i
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI POPULARITAS DENGAN TERBENTUKNYA KONSEP DIRI MAHASISWA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
Lia Aryani Sugiarto 079114047
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Hidup Kita Tidak Ditentukan Oleh Takdir Melainkan Oleh Pola Pikir Kita Sendiri
(Franklin D.R)
HIDUP adalah PROSES
HIDUP adalah BELAJAR
TANPA ada batas UMUR
TANPA ada kata TUA
JATUH, BERDIRI lagi . . .
KALAH, MENCOBA lagi . . .
GAGAL, BANGKIT lagi . . .
“NEVER GIVE UP”
sampai TUHAN berkata:
“WAKTUNYA PULANG”
Kupersembahkan karya pertamaku ini untuk:
Pencipta alam semesta Tuhan YME...
Keluarga besar ku terkasih....
Dan
vi
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI POPULARITAS DENGAN TERBENTUKNYA KONSEP DIRI MAHASISWA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
Program Studi Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Lia Aryani Sugiarto ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi popularitas yang dimiliki mahasiswa dengan terbentuknya konsep diri yang dimilikinya. Subjek penelitian adalah mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Jumlah subjek yang digunakan dalam penelitian adalah 70 orang yang terdiri dari 20 mahasiswa dan 50 mahasiswi. Kriteria subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa dengan rentang usia 18-23 tahun. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan skala Likert yang terdiri dari dua skala pengukuran yaitu skala persepsi popularitas dan skala konsep diri. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spearman Correlation untuk melihat hubungan antara dua variabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi popularitas yang dimiliki dengan terbentuknya konsep diri yang ada pada mahasiswa dengan perolehan korelasi sebesar 0,711 (p<0,01). Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini diterima sehingga menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara persepsi popularitas dengan terbentuknya konsep diri pada mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Kata kunci: persepsi popularitas, konsep diri, dan mahasiswa.
vii
THE CORRELATION BETWEEN THE POPULARITY PERCEPTION AND THE FORMING OF SELF-CONCEPT OF SANATA DHARMA
YOGYAKARTA UNIVERSITY STUDENTS
Program Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Lia Aryani Sugiarto ABSTRACT
This research aimed to determine the correlation of popularity to self-concept of students. The research subjects were students of Sanata Dharma University of Yogyakarta. The number of subjects involved in this research were 70 people, consist of 20 male students and 50 female students. The subject criteria used in this research were students aged between 18th – 23th. The method used the Likert Scale that contains of two measuring scale that is popularity perception scale and self-concept scale. Data analyzed used to this research is Spearman Correlation to determine the correlation of two variabel. The result showed that there was significant relationship between popularity perception with self-concept of students of 0,711 (p<0,01). Based on the data mentioned above this hypothesis was accepted. This showed us that there was a significant correlation between popularity perception with self-concept of students.
ix PRAKATA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa beserta dengan penuntun jalan
surga atas segala anugerah, berkat, dan rahmatNya yang begitu besar, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan antara persepsi
popularitas dengan terbentuknya konsep diri mahasiswa Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S. Psi) Program Studi Ilmu Psikologi di
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya atas segala dukungan dan kesuksesan yang telah dicapai kepada:
1) Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2) Ibu Dr. Christina Siwi Handayani, S.Psi., M.Psi. (Almh) selaku mantan
Dekan Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
3) Ibu Sylvia Carolina MYM, S.Psi., M. Psi. selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah memberikan banyak bantuan berupa motivasi, arahan, bimbingan,
kritik dan saran selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.
4) Ibu M.M. Nimas Eki S, M.Si., Psi. dan Bapak V. Didik Suryo Hartoko, M.Si.
selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan dukungan.
5) Seluruh Dosen dan karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan, serta kemudahan
x
6) Semua pihak yang telah membantu peneliti atas terselesaikannya skripsi ini.
Khususnya bagi para subjek yang telah bersedia membantu peneliti.
7) Teman-temanku selama ini angkatan 2007-2009 yang sudah membantu
kuucapkan terima kasih atas kebersamaannya selama ini dalam
memperjuangkan masa depan.
8) Teman-temanku di padepokan Amakusa terima kasih untuk semangat dan
kebersamaannya.
9) Kelompok bimbingan doa terima kasih atas ikatan doa yang tiada berujung
yang terus mengalir.
10) Keluarga besar saya dan seluruh kerabat dekat yang telah memberikan
dukungan dan doa.
Semoga apa yang telah dituliskan dalam skripsi ini dapat beranfaat bagi
pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan, khususnya untuk Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Yogyakarta, 20 Juni 2014
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II. LANDASAN TEORI ... 7
A. Persepsi Popularitas ... 7
1. Pengertian Persepsi ... 7
2. Pengertian Popularitas ... 9
3. Pengertian Persepsi Popularitas ... 12
xii
B. Konsep Diri ... 17
1. Pengertian Konsep Diri ... 17
2. Aspek-aspek Konsep Diri ... 19
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri ... 22
4. Kualitas Konsep Diri ... 26
C. Mahasiswa ... 29
D. Dinamika Hubungan Popularitas dengan Konsep Diri Mahasiswa .... 31
E. Skema Hubungan Popularitas dengan Konsep Diri Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ... 34
F. Hipotesis ... 35
BAB III. METODE PENELITIAN ... 36
A. Jenis Penelitian ... 36
B. Identifikasi Variabel Penelitian ... 36
C. Definisi Operasional ... 37
1. Persepsi Popularitas ... 37
2. Konsep Diri ... 38
D. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 38
1. Populasi ... 38
2. Teknik Pengambilan Sampel ... 39
E. Subjek Penelitian ... 39
F. Metode Pengumpulan Data ... 40
G. Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 44
xiii
2. Uji Reliabilitas ... 44
3. Seleksi Aitem ... 45
H. Teknik Analisis Data ... 46
BAB IV. LAPORAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48
A. Pelaksanaan Penelitian ... 48
B. Hasil Penelitian ... 49
1. Uji Normalitas ... 49
2. Uji Linearitas ... 50
3. Uji Hipotesis ... 50
C. Deskripsi Statistik Data Penelitian ... 51
D. Pembahasan ... 51
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 54
A. Kesimpulan ... 54
B. Saran ... 54
DAFTAR PUSTAKA ... 55
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa yang penuh dengan gejolak dalam
sepanjang perjalanan hidup. Pada usia yang sedang bertumbuh, remaja
memiliki banyak sekali permasalahan yang dialami. Salah satu diantaranya
adalah proses pencarian identitas diri. Pada tahap terbentuknya identitas
diri tersebut, remaja akan memiliki kebutuhan ingin diperhatikan yang
tinggi.Hal tersebut disebabkan karena di usia tersebut remaja ingin
semakin menggali kemampuan diri dan memiliki karakter diri yang
menarik.
Tidak hanya pada bangku sekolah menengah saja, tetapi pada
remaja yang berada di jenjang perkuliahan pun memiliki kebutuhan untuk
semakin mematangkan kemampuan diri. Bahkan di lingkungan
perkuliahan memiliki ranah persaingan yang lebih luas. Mahasiswa lebih
banyakmemiliki peluang untuk menggali dan mengasah potensi diri saat
berada di tingkat universitas. Hal tersebut dikarenakan lingkup pergaulan
mereka yang semakin luas dan semakin banyaknya kegiatan yang dapat
digunakan untuk mengeksplorasi kemampuan di dalam dirinya. Saat
menjalankan perannya sebagai mahasiswa, remaja memiliki tuntutan yang
lebih besar baik dari segi prestasi maupun dari segi kemampuan sosial.
aktif, karena dengan eksistensi yang dimilikinya mahasiswa akan dianggap
memiliki kompetensi yang baik dilingkungannya.
Fenomena yang dijadikan sebagai latar belakang penelitian ini
dijumpai di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Banyak mahasiswa
populer yang memiliki konsep diri yang baik. Tidak hanya dari segi
penampilan, tetapi dari perilaku dan konsep berpikir yang dimilikinya.
Seperti contohnya mahasiswa A, dia dianggap populer oleh
teman-temannya. A merupakan mahasiswi yang banyak mengikuti kegiatan di
universitas. Tidak hanya kegiatan kampus saja, A juga mengikuti kegiatan
di luar kampus seperti interpreneur business. Dimata teman-temannya A
merupakan sosok mahasiswi yang memiliki penampilan yang unik. A
memiliki penampilan yang agak sedikit tomboy dan arogan. Akan tetapi
meskipun penampilannya tidak terlihat rapi, A memiliki prestasi yang
bagus di kampus. A juga mampu mengimbangi kesibukannya dalam
banyaknya kegiatan yang dia lakukan dengan prestasi akademik yang
tidak terganggu. Pada hubungan sosialnya, A termasuk individu yang
berhasil karena A termasuk mahasiswa yang loyal dalam berteman,
sehingga A banyak memiliki hubungan baik denganorang lain.Pada
fenomena tersebut ada hal-hal yang menarik peneliti untuk melihat lebih
dalam lagi, terkait dengan persepsi popularitas yang dimiliki pada
masing-masing individu, yang mana persepsi yang dimiliki tersebut dapat
dijadikan sebagai suatu motivasi dalam membentuk dirinya. Peneliti ingin
konsep diri yang dimiliki oleh mahasiswa yang populer, dan bagaimana
mereka dapat memiliki konsep diri tersebut. Penelitian ini berbeda dengan
penelitian sebelumnya terkait dengan popularitas karena, pada penelitian
ini lebih ingin melihat peran persepsi yang dimiliki individu mampu
dijadikan acuan dalam membentuk konsep diri yang positif. Sedangkan
pada penelitian yang telah ada, lebih mengungkap bahwa popularitas
merupakan hasil dari konsep diri yang dimiliki individu.
Memang kebanyakan dari mereka yang populer memiliki
karakteristik yang unik dan berbeda dibanding dengan teman-temannya
yang lain. Biasanya pada penampilannya lebih memiliki ciri yang “khas
atau identik” sehingga mudah dikenali oleh lingkungan.Bahkan tidak
hanya dari penampilan saja, tapi dari segi kepribadian pun cukup menarik
untuk dikenali.Berdasarkan karakter yang menarik tersebut membuat
peneliti ingin melihat lebih dalam lagi bagaimana konsep diri yang
dimiliki oleh mereka.
Konsep diri merupakan aspek penting dalam perkembangan
kepribadian mahasiswa, dimana di dalam perkembangan kepribadian
tersebut akan membentuk karakteristik pada masing-masing individu.
Seperti yang dikemukakan oleh Rogers (Hall & Lindzey,1985) dalam
Thalib (2010) bahwa konsep kepribadian yang paling utama adalah diri.
Diri (self) berisi ide-ide, persepsi-persepsi dan nilai-nilai yang mencakup
kesadaran tentang diri sendiri. Konsep diri merupakan representasi diri
peran, dan status sosial.Melalui konsep diri yang dimiliki, individu
memiliki gambaran diri yang lebih utuh dan unik. Konsep diri terbentuk
dan berkembang berdasarkan pengalaman dan interpretasi dari lingkungan,
penilaian orang lain, atribut, dan perilaku diri. Pengembangan konsep diri
berpengaruh terhadap perilaku yang ditampilkan, sehingga bagaimana
orang lain memperlakukan dan apa yang dikatakan orang lain tentang
individu akan dijadikan acuan untuk menilai diri sendiri (Shavelson dan
Roger, 1982).
Selain itu konsep diri juga dianggap sangat berpengaruh dan
menjadi point penting bagi mahasiswa dalam menjalin hubungan dengan
teman sebayanya. Setiap diri manusia memiliki keinginan untuk senantiasa
tampil menjadi populer atau terkenal, dengan tindakan-tindakan yang
dianggapnya memainkan peranan penting untuk mengaktualisasikan
dirinya menjadi suatu akses diri yang dapat diterima menurut kondisi
lingkungannya. Konsep diri pada dasarnya merupakan gagasan tentang
diri yang bersifat subjektif, artinya persepsi individu tentang dirinya
sendiri baik secara psikologis, sosial dan fisik (Brook dikutip Rahkmat,
2000). Persaingan yang muncul dalam kehidupan remaja khususnya
mahasiswa merupakan salah satu bukti bahwa popularitas dianggap
sangatlah penting oleh sebagian besar remaja saat ini. Pada usia remaja,
terdapat rasa kebanggaan tersendiri apabila remaja mempunyai banyak
teman karena remaja tersebut merasa dirinya sangat populer (Soekanto,
Pada dasarnya individu yang memiliki keinginan untuk populer
memiliki konsep diri yang positif, karena individu memiliki persepsi yang
baik tentang popularitas, dimana ketika kita ingin meraih suatu popularitas
maka individu harus memiliki manajemen diri yang baik. Tentunya
manajemen diri yang baik tersebut akan menghasilkan konsep diri yang
positif. Berdasarkan sumber-sumber tersebut peneliti ingin mengupas lebih
dalam tentang fenomena yang terjadi pada remaja khususnya yang telah
dudukdi bangku perkuliahan tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk
melihat apakah ada hubungan antara persepsi popularitas terkait dengan
terbentuknya konsep diri yang dimilikinya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembahasan latar belakang di atas maka masalah yang
ingin diketahui dalam penelitian ini adalah ingin melihat “Apakah ada
hubunganantara persepsi tentang popularitas dengan terbentuknya konsep
diri pada mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta?”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat
hubungan antara persepsi tentang popularitas dengan konsep diri pada
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana yang bermanfaat dan
sumber acuan tambahan dalam bidang psikologi, khususnya mengenai
hubungan antara persepsi popularitas dengan konsep diri pada
mahasiswa.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi yang positif
bagi mahasiswa maupun individu lainnya dalam memahami tentang
persepsi popularitas yang dimilikinya terkait dengan terbentuknya
konsep diri yang positif. Juga sekiranya mampu memberikan
7 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Persepsi Popularitas 1. Persepsi
Pada dasarnya setiap individu memiliki pola berpikir yang
berbeda-beda. Pola pikir pada individu digunakan untuk menciptakan
suatu pengertian atau persepsi tentang hal-hal yang pernah
dialaminya. Persepsi berasal dari bahasa Latin yaitu perception
(percipare) yang artinya mengambil atau menerima (Sobur, 2003).
Persepsi merupakan bentuk dari cara pandang seseorang melihat suatu
hal, dimana hal tersebut kemudian disimpulkan menjadi suatu
pengertian yang tertanam di dalam dirinya.
Pengertian persepsi menurut beberapa ahli:
a) Sarwono (2002)
Persepsi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami.
Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah
penginderaan (penglihatan, pendengaran, peraba dan
sebagainya). Sebaliknya, alat untuk memahaminya adalah
b) Epstein & Rogers dalam Stenberg (2008)
Persepsi adalah seperangkat proses yang dengannya kita
mengenali, mengorganisasikan dan memahami
cerapan-cerapan inderawi yang kita terima dari stimuli lingkungan.
c) Shaleh (2009)
Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses yang
menggabungkan dan mengorganisir data-data indera kita
(penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa
sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk
sadar akan diri kita sendiri.
Persepsi tidak terbentuk begitu saja, melainkan melewati
beberapa tahap. Walgito mengungkapkan bahwa proses terjadinya
persepsi tergantung dari pengalaman masa lalu dan pendidikan yang
diperoleh individu.Persepsi terbentuk dengan adanya seleksi yang
dilakukan oleh individu dalam menyaring atau menyerap stimulus.
Kemudian stimulus tersebut diiterpretasikan berdasarkan pengalaman
yang dimiliki, prinsip yang dimiliki, dan karakteristik individu
tersebut. Berdasarkan interpretasi tersebutlah maka individu akan
mewujudkannya dalam bentuk tingkah laku (Rauf, Blogspot).
Berdasarkan pengertian para ahli, maka disimpulkan bahwa
persepsi merupakan proses individu mencerna suatu informasi yang
menyimpulkan hasil berpikirnya sesuai dengan cerapan inderawi yang
dimiliki.
2. Popularitas
Sebagai mahluk sosial setiap individu memiliki kebutuhan
untuk berinteraksi dengan orang lain. Masa remaja ditandai dengan
adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis,
dan sosialnya. Berkaitan dengan hubungan sosial pada remaja, hampir
seluruh waktu yang digunakan adalah untuk berinteraksi dengan
lingkungan sosialnya (Gusrini, 2005).Santrock (2003) mengatakan
bahwa hubungan teman sebaya yang baik merupakan hal yang
diperlukan bagi perkembangan sosial yang normal pada masa remaja.
Remaja harus melakukan penyesuaian diri, dan keberhasilan dalam
menjalin hubungan sosial dapat dilihat dari penerimaan lingkungan
terhadap individu tersebut.
Para ahli perkembangan membagi empat tipe status teman
sebaya yaitu anak populer, anak diabaikan, anak ditolak, dan anak
kontroversial (Santrock, 2003). Anak populer sering sekali
dinominasikan sebagai kawan terbaik dan jarang dibenci oleh teman
sebaya. Anak populer biasanya memiliki keterampilan sosial yang
baik, mengerti cara memulai dan mempertahankan pembicaraan, peka
terhadap isyarat-isyarat sosial dan emosional, dan mampu
berubah-ubah.Dalampenelitian Brown & Mounts (1989), ditemukan adanya 6
struktur kelompok teman sebaya yaitu: murid yang populer
(populars), murid yang tidak populer (unpopulars), murid yang gemar
berolahraga ( jocks), murid yang cerdas (brains), murid pengguna
obat-obatan (druggies), dan murid biasa (average).
Gusrini (2005) mengungkapkan bahwa kata populer berasal
dari kata dalam bahasa Latin yaitu kata populus yang berarti rakyat
banyak. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata
populer memiliki arti : (1). Dikenal dan disukai orang banyak; (2).
Sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada umumnya; mudah
dipahami banyak orang; (3). Disukai dan dikagumi orang banyak.
Kesuksesan dalam dunia remaja seringkali digambarkan oleh
popularitas yang berhasil dimiliki. Popularitas menunjukkan
kemampuan seseorang dalam melakukan hubungan sosialnya, yaitu
keberhasilan dalam membina hubungan dengan teman yang ditandai
dengan penerimaan atau penolakan individu atau kelompoknya
(Roosianti, 1994). Menurut Fuhrman (1990) popularitas adalah
penerimaan teman sebaya dan kemudahan mendapatkan teman yang
dapat meningkatkan pengaruh seseorang di dalam kelompok teman
sebayanya. Popularitas adalah ukuran untuk melihat baik tidaknya
seseorang di dalam hubungan sosialnya yang ditandai oleh banyak
sedikitnya teman bergaul (Walgito, 1993). Setiap individu tentunya
kelompoknya merupakan petunjuk bahwa individu tersebut disukai
dan diterima oleh teman-teman sebayanya (Handayani, 1991 dikutip
oleh Gusrini, 2005). Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut
disimpulkan bahwa popularitas menunjukkan suatu keberhasilan
dimana seseorang dapat diterima oleh teman sebayanya dan dapat
dengan mudah membina hubungan pertemanan yang akan
memperkuat kedudukannya dalam kelompok teman sebaya. Individu
yang populer tidak hanya berperilaku yang sesuai dengan harapan
kelompoknya, ia bahkan cenderung memiliki pengaruh terhadap
kelompok.
Popularitas merupakan salah satu bentuk gambaran dari harga
diri seseorang. Seperti yang dikemukakan oleh Maslow (1967) dalam
teorinya tentang motivasi manusia yang membedakan antara
kebutuhan-kebutuhan dasar (basic needs) yang meliputi rasa lapar,
kasih sayang (afeksi), rasa aman, harga diri, dan sebagainya.
Kebutuhan harga diri yang dimiliki tersebut menjadi salah satu
pointacuan bagi tiap individu dalam setiap hal yang mereka
lakukan.Individu memiliki kebutuhan harga diri yang ingin terpenuhi,
baik dimata individu ataupun lingkungannya. Harga diri itu mengarah
pada evaluasi diri yang dirancang dan dilakukan individu yang
dilakukan besar berasal dari interaksi dengan lingkungan dan
Berdasarkan pengertian harga diri tersebut, maka kebutuhan
harga diri itulah yang dianggap menjadi latar belakang terbentuknya
persepsi tentang popularitas pada sebagian individu.Mereka
menganggap bahwa dengan popularitas yang dimiliki, individu akan
memiliki harga diri baik dan memiliki kemudahan dalam pencapaian
prestasi. Dari pengertian diatas, menunjukkan bahwa popularitas
memiliki makna yang cukup berarti bagi individu.
Berdasarkan penjabaran diatas, disimpulkan bahwa popularitas
merupakan kondisi dimana seseorang dikenal, disukai dan dikagumi
banyak orang karena individu tersebut mampu berperilaku sesuai
dengan harapan kelompoknya,danmemiliki keberhasilan dalam
membina hubungan sosial dimana individu mendapatkan penerimaan
dari lingkungannya, serta memiliki pengaruh dalam kelompok dimana
ia berada.
3. Persepsi Popularitas
Persepsi tentang popularitas yang dimiliki individu terbentuk
berdasarkan pengalaman individu selama perjalanan hidupnya.
Persepsi yang dimiliki terkait dengan popularitas dapat dijadikan
motivasi bagi dirinya membentuk karakteristi diri.
Fielman (1999) mengatakan bahwa presepsi merupakan proses
konstruktif yang mana kita menerima stimulus yang ada dan berusaha
mahasiswa akan menerima stimulus tentang popularitas yang ada
dilingkungannya terkait dengan aspek-aspek popularitas seperti
potensi diri, hubungan sosial, dan karakteristik diri. Tuntutan yang
didapatkan dari lingkungannya membuat mahasiswa lebih berani
untuk membuka dirinya akan suatu perkembangan atau perubahan,
agar mahasiswa dapat diterima oleh lingkungannya.
Morgan (1987) mengatakan bahwa persepsi mengacu pada
cara kerja, suara, rasa, selera, atau bau. Dengan kata lain, persepsi
dapat di definisikan sebagai hal apapun yang dialami seseorang.
Persepsi tentang popularitas menjadi stimulus yang positif bagi
mahasiswa, karena dengan terbentuknya persepsi tersebut maka
mahasiswa menyadari bahwa mahasiswa harus memiliki konsep diri
yang baik untuk bisa menjadi seperti apa yang diinginkannya.
bentuk keberhasilan individu dalam melakukan ataupun menciptakan sesuatu.
Berdasarkan uraian diatas, maka persepsi tentang popularitas merupakan cara pandang seseorang terkait dengan apakah ia dikenal, disukai, dan dikagumi banyak orang karena mampu berperilaku sesuai dengan harapan kelompoknya, dan memiliki keberhasilan dalam membina hubungan sosial dimana individu mendapatkan penerimaan dari lingkungannya, serta memiliki pengaruh dalam kelompok dimana individu tersebut berada.
4. Aspek – Aspek Popularitas
Beberapa aspek yang terdapat dalam popularitas menurut Fuhrman
(1990) adalah:
a) Potensi diri
Potensi diri berasal dari bahasa Inggris yaitu “to potent”
yang berarti kuat atau keras. Potensi diri merupakan
kemampuan-kemampuan dan kualitas-kualitas yang dimiliki seseorang yang di
dapat secara maksimal. Potensi diri pada dasarnya adalah
kemampuan terpendam seseorang yang jika dikenali,
dikembangkan, dan diaktualisasikan akan menjadi kemampuan
nyata dalam kehidupan. Dengan potensi diri yang dimiliki
mahasiswa akan memudahkan mereka untuk diterima oleh
b) Hubungan Sosial
Setiap individu tentunya membutuhkan berinteraksi dengan
lingkungannya. Hubungan sosial yang baik mampu memberikan
penilaian yang positif bagi individu. Seseorang yang memiliki
kemampuan menjalin hubungan interpersonal yang baik akan
diterima di lingkungan sosialnya, sehingga dapat membuatnya
menjadi populer. Menurut Hartup dalam Steinberg (1991), remaja
yang populer selain mereka yang perilakunya pantas di mata para
remaja, mereka juga mempunyai penerimaan yang baik terhadap
kebutuhan orang lain, mereka percaya diri tanpa menjadi sombong,
ramah, ceria, bertingkah laku baik dan humoris. Orang yang
populer adalah orang yang memiliki pergaulan luas, diterima, dan
disukai oleh individu maupun kelompok dalam lingkungannya
(Grinder, 1978: Walgito, 1980).
c) Karakteristik Diri
Scarr (1986) mengungkapkan bahwa indikator popularitas
adalah daya tarik fisik, ras, jenis kelamin, dan kepribadian.
Berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya tersebut, individu mudah
diterima oleh sebagian besar teman-temannya dalam suatu
kelompok. Sigall & Lindzey dalam Grinder (1978) mengemukakan
bahwa daya tarik fisik, kepandaian, kebaikan hati dan keramahan
memiliki peran untuk menentukan popularitas seseorang. Faktor
seseorang. Individu yang secara fisik menarik akan lebih populer
dibandingkan dengan mereka yang tidak menarik (Kennedy, 1990).
Akan tetapi pemahaman tersebut juga tidak dijadikan sebagai
indikator utama dalam popularitas karena kondisi fisik hanya
terjadi pada kondisi ekstrem (dimana individu sangat menarik dan
sangat tidak menarik) dimana hubungan antara popularitas dan
penampilan menarik terjadi (James Coleman, 1980 dikutip oleh
Santrock, 2003).
Aspek karakteristik diri ini lebih dominan disukai pada
indikator yang berupa kepribadian. Fuhrman (1990) mengatakan
bahwa kriteria popularitas adalah daya tarik fisik, keahlian, dan
karakteristik personal. Ciri-ciri individu yang populer adalah
menerima diri, mampu sendirian pada suatu waktu, ramah, pantas
dalam perkataan, sikap, dan cara berpakaian.
Berdasarkan uraian diatas, disimpulkan bahwa popularitas
merupakan kondisi dimana individu memiliki peran, eksistensi,
hubungan, dan kemampuan yang baik dilingkungannya, dimana
individu tidak hanya sebatas banyak mengenaldan banyak dikenal
orang, tapi juga memiliki kinerja dan manajemen diri yang baik.
Popularitas memiliki peran yang berbeda-beda pada tiap orang.
Aspek-aspek yang terkandung dalam popularitas adalah potensi diri
atau kemampuan diri yang dimiliki oleh individu, hubungan sosial
yang dimiliki oleh individu yang dianggap memiliki
keunikan.Aspek - aspek tersebut dianggap mampu mengukur
persepsi tentang popularitas dalam diri mahasiswa.
B. Konsep Diri
1. Pengertian Konsep Diri
Konsep diri memiliki peranan yang penting dalam kehidupan
manusia khususnya dalam perkembanganhidup mahasiswa. Melalui
pemahaman terhadap konsep diri, mahasiswa dapat mengenal siapa
dirinya yang sebenarnya, seperti apakah dia, dan bagaimana cara dia
membentuk gambaran dirinya untuk menjadi lebih baik lagi. Konsep
diri merupakan kesan terhadap diri sendiri secara keseluruhan, dimana
hal tersebut mencakup tentang pendapat akan dirinya, pendapat
tentang gambaran dirinya dimata orang lain, dan pendapatnya tentang
hal-hal yang diperolehnya (Burn, 1993).
Beberapa ahli mendefinisikan konsep diri bermacam-macam,
diantaranya sebagai berikut:
a. Menurut C.J. Rogers
Konsep diri adalah merupakan gambaran tentang diri sendiri sejauh
b. Menurut Hurlock, E.B (1994)
Konsep diri merupakan kesan (image) individu mengenai
karakteristik dirinya, yang mencakup karakteristik fisik, sosial,
emosional, aspirasi dan achievement.
c. Menurut William D. Brooks (1999)
Konsep diri sebagai persepsi tentang diri kita yang bersifat fisik,
psikologi, maupun sosial yang datang dari pengalaman dan
interaksi kita dengan orang lain. Persepsi diri yang bersifat fisik
meliputi penampilan, bentuk atau potongan tubuh.
d. Menurut Berzonsky (1991)
Konsep diri merupakan gabungan dari aspek fisik, psikologis,
sosial, dan moral. Dimana konsep diri merupakan gambaran
mengenai diri seseorang, baik persepsi terhadap diri nyata maupun
penilaian berdasarkan harapannya.
Berdasarkan beberapa definisi konsep diri menurut para ahli
diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian konsep diri merupakan
gambaran tentang diri dimana meliputi gambaran fisik, psikologis,
kepribadian, hubungan sosial, peran diri yang terbentuk atau yang
diinginkan karena adanya interaksi yang terjadi dengan lingkungan
2. Aspek-aspek Konsep Diri
Menurut teori perkembangan, konsep diri belum ada saat
individu lahir. Konsep diri berkembang secara bertahap sejak lahir
seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan orang lain.
George Herbert Mead dalam Rakhmat (1996) mengemukakan bahwa
significant other (orang yang terpenting atau yang terdekat), konsep
diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain,
belajar dari diri sendiri melalui cermin terhadap orang lain atau
pandangan orang lain terhadap diri yang merupakan interpretasi diri.
Menurut Hardy dan Heyes (1998) konsep diri memiliki 3 (tiga)
komponen yang sangat penting karena akan mempengaruhi hidup kita
sejak kecil hingga sekarang, komponen tersebut antara lain:
a. Citra diri (self image)
Merupakan gambaran individu terhadap dirinya secara
sadar dan tidak sadar. Sikap ini meliputi persepsi dan perasaan
tentang penampilan, fungsi dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu
(Keliat, 1992). Cara individu menilai dirinya memiliki pengaruh
terhadap perilakunya.
Sejak lahir individu sudah mampu mengembangkan dirinya,
menerima stimulus dari lingkungannya, kemudian memanipulasi
lingkungan dan mulai sadar dirinya terpisah dari lingkungan
individu menanggapi perubahan yang terjadi dengan respon negatif
dan positif. Banyak pula diantara individu yang mendapati dirinya
belum cukup ideal.
b. Diri Ideal (ideal self)
Merupakan persepsi individu tentang bagaimana harus
berperilaku sesuai dengan standar, tujuan atau penilaian personal
tertentu. Ideal diri hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi, tetapi
masih lebih tinggi dari kemampuan agar tetap menjadi pendorong
dan masih dapat dicapai, sehingga individu mampu berfungsi dan
mendemonstrasikan kecocokan antara persepsi dan ideal diri.
Aspek ini merupakan gambaran mengenai kondisi diri yang
diharapkan oleh individu.
c. Harga diri (self esteem)
Harga diri adalah suatu hasil penilaian individu terhadap
dirinya yang diungkapkan dalam sikap-sikap yang bersifat positif
atau pun negatif (Dariyo, A & Ling, 2002). Harga diri merupakan
penilaian terhadap hasil yang dicapai, sejauh mana perilaku
memenuhi ideal diri (Wong, 2004). Proses pencapaian suatu target
atau tujuan dapat mempengaruhi harga diri yang rendah atau harga
diri yang tinggi. Jika individu sering mengalami kegagalan di
dalam hidupnya, maka individu tersebut cenderung memiliki harga
diri yang rendah. Harga diri didapatkan dari hasil interaksi diri
diri adalah rasa dicintai dan penghargaan dari orang lain. Pada usia
remaja kebutuhan akan harga diri dianggap sangatlah tinggi.
Dari tiga aspek konsep diri diatas yaitu: aspek citra diri, aspek
ideal diri, dan aspek harga diri memiliki pengaruhnya masing-masing
dalam perkembangan konsep diri individu. Konsep diri terbentuk
seiring dengan berjalannya tugas perkembangan pada tiap individu,
hal itu terjadi karena konsep diri bukanlah aspek yang di dapat sejak
lahir, melainkan hasil dari proses belajar individu dari lingkungan
sekitarnya. Berdasarkan dari pengalaman hidupnya, seseorang akan
menetapkan konsep dirinya berdasarkan berbagai macam faktor.
Menurut E.B. Hurlock (1994), faktor-faktor itu adalah bentuk tubuh,
cacat tubuh, pakaian, nama dan julukan, intelegensi, kecerdasan, taraf
aspirasi atau cita-cita, emosi, jenis atau gengsi sekolah, status sosial,
ekonomi keluarga, teman-teman, dan tokoh/orang yang
mempengaruhi.
Berzonsky (1981) mengungkapkan konsep diri memiliki
beberapa aspek yang dianggap mempengaruhi perkembangan konsep
diri yang dimiliki oleh individu, yaitu:
a. Aspek fisik (physical self)
Merupakan penilaian individu terhadap kondisi fisik yang
dengan adanya penerimaan dan penolakan yang dilakukan
sebelumnya.
b. Aspek psikologi (psychological self)
Merupakan penilaian individu terhadap keadaan psikis yang
dimilikinya seperti rasa tanggung jawab, percaya diri, serta
kemampuan dan ketidakmampuan yang dimilikinya.
c. Aspek sosial (social self)
Merupakan bentuk peranan individu dalam menjalani kehidupan
sosialnya, bagaimana bentuk penilaian individu terhadap
performanya dalam berinteraksi sosial.
Dari ketiga aspek konsep diri diatas yaitu: aspek fisik, aspek
psikologi, dan aspek sosial memiliki pengaruhnya masing-masing
dalam perkembangan konsep diri individu.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi konsep diri seseorang
menurut beberapa ahli adalah (Centi, 1993):
a. Orang lain
Dalam kehidupan ini kita mendapatkan gambaran tentang
diri kita melalui orang lain. Orang lain memberikan
penilaian-penilaian tentang perilaku dan diri kita. Penilaian tersebutlah ynag
memberikan penilaian yang baik atas perilaku kita, maka kita
akan merasa senang.Begitu juga sebaliknya jika orang lain selalu
meremehkan kita, menyalahkan kita dan menolak kita, kita akan
cenderung tidak akan menyenangi diri kita.
Tidak semua orang dianggap memiliki pengaruh bagi diri
individu. Hanya beberapa saja yang dianggap memiliki kelekatan
dengan kita saja. Seperti yang dikemukakan oleh George Herbert
Mead dalam Rakhmat (1996) diatas bahwa significant other
(orang yang terpenting atau yang terdekat), konsep diri dipelajari
melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain, belajar dari
diri sendiri melalui cermin terhadap orang lain atau pandangan
orang lain terhadap diri yang merupakan interpretasi diri.
Berdasarkan kondisi mahasiswa yang lebih cenderung banyak
berinteraksi dengan orang-orang di luar keluarganya, significant
other yang dimiliki adalah teman-teman sebaya disekitarnya.
b. Kelompok Rujukan (Reference Group)
Seperti yang dikemukakan oleh Rakhmat (1996), saat
menjalin hubungan sosial dengan masyarakat, kita tidak dapat
lepas dari peran kelompok. Setiap individu memiliki kelompok
rujukan masing-masing. Kelompok tersebut individu mengalami
proses adaptasi terkait dengan karakteristik dan ciri khas yang
mengungkapkan bahwa setiap orang memerlukan kelompok
rujukan (reference group) tertentu.
Fungsi kelompok rujukan ada 2 macam, yaitu fungsi
normatif dan fungsi komparatif (perbandingan). Fungsi normatif
kelompok mendesak suatu standar tertentu bagi perilaku dan
keyakinan/kepercayaan anggotanya. Kelompok mempunyai
cukup kekuatan atas individu, sehingga mau tidak mau individu
mengikuti standar tersebut. Jika norma-norma itu diserap oleh
individu, maka terbentuklah nilai dalam diri individu itu, yang
selanjutnya akan menjadi pedoman bagi tingkah laku dan
kepercayaannya. Kelompok hanya dijadikan alat pembanding
bagi individu untuk mengetahui apakah perilaku atau
kepercayaannya sudah benar atau masih salah (Merton & Kitt,
1950).
c. Pola asuh
Figur terdekat individu sejak ia kecil adalah sosok orang
tua.Sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak dapat
dijadikan sebagai panutan oleh anak. Sikap positif yang diberikan
oleh tua dapat membentuk konsep diri yang positif dalam diri
anak. Anak akan merasa memiliki perasaan dihargai. Begitu juga
sebaliknya, jika orang tua memberikan sikap yang negatif
terhadap anak, anak akan cenderung akan merasa dirinya kurang
d. Pengalaman
Centi (1993) mengemukakan bahwa pengalaman memiliki
pengaruh dalam pembentukan konsep diri seseorang. Setiap
persepsi yang dimiliki oleh individu merupakan hasil dari
interpretasi pengalaman yang pernah dialaminya.
Pengalaman-pengalaman yang baik akan membuat individu memiliki konsep
diri yang positif. Seperti contohnya individu yang baru saja
mengalami kesuksesan mendapat ucapan selamat dari
lingkungannya, hal tersebut akan menaikan harga diri yang
dimiliki individu. Sedangkan bila individu yang mengalami
kegagalan sering mendapatkan sebuah penghakiman atau
cemoohan dari lingkungannya, maka akan membentuk konsep
diri yang negatif. Hal tersebut muncul karena adanya rasa rendah
diri yang disebabkan karena harga diri yang hancur.
Berdasarkan pemahaman diatas, maka faktor-faktor yang
mempengaruhi konsep diri adalah “orang lain” yang lebih
dikhususkan pada significant other (figur yang terpenting atau
terdekat), “kelompok rujukan” (reference group) terkait dengan
hubungan dalam suatu kelompok, pola asuh orang tua yang didapat
sejak kecil, dan “pengalaman” yang pernah dialami oleh individu
selama masa hidupnya. Konsep diri seseorang akan semakin
peroleh dari lingkungannya. Semakin banyak hal-hal positif yang
didapatkan, maka individu akan cenderung memiliki konsep diri yang
positif, dan begitu juga sebaliknya. Berdasarkan penjabaran diatas
semakin memperkuat bahwa konsep diri merupakan hasil dari proses
belajar individu terhadap lingkungan dan bukan merupakan faktor
bawaan sejak lahir.
4. Kualitas Konsep Diri
Setiap individu memiliki kualitas konsep diri yang
berbeda-beda. Menurut Rogers ada dua kategori kondisi konsep diri yang
dimiliki oleh individu, yaitu:
a. Konsep diri positif
Konsep diri positif merupakan gambaran diri, perasaan harga
diri yang positif dan penerimaan diri yang positif. Individu yang
memiliki konsep diri positif dianggap sudah cukup mengenal
tentang dirinya, sehingga dapat memahami setiap kondisi atau
keadaan yang terjadi pada dirinya. Biasanya individu akan
memiliki banyak pemikiran dan target pencapaian akan dirinya.
Selain itu individu yang memiliki konsep diri positif berciri
spontan, kreatif dan orisinil, menghargai diri sendiri dan orang lain,
secara utuh, disukai, dan diterima oleh orang lain (Combs Snygg
dalam Shiffer dkk, 1997).
Brooks dan Emmert dalam Rahkmat (2000) mengatakan
bahwa ada lima hal yang dimiliki oleh individu yang memiliki
konsep diri positif yaitu:
1) Memiliki keyakinan terhadap kemampuan dirinya dalam
menangani masalah.
2) Merasa setara dengan orang lain sehingga tidak merasa
terkucilkan atau lebih lemah.
3) Dapat menerima kritik dan pujian dengan pikiran terbuka.
Mampu menggunakan kritik dan pujian untuk mempernbaiki
dirinya.
4) Menyadari bahwa setiap individu memiliki perasaan yang
berbeda-beda, sehingga individu dapat beradaptasi dengan
kondisi lingkungan.
5) Individu mampu memperbaiki dirinya sendiri. Individu mampu
melihat kekurangan yang ada di dalam dirinya dan berusaha
untuk mengubah atau memperbaikinya.
b. Konsep diri negatif
Konsep diri negatif merupakan gambaran diri, perasaan diri
yang negatif dan tidak bisa menerima kondisi dirinya. Individu
tentang dirinya. Biasanya individu akan memiliki perasaan rendah
diri, takut, kurang percaya diri, pesimis, dan sulit menerima kritik
dari orang lain. Individu tidak memiliki gambaran tentang
pencapaian dan usaha-usaha yang harus dilakukan.Selain itu
individu yang memiliki konsep diri yang negatif akan sulit
menganggap suatu keberhasilan diperoleh dari diri sendiri, tetapi
karena bantuan orang lain, kebetulan, dan nasib semata dan
biasanya mengalami kecemasan tinggi (Beane & Lipka dalam
Maria, 2007).
Brooks dan Emmert dalam Rahkmat (2000) mengatakan
bahwa ada lima hal yang dimiliki oleh individu yang memiliki
konsep diri negatif yaitu:
1) Peka terhadap kritik, dimana individu sangat tidak tahan
terhadap kritik yang diterimanya. Biasanya mereka akan
menganggap bahwa kritik dapat menjatuhkan dirinya.
2) Responsif terhadap pujian, biasanya mereka akan sangat senang
jika dirinya menjadi pusat perhatian. Khususnya jika terkait
dengan kualitas harga dirinya.
3) Bersikap hiperkritis, biasanya individu selalu mengeluh atau
mencela siapa pun. Individu tidak mampu menerima keunggulan
4) Bersikap pesimis dalam melakukan sesuatu. individu tersebut
biasanya akan merasa tak berdaya melawan persaingan yang
merugikan dirinya sendiri.
5) Merasa tidak disenangi oleh orang lain. Pemikiran tersebut
muncul karena ia merasa tidak diperhatikan oleh orang lain,
sehingga ia merasa bahwa lingkungan tidak menyukai
keberadaan dirinya.
Berdasarkan beberapa penjabaran diatas menurut Rogers, konsep
diri memiliki dua kualitas yaitu konsep diri positif dan negatif. Konsep
diri yang ideal tentunya konsep diri positif yang terbentuk karena
faktor-faktor yang baik pula.
C. Mahasiswa
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengungkapkan bahwa
pengertian mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi. Pada
umumnya mahasiswa merupakan usia remaja yang sedang dalam tahap
pematangan identitas diri. Remaja atau adolescence berasal dari kata latin
“adolescere” (kata bendanya “adolescentia”) yang berarti tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa (Hurlock, 1994). Menurutnya, yang dimaksud
dengan remaja adalah masa dimana individu menjadi matang secara
seksual sampai usia kematangan yang resmi, yaitu usia 13 tahun sampai 21
tahun. Hurlock (1994) mengatakan bahwa masa remaja merupakan masa
mengalami proses pencarian identitas diri. Lalu mengalami perubahan
emosi dimana yang mulanya mereka memiliki emosi yang meledak-ledak
dapat mengarahkannya untuk melakukan hal yang positif seperti mengikuti
suatu kegiatan. Perubahan yang terakhir adalah perubahan sosial dimana
remaja harus mulai bisa menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.Santrock (2003) mengatakan bahwa remaja merupakan
masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang
mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosi yang tejadi pada
usia 13 sampai 22 tahun.
Pada usia remaja yang sudah menginjak dewasa, secara perlahan
mereka mulai mengenal seluk beluk dunia orang dewasa. Saat memasuki
bangku kuliah, mereka mengalami banyak hal-hal baru yang jauh berbeda
dari saat mereka duduk di bangku sekolah. Mahasiswa merupakan
penggolongan remaja akhir dimana remaja sudah mempersiapkan diri
untuk masuk pada tahap dewasa awal. Penggolongan usia mahasiswa
adalah berkisar 17 sampai 25 tahun. Mahasiswa merupakan pelajar tingkat
atas, dimana tugas dan perannya sebagai siswa sudah berada di puncak
kemandirian. Mahasiswa mampu dengan mandiri mengkaji lebih dalam
D. Dinamika HubunganAntara Persepsi Tentang Popularitas denganTerbentuknya Konsep Diri Mahasiswa
Popularitas memiliki peranan terhadap terbentuknya konsep diri
remaja khususnya pada tingkat mahasiswa, bahwa dengan adanya
popularitas yang dimiliki, maka peluang mahasiswa untuk mengeksplorasi
kemampuan diri akan semakin terbuka. Menurut Hartup dalam Steinberg
(1991), individu yang populer selain mereka yang perilakunya pantas
dimata para sebayanya, mereka juga mempunyai penerimaan yang baik
terhadap kebutuhan orang lain, mereka percaya diri tanpa menjadi
sombong, ramah, ceria, berperingai baik dan humoris.Berdasarkan hal
tersebut, mahasiswa memiliki motivasi untuk memiliki prestasi diri.
Individu melakukan pencapaian prestasi untuk dapat diterima oleh
kelompoknya. Pencapaian yang telah dilakukan akan mempengaruhi
penilaian lingkungan terhadap mahasiswa, dimana mahasiswa mulai
diterima dan disukai oleh lingkungannya. Cole (1963) mengemukakan
bahwa remaja bisa memenangkan rasa kagum teman-teman dikarenakan
insight superior yang dimilikinya dan bagaimana memilih
alternatif-alternatif supaya memaksimalkan pencapaian tujuan.Hollingshead dalam
Steinberg (1991) menambahkan bahwa individu juga memiliki intelegensi
yang lebih baik daripada teman sebayanya yang tidak populer.
Prestasi-prestasi yang telah dicapai merupakan hasil dari mahasiswa penggabungan
Penilaian lingkungan terhadap diri mahasiswa menjadi tolok ukur
mahasiswa dalam menilai dan mempersepsikan dirinya sendiri. Persepsi
tentang popularitas muncul ketika mahasiswa mendapatkan bahwa dirinya
mampu menjadi seperti apa yang lingkungan inginkan dan keberadaannya
disukai oleh kelompoknya.Persepsi tersebut muncul dengan adanya
pengaruh dari pengalaman individu berinteraksi dengan sekitarnya.
Prestasi yang telah dicapai membuat mahasiswa menjadi diterima atau
diingat oleh lingkungannya. Grinder dalam Walgito (1980)
mengungkapkan bahwa individu yang populer adalah individu yang
memiliki pergaulan luas, diterima, dan disukai oleh individu maupun
kelompok dalam lingkungannya. Kail dkk. (1993) mengatakan individu
yang populer adalah mereka yang disukai oleh banyak teman sekelasnya.
Dampak dari popularitas yang dirasakan oleh mahasiswa adalah
bentuk penilaian dari lingkungan tentang gambaran diri mahasiswa yang
positif dimata lingkungan. Lingkungan memberikan dukungan bagi
mahasiswa dalam melakukan sesuatu. Dukungan dan penilaian yang
positif dari lingkungan tersebut memberikan perasaan berharga pada diri
individu. Gambaran diri yang positif tersebut membentuk konsep diri yang
positif dalam diri mahasiswa, dimana persepsi tentang popularitas yang
dimiliki tertaman di dalam dirinya bahwa bila individu ingin
mempertahankan popularitas yang dimiliki, maka individu harus
mempertahankan konsep diri yang positif tersebut untuk tetap melakukan
mahasiswa akan terbentu mengikuti peranannya dalam lingkungan. Hal
tersebut dikarenakan adanya banyak daya dan kemampuan yang dimiliki,
membuat mahasiswa memiliki sikap lebih terbuka dan dewasa. Hal ini
menandakan bahwa mahasiswa yang populer memiliki konsep diri yang
cenderung positif.Seperti yang dikatakan Shant dan Hartup (1992) dari
beberapa ahli mengatakan bahwa individu yang populer dalam
menghadapi konflik akan lebih kompromi, lebih positif, akomodatif, dan
beroirientasi pada aturan, lebih efektif, dan lain-lain.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa persepsi
popularitas memiliki hubungan yang signifikan dengan terbentuknya
konsep diri pada mahasiswa. Semakin tinggi penilaian individu tentang
persepsi popularitas, maka konsep diri yang terbentuk akan semakin
E. Skema HubunganAntara Persepsi Popularitas denganTerbentuknya Konsep Diri Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Persepsi Popularitas Mahasiswa
Terbentuk Konsep Diri
Dampak positif dari penilaian lingkungan: Gambaran diri yang baik
Dukungan dari lingkungan Merasa berharga
Konsep Diri Mahasiswa yang Positif
Konsep Diri Mahasiswa yang Negatif Pengalaman
Memiliki Prestasi
Penilaian Lingkungan
F. HIPOTESIS
Hipotesis dari penelitian ini adalah ada hubunganyang positif
antara persepsi popularitas dengan terbentuknya konsep diri mahasiswa
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Maka semakin tinggi persepsi
popularitas mahasiswa yang dimiliki maka konsep dirinya akan semakin
36 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan model penelitian kuantitatif yaitu
penelitian yang mengumpulkan data dalam bentuk angka, dimana dari
data tersebut dapat digunakan untuk melihat validitas dan
reliabilitasnya.
Peneliti menggunakan jenis penelitianSpearman
Correlationdikarenakan teknik ini digunakan untuk mencari hubungan
dan membuktikan hipotesis hubungan dua variabel bila data kedua
variabel berbentuk ordinal dan penelitian ini menggunakan analisis
statistik nonparametrik.
B. Identifikasi Variabel Penelitian
Pada penelitian ini memiliki 2 variabel sebagai berikut:
1) Variabel Bebas (X) dalam penelitian ini adalah persepsi
popularitas.
2) Variabel Terikat (Y) dalam penelitian ini adalah konsep diri
C. Definisi Operasional 1. Persepsi Popularitas
Persepsi popularitas merupakan bentuk cara pandang seseorang terkait dengan apakah ia dikenal, disukai, dan dikagumi banyak orang karena mampu berperilaku sesuai dengan harapan kelompoknya, dan memiliki keberhasilan dalam membina hubungan sosial dimana individu mendapatkan penerimaan dari lingkungannya, serta memiliki pengaruh dalam kelompok dimana individu tersebut berada.Aspek yang terdapat dalam mengukur persepsi tentang popularitasdalam diri mahasiswaadalah potensi
diri, hubungan sosial, dan karakteristik diri.
Tinggi rendahnya nilai popularitas akan diukur oleh skala
persepsi popularitas, dimana hasil dari skala persepsi popularitas
tersebut dapat menunjukkan tingkat persepsi popularitas yang
dimiliki oleh mahasiswa. Bila didapatkanhasil skor persepsi
popularitas yangtinggi, maka hal tersebut menunjukkan bahwa
individu tersebut memiliki persepsi popularitas yang berperan
membentuk dirinya. Begitu juga sebaliknya, bila didapatkan skor
yang rendah, maka hal tersebut menunjukkan bahwa rendah pula
2. Konsep Diri
Konsep diri adalahbentuk dari gambaran tentang diri
dimana meliputi kondisi fisik, psikologis, kepribadian, hubungan
sosial, peran diri yang terbentuk karena adanya interaksi yang
terjadi dengan lingkungan sekitarnya.Aspek-aspek yang digunakan
untuk mengukur tingkat konsep diri adalah citra diri, diri ideal, dan
harga diri.
Tinggi rendahnya konsep diri akan diukur oleh skala konsep
diri, dimana hasil dari skala konsep diri tersebut dapat
menunjukkan tingkat konsep diri yang dimiliki seseorang. Bila
didapatkan hasil skor konsep diri yang tinggi, maka hal tersbeut
menunjukkan bahwa individu tersebut memiliki konsep diri yang
positif atau baik. Begitu juga sebaliknya, bila didapatkan skor yang
rendah, maka hal tersebut menunjukkan bahwa konsep diri yang
dimiliki negatif atau buruk.
D. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
Pada penelitian ini populasi yang digunakan adalah
mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta khususnya
angkatan 2008-2012. Hal tersebut dikarenakan peneliti banyak
menemui fenomena popularitas pada mahasiswa Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta yang beberapa diantaranya banyak
terdapat mahasiswa yang memiliki tingkat eksistensi ataupun
prestasi yang cukup baik di lingkungan kampusnya dan membuat
mahasiswa tersebut menjadi populer.
2. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel adalah penentuan terhadap
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
dan harus bersifat representatif (Sugiono, 2010).
Pada penelitian ini, peneliti tidak melakukan pengambilan
sampel karena menggunakan try out terpakai. Hal tersebut
dilakukan karena keterbatasan waktu dan biaya. Pengambilan data
yang dilakukan sesuai dengan karakteristik subjek penelitian yang
terdapat di lokasi yang ingin di teliti.
E. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1. Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan
2. Mahasiswa berusia 17 tahun – 24 tahun.
3. Aktif di luar jam perkuliahan, seperti berorganisasi, mengikuti
perlombaan, mengikuti sebuah komunitas, dan kegiatan lain yang
terkait dengan universitas maupun di luar universitas.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan fenomena popularitas
yang terjadi pada mahasiswa dengan melihat persepsi popularitas
sebagai variabel bebas dan konsep diri sebagai variabel terikat.
Peneliti menggunakan subjek sebanyak 70 orang dalam mengambil
data.
F. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu dengan angket (kuisioner). Angket merupakan bentuk skala
pengukuran tertulis, dimana di dalamnya terdapat item-item terkait
yang dapat digunakan untuk mengukur suatu variabel. Pada penelitian
ini angket yang digunakan untuk mengumpulkan data berisi tentang
aspek-aspek yang terdapat dalam popularitas dan konsep diri.
Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala model
Likert yaitu pernyataan yang menggunakan empat pilihan jawaban
atau respon dari subjek. Skala ini berisi pernyataan yang terstruktur
dan subjek hanya memilih satu jawaban yang sesuai dengan kondisi
Uji skala dilakukan dengan melibatkan 70 mahasiswa yang
sedang berada di lingkungan kampus dan menjadi try out terpakai.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara meminta subjek mengisi
kuisioner yang diberikan oleh peneliti yang berisi skala persepsi
popularitas dan skala konsep diri yang masing-masing skala berjumlah
42 item. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini berusia antara
17-24 tahun.
a. Skala Persepsi Popularitas
Skala persepsi popularitas di ukur berdasarkan komponen dan
indikator yang di ungkapkan oleh Furman (1990) yaitu popularitas
memiliki aspek-aspek berupa potensi diri, hubungan sosial, dan
karakteristik diri yang dianggap dapat menunjang eksistensi diri.
Item yang terdapat pada skala ini berjumlah 42 pernyataan.
Tabel Persentase Item
Komponen Favorable Unfavorable Total Persentase
Potensi diri 7 7 14 16,66 %
Hubungan sosial 7 7 14 16,66 %
Karakteristik diri 7 7 14 16,66 %
Tabel Item Favorabel dan Unfavorabel
yang diungkapkan oleh Hardy dan Heyes (1998) yaitu konsep diri
memiliki aspek-aspek berupa citra diri, ideal diri, dan harga diri
yang dianggap sebagai pembentuk diri kita sejak kecil hingga
sekarang. Item yang terdapat pada skala ini berjumlah 42
pernyataan.
Tabel Presentase Item
Komponen Favorabel Unfavorabel Total Persentase
Citra Diri 7 7 14 16,66 %
Ideal Diri 7 7 14 16,66 %
Harga Diri 7 7 14 16,66 %
Tabel Item Favorabel dan Unfavorabel
favorable dan 42item untuk pernyataan unfavorable. Pada setiap
komponen masing-masing memiliki 14 pernyataan yang terdiri dari 7
pernyataan favorable dan 7 pernyataan unfavorable. Menurut peneliti
setiap komponen memiliki kemampuan yang sama baiknya dalam
mengungkapkan kemandirian subjek yang sesuai kriteria pemberian
skala ini.
Pada masing-masing skala likert yang disusun berdasarkan
pernyataan favorabel dan unfavorabel memiliki empat alternatif
jawaban yang sesuai dengan kondisi individu saat dilakukan
pengambilan data, yaitu: Sangat Setuju (SS) bernilai 4, Setuju (S)
bernilai 3, Tidak Setuju (TS) bernilai 2, Sangat Tidak Setuju (STS)
bernilai 1 untuk item favorabel, dan Sangat Setuju (SS) bernilai 1,
Setuju (S) bernilai 2, Tidak Setuju (TS) bernilai 3, Sangat Tidak Setuju
G. Uji Validitas dan Reliabilitas a. Uji Validitas
Penelitian ini menggunakan validitas yang telah diuji yaitu
validitas konstruk (contruct validity), yang mana peneliti
menggunakan pendapat para ahli (judgment experts) yang
diperoleh melalui dosen pembimbing.
Validitas konstruk dalam penelitian ini mengkonstruksikan
tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori
yang digunakan kemudian dikonsultasikan dengan para ahli
(Sugiyono,2010).
b. Uji Reliabilitas
Penelitian ini dianggap reliabel apabila dalam pelaksanaan
pengukuran diperoleh hasil yang signifikan dan konsisten.
Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas dengan menggunakan
SPSS for windows versi 16. Pengujian reliabilitas alat ukur
menggunakan teknik Alfa Cronbach.
Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas dengan
menggunakan SPSS for windows versi 16, skala persepsi
popularitas memiliki koefisiensi Alpha Cronbach sebesar 0,901
dan dengan skala konsep diri yang memiliki koefisiensi Alpha
Cronbach sebesar 0,892 yang menunjukkan bahwa skala tersebut
c. Seleksi Aitem
Pada penelitian ini seleksi aitem dilakukan pada 84item tes
yang terdiri dari 54 item tes yang dinyatakan lolos, dan 30 item tes
yang dinyatakan gugur. Seleksi aitem dilakukan untuk melihat
sejauh mana item-item tes dapat membedakan antara subjek satu
dengan lainnya yang memiliki maupun tidak memiliki atribut yang
ingin diukur (Azwar, 2008).
Seleksi aitem dilakukan dengan uji koefisien korelasi antara
skor item dengan distribusi skor skala dengan batasan
r
<0,25.Aitem yang memiliki korelasi item total dibawah 0,25 dianggap
memiliki daya beda yang rendah sehingga dinyatakan gugur.
1. Skala Persepsi Popularitas
Berdasarkan dari hasil uji skala persepsi popularitas yang telah
dilakukan sebanyak 42 item, yang dinyatakan gugur ada 13
item, sehingga tersisa 29 item.Item yang dinyatakan gugur
adalah 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 21, 30, 33, 34, 35, 39.
2. Skala Konsep Diri
Berdasarkan dari hasil uji skala konsep diri yang telah
dilakukan sebanyak 42 item, yang dinyatakan gugur ada 17
item, sehingga tersisa 25 item. Item yang dinyatakan gugur
adalah 43, 44, 45, 46, 47, 48, 51, 52, 57, 59, 61, 63, 67, 72, 73,
H. Teknik Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan pengolahan data yang didapat dari kuisioner
kemudian di tarik kesimpulan.
Setelah data terkumpul dari hasil kuisioner, maka selanjutnya
kita melakukan tabulasi terlebih dahulu, yaitu memberikan scoring
sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Scoring dilakukan dengan
menggunakan skala 1 - 4 agar mendapat data yang bersifat interval dan
diberi skor sebagai berikut:
Kriteria Penilaian Item Favorabel Skor
Sangat Setuju (SS) 4
Setuju (S) 3
Tidak setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Kriteria Penilaian Item Unfavorabel Skor
Sangat Setuju (SS) 1
Setuju (S) 2
Tidak Setuju (TS) 3
Pada penelitian ini menggunakan model skala Likert dimana
peneliti hanya menggunakan empat (4) alternatif jawaban dengan
alasan agar jawaban subjek lebih objektif.Cara yang digunakan dalam
menganalisis data adalah dengan menggunakan teknik Spearman
Correlation dengan menggunakan program SPSS for windows versi
16. Berdasarkan hasil data yang diperoleh digunakan untuk mencari
validitas dan kemudian item-item yang tidak gugur digunakan untuk
48 BAB IV
LAPORAN PENELITIAN A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 dengan
melibatkan 70 subjek yang merupakan mahasiswa Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta angkatan 2008-2012. Pengumpulan data penelitian
dilakukan dengan cara meminta subjekuntuk memberikan jawaban pada
kuisioner yang terdiri dari skala persepsi dan skala konsep diri yang
masing-masing skala berjumlah 42 item, sehingga jumlah total item tes
sebanyak 84 item.
Pada saat pengambilan data tidak semua subjek mengisi di
lingkungan kampus, karena ada beberapa yang meminta untuk dibawa
pulang agar lebih nyaman dalam mengisi skala tersebut. Sebagian besar
subjek memang lebih memilih untuk mengisi di rumah atau dikos agar
tidak mengganggu kegiatan subjek di kampus.
Peneliti menggunakan sistem try out terpakai dalam penelitian ini,
yaitu hanya dilakukan sekali untuk uji coba skala sekaligus sebagai data
penelitian. Berdasarkan hasil data try out tersebut, kemudian digunakan
B. Hasil Penelitian
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah
distribusi variabel bebas berdistribusi normal atau tidak. Uji
normalitas pada penelitian ini menggunakan teknik
Kolmogorov-Smirnov dengan program SPSS for windows versi 16 dan
memperoleh hasil nilai probabilitas variabel hubungan persepsi
popularitas adalah 0,175 (p>0,01) dengan perolehan 0,096. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa variabel persepsi terdistribusi secara
normal karena memiliki taraf signifikansi sebesar p>0,01.
Sedangkan pada variabel konsep diri diperoleh nilai probabilitas
0,000 (p>0,01) dengan perolehan 0,161.Hasil tersebut
menunjukkan bahwa variabel konsep diri tidak terdistribusi secara
normal karena memiliki taraf signifikansi sebesar p<0,01. Hal
tersebut menunjukkan bahwa data yang diperoleh memiliki
perbedaan yang signifikan dengan data normal baku.
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
popularitas .096 70 .175 .973 70 .129
konsep.diri .161 70 .000 .920 70 .000