksi anakdengan lingkungannya,

ataulebih dikenal dengan teori sosiokultural. Perkembangan bahasa merupakan

bagian penting dalam teori Vygotsky sebab melalui bahasa kita dapat

berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik. Vygotsky menbagi tahap

perkembangan bahasa dalam empat tahap. Tahap yang pertama adalah tahap

primitif yang berlansung sejak lahir hingga usia 2 tahun. Pada tahap ini anak

hanya bergumam dan bersuara yang tidak jelas. Pembicaraan anak dalam tahap ini

belum memiliki arti bagi perkembangan intelektual anak (Salkind, 2009).

Perkembangan tahap kedua menurut Vygotsky berlangsung pada usia 2 sampai 7

tahun. Dalam tahap ini bahasa dan kalimat yang digunakan anak lebih terpadu

dalam pembicaraan mereka. Anak menggunakan bahasa untuk

mengkomunikasikan kebutuhan. Namun bahasa yang mereka gunakan bukan

berasal dari pemikiran anak melainkan dari interaksi anak dengan lingkungan.

Tahap yang ketiga dalah tahap tanda-tanda eksternal yang berlansung dari usia 7

sampai 12 tahun. (Salkind, 2009) menyatakan bahwa dalam tahap ini berlangsung

interaksi yang dekat dengan antara pemikiran dan bahasa. Berbagai hal yang ada

dipikiran anak akan selalu diungkapkan oleh anak. Vygotsky yakin pada tahap

inilah pemikiran anak-anak dipengaruhi oleh bahasa dan pemikiran juga akan

memperngaruhi bahasa. Tahap yang terakhir adalah tahap pertumbuhan internal

yang berlangsung sekitar usia 12 tahun dan seterusnya. Disinilah bahasa

(30)

2.1.2 Teori Belajar

2.1.2.1 Teori Belajar Konstruktivisme

Teori konstruktivisme menekankan bahwa individu membentuk sendiri

pengetahuan yang dipelajarinya. Piaget menggunakan beberapa istilah baku

seperti skemata, asimilasi, akomodasi, equilibration, serta teori intelek dalam

mebicarakan teori konstruktivisme (Suparno, 1997). Skemata merupakan suatu

rangkaian proses yang dialami oleh setiap orang didalam kesadarannya. Asimilasi

adalah suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasi kejadian atau

rangsangan yang baru dalam skema yang baru dalam skema yang telah ada.

Akomodasi terjadi saat terbentuknya pengetahuan baru yang disebabkan oleh

adanya ketidakcocokan antara skema yang telah ada sebelumnya.Equilibrasi

adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat

menyatukan pengalaman luar dengan skemata.

Dalam teori ini Piaget mengatakan bahwa pengetahuan dibangun dalam

pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai

denganskematayang dimilikinya (Salkind, 2009). Piaget juga mengatakan perkembangan kognitif anak akan terus berlangsung dari lahir sampai ia menjadi

dewasa. Pengetahuan setiap individu terbentuk secara terus-menerus dan skemata

dewasa terbentuk berawal dari skemata anak.

2.1.2.2 Teori Belajar Bermakna David Ausubel

Suparno (1997) mengatakan bahwa teori belajar bermakna Ausubel sangat

dekat dengan inti pokok konstruktivisme. Kedua teori tersebut menekankan

(31)

baru ke dalam pengetahuan yang telah dimiliki. Dari proses asosiasi tersebut

makaskema yang dimiliki setiap orang akan berkembang atau mengalami

perubahan.

Teori belajar bermakna merupakan proses dimana pengetahuan baru

dikaitkan dengan pengetahuan lama. Belajar bermakna dapat terjadi jika anak

menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki

sebelumnya. Namun jika pengetahuan baru tidak dihubungkan dengan

pengetahuan yang telah ada maka pengetahuan akan dipelajari melalui belajar

hafalan. Dahar dalam Mikarsa (2002: 6.15) menjelaskan dua syarat terjadinya

belajar bermakna, yaitu materi yang akan dipelajari harus bermakna secara

potensial dan anak yang akan belajar harus bertujuan berlajar bermakna.

2.1.3 Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang saling terkait antara mata

pelajaran yang satu dengan yang lain. Depdiknas (2006) menyatakan bahwa

pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema

untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran. Pengertian tersebut sama dengan

pendapat Trianto (2011) yang mengutarakan bahwa pembelajaran tematik adalah

pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Misalnya tema

lingkungan dapat dikaitkan antara mata pelajaran IPA, IPS, Bahasa Indonesia.

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam

(32)

memberikan pengalaman langsung; 3)pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas,

4)menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran; 5) bersifat fleksibel; 6) hasil

pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa; 7) serta menggunakan

prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

2.1.4 Pedagogi Reflektif (PR)

2.1.4.1 Pengertian Pedagogi Reflektif (PR)

Pedagogi Reflektif (PR) merupakan model pembelajaran yang

mengintegrasikan pemahaman masalah dunia, kehidupan dan pengembangan

nilai-nilai kemanusiaan dalam proses yang terpadu sehingga nilai-nilai dapat

muncul dari kesadaran dan kehendak peserta didik melalui refleksi. Di dalam

pembelajaran PR, refleksi merupakan unsur khas yang harus ada dalam kegiatan

pembelajaran. Dalam pendidikan Jesuit yaitu sebuah pendidikan yang

beranggotakan serikat Jesus (Jesuit) pedagogi reflektif sering juga disebut dengan

paradigma Ignasian. Subagya (2010: 39) “paradigma Ignasian dalam pendidikan

Jesiut merupakan suatu cara bertindak yang dapat kita ikuti dengan mantap,

karena sungguh-sungguh membantu para pelajar berkembang menjadi manusia

kompeten, bertanggungjawab, dan berbelas kasih”.

2.1.4.2 Langkah-Langkah PR

Subagya (2010) yang mengatakan bahwa didalam proses PR terdapat

limaaspek yang harus dilaksanakan, yaitu 1) konteks, 2) pengalaman, 3) refleksi,

4) aksi, 5) evaluasi. Konteks yang perlu diperhatikan yaitu bahan pengajaran yang

(33)

merupakan suatu kebulatan supaya pemahaman siswa menjadi utuh. Dan nilai

kemanusiaan yang diperjuangkan juga perlu disesuaikan dengan konteks

siswa.Misalnya apakah sesuai dengan taraf perkembangan pribadi, sesuai dengan

agama, etnis, visi/misi sekolah. Melalui pengalaman perkembangan nilai

kemanusiaan dapat berkembang dengan efektif.Maka dianjurkan supaya siswa

mengalami sendiri nilai yang diperjuangkan itu dalam kegiatan belajar.

Refleksi merupakan suatu proses yang memunculkan atau memahami

makna dari peristiwa yang telah dialami. Di dalam PR, refleksi merupakan unsur

pokok yang harus ada dalam proses pembelajaran. Tim Kanisius (2008)

menyatakan bahwa dengan refleksi siswa menjadi sadar sendiri, mengambil sikap

sendiri, dan berbuat sesuai dengan sikap-sikap tersebut. Tahap selanjutnya dalam

PR setelah melalui tahap refleksi adalah aksi. Dalam tahap ini siswa dibimbing

membuat suatu niat sesuai dengan pengalaman dan hasil refleksi yang telah

diperoleh untuk diwujudkan dalam perbuatan atau tindakan-tindakan mereka.

Sedangkan evaluasi, untuk mengukur seberapa jauh pengetahuan dan ketrampilan

(34)

Bagan 2.1Langkah-langkah Pedagogi Reflektif

Sumber: Tim Kanisius(2008: 41)

2.1.4.3 Kelebihan PR

Kanisius (2008) menyatakan bahwa PR memiliki kelebihan, antara lain

sebagai berikut: 1) Murah meriah, 2) segala kurikulum, 3) cepat kelihatan

hasilnya. Secara ringkas Subagya (2010) merumuskan keuntungan PR sebagai

berikut.Kelebihan dari segi integrasi adalah pembelajaran berpola PR murah, tidak

(35)

pengalaman, refleksi, dan aksi; pedagodi reflektif tidak memerlukan banyak

aturan dan banyak sangsi yang akan diberikan pada siswa yang melanggar aturan.

Dari segi pendidikan kristiani/pendidikan kemanusiaan: cirri khas sekolah

kristen/katolik dapat diwujudkan dalam kegiatan kelas sehari-hari. Menjadikan

keunggulan sekolah yang tidak dapat diungguli sekolah lainnya. Ada juga dampak

lain dari model pembelajaran PR, yaitu menambah calon siswa dalam penerimaan

siswa baru (PSB).

2.1.5 Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

2.1.5.1 Pengertian PKn

Dalam kamus kamus besar bahasa Indonesia (2008), pendidikan

kewarganegaraan adalah program pendidikan yang membina para pelajar agar

menjadi warga negara yang baik. Sehingga mampu hidup bersama-sama dalam

masyarakat baik sebagai anggota keluarga, masyarakat, maupun sebagai warga

negara.

Pendidikan kewarganegaraan meliputi hubungan antara warganegara dan

negara, serta pendidikan pendahuluan bela negara yang semua ini berpijak pada

nilai-nilai budaya serta dasar filosofi bangsa (Kaelan, 2007). Adapun objek

material dalam PKn adalah segala hal yang berkaitan dengan warganegara baik

yang empirik maupun yang non empirik, yaitu meliputi wawasan, sikap dan

perilaku warga negara Indonesia dalam kesatuan bangsa dan negara. Selain itu

(36)

2.1.5.2 Tujuan PKn

Hakikat atau intisari atau dasar PPKN seperti halnya PMP adalah juga

pendidikan nilai dan moral (Wahab, 1997). Sebagai pendidikan nilai dan moral

mata pelajaran PPKN di SD diharapkan dapat meletakkan dasar-dasar kepribadian

Indonesia yang didasari oleh nilai moral Pancasila dan secara khusus: 1)

mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai luhur Pancasila dalam kehidupan

sehari-hari; 2) mengembangkan dan membina siswa yang sadar akan hak dan

kewajibannya, taat pada peraturan yang berlaku, serta berbudi pekerti luhur; 3)

membina siswa agar memahami dan menyadari hubungan antar sesama anggota

keluarga, sekolah dan masyarakat, serta dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara (Wahab, 1997: 23).

Tujuan PKn berdasarkan DIRJEN DIKTI No. 43/DIKTI /kep- /2006 yang

termuat dalam Kaelan (2007: 2) dijabarkan sebagai berikut:

1. Visi

PKN merupakan sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan dan

penyelenggaraan progam studi, guna memantapkan kepribadian sebagai

manusia seutuhnya.

2. Misi

Membantu memantapkan kepribadiannya, agar secara konsisten mampu

mewujudkan nilai-nilai dasar pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air

dalam menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan,

(37)

Sedangkan tujuan PKn sebagaimana yang tercantum dalam lampiran

Permendiknas nomor 22/2006 yang termuat dalam Wahab (2011) yaitu 1) berpikir

secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan; 2)

berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab, dan bertindak secara cerdas

dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi; 3)

berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan

karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan

bangsa-bangsa lainnya; 4) berinteraksi dengan bangsa-bangsa-bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia

secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi

dan komunikasi. Sebagai warga negara kita diharapkan memiliki rasa kebangsaan,

cinta tanah air, serta memiliki daya saing, disiplin, berpartisipasi aktif dalam

membangun kehidupan yang damai berdasarkan nilai-nilai Pancasila.

2.1.5.3 Ruang Lingkup PKn

Ruang lingkup mata pelajaran PKn meliputi berbagai aspek. Menurut

Faturrhoman (2011) aspek yang ada dalam ruang lingkup PKn adalah 1) persatuan

dan kesatuan bangsa; 2) norma, hukum dan peraturan; 3) hak asasi manusia, 4)

kebutuhan warga negara; 5) konstitusi negara; 6) kekuasaan dan politik; 7)

pancasila; 8) dan globalisasi.

Dalam penelitian ini akan membahas materi kebudayaan di era globalisasi.

Sekarang ini banyak kebudayaan bangsa yang hampir dilupakan akibat adanya

(38)

Indonesia, Sumpah Pemuda, keutuhan negara Republik Indonesia, keterbukaan

dan jaminan keadilan. Sedangkan globalisasi meliputi globalisasi di

lingkungannya, politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, dampak

globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, dan

mengevaluasi globalisasi(Faturrohman, 2011).

Amin (2011) mengutarakan bahwa globalisasi berkembang melalui proses

yang dipengaruhi oleh perkembangan yang begitu pesat pada bidang teknologi

komunikasi atau informasi, transportasi dan perdagangan. Adanya globalisasi

mengancam adanya kebudayaan yang terikat dan beranekaragam. Jika tidak

waspada terhadap arus globalisasi maka kebudayaan bangsa perlahan-lahan akan

hilang. Untuk itu perlu diajarkan pendidikan karakter sejak dini untuk membentuk

karakter bangsa yang kuat.

2.1.6 Instrumen Penilaian

2.1.6.1 Pengertian Instrumen Penilaian

Dalam penilaian ada beberapa istilah yang saling berkaitan dengan

pengertian penilaian yaitu pengukuran, penilaian dan evaluasi. Depdiknas

(2008:14) mengutarakan bahwa “pengukuran adalah suatu proses pemberian

angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan dimana

seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu”. Kata pengukuran

seringkali dikaitkan dengan kata penilaian.Padahal kedua kata ini berbeda.

Penilaian adalah proses untuk mendapatkan informasi tentang prestasi atau kinerja

peserta didik dalam suatu mata pelajaran (Wahab, 2011:351). Sama halnya

(39)

sebenarnya kata ini berbeda. Evaluasi dilakukan setelah kegiatan penilaian

dilaksanakan. Bloom (1971) dalam Daryanto (2007:1) mengatakan bahwa:

evaluation, as we see it, is the systematic collection of evidence to determine whether in fact certain change are taking place in the learners as well as to determine the amount or degree of change in individual

students.”

Stufflebeam (1997) dalam Daryanto (2007:1-2) juga berpendapat bahwa:

“evaluation is the process of delineating, obtaining, and providing useful

information for judging decision alternatives.”

Dalam KBBI (2001) kata instrumen dapat diartikan sebagai: 1) alat yang

digunakan dalam suatu kegiatan; atau 2) sarana untuk mengumpulkan data

sebagai bahan pengolahan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa

instrumen penilaian adalah suatu alat ukur yang digunakan dalam kegiatana

penilaian.Sedangkan Wardhani (2010) menyatakan instrumen penilaian hasil

belajar adalah alat (ukur) yang digunakan dalam rangka kegiatan mengumpulkan

dan mengolah informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.

2.1.6.2 Tujuan Penilaian

Penilaian hasil belajar bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan

belajar peserta didik serta untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran

(Wahab, 2011). Maka pendidik perlu mengembangkan beragai instrumen

penilaian agar dapat dilakukan penilaian secara menyeluruh dalam berbagai

aspek.

(40)

belajar lebih lanjut; 3) penilaian dapat digunakan guru atau siswa untuk

mengetahui tingkat kemampuan peserta didik; 4) memberikan motivasi belajar

kepada siswa dengan memberikan informasi tentang kemajuan belajarnya dan

merangsangnya untuk melakukan usaha perbaikan; 5) memberi informasi segala

aspek kemajuan peserta didik yang dapat guru untuk membantu pertumbuhan

siswa secara efektif sehingga menjadi anggota masyarakat dan pribadi yang utuh;

6) penilaian juga digunakan untuk memberikan bimbingan yang tepat kepada

siswa untuk memilih sekolah atau jabatan sesuai dengan ketrampilan, minat dan

kemampuan.

2.1.6.3 Fungsi penilaian

Penilaian berbasis kelas memiliki beberapa fungsi.Menurut Muslich

(2011) fungsi penilaian bagi siswa untuk membantu mewujudkan dan

mengembangkan dirinya menuju lebih baik. Penilaian juga dapat membantu siswa

mendapat kepuasan atas apa yang telah dikerjakannya. Bagi guru penilaian

berfungsi untuk mengetahui apakah metode mengajar yang digunakannya telah

memadai serta membantu dalam membuat pertimbangan dan keputusan

administrasi. Sedangkan Arifin (2009) menjelaskan fungsi evaluasi sebagai

berikut: 1) evaluasi berfungsi untuk perbaikan dan pengambangan sistem

pembelajaran; 2) untuk akreditasi. Namun jika dilihat secara menyeluruh, (Arifin,

2009: 16) menuliskan bahwa evaluasi berfungsi sebagai berikut:

1. Secara psikologis, peserta didik selalu butuh untuk mengetahui sejauh mana

(41)

2. Secara sosiologis, untuk mengetahui apakah peserta didik sudah cukup

mampu untuk terjun ke masyarakat.

3. Secara ditaktis-metodis, untuk membantu guru dalam menempatkan peserta

didik pada kelompok tertentu sesuai dengan kemampuan dan kecakapannya

masing-masing.

4. Mengetahui kedudukan peserta didik dalam kelompok.

5. Mengetahui taraf kesiapan pesserta didik dalam menempuh program

pendidikannya.

6. Membantu guru dalam memberikan bimbingan dan seleksi, baik dalam

rangka menentukan jenis pendidikan, jurusan, maupun kenaikan kelas.

7. Secara administrasif, untuk memberikan laporan tentang kemajuan peserta

didik kepada orang tua, pejabat yang berwenang, kepala sekolah, guru-guru,

dan peserta didik.

Ahmadi (2008) menyatakan bahwa evaluasi mempunyai fungsi yang amat

penting, yaitu sebagai berikut: 1) untuk memberikan umpan balik (feed back)

kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar serta

mengadakan perbaikan program bagi murid; 2) untuk memberikan angka yang

tepat tentang kemajuan atau hasil belajar dari setiap murid. Antara lain digunakan

dalam rangka pemberian laporan kemajuan belajar murid kepada orang tua,

penentuan kenaikan kelas serta penentuan lulus tidaknya seorang murid; 3) Untuk

menentukan murid didalam situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan

(42)

mengalami kesulitan belajar, nantinya dapat dipergunakan sebagai dasar dalam

pemecahan kesulitan belajar yang timbul.

2.1.6.4Jenis penilaian

Dalam penilaian terdapat empat jenis penilaian. Ahmadi (2008)

menjabarkan jenis penilaian sebagai berikut. 1) Penilaian formatif. Penilaian ini

berfungsi untuk memperbaiki proses belajar mengajar kearah yang lebih baik, atau

memperbaiki program suatu pelajaran yang telah digunakan. Tujuan penilaian

untuk mengetahui hingga dimana penguasaan murid tentang bahan yang telah

diajarkan dalam suatu program satuan pelajaran.Pelaksanaan dilakukan setiap

akhir pelaksanaan satuan program belajar mengajar. 2) Penilaian sumatif

berfungsi untuk menentukan angka/nilai murid setelah mengikuti suatu program

pengajaran dalam satu caturwulan, semester, akhir tahun atau akhir dari suatu

program bahan pengajaran dari suatu unit pendidikan. Tujuannya untuk

mengetahui taraf hasil belajar yang dicapai oleh murid setelah menyelesaikan

program bahan pengajaran dalam satu caturwulan, semester, akhir tahun atau

akhir suatu program bahan pengajaran pada suatu unit pendidikan

tertentu.Penilaian ini dilakukan akhir caturwulan, semester, atau akhir tahun. 3)

Penilaian placement. Jenis penilaian ini berfungsi untuk mengetahui keadaan anak

termasuk keadaan seluruh pribadinya, agar anak tersebut dapat ditempatkan pada

posisinya yang tepat. Tujuan penilaian untuk menempatkan anak didik pada

kedudukan yang sebenarnya berdasarkan bakat, minat, kemampuan, kesanggupan

serta keadaan-keadaan lainnya, sehingga anak tidak mengalami hambatan dalam

(43)

sebelum anak mengikuti proses belajar-mengajar yang permulaan. 4) Penilaian

diagnostik. Penilaian ini berfungsi untuk mengetahui masalah-masalah apa yang

diderita atau yang mengganggu anak didik, sehingga ia mengalami kesulitan,

hambatan atau gangguan ketika mengikuti program tertentu. Dan bagaimana

untuk memecahkannya.Sedangkan tujuannya untuk mengatasi/membantu

pemecahan kesulitan atau hambatan yang dialami anak didik waktu mengikuti

kegiatan belajar-mengajar pada suatu bidang studi.Penilaian diagnostik dapat

dilaksanakan setiap saat sesuai dengan kebutuhan.

2.1.6.5 Teknik Penilaian

Penilaian dapat ditempuh melalui dua teknik, yaitu teknik tes dan non

tes.Dalam teknik tes terdapat tes tertulis, tes lisan serta tes perbuatan. Sedangkan

teknik non tes terdapat empat jenis yaitu angket, wawancara, observasi, dan

kuesioner. Masidjo (1995) yang menyatakan bahwa dalam teknik non tes terbagi

menjadi enam jenis non tes, yaitu observasi, catatan anekdota, daftar cek, skala

nilai, angket, serta wawancara.

Observasi merupakan suatu teknik pengamatan yang dilaksanakan secara

langsung atau tidak langsung dan secara teliti terhadap suatu gejala dalam situasi

di suatu tempat.observasi dapat dilakukan dengan tiga cara, antara lain observasi

langsung, yaitu observasi yang dilakukan secara langsung terhadap obyek yang

diselidiki. Observasi tak langsung, yaitu observasi yang dilakukan melalui

(44)

Catatan anekdota yaitu catatan-catatan singkat tentang peristiwa-peristiwa

sepintas yang dialami peserta didik. Sedangkan Masidjo (1995: 64) menyatakan

“catatan anekdota adalah suatu catatan faktual dan seketika tentang peristiwa,

kejadian, gejala atau tingkah laku yang spesifik dan menarik, yang dilakukan

siswa secara individu atau kelompok.”

Daftar cek adalah suatu daftar yang memuat sejumlah pernyataan singkat,

tertulis tentang berbagai gejala, yang dimaksudkan sebagai penolong pencatatan

ada tidaknya sesuatu gejala dengan cara memberi tanda cek (√) pada setiap

pemunculan gejala yang dimaksud (Masidjo, 1995). Daftar cek juga memiliki

manfaat antara lain sangat supel untuk mengecek kemampuan yang tampak dalam

berbagai tingkah laku/pernyataan hasil belajar dari berbagai mata pelajaran.

Sedangkan kelemahannya adalah bahwa mutu daftar cek sangat bergantung pada

kejelasan pernyataan-pernyataan dalam daftar cek (Masidjo, 1995).

Skala nilai merupakan sebuah daftar yang memuat sejumlah pernyataan,

gejala atau perilaku yang dijabarkan dalam bentuk skala atau kategori yang

bermakna nilai dari yang terendah sampai yang tinggi (Masidjo, 1995). Kekuatan

skala nilai adalah dalam waktu yang relatif singkat skala nilai dapat dengan

mudah memberikan gambaran mutu penampilan perilaku terutama perilaku yang

sedang dilakukan individu atau siswa atau kelompok. Sedangkan kelemahan skala

nilai adalah guru, pengamat atau penilai sukar menilai keberadaan setiap aspek

perilaku siswa terlepas dari keberadaan aspek-aspek lain. Hasil penilaian yang

diperoleh kurang dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari

(45)

Angket adalah suatu daftar pertanyaan tertulis yang terinci dan lengkap

yang harus dijawab oleh responden tentang pribadinya atau hal-hal yang

diketahuinya.Hal ini sesuai dengan pendapat Arifin (2009) yang mengatakan

bahwa angket termasuk alat utuk mengumpulkan dan mencatat data atau

informasi, pendapat, dan paham dalam hubungan kausal.

Wawancara adalah suatu proses tanya jawab sepihak antara pewawancara

(interviewer) dan yang diwawancara (interviewee) yang dilakukan sambil bertatap

muka, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan maksud memperoleh

jawaban dari interviewee (Masidjo, 1995). Wawancara memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Berikut beberapa kelebihan wawancara menurut Arifin

(2009) yaitu dapat berkomunikasi secara langsung kepada peserta didik sehingga

informasi yang diperoleh dapat diketahui objektivitasnya, dapat memperbaiki

proses hasil belajar, pelaksanaan wawancara lebih fleksibel, dinamis, dan

personal. Sedangkan kelemahan wawancara adalah jika jumlah peserta didik

cukup banyak, maka proses wawancara banyak menggunakan waktu, tenaga dan

biaya. Adakalanya terjadi wawancara yang berlarut-larut tanpa arah, sehingga data

kurang dapat memenuhi apa yang diharapkan. Sering timbul sikap yang kurang

baik dari peserta didik yang diwawancarai dan sikap overaction dari guru sebagai

pewawancara.

Selain penilaian tes dan non tes terdapat jenis penilaian autentik. Penilaian

autentik adalah jenis assesmen yang memicu peserta didik aktif membangun

(46)

kinerja merupakan penilaian terhadap tingkah laku, akivitas, atau interaksi siswa

dalam proses belajar. Penilaian sikap adalah penilaian terhadap aspek-aspek

nonintelektual seperti sikap, minat, dan motivasi (Trianto, 2011: 276). Penilaian

portofolio merupakan kumpulan hasil karya siswa selama mengikuti proses

pembelajaran. Muslich (2011: 73) menyatakan “portofolio adalah sekumpulan

artefak (bukti karya/kegiatan/data) sebagai bukti (evidence) yang menunjukkan

perkembangan dan pencapaian suatu program.” Sedangkan penilaian

proyekmerupakan penilaian terhadap suatu tugas yang mengandung penyelidikan

yang harus selesai dalam waktu tertentu.

2.2 Penelitian Pengembangan yang Relevan

Menurut Sutiman (2006) yang pernah melakukan penelitian dengan judul

Pengembangan Model Instrumen Evaluasi Sikap terhadap mata pelajaran PKn

pada siswa SD menyatakan bahwa skala likert (17 item) mempunyai sedikit

kelebihan daripada skala Thurstone (15 item) dan skala diferensi semantik (9

item).

Chaerun (2009) meneliti tentang pengembangan model evaluasi hasil

belajar seni tari yang apresiatif dan kreatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

model evaluasi ini mampu menghasilkan model evaluasi yang mampu mengukur

hasil belajar itu sendiri.

Dalam penelitian yang berjudul penelitian pengembangan instrumen

penilaian karya seni lukis anak di sekolah dasar, Retnowati (2009) memperoleh

hasil sebagai berikut. Spesifikasi instrumen penilaian hasil belajar karya seni lukis

(47)

deskripsi, dan rubrik. Komponen yang menjadi objek penelitian meliputi

prosesdan produk. Komponen proses terdiri atas 7 item dan komponen produk

terdiri dari 3 item.

2.3 Kerangka Berpikir

Bagan 2.2Skema Kerangka Berpikir

Kondisi awal instrumen penilaian siswa SD BOPKRI Gondolayu kelas III

belum menggunakan instrumen penilaian yang bervariasi. Guru hanya

menggunaka instrumen penilaian tes berupa pilihan ganda dan uraian. Sehingga

kemampuan siswa tidak terukur secara menyeluruh.

Untuk memecahkan masalah tersebut, maka dikembangan instrumen

penilaian berdasarkan teori perkembangan dan belajar. Menurut kedua teori Teori belajar dan

perkembangan

Instrumen Penilaian PKn yang inovatif Instrumen

penilaian Kondisi awal

siswa

(48)

membangun pengetahuan mereka sendiri melalui pengalaman. Dalam

mengembangakan instrumen penilaian berdasar teori belajar dan perkembangan

akan digunakan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR). Dalam

model ini siswa diajak terlibat aktif dalam pembelajaran melalui langkah-langkah

yang dalam PPR, yaitu konteks, pengalaman, aksi, refleksi, dan evaluasi.

Untuk lebih membantu siswa menggali pengetahuan dan bakatnya

diperlukan instrumen penilaian yang beragam. Instrumen penilaian PKn dibuat

dengan memperhatikan teori-teori perkembangan dan belajar dengan model

pembelajaran Pedagogi Reflektif. Sehingga dihasilkan instrumen penilaian PKn

inovatif yang akan membantu guru dan siswa sendiri dalam mengukur

(49)

BAB III

METODOLOGI PENGEMBANGAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dan pengembangan (Research and Development). Menurut Sugiyono (2011: 297) mengatakan“penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan

produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut”. Langkah-langkah

penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono ditunjukkan pada bagan berikut.

(50)

Langkah pertama adalah mencari potensi masalah. Setelah potensi masalah

dapat ditemukan langkah selanjutnya adalah mengumpulkan data yang terkait

dengan masalah. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi

terkait dengan produk yang akan dirancang. Langkah berikutnya adalah membuat

desain produk yang diharapkan dapat memecahkan masalah. Desain produk yang

telah dibuat kemudian divalidasi oleh para ahli. Hasil validasi digunakan untuk

merevisi desain.Setelah direvisi kemudian dilakukan uji produk.Jika hasil uji

produk belum sesuai maka produk harus direvisi kembali dan diujikan kembali.

Setelah hasil yang diperoleh seuai dengan harapan maka langkah yang terakhir

adalah pembuatan produk massal.

Banyaknya proses yang harus dilakukan untuk menyelesaikan penelitian

pengembangan seperti yang diungkapkan Sugiyono maka peneliti memodifikasi

dan membatasi langkah-langkah penelitian sampai pada tahap pembuatan

prototipe. Gambaran langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini dapat

dilihat pada bagan berikut.

Bagan 4. Langkah-langkah penelitian

(51)

Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menemukan

masalah kemudian melakukan analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan dilakukan

untuk mencari informasi tentang produk yang diinginkan untuk memecahkan

masalah. Langkah selanjutnya adalah merancang produk sesuai analisis

kebutuhan. Setelah rancangan produk dibuat, langkah berikutnya adalah validasi

desain yang dilakukan para ahli. Hasil validasi digunakan untuk merevisi

produk.Setelah direvisi maka jadilah sebuah prototipe.

3.2 Prosedur Pengembangan Produk Instrumen Penilaian

Prosedur pengembangan produk instrumen penilaian tematik untuk kelas

III SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta akandijabarkan sebagai berikut.

1. Peneliti membaca dan mempelajari standar kompetensi, kompetensi dasar,

dan materi pembelajaran yangakan dikembangkan. Mata pelajaran yang

digunakan adalah PKn, bahasa Indonesia, serta SBKuntuk kelas III semester

2.

2. Membuat silabus pembelajaran tematik untuk kelas III semester 2.

3. Membuat rencana pembelajaran yang disesuaikan dengan model

pembelajaran pedagogi reflektif.

4. Merancang desain awal produk instrumen penilaianyang sesuai dengan teori

(52)

3.3 Validasi Desain 3.3.1 Jenis Validasi

Validasi produk dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah

produk yang dirancang mencapai tujuan dan layak untuk digunakan. Desain awal

produk yang telah dibuat diuji oleh tim ahli yang terdiri darilima dosen PGSD,

dua guru SD dan satu kepala sekolah SD. Ahli dipilih berdasarkan bidang yang

ditekuni. Antara lain berkompeten di bidang PKn, pengembangan, evaluasi, serta

tematik. Penilaian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan produk

instrumen pembelajaran yang telah disusun dari segi desain produk serta isi

produk. Berikut adalah data diri tim ahli yang memberikan validasi produk.

Tabel 1. Spesifikasi Ahli

Ahli Spesifikasi Pekerjaan Proses validasi

A Ahli instrumen penilaian

Dosen Kuesioner

B Ahli pengembangan Dosen Kuesioner C Ahli PKn Guru Kuesioner D Ahli tematik Guru Kuesioner E Ahli instrumen

penilaian

Kepala Sekolah Kuesioner

F Ahli pengembangan Dosen Kuesioner G Ahli Tematik Dosen Kuesioner dan

wawancara H Ahli PKn Dosen Kuesioner dan

wawancara

3.3.2 Subyek penelitian

Subyek dalam penelitian pengembangan instrumen penilaian tematik

menggunakan model pembelajaran pedagogi reflektif adalah guru dan siswa kelas

(53)

3.3.3 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini berupa data

kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa skor dari kuesioneranalisis

kebutuhan serta angket penilaian para ahli terhadap prototipe. Sedangkan data

kualitatif diperoleh dari hasil wawancara dengan guru serta saran dan kometar

para ahli terhadap masing-masing komponen pengembangan instrumen penilaian

PKn.

3.3.4 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini

berupa observasi, angket, wawancara.

3.3.4.1 Observasi

Observasi digunakan untuk mengamati kondisi pembelajaran serta tingkah

laku siswa ketika mengikuti pembelajaran PKn di kelas. Selain itu observasi juga

digunakan untuk mengamati variasi penilaian yang diterapkan oleh guru ketika

pembelajaran PKn berlangsung.

Tabel 2.Kisi-kisi Observasi

No Indikator

1 Guru menggunakan instrumen penilaian

2 Guru menggunakan penilaian tes

3 Guru menggunakan penilaian nontes

4 Soal berupa pilihan ganda

5 Soal berupa uraian

(54)

3.3.4.2 Angket

Angket digunakan untuk mencari informasi mengenai produk yang

diinginkan siswa serta digunakan untuk menilai produk yang telah dikembangkan

dari segi isi, desain, variasi penilaia. Instrumen angket dibuat berdasar hasil

analisis kebutuhan dan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.3.4.2 Wawancara

Wawancara dilakukan kepada guru kelas dan guru mata pelajaran PKN

kelas III untuk mengetahui variasi penilaian yang telah digunakan oleh guru

dalam pembelajaran PKn di kelas.

3.3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan berdasarkan jenis data yang diperoleh, yaitu

data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa hasil observasi, wawancara,

serta saran dan komentar para ahli terhadap desain produk. Data tersebut disajikan

dalam bentuk narasi tertulis.

Angket yang telah diisi oleh para ahli instrumen penilaian dan beberapa

guru akan menghasilkan suatu data kualitatif. Data kualitatif yang berupa

pernyataan tidak relevan(T/R), sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), setuju

(S), dan sangat setuju (SS) diubah menjadi kuantitatif dengan ketentuan skor 0

untuk (T/R), skor 1 untuk (STS), skor 2 untuk (TS), skor 3 untuk (S), serta skor 4

untuk (SS). Skor tersebut kemudian dikonversikan menjadi data kualitatif skala

empat. Kategori hasil konversi dengan skala empat yang dimodifikasi dari kriteria

penilaian menurut Azwar dalam disertasi Fatima Setiani (2011:171) sebagai

(55)

Tabel 1. Kriteria tingkat kualitas produk

Angka Interval Skor Kategori

4 3,00< M ≤ 4,00 Sangat baik

3 2,00 < M ≤ 3,00 Baik

2 1,00< M ≤ 2,00 Kurang baik

1 0,00 < M ≤ 1,00 Tidak baik

Keterangan:

M = rata-rata skor, diperoleh dari rumus: 𝑀𝑒𝑎𝑛= 𝑁𝑥

∑ x = jumlah nilai

N = jumlah responden

Jika pernyataan pada tiap butir dalam lembar angket mendapat nilai

rata-rata dibawah 3,00 atau ditemukan ada yang tidak relevan maka peneliti akan

melakukan revisi terhadap prototipe sesuai dengan butir pernyataan yang

mendapat rata-rata < 3,00. Jika nilai rata-rata pada tiap butir pernyataan > 3,00

(56)

3.4 Jadwal Penelitian

Penelitian dimulai dari bulan 11 (November 2011) sampai bulan 10

(Oktober 2012).Jadwal dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. Jadwal pelaksanaan penelitian

No Kegiatan Waktu

11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Penulisan proposal

penelitian payung dan proposal skripsi mahasiswa 2 Revisi Proposal 3 Penyusunan instrumen

dan pemberian analisis kebutuhan

4 Pembuatan produk pengembangan instrumen penilaian 5 Uji produk oleh para

ahli (validasi desain) 6 Proges report

7 Analisis validasi, revisi produk, menghasilkan prototipe

8 Penulisan skripsi 9 Ujian skripsi 10 Penulisan artikel

diseminasi 11 Diseminasi hasil

(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan dilakukan untuk memperoleh informasi tentang

kebutuhan siswa kelas III SD BOPKRI Gondolayu terhadap pembelajaran PKn.

Data ini diperlukan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang segala hal

yang berhubungan dengan pembelajaran PKn kelas III SD BOPKRI Gondolayu.

Data diperoleh melalui observasi kegiatan belajar siswa di kelas, wawancara

dengan guru mata pelajaran PKn kelas III dan guru kelas III.1 serta penyebaran

kuesioner kepada 27 siswa kelas III.1 SD BOPKRI Gondolayu. Hasil analisis

kebutuhan yang dilakukan peneliti akan digunakan untuk membuat suatu produk

yang berupa instrumen penilaian dengan model pembelajaran pedagogi reflektif

yang menerapkan kompetensi competence, consience, dan compassion.

4.1.1 Hasil Observasi

Observasi merupakan tahap awal dalam pengambilan data. Observasi

dilaksanakan untuk mengetahui gambaran guru dalam melaksanakan kegiatan

belajar.Hasil observasi menunjukkan bahwa guru menggunakan metode ceramah

dan tanya jawab saat mengajar. Pada saat menyampaikan materi guru sudah

(58)

guru memberi perintah kepada siswa untuk menjawab soal. Soal yang diberikan

berupa pilihan ganda dan uraian. Hal ini membuktikan bahwa guru menggunakan

teknik tes dalam menilai hasil belajar siswa.

4.1.2 Hasil Kuesioner

Penyebaran kuesioner dilaksanakan pada tanggal 18 Februari 2012 setelah

melakukan observasi dan wawancara pertama dan kedua. Kuesioner dilakukan

untuk analisis kebutuhan siswa terhadap instrumen penilaian. Kuesioner yang

dibagikan kepada siswa terdiri dari 10 pernyataan yang berkaitan dengan

penilaian pembelajaran PKn. Instrumen kuesioner disusun berdasarkan hasil

analisis kebutuhan dan studi teori-teori terkait instrumen penilaian. Instrumen

yang telah dibuat diuji coba kepada 24 siswa kelas III.2 SD BOPKRI Gondolayu.

Dari hasil uji coba terdapat beberapa insrtumen yang kurang bisa dimengerti

siswa. Maka instrumen tersebut diperbaiki terlebih dahulu sebelum kuesioner

diujikan kepada subyek penelitian.

Kuesioner yang telah diperbaiki kemudian diujikan kepada subyek

penelitian.Berdasarkan kuesioner yang telah diujikandiperoleh hasil ada sebanyak

100% siswa menjawab bahwa guru tidak pernah memberikan soal ulangan setelah

pelajaran PKn berlangsung dan 51,8 % siswa mengatakan guru jarang

memberitahu siswa bahwa setiap kegiatan belajar akan dinilai. Kemudian 48,1 %

siswa memilih bahwa guru jarang memberikan soal tertulis dan 44,4 % siswa

menjawab guru jarang memberikan pertanyaan lisan. 51,8 % siswa mengatakan

(59)

juga menjawab bahwa guru tidak pernah memberikan tugas membuat

kliping. Selain itu sebanyak 62,9 % siswa menyatakan bahwa guru tidak pernah

meminta siswa mengumpulkan tugas-tugas yang sudah dinilai pada akhir

semester. 92,4 % siswa memilih guru tidak pernah memberikan tugas untuk

melakukan tindakan nyata. Dari kuesioner juga diperoleh hasil 48,1 % siswa

menginginkan adanya variasi penilaian serta sebanyak 33,3 % menyatakan lebih

senang membuat suatu karya (misalnya: poster, kliping) daripada mengerjakan

soal tertulis.

Dari hasil kuesioner analisis kebutuhan sisditemukan beberapa hal yang

unik yaitu siswa memilih bahwa guru jarang memberikan soal tertulis dan

pertanyaan lisan. Padahal hasil observasi menunjukkan bahwa guru memberikan

soal tertulis dan pertanyaan lisan. Tetapi berdasarkan data kuesioner tersebut

dapat diperoleh kesimpulan bahwa siswa menginginkan adanya instrumen

penilaian yang bervariasi. Untuk melihat hasil kuesioner secara rinci dapat dilihat

pada tabel 4 halaman 61.

4.1.2 Hasil Wawancara

Wawancara dilaksanakan sebanyak tiga kali yaitu sebelum observasi,

setelah observasi dan setelah penyebaran kuesioner. Wawancara dilakukan dengan

guru kelas III.1 dan guru mata pelajaran PKN kelas III. Wawancara pertama

dilaksanakan pada tanggal 5 Januari 2012. Dari wawancara tersebut diperoleh

Gambar

Tabel 1. Spesifikasi Ahli .................................................................................
Tabel 1. Spesifikasi Ahli
Tabel 2.Kisi-kisi Observasi
Tabel 1. Kriteria tingkat kualitas produk
+7

Referensi

Dokumen terkait

Piutang usaha/piutang terhadap langganan dalam perkiraan piutang usaha dicatat sebagai tagihan yang timbul dari penjualan barang atau jasa yang merupakan usaha perusahaan yang

Dari analisis yang telah dilakukan, dapat diketahui desain dengan biaya konstruksi awal terendah yaitu perkerasan dengan metode Bina Marga Pt - T-01-2002-B, sedangkan desain

Fenomena banjir pasang adalah fenomena alam yang terjadi di banyak tempat di wilayah Indonesia, yakni di daerah pesisir atau pantai yang tidak terlalu jauh dibelakangnya

Secara luas, Komputer dapat didefinisikan sebagai suatu peralatan elektronik yang terdiri dari beberapa komponen, yang dapat bekerja sama antara komponen satu dengan yang

Hasil analisa vegetasi gulma pada pertanaman jagung dengan lahan olah tanah maksimal (OTM) di Nagari Sungai Talang, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota didapatkan

Berdasarkan masalah yang ada maka diambil rumusan sebagai berikut: (1) Apakah media vidioscribe berbasis E-Learning sudah valid digunakan dalam proses belajar

Studi literatur dilakukan pada tahap analisis, yaitu pencarian referensi atau teori pendukung penelitian dan ilmu–ilmu dasar yang akan digunakan untuk memahami

[r]