• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TUJUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Harga Saham - PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN LIKUIDITAS TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN DAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2012-2016 - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TUJUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Harga Saham - PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN LIKUIDITAS TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN DAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2012-2016 - repository perpustakaan"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TUJUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

1. Harga Saham

Menurut Purwidianti, (2012:32) Saham merupakan yang memberikan penghasilan yang tidak tetap bagi pemiliknya. Jenis-jenis saham: Saham biasa (common stock), saham preferen (preferred stock) dan saham bonus. Saham biasa adalah saham yang tidak mempunyai kelebihan hak dari jenis saham artinya pemilik akan memperoleh dividen apabila perusahaan laba. Saham preferen yaitu saham yang memiliki preferensi atau keistimewaan misal pembagian dividen yang didahulukan. Tetapi pemegang saham preferen tidak mempunyai hak suara dalam RUPS. Saham bonus yaitu saham yang diberikan secara Cuma-Cuma kepada para pemegang saham lainnya karena keuntungan perusahaan yang lalu dalam bentuk cadangan terlalu besar dan perlu dikurangi dengan memberinya saham-saham baru. Menurut Harmono, (2017:62) Berikut ini macam-macam saham preferen:

1. Convertible preferred stock: bisa berubah ke saham biasa sesuai rasio penukaran yang ditentukan

(2)

3. Dividend in areas: hak pembagian dividen termasuk yang belum dibagikan masa lalu.

4. floating atau adjustable rate preferred stock (ARP): inovasi Amerika dividen dibayar floating 1982. Popular untuk investasi jangka pendek yang kelebihan kas.

Menurut Fahmi, (2014:324) Common stock (saham biasa) adalah memiliki kelebihan dibandingkan prefferent stock terutama diberi hak untuk ikut dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) dan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) yang otomatis memberikan wewenang kepada pemegangnya untuk ikut serta dalam menentukan berbagai kebijakan perusahaan. Common stock (saham biasa) ini memiliki beberapa jenis yaitu:

1. Blue Chip stock (saham unggulan) adalah saham yang dikenal secara nasional dan memiliki sejarah laba, pertumbuhan, dan manajemen yang berkualitas.

2. Growth stock (saham pertumbuhan) adalah saham-saham yang diharapkan memberikan pertumbuhan laba yang lebih tinggi dari rata-rata saham-saham lain, dan karenanya mempunyai PER yang tinggi. 3. Defensive stock (saham-saham defensiv) adalah saham yang cenderung

(3)

masuk kategori food and beverage, yaitu produk gula, beras, minyak makan, garam dan sejenisnya.

4. Cyclical stock (saham putaran) adalah sekuritas yang cenderung naik nilainya secara cepat saat ekonomi semarak dan jatuh juga secara cepat saat ekonomi lesu. Contohnya saham pabrik mobil dan real estate. 5. Seasonal stock (saham musiman) adalah perusahaan yang

penjualannya bervariasi karena dampak musiman misalnya karena cuaca dan liburan. Sebagai contoh, pabrik mainan memiliki penjualan musiman yang khusus pada saat musim natal.

6. Specualtive stock (saham spekulaitiv) adalah saham yang kondisinya memiliki tingkat spekulasi yang tinggi, yang kemungkinan tingkat pengembalian hasilnya adalah rendah atau negatif.

Saham biasa adalah jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja biasanya saham bisa (common stock) yang memiliki hak bagi pemegangnya.

1. Hak Kontrol: hak suara untuk mengendalikan arah kebijakan perusahaan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS).

2. Hak dividen: pemegang saham bisa terhadap dividen, yang besarnya mengikuti laba yang diperoleh perusahaan.

3. Hak preemitive: hak mempertahankan persentase kepemilikan (hak suara) dengan cara diberi kesempatan terlebih dahulu dalam pembelian saham jika terjadi penerbitan saham baru.

(4)

Menurut Fahmi, (2014:323) Saham adalah tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/ dana pada suatu perusahaan. Kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan dan diikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegangnya, persediaan yang siap dijual. menurut Fahmi, (2014:324) Common stock (saham biasa) suatu surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan sebagainya) dimana pemegangnya diberi hak untuk mengikuti RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) dan RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa) serta berhak untuk menentukan membeli right issue (penjualan saham terbatas) atau tidak, yang selanjutnya diakhir tahun akan memperoleh keuntungan dalam bentuk deviden. Preferred Stock (saham istimewa) adalah suatu surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan sebagainya) dimana pemegangnya akan memperoleh pendapatan tetap dalam bentuk deviden yang akan diterima setiap kuartal (tiga bulanan). Macam dari saham preferren ini diantaranya adalah saham preferren yang dapat dikonversikan ke saham biasa (convertible preferred stock), saham preferren yang dapat ditebus (callable preferred stock) saham preferrent dengan tingkat deviden yang mengambang (floating atau adjustable rate preferred stock).

Harga Saham tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: Harmono, (2017:114) sebagai berikut:

(5)

2. Struktur modal

Ada beberapa pengertian struktur modal. Menurut Weston dan Copeland dalam Fahmi, (2014:175) bahwa capital structure or the capitalization of the firm is the permanent financing represented by long- term debt, preffered stock and shareholder’s equity. Sedangkan Joel G. Siegel dan Jae K. Shim dalam Fahmi, (2014:175) mengatakan capital structure (struktur modal) adalah komposisi saham biasa, saham preferen, dan berbagai kelas seperti itu, laba yang ditahan, dan utang jangka panjang yang dipertahankan oleh kesatuan usaha dalam menandai aktiva.

Sehingga dapat dimengerti bahwa struktur modal merupakan gambaran dari bentuk proporsi finansial perusahaan yaitu antara modal yang dimiliki yang bersumber dari hutang jangka panjang (long-term liabilities) dan modal sendiri (shareholder’s equity) yang menjadi sumber pembiayaan bagi suatu perusahaan. Dan ini dipertegas oleh Jones dalam Fahmi, (2014:175) bahwa struktur modal suatu perusahaan terdiri dari long-term debt dan shareholder’s equity, dimana stocholder equity terdiri dari preferred stock dan common equity, dan common equity itu sendiri adalah terdiri dari common stock dan retained earnings.

Menurut Harmono, (2017:137) Teori struktur modal berkenaan dengan bagaimana modal dialokasikan dalam aktivitas investasi aktiva riil

(6)

perusahaan, dengan cara menentukan struktur modal antara modal utang dengan modal sendiri. Biasanya berkaitan dengan proyek proposal suatu investasi perusahaan dan tugas manajemen keuangan adalah menentukan struktur modal optimal untuk menunjang kegiatan investasi perusahaan.

Struktur modal tergambar dalam Trade Trade-Off-Theory Menurut Donald Donaldson (1961:309 dalam Hanafi, (2016:309) Dalam kenyataan, ada hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan utang sebanyak-banyaknya. Satu hal yang terpenting adalah dengan semakin tingginya utang, akan semakin tinggi kemungkinan (probabilitas) kebangkrutan. Sebagai contoh semakin tinggi utang, semakin besar bunga yang harus dibayarkan. Kemungkinan tidak membayar bunga yang tinggi akan semakin besar. Pemberi pinjaman bisa membangkrutkan perusahaan jika perusahaan tidak bisa membayar utang.

(7)

Menurut Van Horne (1980) dalam Harmono (2017:137), asumsi yang dibutuhkan untuk menganalisis teori struktur modal adalah sebagai berikut:

1. Tidak ada pajak pendapatan, dan asumsi ini pada akhirnya dalam aplikasi dapat diabaikan.

2. Perubahan rasio utang terhadap modal disebabkan untuk membeli saham, dan sebaliknya menerbitkan saham untuk membayar utang, dan tidak ada biaya transaksi.

3. Perusahaan menetapkan kebijakan dividen sebesar 100% dari laba dibagikan sebagai dividen.

4. Tingkat subjektivitas probabilitas prediksi para investor di pasar terhadap tingkat laba operasi perusahaan yang akan datang adalah sama.

5. Tingkat laba operasi perusahaan dipediksi sama. Nilai prediksi distribusi probabilitas laba operasi diprediksi selama periode yang akan datang sama dengan nilai laba operasi sekarang.

Didalam struktur modal ada Debto to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR), dan Equity to Asset Ratio (EAR) menurut Kasmir, (2015:156)

(8)

Debto to Equity Ratio (DER) tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut Harmono, (2017:112)

b. Debt to Asset Ratio (DAR) merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Debt to Asset Ratio (DAR) tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

c. Equity to Asset Ratio (EAR) merupakan

Equity to Asset Ratio (EAR) merupakan variabel yang didefinisikan sebagai proporsi dana dari aktiva yang sumber pendanaannya berasal dari ekuitas atau pemegang saham. Pengukuran variabel EAR dikembangkan berdasarkan pernyataan Brigham, Eugene dan Joel F. Houston (2014) bahwa struktur modal adalah bauran dari utang, saham preferen, dan saham biasa. Ukuran dari variabel EAR adalah jumlah ekuitas dibagi dengan jumlah aktiva. Equity to Asset Ratio (EAR) tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝑫𝒆𝒃𝒕 𝒕𝒐 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐 =𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑳𝒊𝒂𝒃𝒊𝒍𝒊𝒕𝒊𝒆𝒔𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒌𝒕𝒊𝒗𝒂 𝑫𝒆𝒃𝒕 𝒕𝒐 𝑬𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐 =𝑬𝒌𝒖𝒊𝒕𝒂𝒔 (𝑬𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚)𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑳𝒊𝒂𝒃𝒊𝒍𝒊𝒕𝒊𝒆𝒔

(9)

3. Likuiditas

Menurut Kasmir (2015:130) rasio likuiditas atau sering disebut dengan nama rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan. Caranya adalah dengan membandingkan komponen yang ada di neraca, yaitu total aktiva lancar dengan total pasiva lancar (utang jangka pendek). Penilaian dapat dilakukan untuk beberapa periode sehingga terlihat perkembangan dari waktu ke waktu.

Terdapat dua hasil penilaian terhadap pengukuran rasio likuiditas, yaitu apabila perusahaan mengatakan mampu memenuhi kewajibannya, dikatakan perusahaan tersebut dalam keadaaan likuid. Sebaliknya, apabila perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban tersebut, dikatakan perusahaan dalam keadaan ilikuid (Kasmir, 2014:130).

(10)

Packing Order Theory merupakan suatu kebijakan yang ditempuh oleh suatu perusahaan untuk mencari tambahan dana dengan cara menjual asset yang dimilikinya. Seperti menjual gedung (build), tanah (land), peralatan (investory) yang dimilikinya dan aset-aset lainnya. Pada kebijakan Packing Order Theory artinya perusahaan melakukan kebijakan dengan cara mengurangi kepemilikan aset yang dimilikinya karena dilakukan kebijakan penjualan Fahmi (2014:22).

Seorang akademisi, Donald Donaldson (1961:313) dalam Hanafi (2016:313) secara spesifik, perusahaan mempunyai urut-urutan preferensi dalam penggunaan dana. Skenario urutan dalam Packing Order Theory adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan memilih pendanaan internal. Dana internal tersebut diperoleh dari laba (keuntungan) yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan.

2. Perusahaan menghitung target rasio pembayaran didasrkan pada perkiraan kesempatan investasi.

3. Karena kebijakan deviden yang konstan (sticky), digabung dengan fluktuasi keuntungan dan kesempatan investasi yang tidak bisa diprediksi, akan menyebabkan aliran kas yang diterima oleh perusahaan akan lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran investasi pada saat-saat tertentu, dan akan lebih kecil pada saat yang lain.

(11)

Alat yang dapat digunakan untuk mengukur rasio likuiditas menurut Kasmir (2014:134) yaitu :

a. Current Ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Perhitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan total aktiva lancar dengan total hutang lancar. Semakin rendah dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang. Namun, apabila hasil pengukuran tinggi, belum tentu kondisi perushaan sedang baik. Hal ini dapat terjadi karena tidak digunakan dengan baik.

b. Quick (acid test) Ratio merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan (inventory). Artinya nilai sediaan kita abikan, dengan cara dikurangi dari nilai total aktiva lancar. Hal ini dilakukan karena sediaan dinaggap memerlukan waktu relatif lebih lama untuk diuangkan, apabila perusahaan membutuhkan dana cepat untuk membayar kewajibannya dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya.

Quick Ratio = 𝐀𝐤𝐭𝐢𝐯𝐚 𝐋𝐚𝐧𝐜𝐚𝐫−𝐏𝐞𝐫𝐬𝐞𝐝𝐢𝐚𝐚𝐧 𝐔𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐋𝐚𝐧𝐜𝐚𝐫 Current Ratio = 𝐀𝐤𝐭𝐢𝐯𝐚 𝐋𝐚𝐧𝐜𝐚𝐫

(12)

c. Cash Ratio merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan di bank.

Penelitian ini, alat yang digunakan untuk mengukur likuiditas perusahaan adalah Current Ratio.

4. Kinerja perusahaan

Kinerja perusahaan umumnya diukur berdasarkan penghasilan bersih (laba) atau sebagai dasar bagi ukuran yang lain seperti imbalan investasi (return on investment) atau penghasilan per saham (earnings per share). Unsur yang berkaitan langsung dengan pengukuran penghasilan bersih (laba) adalah penghasilan dan beban. Pengakuan dan pengukuran penghasilan dan beban, dan karenanya juga penghasilan bersih (laba), tergantung sebagian pada konsep modal dan pemeliharaan modal yang digunakan perusahaan dalam penyusunan laporan keuangan. Unsur penghasilan dan beban didefinisikan sebagai berikut:

1. Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.

(13)

2. Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar dan berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal. (Harmono, 2017:23).

(14)

Alat yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan menurut Kasmir (2015:203) yaitu:

a. Hasil Pengembangan Asset (Return On Asset/ROA)

Hasil pengembangan investasi atau lebih dikenal dengan nama Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang menunjukan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROA juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola assetnya.

Di samping itu, hasil pengembalian asset menunjukan produktivitas dari seluruh dana perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil (rendah) rasio ini, semakin kurang baik, demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan Kasmir (2015:202).

Return on Asset (ROA) dapat dirumuskan sebagai berikut menurut Harmono, (2017:110)

b. Hasil Pengembangan Investasi (Return On Invesment/ROI)

Hasil pengembangan investasi atau lebih dikenal dengan nama Return On Invesment (ROI) atau Return On Total Asset merupakan rasio yang menunjukan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investastinya.

(15)

Di samping itu, hasil pengembalian investasi menunjukan produktivitas dari seluruh dana perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil (rendah) rasio ini, semakin kurang baik, demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan Kasmir (2015:202).

Rumus untuk mencari Return On Invesment (ROI) dapat digunakan sebagai berikut:

c. Hasil Pengembangan Equitas (Return On Equity/ROE)

Hasil pengembalian ekuitas atau Return On Equity atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya Kasmir (2015:204).

Rumus untuk mencari Return On Equity (ROE) dapat digunakan sebagai berikut:

Penelitian ini, Alat yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan yaitu Return On Asset (ROA). Menurut Harmono (2017)

𝑹𝑶𝑰 =𝑬𝒂𝒓𝒏𝒊𝒏𝒈 𝑨𝒇𝒕𝒆𝒓 𝑰𝒏𝒕𝒆𝒓𝒆𝒔𝒕 𝒂𝒏𝒅 𝑻𝒂𝒙𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕

(16)

Kinerja perusahaan pada umumnya diukur berdasarkan penghasilan bersih (laba) dan total Asset. Kinerja perusahaan ada banyak tapi saya memilih menggunakan ROA. Kinerja yang baik merupakan Asset bagi perusahaan, sebaliknya kinerja yang buruk adalah beban bagi perusahaan. Menurut (Kartikaningsih, 2013) dalam Oktaviana (2016:254) Hal ini disebabkan karena perusahaan yang besar akan membutuhkan dana yang besar untuk dapat menjalankan perusahaan. Pemenuhan dana tersebut dapat tersedia melalui pendanaan eksternal. Pada umumnya total aset dijadikan suatu dasar untuk mengukur besarnya ukuran suatu perusahaan karena memiliki sifat yang jangka panjang. Semakin banyak aktiva yang dimiliki dan semakin lancar tingkat perputaran aktiva maka akan semakin besar laba yang diperoleh perusahaan.

B. HASIL PENELITIAN TERDAHULU

(17)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama Penelitian Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

1. A. Bagas Binangkit Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kinerja Perusahaan dan Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi Vol. 1 No.2 (2014). Hal 24-34

Variabel Independen: Debt to Equity ratio, Debt to Asset Ratio, Equity to Assets Ratio.

Variabel Dependen:

Harga Saham dan Return On Asset.

H1: Debt to Equity Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return on Asset.

H2: Debt to Asset Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return on Asset

H3: Equity to Asset Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return on Asset Ratio dan harga saham.

H5: Debt to Equity Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.

H6: Debt to Asset Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.

H7: Equity to Asset Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.

(18)

No Nama Penelitian Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

Ratio, Debt to Asset Ratio, Equity to Asset Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan dan harga saham. 2. Helen Oktaviana, 2016 Pengaruh Struktur Modal,

Ukuran Perusahaan dan

Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan Pada

Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis & Manajemen Vol. 53 No. 12 (2016). Hal 254-284

Variabel Independen:

company performance, capital structure, company size, corporate governance.

Variabel Dependen: Kinerja Perusahaan

Ukuran Perusahaan, Struktur Modal, Corporate Governance berpengaruh positif terhadap Kinerja Perusahaan.

3. Zaki Imadudin, 2014 Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kinerja Perusahaan dan harga saham. Jurnal

Manajemen Vol.2 No 1, (2014) Hal 81-96

Variabel Independen: Terdapat 2 Struktur Modal: DAR, DER.

DER, DAR, Size, Sales berpengaruh positif terhadap ROA

DER, DAR, Size, Sales berpengaruh positif terhadap ROE.

(19)

No Nama Penelitian Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

Variabel Dependen:

Kinerja perusahaan dan Harga Saham.

harga saham

4. Hilmi Abdullah, 2016 Pengaruh EPS, DER, PER, ROA DAN ROE Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Tambang yang Terdaftar di BEI Untuk Periode 2011-2013. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 9 No , (2016) Hal 1-20

Variabel Independen:

EPS, DER, PER, ROA, ROE

Variabel Dependen:

Harga Saham

H5, H9 : DER, ROA, dan ROE berpengaruh terhadap harga saham perusahaan tambang di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013.

5. Udayakumari

Vidhyasagara Menon, 2016

Impact of Capital Structure on Stock Prices: Evidence from Oman. Journal of Economics and Finance Vol. 8 No. 9 (2016). Hal 249-257

Variabel Independen:

capital structure, debt, equity, firm value, muscat securities market, share price.

Variabel Dependen: Stock Price.

H5: Debt Equity Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.

6. Alwi Abdul Rachman dan Sutrisno, 2013

Analisis pengaruh Faktor-faktor fundamental terhadap Harga Saham perusahaan Manufaktur.

Variabel Independen: EPS, DER, ROA, CR, PBV, PER, QAI, NPM, TATO DAN

H5, H9 : DER, ROA,

(20)

No Nama Penelitian Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

Vol. 2 No.2 (2013). Hal 282-292

ROI.

Variabel Dependen: Harga Saham

perusahaan manufaktur di BEI. CR, NPM dan TATO tidak pengaruh signifikan terhadap Harga Saham.

7. Vesta Biqul Khoir, 2012 Pengaruh Earning Per Share, Return On Asset, Net Profit Margin, Debt To Assets Ratio dan Long Term Debt To Equity Ratio Terhadap Harga Saham. (2012). Hal 1-12

Variabel Independen:

Earning Per Share, Return On Assets, Net Profit Margin, Debt To Assets Ratio, Long Term Debt To Equity Ratio, Harga Saham.

Variabel Dependen: Harga Saham.

H6: Debt to Assets Ratio dan Long Term Debt to Equity Ratio berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

NPM berpengaruh tidak signifikan terhadap harga saham, dan DAR berpengaruh negatif tidak signifikan

terhadap harga saham dan variabel LDER berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.

8. Aditya Pratama, 2014 Pengaruh Current Ratio, Debt To Equity Ratio, Return On Equity, Net Profit Margin Dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham. Jurnal Akuntansi Vol.2 No.1 (2014) Hal 1-10

Variabel Independen:

Current Ratio, Debt To Equity Ratio, Return On Equity, Net Profit Margin, Earning Per Share

(21)

No Nama Penelitian Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

Variabel dependen Harga Saham.

9. Jaqualine O.Y. Ponggohong¹, Sri Murni2, Marjam Mangantar3, 2016

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham (Studi Pada Perusahaan Ritel Yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2013).Jurnal Manajemen, Vol. 16 No.1 (2016). Hal 883-894

Variabel Independen:

Current Ratio, Total Asset Turn Over, Debt To Asset Ratio, Debt To Equity Ratio, Return On Asset, Return On Equity.

Variabel Dependen: Harga Saham

H5, H6, H8: CR, DER, DAR, ROA, dan ROE berpengaruh terhadap harga saham

DER dan DAR tidak

berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Sedangkan

variabel CR, ROA, dan ROE berpengaruh terhadap harga saham.

10. Frendy Sondakh1, Parengkuan Tommy2, Marjam Mangantar3, 2015

Current Ratio, Debt To Equity Ratio, Return On Asset, Return On Equity Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Pada Indeks LQ 45 Di BEI Periode 2010-2014. Jurnal EMBA Vol.3 No.2, (2015) Hal 749-756

Variabel Independen:

Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on Asset, Return on Equity

Variabel Dependen: Harga Saham

(22)

No Nama Penelitian Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

11. Abied Luthfi Safitri, 2013

Pengaruh Earning Per Share, Price Earning Ratio, Return On Asset, Debt To Equity Ratio dan Market Value Added terhadap Harga Saham dalam kelompok Jakarta Islamic INDEX. Jurnal Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013). Hal 1-8

Variabel Independen: Earning Per Share, Debt to Equity Ratio, Market Value Added, Price Earning Ratio, Return on Assets.

Variabel Dependen: Harga Saham.

H9: ROA, DER dan MVA berpengaruh terhadap Harga Saham.

EPS, PER dan MVA yang berpengaruh positif signifikan terhadap Harga Saham. ROA dan DER tidak

berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham dalam Kelompok.

12. Tamara Oca Viandita, 2013

Pengaruh Debt Ratio (DR), Price To Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS), dan Size Terhadap Harga Saham. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 1 No. 2 (2013) Hal 113-121

Variabel Independen: Debt Ratio, Price to Earning Ratio, Earning Per Share, Size

Variabel Dependen: Harga Saham

Debt Ratio (DR), Price to Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS), dan Size mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.

13. Arif Adhi Nugraha, 2013 Analisis Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kinerja Perusahaan Yang Tergabung Dalam Indeks Kompas 100. Jurnal Manajemen Vol.2 No. 1

Variabel Independen:

Sruktur Modal: Debt to asset ratio; Debt to equity ratio; Economic Value Added; Long Debt to equity ratio.

(23)

No Nama Penelitian Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

Variabel Dependen: Kinerja Perusahaan.

DAR dan DER mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap EVA, sedangkan variabel LDER tidak berpengaruh terhadap EVA perusahan yang tergabung di Indeks Kompas 100.

14. Farda Eka Septiana, 2016

Pengaruh rasio keuangan terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur. Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen Vol. 5 No. 1 (2016). Hal 1-21

Variabel Independen:

Rasio keuangan, Return saham, Regresi Linier Berganda.

Variabel Dependen: Harga Saham.

H8: Debt Equity Ratio, Current Ratio berpengaruh signifikan terhadap return saham. Return On Asset, Total Asset Turnover dan Price Earning Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.

15. Yuliana1, Ervita Safitri2, Rika Kharlina Ekawati3, 2014

Pengaruh Struktur Modal, Ukuran Perusahaan, dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Sektor Aneka Industri Ynag Terdaftar di BEI. No. 14

Variabel Independen: Struktur Modal, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Manajerial dan Kinerja Perusahaan.

Struktur modal, ukuran perusahaan dan kepemilikan manajerial berpengaruh secara simultan dan signifikan

(24)

No Nama Penelitian Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

(2014). Hal 1-14

Variabel Dependen: Kinerja Perusahaan

Struktur modal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan, sedangkan ukuran perusahaan dan

kepemilikan manajerial tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap kinerja perusahaan.

16. Samuel Fosu, 2013 Capital Structure, Product Market Competition and Firm Performance: Evidence from South Africa. Journal

University of Leicester, UK Working Paper Vol 11 No. 13(2013). Hal 1-33

Variabel Independen: Capital structure, Product market competition

Variabel Dependen: Firm performance

(25)

C. KERANGKA PEMIKIRAN

1. Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Return On Asset

Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat leverage terhadap total shareholders equity yang dimiliki perusahaan. Semakin besar DER menunjukkan semakin besar biaya hutang yang harus dibayar perusahaan sehingga profitabilitas akan berkurang. Hal ini menyebabkan hak para pemegang saham berkurang, dan akan berpengaruh pada minat investor yang juga akan mempengaruhi harga saham yang semakin menurun Imadudin (2014). Hal ini berarti bahwa perusahaan lebih banyak menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan perusahaan dari pada ekuitas sehingga berpengaruh pada meningkatnya kinerja perusahaan Penelitian mengenai DER berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA Binangkit, (2014:32) dan Imadudin (2014:81).

2. Pengaruh Debt to Asset Ratio terhadap Return On Asset

(26)

3. Pengaruh Equity to Asset Ratio terhadap Return On Asset

Equity to Asset Ratio merupakan variabel yang didefinisikan sebagai proporsi dana dari aktiva yang sumber pendanaannya berasal dari ekuitas atau pemegang saham. Pengukuran variabel EAR dikembangkan berdasarkan pernyataan Brigham, Eugene dan Joel F. Houston (2014) bahwa struktur modal adalah bauran dari utang, saham preferen, dan saham biasa. Ukuran dari variabel EAR adalah jumlah ekuitas dibagi dengan jumlah aktiva. Pengaruh Equity to Asset Ratio (EAR) menejelaskan untuk mengetahui besarnya modal sendiri atas aktiva yang diukur. Equity to Asset Ratio (EAR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA) Binangkit (2014:32).

4. Pengaruh Current Ratio terhadap Return On Asset

(27)

5. Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham

Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang Kasmir, (2015:157). Perusahaan DER rendah akan mempunyai risiko kerugian lebih kecil ketika keadaan ekonomi merosot, namun ketika kondisi ekonomi membaik, kesempatan memperoleh laba rendah. Sebaliknya perusahaan dengan rasio leverage tinggi, beresiko menanggung kerugian yang besar ketika keadaan ekonomi merosot, tetapi mempunyai kesempatan memperoleh laba besar saat kondisi ekonomi membaik.

(28)

6. Pengaruh Debt to Asset Ratio terhadap Harga Saham

Pengaruh Debt to Asset Ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva Kasmir, (2015:156). DAR menjelaskan besar kekayaan perusahaan yang di biayai oleh hutang. Aset perusahaan yang terlalu banyak berasal dari hutang akan menciptakan risiko bagi perusahaan karena apabila perusahaan menggunakan semakin banyak hutang untuk membiayai aktivanya akan berpengaruh semakin besarnya kewajiban perusahaan baik dalam bentuk kewajiban tetap dan bunga.

Hal tersebut didukung dari penelitian yang dilakukan DAR dilakukan Khoir, (2012:1) menemukan bahwa variabel DAR berpengaruh signifikan terhadap harga saham. DAR dilakukan penelitian kembali oleh Sutrisno, (2013:1) yang juga menemukan bahwa DAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.

7. Pengaruh Equity to Asset Ratio terhadap Harga Saham

(29)

8. Pengaruh Current Ratio terhadap Harga Saham

Current Ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka penden atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagi secara keseluruhan Kasmir (2015:134). Current Ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar (current assets) dengan hutang lancar (current liabilities). Semakin tinggi tingkat likuiditas, maka pasar akan menaruh kepercayaan terhadap perusahaan, karena perusahaan tersebut dapat menjaga tingkat likuiditasnya, yang artinya perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik, sehingga akan meningkatkan harga saham. Current Ratio dilakukan oleh Sondakh (2015:749) dan Pratama (2014:1) dan Ponggohong (2016:883) menemukan bahwa variabel Current Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.

9. Pengaruh Return on Asset terhadap Harga Saham

(30)

karena tingkat keuntungan yang dihasilkan perusahaan dari pengelolaan asetnya semakin besar, dengan pengelolaan aset yang semakin efisien maka tingkat kepercayaan investor terhadap perusahaan akan meningkat yang nantinya akan meningkatkan harga saham.

Berdasarkan uraian di aats beberapa penelitian terdahuku dapat menguatkan dengan peneliti yaitu ROA Addullah dan Ponggohong (2016:883) yang menemukan bahwa variabel ROA berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham. ROA dilakukan penelitian kembali oleh Sondakh, (2015:749) yang juga menemukan variabel ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham.

10.Pengaruh Return On Asset dalam memediasi hubungan Debt to Equity

Ratio terhadap Harga Saham.

(31)

11.Pengaruh Return On Asset dalam memediasi hubungan Debt to Asset

Ratio terhadap Harga Saham.

Ratio ini merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva (Harmono, 2017:112). Berdasarkan hasil penelitian dari Binangkit, (2014:24)

menunjukan bahwa DAR berpengaruh tidak langsung terhadap harga saham melalui ROA. Hal ini berarti ROA memediasi hubungan antara DAR terhadap Harga Saham.

12.Pengaruh Return On Asset dalam memediasi hubungan Equity to Asset

Ratio terhadap Harga Saham.

(32)

H5(+), H6(+),H7(+)

13.Pengaruh Return On Asset dalam memediasi hubungan Current Ratio

terhadap Harga Saham

Current Ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan Panggohong (2016). Berdasarkan hasil penelitian Fosu (2013:1) menunjukan Current Ratio berpengaruh tidak langsung terhadap harga saham melalui ROA. Hal ini berarti ROA memediasi hubungan antara Current Ratio terhadap harga saham.

Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka pemikiran teoritis dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Hipotesis

H1(+),H2(+),H3(+)

H10(+) H9(+) H11(+)

H4(+) H12(+)

H13(+)

H8(+)

: Pengaruh Langsung : Pengaruh tidak langsung

Struktur Modal:

DER (X1)

DAR (X2)

EAR (X3)

Likuiditas:

Current Ratio/CR (X4)

Kinerja Perusahaan:

ROA (Z) Harga Saham

(33)

D. HIPOTESIS

Berdasarkan konsep tersebut bahwa semakin tinggi struktur modal yang diterapkan oleh perusahaan, maka semakin tinggi pula nilai DER, DAR, EAR, CR dan ROA sehingga investor akan tersedia menamkan modal pada perusahaan tersebut. Untuk itu hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah:

Ha1 : Debt to Equity berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Asset.

Ha2 : Debt to Asset berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Asset.

Ha3 : Equity to Asset berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Asset.

Ha4 : Current Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Asset.

Ha5 : Debt to Equity berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.

Ha6 : Debt to Asset berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.

Ha7 : Equity to Asset berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham

(34)

Ha9 : Return on Asset berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.

Ha10 : Return on Asset memediasi hubungan antara Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham.

Ha11 : Return on Asset memediasi hubungan antara Debt to Asset Ratio terhadap Harga Saham.

Ha12 : Retur on Asset memediasi hubungan antara Equity to Asset Ratio terhadap Harga Saham.

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran matematika di MTs Raudlatul ‘Ulum Kapedi lebih banyak berpusat pada guru sehingga keterlibatan siswa dalam belajar mengajar masih sangat kecil sehingga

Kegiatan sosialisasi ini juga sekaligus untuk menampung aspirasi masyarakat melalui konsultasi publik ( public consultation) , sehingga pemanfaatan Dana Belanja Bantuan

UU no 18 tahun 2008 tentang persampahan Kab belum memiliki rencana induk pengelolaan sampah Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah

Bagaimana cara membantu lembaga pendidikan PAUD Aisyiyah 3 Salatiga melakukan manajemen data akademik secara on line dengan melalui website sehingga pengelolaan data

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan hasil yang didapat dari metode pengenalan suara menggunakan codebook dan PNN, dengan MFCC sebagai ekstraksi ciri,

Voight, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh Soewandhi S.W., Widianto, M.B., dan Reksohadi Prodjo, M.S., Edisi V, Gadjah Mada University Press,

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI PESAWAT SEDERHANA DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI KECIK 3 TANON