• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEPEMIMPINAN BERBASIS NILAI DAN SERTIFIKASI GURU TERHADAP KOMPETENSI GURU MADRASAH ALIYAH SWASTA DI PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2017-2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH KEPEMIMPINAN BERBASIS NILAI DAN SERTIFIKASI GURU TERHADAP KOMPETENSI GURU MADRASAH ALIYAH SWASTA DI PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2017-2018"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEPEMIMPINAN BERBASIS NILAI

DAN SERTIFIKASI GURU

TERHADAP KOMPETENSI GURU

MADRASAH ALIYAH SWASTA DI PONOROGO

TAHUN PELAJARAN 2017-2018

TESIS

Oleh:

Norma Etika Ulinnuha NIM: 212214010

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

PONOROGO

PASCASARJANA

(2)

ii ABSTRAK

Ulinnuha, Norma Etika. 2018. Pengaruh Kepemimpinan Berbasis

Nilai dan Sertifikasi Guru Terhadap Kompetensi Guru Madrasah Aliyah Swasta di Ponorogo Tahun Pelajaran 2017-2018. Tesis, Program Studi Manajemen Pendidikan Islam, Program Pascasarjana, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing: Dr. Umi Rohmah, M.Pd.I

Kata Kunci: Kepemimpinan Berbasis Nilai, Sertifikasi Guru, Kompetensi Guru.

Kompetensi guru menuntut dirinya sebagai seorang guru agar mampu menganalisis, mendiagnosis, dan memprognosis situasi pendidikan. Di lapangan terlihat banyak guru yang belum memenuhi standar kompetensi sebagaimana yang diharapkan. Diantaranya guru tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan mengelola peserta didik, kepribadian guru masih labil, kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat masih rendah, dan penguasaan guru terhadap materi pembelajaran masih dangkal. Kompetensi guru dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu lingkungan sekolah yang dipimpian oleh kepala madrasah dan keahlian yang dimiliki, yang dibuktikan dengan pemberian sertifikat pendidik melalui sertifikasi guru.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis pengaruh kepemimpinan berbasis nilai terhadap Kompetensi Guru Madrasah Aliyah Swasta di Ponorogo tahun pelajaran 2017-2018, (2) menganalisis pengaruh sertifikasi guru terhadap Kompetensi Guru Madrasah Aliyah Swasta di Ponorogo tahun pelajaran 2017-2018, dan (3) menganalisis pengaruh kepemimpinan berbasis nilai dan sertifikasi guru terhadap Kompetensi Guru Madrasah Aliyah Swasta di Ponorogo tahun pelajaran 2017-2018.

(3)

iii Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kepemimpinan berbasis nilai tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kompetensi guru Madrasah Aliyah Swasta di Ponorogo. Hal ini dibuktikan dari analisa bahwa dengan taraf signifikansi 5%, diperoleh thitung sebesar 1,512 lebih kecil dari ttabel sebesar 1,645 sehingga dapat disimpulkan Ha ditolak, artinya kepemimpinan berbasis nilai tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kompetensi guru Madrasah Aliyah Swasta di Ponorogo Tahun Pelajaran 2017-2018, (2) sertifikasi guru tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kompetensi guru Madrasah Aliyah Swasta di Ponorogo. Hal ini dibuktikan dari analisa

bahwa dengan taraf signifikansi 5%, diperoleh thitung sebesar 1,422

lebih kecil dari ttabel sebesar 1,645. Sehingga dapat disimpulkan Ha

(4)

iv ABSTRACT

Ulinnuha, Norma Etika. 2018. The Influence of Value Based

Leadership and Teacher Certification on Teacher’s Competence of Private Islamic Senior High School in Ponorogo On Education Year 2017-2018. Thesis, Study Program of Islamic Education Management, Post Graduate Program, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Advisor: Dr.Umi Rohmah, M.Pd.I

Keyword: Value Based Leadership, Teacher Certification, Teacher’s

Competence

Teacher’s competence is demanding themselves as a teacher

to be able to analyze, diagnose, and prognose educational situation. In the field seen many teachers who have not fulfill the standards of competence as expected. Among teachers do not have the knowledge and skills to manage learners, teacher's personality is still unstable, the ability of educators as part of society is still low, and the mastery of teachers on learning materials is still shallow. Teacher competence can be influenced by several factors, such as the school environment that the headmaster of the islamic school and the expertise possessed, as evidenced by the provision of educator certificates through teacher certification.

This study aims to: (1) analyze the influence of value-based

leadership on teacher’s competence of Private Islamic Senior High

School in Ponorogo on On Education Year 2017-2018, (2) to analyze

the influence of teacher certification on teacher’s competence of

Private Islamic Senior High School in Ponorogo on On Education

Year 2017-2018, and (3) to analyze the influence of value-based

leadership and teacher certification on teacher’s competence of Private

Islamic Senior High School in Ponorogo on On Education Year 2017-2018.

(5)

v The results of study shows that: (1) Value-based leadership

has no significant influence on the teacher’s competence of private

Islamic Senior High School in Ponorogo. This is evidenced from the

analysis that with a significance level of 5%, obtained tcount of 1.512

smaller than ttable of 1.645 so it can be concluded Ha rejected, meaning

value-based leadership has no significant influence on the teacher’s

competence of private Islamic Senior High School in Ponorogo on

Education Year 2017-2018. (2) Teacher certification has no significant

effect on the teacher’s competence of private Islamic Senior High

School in Ponorogo. This is evidenced from the analysis that with a

significance level of 5%, obtained tcount of 1.422 smaller than ttable of

1.645. So it can be concluded Ha rejected, means that teacher

certification does not significantly influence on the teacher’s

competence of private Islamic Senior High School in Ponorogo on

Education Year 2017-2018. (3) Value-based leadership and teacher

certification have no significant influence on the teacher’s competence

of private Islamic Senior High School in Ponorogo. This is evidenced

from the analysis that with a significance level of 5%, obtained Fcount

of 2.230 smaller than Ftable of 3,042. So it can be concluded that Ho is

accepted, there is no significant influence of value-based leadership

leadership and teacher certification on the teacher’s competence of

(6)
(7)
(8)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Guru sebagai tenaga profesional mempunyai visi terwujudnya penyelenggaraan pembelajaran sesuai dengan prinsip profesionalisme untuk memenuhi hak yang sama bagi setiap peserta didik dalam

memperoleh pendidikan yang bermutu.1 Guru merupakan seorang

pendidik, pembimbing, pelatih, dan pengembang kurikulum yang dapat menciptakan kondisi dan suasana belajar yang kondusif, sehingga siswa dapat belajar secara menyenangkan dan dapat berpikir secara aktif, kreatif, dan inovatif dalam mengeksplorasi serta mengelaborasi kemampuannya. Pembelajaran yang kondusif tentunya dipengaruhi oleh guru profesional yang mampu melaksanakan

pendidikan yang berkualitas.2

Menurut UU RI No. 14/2005 Pasal 1 ayat 4, profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Profesional menunjuk

1 Donni Juni Priansa, Kinerja dan Kompetensi Guru: Fokus pada Peningkatan

Kualitas Pendidikan, Madrasah, dan Pembelajaran (Bandung: CV. Alfabeta, 2014), 108.

2 Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Kompetensi Guru

(9)

pada dua hal, yaitu 1) penampilan seseorang sesuai dengan tuntutan yang seharusnya; dan 2) kinerja yang dituntut sesuai standar yang telah ditetapkan. Jadi, guru profesional adalah seseorang yang melakukan tugas profesi keguruan dengan penuh tanggung jawab dan dedikasi

tinggi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.3

Guru yang profesional sangat erat kaitannya dengan kompetensi guru, karena dapat menentukan keberhasilan dalam proses pembelajaran. Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang

membentuk kompetensi standar profesi guru.4 Siswa sering

menjadikan guru sebagai contoh, dan lebih dari itu yaitu sebagai tokoh identifikasi diri. Seorang guru hendaknya memiliki perilaku dan kemampuan yang memadai untuk mengembangkan siswanya secara

utuh.5 Guru memegang peranan strategis dalam membentuk watak

bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang

diinginkan.6 Seorang guru memiliki pengaruh yang sangat besar dalam

menumbuhkembangkan kreativitas dan keterampilan peserta didik yang dimiliki untuk dikembangkan lebih lanjut. Oleh karena itu, seorang guru harus memiliki kemampuan profesional sehingga

3 Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional: Pedoman Kerja, Kualifikasi, dan

Kompetensi Guru (Jogjakarta: ar-Ruzz Media, 2013), 50-51.

4 Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru: melalui Pelatihan dan Sumber

Belajar Teori dan Praktik (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), 27.

5 Rusman, Model-model Pembelajaran, 70-71.

(10)

mendukung pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.7 Guru mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku peserta didik, untuk itu seorang guru harus dapat menjadi suri tauladan bagi peserta didik.8

Di kota besar di Indonesia terdapat kasus kekerasan yang dilakukan oleh guru kepada peserta didik. Selanjutnya, terdapat juga kekerasan yang dilakukan sesama peserta didik. Pada tahun 2008, di Yogyakarta, Surabaya, dan Jakarta, kekerasan yang dilakukan guru tercatat 67,9% di tingkat SMA dan 66,1% di tingkat SMP. Kekerasan yang dilakukan sesama peserta didik tercatat 41,2% di tingkat SMP

dan 43,7% di tingkat SMA.9

Guru profesional adalah guru yang memiliki seperangkat kompetensi yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan keprofesionalannya. Kompetensi yang harus dimiliki berdasarkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada Bab IV Pasal 10 Ayat 91 ada empat yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,

dan kompetensi profesional.10

7 Muhammad Takdir Ilahi, Revitalisasi Pendidikan Berbasis Moral (Jogjakarta:

ar-Ruzz Media, 2012), 122.

8 Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi

Pendidikan di Indonesia (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), 17.

9 Novan Ardy Wiyani, Save Our Children From Scholl Bulliying (Jogjakarta:

ar-Ruzz Media, 2012), 18.

(11)

Tugas dan kewajiban seorang guru selain mengajar adalah memberikan bimbingan dan arahan atas nilai-nilai positif yang harus dijunjung tinggi dalam masyarakat. Ini berarti bahwa seorang guru harus memiliki kualitas diri yang mumpuni untuk menjadi teladan bagi peserta didiknya dan juga masyarakat. Oleh karena itu, seorang guru haruslah memiliki empat kompetensi dasar sehingga proses pembelajaran berlangsung secara proporsional. Empat kemampuan dasar tersebut meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Keempat kompetensi inilah yang menentukan kualitas seorang guru. Semakin bagus penguasaan guru atas empat kompetensi ini, semakin kompeten guru tersebut dalam profesi

kependidikannya.11

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 Ayat 3 dikemukakan bahwa, kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi

hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.12 Kompetensi

kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantab, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, serta

11 Mohammad Saroni, Personal Branding Guru: Meningkatkan Kualitas dan

Profesionalitas Guru (Jogjakarta: ar-Ruzz Media, 2011), 12.

12 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: PT Remaja

(12)

berakhlak mulia.13 Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul

secara efektif dengan peserta didik dan masyarakat sekitar.14

Sedangkan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik untuk memenuhi standar kompetensi yang

ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.15

Kemerosotan kualitas proses dan hasil proses pendidikan telah menjadi semacam obsesi yang tidak juga tercapai. Berbagai kebijakan dicanangkan untuk mengangkat kualitas proses dan hasil proses

pendidikan, bahkan kurikulum seringkali berganti untuk

menyesuaikan proses dengan kebutuhan masyarakat. Salah satu

perkiraan yang menyebabkan hal ini adalah rendahnya kualitas guru.16

Rendahnya kualitas guru ini menunjukkan minimnya kualifikasi dan kompetensi guru.

Di lapangan terlihat banyak guru yang belum memenuhi standar

kompetensi sebagaimana yang diharapkan. Pertama, guru tidak

memiliki pengetahuan dan keterampilan mengelola peserta didik. Misalnya, banyak kasus guru memberikan hukuman yang berlebihan

terhadap peserta didik bahkan sampai melukai. Kedua, kepribadian

13 Ibid., 117.

14 Ibid., 173.

15 Ibid., 135.

(13)

guru masih labil. Misalnya, guru menodai peserta didiknya sendiri, sehingga guru semacam ini sulit dijadikan teladan oleh peserta didik

dan masyarakat. Ketiga, kemampuan pendidik sebagai bagian dari

masyarakat masih rendah. Misalnya, guru tidak mampu menulis karya

ilmiah sebagai bagian komunikasi dengan masyarakat. Keempat,

penguasaan guru terhadap materi pembelajaran masih dangkal. Misalnya, guru kesulitan dalam menerapkan materi yang diajarkan

dengan kehidupan peserta didiknya sehari-hari.17

Kompetensi seseorang sangat besar dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor, baik dari dalam (internal) maupun dari luar

(eksternal). Diantaranya adalah 1) bakat bawaan, 2) motivasi kerja yang tinggi, 3) sikap, motif, dan nilai cara pandang, 4) pengetahuan yang dimiliki baik dari pendidikan formal maupun non formal, 5) keterampilan atau keahlian yang dimiliki, dan 6) lingkungan hidup dari kehidupan mereka sehari-hari. Begitu pula bagi seorang guru maka kompetensi yang dimilikinya dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu lingkungan sekolah yang dipimpin oleh kepala madrasah dan keahlian yang dimiliki, yang dibuktikan dengan

pemberian sertifikat pendidik melalui sertifikasi guru.18

Kepala madrasah memiliki peran yang sangat strategis dalam menciptakan guru yang profesional. Dengan memberikan dukungan,

17 Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru, 7.

18 Moeheriono, Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi (Jakarta: PT

(14)

kepala madrasah diharapkan mampu meningkatkan keterlibatan guru secara individu dalam rangka membangun kualitas pendidikan yang

bermutu.19

Kepemimpinan pendidikan merupakan bagian esensial dari suatu organisasi pendidikan, bahkan menjadi hal yang sangat penting dalam berjalannya organisasi pendidikan untuk mencapai tujuan yang

dimiliki organisasi tersebut.20 Kepemimpinan bisa diartikan sebagai

suatu kegiatan mempengaruhi orang lain agar orang tersebut mau

bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.21

Untuk mencapai tujuan, sebuah organisasi pendidikan haruslah memiliki seorang pemimpin yang baik. Seorang pemimpin yang baik adalah yang memiliki inteligensi tinggi, kematangan sosial, motivasi, dan orientasi pada pencapaian, serta kepercayaan diri dan

keterampilan berkomunikasi yang baik.22

Keberhasilan pendidikan di madrasah sangat ditentukan oleh kepala madrasah dalam mengelola dan memberdayakan seluruh warga

madrasah, yang termasuk di dalamnya guru dan staf.23 Pemimpin yang

19 Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Kinerja dan Profesionalisme Kepala

Madrasah: Membangun Madrasah Bermutu (Bandung: Alfabeta, 2013), 88.

20 Bahrudin dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam: Antara Teori dan

Praktik (Jogjakarta: ar-Ruzz Media, 2012), 77.

21 Ibid., 48.

22 Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Leadership: Membangun Super

Leadership Melalui Kecerdasan Spiritual (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), 131-132.

23 E. Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Madrasah (Jakarta: PT Bumi

(15)

baik adalah pemimpin yang mampu membangun nilai dan norma bersama anggotanya. Nilai sangatlah penting dalam suatu lembaga sebagai acuan bagi seluruh anggota lembaga untuk mencapai tujuan

lembaga.24

Pemimpin yang baik memiliki rasa nyaman dengan nilai-nilai pribadi dan nilai-nilai organisasi yang berkembang. Nilai tersebut diantaranya kejujuran, kerja keras, percaya diri, kerendahan hati,

ketekunan, dan semangat dalam melakukan sesuatu.25 Seorang

pemimpin dapat jujur kepada nilai-nilai sendiri ketika membantu anggotanya mengartikulasikan apa yang mereka hargai dan mengambil bagian sebagai suatu pendekatan langsung dengan konflik nilai-nilai dalam organisasi. Transformasi nilai yang baik dimulai

dengan kepercayaan dari anggota.26

Values-based leadership (VBL) is foundational to the practice of transformational servant leadership (TSL). VBL involves knowing one’s core values, but it also necessitates an on going process of critiquing and shaping existing values or integrating new ones based on one’s sense of life purpose, contextual factors, community affiliations, and/or the central texts that one embraces as moral compasses in life.27

24 Minnah El Widdah dkk, Kepemimpinan Berbasis Nilai dan Pengembangan Mutu

Madrasah (Bandung: Alfabeta, 2012), 7.

25 Ibid., 73.

26 Ibid., 75.

27 Darrel Peregrym dan Randy Wollf, Values Based Leadership: The Foundation of

Transformational Servant Leadership”, The Journal of Value Leadership, 6 (2013),

(16)

Darrel Peregrym dan Randy Wollf berpendapat bahwa kepemimpinan berbasis nilai merupakan dasar untuk menjalankan kepemimpinan transformasional. Kepemimpinan berbasis nilai tidak hanya melibatkan nilai inti individu tetapi juga mengharuskan proses terus menerus suatu tinjauan dan membentuk nilai-nilai yang ada atau mengintegrasikan nilai baru berdasarkan tujuan hidup, faktor kontekstual, komunitas, dan atau kalimat yang dianut seseorang

sebagai pedoman dalam kehidupan.28

“... According to Kraemer, values-based leaders practice balance by listening to the ideas of others and discerning the personal values that undergird those ideas. They seek to pool the wisdom of others and try to make the best decision for those involved and the larger organization without compromising their personal values.”29

Menurut Kraemer, kepemimpinan berbasis nilai menjalankan keserasian dengan mendengarkan beberapa pendapat dari orang lain dan membedakan nilai individu yang membentuk pendapat-pendapat tersebut. Kepemimpinan berbasis nilai mencoba menyatukan kebijaksanaan orang lain dan membuat keputusan terbaik untuk

organisasi terkait tanpa menyepakati nilai-nilai individu.30

Adapun Minnah el-Widdah mengatakan bahwa kepemimpinan berbasis nilai adalah suatu pendekatan dalam penanaman norma dan

28 Ibid.

29 Ibid., 4

(17)

nilai dalam pengembangan kelompok yang menjadi petunjuk bagi perilaku orang-orang yang terdapat dalam suatu masalah. Kepemimpinan berbasis nilai membangun nilai dalam diri setiap individu dan memastikan adanya pembagian nilai bagi seluruh anggota madrasah. Nilai sebagai bentuk perilaku kehangatan yang diperlihatkan kepala madrasah bagi semua warga madrasah sehingga muncul saling keterbukaan, rasa hormat, dan akan membina hubungan

yang baik.31 Oleh sebab itu sangatlah penting membagi nilai-nilai

sebagai pondasi utama dalam membangun hubungan antar warga madrasah, seperti seorang guru.

Faktor lain yang juga mempengaruhi kompetensi guru yaitu keahlian yang dimiliki guru, yang dibuktikan dengan pemberian sertifikat pendidik melalui sertifikasi guru. Untuk menunjang dan memberikan motivasi kepada pendidik, dikeluarkanlah sertifikat pendidik yang disertai dengan pemberian tunjangan oleh pemerintah. Tingkat penghasilan dapat meningkatkan prestasi kerja dan memberikan motivasi untuk meningkatkan kompetensi guru untuk

menjadi lebih baik lagi.32

Sertifikasi guru merupakan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah sebagai upaya peningkatan mutu guru yang disertai dengan peningkatan kesejahteraan guru, sehingga diharapkan dapat

31 El-Widdah, Kepemimpinan Berbasis Nilai, 75.

32 Sadili Samsudin, Manajemen Sumber Daya Manusia (Bandung: CV Pustaka

(18)

meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan secara berkelanjutan. Tujuan dari sertifikasi guru adalah menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, peningkatan proses dan

mutu hasil pendidikan, serta peningkatan kompetensi guru.33

Sejak tahun 2006, sedikitnya ada 200.000 guru mengikuti program sertifikasi di Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan (LPTK). Dengan adanya sertifikasi guru diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Namun yang terlihat justru sebaliknya, banyak guru yang setelah lolos setifikasi tidak menunjukkan komitmen dan konsekuensi sebagai guru yang digaji lebih tinggi. Guru tidak menunjukkan peningkatan kompetensi yang dimiliki, bahkan kurang memperhatikan

kualitas materi yang diberikan kepada peserta didik.34

Berdasarkan data hasil uji kompetensi guru yang diadakan oleh Kemdikbud pada tahun 2012 menunjukkan hasil Uji Kompetensi Awal (UKA) guru sebelum mendapatkan sertifikat profesional guru diperoleh gambaran bahwa nilai rata-rata nasional adalah 42,25 untuk skala nilai 0-100. Kemudian, berdasarkan nilai hasil Uji Kompetensi

Guru (UKG) yang dilakukan secara online terhadap guru

setelah memperoleh sertifikat profesional diperoleh nilai rata-rata

33 Farida Sarimaya, Sertifikasi Guru: Apa, Mengapa dan Bagaimana? (Bandung:

Yrama Widya, 2009), 12-13.

34 Nini Subini, Awas, Jangan Jadi Guru Karbitan: Kesalahan-Kesalahan Guru

(19)

nasional sebesar 45,82 untuk skala nilai 0-100. Artinya, kompetensi guru masih jauh dari angka ideal, bahkan tidak mencapai

separuhnya.35

Di Ponorogo banyak terdapat lembaga pendidikan. Selain pesantren, terdapat pula pendidikan formal negeri maupun swasta baik yang berada di lingkungan Dinas Pendidikan (Diknas) ataupun Kementerian Agama (Kemenag). Madrasah aliyah sebagai madrasah tingkat menengah atas merupakan tempat dimana peserta didik mempersiapkan diri untuk melanjutkan di pendidikan tinggi. Di madrasah aliyah peserta didik dibekali dengan ilmu yang akan menuntunnya menempuh pendidikan selanjutnya, yang tentunya membutuhkan pendidik-pendidik yang profesional agar mereka benar-benar siap.

Secara umum, banyak perbedaan antara madrasah negeri dan

madrasah swasta. Seperti biaya, fasilitas, dan tenaga pengajar.36 Di

madrasah negeri biaya pendidikan relatif rendah, sedangkan madrasah swasta biasanya biayanya lebih mahal dan di atas rata-rata. Hal ini dikarenakan madrasah swasta memiliki visi dan misi tersendiri. Madrasah swasta memiliki standar pendidikan yang berbeda-beda

35 Srie,

http://www.srie.org/2013/02/hasil-uka-dan-ukg-kompetensi-guru-lebih.html, diakses 3 November 2015 pukul 10.55 WIB.

36 Nadia Azka,

(20)

bagi murid-muridnya. Madrasah swasta yang berkualitas tentu mematok harga yang cukup tinggi.

Fasilitas di madrasah negeri dan swasta tentu juga berbeda. Dengan biaya yang tergolong standar dari pemerintah, madrasah negeri masih kalah jika dibandingkan dengan madrasah swasta yang biayanya tidaklah murah. Biaya madrasah berpengaruh cukup besar

dalam pemberian fasilitas pembelajaran.37

Tenaga pengajar atau guru pada madrasah negeri maupun swasta kurang lebih sama. Rata-rata tenaga pengajar sama-sama memiliki latar belakang pendidikan minimal S1, dan sebagian ada yang sudah S2. Yang membedakan adalah perhatian para pengajar terhadap anak didiknya. Jumlah siswa berpengaruh signifikan terhadap perhatian guru. Jika dalam satu kelas madrasah negeri memiliki 40 siswa, maka

madrasah swasta hanya 20-30 siswa.38

Guru-guru yang mengajar di madrasah negeri cenderung memperhatikan siswa-siswa yang menonjol. Misalnya siswa yang sangat cerdas dan siswa yang jauh di bawah rata-rata. Sementara siswa-siswa yang lainnya kurang mendapat perhatian. Sedangkan di madrasah swasta, karena jumlah murid ideal dan tidak terlalu banyak, maka guru-guru bisa lebih memperhatikan anak didiknya. Meski siswa yang cerdas dan siswa yang jauh di bawah rata-rata tetap terlihat lebih

37 Ibid.

(21)

menonjol, namun guru-guru madrasah swasta masih bisa memperhatikan siswa-siswa yang lainnya, sehingga guru paham betul

karakteristik setiap anak didiknya.39

Selanjutnya, hasil UKG tahun 2015 menunjukkan adanya peningkatan kompetensi guru dari tahun sebelumnya. Rata-rata UKG nasional adalah 53,02, dimana pemerintah menargetkan rata-rata nilai di angka 55. Selain itu, rata-rata nilai profesional adalah 54,77, dan nilai rata-rata kompetensi pedagogik adalah 48,94. Hasil UKG tahun 2015 yang berhasil meraih nilai diatas rata-rata yang telah ditargetkan sebelumnya hanya 7 Provinsi saja, yaitu: Jawa Barat, Jawa Tengah,

Yogyakarta, DKI Jakarta, Bali, Jawa Timur, dan Bangka Belitung.40

Hasil UKG dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 133.

Ponorogo merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur. Berdasarkan data hasil Uji Kompetensi Guru (UKG), Jawa Timur mencapai nilai di atas rata-rata yaitu 56,71. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Sulton (Dosen Universitas Muhammadiyah Ponorogo) menunjukkan kompetensi pedagogik guru-guru pada sekolah unggulan memperoleh nilai rerata 3,1 (baik) dan nilai rerata 2,4 (cukup) para guru dari sekolah konvensional. Selanjutnya, kompetensi personal para guru pada sekolah unggulan mencapai rerata 3,3 (baik) dibanding para guru pada sekolah konvesional

39 Ibid.

40 http://info-menarik.net/hasil-ukg-kemendikbud-tahun-2015/, diakses tanggal 28

(22)

dengan rerata 2,8 (cukup). Selanjutnya, kompetensi sosial untuk kompetensi sosial dari para guru baik dari sekolah unggulan maupun konvensional diperoleh kategori yang sama yaitu cukup, dengan skor 2,8 dari sekolah unggulan dan 2,2 untuk sekolah

konvensional. Sedangkan, kompetensi profesional guru-guru di

sekolah unggulan memperoleh skor rerata 2,9 (cukup) dan 2,2

(cukup) untuk guru sekolah konvensional.41

Namun berdasarkan hasil observasi awal di MA Hudatul Muna 2 pada tanggal 6 Februari 2016, banyak guru terlambat masuk kelas, guru hanya memberikan tugas kepada siswa lalu pergi ke kantor untuk berbincang-bincang atau sekedar bercanda dengan guru atau staf yang

lain42. Di MA Al-Islam, masih terdapat guru yang tidak rutin membuat

perencanaan pembelajaran, guru tidak memanfaatkan media pembelajaran yang ada, dan masih ada juga guru yang gaptek sehingga

tidak mengikuti perkembangan teknologi.43 Di MA Al-Mukarrom,

masih terdapat guru yang mengajar tidak sesuai dengan ijazah yang dimiliki dan guru tidak dapat mengajar di kelas dengan baik karena

41 Sulton Sumaji Rudianto, “Kajian Kompetensi SDM Guru dalam Rangka

Meningkatkan Kualitas Pendidikan di Kabupaten Ponorogo”, Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran, 3 (2015), 28-29.

42 Observasi pada hari Sabtu, 6 Februari 2016.

43 Yusrin Nor Azmi, Pengaruh Efektifitas Komunikasi dan Disiplin Kerja Terhadap

(23)

kesibukannya sehari-hari.44 Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti bermaksud menguji teori tentang kepemimpinan berbasis nilai, sertifikasi guru, dan pengaruhnya terhadap kompetensi guru.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Adakah pengaruh yang positif dan signifikan kepemimpinan

berbasis nilai terhadap kompetensi guru madrasah aliyah swasta di Ponorogo tahun pelajaran 2017-2018?

2. Adakah pengaruh yang positif dan signifikan sertifikasi guru

terhadap kompetensi guru madrasah aliyah swasta di Ponorogo tahun pelajaran 2017-2018?

3. Adakah pengaruh yang positif dan signifikan kepemimpinan

berbasis nilai dan sertifikasi guru terhadap kompetensi guru madrasah aliyah swasta di Ponorogo tahun pelajaran 2017-2018?

44 Evi Nuraini Nafiah, Pembinaan Kompetensi Profesional Guru di Madrasah

Tsanawiyah-Madrasah Aliyah Ma’arif Al-Mukarrom Kauman Ponorogo (Tesis:

(24)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Menganalisis pengaruh kepemimpinan berbasis nilai terhadap

kompetensi guru madrasah aliyah swasta di Ponorogo tahun pelajaran 2017-2018.

2. Menganalisis pengaruh sertifikasi guru terhadap kompetensi guru

madrasah aliyah swasta di Ponorogo tahun pelajaran 2017-2018.

3. Menganalisis pengaruh kepemimpinan berbasis nilai dan

sertifikasi guru terhadap kompetensi guru madrasah aliyah swasta di Ponorogo tahun pelajaran 2017-2018.

D. Kegunaan Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap khazanah pengembangan ilmu pengetahuan yang terkait dengan kepemimpinan berbasis nilai, sertifikasi guru dan kompetensi guru.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi lembaga pendidikan

(25)

b. Bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi para guru seberapa jauh kompetensi yang telah dimilikinya, sehingga para guru dapat terus memperbaiki, meningkatkan, dan bahkan mengembangkan kompetensi yang dimilikinya agar tujuan pendidikan dapat dicapai.

c. Bagi peneliti

(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Terhadap Hasil Penelitian Terdahulu

1. Peran Kepala Madrasah dalam Mengembangkan Profesionalitas

Guru (Studi Penerapan Fungsi Manajemen Kepala Madrasah di

Madrasah Alam Bilingual MTs Surya Buana Malang).45

Penelitian ini dilakukan oleh Imam Wahyudi, Mahasiswa Pascasarjana UIN Malang Jurusan S2 Manajemen Pendidikan Islam. Temuan penelitian menunjukkan bahwa kepala madrasah dalam mengembangkan profesionalitas guru dari segi penerapan fungsi

manajemen adalah 1) planning (perencanaan), pengembangan

dilakukan dalam dua bagian, yaitu a. rekrutmen guru profesional; b. pelatihan dan pengembangan (rapat, MGMP, seminar, penataran dan

studi lanjut), 2) organizing (pengorganisasian), kepala madrasah

melibatkan seluruh warga MTs Surya Buana, di antaranya tim pengembang dan tim sembilan (khususnya bidang ketenagaan), dan

juga yayasan, 3) actuating (pelaksanaan), dalam perekrutan guru

kepala madrasah sangat selektif dalam rangka mendapatkan guru baru yang profesional yaitu melalui tes dan wawancara. Sedangkan dalam

45 http://lib.uin-malang.ac.id/?mod=th_detail&id=07920006, diakses 1 September

2015 pukul 16.30 WIB.

(27)

pelatihan dan pengembangan kepala madrasah memfasilitasi para guru

dan membiayai kegiatan-kegiatan tersebut, 4) controlling

(pengawasan), kepala madrasah melakukan supervisi kepada para guru.

2. Manajemen Kinerja Berbasis Budaya Religius Dalam

Meningkatkan Profesionalisme Guru (Studi Kasus di MTsN

Aryojeding Tulungagung).46

Penelitian ini dilakukan oleh Lia Husna Khotmawati, Mahasiswa Pascasarjana UIN Malang Jurusan S2 Manajemen Pendidikan Islam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) perencanaan yang dilakukan oleh kepala MTsN Aryojeding dalam meningkatkan profesionalisme guru berbasis budaya religius meliputi: (a) perencanaan berdasarkan

RENSTRA, visi, misi, tujuan madrasah, dan kebutuhan (need

assesment), (b) melibatkan seluruh unsur civitas akademika madrasah, (c) melakukan rekrutmen guru GTT baru, 2) pembinaannya meliputi: (a) mengikutkan dalam diklat, seminar, maupun workshop, (b) studi lanjut, (c) revitalisasi MGMP, (d) membentuk forum silaturrahim antar guru, (e) penambahan fasilitas penunjang, 3) evaluasi meliputi: (a) melakukan supervisi, baik secara personal maupun kelompok, (b)

teknik yang digunakan adalah secara langsung (directive) dan tidak

langsung (non direcvtive), (c) aspek penilaian dalam supervisi adalah

46 http://lib.uin-malang.ac.id/?mod=th_detail&id=07920007, diakses 1 September

(28)

presensi guru, kinerja guru di madrasah, perkembangan siswa, (d) menggunakan format Daftar Penilaian Pekerjaan (DP3).

3. Kontribusi Profesionalisme Guru dan Kepemimpinan Kepala

Sekolah Terhadap Kinerja Guru SMP Negeri di Kabupaten

Brebes.47

Penelitian ini dilakukan oleh Darmansyah, mahasiswa S2 Pascasarjana Universitas Negeri Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan profesionalisme guru dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru pada SMP Negeri di Kabupaten Brebes.

Adapun persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Imam Wahyudi adalah sama-sama meneliti peran kepala madrasah selaku pemimpin dalam lembaga pendidikan. Adapun perbedaannya adalah dalam penelitian sebelumnya

membahas tentang peran kepala madrasah dalam

mengembangkan profesionalitas guru, sedangkan dalam

penelitian ini membahas tentang pengaruh kepemimpinan kepala madrasah terhadap kompetensi guru. Dalam penelitian sebelumnya, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif,

47 Darmansyah, “Kontribusi Profesionalisme Guru dan Kepemimpinan Kepala

Sekolah Terhadap Kinerja Guru SMP Negeri di Kabupaten Brebes”, (Tesis,

(29)

sedangkan dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif.

2. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Lia Husna Khotmawati adalah sama-sama meneliti peran kepala madrasah selaku pemimpin dalam lembaga pendidikan. Adapun perbedaannya adalah dalam penelitian sebelumnya membahas tentang upaya-upaya yang dilakukan kepala madrasah untuk meningkatkan profesionalisme guru dengan kinerja berbasis budaya religius, sedangkan penelitian ini membahas tentang pengaruh kepemimpinan kepala madrasah berbasis nilai terhadap kompetensi guru. Dalam penelitian sebelumnya, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif, sedangkan dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif.

3. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang

(30)

Selain itu dalam penelitian ini juga dibahas pengaruh sertifikasi guru terhadap kompetensi guru.

B. Landasan Teori

1. Kompetensi Guru

a. Profesi Guru

Guru sebagai suatu profesi memiliki peranan yang penting. Pekerjaan guru tidak bisa dikatakan mudah. Seorang guru harus memahami karakteristik peserta didik, membaca potensinya, dan mengembangkannya secara optimal. Tanpa intervensi guru yang profesional, potensi peserta didik tidak akan muncul di permukaan.

Oemar Hamalik menjabarkan profesi guru dalam hubungan yang

luas. Pertama, peranan pendidikan harus dilihat dalam konteks

pembangunan secara menyeluruh yang bertujuan untuk membentuk manusia sesuai dengan cita-cita bangsa. Tanpa keahlian yang

memadai, pendidikan akan sulit untuk berhasil. Kedua, hasil

pendidikan tidak bisa dirasakan dalam kurun waktu yang singkat, tetapi dalam jangka waktu yang lama dan bahkan mungkin setelah satu generasi. Sehingga proses pendidikan tidak boleh salah walau hanya sedikit saja karena dapat berakibat buruk bagi peserta didik. Dan oleh sebab itu, maka pendidikan harus dikelola oleh tenaga-tenaga

profesional. Ketiga, madrasah merupakan lembaga profesional yang

(31)

berkepribadian, matang dan tangguh yang dapat bertanggung jawab pada dirinya sendiri dan orang lain. Untuk mencapai tujuan tersebut, seorang guru harus dididik dalam profesi kependidikan agar memiliki kompetensi sehingga dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara

efektif dan efisien. Keempat, pekerjaan guru merupakan pekerjaan

yang penuh pengabdian pada masyarakat dan perlu ditata berdasarkan kode etik tertentu. Kelima, sebagai konsekuensi logis dari hal-hal yang disebutkan sebelumnya, maka setiap guru harus memiliki kompetensi

profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi

kemasyarakatan.48

Sebagai sebuah profesi, hendaknya seorang guru bisa bekerja secara profesional dengan mengetahui dan menerapkan beberapa

prinsip dalam mengajar, yaitu:49

1) guru harus dapat membangkitkan perhatian peserta didik terhadap

materi pelajaran yang diberikan dan dapat menggunakan berbagai media dan sumber belajar.

2) guru harus dapat membangkitkan minat peserta didik untuk aktif

dalam berpikir dan mendapatkan pengalaman dan pengetahuan.

3) guru harus dapat membuat urutan dalam pemberian pelajaran dan

penyesuaiannya dengan usia dan tahapan tugas perkembangan peserta didik.

48 Barnawi dan Muhammad Arifin, Etika dan Profesi Kependidikan (Jogjakarta:

ar-Ruzz Media, 2012), 116-117.

(32)

4) guru perlu menghubungkan pelajaran yang akan dipelajari dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik.

5) guru dapat menjelaskan unit pelajaran secara berulang-ulang

sehingga tanggapan peserta didik menjadi jelas.

6) guru harus memperhatikan dan memikirkan korelasi antara mata

pelajaran yang diajarkan dengan kehidupan sehari-hari.

7) guru harus tetap menjaga konsentrasi belajar peserta didik.

8) guru harus mengembangkan sikap peserta didik dalam membina

hubungan sosial, baik di dalam maupun di luar kelas.

9) guru harus memahami karakteristik masing-masing peserta didik.

Guru memiliki tanggung jawab yang besar untuk mengantarkan para peserta didiknya menuju kedewasaan atau taraf kematangan tertentu. Dalam hal ini, guru tidak hanya berperan sebagai pengajar yang memberikan pengetahuan (transfer of knowledge), tetapi juga sebagai pendidik yang mengajarkan sekaligus mencontohkan nilai-nilai (transfer of value) dan sekaligus sebagai pembimbing yang

memberikan arahan dan tuntunan peserta didik dalam belajar.50

Sebagai seorang guru yang memiliki peran transfer of knowledge tentunya ia harus menyampaikan ilmu sesuai dengan perkembangan dan tuntutan masa depan (aspek IQ), sehingga dapat mengambil inisiatif dan peran di tengah-tengah masyarakat. Selain itu, guru yang

50 Miftahul Ulum, Demitologi Profesi Guru (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press,

(33)

memiliki peran transfer of value harus memberikan bekal mental, moral, dan spiritual kepada peserta didik (aspek EQ dan SQ) secara

bersama-sama.51

b. Kompetensi Guru

Menurut Munsyi, kompetensi mengacu pada kemampuan

melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan.

Kompetensi menunjuk kepada performance dan perbuatan yang

rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu dalam melaksanakan

tugas-tugas kependidikan.52

1) Kompetensi menurut Lyle M. Spencer dan Signe M. Spencer

Lyle M. Spencer dan Signe M. Spencer mendefinisikan kompetensi sebagai karakteristik yang menonjol dari seorang individu yang berhubungan dengan kinerja efektif dan/atau superior dalam

suatu pekerjaan atau situasi.53 Spencer dan Spencer membagi lima

karakteristik kompetensi sebagai berikut.54

a) Motif yaitu sesuatu yang orang pikirkan dan inginkan yang

menyebabkan sesuatu.

b) Sifat yaitu karakteristik fisik tanggapan konsisten terhadap situasi

atau informasi.

c) Konsep diri yaitu sikap, nilai, dan image diri seseorang.

51 Ibid., 21-22.

52 Hamzah B. Uno, Profesi, 61.

53 Ibid., 62.

(34)

d) Pengetahuan yaitu informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang tertentu.

e) Keterampilan yaitu kemampuan untuk melakukan tugas-tugas

yang berkaitan dengan fisik dan mental.

2) Kompetensi Guru menurut Soediarto

Kompetensi guru menurut pakar pendidikan Soediarto menuntut

dirinya sebagai seorang guru agar mampu menganalisis,

mendiagnosis, dan memprognosis situasi pendidikan. Guru yang memiliki kompetensi profesional perlu menguasai antara lain sebagai

berikut:55

a) Disiplin ilmu pengetahuan sebagai sumber bahan pelajaran

b) Bahan ajar yang diajarkan

c) Pengetahuan tentang karakteristik siswa

d) Pengetahuan tentang filsafat dan tujuan pendidikan

e) Pengetahuan serta penguasaan metode dan model mengajar

f) Penguasaan terhadap prinsip-prinsip teknologi pembelajaran

g) Pengetahuan terhadap penilaian, dan mampu merencanakan,

memimpin, guna kelancaran proses pendidikan.

(35)

3) Kompetensi Guru menurut Nana Sudjana

Nana Sudjana membagi kompetensi guru dalam tiga bagian, yaitu kompetensi bidang kognitif, kompetensi bidang sikap, dan kompetensi

perilaku/performance.56

a) Kompetensi bidang kognitif, artinya kemampuan intelektual

seperti penguasaan mata pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku individu, pengetahuan tentang bimbingan penyuluhan, pengetahuan tentang administrasi kelas, pengetahuan tentang cara menilai hasil belajar siswa, pengetahuan tentang kemasyarakatan, serta pengetahuan umum lainnya.

b) Kompetensi bidang sikap, artinya kesiapan dan kesediaan guru

terhadap berbagai hal berkenaan dengan tugas dan profesinya. Misalnya sikap menghargai pekerjaannya, mencintai dan memiliki perasaan senang terhadap mata pelajaran yang dibinanya, sikap toleransi terhadap sesama teman profesinya, memiliki kemauan yang keras untuk meningkatkan hasil pekerjaannya.

c) Kompetensi perilaku/performance, artinya kemampuan guru

dalam berbagai keterampilan/berperilaku, seperti keterampilan mengajar, membimbing, menilai, menggunakan alat bantu pengajaran, bergaul atau berkomunikasi dengan siswa,

(36)

keterampilan menumbuhkan semangat belajar siswa, keterampilan menyusun persiapan/perencanaan mengajar, dan keterampilan melaksanakan administrasi kelas.

4) Kompetensi Guru Menurut Hamzah B. Uno

Kompetensi guru menurut Uno adalah kecakapan atau kemampuan yang dimiliki oleh guru yang diindikasikan dalam tiga kompetensi, yaitu kompetensi profesional, kompetensi personal, dan

kompetensi sosial.57

a) Kompetensi profesional yaitu kompetensi yang berhubungan

dengan tugas profesional seseorang sebagai guru.

b) Kompetensi personal yaitu kompetensi yang berhubungan dengan

keadaan pribadi seorang guru.

c) Kompetensi sosial yaitu kompetensi yang berhubungan dengan

masyarakat atau lingkungannya.

5) Kompetensi Guru menurut Suyanto dan Djihad Hisyam

Kompetensi guru menurut Suyanto dan Djihad Hisyam ada tiga, yaitu kompetensi profesional, kompetensi kemasyarakatan, dan

kompetensi personal.58

a) Kompetensi profesional yaitu memiliki pengetahuan yang luas

pada bidang studi yang diajarkan, memilih dan menggunakan

57 Ibid., 72.

58 Suyanto dan Asep Jihad, Menjadi Guru Profesional: Strategi Meningkatkan

(37)

berbagai metode mengajar di dalam proses belajar-mengajar yang diselenggarakan.

b) Kompetensi kemasyarakatan yaitu mampu berkomunikasi dengan

siswa, sesama guru, dan masyarakat luas dalam konteks sosial.

c) Kompetensi personal yaitu memiliki kepribadian yang mantap

dan patut diteladani.

6) Kompetensi Guru berdasarkan Undang-undang Nomor 14 Tahun

2005.

a) Kompetensi Pedagogis. Dalam kompetensi pedagogis seorang

guru harus memiliki 8 kemampuan, yaitu:59

(1) pemahaman wawasan atau landasan pendidikan. Seorang guru

harus memiliki wawasan pendidikan yang luas dan dalam sehingga memudahkannya untuk mengambil keputusan yang tepat dalam menentukan tindakan pendidikan. Selain itu juga harus ada landasan pendidikan yang kokoh.

(2) pemahaman terhadap peserta didik. Yang harus dipahami guru

dari peserta didiknya adalah karakteristik mereka yang meliputi kecakapan dan kepribadian. Guru tidak boleh menyamakan semua peserta didiknya. Setiap peserta didik memiki keunikan dan kemampuan yang berbeda-beda.

(3) pengembangan kurikulum atau silabus. Kurikulum harus

dikembangkan dengan prinsip yang beragam dan terpadu, yaitu

(38)

tanggap terhadap perkembangan IPTEK, relevan dengan kebutuhan kehidupan, menyeluruh dan berkesinambungan, belajar sepanjang hayat, dan seimbang antara kepentingan nasional dan daerah. Sedangkan prinsip pengembangan silabus yaitu ilmiah, relevan, sistematis, konsisten, memadai, aktual dan konseptual, fleksibel, dan menyeluruh.

(4) perancangan pembelajaran. Dalam merencanakan pembelajaran,

ada beberapa hal yang dilakukan oleh seorang guru, yaitu: (1) mendeskripsikan tujuan pembelajaran, (2) menentukan materi sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan, (3) mengorganisasikan materi berdasarkan urutan dan kelompok, (4) mengalokasikan waktu, (5) menentukan metode pembelajaran yang sesuai, (6) merancang prosedur pembelajaran, (7) menentukan media pembelajaran, peralatan praktikum, dan bahan yang akan digunakan, (8) menentukan sumber belajar yang sesuai, dan (9) menentukan teknik penilaian yang sesuai.

(5) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Dalam

(39)

bahan yang telah ditentukan, (6) menggunakan sumber belajar yang telah dipilih, (7) memotivasi siswa dengan berbagai cara yang positif, (8) melakukan interaksi dengan siswa menggunakan bahasa yang komunikatif, (9) memberikan pertanyaan dan umpan balik untuk mengetahui dan memperkuat penerimaan siswa dalam proses pembelajaran, (10) menyimpulkan pembelajaran, dan (11) menggunakan waktu secara efektif dan efisien.

(6) pemanfaatan teknologi pembelajaran. Menurut Miarso, teknologi

pembelajaran berperan dalam upaya pemecahan masalah pendidikan dan pembelajaran, dengan cara: (1) memadukan berbagai macam pendekatan secara bersistem, (2) memecahkan masalah belajar secara menyeluruh dan serempak, (3) menggunakan teknologi sebagai proses dan produk untuk memecahkan masalah belajar, (4) menggabungkan pendekatan untuk pemecahan masalah belajar. Teknologi yang bisa dimanfaatkan guru sangat beragam, seperti penggunaan LCD, tape recorder, dan televisi. Selain itu, guru juga bisa memanfaatkan berbagai fasilitas yang ada di internet, seperti

jejaring sosial, youtube, blog, wikipedia dan lain-lain.60

(7) evaluasi hasil belajar. Dalam mengevaluasi, seorang guru

melakukan beberapa hal, yaitu: (1) menyusun soal/perangkat

60 Forrest W. Parkay, Menjadi Seorang Guru terj. Wasi Dewanto (Jakarta: Indeks,

(40)

penilaian sesuai dengan indikator yang telah ditentukan, (2)

melaksanakan penilaian, (3) memeriksa jawaban atau

memberikan skor tes hasil belajar berdasarkan indikator yang telah ditentukan, (4) menilai hasil belajar berdasarkan kriteria penilaian yang telah ditentukan, (5) mengolah hasil penilaian, (6) menganalisis hasil penilaian, (7) menyimpulkan hasil penilaian secara jelas dan logis, (8) menyusun laporan hasil penilaian, (9) memperbaiki soal/perangkat penilaian. Setelah mengetahui hasil belajar siswa, maka seorang guru hendaknya melaksanakan tindak lanjut terhadap prestasi belajar yang dicapai peserta didik. Guru bisa melaksanakan tindak lanjut dengan cara sebagai berikut: (1) mengidentifikasi kebutuhan tindak lanjut hasil penilaian, (2) menyusun program tindak lanjut hasil penilaian, (3) melaksanakan tindak lanjut, (4) mengevaluasi hasil penilaian, dan (5) menganalisis hasil evaluasi program tindak lanjut hasil penilaian.

(8) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi

dirinya. Guru memiliki peran dalam mengembangkan dan mengekspresikan bakat dan minat peserta didik. Agar berjalan efektif, seorang guru dapat mengoptimalkan bakat dan minat peserta didik melalui kegiatan ekskul yang ada. Selain itu, guru juga perlu memfasilitasi pengayaan bagi peserta didik yang telah

(41)

memperdalam pengetahuan mereka. Dan bagi peserta didik yang belum mencapai kompetensi tertentu, perlu diberikan kegiatan remidial agar pembelajaran yang dilaksanakan bisa berjalan dengan tuntas. Selanjutnya diperlukan pelayanan bimbingan dan konseling agar peserta didik menemukan masalah dalam dirinya dan mampu mencari solusi yang tepat.

b) Kompetensi Kepribadian

Kepribadian merupakan organisasi dari faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosiologis yang unsur-unsurnya meliputi pengetahuan, perasaan, dan dorongan naluri. Ngalim Purwanto mengemukakan bahwa faktor jasmani dan rohani individu memegang peranan dalam

kepribadian. Kepribadian bersifat unik dan khas yang

membedakannya dari individu yang lain. Kepribadian bisa diartikan sebagai kualitas jati diri seseorang, baik fisik maupun psikis, yang

terbentuk dari lahir dan karena proses pengalaman hidupnya.61

Kepribadian yang baik akan mempengaruhi keberhasilan pembelajaran. Seorang guru harus memiliki sifat-sifat kepribadian pendidik yang mencerminkan insan mulia yang patut ditiru. Michael Hart mengagumi Nabi Muhammad yang telah memberikan pengaruh yang sangat kuat dan mendalam serta berakar dalam hati pengikutnya. Robert L. Gullick memuji Nabi Muhammad sebagai guru besar sejati dengan menyatakan: “Muhammad merupakan seorang pendidik yang

(42)

membimbing manusia, menuju kemerdekaan dan kebahagiaan yang lebih besar. Tidak dapat dibantah lagi bahwa Muhammad sungguh telah melahirkan ketertiban dan stabilitas yang mendorong perkembangan Islam, suatu revolusi sejati yang memiliki tempo yang tidak tertandingi dan gairah yang menantang. Hanya konsep pendidikan yang paling dangkallah yang berani menolak keabsahan meletakkan Muhammad diantara pendidik-pendidik besar sepanjang masa, karena, dari sudut pragmatis, seorang yang mengangkat perilaku manusia adalah pangeran diantara pendidik.”62

Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Ahzab ayat 21:

َ لَ ق

Sifat-sifat pendidik yang beliau contohkan sangat banyak,

diantaranya beliau bersifat shidiq, fatonah, amanah, dan tabligh.

Seorang guru haruslah memiliki sifat jujur, cerdas, dapat dipercaya, dan santun dalam menyampaikan. Sedangkan berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2008 pasal 3, kompetensi kepribadian

yang harus dimiliki seorang guru adalah sebagai berikut.63

(1) Beriman dan bertakwa. Seorang guru haruslah seseorang yang

memiliki keyakinan (iman) akan adanya kekuasaan Tuhan.

62 Ibid., 157-158.

(43)

Keyakinan itu lalu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan cara menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Aplikasi dalam kehidupan sehari-hari inilah yang disebut takwa.

(2) Berakhlak mulia. Sebagai sosok yang digugu dan juga ditiru,

seorang guru haruslah memiliki akhlak mulia. Karena selain mengajarkan pengetahuan, seorang guru juga menanamkan nilai-nilai pada para peserta didiknya. Penanaman nilai-nilai tidak akan efektif jika hanya diajarkan saja tanpa dicontohkan dengan kebiasaan diri.

(3) Demokratis, arif dan bijaksana, serta berwibawa. Guru seringkali

berada pada situasi yang menuntutnya untuk membuat keputusan. Guru harus bisa membuat keputusan dengan arif, yaitu didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak. Dalam arti lain, seorang guru harus bertindak demokratis untuk menghasilkan keputusan yang bijaksana. Keputusan yang bijaksana dapat menjaga bahkan meningkatkan kewibawaan guru.

(4) Mantap, stabil, dan dewasa. Kepribadian yang mantap dan stabil

(44)

cara menampilkan sikap kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.

(5) Jujur dan sportif. Kejujuran merupakan hal yang penting bagi

guru mengingat tugasnya untuk memberikan pengetahuan dan juga menunjukkan nilai-nilai mulia. Selain itu guru tidak boleh berbuat curang melainkan harus berbuat sportif. Dua sifat ini harus dipegang teguh demi harkat dan martabat guru.

(6) Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

(7) Mengevaluasi kinerja diri sendiri secara objektif. Guru harus

memiliki kesadaran melihat dan mengenal dirinya sendiri serta mengoreksi dirinya sendiri. Guru harus mampu menilai kinerja sendiri secara objektif berdasarkan teori penilaian dan menggunakan informasi yang valid. Hasil penilaian selanjutnya dapat dijadikan bahan evaluasi agar dapat melaksanakan tugasnya dengan lebih baik lagi.

(8) Mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan. Guru

harus mengembangkan kemampuan dirinya agar menjadi insan yang unggul dan siap berkompetisi. Guru bisa memanfaatkan teknologi untuk terus mengembangkan keilmuwan yang dimilikinya.

c) Kompetensi Sosial

(45)

banyak orang, seperti peserta didik, sesama guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, satpam, tukang kebun, orang tua peserta didik, dan masyarakat. Seorang guru harus mempunyai kemampuan untuk berinteraksi dengan orang-orang tersebut.

Seorang guru harus mempunyai kompetensi sosial yang mencakup hal-hal berikut ini.

(1) Berkomunikasi, baik lisan, tulisan dan atau isyarat secara santun.

(2) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara

fungsional.

(3) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,

tenaga kependidikan, pemimpin satuan pendidikan, dan orang tua peserta didik.

(4) Bergaul dengan masyarakat secara santun dengan mengindahkan

norma dan sistem nilai yang berlaku.

(5) Menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat

kebersamaan.

d) Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional yang harus dimiliki guru adalah sebagai berikut:

(1) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang

mendukung mata pelajaran yang diampu.

(2) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata

(46)

(3) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.

(4) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan

melakukan tindakan reflektif.

(5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

mengembangkan diri.

Dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik, seorang guru

haruslah menjalankannya dengan profesional agar tujuan

pembelajaran yang ditetapkan tercapai. Guru sebagai orang yang memberikan ilmu atau wawasan kepada peserta didik haruslah

memiliki pengetahuan yang luas agar transfer of knowledge yang

disampaikan tidak salah. Selain itu sebagai teladan yang digugu dan

ditiru, guru harus memiliki kepribadian yang baik agar peserta didik menjadi pribadi yang baik dan juga memiliki akhlaq al-karimah. Guru juga harus mampu berkomunikasi dengan baik dengan orang-orang di sekitarnya seperti kepala madrasah dan jajarannya, sesama guru, peserta didik, dan juga orang tua peserta didik. Hal ini agar terjalin keakraban sehingga ada saling keterbukaan dan kepahaman serta terhindar dari kesalahpahaman.

c. Pentingnya Kompetensi Guru

Untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik profesional, guru

harus mempunyai kompetensi yang dipersyaratkan guna

(47)

Kompetensi dipandang perlu sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari eksistensi guru dalam melaksanakan profesinya, sebab pekerjaan guru tidak gampang dan tidak sembarangan dilaksanakan melainkan harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai penduung dan penunjang pelaksanaan profesi. Jika guru tidak memiliki kompetensi yang dipersyaratkan sangat mustahil terwujud pelaksanaan kegiatan proses pendidikan yang lebih baik dan terarah.

Kompetensi merupakan modal dasar bagi guru dalam membina dan mendidik peserta didik sehingga tercapai mutu pendidikan yang akan menghasilkan peserta didik yang memiliki pengetahuan, sikap

dan keterampilan yang paripurna.64 Guru yang kompeten dibutuhkan

untuk menjawab tantangan peningkatan mutu madrasah. d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kompetensi Guru

Kompetensi seseorang sangat besar dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor, baik dari dalam (internal) maupun dari luar

(eksternal). Diantaranya adalah 1) bakat bawaan, 2) motivasi kerja yang tinggi, 3) sikap, motif, dan nilai cara pandang, 4) pengetahuan yang dimiliki baik dari pendidikan formal maupun non formal, 5) keterampilan atau keahlian yang dimiliki, dan 6) lingkungan hidup

dari kehidupan mereka sehari-hari.65

64 Ondi Saondi dan Aris Suherman, Etika Profesi Keguruan (Bandung: PT Refika

Aditama, 2015), 57.

(48)

Michael Zwell mengungkapkan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecakapan kompetensi seseorang. Diantaranya 1) keyakinan dan nilai-nilai, 2) keterampilan, 3) pengalaman, 4) karakteristik kepribadian, 5) motivasi, 6) isu

emosional, 7) kemampuan intelektual, dan 8) budaya organisasi.66

Selain faktor-faktor diatas, kompetensi guru dapat dipengaruhi oleh 1) motivasi dan lingkungan madrasah melalui kepemimpinan kepala madrasah dan 2) keahlian dan pengalaman mengajar guru yang dibuktikan dengan pemberian sertifikat pendidik melalui program sertifikasi guru.

2. Kepemimpinan Berbasis Nilai

a. Nilai

Menurut Gibson sebagaimana dikutip oleh Wibowo, mengatakan bahwa nilai atau value adalah kesadaran, hasrat efektif atau keinginan orang yang menunjukkan perilaku mereka. Serangkaian nilai yang akan menunjukkan orang dan juga mengembangkan perilaku konsisten untuk semua situasi. Wibowo juga mengutip pendapat McShane dan Von Glinov bahwa nilai adalah keyakinan yang stabil dan evaluatif yang menunjukkan preferensi seseorang untuk hasil atau

tindakan dalam berbagai situasi.67 Nilai berfungsi sebagai pedoman

66 Wibowo, Manajemen Kinerja, 339-344.

67 Wibowo, Perilaku dalam Organisasi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013),

(49)

moral yang mengarahkan motivasi, keputusan, dan tindakan seseorang.

Sekelompok orang mungkin mempunyai nilai-nilai yang sama sehingga cenderung dinamakan shared values untuk tim, departemen, organisasi, profesi, atau seluruh masyarakat. Sedangkan nilai-nilai yang dianut oleh sekelompok orang dalam organisasi dinamakan organizational values.68 Bisa juga diartikan bahwa nilai dalam organisasi adalah ukuran yang mengandung kebenaran/kebaikan terhadap keyakinan dan perilaku organisasi yang paling dianut dan digunakan sebagai budaya kerja dalam pengambilan keputusan dan

pelaksanaan kegiatan misi dan visi organisasi.69

b. Kepemimpinan Berbasis Nilai

Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Untuk dapat mempengaruhi orang lain, pemimpin dapat melakukannya dengan memberikan motivasi yang dapat menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu sesuai dengan yang diinginkan pemimpin

tersebut.70 Kepemimpinan yang harus dimiliki pemimpin adalah

kepemimpinan dimana seorang pemimpin tidak hanya berbicara,

68 Ibid.

69 Sedarmayanti, Membangun dan Mengembangkan Kepemimpinan Serta

Meningkatkan Kinerja Untuk Meraih Keberhasilan (Bandung: PT Refika Aditama, 2013), 126.

70 Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan (Bandung: PT Refika Aditama,

(50)

namun mampu memberikan teladan bagi orang-orang yang

dipimpinnya.71

Konsep kepemimpinan berbasis nilai menurut Minnah el-Widdah adalah sebuah komparasi dari berbagai aspek berkenaan dengan nilai dalam hubungan antarorganisasi, kerjasama dengan basis nilai dan organisasi, komitmen yang tinggi, dan melayani anggota dengan

sepenuh hati.72

Nilai-nilai memberikan keberanian pada pemimpin untuk mengantisipasi setiap masalah yang dihadapai dalam perjalanan lembaga. Terkadang, keinginan yang kuat untuk bergerak ke depan dapat menghancurkan rencana awal sehingga dapat memotong jalur, menyudutkan seseorang atau kelompok, bahkan dapat mengabaikan aturan-aturan yang berlaku. Nilai merupakan dasar untuk pemimpin supaya tidak tersesat ataupun menyesatkan. Selain itu, yang paling penting adalah nilai menyediakan satu pola disiplin internal yang sangat diperlukan dalam lingkungan lembaga yang menjadi pegangan

bagi semua anggota.73

Vadim Kotelnikov mengatakan kepemimpinan berbasis nilai sebagai berikut.

Leadership is not limited just to singular measure of effectiveness-it is a multidimensional phenomenon. Value based leadership is different from other modes in that it

71 Rivai, Islamic Leadership, 380.

72 El-Widdah, Kepemimpinan Berbasis Nilai,75.

(51)

includes all three factors: effectiveness-measuring the achievement of the objectives, morality-measuring how change affects concerned parties, and time-measuring the desirability of any goal over the long term. Value based leadership is not simply about style, how-to, following some recipe, or even mastering “the vision thing”. Instead, it is about ideas and values. It is about understanding the different and conflicting needs of followers, energizing followers to pursue a goal than they had never thought possible. “In practical business terms, it is about creating condditions under which all followers can perform independently and effectively toward a single objective.74

Kepemimpinan tidak hanya terbatas pada ukuran efektivitasnya, melainkan multidimensi fenomena. Kepemimpinan berbasis nilai berbeda dari model lain karena mencakup tiga faktor, yaitu mengukur keefektifan pencapaian tujuan, mengukur moralitas bagaimana perubahan mempengaruhi pihak yang berkepentingan, dan mengukur waktu yang diinginkan dari setiap tujuan dalam jangka panjang. Kepemimpinan berbasis nilai bukan hanya tentang gaya, bagaimana caranya, atau bahkan menguasai visi sesuatu. Sebaliknya, ini adalah tentang ide dan nilai. Ini tentang memahami perbedaan dan konflik kebutuhan bawahan, mendukung bawahan untuk mengejar tujuan daripada yang tidak pernah mereka rasa mungkin. Dalam istilah bisnis praktis, ini adalah tentang menciptakan kondisi dimana semua bawahan dapat melakukan hal mandiri dan efektif menuju satu tujuan.

(52)

Sedangkan Peter S. Cohan mengatakan konsep nilai kepemimpinan

sebagai berikut.75

The concept of value leadership arose from a comparison of companies that emerged as value leaders when evaluated based on the seven components of the value quotient:

1) value human relationships: treat people with respect so they achieve their full potential consistent with the company’s interests,

2) foster teamwork: get people with different functional skills and responsibilities to work together to advance the interests of the corporation,

3) experiment frugally: harness accidental discoveries to create value for customers and partners

4) fulfill your commitments: say what you intend to do, and do what you say

5) fight complacency: weed out arrogance

6) win through multiple means: use strategy to sustain market leadership

7) give to your community: transfer corporate resources to society

Konsep kepemimpinan nilai muncul dari perbandingan perusahaan yang muncul sebagai pemimpin nilai ketika dievaluasi berdasarkan pada tujuh komponen hasil bagi nilai:

1. Nilai hubungan manusia. Perlakukan orang dengan hormat

sehingga mereka mencapai potensi penuh mereka yang konsisten

(53)

2. Membantu kerja sama tim. Miliki orang dengan keterampilan dan tanggung jawab fungsional berbeda untuk bekerja bersama memajukan kepentingan lembaga

3. Bereksperimen dengan hemat. Memanfaatkan penemuan yang

tidak disengaja untuk menciptakan nilai bagi pelanggan dan mitra.

4. Memenuhi komitmen anda. Katakan apa yang ingin anda lakukan,

dan lakukan apa yang anda katakan.

5. Melawan rasa puas diri. Menyingkirkan arogansi.

6. Menang melalui berbagai cara. Gunakan strategi untuk

mempertahankan kepemimpinan pasar.

7. Berikan kepada komunitas anda. Transfer sumber daya

perusahaan kepada masyarakat.

c. Pentingnya Kepemimpinan Berbasis Nilai

Dalam berbagai bidang kehidupan banyak ditemui pemimpin yang sebenarnya kurang layak mengemban amanah kepemimpinannya. Demikian juga dalam pendidikan, tidak sedikit kepala madrasah yang tidak memiliki visi dan misi yang jelas tentang lembaga madrasah yang dipimpinnya. Kondisi seperti ini telah mengakibatkan buruknya iklim dan budaya sekolah, bahkan menimbulkan banyak konflik dan

stress pada pendidik dan tenaga kependidikan yang dipimpinnya.76

76 E. Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah (Jakarta: PT Bumi

Gambar

Gambar 3.1 Hubungan Antar Variabel Penelitian
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Tabel 3.2 Skor Pengukuran Instrumen
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Variabel Sertifikasi Guru
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan informasi dari paragraf  s/d , carilah kata yang sama artinya dengan kata-kata di..

Dari beberapa uraian di atas, peneliti mencoba melakukan penelitian yang berjudul “ Peran Koperasi Syariah IHYA Kudus dalam Memberdayakan Usaha kecil dan

Dalam tulisan ini pengertian religi atau sistem keyakinan yang dimaksud lebih ditujukan kepada sistem keyakinan di luar agama- agama resmi, yaitu sistem religi

Akan tampil kotak dialog Create Database, pada Kotak Isian Database name, tuliskan KKPI7, kemudian klik Tombol OK. hasil database yang telah kita buat tertampil dalam

JAPANESE1 ∼Veek1: 7〆2千(F) 7,'25(S) Week2: 7/27(》1〉 7/28(T) 7/29(W) ()rientation Orientationforre.gistrat呈 ・n Classreg三stration Introduct1on 7β0(Th) 7β1(F) Week3:

Bahan yang digunakan adalah digesta sekum dari landak betina enam ekor dan landak jantan dua ekor yang memiliki umur rata-rata lebih dari satu tahun yang telah dipelihara

Berbeda dengan ulama yang menolak adanya naskh hadis bahwa dalam ziarah kubur tidak ada pertentangan antara hadis yang melarang dengan hadis yang memperbolehkan ziarah

Berdasarkan hasil uji simultan bahwa variabel bebas yang meliputi kepuasan yaitu Bentuk Fisik, Kehandalan , Daya Tanggap , Jaminan, Empati secara bersama sama mempunyai