• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN SOSIAL DENGAN TINGKAT STRES PADA IBU BERPERAN GANDA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN SOSIAL DENGAN TINGKAT STRES PADA IBU BERPERAN GANDA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi"

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN SOSIAL

DENGAN TINGKAT STRES PADA IBU BERPERAN GANDA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Ika Murti Anggrahini

NIM : 029114075

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

HALAMAN PERSEMBAHAN

KUPERSEMBAHKAN KARYA YANG SANGAT SEDERHANA INI

KEPADA SEMUA YANG TELAH MELIMPAHKAN KASIH SAYANG

KEPADAKU

DAN DARI HATI YANG PALING DALAM KUPERSEMBAHKAN

KARYA INI KEPADA TUHAN,

(5)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama :Ika Murti Anggrahini

Nomor Mahasiswa : 029114075

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karua ilmiah saya yang berjudul : HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN SOSIAL DENGAN TINGKAT STRES PADA IBU BERPERAN GANDA beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta, 28 Januari 2008

(6)

ABSTRACT

Ika Murti Anggrahini (2007) Correlation between Social Adaptation with The Degree of Stress at double-role mother.

This research conducted to know the correlation between Social Adaptation with The Degree of Stress at double-role mother. The hypothesis tested weather there was a negative correlation between Social Adaptation with The Degree of Stress at double-role mother.

The subjects of the research were 69 subjects. The subjects were double role mother in the age of 29 up to 57 years old. The data collection were collected through the of social adaptation and the scale of degree of stress was tasted of validity and reliability.

(7)

ABSTRAK

Ika Murti Anggrahini (2007) Hubungan antara penyesuaian sosial dengan tingkat stres pada Ibu berperan ganda. Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penyesuaian sosial dengan tingkat stres pada Ibu berperan ganda. Hipotesis yang diajukan yaitu ada hubungan negatif antara penyesuaian sosial dengan tingkat stres pada Ibu berperan ganda.

Subjek dalam penelitian ini berjumlah 69 orang. Subjek dalam penelitian ini adalah ibu berperan ganda berusia antara 29 sampai 57 tahun. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran skala penyesuaian sosial dan skala tingkat stres yang telah diuji validitas dan realibilitasnya.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan atas karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul Hubungan Antara Penyesuaian Sosial dengan Tingkat Stres pada Ibu Berperan Ganda dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi, M.Si selaku dekan Fakultas Psikologi. 2. Ibu Sylvia CMYM, S.Psi, M.Si selaku Kepala Program Studi Psikologi. 3. Ibu A. Tanti Arini, S.Psi, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang

dengan penuh kesabaran dan perhatian dalam memberikan bimbingan yang sangat berarti dalam proses penyusunan skripsi ini.

4. Ibu MM. Nimas Eki S, S.Psi, Psi, M.Si dan Bapak Y. Agung Santoso, S.Psi selaku dosen pembimbing akademik yang telah mendampingi penulis selama menempuh studi.

5. Segenap Bapak Ibu dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan bekal ilmu yang sangat berharga.

(9)

7. Mas Andi Subagyo, seseorang yang selalu ada untukku, selalu mengasihi, menyayangi, dan mendukungku juga si kecil Alfian Andika Putra yang memberikan support yang tiada tanding.

8. Keluarga Ibu Djarwo Wagiyo, Kakak-kakak Ipar tercinta, dan Keponakan-keponakan Kecil yang memberikan semangat.

9. Karyawan-karyawan Fakultas Psikologi : Mas Gandung, Mbak Nanik, Mas Muji, Mas Doni, dan Pak Gi Terima kasih atas bantuannya.

10. Teman-teman seperjuangan : Ana, Ria, Pita, Aning, Katrin, Irna, Sutri, Nining, Dina, Ayu, Anggie, Siska, Lia terima kasih atas kebersamaan dan dukungannya.

11. Teman-teman angkatan Psikologi 2002, kebersamaan kita tak terlupakan. 12. Sahabat-sahabatku Endah. Indah, Diah adex, dan Calon Adik Ipar Hilga,

terima kasih atas kritik yang membuatku terbangun.

(10)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, Januari 2008 Penulis

(11)

DAFTAR ISI

3. Faktor Yang Mempengaruhi Penyesuaian Sosial 21

E. Hubungan antara Penyesuaian Sosial 22

(12)

F. Hipotesis 25 BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian 26

B. Identivikasi Variabel Penelitian 26

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian 26

D. Subjek Penelitian 28

E. Metode Pengumpulan Data 28

F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 32

G. Hasil Uji Coba Alat Ukur 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian 38

B. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Subjek Penelitian 38

2. Deskripsi Data Penelitian 41

3. Hasil Uji Asumsi 41

4. Hasil Uji Hipotesis 42

C. Pembahasan 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 50

B. Saran 50

DAFTAR PUSTAKA 52

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Skala uji coba penelitian 55

Lampiran 2 Skala penelitian 70

Lampiran 3 Data uji coba skala tingkat stres 84

Lampiran 4 Data uji coba skala penyesuaian sosial 95

Lampiran 5 Data penelitian tingkat stres 106

Lampiran 6 Data penelitian penyesuaian sosial 115

Lampiran 7 Statistik deskriptive 126

Lampiran 8 Uji normalitas 128

Lampiran 9 Uji linearitas 130

Lampiran 10 Uji korelasi 132

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesempatanuntuk memperoleh hak yang sama antara pria dan wanita saat ini telah membuka cakrawala kehidupan yang lebih luas bagi kaum wanita. Hal tersebut ditandai dengan perubahan status dan perannya dalam masyarakat. Dahulu peran wanita sempit, hanya terbatas pada lingkungan rumah tangga yaitu mengurus suami, dapur, dan anak-anak. Hal ini disebabkan adanya suatu pandangan tradisional yang menganggap bahwa wanita ideal dibatasi oleh fungsi keibuan dan perannya bagi anak, tempat seorang wanita adalah di rumah yaitu merawat, menyiapkan kebutuhan suami, anak, serta diri sendiri. Pada masa sekarang pandangan tersebut perlahan-lahan mulai ditinggalkan karena kurang sesuai dengan kondisi keadaan dan kondisi zaman yang senantiasa berkembang. Wanita yang bekerja merupakan salah satu fenomena sosial dari masyarakat yang telah meninggalkan nilai-nilai tradisional (Hardanti, 2002).

(15)

yang menjalani peran hidupnya bukan sekedar sebagai isteri atau ibu tetapi juga bekerja baik untuk menopang ekonomi rumah tangga ataupun untuk meraih prestasi bagi dirinya sering disebut sebagai wanita yang berperan ganda.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan kaum perempuan untuk berpartisipasi langsung dalam dunia kerja diantaranya adalah banyaknya kursus dan pendidikan tinggi, keinginan mengembangkan potensi yang dimiliki, serta pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga (Fauziah, dkk, 1999). Lebih lanjut, Rini (2002) mengemukakan beberapa hal yang melandasi tindakan para ibu tersebut untuk bekerja di luar rumah, antara lain : (1) untuk memenuhi kebutuhan finansial. Kebutuhan rumah tangga yang begitu besar dan mendesak membuat para ibu dan suami harus bekerja untuk dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari, (2) untuk memenuhi kebutuhan sosial-relasional. Para ibu yang memilih untuk bekerja karena mempunyai kebutuhan sosial-relasional yang tinggi, (3) untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri. Para ibu yang memilih bekerja karena mempunyai kebutuhan akan aktualisasi diri untuk dapat menemukan makna hidupnya melalui berkarya, mengembangkan diri, membagikan ilmu dan pengalaman, serta mendapatkan penghargaan dan prestasi.

(16)

yakni para ibu diharapkan mampu mendampingi suami, mendidik anak, dan mengikuti kegiatan yang ada di masyarakat.

Gordon (1999) mengemukakan munculnya konflik antara pekerjaan dan tugas sebagai seorang istri dan ibu karena umumnya wanita sering mengasumsikan bahwa merawat anak dan mengurus rumah tangga adalah tanggung jawab utama istri bukan tanggung jawab bersama antara suami dan istri. Dengan demikian peran ganda yang disandang oleh kaum wanita sekarang ternyata dapat memunculkan masalah tersendiri.

Masalah yang dihadapi oleh ibu yang bekerja berbeda dengan masalah yang dihadapi oleh ibu yang berada di rumah sepanjang hari. Ibu yang bekerja di satu pihak ingin sukses di dalam karier akan tetapi di lain pihak ingin sukses sebagai seorang ibu. Namun, keduanya tidak dapat dilakukan sekaligus secara efektif sehingga ibu yang bekerja berada di antara dua pilihan yang berat yakni keluarga dan pekerjaan (Hardanti, 2002).

(17)

kebutuhan atau tuntutan yang ada melebihi sumberdaya individu untuk mengendalikan dan mengatasi tuntutan tersebut.

Menurut Huffman, Vernoy, dan Vernoy (1997) segala sesuatu yang menyebabkan perubahan dalam hidup dapat menimbulkan stres. Oleh karena itu, individu membutuhkan kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya. Fauziah, dkk (1999) mengemukakan bahwa pada ibu yang bekerja, stres dapat disebabkan oleh hal-hal yakni merasa kekurangan waktu, merasa dituntut sempurna, dan merasa bersalah.

Stres dapat menyebabkan terganggunya fungsi emosi, kognitif, maupun fisiologik individu yang mengalaminya (Fauziah, dkk, 1999). Menurut Duxburg dan Higgis (1991) stres dapat menurunkan konsentrasi dan menimbulkan ketidakpuasan kerja. Selain itu pada tingkat stres yang berat, dapat menyebabkan depresi, kehilangan rasa percaya diri dan harga diri sehingga individu seringkali menarik diri dari lingkungan, lebih suka menyendiri, mudah tersinggung, dan mudah emosi. Hal tersebut dapat berakibat pada produktivitas kerja para ibu sehingga dapat merugikan tempatnya bekerja. Dengan adanya masalah dalam pekerjaan yang dialami ibu berperan ganda, maka juga dapat berakibat bagi kehidupan rumah tangga. Dengan adanya sikap yang mudah tersinggung dan mudah emosi maka keharmonisan dalam keluarga dapat terganggu sehingga menyebabkan suami dan anak-anak menjadi kurang nyaman ketika berada di rumah.

(18)

bertoleransi, mengurangi ataupun meminimalkan stres tersebut (Huffman, Vernoy, dan Vernoy (1997). Oleh karena itu cara untuk mengurangi stres akibat peran ganda yang dimiliki oleh kaum ibu yakni dengan melakukan penyesuaian sosial dengan keluarga, masyarakat, maupun di tempat bekerja. Dengan melakukan penyesuaian sosial maka ibu berperan ganda akan diterima dan mendapat dukungan sosial dari lingkungannya sehingga dapat mengurangi stres yang dialaminya. Menurut Mu’tadin (2002) dengan adanya penyesuaian sosial maka individu dapat terhindar dari tekanan, kegoncangan dan ketegangan jiwa sehingga mampu untuk menghadapi kesukaran dengan cara objektif serta berpengaruh bagi kehidupannya, serta menikmati kehidupannya dengan stabil, tenang, merasa senang, tertarik untuk bekerja, dan berprestasi.

Menurut Cole (1963) penyesuaian sosial merupakan keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan pada keluarga khususnya. Sedangkan Kartono (1992) mengemukakan bahwa seseorang yang memiliki penyesuaian yang baik dapat berperilaku baik sesuai norma-norma yang berlaku. Dia memiliki keterampilan dan kemampuan dalam berhubungan dengan orang lain, baik yang dikenalnya maupun tidak. Dia juga bersedia membantu orang lain meskipun kadang-kadang hal itu tidak membawa keuntungan bagi dirinya. Namun penyesuaian sosial tidak menunjukkan adanya perilaku yang sifatnya berlebihan yang dilakukan supaya dirinya diterima oleh orang lain.

(19)

masyarakat. Hasil penelitian tentang penyesuaian sosial wanita Jawa dalam perkawinan hindu di Bali yang dilakukan oleh Dewi (2004) menyatakan bahwa penyesuaian sosial merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan perkawinan pasangan yang berbeda suku. Individu yang berhasil dalam melakukan penyesuaian sosial akan mampu menjalin hubungan sosial dengan pasangan maupun keluarganya sehingga dapat diterima dan dihargai oleh keluarga pasangan dan lingkungannya.

(20)

B. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan negatif antara penyesuaian sosial dengan tingkat stres pada ibu berperan ganda?.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan negatif antara penyesuaian sosial dengan tingkat stres pada ibu berperan ganda.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoretis

a. Dapat mengetahui hubungan antara penyesuaian sosial dengan tingkat stres pada ibu berperan ganda.

b. Dapat menambah wawasan dan khasanah di bidang Psikologi. 2. Manfaat praktis

a. Para ibu berperan ganda diharapkan dapat menambah gambaran mengenai pentingnya melakukan penyesuaian sosial dalam mengurangi tingkat stres yang dialami.

(21)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Ibu Berperan Ganda

Menurut Wolfman (1992) peran adalah bagian yang dimainkan individu pada setiap keadaan dan cara bertingkah laku untuk menyelaraskan diri dengan keadaan tersebut. David dan Newstorm (1985) mengemukakan bahwa peran merupakan keadaan yang diharapkan dari seseorang dalam tindakannya melibatkan orang lain. Peran juga mencerminkan posisi seseorang dalam sistem sosial dengan hak dan kewajiban serta tanggung jawab yang menyertainya.

Dari pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa peran adalah tindakan yang diharapkan dari seseorang yang menduduki suatu posisi tertentu meliputi kewajiban dan tanggung jawabnya dan tingkah laku yang sesuai dengan harapan yang ada.

Menurut Rowatt dan Rowatt (1990) peran ganda dapat diartikan peran yang dilakukan oleh wanita (ibu) disamping mengelola pekerjaan rumah (domestik) tetapi juga mengerjakan pekerjaan mencari nafkah (publik). Meskipun wanita tersebut mempunyai kesempatan bekerja di luar rumah, namun harus tetap mengutamakan tugas utamanya dalam keluarga. Sedangkan Fauziah (1999) menyatakan bahwa ibu berperan ganda adalah seorang wanita yang telah mempunyai anak, yang mempunyai kewajiban mengurus rumah tangga dan meluangkan waktunya untuk bekerja di luar rumah.

(22)

mempunyai kewajiban mengurus rumah tangga dan meluangkan waktunya untuk bekerja di luar rumah dengan hak dan kewajiban serta tanggung jawab yang menyertainya.

B. Stres

1. Pengertian Stres

Stres menurut Selye ( dalam Huffman, Vernoy, dan Vernoy, 1997) adalah respon-respon non spesifik dari tubuh terhadap beberapa tuntutan. Sedangkan Lazarus (dalam Huffman, Vernoy, dan Vernoy, 1997) mendefinisikan stres sebagai suatu kondisi atau perasaan yang dialami individu ketika individu merasa bahwa kebutuhan atau tuntutannya melebihi sumber daya individu dan sosial yang digunakan. Ketika individu memiliki waktu, pengalaman, dan sumber daya untuk mengendalikan situasi maka individu tersebut dapat mengendalikan stres yang dialaminya. Namun jika individu tersebut berpikir bahwa mereka tidak dapat mengendalikan tuntutan yang membebani, maka individu tersebut dapat merasakan stres yang berat.

(23)

Sejalan dengan pendapat Taylor, Kusumaatmaja (1991) mengemukakan bahwa stres adalah keadaan mental yang tertekan karena adanya tuntutan dari lingkungan seperti persoalan rumah tangga, lingkungan kerja, dan masyarakat sebagai akibat interaksi antara manusia dan lingkungannya. Searah pendapat tersebut, Evans (1982) mengemukakan stres adalah keadaan mental yang tertekan karena tuntutan-tuntutan dari lingkungan melebihi kemampuan individu untuk meresponnya. Lingkungan dalam pengertian ini tidak menyangkut lingkungan fisik saja, namun juga termasuk lingkungan sosial. Sedangkan menurut Luthans (1995) stres merupakan respon terhadap situasi eksternal yang dapat menyebabkan munculnya gangguan fisiologis, emosional, kognitif, dan perilaku.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa stres merupakan pengalaman negatif individu berupa munculnya gangguan fisik, psikis, dan atau perilaku yang dipengaruhi oleh persepsi individu terhadap situasi yang penuh dengan tuntutan dari lingkungan serta kemampuan individu untuk mengatasi situasi tersebut.

2. Penyebab Stres

(24)

dapat menimbulkan stres. Tubuh akan merespon perubahan-perubahan tersebut dengan respon fisik, mental, dan emosi (Huffman, Vernoy, dan Vernoy, 1997).

Penyebab stres pada setiap orang dapat berbeda satu dengan yang lainnya sehingga setiap orang akan memiliki cara yang berbeda pula untuk mengatasinya. Intensitas, jangka waktu terjadinya stres, terduga atau tidaknya suatu peristiwa, besar atau kecilnya kontrol individu terhadap peristiwa tersebut, dan lamanya dampak dari peristiwa tersebut dirasakan oleh seseorang merupakan beberapa karakteristik yang meyebabkan suatu peristiwa dapat menimbulkan stres (Huffman, Vernoy, dan Vernoy, 1997).

Meskipun stres merupakan pengalaman yang bersifat individual, namun Taylor (1995) mencoba mengelompokkan karakteristik peristiwa yang secara umum dapat dinilai potensial menimbulkan stres. Beberapa diantaranya yakni :

a. Stressor berupa peristiwa negatif

Individu lebih menyukai peristiwa yang dirasa menyenangkan daripada menghadapi peristiwa yang tidak menyenangkan. Hal tersebut akan menyebabkan individu merasa tertekan jika menghadapi suatu peristiwa yang tidak diharapkannya seperti kematian anggota keluarga, perpisahan, dan sakit.

b. Stressor berupa peristiwa tak terkontrol

(25)

c. Stressor berupa peristiwa ambigu

Ketika menghadapi peristiwa yang ambigu, individu tidak mempunyai bayangan bagaimana ia harus bertindak. Pada tahun 1976 Coper dan Marshal (dalam Taylor, 1995) meneliti tentang stres yang memperoleh hasil penelitian bahwa faktor utama terjadi stres adalah ketidakjelasan aturan hidup.

d. Stressor berupa tugas yang berlebihan

Cohan dan William (dalam Taylor, 1995) meneliti tentang stres yang memperoleh hasil penelitian bahwa stres terjadi ketika seseorang dihadapkan pada tugas yang sangat banyak.

e. Stressor terdapat pada masalah utama kehidupan

Ketika menghadapi peristiwa yang berkaitan dengan masalah utama kehidupan misalnya pangan, sandang, dan papan maka individu akan lebih mudah mengalami tekanan.

(26)

3. Gejala Stres

Menurut Carlson dan Hatfield (1992) individu yang sedang mengalami stres akan menunjukkan gejala-gejala, antara lain :

a. Gejala fisiologis meliputi sesak nafas, kepala terasa pusing, tubuh gemetar, dan sebagainya.

b. Gejala perilaku meliputi sulit tidur, kehilangan selera humor, kurang bergairah dan malas mengerjakan sesuatu.

c. Gejala kognitif meliputi pola berpikir menjadi kaku, stereotype, konsentrasi menurun, dan terganggunya proses berpikir kreatif.

Sedangkan Cooper dan Straw (1993) membagi gejala stres menjadi dua, yaitu :

a. Gejala fisik seperti nafas memburu, mulut dan kerongkongan kering, tangan terasa lembab, otot tegang, dan sakit kepala.

b. Gejala perilaku seperti merasa tidak berdaya, kehilangan semangat, sulit berkonsentrasi, cepat marah, suasana hati mudah berubah, menarik diri, serta kehilangan gairah dalam berpenampilan.

Sejalan dengan pendapat di atas, Crider, dkk (1983) mengatakan bahwa individu yang mengalami stres menunjukkan respon yang bersifat emosional, kognitif., dan fisiologis. Hal tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :

a. Respon emosional

(27)

b. Respon kognitif

Stres dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan mengorganisasikan pikiran secara benar dan berkurangnya kemampuan berkonsentrasi. Selain itu dapat muncul bayang-bayang tentang kegagalan dan ketidakmampuan yang mendominasi individu. Hal tersebut menyebabkan individu mengalami kebingungan dan cenderung menjadi pelupa akibat rusaknya kemampuan untuk mentrasfer informasi dari jangka pendek ke jangka panjang.

c. Respon fisiologis

Orang yang stres memiliki simptom seperti sembelit, sakit kepala, dan lemas. Menurut Taylor (1995) dampak stres dapat mempengaruhi aktivitas sistem nervous saraf simpatik misalnya meningkatnya tekanan darah, denyut jantung, jumlah denyut nadi, dan pernapasan.

Lebih lanjut, Luthans (1995) mengemukakan bahwa reaksi atau respon stres dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori, yaitu:

a. Respon fisiologis

Masalah ini muncul dalam keluhan fisik seperti sakit kepala, nyeri tengkuk, tekanan darah naik, nyeri lambung, gatal-gatal di kulit, dan serangan jantung

b. Respon emosional

(28)

kecemasan, ketegangan, frustrasi, depresi, rendahnya harga diri, kejenuhan, dan sikap menunda pekerjaan.

c. Respon kognitif

Masalah ini meliputi berkurangnya kemampuan mengorganisasikan pikiran dengan benar, berkurangnya kemampuan konsentrasi, pikiran kacau, sulit mengambil keputusan, dan melamun secara berlebihan.

d. Respon perilaku

Masalah ini meliputi perubahan tingkah laku, perubahan kebiasaan makan, merokok, mengkonsumsi alkohol, dan gangguan tidur.

4. Faktor Yang Mempengaruhi Stres

Menurut Atkinson dan Atkinson (1996) stres dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :

a. Kemampuan menerka

Menurut penelitian individu lebih menyukai peristiwa yang dapat diterka daripada peristiwa yang tidak dapat diterka.

b. Proses penilaian kognitif

(29)

c. Kontrol diri

Faktor ini berkaitan dengan cara bagaimana individu memberikan respon terhadap stimulus yang diterima dari lingkungan dan melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan.

d. Dukungan sosial

Dukungan sosial dapat mengurangi perasaan tertekan dan ketidakpuasan pada saat individu dihadapkan pada tekanan. Menurut Sarafino (1990) dukungan sosial merupakan dukungan dan penghargaan dari orang lain sehingga individu merasakan perasaan nyaman dan merasakan bantuan dari orang lain. Dukungan sosial dapat datang dari keluarga, teman kerja, maupun kelompok. Individu yang memperoleh dukungan sosial merasa dicintai, dihargai, dan dinilai menjadi bagian dari hubungan sosial.

C. Stres Pada Ibu Berperan Ganda

(30)

Dengan adanya keterbatasan dan ketidakmampuan individu untuk melawan frustrasi, konflik, dan rasa bersalah maka dapat menimbulkan stres. Stres yang dialami oleh ibu yang bekerja umumnya disebabkan oleh keadaan tertekan akibat tuntutan pekerjaan dan rumah tangga. Begitu banyak faktor baik besar maupun kecil yang dapat menghasilkan stres dalam kehidupan sehari-hari ibu berperan ganda seperti kondisi keluarga, tugas rumah dan kemasyarakatan, maupun tugas pekerjaan.

Selye (dalam Huffman, Vernoy, dan Vernoy, 1997) membagi stres menjadi eustress, yaitu stres yang memberi pengaruh yang positif, dan distress yaitu stres yang memberi pengaruh yang negatif. Stres yang positif akan memberikan kemampuan yang potensial untuk mengembangkan diri dan sebaliknya stres yang negatif akan menyebabkan terganggunya produktivitas seseorang.

(31)

diselesaikan. Namun kenyataannya tidak semua ibu berperan ganda dapat mengatasinya. Hal ini dapat menyebabkan tingkat stres yang tinggi. Ibu berperan ganda yang mengalami stres pada tingkat yang tinggi akan mudah mengalami ketegangan. Ketegangan yang ada akan berpengaruh pada emosi, proses berpikir, dan kondisi fisiknya sehingga dapat mengurangi kemampuannya dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya.

D. Penyesuaian Sosial

1. Pengertian Penyesuaian Sosial

Penyesuaian adalah variasi dalam kegiatan organisme untuk mengatasi suatu hambatan dan memuaskan kebutuhan-kebutuhan serta menegakkan hubungan yang harmonis dengan lingkungan fisik dan sosial. Hubungan yang harmonis berarti ada kesesuaian dengan nilai norma yang ada pada lingkungan fisik dan sosial (Kartono, 1992). Lebih lanjut Kartono (1992) menjelaskan bahwa penyesuaian sosial yaitu mempelajari pola perilaku yang diperlukan atau mengubah kebiasaan yang ada sehingga sesuai dengan masyarakat sosial.

(32)

dirinya. Namun penyesuaian sosial tidak menunjukkan adanya perilaku yang sifatnya berlebihan yang dilakukan supaya dirinya diterima oleh orang lain.

Menurut Schineiders (1964) penyesuaian sosial adalah kemampuan untuk bereaksi secara adekuat terhadap kenyataan, situasi, dan hubungan sosial. Oleh karena itu untuk mengembangkan kemampuan ini individu harus mau mengakui dan menghormati hak-hak orang lain, belajar untuk hidup bersama, bergaul, dan mengembangkan persahabatan dengan orang lain, dan berpartisipasi dalam aktivitas sosial. Selain itu juga mau menaruh perhatian terhadap kesejahteraan orang lain dan memberi pertolongan kepada orang lain serta menghormati nilai hukum, kebiasaan, dan tradisi sosial yang ada di masyarakat.

Hurlock (1991) mendefinisikan penyesuaian sosial diartikan keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain dan kelompok. Artinya bagaimana usaha individu tersebut untuk hidup dan bergaul dengan orang lain serta hidup di dalam kelompok masyarakat yang terdapat norma. Penyesuaian ini sangat penting sebagai proses dari perkembangan individu. Hurlock menyebutkan adanya hubungan yang erat antara keberhasilan dan kebahagiaan pada masa kehidupan selanjutnya.

(33)

2. Tanda-tanda Penyesuaian Sosial

Cole (1963) menyebutkan tanda-tanda kemampuan menyesuaikan diri sebagai berikut :

a. Tanda-tanda kemasakan emosional, antara lain berupa perilaku tidak tergantung, tidak sering meminta bantuan, tidak berusaha menarik perhatian, dan menunjukkan perilaku yang bertanggung jawab

b. Tanda-tanda kecakapan sosial, antara lain berupa tidak ada perasaan malu yang berlebihan, percaya diri, suka berkumpul dan bergaul, mengikuti kegiatan, tidak menyendiri, dan rendah hati.

c. Tidak memiliki kecenderungan melakukan perbuatan-perbuatan untuk menarik perhatian, menolong orang lain, dapat menerima kritik, dan bersikap sopan santun.

d. Tanda-tanda kenormalan emosi, antara lain tidak mudah melamun, tidak terlalu sedih, tidak mudah sakit hati dan khawatir.

Sejalan dengan pendapat di atas, Hurlock (1996) mengemukakan bahwa individu yang telah melakukan penyesuaian sosial dapat dilihat dari perilaku sebagai berikut :

a. Penampilan nyata dan penyesuaian diri terhadap kelompok

(34)

b. Sikap sosial

Menunjukkan sikap yang baik dan menyenangkan terhadap orang lain, sikap baik untuk dalam menjalankan perannya dan ikut berpartisipasi dalam hubungan sosial.

c. Kepuasan pribadi

Menunjukkan sikap dapat menyesuaikan diri sehingga individu akan merasa puas terhadap kontak sosialnya dan terhadap peran yang dimainnya dalam situasi sosial.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penyesuaian sosial secara umum dapat ditandai dengan adanya penyesuaian diri sehingga individu mengalami kemasakan emosional, kecakapan sosial, tidak memiliki kecenderungan melakukan perbuatan-perbuatan untuk menarik perhatian, dan adanya kenormalan emosi. Dengan demikian individu dapat mengalami kepuasan dalam kehidupan sosialnya.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Penyesuaian Sosial

Menurut Schineiders (1964) penyesuaian sosial dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

1. Faktor internal dari dalam individu terdiri atas :

(35)

b. Perkembangan dan kemasakan terutama kematangan intelektual, sosial, moral, emosi. Hal ini berkaitan dengan kemampuan bertindak mencapai tujuan, berpikir rasional, dan berhubungan dengan lingkungan sosial secara efektif, serta kestabilan emosi sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian sosial.

c. Faktor psikologis meliputi pengalaman, belajar, frustrasi, dan konflik dalam menyesuaikan diri.

2. Faktor ekternal

a. Kondisi keluarga berupa pola perilaku sosial di rumah.

b. Kondisi lingkungan berupa perilaku yang dapat diterima dan tidak dapat diterima oleh masyarakat disesuaikan dengan standar perilaku dalam masyarakat.

c. Budaya berupa nilai sosial budaya yang ada dalam masyarakat sehingga mempengaruhi pola pikir dan perilaku.

E. Hubungan Antara Penyesuaian Sosial Dengan Tingkat Stres Pada Ibu

Berperan Ganda

(36)

sosial. Selain itu juga mau menaruh perhatian terhadap kesejahteraan orang lain dan memberi pertolongan kepada orang lain serta menghormati nilai hukum, kebiasaan, dan tradisi sosial yang ada di masyarakat. Dengan adanya penyesuaian sosial, maka individu dapat diterima dan dihargai oleh masyarakat dan lingkungannya.

Hurlock (1996) mengemukakan bahwa keberhasilan atau kegagalan dalam melakukan penyesuaian sosial akan mempengaruhi kehidupan dan kebahagiaan individu di masa yang akan datang. Ketika melakukan penyesuaian sosial, individu seringkali mengalami hambatan-hambatan tertentu. Penyesuaian sosial bukanlah suatu hal yang mudah (Hurlock, 1991). Meskipun demikian, dengan adanya kemampuan untuk melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan maka ibu berperan ganda dapat mengatasi hambatan yang ada dan dapat menegakkan hubungan yang harmonis antara lingkungan fisik dan sosial sehingga tercipta kesesuaian dengan norma-norma yang ada.

(37)

mencurahkan kemampuannya untuk melaksanakan tugasnya dalam rumah tangga, pekerjaan, maupun masyarakat.

Menurut Shaevitz (1991) dengan adanya perkembangan zaman yang semakin maju, maka sebagian besar kaum wanita bekerja di luar rumah. Selain mengurus keluarga, kaum wanita sering meninggalkan rumah untuk bekerja mencari nafkah. Hal tersebut menyebabkan timbulnya konflik antara pekerjaan dan rumah tangga. Dengan adanya tuntutan dari lingkungan sosial seperti keluarga, lingkungan kerja, dan masyarakat maka dapat menyebabkan stres (Kusumaatmaja, 1991). Dengan keadaan demikian maka dalam diri individu muncul kebutuhan beradaptasi untuk mengendalikan stres. Situasi dari dalam individu terlihat dengan adanya usaha untuk mengatasi ketegangan dan konflik yang ada dengan melakukan penyesuaian sosial sehingga terdapat kesesuaian antara kebutuhan dengan tuntutan dari lingkungan.

(38)

Skema Hubungan Antara Penyesuaian Sosial dengan Tingkat Stres

G. HIPOTESIS

Hipotesis dalam penelitian ini yakni ada hubungan yang negatif antara penyesuaian sosial dengan tingkat stres pada ibu berperan ganda. Jika penyesuaian sosial yang dimiliki tinggi, maka tingkat stres yang dialami akan rendah.

Penyesuaian Sosial

• Berusaha untuk mau mengakui dan menghormati hak-hak orang lain,

• Belajar untuk hidup bersama, bergaul, mengembangkan persahabatan dan berpartisipasi dalam aktivitas sosial.

• Mau menaruh perhatian terhadap kesejahteraan orang lain dan memberi pertolongan kepada orang lain

• Mau menghormati nilai hukum, kebiasaan, dan tradisi sosial yang ada di masyarakat.

Individu diterima dan diakui oleh lingkungannya

Perasaan tertekan yang dialami individu berkurang

Tingkat stres menjadi rendah

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian

korelasional. Fokus rancangan penelitian korelasional lebih pada pengujian hubungan

antara dua variabel. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara dua variabel

yaitu variabel penyesuaian sosial dan tingkat stres pada ibu berperan ganda.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Penelitian ini memiliki dua variabel yang dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Variabel bebas : penyesuaian sosial. 2. Variabel terikat : tingkat stres.

C.Definisi Operasional

1. Penyesuaian Sosial

Definisi penyesuaian sosial dalam penelitian ini kemampuan individu untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan pada keluarga khususnya melalui hubungan yang harmonis dengan lingkungannya.

(40)

kesejahteraan orang lain dan memberi pertolongan kepada orang lain serta menghormati nilai hukum, kebiasaan, dan tradisi sosial yang ada di masyarakat.

Penyesuaian sosial individu akan diukur dengan menggunakan skala penyesuaian sosial yang masing-masing itemnya mengungkap usaha individu dalam mengadakan penyesuaian sosial. Tinggi rendahnya kemampuan penyesuaian sosial dinilai dari skor total skala penyesuaian sosial. Semakin tinggi skor total subjek dalam skala tersebut, menggambarkan semakin tinggi pula kemampuan penyesuaian sosialnya, begitu pula sebaliknya, semakin rendah skor total yang diperoleh menggambarkan rendahnya kemampuan penyesuaian sosialnya.

2. Tingkat Stres Ibu Berperan Ganda

Definisi stres dalam penelitian ini adalah pengalaman negatif individu berupa munculnya gangguan fisik, psikis, dan atau perilaku yang dipengaruhi oleh persepsi individu terhadap situasi yang penuh dengan tuntutan dari lingkungan serta kemampuan individu untuk mengatasi situasi tersebut.

(41)

D. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini yakni Ibu berperan ganda. Ibu berperan ganda adalah seorang wanita yang telah mempunyai anak, yang mempunyai kewajiban mengurus rumah tangga dan meluangkan waktunya untuk bekerja di luar rumah dengan hak dan kewajiban serta tanggung jawab yang menyertainya.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode yang akan digunakan adalah melalui pemberian skala yang disusun oleh penulis pada setiap individu yang hendak diukur. Skala sikap berupa kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai objek sikap (Azwar, 1995). Dari respon subjek pada setiap pertanyaan itu kemudian disimpulkan mengenai arah dan intensitas sikap seseorang.

1. Skala Penyesuaian Sosial

(42)

Tabel 1

Distribusi item tiap aspek dan kategori sifat item sebelum uji coba

Aspek III : Berpartisipasi dalam aktivitas sosial.

Aspek IV : Mau menaruh perhatian terhadap kesejahteraan orang lain dan memberi pertolongan kepada orang lain.

Aspek V : Menghormati nilai hukum, kebiasaan, dan tradisi sosial yang ada di masyarakat.

(43)

item. Pemberian skor bergerak dari 4 (SS) sampai 1 (STS) untuk butir favorable, sedangkan pemberian skor untuk butir unfavorable bergerak dari 1 (SS) sampai 4 (STS).

2. Skala Tingkat Stres Ibu Berperan Ganda

Skala ini berdasarkan teori Luthans (1995) tentang stres yaitu kondisi mental yang tertekan sehingga mempengaruhi keadaan fisiologis, emosional, kognitif, dan perilaku.

Hal tersebut meliputi aspek-aspek sebagai berikut : a. Respon fisiologis

Masalah ini muncul dalam keluhan fisik seperti sakit kepala, nyeri tengkuk, tekanan darah naik, nyeri lambung, gatal-gatal di kulit, dan serangan jantung

b. Respon emosional

Masalah ini biasanya dikaitkan dengan aspek emosi. Gejala ini antara lain adanya kelelahan, mudah marah, mudah tersinggung, kecemasan, ketegangan, frustrasi, depresi, rendahnya harga diri, kejenuhan, dan sikap menunda pekerjaan.

c. Respon kognitif

Masalah ini meliputi berkurangnya kemampuan mengorganisasikan pikiran dengan benar, berkurangnya kemampuan konsentrasi, pikiran kacau, sulit mengambil keputusan, dan melamun secara berlebihan.

(44)

Masalah ini meliputi perubahan tingkah laku, perubahan kebiasaan makan, merokok, mengkonsumsi alkohol, dan gangguan tidur.

Tabel 2

Distribusi item tiap aspek dan kategori sifat item sebelum uji coba

ASPEK FAVORABLE UNFAVORABLE JUMLAH %

Respon Fisiologis 1, 9, 12, 19, 20, 30

2, 10, 11, 21, 31, 32, 41

13 23.6

Respon Emosional 3, 13, 22, 33, 34, 42, 43, 44, 49, 51 Sesuai (S), Sangat Sesuai (SS). Pemberian skor dilakukan dengan melihat sifat item. Pemberian skor bergerak dari 4 (SS) sampai 1 (STS) untuk butir favorable, sedangkan pemberian skor untuk butir unfavorable bergerak dari 1 (SS) sampai 4 (STS).

F. Teknik Penentuan Keabsahan Data 1. Validitas Data

(45)

pengukuran tersebut.Validitas alat ukur dalam penelitian ini menggunakan validitas isi (Content Validity). Validitas isi diperoleh dengan cara pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional. Pengujian validitas ini dilakukan dengan professional judgment yaitu seluruh item yang digunakan dalam penelitian ini telah dikoreksi oleh orang yang sudah ahli yaitu dosen pembimbing skripsi sehingga item-itemnya dipandang cukup mencakup keseluruhan isi objek yang hendak diukur (Azwar, 1999).

2. Reliabilitas Data

Reliabilitas skala adalah indek yang menunjukkan sejauh mana suatu skala dapat dipercaya dan diandalkan. Reliabilitas sebuah alat ukur dapat menunjukkan sejauh mana pengukuran ini dapat memberikan hasil yang tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali terhadap subjek yang sama (Azwar, 1999). Reliabilitas dalam alat ukur ini dihitung dengan formula Alpha dengan bantuan komputer SPSS for windows version 12,0. Metode ini dipilih dengan alasan

mempunyai nilai praktis dan efisiensi yang tinggi. Reliabilitas ditunjukkan dengan angka atau koefisien korelasi yang berkisar antara 0 dan 1,00 semakin tinggi koefisien korelasi yakni mendekati 1, berarti alat tes semakin reliabel.

(46)

12.0. Berdasarkan perhitungan tersebut skala stres ibu berperan ganda memiliki koefisien reliabilitas 0,9347, sedangkan skala penyesuaian sosial memiliki koefisien reliabilitas 0,9641. Azwar (1999) mengungkapkan bahwa nilai reliabilitas skala dianggap memuaskan apabila koefisien Alpha > 0,90 .Kedua skala penelitian ini memiliki koefisien reliabilitas 0,9347 untuk skala stres dan 0,9634 untuk skala penyesuaian sosial, keduanya lebih besar dari 0,90, dengan demikian skala ini dapat memberikan hasil pengukuran yang reliabel.

G. Hasil Uji Coba Alat Ukur

Uji coba alat ukur dilakukan untuk memperoleh item yang memiliki kualitas yang baik. Salah satu kualitas yang dimaksud adalah keselarasan atau konsistensi antara item dengan tes secara keseluruhan atau sering disebut dengan korelasi item total.

Menurut Azwar (1999), prosedur pengujian konsistensi internal dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor pada setiap item dengan distribusi skor total yang umumnya dikenal dengan indeks daya beda item. Kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item total yang mempunyai nilai minimal 0,30 dianggap mempunyai daya beda item yang memuaskan.

(47)

terburu-buru. Setelah data terkumpul, peneliti melakukan analis item dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson dari program SPSS for windows versi 12. Berikut adalah distribusi item skala dalam tiap aspek dan kategori tiap item setelah uji coba :

1. Skala Tingkat Stres

Hasil pengujian terhadap 55 item skala tingkat stres ibu berperan ganda menunjukkan bahwa 45 item yang sahih dan 10 item yang gugur dalam skala tersebut. Gugurnya item sebanyak 8 item karena nilai koefisien korelasi kurang memuaskan yakni kurang dari 0,30. Sedangkan 2 item yang lain digugurkan karena jumlah item pada aspek emosional terlalu banyak jika dibandingkan dengan aspek yang lain. Berikut ini adalah tabel distribusi item untuk skala stres setelah uji coba :

Tabel 3

(48)

Unfavorable 6, 16, 24, 25, 38, 53

(49)

2. Skala Penyesuaian Sosial

Hasil pengujian terhadap 56 item skala penyesuaian sosial menunjukkan bahwa 54 item sahih dan 2 item gugur dalam skala tersebut. Gugurnya 2 item pada aspek II tersebut karena adanya penulisan item yang hampir mirip dengan item yang lain. Berikut ini adalah tabel distribusi item untuk skala stres sebelum maupun setelah uji coba :

Tabel 5

Distribusi item tiap aspek dan kategori sifat item setelah uji coba

(50)

Dengan nomor baru

ASPEK FAVORABLE UNFAVORABLE JUMLAH %

Aspek I 1, 11, 12, 27, 38 2, 13, 28, 39, 40, 52 11 20,4 Aspek II 3, 14, 15, 16, 29, 41,

42, 53

4, 17, 30, 43, 44, 13 24,1 Aspek III 5, 18, 19, 31, 32, 45,

54

6, 20, 33, 46 11 20,4

Aspek IV 7, 21, 22, 34, 47 8, 23, 35, 48 9 16,6

Aspek V 9, 24, 36, 49, 50 10, 25, 26, 37, 51 10 18,5

(51)

BAB IV

PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan data dilakukan pada tanggal 9 Nopember sampai dengan 15 Nopember 2007 pada 75 orang subjek penelitian. Dari 75 skala tersebut diperoleh 69 buah skala yang digunakan sebagai data penelitian karena semua item terjawab serta identitas subjek memenuhi kriteria penelitian.

B. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah ibu berperan ganda berusia antara 29 sampai 57 tahun, bekerja sebagai guru, pegawai negeri non guru, atau pegawai swasta, tingkat pendidikan SMP hingga Perguruan Tinggi, telah menikah dan mempunyai anak, tinggal dalam keluarga inti atau keluarga besar orang tua.

(52)
(53)

11-15 tahun

Berdasarkan gambaran tersebut sebagian besar subjek penelitian berusia antara 36-40 tahun (20,3%), bekerja sebagai guru sebanyak 30 orang (43,5 %), tingkat pendidikan Sarjana sebanyak 40 orang (58%), telah menikah sebanyak 69 orang (100%), jumlah anak 2 sebanyak 26 orang (37,7%) , tinggal dalam keluarga inti sebanyak 48 orang (69,6%).

2. Deskripsi Data Penelitian

(54)

Tabel 8 mengetahui apakah data penelitian mengikuti sebaran data dengan distribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan One Sampel Kolmogorv-Smirnov Test dari program SPSS for Windows versi

(55)

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah hubungan antara skor variabel stres dan variabel penyesuaian sosial merupakan garis lurus atau tidak. Uji linearitas ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows versi 12.0. Hasil uji yang dilakukan menunjukkan bahwa hubungan antara kedua variabel yaitu tigkat stres dan penyesuaian sosial adalah linier karena taraf signifikansi 0,011 (p<0,05).

4. Hasil Uji Hipotesis

Metode yang digunakan untuk menganalisis data yang terkumpul adalah metode statistik. Uji hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows versi 12.0. Teknik yang digunakan dengan adalah teknik korelasi product moment dari Pearson. Teknik ini akan digunakan untuk menguji apakah ada korelasi negatif antara penyesuaian sosial dengan tingkat stres pada ibu berperan ganda.

Dari hasil analisis, diperoleh nilai korelasi untuk variabel stres dan variabel penyesuaian sosial yaitu -0,355, p = 0,001 (p<0,01), hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang berbunyi ada hubungan negatif antara penyesuaian sosial dengan tingkat stres diterima. Semakin tinggi penyesuaian sosial yang dimiliki ibu berperan ganda, maka tingkat stresnya semakin rendah.

(56)

bebas penelitian ini yaitu penyesuaian sosial memberikan sumbangan sebesar 12,6 % terhadap variabel tergantung yaitu tingkat stres. Dengan kata lain ada 87,4 % faktor lain yang mempengaruhi tingkat stres pada ibu berperan ganda di luar penyesuaian sosial.

C. Pembahasan

Hasil penelitian ini membuktikan ada hubungan negatif antara penyesuaian sosial dengan tingkat stres pada ibu berperan ganda. Ini berarti bahwa bila terjadi peningkatan pada salah satu variabel maka akan diikuti penurunan variabel lain. Dalam hal ini bila terjadi peningkatan variabel penyesuaian sosial maka akan terjadi pada penurunan pada variabel tingkat stres, yaitu semakin tinggi penyesuaian sosial ibu berperan ganda maka semakin rendah tingkat stresnya.

Kartono (1992) mengemukakan bahwa seseorang yang memiliki penyesuaian yang baik dapat berperilaku baik sesuai norma-norma yang berlaku. Dia memiliki keterampilan dan kemampuan dalam berhubungan dengan orang lain, baik yang dikenalnya maupun tidak. Dia juga bersedia membantu orang lain meskipun kadang-kadang hal itu tidak membawa keuntungan bagi dirinya. Namun penyesuaian sosial tidak menunjukkan adanya perilaku yang sifatnya berlebihan yang dilakukan supaya dirinya diterima oleh orang lain.

(57)

bersalah, frustrasi, dan juga stres pada wanita (Shaevitz, 1991). Dengan melakukan penyesuaian sosial maka ibu berperan ganda akan diterima dan mendapat dukungan sosial dari lingkungannya sehingga dapat mengurangi stres yang dialaminya.

Aspek-aspek penyesuaian sosial yang diukur dalam penelitian ini adalah mengakui dan menghormati hak-hak orang lain, belajar untuk hidup bersama, bergaul, dan mengembangkan persahabatan dengan orang lain, dan berpartisipasi dalam aktivitas sosial. Selain itu juga mau menaruh perhatian terhadap kesejahteraan orang lain dan memberi pertolongan kepada orang lain serta menghormati nilai hukum, kebiasaan, dan tradisi sosial yang ada di masyarakat.

Aspek pertama adalah mengakui dan menghormati hak-hak orang lain. Sikap tersebut ditunjukkan dengan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengeluarkan pendapat, berusaha untuk menghargai pendapat orang lain, dan berbesar hati jika pendapat berbeda dengan orang lain. Dengan adanya sikap tersebut maka akan muncul situasi yang menyenangkan dalam membina hubungan yang harmonis dan penuh kasih sayang.

Aspek kedua adalah belajar untuk hidup bersama, bergaul, dan mengembangkan persahabatan dengan orang lain. Ketika ibu berperan ganda dapat merasakan kedekatan dengan orang-orang di sekitarnya, kemungkinan ia tidak akan mengalami beban yang berat saat memiliki masalah. Ketika ia sedang berkumpul bersama teman-temannya, ia masih dapat merasakan kesenangan.

(58)

saling membutuhkan satu sama lain. Mereka akan memperoleh dukungan dari interaksi mereka. Apabila mereka mendapat dukungan dari orang-orang di sekitar mereka, maka mereka akan lebih mudah mengatasi masalah yang mereka hadapi.

Aspek keempat adalah menaruh perhatian terhadap kesejahteraan orang lain. Ibu berperan ganda yang merasa mempunyai semangat untuk memperhatikan orang lain, maka ia juga akan merasa mendapat perhatian dari lingkungannya. Dengan demikian ketika ia mulai terpuruk dan kehilangan semangat karena ia merasa tidak mampu menghadapi hambatan yang ada, ia akan bersemangat lagi dan tetap berusaha melewati setiap hambatan yang ada.

Aspek kelima adalah menghormati nilai hukum, kebiasaan, dan tradisi sosial yang ada di masyarakat. Dengan menjalani kehidupan sesuai dengan norma lingkungan sekitarnya maka ibu berperan ganda akan diterima oleh lingkungannya dan mendapat dukungan sosial. Apabila mereka mendapat dukungan dari orang-orang di sekitarnya, maka mereka akan lebih mudah mengatasi masalah yang dihadapi.

(59)

Stres dapat menyebabkan terganggunya fungsi emosi, kognitif, maupun fisiologik individu yang mengalaminya (Fauziah, dkk, 1999). Menurut Duxburg dan Higgis (1991) stres dapat menurunkan konsentrasi dan menimbulkan ketidakpuasan kerja. Selain itu pada tingkat stres yang berat, dapat menyebabkan depresi, kehilangan rasa percaya diri dan harga diri sehingga individu seringkali menarik diri dari lingkungan, lebih suka menyendiri, mudah tersinggung, dan mudah emosi. Oleh karena itu ibu berperan ganda perlu mengatasi dengan segera setiap masalah akibat banyaknya tuntutan yang menjadikan mereka menjadi tertekan. Dengan adanya penyesuaian sosial maka berbagai tekanan yang mereka hadapi dapat berkurang, dengan demikian tingkat stresnya pun menjadi rendah. Dengan adanya penyesuaian sosial maka individu dapat terhindar dari tekanan, kegoncangan dan ketegangan jiwa sehingga mampu untuk menghadapi kesukaran dengan cara objektif serta berpengaruh bagi kehidupannya, serta menikmati kehidupannya dengan stabil, tenang, merasa senang, tertarik untuk bekerja, dan berprestasi.

(60)

Terbuktinya hubungan negatif antara penyesuaian sosial dengan tingkat stres pada Ibu berperan ganda memberikan implikasi praktis bagi Ibu berperan ganda. Penyesuaian sosial cukup penting untuk dilakukan, karena semakin tinggi penyesuaian sosial, maka tingkat stresnya semakin rendah. Ibu berperan ganda perlu meningkatkan keterampilan sosial, banyak menjalin relasi dengan orang-orang di sekitarnya, dan mengikuti berbagai kegiatan untuk mendapat dukungan dari orang-orang di sekitarnya agar mereka lebih mudah mengatasi masalah yang dihadapinya.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa koefisien determinasi yang diperoleh dari hasil kuadran koefisien korelasi adalah 0,126. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa variabel bebas penelitian ini yaitu penyesuaian sosial memberikan sumbangan sebesar 12,6 % terhadap variabel tergantung yaitu tingkat stres. Hal tersebut mengindikasikan bahwa terdapat 87,4 % kontribusi yang berasal dari variabel-variabel di luar variabel bebas yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Hal ini terjadi karena pada dasarnya penyebab stres tidak hanya disebabkan oleh faktor tertentu saja. Ada faktor eksternal maupun internal yang dapat mempengaruhi tingkat stres seseorang.

(61)

keluarga, lingkungan kerja, dan masyarakat sehingga tingkat stresnya cenderung tinggi. Sedangkan ibu yang sudah berusia lanjut sebaliknya.

Peneliti juga tidak memperhatikan faktor lingkungan keluarga. Misalnya Ibu yang hanya tinggal bersama suami dan anak-anaknya saat memiliki masalah kurang mendapat dukungan keluarga sehingga tingkat stresnya tinggi. Sedangkan Ibu yang didampingi keluarga besar akan mendapat dukungan sehingga ia merasa tidak sendiri dalam menghadapi masalah. Kondisi tersebut membuat mereka merasa terdukung sehingga tingkat stresnya cenderung rendah.

(62)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa hipotesis penelitian diterima yang berarti bahwa semakin tinggi penyesuaian sosial pada ibu berperan ganda maka semakin rendah tingkat stresnya dan sebaliknya, semakin rendah penyesuaian sosial pada ibu berperan ganda maka semakin tinggi tingkat stresnya.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut :

1. Bagi Ibu berperan ganda

(63)

2. Bagi peneliti lain

Berdasarkan keterbatasan penelitian ini, maka peneliti lain perlu lebih memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi stres. Hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan karakteristik subjek penelitian. Misalnya subjek yang diambil untuk sampel penelitian hanya dari usia muda atau usia lanjut saja karena masalah yang dihadapi ibu berperan ganda pada usia muda, kemungkinan berbeda dengan ibu yang sudah berusia lanjut.

Peneliti lain hendaknya juga memperhatikan faktor lingkungan keluarga. Misalnya subjek yang diambil untuk sampel penelitian hanya Ibu yang hanya tinggal dengan keluarga inti atau keluarga besar saja karena kemungkinan ada perbedaan dukungan keluarga antara Ibu yang hanya tinggal bersama suami dan anak-anaknya saat dengan Ibu yang didampingi keluarga besar.

(64)

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, R. L, Atkinson, R. C, dan Hilgard, E. R. 1996. Pengantar Psikologi (Terjemahan ). Jakarta : Erlangga.

Azwar, S. 1988. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Sigma Alpha.

---. 1995. Sikap Manusia dan Teori Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

--- 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Carlson, J.G & Hatfield, E. (1992). Psychology of Emotion (486-491). Printed in

The United State of America.

Cole, J. 1963. Psychology of Adolescence (Fifth Edition). New York : Holt. Rinehartand Winston.

Cooper, C & Straw, A. (1993). Stres Manajemen Yang Sukses Dalam Sepekan. Alih bahasa : HM Abdullah. Jakarta : Megapoin.

Crider, A. B, dkk. 1983. Psychology IIionis. New York : Scott Foresman and Company.

David, K & Newstrom, J. W. 1985. Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta : Erlangga.

Dewi, K. 2004. Penyesuaian Sosial Wanita Jawa Dalam Perkawinan Hindu di Bali. Skripsi (Tidak Diterbitkan) Yogyakarta : Fakultas Psikologi USD.

Duxbury, L. E and Higgins, C. A. 1991. Gender Difference in Work Famili Conflict. Journal of Applied Psychology Vol 76 No 1, 60-74.

Evans. G. W. 1982. Environment Stress. Cambridge : Cambridge University Press.

Fauziah, S, dkk. 1999. Hubungan Antara Kemampuan Manajemen Waktu dan Dukungan Sosial Suami Dengan Tingkat Stres Pada Ibu Berperan Ganda. Anima Indonesian Psychology Journal Vol 15. No 1. 33-51.

Gordon, J.R. 1999. Organizational Behaviour. Sixth edition. New Jersey : Prentice Hall.

(65)

Handoyo, S. 2001. Stres Pada Masyarakat Surabaya. Surabaya : Insan Media Psikologi No 2 Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.

Hardanti, Y. 2002. Dilema Peran Ganda : Suatu Perspektif Dan Analisis Pemerkerjaan Wanita. Antisipasi. Vol 6. No 1. 26-41.

Hardjana, A.M. 1994. Stres Tanpa Distres : Seni Mengelola Stres. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Higgins, J. M. 1982. Human Relation Concept And Skills. USA : Random House, Inc.

Huffman, Vernoy, dan Vernoy. 1997. Psychology In Action. ( 4th edition). New

York. John Wiley & Sons, inc.

Hurlock, E. B. 1991. Psikologi Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta : Erlangga. --- 1996. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang

rentang Kehidupan (Edisi V). Jakarta : Erlangga.

Kartono, K. 1992. Kepribadian, Siapakah Saya?. Jakarta : CV. Rajawali.

Kusumaatmaja, S. 1991. Stres dan Kepuasan Kerja Pengadaan Aparatur Negara. Yogyakarta : Biro Penelitian dan Konsultasi Dian Nusantara.

Luthans, F. 1995. Organitational Behaviour.. Singapore : Mc Graw Hill.

Mu’tadin, Z. 2002. Penyesuaian Diri Pada Remaja. Http: // www.e-psikologi.com

/lain-lain/zainun.htm . Diakses tanggal 15 November 2006. Rini, J. F. 2002. Wanita Bekerja. Http: // www.e-psikologi.com /htm .Diakses

tanggal 30 November 2006.

Robbin, S. P. 1993. Organizational Behaviour. New Jersey : Prentice Hall.

Rowatt, G. W. dan Rowatt, M.J. 1990. Bila Suami Istri Bekerja (Terjemahan). Yogyakarta : Kanisius.

Sarafino, Edward, P. 1990. Health Psychology. Canada : John Wileydan Sors Inc.

Shaevitz, M. H. 1991. Wanita Super (Terjemahan). Yogyakarta : Kanisius.

(66)

Taylor, Shelley. E. 1995. Health Psycology (Third Edition). Singapore. Mc Graw Hill Inc.

(67)

Lampiran 1

(68)

SKALA

UJI COBA PENELITIAN

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(69)

Kepada: Ibu-ibu yang terhormat,

Salam Sejahtera,

Di tengah aktivitas pekerjaan maupun rumah tangga yang Ibu jalani saya memohon kesediaan Ibu memberikan waktu untuk mengisi skala ini. Skala ini berisi beberapa pernyataan seputar kehidupan sehari-hari dalam pekerjaan di kantor dan mengurus rumah tangga. Informasi yang Ibu berikan akan sangat berguna bagi penelitian ini.

Identitas dan jawaban Ibu tidak akan disebarluaskan dan hanya akan digunakan dalam penelitian ini. Data-data yang Ibu berikan tidak akan berdiri sebagai data tunggal, melainkan akan disatukan dengan data-data yang lain sehingga kerahasiaan data Ibu akan terjamin. Tidak ada pilihan jawaban yang salah atau benar, pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan diri Anda. Jangan sampai ada jawaban yang terlewatkan. Terima Kasih.

Peneliti,

Ika Murti Anggrahini Mahasiswi Fakultas Psikologi

(70)

SKALA I

Adapun arti pilihan jawaban tersebut adalah :

SS : Apabila pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan diri Anda S : Apabila pernyataan tersebut Sesuai dengan diri Anda

TS : Apabila pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan diri Anda

STS : Apabila pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan diri Anda Contoh :

No Pernyataan SS S TS STS

1 Tekanan darah tetap normal saat dihadapkan pada masalah kantor dan masalah keluarga secara bersamaan

X

Artinya : Karena kondisi saya Sangat Sesuai dengan pernyataan di atas maka saya memilih tanda SS.

Mohon untuk dip

erhatikan :

1. Pilihlah jawaban yang sesuai dengan diri Anda sendiri. 2. Tidak ada pilihan jawaban yang salah atau benar. 3. Jangan sampai ada pernyataan yang terlewatkan.

.

(71)

Isilah Identitas Anda Di bawah ini :

NAMA ( Boleh Inisial) : ... USIA : ... PEKERJAAN : ... TINGKAT PENDIDIKAN : ... STATUS PERKAWINAN : Menikah/Janda*(Coret yang tak perlu) JUMLAH ANAK : ... USIA ANAK : ... TINGGAL BERSAMA : Keluarga Inti / Keluarga besar orang

(72)

No Pernyataan SS S TS STS

1. Lebih senang menyendiri memikirkan masalah keluarga daripada harus berbincang-bincang dengan teman di kantor.

2. Kondisi tubuh tetap sehat meskipun harus menyelesaikan tugas kantor sekaligus menyiapkan kebutuhan keluarga.

3. Merasa bersalah kepada keluarga jika harus mengerjakan pekerjaan kantor di rumah.

4. Tetap merasa tenang ketika menyelesaikan pekerjaan kantor di rumah sambil mengawasi anak-anak bermain.

5. Mudah lupa saat ada banyak pekerjaan kantor dan rumah tangga yang harus diselesaikan.

6. Selalu ingat dengan jadwal rapat di kantor saat masalah kantor dan masalah keluarga datang secara tiba-tiba. mendahulukan kepentingan kantor atau kepentingan keluarga.

10. Pernapasan saya tetap normal saat terbebani masalah kantor dan masalah keluarga

11. Kondisi perut tetap sehat meskipun harus mengerjakan tugas kantor di rumah sambil menemani anak-anak belajar

(73)

bersamaan.

13. Merasa tegang saat suami kurang dapat memahami alasan saya terlambat pulang kantor.

14. Merasa nyaman saat harus menyelesaikan tugas kantor maupun tugas rumah tangga yang banyak. 15. Menjadi mudah bingung baik di kantor maupun di memikirkan anak-anak di rumah yang belum selesai mengerjakan tugas sekolah.

26. Merasa bimbang karena anak-anak tampaknya kurang menyukai saya bekerja.

27. Sering merasa ragu-ragu bila harus meminta ijin atasan untuk keperluan keluarga.

(74)

29. Bersemangat berangkat ke kantor meskipun harus meninggalkan anak-anak di rumah.

30. Badan mudah terasa lemah karena kelelahan bekerja di kantor disamping menyiapkan kebutuhan sehari-hari keluarga.

31. Denyut jantung tetap normal saat meminta ijin atasan untuk keperluan anak-anak ke sekolah. 36. Sering melamun di kantor saat teringat anak-anak di

rumah.

37. Merasa konsentrasi kerja di kantor terganggu karena masalah keluarga.

38. Dapat berpikir jernih di kantor saat masalah keluarga belum selesai.

39. Sering kurang bersemangat berangkat ke kantor karena enggan meninggalkan anak-anak di rumah. 40. Saat banyak masalah keluarga maupun masalah

kantor, sering mengkonsumsi obat penenang sebelum tidur.

41. Tekanan darah tetap normal saat kecapekan bekerja maupun memikirkan anak-anak yang sedang sakit. saat ada pekerjaan kantor yang belum diselesaikan. 45. Merasa kehidupan yang menyenangkan dengan suami

(75)

46. Merasa tenang bekerja meskipun harus meninggalkan anak-anak di rumah.

47. Merasa kadang-kadang daya ingat menurun.

48. Lebih senang menyendiri memikirkan masalah keluarga dari pada harus berbincang-bincang dengan teman-teman di kantor.

49. Merasa bersalah kepada keluarga jika harus mengerjakan pekerjaan kantor di rumah.

50. Merasa bingung apa yang harus dilakukan saat pekerjaan kantor maupun pekerjaan rumah tangga menumpuk.

51. Sangat merasa frustrasi bila belum sempat membantu anak-anak belajar karena capek bekerja.

52. Tetap merasa nyaman meskipun waktu bertemu keluarga menjadi sangat terbatas.

53. Merasa optimis dapat menyelesaikan tugas kantor yang banyak maupun memenuhi kebutuhan keluarga. 54. Mudah menyalahkan rekan kerja saat dihadapkan

pada masalah keluarga yang cukup berat.

55. Jam tidur malam tetap teratur meskipun harus menemani anak-anak belajar setelah bekerja di kantor.

(76)

---OOO---SKALA II Petunjuk Pengerjaan

Pada skala ini terdapat pernyataan-pernyataan mengenai hal-hal yang Anda hadapi di lingkungan kerja maupun tempat tinggal. Tugas Anda adalah memilih jawaban pada setiap pernyataan yang paling sesuai dengan diri Anda dengan memberikan tanda silang ( X ) pada salah satu kolom di sebelah pernyataan.

Adapun arti pilihan jawaban tersebut adalah :

SS : Apabila pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan diri Anda S : Apabila pernyataan tersebut Sesuai dengan diri Anda

TS : Apabila pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan diri Anda

STS : Apabila pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan diri Anda Contoh :

No Pernyataan SS S TS STS

1 Saya aktif dalam berbagai organisasi. X

Artinya : Karena kondisi saya Sangat Sesuai dengan pernyataan di atas maka saya memilih tanda SS.

Mohon untuk dip

erhatikan :

1. Pilihlah jawaban yang sesuai dengan diri Anda sendiri. 2. Tidak ada pilihan jawaban yang salah atau benar. 3. Jangan sampai ada pernyataan yang terlewatkan.

(77)

No Pernyataan SS S TS STS

1. Saya memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengeluarkan pendapat.

2. Saya merasa bahwa pendapat saya paling benar sehingga harus diteladani.

3. Saya dapat menjalin persahabatan baik dengan sesama maupun lawan jenis.

4. Saya malas mengikuti kegiatan besama teman-teman.

5.

Bila mendapat undangan rapat, saya berusaha untuk datang meskipun banyak tamu yang belum saya kenal.

6. Selain urusan pekerjaan, saya enggan ikut berbagai kegiatan apapun di kantor.

7. Saya merasa senang dapat membantu teman yang tertimpa musibah.

8. Saya enggan membantu orang lain yang sedang kesusahan karena bukan urusan saya.

9. Saya mentaati aturan kampung yang telah disepakati bersama-sama.

10. Saya bersikap acuh tak acuh dengan adat istiadat yang ada di lingkungan saya.

11. Saya berusaha untuk menghargai pendapat orang lain.

12. Saya berusaha untuk berbesar hati jika pendapat saya berbeda dengan orang lain.

13. Jika teman dekat saya berbeda pendapat dengan saya, saya akan menghindarinya.

14. Jika ada tetangga baru, saya merasa senang dapat berkenalan.

15. Saya selalu menyapa teman ketika bertemu di kantor.

16. Saya memberi ucapan selamat kepada teman dekat yang berulang tahun.

(78)

18. Saya merasa senang mengikuti aktivitas di kampung.

19. Saya mempunyai banyak waktu untuk melakukan kegiatan di kampung.

20. Saya malas ikut kegiatan di sekitar tempat tinggal 21. Saya sering mengikuti kegiatan amal karena dapat

mengurangi penderitaan orang lain.

22. Jika ada teman yang kesulitan maka dengan senang hati saya akan membantu.

23. Saya malas berteman dengan orang yang sedang kesusahan karena hanya merepotkan.

24. Saya menjaga sopan santun dalam pergaulan bermasyarakat.

25. Saya enggan mengikuti kegiatan tradisi di kampung.

26. Saya malas mengikuti adat istiadat di kampung karena sudah ketinggalan zaman.

27. Ketika pendapat saya berbeda dengan teman, saya akan menerimanya.

28. Saya membenci orang lain yang berbeda pendapat dengan saya.

29. Saya memiliki banyak teman baik sesama maupun lawan jenis.

30. Saya enggan dekat dengan orang lain karena takut rahasia saya diketahui olehnya.

31. Saya rajin mengikuti kerja bakti di kampung.

32. Saya sering berkumpul bersama teman-teman untuk kegiatan di lingkungan tempat tinggal.

33. Saya merasa malas mengikuti kegiatan yang melibatkan banyak orang.

34. Saya merasa senang dapat mengantarkan teman yang akan berobat ke dokter.

35. Meskipun mampu, saya enggan membantu orang lain yang sedang tertimpa musibah.

36. Saya mengikuti adat istiadat yang dilakukan oleh masyarakat sekitar.

Gambar

Tabel 1Distribusi item tiap aspek dan kategori sifat item
Tabel 2Distribusi item tiap aspek dan kategori sifat item
Tabel 3Distribusi item tiap aspek dan kategori sifat item
Tabel 4Distribusi item tiap aspek dan kategori sifat item
+4

Referensi

Dokumen terkait

Direksi memuji reformasi penentu atas subsidi energi di tahun 2015, termasuk rencana untuk subsidi listrik sebagai sasaran subsidi yang lebih baik, dan penggunaan ruang fiskal

terasa di awal tahun 2009, yang ditunjukkan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat sebesar 4,1% (yoy) pada triwulan I-2009, melambat dibandingkan dengan triwulan

Pada kondisi awal, kemampuan pemecahan masalah siswa SMP N 1 Ngemplak masih rendah. Hal tersebut disebabkan oleh guru yang masih menerapkan strategi pembelajaran

Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik

Aktualisasi diri yang terdapat dalam UKM Sepak Bola USU dapat dilihat dari kebutuhan fisiologis yang didapat oleh mahasiswa, kenyamanan berada dilingkungan

P Permanen: 2) P-O-P Temporer; dan 3) Media in store (di dalam toko). Bagi para manajer ritel penerapan Point-of-Purchase dilakukan karena keinginan untuk mencapai: 1) Hasil

3.Kualitas barang lebih baik  Tidak boleh ada tambahan biaya , pembeli berhak menerima maupun menolak... Waktu penyerahan barang pada saat jatuh tempo .. pembeli harus menerimanya

Yang dimaksud dengan “kondisi krisis atau darurat penyediaan tenaga listrik” adalah kondisi dimana kapasitas penyediaan tenaga listrik tidak mencukupi kebutuhan beban di daerah