• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI NELAYAN TRADISIONAL DALAM MENINGKATKAN EKONOMI KELUARGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI NELAYAN TRADISIONAL DALAM MENINGKATKAN EKONOMI KELUARGA"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

Asfianti Syafitri Nasution : Strategi Nelayan Tradisional Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga, 2009. USU Repository © 2009

STRATEGI NELAYAN TRADISIONAL

DALAM MENINGKATKAN EKONOMI KELUARGA

Studi Antropologis Tentang Mata Pencaharian Hidup Tambahan Bagi Masyarakat Nelayan di Desa Sei Nagalawan Dusun 3 (tiga) Kecamatan Perbaungan Kabupaten

Serdang Bedagai

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan Gelar Sarjana Ilmu Sosial dalam bidang Antropologi

O l e h :

ASFIANTI SYAFITRI NASUTION 04 09 05 008

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009

(2)

Asfianti Syafitri Nasution : Strategi Nelayan Tradisional Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga, 2009. USU Repository © 2009

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

Nama : Asfianti Syafitri Nasution NIM : 040905008

Departemen : Antropologi Sosial

Judul : Strategi Nelayan Tradisional Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga. Studi Antropologis Tentang Mata Pencaharian Tambahan Bagi Masyarakat Nelayan di Desa Sei Nagalawan Dusun 3 (tiga) Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai

Medan, Maret 2009

Pembimbing Skripsi Ketua Departemen Antropologi FISIP USU

Drs. Ermansyah, M.Hum. Drs. Zulkifli Lubis, M.A. NIP. 131 996 173 NIP. 131 882 278

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Prof. Dr. Arif Nasution, M.A. NIP. 131 757 010

(3)

Asfianti Syafitri Nasution : Strategi Nelayan Tradisional Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga, 2009. USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Syukur Allhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna melengkapi dan memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Antropologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul skripsi ini adalah “Strategi Nelayan Tradisional Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga di Desa Sei Nagalawan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai”. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan skripsi ini di masa yang akan datang sangat penulis harapkan.

Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Zulkifli Lubis, M.A., selaku Ketua Departemen Antropologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Yance, M.Si., selaku Dosen wali di Departemen antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera utara.

(4)

Asfianti Syafitri Nasution : Strategi Nelayan Tradisional Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga, 2009. USU Repository © 2009

4. Bapak Drs. Ermansyah, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing atas ketulusan hati dan kesabarannya dalam membimbing penulis dan memberikan masukan dalam menyelesaikan skripsi.

5. Ayah dan Ibu tercinta, adik-adikku Endra Aspandi Nasution dan Andre Aspandi Nasution, terima kasih atas semua kasih sayang, dorongan, doa dan supportnya.

6. Keluarga besar penulis yang telah memberikan banyak bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi.

7. Sahabat-sahabat penulis: Miemien, Icha, Richa, Ru, Abadi, Edi Iwan, Prilmon, Bang Kakey, dan semua kerabat-kerabat di Departemen Antropologi atas dorongan dan kebersamaan yang tidak akan terlupakan.

8. Terima kasih kepada pihak-pihak terkait seperti Kecamatan Perbaungan, Sekretaris Camat, Bapak Gunawan, Kepala Desa Sei Nagalawan dan juga kepada masyarakat Desa Sei Nagalawan atas kerjasamanya dalam memberikan informasi selama ini sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi banyak pihak terutama untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan,

(5)

Asfianti Syafitri Nasution : Strategi Nelayan Tradisional Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga, 2009. USU Repository © 2009

ABSTRAK

Asfianti Syafitri Nasution, 2009. Strategi Nelayan Tradisional Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga (Studi Antropologi Tentang Mata Pencaharian Hidup Tambahan di Desa Sei Nagalawan Dusun 3 (tiga) Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai). Sksripsi ini terdiri dari 5 bab+115 halaman+daftar pustaka+lampiran.

Kehidupan ekonomi nelayan tradisional yang selalu diidentikkan dengan kemiskinan membuat nelayan di desa ini sangat sulit dalam pemenuhan kebutuhan keluarga khususnya dan kebutuhan nelayan umumnya. Penelitian ini sendiri coba memaparkan bagaimana kehidupan sosial dan ekonomi nelayan dengan hanya memiliki mata pencaharian sebagai nelayan yang pendapatannya tidak menentu dan hasil tangkapan yang hanya tergantung pada kondisi alam (laut) dengan kearifan dan pengetahuan yang mereka miliki serta hubungan sosial yang terjalin antara masyarakat nelayan di desa ini.

Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan usaha yang dilakukan nelayan tradisional sebagi strategi di Desa Sei Nagalawan Dusun 3 (tiga) Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai dalam meningkatkan ekonomi keluarga. Usaha yang mereka lakukan dengan memanfaatkan sumberdaya alam yang ada di desa ini yang dijadikan sebagai mata pencaharian tambahan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif untuk memperoleh informasi tentang usaha-usaha lain yang dijadikan sebagai strategi dalam meningkatkan ekonomi keluarga. Peneliti melakukan wawancara mendalam dengan informan kunci seperti tokoh adat atau tokoh masyarakat dikalangan nelayan, untuk memperoleh informasi tentang persoalan mendasar yang menyebabkan terjadinya kemiskinan nelayan di Desa Sei Nagalawan dan kondisi perekonomian nelayan sebelum memeiliki mata pencaharian hidup tambahan serta program-program yang diberikan kepada pemerintah dalam membantu pengembangan desa ini. Peneliti melakukan wawancara serta observasi non partisipasi yang dilakukan untuk mengamati aktifitas dan cara-cara yang ditempuh keluarga nelayan dalam meningkatkan ekonomi keluarga.

Hasil penelitian ini menunjukkan, strategi yang dilakukan nelayan tradisional berupa dengan bertani, menganyam tikar purun yang dilakukan para isteri nelayan dalam membantu pendapatan suami dan juga dengan menjadi buruh/karyawan pabrik, dapat menambah penghasilan atau pendapatan nelayan tradisional untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari walaupun dengan keterbatasan pengetahuan yang dimiliki. Adanya srategi tersebut membuat mereka lebih giat lagi dalam bekerja guna untuk meningktkan perekonomian desa ini yang akhirnya dapat mengubah kehidupan para nelayan menjadi lebih baik lagi. Akhirnya dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwasannya strategi yang dilakukan oleh nelayan tradisional di Desa Sei Nagalawan benar-benar meningkatkan pendapatan sekaligus dapat menyelesaikan masalah ekonomi yang mereka hadapi dengan memiliki mata pencaharian tambahan dan ditambah dengan adanya lahan pendukung.

Kata-kata Kunci: Nelayan, Strategi ekonomi nelayan, Sistem kekerabatan dan Hubungan sosial

(6)

Asfianti Syafitri Nasution : Strategi Nelayan Tradisional Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

LEMBARPERSETUJUAN KATA PENGANTAR………...i ABSTRAK………...iii DAFTAR ISI………....iv BAB I. PENDAHULUAN………...1

1.1. Latar Belakang Masalah………....1

1.2. Perumusan Masalah………..5

1.3. Lokasi Penelitian………...6

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian……….6

1.5. Tinjauan Pustaka………...7

1.6. Metode Penelitian………...12

1.6.1. Tipe penelitian……… ………..12

1.6.2. Teknik Pengumpulan Data……….13

1.6.3. Analisa Data………..15

BAB II. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN………...16

2.1. Sejarah, Letak dan Kondisi Geografis………....16

2.2. Kependudukan………...19

2.2.1. Jumlah Penduduk Setiap Dusun………..20

2.2.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Golongan Umur……….21

2.2.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku bangsa………...22

2.2.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan………23

2.2.5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian Hidup…..25

2.2.6.Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama… ………....26

2.3. Sistem Mata Pencaharian Masyarakat di Desa Sei Nagalawan………….27

2.4. SaranaFisik……….………....30 2.4.1. Sarana Kesehatan………...30 2.4.2. Sarana Pendidikan………....31 2.4.3. Sarana Ibadah………...32 2.4.4. Sarana transportasi………...32 2.4.5. Sarana Hiburan……….33 2.4.6. Sarana Perdagagangan………..33

(7)

Asfianti Syafitri Nasution : Strategi Nelayan Tradisional Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga, 2009. USU Repository © 2009

BAB III. KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA SEI

NAGALAWAN……….……..35

3.1. Sistem Kekerabatan Masyarakat Desa Sei Nagalawan………..39

3.2. Hubungan Sosial pada Masyarakat Desa Sei Nagalawan………..41

3.3. Nelayan Sebagai Mata Pencaharian Hidup………44

3.3.1. Alat Tangkap yang Digunakan………....48

3.3.2. Jam Kerja………..51

3.3.3. Kebutuhan Keluarga Nelayan………...51

3.4. Hubungan yang Terjalin Atas mata Pencaharian sebagai Nelayan……56

3.4.1. Hubungan Nelayan dengan Toke……….57

3.4.2. Hubungan Nelayan dengan Nelayan………....58

3.4.3. Hubungan Nelayan dengan Pemilik Modal…………...59

BAB IV. STRATEGI NELAYAN DALAM MENINGKATKAN EKONOMI KELUARGA 4.1. Upaya Nelayan Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga…………...62

4.1.1. Bertani……….63

4.1.2. Menganyam Tikar………. ……….68

4.1.2.a. Modal………..71

4.1.2.b. Bahan baku………..73

4.1.2.c. Produksi………...81

4.1.2.d. Tujuh kisah penganyam tikar purun………...87

4.1.3. Buruh/ Karyawan Pabrik……….95

4.2. Pengetahuan Nelayan Terhadap Pilihan Mata Pencaharian Tambahan.97 4.3. Pendapatan dan Pengeluaran Sebelum dan Sesudah Memiliki Mata Pencaharian Tambahan………100

4.4. Penghasilan Dari Mata Pencaharian Tambahan:Peningkatan Atau Hanya Sekedar Mencukupi Kebutuhan Masyarakat………106

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan………...110

5.2. Saran……….113

DAFTAR PUSTAKA………...115

(8)

Asfianti Syafitri Nasution : Strategi Nelayan Tradisional Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga, 2009. USU Repository © 2009

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah.

Kondisi bangsa yang sedang berada di multi krisis, Indonesia dihadapkan dengan tidak hanya satu masalah saja, melainkan berbagai masalah seperti masalah ekonomi, politik, budaya, sosial, agama, pertahanan dan keamanan. Masalah tersebut sudah ruwet seperti benang kusut sehingga memerlukan orang-orang yang benar-benar siap dan membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk dapat menyelesaikannya. Oleh karena itu, sangat sulit mengentaskan masalah ekonomi yang berarah pada masalah kemiskinan.

Masalah ekonomi merupakan masalah yang sangat sulit bagi setiap manusia, karena problema ekonomi menyangkut pada hajat hidup orang banyak. Setiap individu atau kelompok masyarakat seperti halnya nelayan tradisional memiliki berbagai cara yang berbeda dalam mengatasi kesulitan ekonomi yang mereka hadapi. Berbagai cara tersebut merupakan wujud strategi guna untuk melangsungkan kehidupan mereka yang disebabkan oleh berbagai kondisi seperti terjadinya krisis ekonomi, kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM), perubahan kondisi alam maupun lingkungan.

Dalam mengatasi hal tersebut berbagai cara dilakukan nelayan tradisional dalam mengatasi kesulitan ekonominya. Namun, kesulitan nelayan dengan kondisi ekonomi dan lingkungannya tentunya memiliki perbedaan strategi dalam meningkatkan ekonomi keluarga seperti halnya nelayan tradisional di Desa Sei Nagalawan Dusun 3 (tiga) Kec. Perbaungan Kab. Serdang Bedagai yang mayoritas penduduknya adalah suku bangsa Banjar.

(9)

Asfianti Syafitri Nasution : Strategi Nelayan Tradisional Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga, 2009. USU Repository © 2009

Desa Sei Nagalawan sudah berdiri sekitar tahun 1800, yakni pada saat terjadi migrasi suku bangsa Banjar yang berasal dari Pulau Kalimantan menuju Pulau Sumatera. Migrasi yang mereka lakukan bermula pada daerah Langkat Sumatera Utara dengan tujuan membuat atap sebuah bangsal di perkebunan Langkat. Seiring berjalannya waktu suku Banjar tersebut mulai bertambah dan mereka meminggir sampai ke daerah Nagalawan. Sampai sekarang ini, migrasi yang mereka lakukan guna untuk mencari kehidupan yang lebih baik dengan kondisi lingkungan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat khususnya nelayan tradisional.

Sama halnya dengan komunitas masyarakat lainnya, nelayan juga memiliki peran dan tanggung jawab pada keluarganya, yaitu pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga yang meliputi biaya-biaya seperti biaya pendidikan anak, tempat tinggal, air dan listrik, biaya sosial dan biaya untuk kebutuhan lainnya. Namun, dengan pendapatan nelayan yang cukup minim, nelayan tradisional merupakan kelompok masyarakat yang hidupnya jauh lebih miskin dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainnya seperti petani atau pengrajin. Hidupnya sangat tergantung kepada alam, musim banyaknya hasil tangkapan, sehingga pendapatan nelayan pun tidak menentu.

Ada berbagai macam bentuk kegiatan yang dilakukan manusia dalam mencari nafkah. Kadangkala hasil yang diperoleh dari kegiatan itu tidak dapat pula mencukupi kebutuhan sebagaimana yang dihadapkan, sehingga seringkali suami sebagai kepala rumah tangga dalam mencari nafkah turut dibantu oleh isteri ataupun anak-anak. Manusia lahir, hidup, berkembang, dan memenuhi kebutuhannya juga di masyarakat. Salah satu kegiatan yang menonjol adalah mencari nafkah, dan bidang inilah yang paling banyak

(10)

Asfianti Syafitri Nasution : Strategi Nelayan Tradisional Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga, 2009. USU Repository © 2009

menyerap tenaga kerja dengan kegiatan ini mereka harapkan dapat memenuhi kebutuhan di dalam kehidupan mereka (Ismaini, 1976:45).

Berdasarkan penelitian Mubyarto (1984:35-37) di Desa Bulu, yang menyatakan bahwa jumlah mereka yang bekerja sebagai nelayan nampak sangat dominan dibandingkan dengan pekerjaan lainnya. Bila pekerjaan sebagai nelayan hanya dianggap sebagai salah satu dari kategori mata pencaharian di bidang perikanan, tentunya harus dimasukkan juga mereka yang berdagang, buruh yang mempunyai pekerjaan sambilan sebagai nelayan, pegawai atau pensiunan pegawai negeri yang diantaranya ada juga yang berdagang atau berusaha di bidang perikanan sebagai usaha sambilan. Di samping itu, usaha perikanan masih melibatkan banyak lagi anggota keluarga di desa terutama anggota keluarga dari mereka yang tercatat nelayan sebagai mata pencahariannya.

Peranan kepala rumah tangga yang harus menghidupi keluarganya dipegang oleh ayah atau suami, yang bekerja sebagai nelayan atau pekerjaan yang paling langsung di bidang usaha perikanan. Bila ekonomi keluarga tidak begitu kuat atau kurang dari kebutuhan keluarga, isterinya membantu bekerja sebagai pedagang ikan, baik di pasar sebagai pedagang ikan panggang eceran, atau sebagai pedagang ikan borongan pada para pedagang besar. Kaum wanita juga membantu keluarga dengan bekerja sebagai buruh perusahaan ubur-ubur, pembersih udang pada pedagang udang, pedagang ikan asin atau pembuat jarring ikan di rumah mereka masing-masing. Sedangkan anak-anak laki-laki atau perempuan baik bersekolah atau tidak, terlebih lagi bila orang tua mereka kurang mampu juga mempunyai peranan ekonomis dalam keluarga. Mereka digolongkan sebagai

alang-alang, yaitu rombongan menguntit nelayan yang berusaha mendapatkan ikan tanpa harus membeli.

(11)

Asfianti Syafitri Nasution : Strategi Nelayan Tradisional Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga, 2009. USU Repository © 2009

Hal tersebut juga terjadi pada masyarakat nelayan tradisional yang ada di Desa Sei Nagalawan, yang memiliki strategi berbeda yang dilakukan yakni, dengan adanya mata pencaharian tambahan lain yang dilakukan oleh nelayan dalam meningkatkan ekonomi keluarga. Mereka menyadari bahwa mata pencaharian sebagai nelayan tidak akan dapat untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Oleh karena itu, berbagai cara dilakukan untuk menambah penghasilan dengan cara menjadi petani, isteri mereka bekerja sebagai penganyam tikar, dan anak-anak juga ikut membantu dengan bekerja di luar sektor perikanan yaitu sebagai buruh atau karyawan pabrik.

Strategi tersebut mereka lakukan karena adanya lahan pendukung berupa tanah kosong yang tidak terawat dan dapat dimanfaatkan, sehingga hasilnya pun dapat dijual ataupun dikonsumsi sendiri. Walaupun pengetahuan mereka dalam bertani masih sangat terbatas dibandingkan dengan mata pencaharian pokok sebagai nelayan tradisional. Walaupun demikian mereka tetap menyadari bahwa diri mereka tetap sebagai nelayan karena petani hanya sebagai strategi yang dilakukan untuk meningkatkan kebutuhan ekonomi dalam mencukupi kebutuhan keluarga.

Berkenaan dengan uraian tersebut maka pentinglah kiranya mengkaji berbagai strategi yang dilakukan nelayan dalam meningkatkan ekonomi keluarga. Hal tersebut dapat mengungkapkan kehidupan ekonomi nelayan tradisional yang sesungguhnya dan upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi atau mencukupi kebutuhan hidupnya. Dengan hal tersebut nelayan dapat bertahan maupun meningkatkan ekonomi keluarga, sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup lainnya.

(12)

Asfianti Syafitri Nasution : Strategi Nelayan Tradisional Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga, 2009. USU Repository © 2009

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka permasalahan yang diajukan adalah sejauhmana mata pencaharian lain di luar menangkap ikan (nelayan) menambah ekonomi keluarga nelayan tradisional yang ada di Desa Sei Nagalawan ? Permasalahan ini diuraikan ke dalam 4 (empat) pertanyaan penelitian yaitu: 1. Bagaimana kehidupan ekonomi nelayan sebelum memiliki mata pencaharian lain ? 2. Apa saja yang dilakukan nelayan sebagai bentuk strategi dalam meningkatkan ekonomi

keluarga ?

3. Berapa besar pendapatan sebagai nelayan tradisional yang diperoleh dari mata pencaharian lain ?

4. Apakah hasil dari strategi yang mereka lakukan meningkatkan atau hanya mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari ?

1.3. Lokasi Penelitian.

Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Sei Nagalawan Dusun 3 (tiga) Kec. Perbaungan Kab. Serdang Bedagai. Hal ini didasari kekhasan nelayan tradisional desa tersebut yang melakukan berbagai hal sebagai suatu strategi dalam meningkatkan ekonomi keluarga. Kekhasan tersebut dimungkinkan karena adanya sumber-sumber ekonomi lain seperti adanya lahan pendukung, maupun sistem pengetahuan yang dapat menyiasati berbagai kesulitan ekonomi.

(13)

Asfianti Syafitri Nasution : Strategi Nelayan Tradisional Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga, 2009. USU Repository © 2009

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan berbagai bentuk strategi nelayan di Desa Sei Nagalawan dalam meningkatkan ekonomi keluarga. Di dalam ini juga tercakup tentang sistem pengetahuan dan kondisi alam maupun kondisi lingkungannya.

Secara akademis, penelitian ini dapat menambah wawasan ke ilmuan khususnya Antropologi, dalam memahami kehidupan nelayan dan strategi yang dilakukannya. Secara praktis, dapat memberi masukan bagi pihak yang berkepentingan dalam membuat kebijakan tentang nelayan sebagai suatu bentuk pembangunan kehidupan nelayan1

Nelayan adalah istilah bagi orang-orang yang sehari-harinya bekerja menangkap ikan atau biota lainnya yang hidup di dasar, kolam maupun permukaan perairan. Perairan yang menjadi daerah aktifitas nelayan ini dapat merupakan perairan tawar, payau maupun laut. Di negara-negara berkembang seperti di Asia Tenggara atau di Afrika masih banyak nelayan yang menggunakan peralatan yang sederhana dalam menangkap ikan. Nelayan di negara-negara maju biasanya menggunakan peralatan modern dan kapal yang besar dilengkapi teknologi canggih

1.5. Tinjauan Pustaka.

Nelayan merupakan salah satu masyarakat marginal yang seringkali tersisih dari akomodasi kebijakan pemerintah. Problema yang dihadapi masyarakat nelayan sangatlah kompleks mulai dari yang bermuara pada minimnya penghasilan mereka. Seperti halnya

.

Sumberelektronik, 27 juli 2008 “Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia” http://id.wikipwdia.org/wiki/nelayan.

(14)

Asfianti Syafitri Nasution : Strategi Nelayan Tradisional Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga, 2009. USU Repository © 2009

masyarakat petani dan buruh (proletar), masyarakat nelayan pun tercekik jerat kemiskinan yang menyerupai lingkaran setan•

Pada zaman dahulu dalam kehidupan rumah tangga pria bekerja di sektor public dan wanita bekerja di sektor domestic, akan tetapi seiring perkembangan zaman, dan

.

Nelayan juga merupakan salah satu mata pencaharian yang dimiliki oleh masyarakat dalam berinteraksi dengan lingkungan di wilayah pesisir pantai guna untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, dan merupakan sebagian kelompok dari masyarakat yang ikut terkena dampak krisis ekonomi dan secara umum masyarakat miskin.

Emerson (dlm Mubyarto, 1986:160) menyatakan bahwa keluarga nelayan umumnya lebih miskin dari keluarga petani atau pengrajin, menurutnya keluarga nelayan sudah dikenal miskin walaupun tidak terjadi krisis ekonomi. Jika dibandingkan dengan daerah sawah berpengairan maka di daerah pantai dengan mata pencaharian pokok sebagai nelayan, kemiskinan nelayan lebih nyata, tingkat kepadatan penduduk lebih tinggi dan peluang untuk bekerja di sektor perikanan lebih terbatas mereka dihadapkan pada kesulitan lapangan kerja.

Orang yang bekerja biasanya dikelompokkan menjadi 2 (dua) yakni pekerja primer dan pekerja skunder. Pekerja primer adalah pekerja yang bekerja dengan segala kemapanan gaji yang cukup dan lingkungan kerja yang baik. Sedangkan pekerja skunder adalah pekerja yang marginal atau kelas pinggiran. Mereka bekerja dengan keadaan yang tidak menentu dan dengan gaji dan jangka waktu penerimaan yang tidak tertentu pula. Belum lagi lingkungan serta kondisi kerja yang kurang baik, kelompok kerja inilah yang kemudian disebut dengan pekerja sektor informal.

Sumber elektronik, 27 Juli 2008 “Pemberdayaan Masyarakat Nelayan” http://www.walhi.or.id/kedai/masy_buk/.

(15)

Asfianti Syafitri Nasution : Strategi Nelayan Tradisional Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga, 2009. USU Repository © 2009

semakin mendesaknya tuntutan kebutuhan, wanita tidak hanya memerankan peran tradisional sebagai seorang isteri, tetapi juga memerankan dwi peran yaitu seorang isteri dan sekaligus pencari nafkah (Hubeis, 1992:101).

Sementara itu dalam skripsi Tarida Herawati E.S (1997:6) menyatakan bahwa wanita dalam berbagai perkembangan masyarakat telah memberikan sumbangan yang besar dalam perekonomian rumah tangga. Pada masyarakat yang mengalami proses industrialisasi, kebutuhan hidup semakin meningkat, terutama dalam masyarakat kalangan bawah penghasilan suami sering tidak mencukupi kebutuhan rumah tangga.

Seperti yang dinyatakan oleh Warner (dalam Susanto, 1986:85) bahwa sumber pendapatan menentukan status seosial seseorang. Sehubungan dengan ini dijelaskan bahwa bukan jumlah uangnya yang menentukan yang diterima dari sumber tersebut, melainkan status yang dinikmati oleh sumbernya sendiri. Hal ini berarti pekerjaan seseorang memiliki nilai tersendiri yang berbeda dengan pekerjaan orang lain, misalnya pekerjaan di sektor informal dinilai mempunyai prestise yang lebih tinggi dibandingkan pekerjaan di sektor formal. Sehingga dengan sendirinya orang yang bekerja di sektor formal umumnya memiliki status sosial yang lebih tinggi dari pada orang yang bekerja di sektor informal.

Setiap pekerjaan yang dimiliki oleh setiap masyarakat juga berdasarkan pada pengetahuan yang mereka miliki, dan telah menjadi bagian dari kebudayaan mereka dan hal tersebut telah terjadi pada masyarakat nelayan tradisional yang ada di Desa Sei Nagalawan Dusun 3 (tiga) Kec. Perbaungan Kab Serdang Bedagai dalam meningkatkan ekonomi keluarga mereka mampu menambah mata pencaharian lain dari nelayan yaitu

(16)

Asfianti Syafitri Nasution : Strategi Nelayan Tradisional Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga, 2009. USU Repository © 2009

sebagai petani, penganyam tikar dan juga sebagai buruh pabrik dengan sistem pengetahuan yang mereka miliki.

Mata pencaharian sebagai nelayan lebih banyak tergantung kepada perkembangan teknologi, kecuali alat-alat untuk menangkap ikan seperti berbagai macam kail, tombak ikan (harpun), jala dan perangkap ikan. Nelayan juga membutuhkan perahu dengan segala peralatannya untuk melaju dan mengendalikannya. Di samping pengetahuan mengenai ciri-ciri sdan cara hidup dari berbagai macam jenis ikan, nelayan harus mempunyai suatu pengetahuan yang lebih teliti mengenai sifat-sifat laut, angin, dan arus-arusnya (Koentjaraningrat, 1972:34).

Berbagai pengetahuan yang dimiliki oleh nelayan tersebut merupakan bagian dari kebudayaan yang mereka miliki. Manusia dan kebudayaan merupakan kesatuan yang tidak dapat terpisahkan, sementara itu pendukung kebudayaan adalah makhluk manusia itu sendiri. Sekalipun makhluk manusia akan mati, tetapi kebudayaan yang dimilikinya akan diwariskan kepada keturunannya, demikian seterusnya. Koentjaraningrat (dalam Poerwanto, 2005:52) mendefenisikan kebudayaan sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.

Sama halnya dengan Linton (dalam Keesing, 1981:68) yang menyatakan kebudayaan juga merupakan keseluruhan dari pengetahuan, sikap dan pola prilaku yang merupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat tertentu. Kebudayaan sebagai sebuah konsep yang menyatu dalam kehidupan manusia selalu berhubungan dengan kebutuhan hidupnya. Kebudayan juga merupakan sistem pengetahuan atau sistem gagasan yang berfungsi menjadi blue print bagi sikap dan

(17)

Asfianti Syafitri Nasution : Strategi Nelayan Tradisional Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga, 2009. USU Repository © 2009

prilaku manusia sebagai anggota atau warga dari kesatuan sosialnya, tumbuh, berkembang dan berubah sesuai dengan kebutuhan hidup manusia. Secara sederhana Malinowski (dalam Sjairin, 2002:1-2) menyatakan bahwa kebutuhan hidup manusia itu dapat di bagi pada tiga kategori besar yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan biologis, sosial dan psikologis.

Kebutuhan manusia itu dipenuhi dengan cara memanfaatkan sumber daya yang ada dalam lingkungan dan menjadi energi bagi kelangsungan hidupnya. Kebutuhan seorang individu beragam dan bertingkat-tingkat, sehingga usaha-usaha pemenuhan kebutuhan antara satu individu lainnya dapat berbeda. Dengan demikian pola pemanfaatan terhadap sumber daya yang ada antara individu yang satu dengan yang lainnya akan beragam pula.

Dalam rangka mewujudkan proses tersebut, maka yang dibutuhkan adalah kemampuan untuk melakukan identifikasi sumber daya, memanfaatkan dan mengelolanya dengan baik. Dengan demikian, berdasarkan pandangan tersebut, identifikasi sumber daya merupakan salah satu langkah yang strategis dalam proses pembangunan masyarakat. Oleh sebab itu, identifikasi sumber daya juga dapat berfungsi untuk mengangkat sumber daya yang masih terpendam ke atas permukaan realitas sosial, sehingga dapat segera dimanfaatkan dalam rangka peningkatan taraf hidup (Soetomo, 2006:20).

Hal tersebut telah terjadi pada masyarakat nelayan tradisional yang terdapat di Desa Sei Nagalawan, yang melakukan berbagai cara maupun strategi untuk meningkatkan ekonomi keluarga dan untuk meningkatkan taraf hidup dengan adanya

(18)

Asfianti Syafitri Nasution : Strategi Nelayan Tradisional Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga, 2009. USU Repository © 2009

penammbahan mata pencaharian yang nantinya diharapkan dapat mencukupi semua kebutuhan hidup.

1.6. Metode penelitian. 1.6.1. Tipe penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan secara terperinci tentang strategi yang dilakukan nelayan tradisional dalam meningkatkan ekonomi keluarga yang terjadi di Desa Sei Nagalawan Dusun 3 (tiga) Kec. Perbaungan Kab. Serdang Bedagai. Alasan pemilihan lokasi di Desa Sei Nagalawan karena adanya lahan pendukung yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di Desa Sei Nagalawan sebagai mata pencaharian tambahan sebagai petani. Di samping itu, tidak adanya peran pemerintah dalam membantu masyarakatnya untuk meningkatkan maupun mengembangkan sumber daya alam yang ada di Desa Sei Nagalawan, sehingga para nelayan tradisional berusaha untuk mengembangkan dan meningkatkan perekonomian mereka dengan keterbatasan pengetahuan yang dimiliki.

1.6.2. Teknik Pengumpulan Data

Data dapat dibagi atas 2 (dua) kelompok yaitu data primer dan data skunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari lapangan, sedangkan data skunder merupakan data yang diperoleh dari buku, jurnal, studi kepustakaan dll. Data primer di peroleh melalui observasi dan wawancara mendalam.

(19)

Asfianti Syafitri Nasution : Strategi Nelayan Tradisional Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga, 2009. USU Repository © 2009

Observasi yang dilakukan adalah observasi non partisipasi yang dilakukan oleh seorang peneliti tanpa harus ikut terlibat di dalam kehidupan masyarakat yang diteliti. Observasi non partisipasi dilakukan untuk mengamati tentang :

• Kondisi rumah. • Kondisi jalan.

• Kondisi lingkungan maupun kondisi alam

• Aktifitas yang dilakukan oleh para nelayan tradisional dalam kehidupan sehari- hari, mulai dari melaut, bertani, menganyam tikar dan lain sebagainya.

Observasi yang dilakukan dilengkapi dengan kamera photo untuk mengabadikan hal-hal yang tidak terobservasi di lapangan. Di samping itu, hasil photo yang dilakukan dapat dijadikan sebagai penegasan data yang diperoleh di lapangan.

Wawancara mendalam yang dilakukan dipandu pedoman wawancara. Wawancara mendalam dilakukan terhadap informan pangkal, informan kunci dan informan biasa. Informan pangkal merupakan informan awal yang dijumpai yang dianggap dapat membantu peneliti dalam melakukan penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi informan pangkal adalah Kepala Desa di Desa Sei Nagalawan. Informan kunci merupakan informan yang memiliki pengetahuan yang luas tentang masalah yang sedang di teliti. Dalam penelitian ini yang menjadi informan kunci adalah tokoh adapt dan tokoh masyarakat dari kalangan nelayan. Sedangkan yang menjadi informan biasa adalah masyarakat nelayan lainnya yang memiliki mata pencaharian lain selain sebagai nelayan tradisional. Jumlah informan kunci dan informn biasa ditentukan sesuai dengan kebutuhan data yang akan diperoleh.

(20)

Asfianti Syafitri Nasution : Strategi Nelayan Tradisional Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga, 2009. USU Repository © 2009

Wawancara mendalam yang ditujukan kepada informan pangkal untuk memperoleh data mengenai sejarah desa dan data-data penduduk. Wawancara mendalam yang di tujukan kepada informan kunci untuk memperoleh informasi tentang :

1. Persoalan mendasar yang menyebabkan terjadinya kemiskinan nelayan.

2. Fasilitas yang diberikan pemerintah kepada masyarakat di Desa Sei Nagalawan.

3. Program-program yang dilakukan pemerintah untuk mengembangkan potensi sumber daya alam yang ada di Desa Sei Nagalawan

Sedangkan wawancara mendalam yang dilakukan pada informan biasa di;lakukan untuk memperoleh informasi tentang:

1. Besarnya pendapatan dan pengeluaran sebagai nelayan tradisional.

2. Kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi oleh nelayan dalam kehidupan sehari-hari 3. Hal-hal yang dilakukan nelayan sebagai bentuk strategi dalam meningkatkan ekonomi

keluarga.

4. Pendapatan yang diperoleh dari mata pencaharian tambahan.

5. Strategi yang mereka lakukan hasilnya meningkatkan atau mencukupi kebutuhan sehari-hari.

6. Tanggapan mereka atas perubahan tersebut.

1.6.3. Analisa Data.

Analisa data merupakan sebuah pengkajian di dalam data yang mencakup prilaku objek, atau pengetahuan yang teridentifikasi. Beberapa hal yang dilakukan dalam analisa data yaitu: pemilihan, pemilahan, kategorisasi dan evaluasi data. Data yang diperoleh tersebut dianalisis menggunakan teknik analisis domain. Teknik analisis domain

(21)

Asfianti Syafitri Nasution : Strategi Nelayan Tradisional Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga, 2009. USU Repository © 2009

digunakan untuk menganalisis gambaran objek penelitian secara umum, namun relatif utuh tentang objek penelitian. Artinya analisis hasil penelitian ini hanya ditargetkan untuk memperoleh gambaran seutuhnya dari strategi nelayan tradisional dalam meningkatkan ekonomi keluarga yang terjadi di Desa Sei Nagalawan Dusun 3 (tiga) Kec. Perbaungan Kab. Serdang Bedagai. Didalamnya termasuk analisis mengenai strategi dan adanya penambahan mata pencaharian lain yang mereka lakukan untuk meningkatkan ekonomi keluarga.

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1. Sejarah, Letak dan Kondisi Geografis.

Desa Sei Nagalawan sudah berdiri sekitar tahun 1800, yakni pada saat terjadi migrasi suku bangsa Banjar yang berasal dari Pulau Kalimantan menuju Pulau Sumatera. Migrasi yang mereka lakukan bermula pada daerah Langkat Sumatera Utara dengan tujuan membuat atap sebuah bangsal di Perkebunan Langkat. Seiring berjalannya waktu, suku bangsa Banjar tersebut mulai bertambah. Oleh karena itu, mereka meminggir sampai ke daerah Perbaungan. Akibat migrasi tersebut sebahagian suku bangsa Banjar ini menempati daerah Nagalawan.

(22)

Asfianti Syafitri Nasution : Strategi Nelayan Tradisional Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga, 2009. USU Repository © 2009

Pada awalnya daerah ini terdiri dari 2 (dua) desa yakni Desa Sei Nipah dan Desa Nagalawan. Namun, pada masa Penghulu Saman yang memerintah desa pada sekitar tahun 1949, nama desa ini diganti menjadi Desa Sei Nagalawan, yang terdiri dari 3 (tiga) dusun sampai sekarang. Posisi desa yang terletak pada dataran rendah yakni yang berjarak dari laut sekitar 3-4 km. daerah persawahan yang membentang di sekitar desa ini. Pantai yang dekat dengan desa secara alamiah menyebabkan masyarakat memanfaatkan potensi alam yang ada dengan melaut guna untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Desa Sei Nagalawan adalah salah satu desa dari 41 desa yang ada di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai. Desa Sei Nagalawan mempunyai luas wilayah 871 Ha, yang terbagi atas 3 (tiga) dusun yang wilayahnya memiliki batas-batas yakni:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka,

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Lubuk Bayas,

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Teluk Mengkudu, dan - Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pantai Cermin.

Letak Desa Sei Nagalawan adalah 7º 50´ LU 9º 21´ LU dan 97º 18´ BT-98º 42´ BT. Secara geografis jarak Desa Sei Nagalawan ± 14 km dari Kecamatan.

Berdasarkan wawancara dengan Kepala Desa dan beberapa tokoh masyarakat yang mengetahui tentang sejarah Desa Sei Nagalawan, bahwa kepemimpinan Kepala Desa di Desa Sei Nagalawan ini telah berganti sebanyak 8 (delapan) kali, yakni:

Tabel 1.

Kepemimpinan Kepala Desa

No N a m a T a h u n

1 Suman 1940-1952

(23)

Asfianti Syafitri Nasution : Strategi Nelayan Tradisional Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga, 2009. USU Repository © 2009 3 Tuganal 1957-1971 4 Siab 1971-1972 5 Tuganal 1972-1987 6 Umar 1987-2006

7 Ishaq Januari 2006-Juli 2006

8 Sahrum Agustus 2006-Sekarang

Sumber: Data Desember 2007 Diolah Dari Data Kepala Desa

Pada masa kepemimpinan Bapak Umar yakni sekitar tahun 2000, Pemerintah Desa Sei Nagalawan memiliki program kerja guna peningkatan kapasitas dan kegiatan menganyam tikar purun. Program tersebut dilakukan dengan membuat pengelompokkan para pengrajin, sehingga lebih memudahkan dalam hal koordinasi terhadap kebutuhan yang mereka butuhkan, serta dalam hal pendatangan bahan baku yakni tanaman purun

yang ada pada saat itu mulai sulit ditemukan. Namun, program kerja tersebut tidak berlangsung lama. Hanya bertahan sampai akhir masa kepemimpinan kepala Desa Umar. Sampai saat ini, Kepala Desa yang menjabat tidak memiliki program kerja yang dapat meningkatkan kapasitas dan kegiatan menganyam. Menurut pengakuan dari Kepala Desa Sahrum faktor yang menghambat tidak berjalannya lagi program kerja Kepala Desa

Umar disebabkan mulai sulitnya mendapatkan bahan baku yakni tanaman purun,

sehingga jika ada maka tersedia dengan harga tinggi. Oleh karena itu, yang menjadi pengrajin saat ini hanyalah beberapa orang pengrajin saja yang memiliki cukup modal.

Kondisi jalan menuju Desa Sei Nagalawan dari simpang Sei Buluh sangat buruk. Tanah dan bebatuan yang apabila hujan akan becek dan licin. Perjalanan dari Simpang Sei Buluh ke Desa Sei Nagalawan sekitar 10 km. mereka sudah meminta kepada Pemerintah Daerah untuk memperbaiki jalan, namun sampai sekarang tidak ada tanggapan dari Pemerintah daerah. Walaupun dengan kondisi jalan mereka yang seperti

(24)

Asfianti Syafitri Nasution : Strategi Nelayan Tradisional Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga, 2009. USU Repository © 2009

itu, mereka tidak pernah berputus asa untuk menjalankan aktivitas mereka baik sebagai nelayan, pengnyam tikar bagi para isteri nelayan, buruh dan petani.

Kondisi alam dan lingkungan di Desa Sei Nagalawan terawat dengan baik, mulai dari kondisi pantai sebagai tempat pariwisata, lahan persawahan, mangrove dan tanaman lain. Begitu juga dengan kondisi desa ataupun kondisi lingkungannya yang terlihat sangat bersih. Mereka sangat mengutamakan kebersihan agar kesehatan selalu terjaga. Namun, sumber daya alam tersebut mereka kelola sendiri karena ketidak pedulian Pemerintah Daerah terhadap sumber daya alam yang ada di Desa Sei Nagalawan begitu juga dengan masyarakatnya. Lain halnya dengan hutan mangrove yang tidak terawat dan tumbuh liar di sepanjang perjalanan menuju Desa Sei Nagalawan, adapun yang terawat hanya sekitar 2 (dua) Ha itupun mereka kelola sendiri dengan baik, setelah selebihnya mereka jadikan sebagai lahan persawahan guna untuk meningkatkan ekonomi keluarga yang hasilnya pun cukup menguntungkan bagi masyarakat desa Sei Nagalawan dalam pemenuhan kebutuhan keluarga. Kondisi lingkungan di Desa Sei Nagalawan terlihat begitu sejuk dan bersih, yang sangat dirawat oleh masyarakat setempat karena bagi mereka kebersihan harus tetap terjaga agar dapat terhindar dari segala macam penyakit.

(25)

Asfianti Syafitri Nasution : Strategi Nelayan Tradisional Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga, 2009. USU Repository © 2009

Jumlah penduduk di Desa Sei Nagalawan adalah 2438 jiwa pada tahun 2007, yang terdiri dari 600 kepala keluarga dan tersebar ke dalam 3 (tiga) dusun yang ada. Adapun persebaran penduduk menurut dusun dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2.

Jumlah Penduduk Setiap Dusun

No Dusun Jumlah Penduduk (Jiwa) % 1 Dusun I 905 37,1 2 Dusun II 741 30,3 3 Dusun III 792 32,4 Total 2438 100

Sumber: Data Desember 2007 Diolah Dari Data Kepala Desa

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk yang terbanyak adalah penduduk yang terdapat di dusun I (satu) dengan jumlah penduduk 905 jiwa, karena letaknya berdekatan dengan kantor Kecamatan yang juga dekat dengan kota, sehingga memudahkan masyarakat di dusun I (satu) dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit terdapat di dusun II (dua) dan di dusun III (tiga) dengan jumlah penduduk 741 dan 792 jiwa. Hal ini disebabkan karena letak kedua dusun tersebut di pedalaman yang jauh dari fasilitas kota, sehingga menyulitkan mereka untuk melakukan aktifitasnya.Di dusun III inilah pengrajin tikar anyaman paling banyak berdomisili serta melakukan aktifitas sebagai pengrajin dan juga yang paling banyak memiliki mata pencaharian tambahan lain yaitu sebagai petani.

Posisi desa yang terletak di dataran rendah sehingga membuat tanah-tanah yang ada di desa ini berpasir dengan kondisi rumah-rumah permanen/beton yang di tempati

(26)

Asfianti Syafitri Nasution : Strategi Nelayan Tradisional Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga, 2009. USU Repository © 2009

oleh penduduk yang memiliki tingkat ekonomi lebih tinggi dibandingkan yang lain. Persawahan yang membentang mengelilingi daerah ini, serta perladangan yang di tanami tanaman purun (Pandanus Furcatus). Namun, daerah rawa ini sudah mulai jarang ditemukan, hal ini disebabkan terlalu banyak binatang-binatang yang berasal dari daerah rawa yang merusak tanaman di sawah, sehingga daerah rawa mulai jarang di tanami tanaman purun.

Daerah yang sebelumnya banyak di tanami tanaman purun, mangrove dan sawit, sekarang dijadikan lahan persawahan karena banyak dari penduduk setempat memiliki mata pencaharian lain di samping nelayan dan menganyam tikar guna untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Bangunan-bangunan bersejarah yang menandakan identitas daerah/suku bangsa tidak tampak di desa ini, hanya beberapa bangunan saja yang terdapat di Desa Sei Nagalawan dusun 3 (tiga) yakni: bangunan sekolah, tempat ibadah, serta kantor pemerintahan desa yang dalam kesehariannya sangat jarang di tempati oleh aparat pemerintah desa. Namun, bahasa yang mereka gunakan masih menandakan logat suku bangsa Banjar yang kental.

Tabel 3.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Golongan Umur

No Golongan Umur Jumlah (Jiwa)

1 0-5 tahun 327 2 6-12 tahun 359 3 13-16 tahun 230 4 17-20 tahun 213 5 21-59 tahun 1177 6 60 tahun ke atas 138 Jumlah 2438

Sumber: Data Desember 2007 Diolah Dari Data Kepala Desa

(27)

Asfianti Syafitri Nasution : Strategi Nelayan Tradisional Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga, 2009. USU Repository © 2009

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk terbanyak yaitu pada kelompok umur 21-59 tahun yaitu sebanyak 1177 jiwa, sedangkan yang paling sedikit adalah kelompok umur 60 tahun ke atas yaitu 132 jiwa. Dari tabel di atas juga dapat dilihat bahwa usia kerja yang paling banyak yaitu pada usia kerja 21-59 tahun. ini berarti bahwa masyarakat di Desa Sei Nagalawan hanya memanfaatkan sumber daya alam yang ada di Desa Sei Nagalawan saja yaitu sebagai nelayan dan tidak ada peluang untuk bekerja di luar Desa Nagalawan.

Jumlah penduduk berdasarkan suku bangsa dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa

No Dusun Angka (Jiwa) % 1 Melayu 616 25,2 2 Batak 205 8,4 3 Karo 18 0,7 4 Mandailing 43 1,8 5 Banten 20 0,8 6 Banjar 1092 44,8 7 Jawa 373 15,3 8 Minang 31 1,3 9 Tionghoa 8 0,3 10 Aceh 32 1,3 Total 2438 100

Sumber: Data Desember 2007 Diolah Dari Data Kepala Desa

Dari daftar tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk yang tinggal di desa ini adalah keturunan suku bangsa Banjar yang memiliki mata pencaharian sebagai nelayan tradisional yang berjumlah 1092 jiwa. suku bangsa Melayu pada peringkat ke dua yakni berjumlah 616 jiwa, sedangkan suku bangsa Jawa terbanyak ke tiga yang

(28)

Asfianti Syafitri Nasution : Strategi Nelayan Tradisional Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga, 2009. USU Repository © 2009

berjumlah 362 jiwa. Batak merupakan suku bangsa terbanyak ke empat yang berjumlah 202 jiwa, Mandailing 43 jiwa, Karo 18 jiwa, Banten 20 jiwa dan Tionghoa merupakan minoritas suku yang berjumlah 8 jiwa. Suku bangsa Batak yang ada di Desa Sei Nagalawan mereka memiliki mata pencaharian yang juga sebagai nelayan, tetapi sebagian dari mereka memiliki mata pencaharian sebagai toke ataupun rentenir yang memberikan pinjaman kepada masyarakat lain yang tinggal di Desa Sei Nagalawan.

Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Dusun SD SLTP SLTA D1-D3 Angka (jiwa) % Angka (jiwa) % Angka (jiwa) % Angka (jiwa) % 1 I 97 59,1 43 26,2 21 12,8 3 1,8 2 II 116 70,3 33 2,0 16 9,6 - - 3 III 124 71,6 32 18,4 17 9,8 - - Jumlah 337 108 54 3

Sumber: Data Desember 2007 Diolah Dari Data Kepala Desa

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk yang mengenyam pendidikan formal sangat minim, apabila dibandingkan dengan jumlah keseluruhan dari penduduk Desa Sei Nagalawan, dan dapat dilihat dari keseluruhan jumlah tingkat pendidikan yang rata-rata hanya mengenyam pendidikan hanya tingkat SD (sekolah dasar) saja denjan jumlah 337 jiwa. hal tersebut disebabkan karena keterbatasan ekonomi yang dimiliki, sehingga banyak dari penduduk Desa Sei Nagalawan yang tidak bersekolah. Sangat kecilnya jumlah angka tingkat pendidikan di desa ini menyebabkan

(29)

Asfianti Syafitri Nasution : Strategi Nelayan Tradisional Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga, 2009. USU Repository © 2009

masih banyaknya penduduk desa yang masih buta huruf terutama dikalangan penduduk yang berusia 60 tahun ke atas. Sebahagian penduduk yang lain hanya sampai batas dapat membaca dan menulis, selebihnya mereka tidak terlalu mempersoalkan akan pentingnya pendidikan, yang berdampak langsung pada aktifitas-aktifitas lainnya. Terutama aktifitas ekonomi yang sangat minim dalam hal membantu perekonomian keluarga guna untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sementara itu, adapun yang mengenyam pendidikan di tingkat SLTP, SLTA bahkan ada yang sampai tingkat ke perguruan tinggi, tetapi hanya mengambil tingkat D1-D3. Hal tersebut mereka lakukan hanya bagi keluarga yang memiliki perekonomian yang jauh dari kemiskinan dan biasanya anak dari para toke ataupun anak dari para aparat desa. Namun, walaupun demikian dalam hal bertani mereka memiliki pengetahun yang sangat baik selain mata pencaharian sebagai nelayan yang mereka dapatkan melalui proses belajar. Hal tersebut menyebabkan para nelayan tradisional tidak pernah untuk berputus asa guna untuk meningkatkan perekonomian mereka.

Jumlah penduduk berdasarkan jenis mata pencaharian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 6.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian

Mata Pencaharian Dusun I II III Angka (jiwa) % Angka (jiwa) % Angka (jiwa) % Karyawan 55 16,3 25 10,9 22 11,8 Wiraswasta 37 11,0 49 21,4 34 18,3 Jasa 24 7,1 6 2,6 18 9,7 Petani 138 41 126 55 48 25,9

(30)

Asfianti Syafitri Nasution : Strategi Nelayan Tradisional Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga, 2009. USU Repository © 2009 Buruh 72 21,4 8 3,5 3 1,6 Nelayan 2 0,6 10 4,4 5 2,7 Pengrajin 8 2,4 5 2,2 55 29,7 Jumlah 336 100 229 100 185 100

Sumber: Data Desember 2007 Diolah Dari Data Kepala Desa.

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa penyebaran mata pencaharian penduduk Desa Sei Nagalawan yang memiliki mayoritas mata pencaharian sebagai petani, nelayan dan pengrajin yang tersebar di ketiga dusun tersebut. Mata pencaharian yang minim tampak pada tabel di atas, yakni mayoritas penduduk banyak bekerja pada sektor informal. Tampak langsung pada pola kehidupan masyarakat Desa Sei Nagalawan yang sangat sederhana. Hal tersebut juga disebabkan oleh keterbatasan sistem pengetahuan yang dimiliki, sehingga menyulitkan mereka untuk bekerja di luar dari sektor perikanan dan pertanian. Namun, walaupun dengan demikian mata pencaharian yang dimiliki oleh masyarakat tradisional di Desa Sei Nagalawan, mampu membuat mereka untuk bertahan hidup sampai sekarang ini.

Tabel 7.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

No Dusun

Islam Katholik Protestan Angka (jiwa) % Angka (jiwa) % Angka (jiwa) % 1 I 703 28,8 53 2,1 149 6,1 2 II 560 22,9 - - 181 7,4 3 III 590 24,2 25 1,0 177 7,2 Jumlah 1853 78 507

Sumber: Data Desember 2007 Diolah Dari Data Kepala Desa

(31)

Asfianti Syafitri Nasution : Strategi Nelayan Tradisional Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga, 2009. USU Repository © 2009

Tampak jelas pada tabel bahwasannya agama Islam merupakan agama mayoritas penduduk yang mendiami di Desa Sei Nagalawan tersebut. Agama Kristen Protestan menduduki peringkat ke dua terbanyak, setelah itu terdapat agama Kristen Katolik. Namun, pada kenyataannya mereka dapat hidup secara membaur tanpa hadirnya konflik yang berbau agama.

Saling berbaur dan hormat menghormati antara sesama pemeluk agama di desa ini, tampak langsung pada saat perayaan hari besar keagamaan. Pada saat perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW serta perayaan Hari Raya Idul Fitri serta Natal. Pada waktu tersebut antara sesama pemeluk agama biasanya mereka saling mengundang antara sesama pemeluk agama untuk saling mengunjungi rumah mereka masing-masing. Kelompok mayoritas dan minoritas berdasarkan agama yang dianut tidak berpengaruh terhadap perlakuan dalam pembangunan desa. Rumah-rumah ibadah berdiri tegak walaupun dengan jumlah bangunan fisik yang tidak selalu ramai ditangani pemeluk agama masing-masing guna menjalankan ajaran agamanya masing-masing. Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa sistem kekeluargaan yang mereka miliki cukup erat dan tidak pernah terjadi konflik antar sesama pemeluk agama, jika pun terjadi konflik mereka selalu melakukan musyawarah untuk mencari solusi dan berakhir dengan baik.

2.3. Sistem Mata Pencaharian Masyarakat di Desa Sei Nagalawan.

Mata pencaharian merupakan suatu aktifitas usaha yang dilakukan oleh kebanyakan orang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ada banyak bentuk yang dilakukan oleh orang sebagai mata pencahariannya. Lingkungan dimana tempat mereka tinggal juga memberikan pengaruh yang cukup besar mengenai karakteristik mata

(32)

Asfianti Syafitri Nasution : Strategi Nelayan Tradisional Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga, 2009. USU Repository © 2009

pencaharian yang dijalankan oleh mereka, seperti pada daerah pedesaan dimana umumnya mereka hidup dengan mengandalkan hasil agraris seperti bertani dan juga memanfaatkan sumber daya alam yang ada di lingkungannya seperti nelayan yang memanfaatkan laut untuk mencari ikan guna untuk kebutuhan hidupnya.

Sistem mata pencaharian tradisional merupakan berbagai macam sistem ekonomi yang hanya terbatas pada sistem-sistem yang bersifat tradisional saja, terutama dalam rangka perhatian terhadap kebudayaan sesuatu suku bangsa secara holistik. Menurut Koentjaraningrat (1972:32) menyebutkan adanya Berbagai sistem mata pencaharian, antara lain:

a. berburu dan meramu b. perikanan

c. bercocok tanam di lading d. bercocok tanam menetap e. peternakan, dan

f. perdagangan.

Sistem mata pencaharian hidup masyarakat di Desa Sei Nagalawan umumnya adalah sebagai nelayan tradisional yang memanfaatkan sumber daya alam yang ada di Desa Sei Nagalawan khususnya pantai yang mereka jadikan sebagai tempat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti yang dikatakan oleh Koentjaraningrat (1972:33) di samping berburu dan meramu, mencari ikan juga merupakan suatu mata pencaharian hidup makhluk manusia yang amat tua. Manusia zaman purba yang kebetulan hidup di dekat sungai, danau atau laut, pokoknya yang di dekat air telah mempergunakan sumber alam itu untuk keperluan hidupnya. Waktu manusia mengenal bercocok tanam, mencari

(33)

Asfianti Syafitri Nasution : Strategi Nelayan Tradisional Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga, 2009. USU Repository © 2009

ikan sering dilakukan sebagai mata pencaharian tambahan. Sebaliknya, masyarakat nelayan yang mencari ikan sebagai mata pencaharian hidupnya yang utama, di samping itu toh juga bertani atau berkebun.

Di Desa Sei Nagalawan terdapat program kerja yang dilakukan oleh Kepala Desa guna untuk meningkatkan sistem mata pencaharian hidup masyarakat Desa Sei Nagalawan khususnya dalam mengembangkan pusat kerajinan tangan, yaitu menganyam tikar purun yang merupakan salah satu mata pencaharian lain yang dilakukan oleh para isteri nelayan. Program kerja tersebut juga dilakukan untuk peningkatan kapasitas dan kegiatan menganyam tikar purun dengan membuat pengelompokkan para pengrajin sehingga lebih memudahkan dalam hal koordinasi terhadap kebutuhan yang mereka butuhkan serta dalam hal pendatangan bahan baku yakni tanaman purun yang sudah mulai sulit untuk ditemukan. Namun, program kerja tersebut tidak berlangsung lama dan hanya mampu bertahan pada masa kepemimpinan Kepala Desa Umar saja. Sementara itu, Kepala Desa yang menjabat sekarang ini tidak memiliki program kerja yang dapat meningkatkan sistem mata pencaharian hidup di Desa Sei Nagalawan khususnya dalam menganyam tikar purun yang disebabkan karena mulai sulitnya mendapatkan bahan baku yaitu tanaman purun, kalaupun ada harganya juga akan menjadi mahal. Oleh karena itu, yang menjadi pengrajin anyaman tikar purun adalah beberapa orang saja itu pun bagi mereka yang memiliki cukup modal untuk membeli bahan bakunya.

Dengan tidak adanya program kerja yang dilakukan oleh Kepala Desa Sei Nagalawan guna untuk meningkatkan sistem mata pencaharian hidup mereka, masyarakat desa tersebut berusaha untuk mengembangkan sendiri sistem mata pencahariannya dengan sistem pengetahuan yang dimiliki, meskipun pengetahuan yang mereka miliki

(34)

Asfianti Syafitri Nasution : Strategi Nelayan Tradisional Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga, 2009. USU Repository © 2009

cukup terbatas. Akan tetapi, mereka tetap terus untuk mempertahankan kerajinan tangan yang dimiliki yang merupakan peninggalan dari nenek moyang. Sampai sekarang ini pun mereka mampu mengembangkan anyaman tikar purun dan juga melaut tanpa ada peran maupun bantuan dari Pemerintah Daerah khusunya dari Kepala Desa Sei Nagalawan.

2.4. Sarana Fisik.

Sarana fisik merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam kehisupan bermasyarakat. Sarana fisik merupakan sarana umum yang digunakan oleh suatu masyarakat untuk melakukan aktifitas sehari-hari, khususnya yang berhubungan dengan kepentingan umum. Di Desa Sei Nagalawan yang meliputi 3 (tiga) dusun Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai terdapat sarana-sarana fisik yaitu antara lain: a. sarana kesehatan

b. sarana pendidikan c. sarana ibadah d. sarana transportasi e. sarana hiburan, dan f. sarana perdagangan

2.4.1. Sarana Kesehatan

Di Desa Sei Nagalawan terdapat 1 (satu) sarana kesehatan, sarana kesehatan tersebut berupa balai pengobatan yang biasanya ditangani oleh bidan. Saran kesehatan tersebut yang selalu dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk mengobati segala macam penyakit mereka yang letaknya di dusun I dengan jarak ± 2 km dari Desa Sei

(35)

Asfianti Syafitri Nasution : Strategi Nelayan Tradisional Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga, 2009. USU Repository © 2009

Nagalawan. Sarana kesehatan tersebut juga sellu dikunjungi oleh masyarakat setempat jika mereka mengalami keluhan-keluhan seperti demam, batuk serta flu. Jika balai pengobatan tersebut tidak mampu menangani penyakit mereka yang tergolong cukup parah maka akan disarankan untuk dibawa ke rumah sakit yang letaknya di Perbaungan dengan jarak tempuh ± 11 km dengan perjalanan 1 jam.

2.4.2. Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan di Desa Sei Nagalawan masih sedikit. Hal tersebut dikarenakan jarak yang mereka tempuh cukup jauh yang memerlukan alat transportasi. Di samping itu, karena keterbatasan ekonomi yang dimiliki oleh masyarakat Desa Sei Nagalawan, sehingga banyak diantara mereka yang tidak mampu untuk membayar pendidikannya bahkan ada yang tidak bersekolah sama sekali yang mengakibatkan perekonomian mereka tidak pernah maju karena masyarakat yang tinggal di Desa Sei Nagalawan masih banyak yang buta huruf. Oleh karena itu, sarana pendidikan yang terdapat di Desa Sei Nagalawan masih sangat sedikit. Dengan demikian, pemerintah hanya dapat membantu melalui pembangunan sekolah untuk memudahkan masyarakat di Desa Sei Nagalawan agar dapat bersekolah tanpa membayar biaya apapun, tetapi tanpa menyediakan fasilitas yang lengkap bagi anak-anak di Desa Sei Nagalawan.

2.4.3. Sarana Ibadah

Tabel 8.

Jumlah Sarana Ibadah

No Dusun Mesjid Mushollah Gereja Jumlah

1 I 1 1 1 3

(36)

Asfianti Syafitri Nasution : Strategi Nelayan Tradisional Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga, 2009. USU Repository © 2009

3 III 1 1 2 4

Sumber: Data Desember 2007 Di Olah Dari Data Kepala Desa

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah sarana ibadah yang terdapat di Desa Sei Nagalawan yakni dusun 3 (tiga) adalah 4 (empat) buah bangunan yang terdiri dari 1 (satu) mesjid, 1 (satu) mushollah dan 2 (dua) gereja. Namun, walaupun demikian mereka tetap menjalankan ibadahnya sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Jumlah sarana ibadah yang terdapat di Desa Sei Nagalawan memang tidak banyak, karena biaya yang mereka butuhkan untuk membangun sarana ibadah tidaklah ada. Di samping itu, pemerintah tidak pernah tahu dengan kondisi masyarakatnya, apalagi dengan kebutuhan-kebutuhan fisik yang diperlukan oleh masyarakat di Desa Sei Nagalawan.

2.4.4. Sarana Transportasi

Sarana transportasi yang terdapat di Desa Sei Nagalawan berupa alat angkutan umum (angkot), becak mesin dan ojek. Perjalanan menuju Desa Sei Nagalawan ± 45 menit dengan jarak tempuh 8 km dari simpang Sei Buluh. Dari simpang Sei Buluh menuju Desa Sei Nagalawan menggunakan becak mesin ataupun ojek dengan tarif Rp 5.000;00/orang. Sementara itu, sarana transportasi yang digunakan oleh masyarakat di Desa Sei Nagalawan adalah berupa sepeda motor karena sebahagian masyarakat di desa ini memiliki kendaraan sendiri untuk melakukan aktivitas mereka masing-masing.

(37)

Asfianti Syafitri Nasution : Strategi Nelayan Tradisional Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga, 2009. USU Repository © 2009

Sarana hiburan yang terdapat di Desa Sei Nagalawan berupa Tv dan Radio dan Handphone sebagai alat komunikasi yang hampir semua penduduk desa memiliki sarana tersebut. Selain itu, jika ada pesta perkawinan tidak lagi menggunakan musik tradisional yang mereka tampilkan tetapi sudah menggunakan keyboard, dan jika ada kemalangan mereka hanya melakukan semacam perkumpulan seperti kenduri bagi yang beragama islam. Sarana hiburan tersebut sudah berlangsung lama tanpa ada membeda-bedakan suku diantara mereka. Sarana hiburan lain yang mereka miliki adalah pantai, karena lokasi tempat tinggal mereka yang juga dijadikan sebagai tempat wisata bagi mereka yang jika pada hari libur selalu ramai dikunjungi tidak hanya dari desa tersebut saja tetapi juga dari luar tempat tinggal mereka.

2.4.6. Sarana Perdagangan

Sarana perdagangan yang mereka miliki hanya berupa kedai/toko kelontong yang bentuknya juga sangat sederhana dan itu merupakan milik pribadi. Kedai/toko kecil tersebut menjual makanan, minuman, rokok, sandal, obat-obatan dan juga sayur-sayuran seadanya. Sarana perdagangan tersebut mereka buat karena jarak pasar dengan tempat tinggal mereka sangat jauh yang disebut dengan Pasar Bengkel yang juga menjual segala jenis kebutuhan mereka.

(38)

Asfianti Syafitri Nasution : Strategi Nelayan Tradisional Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga, 2009. USU Repository © 2009

BAB III

KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA SEI

NAGALAWAN

Masyarakat di Desa Sei Nagalawan khususnya nelayan tradisional, memiliki permasalahan ekonomi yang benar-benar sulit dihadapi sebelum mereka memiliki penambahan mata pencaharian hidup. Kehidupan yang dihadapi para nelayan di mulai dari kurangnya alat tangkap, perahu yang digunakan masih sangat tradisional adapun yang menggunakan perahu motor namun, sangat sulit mendapatkan Bahan Bakar Minyak (BBM), dan rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki sehingga menyulitkan mereka untuk bekerja di sektor formal. Hal tersebut yang membuat perekonomian mereka semakin menurun yang berdampak pada sulitnya nelayan dalam memenuhi kebutuhan

(39)

Asfianti Syafitri Nasution : Strategi Nelayan Tradisional Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga, 2009. USU Repository © 2009

hidup keluarga. Hal tersebut dapat digambarkan melalui kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat desa Sei Nagalawan.

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang sangat dikenal dengan istilah bangsa yang majemuk. Demikianlah istilah yang masih selalu terdengar dan masih di dengung-dengungkan oleh masyarakat Indonesia sendiri, masyarakat yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa, agama, ras dan berbagai budaya. Keanekaragaman suku di Indonesia sendiri seperti dua sisi mata uang yang berlainan. Terkadang menjadi sebuah polemic yang menimbulkan sebuah konflik ataupun sesuatu hal yang menjadi sumber kreatifitas serta tradisi yang harus selalu di jalankan dan di lestarikan guna tetap terjaganya originalitas (keaslian) budaya Indonesia sendiri, yang pada dasarnya sebagai actor utama adalah para penganut kebudayaan tersebut.

Di Desa Sei nagalawan sendiri merupakan salah satu desa dari 41 desa yang ada di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai. Desa ini merupakan desa yang memiliki suku mayoritas suku bangsa Banjar yang berasal dari Kalimantan Selatan, yang telah mendiami daerah ini sejak masa Kolonial Belanda. Nenek moyang suku bangsa Banjar sendiri melakukan proses perpindahan tempat tinggal atau yang lebih dikenal dengan istilah migrasi dari Kalimantan Selatan sebagai daerah asal menuju Pulau Sumatera dan tepatnya di Desa Sei Nagalawan.

Proses tempat tinggal yang dilakukan suku bangsa Banjar yang ada di Kalimantan Selatan menuju desa Sei Nagalawan membawa sebuah bentuk kebudayaan (in hand) suku bangsa banjar yakni aktifitas sebagai nelayan dan menganyam tikar. Aktifitas tersebut sudah dilakukan oleh nenek moyang mereka pada masa Kolonial Belanda yang pertama

(40)

Asfianti Syafitri Nasution : Strategi Nelayan Tradisional Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga, 2009. USU Repository © 2009

sekali menginjakkan kakinya di Desa ini dan terus melanjutkan kebudayaan asal mereka hingga berujung pada peningkatan pendapatan keluarga.

Kehidupan sosial masyarakat yang penuh dengan suasana religi yang sangat kental, tersirat pada berdiri kokohnya sebuah Surau/Mushollah yang selalu ramai di kunjungi umat muslim penduduk daerah ini untuk beribadah serta dijadikan tempat dalam memperingati hari-hari besar umat Islam yang telah menjadi tradisi di Desa ini. Suasana kekeluargaan dan etnis yang kental tampak dari keseluruhan penduduk desa Sei Nagalawan yang mana satu sama lain masih saling mengenal, bertutur sapa dengan baik serta suku bangsa Banjar yang mayoritas mendiami daerah ini dengan logat Banjar yang masih tetap terjaga.

Kehidupan sosial yang cukup mengesankan karena pada dasarnya kondisi geografis yang cukup jauh dari Ibukota Propinsi yaitu Medan yang cukup sesak. Namun, dari sektor pendidikan daerah ini cukup banyak tertinggal baik dari segi infrastruktur maupun secara structural. Hal ini tampak pada pendidikan yang telah disajikan bahwa masih banyaknya jumlah penduduk yang memiliki tingkat pendidikan hanya sampai pada Sekolah Dasar (SD) saja, bahkan banyak pula dari penduduk desa Nagalawan ini yang sama sekali tidak pernah mengenyam pendidikan (buta huruf). Apabila dibandingkan jumlah penduduk desa Sei Nagalawan secara keseluruhan, tentunya persentase penduduk yang mengenyam pendidikan pada tingkat perguruan tinggi yakni dengan jumlah terbatas, hanya sampai pada tingkat Diploma. Penduduk yang sama sekali tidak mengenyam pendidikan mayoritas adalah penduduk yang berumur lanjut usia serta para orang tua (generasi tua).

(41)

Asfianti Syafitri Nasution : Strategi Nelayan Tradisional Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga, 2009. USU Repository © 2009

Sedangkan generasi muda masih banyak yang bersekolah, walaupun harus menempuh jarak yang cukup jauh dari desa mereka, karena apabila mengharapkan infra struktur pendidikan di Desa Sei Nagalawan tentunya tidak memadai. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya perhatian pemerintah dalam memberikan pendidikan yang layak bagi masyarakatnya. Namun, tidak semua dari penduduk desa yang tidak memiliki pendidikan, karena bagi mereka pendidikan juga merupakan hal yang penting dalam menambah ilmu pengetahuan.

Tabel 9.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan.

SD SLTP SMA D1-D3 Jumlah NO Dusun Angka (jiwa) % Angka (jiwa) % Angka (jiwa) % Angka (jiwa) % Angka (jiwa) % 1 I 96 59,1 43 26,2 21 12,8 3 1,8 164 32,6 2 II 116 70,3 33 2,0 16 9,6 - - 165 32,8 3 III 124 71,6 32 18,4 17 9,8 - - 173 34,4 Total 502 100

Sumber: Data Desember 2007

Diolah dari data kepala Desa dan survei langsung.

Minimalitas infra struktur pendidikan tampak langsung pada segi kualitas dan kuantitas yakni bangunan-bangunan sekolah yang sangat sederhana dan kurang memadai dengan jumlah bangunan sekolah yang dapat dihitung dengan jari tangan. Hal ini cukup memiliki efek langsung yang negatif terhadap pola piker masyarakat di Desa ini yang pada umumnya bersifat tertutup (eksklusif). Lebih jelas terlihat pada aktifitas ekonomi yang dilakoni penduduk di Desa ini yang lebih banyak terlibat pada sektor informal apabila dibandingkan dengan sektor formal.

(42)

Asfianti Syafitri Nasution : Strategi Nelayan Tradisional Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga, 2009. USU Repository © 2009

Tabel 10.

Jumlah Bangunan Sekolah.

No Dusun Taman kanak-kanak SD

1 I - -

2 II - 1

3 III 1 1

Sumber: Data Desember 2007 Diolah Dari Data Kepala Desa.

3.1. Sistem Kekerabatan Pada Masyarakat di Desa Sei Nagalawan.

Sistem kekerabatan adalah bentuk awal dari organisasi manusia sebelum berkembang menjadi organisasi sosial, politik dan internasional. Kekerabatan didasarkan ikatan perkawinan, dari perkawinan anak cucu lalu organisasi manusia makin luas dan didasarkan kepada pertalian darah dalam kelompok yang lebih besar. Kekerabatan dan pertalian darah berkembang menjadi suku (clan) dan suku bangsa yang kemudian suku bangsa didasarkan kepada persamaan kebudayaan (Paz, 1997:7).

Sistem kekerabatan pada masyarakat di Desa Sei Nagalawan bersifat parental yang mengambil garis keturunan baik dari ayah maupun dari ibu, tetapi sistem kekerabatan tersebut sudah tidak berlaku lagi bagi mereka. Sistem kekerabatan ini sudah berlangsung sejak lama, yang menyebabkan masyarakat di Desa Sei Nagalawan menjadi keluarga yang luas yang tidak hanya terdiri dari satu suku bangsa saja. Namun, dalam sistem perkawinan, mereka tidak mewajibkan keturunan-keturunan nya harus menikah dengan satu suku bangsa saja yang mayoritas dari mereka ber suku bangsa Banjar. Bagi

(43)

Asfianti Syafitri Nasution : Strategi Nelayan Tradisional Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga, 2009. USU Repository © 2009

mereka semua suku itu sama, asalkan mereka itu seiman karena kesemua dari masyarakat yang tinggal di Desa Sei Nagalawan beragama Islam.

Sistem kekerabatan yang terjalin pada masyarakat di Desa Sei Nagalawan berdasarkan pada sistem kekeluargaan. Oleh karena itu, setiap mengambil keputusan baik dalam hal apapun keluarga mempunyai peranan yang sangat penting khususnya dalam hal perkawinan anak-anak mereka. Perkawinan pada masyarakat di Desa Sei Nagalawan, jika sudah menikah kebanyakan dari mereka menikah dengan perempuan atau laki-laki di luar wilayahnya. Namun, kebanyakan perempuan di Desa Sei Nagalawan yang selalu mendapatkan jodohnya di luar dari suku dari suku bangsa Banjar, yakni bersuku bangsa Jawa dan setelah menikah tinggal di Desa Sei Nagalawan. Oleh karena itu, masyarakat yang tinggal di Desa tersebut masih mempunyai hubungan persaudaraan.

Walaupun demikian, dalam sistem perekonomian mereka tidak pernah menyangkut pautkan hubungan kekerabatan dengan sistem mata pencahariannya. Misalnya saja, dalam kepemilikan sawah ataupun lahan pertanian, jika saudara mereka memiliki lahan kosong yang tidak terpakai ataupun tidak dikelola, merek meminjamkan lahan tersebut untuk dikelola kepada sanak saudara yang tidak memiliki lahan pertanian, dengan imbalan membayar uang sewa sebesar Rp 5000;00/hari dan jika sudah panen hasilnya dibagi dua. Pertanian bagi mereka hanyalah sebagai mata pencaharian tambahan.

Mata pencaharian utama mereka adalah sebagai nelayan. Para nelayan di Desa Sei Nagalawan juga masih memiliki hubungan persaudaraan, tetapi dalam hal ekonomi mereka juga tidak pernah memandang hubungan tersebut. Dalam hal kepemilikan alat tangkap, jika ada nelayan yang tidak memiliki alat tangkap dapat meminjamnya kepada para toke dengan catatan hasil tangkapan tersebut dari melaut juga dibagi dua, mau tidak

(44)

Asfianti Syafitri Nasution : Strategi Nelayan Tradisional Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga, 2009. USU Repository © 2009

mau demi untuk kelangsungan hidup keluarga nelayan tersebut, mereka menyanggupinya meskipun hubungan antara nelayan dan toke tersebut masih ada hubungan saudara dari hasil perkawinan. Walaupun demikian, mereka tidak pernah mengeluh dan tidak pernah merasa dirugikan oleh para toke yang juga dianggap sebagai pemilik modal, karena bagi mereka pekerjaan adalah pekerjaan yang tidak boleh dikaitkan dengan sistem kekerabatan. Hal tersebutlah yang membuat sistem kekerabatan yang terjalin selama ini tidak pernah terjadi konflik, jika pun terjadi konflik selalu dapat menyelesaikannya dengan jalan kekeluargaan atau musyawarah.

3.2. Hubungan Sosial Pada Masyarakat Desa Sei Nagalawan.

Manusia sebagai makhluk sosial harus dapat mempergunakan pikiran, perasaan dan kehendak agar dapat menyesuaikan diri serta berhadapan dengan lingkungan hidupnya. Untuk itu ia harus berhubungan dengan individu lain, baik di dalam keluarga maupun dengan kelompoknya. Hubungan yang terjadi antara individu dengan individu atau antara individu dengan kelompok yang menyangkut hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi dan juga mempunyai kesadaran untuk menimbulkan sikap tolong menolong sesame manusia. Dengan demikian hubungan sosial merupakan hubungan antara dua individu atau lebih yang melibatkan sikap, nilai maupun harapan di dalam mencapai kebutuhan sehari-hari.

Hubungan sosial pada masyarakat di Desa Sei Ngalawan terjadi berdasarkan pada sistem kekerabatan yang juga berdasarkan pada sistem kekluargaan. Sistem kekerabatan yang terjalin selama ini membuat hubungan sosial mereka bertambah erat dan sangat mengutamakan nilai-nilai yang terdapat di dalamnya, seperti: nilai gotong royong dan

Referensi

Dokumen terkait

Universitas Negeri

Bahasa Inggris dan Bahasa Asing Lainnya 352 B3. Muatan Peminatan

Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Manajemen Skripsi Mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika Program Studi Pendidikan Teknik Elektronika Fakultas Teknik UNY.

dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Besaran Denda Administratif Pemindahtanganan Surat Keterangan Hak Pemanfaatan

[r]

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh berbagai konsentrasi pupuk organik cair dari limbah sayuran terhadap pertumbuhan tanaman krisan ( Chrysanthemum

Procurement Management Life Cycle Vendor Solicitation Vendor Evaluation Vendor Selection Vendor Management Vendor Contracting. Final

[r]