Static Synchronous Compensator
(STATCOM) pada Pembangkit Listrik Tenaga
Angin
Riswan Dinzi
1, Riswanta Sembiring
1, Fahmi Fahmi
1,21Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Jl. Almamater, Kampus USU Medan
20155 INDONESIA
2 Pusat Unggulan Ipteks Energi berkelanjutan dan biomaterial, Universitas Sumatera Utara, Jl. Almamater,
Kampus USU Medan 20155 INDONESIA
fahmimn@usu.ac.id
Abstrak
—
Energi angin merupakan energiterbarukan yang dapat digunakan untuk suplai tambahan kebutuhan energi listrik. Pada wilayah persawahan dan tepi pantai, energi angin memiliki potensi yang besar dalam memberi tambahan suplai daya kebutuhan energi listrik Pemanfaatan energi angin memiliki kendala pada kecepatan angin yang berubah-ubah yang menyebabkan frekuensi dan tegangan output pembangkitan tidak stabil. Generator induksi merupakan salah satu solusi karena tidak harus diputar pada
kecepatan tetap. Tulisan ini membahas
pengaturan output generator induksi dengan static synchronous compensator pada pembangkit listrik tenaga angin. Melalui pengaturan STATCOM, diuji output generator induksi berupa tegangan, frekuensi, daya aktif, dan daya reaktif. Metode yang digunakan ialah dengan mengubah jumlah
kutub generator induksi dan perubahan
kecepatan angin. Pengaturan dilakukan dengan menggunakan software simulasi PSIM. Hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa STATCOM
mampu mempertahankan keluaran tegangan pada 285 Volt dan frekuensi pada 50 Hz pada kondisi perubahan kecepatan angin dan perubahan jumlah kutub generator induksi.
Kata Kunci
—
Static Synchronous Compensator(STATCOM), energi angin
I. PENDAHULUAN
Pembangkit Listrik Tenaga Angin memberikan
banyak keuntungan seperti bersahabat dengan
lingkungan (tidak menghasilkan emisi gas), tersedia dalam banyak variasi rating (mulai dari kW sampai MW), mudah untuk dihubungkan ke grid yang ada, lahan turbinnya dapat digunakan untuk fungsi yang lain (seperti areal sawah, ladang, rumah tempat tinggal), tidak membutuhkan bahan bakar [1].
Permasalahan pada pembangkit tenaga angin ialah kecepatan angin yang tidak tetap (berubah-ubah dan tidak dapat dipastikan setiap saat). Hal ini tidak baik untuk pembangkitan energi listrik karena akan menyebabkan tegangan dan frekueni berubah-ubah juga.
Generator induksi merupakan solusi untuk energi terbarukan seperti energi angin karena keuntungan dari generator induksi seperti harganya murah, tidak membutuhkan eksitasi, tidak harus diputar pada kecepatan tetap. Pada tulisan ini, akan dibahas generator induksi masukan ganda dengan bantuan
sistem kontrol STATCOM untuk mengatasi
perubahan putaran prime mover (energi angin). Sistem dasar Pembangkit Listrik Tenaga Angin yang mengkonversi tenaga angin menjadi tenaga mekanik yang kemudian energi mekanik dikonversi menjadi energi listrik dapat dilihat pada Gambar 1.
Gear Box Generator Induksi
T u rb in A n g in
Gambar 1. Sistem dasar pembangkit listrik tenaga angin
Pemodelan turbin angin dijabarkan dalam beberapa karakteristik seperti ukuran turbin, radius kipas, daya nominal, shaft, rugi-rugi dan rasio gearbox. Daya
mekanik𝑃𝑀 yang dihasilkan oleh turbin angin
dirumuskan pada Persamaan 1 dan tip speed ratio
pada Persamaan 2.
𝑃𝑀=12𝜌𝑎𝑖𝑟𝑐𝑝(, 𝛽)𝜋𝑅2𝑉𝑤3… … … … .(1)
=𝜔𝑚𝑅
𝑉𝑤 … … … . .(2)
Dimana 𝜌𝑎𝑖𝑟 adalah kerapatan udara, 𝜋𝑅2 adalah luas
area pemutar turbin, 𝑉𝑤3 adalah kecepatan angin dan
𝑐𝑝 (,β) adalah koefisien efisiensi turbin angin yang
pitch angle (β), 𝜔𝑚 adalah kecepatan sudu turbin
angin, R adalah panjang sudu tubin (tubine blade).
Terdapat nilai optimal dari tip speed ratio (opt),
yang memampukan penangkapan maksimum dari energi angin. Nilai ini ditemukan dari karakteristik
koefisien energi angin 𝑐𝑝 yaitu f(,𝛽) dan data ini
disediakan oleh pembuat turbin. Kurva karakteristik
koefisien energi angin 𝑐𝑝 dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Karakteristik turbin angin
Karakteristik dari 𝑐𝑝 bergantung pada desain
sudu/ bilah turbin. Oleh karena itu, pengaturan akan
𝑐𝑝 melalui pengaturan pitch angle (𝛽) terbatas pada
kapasitas turbin. dimana hal ini dapat diketahui dengan melakukan eksperimen terhadap turbin yang dibuat oleh suatu produsen.
Dari Persamaan (1) menunjukkan bahwa daya yang dihasilkan trubin bergantung pada dua kondisi.
Kondisi pertama ialah 0.5 𝜌𝑎𝑖𝑟A𝑉𝑤, dimana hal ini
tidak dapat diatur karena kecepatan angin yang
fluktuatif. Kondisi kedua ialah 𝑐𝑝 yaitu f(,𝛽) dapat
dimanipulasi dengan pengaturan dan 𝛽. Akan tetapi,
berdasarkan Persamaan (2) merupakan fungsi dari
𝑉𝑤 (kecepatan angin) dan 𝜔𝑚𝑅 (kecepatan sudu
turbin). Oleh karena itu pengontrolan 𝑐𝑝 dilakukan
melalui pengontrolan 𝜔𝑚𝑅 dan 𝛽 [2].
Generator induksi merupakan alat untuk
mengkonversi energi mekanik menjadi energi listrik dalam bentuk ggl (gaya gerak listrik) yang
menerapkan prinsip motor induksi (induksi
elektromagnet). Besarnya ggl yang dihasilkan
diberikan dalam Persamaan 3.
𝐸 = 𝑐. 𝑛. ∅… … … …(3)
Dimana 𝐸 merupakan ggl yang dihasilkan, 𝑐
merupakan konstanta, 𝑛 merupakan kecepatan putar
generator, ∅ merupakan besarnya fluks magnet yang
dihasilkan. Dari perumusan diatas dapat dilihat bahwa putaran generator berpengaruh terhadap ggl yang dihasilkannya.
Generator induksi bekerja dengan menerapkan prinsip medan putar pada belitan stator maupun rotornya. Medan putar rotor menginduksi stator sehingga pada stator timbul ggl induksi. Timbulnya medan putar dilakukan dengan menghubungkan tegangan 3 phasa pada belitan stator. Kecepatan medan putar stator diberikan dalam Persamaan 4.
𝑁𝑠=120𝑓𝑃 … … … . .(4)
Dimana 𝑁𝑠 merupakan kecepatan putar stator, 𝑓
adalah frekuensi jala-jala, P adalah jumlah kutub.
Medan putar stator akan memotong batang konduktor rotor sehingga pada kumparan rotor (medan) timbul tegangan induksi (gaya gerak listrik) diberikan dalam Persamaan 5.
𝐸𝑟= 4,44. 𝑓2. 𝑁2. ∅𝑚… … … .(5)
Dimana 𝐸𝑟 merupakan tegangan induksi pada saat
rotor berputar, 𝑓2 adalah frekuensi putaran rotor, 𝑁2
ialah jumlah lilitan rotor, ∅𝑚 merupakan fluksi yang
menginduksi rotor. Karena kumparan rotor merupakan rangkaian tertutup, maka ggl akan menghasilkan arus. Adanya arus dalam medan magnet menimbulkan gaya pada rotor. Bila kopel (torsi) mula yang dihasilkan oleh gaya tersebut pada rotor cukup besar untuk memikul kopel beban, rotor akan berputar searah dengan medan putar stator. Dari penjelasan diatas terlihat bahwa syarat timbulnya tegangan induksi haruslah ada perbedaan kecepatan relatif (slip) antara kecepatan medan putar stator (Ns) dan kecepatan putar rotor (Nr) [3]. Slip dapat dirumuskan pada Persamaan 6.
𝑠 = 𝑁𝑠−𝑁𝑟
𝑁𝑠 ………(6)
Dimana Ns adalah kecepatan putaran stator dan Nr adalah kecepatan putaran rotor. Sebagai catatan bahwa rotor berputar pada kecepatan sinkron pada slip = 0 dan rotor pada keadaan stationary (seimbang /tetap/ belum berjalan) pada slip = 1. Semua motor dalam kecepatan normal/ bekerja dalam keadaan normal, slipnya berada pada kedua limit tersebut.
Jika rotor diputar lebih cepat dari stator (slip bernilai negatif) maka arah induksi akan berubah. Induksi akan terjadi dari rotor ke stator sehingga pada stator timbul ggl induksi. Dengan demikian mesin induksi telah berfungsi sebagai generator karena menghasilkan ggl pada statornya. Proses mesin induksi berfungsi sebagai motor atau generator dapat
dilihat pada Gambar 3
.
Gambar 3. Karakteristik mesin induksi
Generator Motor Speed Slip -100 0 1 0 0 2.0 0 2 0 0 -1.2 Torsi (Nm)
Generator induksi masukan ganda adalah generator induksi rotor belitan dimana rangkaian rotor terhubung ke grid melalui device elektronika daya.
Tidak seperti generator induksi rotor sangkar, dimana rotornya dihubung singkat, DFIG memiliki terminal pada rotornya. Rotor diberi masukan variabel
frekuensi (𝜔𝑟), variabel tegangan tiga phasa yang
dibangkitkan oleh konverter PWM Tegangan AC pada
rotor akan membangkitkan flux dengan frekuensi 𝜔𝑟
selama rotor belum berputar (standing still). Ketika
rotor diputar oleh kecepatan 𝜔𝑚 medan putar rotor
dengan tegangan yang diinjeksikan pada rotor akan
memiliki frekuensi 𝜔𝑟 + 𝜔𝑚. Ketika kecepatan angin
berubah, kecepatan rotor akan berubah 𝜔𝑚 dan untuk
menghasilkan frekuensi 50 Hz, frekuensi injeksi ke rotor juga harus dirubah[4].
Static Synchronous Compensator adalah sebuah shunt controller yang digunakan untuk meregulasi tegangan dengan membangkitkan/ menyerap daya reaktif[5]. Schematic diagram dari sebuah STATCOM dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Skematik STATCOM
Pada tulisan ini, STATCOM dilengkapi dengan sistem kontrol daya aktif dan reaktif untuk mengatur output generator induksi.
Ketika sistem tegangan turun, STATCOM membangkitkan daya reaktif (STATCOM kapasitif). Ketika sistem tegangan naik, STATCOM menyerap daya reaktif (STATCOM induktif). Variasi dari daya reaktif dilakukan oleh VSC (Voltage Source Converter) yang terhubung ke sekunder trafo. VSC menggunakan devais elektronika daya untuk mengatur tegangan V2 dari sumber tegangan DC.Pada operasi kondisi steady state, tegangan V2 yang dibangkitkan VSC adalah pada fasa yang sama dengan V1 (beda fasa = 0), agar hanya daya reaktif yang mengalir (P=0). Jika V2 lebih rendah dari V1, Q mengalir dari V1 ke V2 (STATCOM menyerap daya reaktif). Sebaliknya, apabila V2 lebih tinggi dari V1, Q mengalir dari V2 ke V1 (STATCOM menghasilkan daya reaktif [5]. Prinsip kerja STATCOM dijelaskan oleh Gambar 5 menunjukkan transfer daya aktif dan reaktif antara sumber V1 dan sumber V2
Power System (V1) VSC Voltage Source Converter (V2) Induktor Transfer P dan Q
Gambar 5. Prinsip Kerja STATCOM
Pengaturan daya aktif dan daya reaktif STATCOM dirumuskan pada Persamaan 7 dan 8.
𝑃 =
𝑉
1𝑉
2sin 𝜃
𝑋
… … … . (
7)
𝑄 =
𝑉
1(𝑉
1− 𝑉
2cos 𝜃)
𝑋
… … … .
(8)
II. METODE DAN BAHAN
Penelitian dilakukan menggunakan software PSIM. Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 6.
Pemodelan Sistem di Software PSIM Pengambilan Data Kecepatan Angin Simulasi Analisis hasil simulasi Penarikan Kesimpulan dan Saran MULAI SELESAI
Gambar 6. Diagram alir penelitian
Pemodelan sistem meliputi pemodelan turbin angin, generator induksi, sistem kontrol STATCOM, sistem kontrol grid, STATCOM, Grid Side Converter, sistem grid, VSC (Voltage Source Converter).
Data Kecepatan angin yang diambil ialah data kecepatan angin dari wilayah tuntungan berdasarkan pada data dari BMKG (Badan Meteorologi dan Geofisika).
Simulasi yang dilakukan meliputi simulasi perubahan kutub dan simulasi perubahan kecepatan angin. Simulasi perubahan kutub dilakukan dengan mengubah parameter jumlah kutub tetapi parameter mesin yang lain tetap sama menyebabkan kecepatan generator berubah walaupun kecepatan angin tetap. Simulasi perubahan kecepatan angin dilakukan pada jumlah kutub yang tetap. Tujuan dari kedua simulasi itu ialah untuk menghasilkan perubahan putaran generator dan kemudian dapat diamati output generator.Skematik total sistem dapat dilihat pada Gambar 7. Sist em
Gri
d
VSC (Voltage Source Converter)
Penyimp an energi(Kapasi
tor)
P ri m e M o v e r (T u rb in A n g in ) Gear Box Generator Induksi Masukan Ganda (rotor lilit)
STATCOM Grid Side Converter PWM PWM SISTEM GRID Arus Grid (sensor arus) Tegangan grid (Sensor Tegangan) Arus rotor (sensor arus) Arus Grid (sensor arus) Tegangan grid (Sensor Tegangan) P e rh itu n g a n P (D a y a A k tid ) d a n Q (D a y a R e a k tif P dan Q referensi Bandi ngkan Transformasi αβ ke dq Arus rotor (sensor arus) Transformasi abc ke αβ Bandingkan Iαβ antara grid dan rotor, α representasi dari P, β representasi dari Q Transformasi αβ ke abc Pengaturan sudut berdasarkan rotorspeed Arus output stator (sensor arus) Vdc Sistem Kontrol Grid (Grid Control)
STATCOM CONTROL
Gambar 7. Skematik total sistem pengaturan
Analisis Gambar 7 dapat dilihat pada diagram alir Gambar 8.
Input arus grid, tegangan output
stator
Hitung daya aktif dan daya reaktif
Bandingkan dengan daya referensi
Hasil perbandingan menjadi masukan untuk
transformasi αβ ke dq
Bandingkan dengan arus rotor yang sudah ditransformasi ke αβ
menghasilkan error Iα stator > Iα
rotor
Injeksi arus aktif ke rotor
Iβ stator > Iβ rotor
Injeksi arus reaktif ke rotor Iα stator < Iα
rotor
menarik arus aktif dari rotor
Iβ stator < Iβ rotor
menarik arus reaktif dari rotor
STATCOM menarik daya aktif
dari grid
STATCOM menarik daya aktif dari rotor
STATCOM membangkitkan daya reaktif STATCOM menyerap daya reaktif Ya Tidak Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak MULAI SELESAI
Gambar 8. Diagram alir sistem pengaturan
Parameter yang diamati ialah frekuensi output atau frekuensi stator, daya aktif, daya reaktif dan kecepatan putar generator atao kecepatan rotor. Parameter yang diatur ialah jumlah kutub mesin induksi dan kecepatan angin.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil simulasi diperoleh sampel
data parameter yang diamati pada Tabel 1 dan
Tabel 2.
TABEL I
SAMPEL DATA HASIL SIMULASI PERUBAHAN KUTUB MESIN INDUKSI Jumlah Kutub (n) Daya Aktif /P (kW) Daya Reakti f/Q (kVar) Teganga n 1𝜽 (Volt) Putaran Generator /Nr (rpm) n = 4 1,07 -3,68 285,89 1.848 n = 6 6,14 -2,85 285,68 1.329 n = 8 5,68 -2,89 284,72 1.013 n = 12 2,86 -3,75 287,45 635 n = 2 -1,69 -4,15 287,45 2.369 TABEL II
SAMPEL DATA HASIL SIMULASI PERUBAHAN KECEPATAN ANGIN Kecep atan Angin (m/s) Daya Aktif /P (kW) Daya Reaktif/ Q (kVar) Teganga n 1𝜽 (Volt) Putaran Generator /Nr (rpm) 10 2,47 -3,02 286,55 740 12 6,14 -2,85 285,68 1.329 16 16,65 -3,06 286,23 1.084 20 31,03 -4,07 286,23 1.160 4 -2,75 -1,38 286,23 648,6
Frekuensi rotor dihitung berdasarkan pada kecepatan putaran rotor berdasarkan persamaan 4. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.
TABEL III
HASIL PERHITUNGAN FREKUENSI ROTOR UNTUK SIMULASI PERUBAHAN KUTUB
Jumlah Kutub Kecepatan putar rotor 𝒏𝒓(rpm) Frekuensi rotor (Hz)
4
1848
61,6
6
1329
66,45
8
1012
67,46
12
635
63,5
2
2369
39,4
TABEL IVHASIL PERHITNUGAN FREKUENSI ROTOR UNTUK SIMULASI PERUBAHAN KECEPATAN ANGIN
Kecepatan Angin(m/s)
Kecepatan putar
rotor
𝒏
𝒓(rpm)
Frekuensi
rotor (Hz)
10
740
37
12
1329
66,45
16
1084
54,2
20
1160
58
4
684,6
34,23
Untuk mendapatkan frekuensi output atau frekuensi stator yang dihasilkan, grafik frekuensi stator yang terbentuk pada Gambar 9 dibandingkan dengan grafik frekuensi sebuah sumber dengan tegangan 220 Volt, 50 Hz pada Gambar 10 pada setiap periode waktu.
Gambar 9. Grafik gelombang tegangan hasil simulasi
Gambar 10. Grafik gelombang sumber tegangan 220 V 50 Hz
Banyaknya gelombang yang terbentuk
untuk setiap selang waktu adalah 10 gelombang.
Pada gambar simulasi tegangan jumlah kutub n =
2, 4, 6, 8, 12 pada rentang 0,2s-0,4s, 0,4s-0,6s,
0,6s-0,8s (kondisi steady state) gelombang
tegangan yang terbentuk berjumlah 10. Dengan
demikian frekuensi output generator induksi
adalah sama dengan frekuensi sistem grid.
Berdasarkan
simulasi,
tegangan
yang
terbentuk
pada
setiap
perubahan
kutub
mengalami perubahan yang kecil. Tegangan yang
dihasilkan diambil dari data kotak dialog
pengukuran nilai rata-rata output tegangan pada
setiap simulasi. Berdasarkan simulasi, nilai
tegangan yang dihasilkan untuk tegangan 1 phasa
ialah berada pada kisaran 285 - 286,55 Volt.
Untuk tegangan tiga phasa cukup dengan
mengalikan dengan
√3
karena tegangan tiga
phasa yang terbentuk ialah tegangan 3 phasa
seimbang.
Apabila
dibandingkan
dengan
tegangan referensi atau tegangan grid, maka error
tegangan yang timbul dapat dilihat pada Tabel 5
dan Tabel 6.
TABEL V
PERSEN ERROR TEGANGAN SIMULASI PERUBAHAN JUMLAH KUTUB Jumlah Kutub Tegangan Grid (V) Tegangan output/ tegangan stator (V) % error tegangan
4
220
285,89
29,95
6
220
285,68
29,85
8
220
284,72
29,45
12
220
287,45
30,65
2
220
287,45
30,65
TABEL VIPERSEN ERROR TEGANGAN SIMULASI PERUBAHAN KECEPATAN ANGIN Kecepat an angin Tegangan Grid (V) Tegangan output/ tegangan stator (V) % error tegangan
10
220
286,55
30,25
12
220
285,68
29,85
16
220
286,23
30,10
20
220
286,23
30,65
4
220
286,23
30,65
Dari hasil error, dapat dilihat bahwa pada setiap perubahan kutub perubahan error tegangan hanya sedikit saja berkisar 1% - 1,5%. Hal ini menunjukkan
bahwa STATCOM berusaha mempertahankan
tegangan keluaran generator pada besaran yang tetap dengan referensinya adalah tegangan grid.
Error tegangan yang timbul diakibatkan oleh
harmonisa tegangan yang mengakibatkan
penghitungan nilai rataan tidak akurat.
Pada jumlah kutub 4, 6, 8, 12 generator mensuplai daya aktif bernilai positif dan daya reaktif bernilai negatif yang berarti generator mensuplai daya aktif dan reaktif. Daya aktif paling besar yang disuplai yakni saat jumlah kutub 6 dan 8 yakni sebesar 6,14 kW.
Berdasarkan simulasi perubahan jumlah kutub dan perubahan kecepatan angin, respon STATCOM terhadap perubahan kecepatan prime mover (rotor speed) adalah sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari
tegangan dan daya ouput yang dihasilkan.
Berdasarkan tegangan, dapat dianalisis bahwa ketika terjadi perubahan kecepatan prime mover (rotor speed), tegangan masih tetap pada besaran konstan (285 Volt) dan frekuensi 50 Hz. Dari grafik dayadapat dilihat bahwa ketika terjadi perubahan kecepatan putar generator (rotor speed), timbul fluktuasi daya, namun setelah 0,4 sekon grafik daya mulai merata pada suatu nilai pada Gambar 8.
Gambar 11. Grafik daya aktif (merah) vs daya reaktif (biru)
Dengan demikian untuk setiap perubahan kecepatan putar prime mover, STATCOM merespon dengan mengatur daya aktif dan reaktif yang masuk ke rotor agar tegangan dan frekuensi keluaran dari generator stabil pada nilai yang sesuai dengan sistem grid (220V, 50 Hz). Namun pada simulasi ini, masih terdapat error tegangan yang besar, dapat dilihat dari analisis tegangan.
IV. KESIMPULAN
Hasil pengaturan menunjukkan bahwa pada perubahan kecepatan prime mover (kecepatan angin), tegangan dan frekuensi dijaga konstan yakni 285 V, 50 Hz.
STATCOM melakukan pengaturan terhadap daya aktif dan daya reaktif generator induksi pada rotor untuk menjaga tegangan dan frekuensi output generator konstan dan untuk daya aktif dan reaktif
yang dihasilkan, diatur oleh STATCOM sampai pada nilai yang tetap (konstan).
STATCOM sesuai digunakan pada pembangkitan tenaga angin terlihat dari respon STATCOM terhadap perubahan kecepatan angin dengan melakukan pengaturan pada rotor generator induksi untuk
disesuaikan dengan kecepatan angin untuk
menghasilkan tegangan danfrekuensi yang tetap. DAFTAR PUSTAKA
[1]. Hammons, T.J. 2009. Renewable Energy. In-tech: India [2]. Yazdani Amirnaser, Iravani Reza. 2010.Voltage Sourced
Converters in Power Systems Modelling, Control, and applications. John Wiley and Sons, Inc: USA
[3]. Wijaya, Mochtar. 2001. Dasar Dasar Mesin Listrik. Djambatan: Jakarta
[4]. Lingling Fan, Subbaraya Yuvarajam, “Modelling and Control of A Doubly Fed Induction Wind Turbine Generator” , North Dakota State University, Fargo, ND 58105
[5]. Pradeep Kumar, Niranjan Kumar, A.K.Akella, “Dinamyc Performance of STATCOM on the Induction Generator based Wind Farm”, Department of Electrical Engineering, National Institute of Technology Jamshedpur, Jharkhand 8831014, India