• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PEMERINTAH KOTA CILEGON MENUJU CILEGON SMART CITY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "STRATEGI PEMERINTAH KOTA CILEGON MENUJU CILEGON SMART CITY"

Copied!
248
0
0

Teks penuh

(1)

1 SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh Murni Agustini

6661130966

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)
(3)
(4)
(5)

1

Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.

Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu

urusan),

tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).

Dan hanya kepada Tuhanmu lah engkau berharap.”

(Q.S. Al-Insyirah, 6-8)

Niat adalah Awalan Terbaik

Murni Agustini

Skripsi ini Ku Persembahkan

Ter-untuk Kedua Orangtua Ku Tercinta,

Bapak Safrudin dan Ibu Muhayah

Serta Adikku Tercinta Putri Reno Desiana Sari,

Yang telah memberikan Doa dan Motivasi

(6)

1

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen Pembimbing I: Riswanda, Ph.D, Dosen Pembimbing II: Anis Fuad, M.Si

Belum adanya blueprint atau disebut kerangka pedoman pembentukan kota cilegon smart city menjadi salah satu indikasi permasalahan dalam menerapkan smart city. Untuk menanggapi hal tersebut, pemerintah kota cilegon yang dalam hal ini diwakili oleh Dinas terkait yaitu Dinas Komunikasi dan Informatika, Sandi dan Statistik sedang membedah makna dari visi-misi dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Cilegon periode 2016-2021. Didirikannya Dinas Komunikasi dan Informatika, Sandi dan Statistik ini sendiri bertujuan untuk membangun ekosistem Smart City berbasis Teknologi, Informasi & Komunikasi. Karena konsep pembangunan kota cilgon menuju smart city yang belum jelas, maka hal tersebut menarik peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui strategi apa yang dilakukan oleh pemerintah kota cilegon menuju smart city. Teori yang digunakan yaitu strategi menurut Pearce and Robbins (2011) dan indikator smart city menurut pratama (2016) yang meliputi: smart economy, smart people, smart governance, smart mobility, smart environment & smart living. Metode yang digunakan yaitu Kualitatif-Eksploratif. Teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Informan dalam penelitian ini yaitu diskominfo, Bappeda dan beberapa SKPD di Kota Cilegon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diperlukan strategi yang terintegrasi antara SKPD satu dan SKPD lainnya, dalam ruang lingkup pemerintah kota cilegon. Saran dalam penelitian ini yaitu diperlukan partisipasi dari masyarakat dan Non Government Organization (NGO) untuk sama-sama mendukung program prioritas cilegon smart city.

(7)

ABSTRACT

Murni Agustini. NIM. 6661130966. Essay. Government Strategy of Cilegon City Towards Smart City. 2017. Program Study of Public Administration. Faculty of Social and Political Science. University of Sultan Ageng Tirtayasa. Advisor I: Riswanda, Ph.D., Advisor II: Anis Fuad, M.Si

No blueprint either that can be called (blueprint) framework cilegon smart city. One of the problems ini implementing smart city. About inturn, it with respect to this, the government of Cilegon City which in this case is represented by the relevant authorities, namely the information and communication service, code and statistic were being by the vision, mission and medium term development plan 2016-2021 cilegon. The establishment of the service is about building smart city ecosystem-based Technology, Information and Communications. Because the concept of the development cilegon towards smarcity is not yet clear, it does attract researchers to conduct further research. The purpose of this research was to determine strategy us undertaken by the cilegon municipality regarding smart city. The theory used is the strategic by Pearce and Robbins (2011) together with indicators of Smart City by Pratama (2016) which are smart economy; smart people; smart governance; smart mobility; smart environment and smart living. The method usedis qualitative-explorative. Data collection techniques are direct observation, indepth interview and documentation study. Informants in this study are, the information and communication service, code and statistic Cilegon Development Planning Board, many public sector in Cilegon. The results showed that an integrated strategy was needed between one public sector and other sector that., community participations as well as those represented by NGO’s are vital in the terms of supporting Smart City in Cilegon.

(8)

i

nikmat Iman, Islam dan sehat wal’afiat. Atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya pula, maka peneliti dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini.

Penyusunan penelitian skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang berjudul penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu: “Strategi Pemerintah Kota Cilegon menuju Cilegon Smart City” penyusunan penelitian skripsi ini tidak akan selesai dengan baik, tentunya tidak terlepas dari banyak bantuan dari para pihak yang selalu membimbing serta mendukung peneliti secara moril maupun materiil. Maka pada kesempatan yang luar biasa ini, peneliti ingin menyampaikan ungkapan terima kasih yang tak terhingga kepada beberapa pihak, yaiu sebagai berikut:

1. Prof. Dr.Ir. Soleh Hidayat, M.Sc sebagai Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

2. Dr. Agus Sjafari, M.Si sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

(9)

ii

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

6. Listyaningsih, M.Si selaku Program Studi Ilmu Administrasi Negara dan selaku Pembimbing Akademik dari Peneliti

7. Riswanda, Ph.D selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Negara dan selaku Pembimbing I Skripsi dari Peneliti yang sudah banyak sekali memberikan bimbingan dan arahan, serta ilmu dan sarannya yang sangat membentu peneliti sejak awal hingga terselesaikannya proposal skripsi ini dengan baik.

8. Anis Fuad, M.Si selaku Pembimbing II Skripsi dari Peneliti yang sudah membantu dan memberikan banyak waktu, saran dan masukan kepada peneliti.

9. Semua Dosen dan Staff Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan dan membantu kegiatan administrasi di Program Studi Ilmu Administrasi Negara.

(10)

iii

12.Bapak ibu yang berada di lingkungan Dinas Komunikasi, Informatika, Sandi dan Statistik Kota Cilegon Kota Cilegon yang sudah memberikan dukungan dan saran kepada peneliti.

13.Ayah dan ibu yang selalu memberikan dukungan secara moril dan materiil serta doa yang tidak pernah henti untuk kesuksesan anak-anaknya dimasa depan. Mohon maaf apabila selama ini belum bisa memberikan yang terbaik dan belum bisa membalas segala kebaikan ibu dan bapak.

14.Adikku ( Putri Reno Desiana Sari) yang selalu mengerti terhadap kesibukan kakaknya.

15.Sahabat seperjuangan “The Alimun” yang setia dalam suka dan duka menemani sejak awal masuk kelas B Program Studi Ilmu Administrasi Negara 2013 sampai saat ini.

16.Teman - teman kelas B yang selalu mendukung dan mendoakan yang terbaik selama ini.

17.Teman kantor Teh Dian Dwi Saputri dan Teh Shifana Mardhatillah, The Yuli , Pak Anas yang sudah mendukung peneliti baik suka dan duka. 18.Sahabat Terdekat Juwan Sanjaya yang sudah memberikan dukungan dan

motivasi setiap saat dan setiap waktu.

(11)

iv

Akhirnya peneliti mengucapkan rasa syukur yang tak terhingga dengan selesainya penyusunan penelitian skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan penelitian skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan maka, kritik dan saran yang membangun sangat peneliti harapkan demi kesempurnaan penulisan penelitian skripsi ini. Peneliti berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat, khususnya bagi peneliti sendiri dan bagi para pembaca pada umumnya.

Serang, April 2017

(12)

v LEMBAR PENGESAHAN

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR………... i

DAFTAR ISI………... v

DAFTAR TABEL………... ix

DAFTAR GAMBAR………... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah……….. 1

1.2 Identifikasi Masalah……… 10

1.3 Batasan Masalah………... 10

1.4 Rumusan Masalah………... 11

1.5Tujuan Penelitian………... 11

1.6 Manfaat Penelitian……….. 11

(13)

vi

2.1.2 Analisis SOAR……… 29

2.1.3 Konsep e-Governance (IT Governance) ……… 35

2.1.4 Konsep Smart City………... 38

2.1.4.1 Smart Economy……….. 41

2.1.4.2 Smart People………... 42

2.1.4.3 Smart Governance……….. 43

2.1.4.4 Smart Mobility……… 45

2.1.4.5 Smart Environment………. 46

2.1.4.6 Smart Living………... 47

2.2 Penelitian Terdahulu………... 53

2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian……….. 55

2.4 Asumsi Dasar………... 59

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian………. 60

3.2 Ruang Lingkup/ Fokus Penelitian……….. 61

3.3 Lokasi Penelitian………... 61

3.4 Teknik Pengumpulan Data ……… 62

(14)

vii

3.8 Teknik Pengolahan dan Analisis Data……… 73

3.9 Uji Keabsahan Data……… 78

3.10 Jadwal Penelitian………... 80

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian……….………. 82

4.1.1 Gambaran Umum Keadaan Wilayah Kota Cilegon……….. 82

4.1.1.1 Visi dan Misi Kota Cilegon…….……… 84

4.1.1.2 Keadaan Penduduk Kota Cilegon………... 85

4.1.2 Gambaran Umum Dinas Komunikasi, Informatika, Sandi dan Statistik Kota Cilegon.………...………... 87

4.1.2.1 Visi dan Misi Dinas Komunikasi, Informatika, Sandi dan Statistik Kota Cilegon………..……….. 88

4.1.2.2 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Dinas Komunikasi, Informatika, Sandi dan Statistik Kota Cilegon……… 88

4.2 Deskripsi Data………. 91

4.2.1 Deskripsi Data Penelitian……… 91

4.2.2 Data Informan……….…………. 94

(15)

viii

4.3.4 Results (Hasil) ………. 146

4.4 Pembahasan.……..………. 161

BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan……..………... 174

5.2 Saran……..………. 175

DAFTAR PUSTAKA……… xi

(16)

ix

dan Statistik Tahun 2017……….……… 7

2.1 Matriks SOAR………...……….…. 34

2.2 Penelitian Terdahulu……….……... 53

3.2 Informan Penelitian………. 70

3.3 Jadwal Penelitian……… 81

4.1 Luas Wilayah Kota Cilegon Berdasarkan Kecamatan………..………. 84

4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2015………..… 85

4.3 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan Tahun 2015………..…... 86

4.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama……….... 87

4.5 Informan Penelitian………. 95

4.6 Analisis Tematik (Pengkodingan).………..….….. 159

(17)

x

2.2 Proses Evaluasi dan Kontrol………... 28

2.3 Tahapan analisis SOAR………. 32

2.4 Diagram Analisis SOAR..……….. 33

2.5 Enam Dimensi Smart City………. 41

2.6 Preliminary result (Temuan Awal) ……… 57

2.7 Kerangka Pemikiran Penelitian……….. 58

3.1 Analisis Dalam Penelitian Kualitatif……….. 74

(18)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Pemerintahan yang baik (good governance) merupakan isu yang paling mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Tuntutan gencar yang dilakukan oleh masyarakat kepada pemerintah untuk penyelenggaraan pemerintahan yang baik adalah sejalan dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat, disamping adanya globalisasi, pola-pola lama dalam penyelenggaraan pemerintahan telah tidak sesuai lagi bagi tatanan masyarakat yang saat ini berubah. Oleh karenanya, tuntutan itu merupakan hal yang wajar dan telah seharusnya di respon pemerintah dengan melakukan perubahan yang terarah, pada terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang baik.

(19)

berkedudukan sebagai pemberi pelayanan kepada masyarakat sudah selayaknya memberikan informasi serta memiliki kewajiban kepada masyarakat untuk memberikan pelayanan yang berkualitas. Penyampaian informasi dari penyelenggara pelayanan kepada masyarakat sebaiknya dalam bentuk lisan, tulisan Latin, tulisan huruf Braile, Bahasa gambar, dan/atau Bahasa local, serta disajikan secara manual atau pun secara elektronic.

Pengembangan pelayanan publik berbasis pada teknologi informasi dan elektronik sudah banyak dikembangkan di beberapa kota di Indonesia. Seperti Bandung, Surabaya, Manado, Makassar dan lain-lain. Beberapa kota tersebut rupanya sudah lebih awal mewujudkan pengembangan teknologi. Dimana pelayanan publik saat ini sudah harus mengikuti perkembangan zaman yang semakin modern dengan memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi.

(20)

Setiap negara/kota pasti memiliki permasalahan yang terus bertambah dalam penataan ruangnya seiring waktu berjalan. Tidak jarang permasalahan yang muncul diakibatkan oleh pembangunan negara/kota itu sendiri. Untuk dapat mencegah hal tersebut dibutuhkan manajemen kota melalui pendekatan konsep perencanaan yang berkelanjutan. Dan saat ini sedang berkembang konsep kota cerdas, dimana kota-kota besar di Indonesia sudah mulai menerapkan konsep tersebut, namun masih belum mencapai seutuhnya. Salah satu dimensi terpenting dari kota cerdas adalah bahwa kota saat ini seharusnya memberikan pelayanan yang menggunakan teknologi terkini dan membangun infrastruktur yang pintar, sehingga dapat memberikan pelayanan yang efektif dan murah kepada seluruh masyarakat yang tinggal di kota. Kota cerdas merupakan kota yang mampu menggunakan sumber daya manusia (SDM), modal sosial, dan infrastruktur telekomunikasi modern untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan kualitas kehidupan yang tinggi, dengan manajemen sumber daya yang bijaksana melalui pemerintahan berbasis partisipasi masyarakat.

Di Indonesia sendiri sudah ada model yang diciptakan untuk penerapan kota cerdas atau smart city yaitu Garuda Smart City Model. Di Indonesia juga ada beberapa kota yang sudah mengimplementasikan Smart City. Sebagai contoh,

Smart City kota Makassar yang mengelola e-Kelurahan untuk mendukung pelayanan di Kelurahan Karampuang Kecamatan Panakkukang yang termasuk

(21)

Environment. Smart Governance meliputi partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan, layanan publik, serta transparansi pemerintah. Smart Living melingkupi fasilitas pendidikan, pariwisata, transportasi, serta infrastruktur lainnya yang berbasis TIK, sedangkan yang terakhir Smart Environment, melingkupi pengelolaaan sumberdaya dan lingkungan yang berkelanjutan dengan basis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Begitu juga Kota Manado yang meng-implementasikan Smart City di Bidang Pariwisata melalui pengenalan potensi pariwisata (alam, budaya, kuliner, sejarah) ke seluruh Indonesia dan dunia melalui jaringan internet.

Di Provinsi Banten, sudah banyak yang menerapkan konsep Smart City, seperti Kota Tengerang Selatan yang sudah menerapkan Smart City dengan konsep pembangunan teknologi, Sumber: Tempo.com , begitupun Kota Tangerang yang lebih dulu menerapkan konsep Kota Pintar dengan konsep kecanggihan infrastruktur teknologi (sumber:tangerangkota.go.id). Sedangkan Kota Cilegon merupakan Kota yang baru 1 (satu) tahun merintis Smart City. Kota Cilegon atau biasa disebut Kota Industri saat ini baru merintis Smart City dan sebagai realisasi dari Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, Kota Cilegon memperoleh penghargaan KABTA (Kabupaten/Kota) Web Award sebagai Website Terfavorit Pilihan Netizen pada tahun 2015 (Sumber: Beritasatu.com) dan penghargaan inovasi Pelayanan Publik mengenai Inovasi Pengelolaan Pelayanan Pajak di Tahun 2014. Hal tersebut merupakan motivasi untuk Kota Cilegon agar lebih meningkatkan pelaksanaan

(22)

Smart City untuk mendukung berbagai kegiatan pengembangan Sumber Daya Manusia di Bidang Teknologi Informasi.

Pada awalnya, smart city di kota cilegon ada di bawah kewenangan dari UPT e-government yang berada di bawah naungan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Cilegon. Namun, saat awal tahun 2017, UPT E-government sudah berbeda Struktur Organisasinya, untuk saat ini sudah berada dibawah kewenangan Dinas Komunikasi, Informatika, Sandi dan Statistik di Kota Cilegon. Dimana terdapat Bidang Pengelolaan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang membawahi Pelayanan E-Government. Jadi secara excisting

kewenangan untuk menuju Smart City sudah semakin terbuka lebar untuk Kota Cilegon.

Sesuai dengan Peraturan Walikota Kota Cilegon No.68 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja Dinas Komunikasi, Informatika, Sandi dan Statistik. pengelolaan dan pengembangan E-Government di lingkungan Pemerintah Kota Cilegon salah satunya yaitu penyelenggaraan pengelolaan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung proses kota menuju Smart and Digital City. Dimana didalamnya terdapat Tugas dan Fungsi Organisasi untuk menyelenggarakan ekosistem Teknologi Informasi dan Komunikasi Smart City.

(23)

elektronik, dan pengembangan penerapan electronic government melalui government business, government to employee, dan government citizen. (Sumber :http://www.satubanten.com/index.php/news/banten-news/item/1039-bappeda- cilegon-adakan-pelatihan-manajemen-pengelolaan-sumber-daya-teknologi-informasi)

Smart City di dukung dengan adanya pelaksanaan e-Governance. E-Governance dapat dipahami sebagai kinerja pemerintahan melalui media elektronik untuk memfasilitasi proses pelayanan publik yang efisien, cepat dan transparan dalam menyebarluaskan informasi kepada publik dan lembaga lainnya untuk melakukan kegiatan administrasi pemerintahan. Dimana konteks e-governance ini merupakan bentuk interaksi antara pemberi informasi (pemerintah) dengan penerima informasi (publik), dan juga berlaku sebaliknya. Hal ini dilakukan agar bukan hanya publik saja yang menerima informasi dari pemerintah, melainkan pemerintah harus menerima informasi berdasarkan keadaan real dilapangan.

(24)

menggunakan teknologi informasi dan komunikasi atau yang populer disebut e-Government.

Setelah peneliti melakukan observasi dan wawancara awal, ada beberapa temuan awal yang peneliti temui setelah diadakannya konsep Smart City di Kota Cilegon. Adapun beberapa temuan yang ditemukan mengenai Smart City di Kota Cilegon yang peneliti amati diantaranya adalah sebagai berikut:

Pertama, Sumber Daya yang seharusnya menjadi faktor penunjang terwujudnya Smart City terhitung masih kurang, Karena dalam hal ini Dinas Komunikasi, Informasi Sandi dan Statistik terhitung masih baru, jadi masih terdapat 3 bidang dan 2 sub bagian, sedangkan untuk menunjang diterapkannya

Smart City harus di butuhkan pegawai yang mumpuni di bidangnya. Berikut adalah data Sumber Daya yang terdapat di Dinas Komunikasi, Informasi, Sandi dan Statistik.

Tabel 1.1

Daftar Nama-nama Pegawai Dinas Komunikasi, Informatika, Sandi dan Statistik Tahun 2017

No Nama Jabatan

1 Drs. Didin S. Maulana MM Sekretaris

2 Drs. R. Benny Benyamin, M.Si Kabid Pengelolaan Teknologi Informasi 3 Sakri Jasiman, S.Sos Kabid Sandi dan Statistik

(25)

No Nama Jabatan

6 Drs. Melly delia, M.Si Kasubag program evaluasi dan keuangan 7 Asep Koswara, S.Sos.I, M.Si Kasie desiminasi informasi publik 8 Saripudin Kasie pelayanan informasi publik 9 Samsul Arif, S.Kom Kasie kerjasama media massa 10 Adi Tri Prasetyo, S.IP, M.Si Kasie layanan egovernment

11 H. Mufti, ST, MM Kasie infrastruktur jaringan telematika 12 Tatang Saputra Kasie aplikasi telematika

13 Soni Murhan, SE, MM Kasie penyelenggaraan sandi 14 Herylian, S.Kom MM Kasie statistik

15 Rina Fatwa Aulia S.Sos, MM Ka UPT Radio 16 Elin Yuliana Susila SP Ka TU Radio

17 Tb. Harun, S.IP Jabatan Fungsional Umum 18 Riki Hamdani, SE Jabatan Fungsional Umum 19 Pipit Baenudin Jabatan Fungsional Umum 20 Saiful Hidayat Jabatan Fungsional Umum 21 Nurjanah, SE Jabatan Fungsional Umum 22 Silvi Mulyani, SE Jabatan Fungsional Umum 23 Wahyu Annas, S.I.Kom Jabatan Fungsional Umum 24 Sofyan, S.Sos Jabatan Fungsional Umum 25 Nur Dewi Haryani, SH Bendahara

(26)

No Nama Jabatan

27 Juhri Jabatan Fungsional Umum

28 Efriawan, S.Sos Jabatan Fungsional Umum 29 Wawan Irwansyah Jabatan Fungsional Umum

30 Asep Rukmana Operator Simda

Sumber : Dinas Komunikasi, Informatika, Sandi dan Statistik Tahun 2017

Kedua, kurang tersedianya layanan informasi publik secara terpusat melalui PPID (Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi), hal ini di tandai dengan masih sedikitnya aplikasi yang menyajikan informasi dan pelayanan kepada masyarakat. Misalnya seperti Layanan informasi pariwisata yang belum tersedia. Begitupun juga dengan layanan Digital Library yang belum sempurna karena dari Pihak Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Cilegon belum siap menyediakan beberapa buku online untuk di konsumsi oleh masyarakat Sumber: Wawancara dengan Kasie. Pelayanan E-government Tanggal 23 Januari 2017.

Ketiga, berkenaan dengan RPJMD Tahun 2016-2021 dari Kota Cilegon dimana salah satunya perwujudan Smart City yaitu belum adanya parameter ukuran keberhasilan yang terperinci terkait apa yang disebut “Smart City” yang dimana hal tersebut dimanfaatkan untuk menyusun dan dijadikan pedoman bagaimana sebuah kota akan dijadikan sebuah kota pintar yang marak

(27)

Surabaya belum memiliki parameter keberhasilan sebuah kota untuk menjadi

Smart City, tapi perlahan ia berhasil menjadikan Kota Surabaya menjadi Surabaya

Smart City. Jadi sementara Kota Cilegon hanya mengacu pada Peraturan Walikota No. 68 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi, Serta Tata Kerja Dinas Komunikasi, Informatika, Sandi, dan Statistik.dan Peraturan Walikota No. 106 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik di Lingkungan Pemerintah Kota Cilegon. Sumber : Wawancara dengan Kasie Pelayanan E-Government pada Tanggal 23 Januari 2017.

Mengingat belum ada konsep yang jelas dan konsisten mengenai Smart City yang dilakukan Kota Cilegon ini menjadi menarik peneliti untuk menyusun penelitian dengan judul “Strategi Pemerintah Kota Cilegon Menuju Cilegon Smart City

1.2 Identifikasi Masalah

1. Sumber Daya Manusia sebagai sistem pendukung pengembangan

Smart City masih kurang;

2. Kurang tersedianya layanan informasi publik secara terpusat melalui PPID;

(28)

1.3 Batasan Masalah

Dari uraian-uraian yang ada dalam latar belakang dan identifikasi masalah peneliti mempunyai keterbatasan kemampuan dan berfikir secara menyeluruh, maka dengan itu peneliti mencoba membatasi penelitiannya yang ada dalam identifikasi masalah. Maka peneliti akan membatasi ruang lingkup kajian dengan memfokuskan perhatian mengenai: “Strategi Pemerintah Kota Cilegon Menuju Cilegon Smart City”.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada studi pendahuluan dimuka dan dengan memperhatikan fokus penelitian yang telah disebutkan dalam batasan masalah, maka hal yang menjadi kajian peneliti, yaitu: “Bagaimana Strategi Pemerintah Kota Cilegon Menuju Cilegon Smart City”.

1.5 Tujuan Penelitian

(29)

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Pengembangan Ilmu Administrasi Negara

Penelitian ini diharapkan peneliti dapat mengaplikasikan materi-materi pengajaran mengenai strategi apa saja yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka memajukan sebuah kota ataupun daerah dan bermanfaat untuk digunakan dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan Ilmu Administrasi Negara.

b. Penelitian lebih lanjut

Hasil dari penelitian ini di harapkan semoga dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian lebih lanjut dengan topik yang sama.

2. Manfaat Praktis

a. Peneliti, yakni untuk mengembangkan kemampuan dan penguasaan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara

(30)

13

DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Pada bab ini peneliti akan menggunakan beberapa teori yang mendukung masalah dalam penelitian ini, di mana berfungsi untuk menjelaskan dan menjadi panduan dalam penelitian. Penelitian mengenai Strategi Kota Cilegon Menuju

Smart City akan dikaji dengan beberapa teori dalam ruang lingkup Administrasi Negara untuk mendukung masalah penelitian diantaranya yaitu: Manajemen Strategi, Analisis SOAR, Konsep e-Governance, Konsep Smart City serta untuk melengkapi peneliti lampirkan penelitian terdahulu sebagai bahan kajian dalam penelitian ini.

2.1.1 Pengertian Manajemen Strategi

(31)

organisasi yang tingkat efektifitas dan produktivitasnya semakin lama semakin tinggi dan semakin baik.

Manajemen strategi berhubungan dengan proses memilih strategi dan kebijakan dalam rangka upaya memaksimali sasaran-sasaran organisasi yang bersangkutan. Manajemen stratejik meliputi semua aktivitas yang menyebabkan timbulnya perumusan sasaran organisasi, strategi-strategi dan pengembangan rencana-rencana, tindakan-tindakan dan kebijakan untuk mencapai sasaran-sasaran strategi tersebut untuk organisasi yang bersangkutan secara total.

(32)

diimplementasikan oleh seluruh jajaran didalam suatu organisasi, untuk mencapai tujuannya.

Pendapat lain yaitu Menurut David (2010:5)“Manajemen strategis adalah seni dan pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan, serta

mengevaluasi keputusan-keputusan lintas-fungsional yang memampukan sebuah

organisasi mencapai tujuannya”.

Menurut Hitt (1997) ada lima tugas manajemen strategi:

1. Memutuskan kegiatan apa yang akan dilakukan oleh badan/organisasi dan menentukan visi strategi.

2. Mengkonversi visi dan misi strategi kedalam bentuk kinerja yang telah ditargetkan dengan sasaran yang terukur.

3. Menetapkan strategi untuk mencapai hasil yang diharapkan (crafting).

4. Mengimplementasikan dan melaksanakan strategi yang telah dipilih secara efisien dan efektif.

(33)

2.1.1.1 Pendekatan dalam Manajemen Strategi

1. Berpikir Strategi

Salah satu kapabilitas yang unik dalam strategi adalah kemampuan berfikir stratejik (strategic thinking), berfikir stratejik adalah kemampuan organisasi untuk menjawab permasalahan yang berkenaan dengan pertanyaan:

1) Sebaiknya apa yang kita lakukan bagi organisasi?

2) Mengapa dan bagaimana organisasi mampu mengembangkannya?

Untuk menjawab pertanyaan pokok tersebut perlu adanya nalar sebagai berikut:

1) Identifikasi faktor-faktor kunci yang menyebabkan keberhasilan.

2) Kemampuan analisis output organisasi dan menginformasikannya kepada masyarakat.

3) Pengukuran dan analisis keunggulan dibanding yang lain. 4) Antisipasi terhadap respon yang lain dan perubahan lingkungan

sepanjang masa.

5) Mengekspoitasi sesuatu yang baru dan berbeda ketimbang pesaing.

(34)

Pada dasarnya berpikir stratejik adalah berpikir nalar tentang perkembangan organisasi berdasarkan keunggulan-keunggulan kapabilitas organisasi untuk menghadapi tantangan, ancaman, dan misi organisasi.

2. Keterampilan Strategi

Seorang Top Manajer (Manajer Senior) memerlukan ketrampilan stratejik (strategic skill):

a. Analisis Strategi, yang terdiri dari:

1) Organization healt audit, yaitu mengadakan penelitian/ pemeriksaan (analisis) secara cermat terhadap kesehatan organisasi sendiri, baik terhadap kesehatan kelemahan-kelemahan/ kekurangan-kekurangan maupun terhadap kekuatan-kekuatan atau kelebihan-kelebihannya.

2) Enivronmental Scanning, yaitu meneliti, memeriksa, menganalisis secara mendalam situasi dan kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi organisasi

b. Perencanaan Strategi (Strategic Plannig), yang terdiri atas:

(35)

2) Perencanaan Program (program planning) yaitu membuat suatu perencanaan strategi dengan melalui langkah-langkah secara berurutan dengan melihat perubahan yang terjadi, dimulai dari menetapkan tujuan, prioritas dan penentuan cara bertindak, sampai pada langkah pengecekan (monitoring) sejauhmana keberhasilan dari pelaksanaan perencanaan tersebut.

c. Manajemen Strategi (strategic management), yang terdiri dari: 1) Translation Process, yaitu proses penjabaran yang dimulai

dari adanya keinginan dari pemimpin yang lebih tinggi dijabarkan menjadi kebijaksanaan dan aplikasi di lapangan, yaitu pembuatan rencana kepala dan urutan kegiatan, sampai kepada bagaimana melayani masyarakat di lapangan.

2) Management Audit, yaitu, mengecek atau memeriksa bagaimana manajemen suatu organisasi dengan melihat hasil (result) dan prosesnya bagaimana manajemen itu berjalan.

2.1.1.2 Proses Manajemen Strategi

(36)

evaluasi dan pengendalian. Interaksi keempat elemen tersebut digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1

Proses Tahapan Manajemen Strategi

Sumber : Wheelen and Hunger (2003:11)

Dari gambar 2.1 dapat dilihat bahwa dalam tahapan manajemen strategik saling memiliki interaksi dan timbal balik dari tahap pertama hingga akhir. Manajemen strategik ini dapat dilihat sebagai suatu proses yang meliputi sejumlah tahapan yang saling berkaitan dan beruntun (Kuncoro, 2006 : 13). Proses manajemen strategik bersifat dinamis dan merupakan sekumpulan komitmen, keputusan, dan aksi yang diperlukan suatu perusahaan atau organisasi untuk mencapai strategic competiveness dan menghasilkan keuntungan diatas rata-rata (Kuncoro, 2006 : 13). Dari tahapan proses manajemen strategik tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen strategik merupakan sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan dan implementasi rencana yang didesain untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Manajemen strategik melibatkan pengambilan keputusan jangka panjang yang berorientasi masa depan serta rumit

Pengamatan

(37)

dan membutuhkan cukup banyak sumber daya, maka partisipasi manajemen puncak sangat penting (Pearce & Robinson, 2008 : 13).

A. Analisis Lingkungan

Analisis lingkungan ini meliputi kegiatan memonitor, evaluasi, dan mengumpulkan informasi dari lingkungan eksternal dan internal perusahaan. Tujuannya yaitu untuk mengidentifikasi faktor strategis, elemen eksternal dan internal akan memutuskan strategi dimasa yang akan datang bagi perusahaan.

Lingkungan internal terdiri dari variabel-variabel (kekuatan dan kelamahan) yang ada di dalam organisasi tetapi biasanya tidak dalam pengendalian jangka pendek dari manajemen puncak. Variabel-variabel tersebut membentuk suasana dimana pekerjaan dilakukan yang meliputi struktur, budaya, dan sumber daya organisasi. (Wheelen and Hunger, 2003:11). Perusahaan juga membandingkan keberhasilan di masa lalu serta pertimbangan tradisional dengan kapabilitas perusahaan saat ini guna menentukan tingkat kapabilitas perusahaan di masa depan (Pearce & Robinson, 2008:16).

(38)

B. Formulasi Strategi

Formulasi strategi merupakan pengembangan perencanaan jangka panjang untuk manajemen yang efektif melalui analisis lingkungan. Termasuk juga didalamnya terdapat misi, visi, dan tujuan dari perusahaan, mengembangkan strategi, dan pengarahan kebijakan (Wheelen and Hunger, 2012:65).

a) Misi

Misi dapat didefinisikan sebagai alasan atau tujuan suatu organisasi berdiri. Misi merupakan langkah awal dari proses pengembangan strategi organisasi. Pernyataan misi yang disusun dengan baik mendefinisikan tujuan mendasar dan unik yang membedakan suatu organisasi dengan organisasi lain (Hunger and Wheelen, 2003:13). Oleh karena itu, sebuah misi yang efektif akan sangat membantu organisasi dalam memformulasikan strateginya. Pengertian yang sama juga dijelaskan oleh Pearch and Robinson (2008:31) misi yaitu maksud unik yang membedakan suatu organisasi dengan organisasi lain yang sejenis dan mengidentifikasikan lingkup operasinya dalam hal produk, pasar, serta teknologi.

(39)

menegaskan secara jelas bisnis utama organisasi, misi ini juga secara jelas membatasi jangkauan aktivitas organisasi yang berhubungan dengan produk atau jasa yang ditawarkan, teknologi yang digunakan, dan pasar yang dilayani. Misi sempit juga membatasi kesempatan-kesempatan untuk tumbuh. Sebaliknya, misi luas melebarkan jangkauan aktivitas organisasi untuk memasukkan banyak tipe atau jasa, pasar, dan teknologi (Hunger and Wheelen, 2003:13).

b) Visi

Visi menggambarkan aspirasi dasar atau mimpi dari sebuah organisasi, yang biasanya merupakan inisiatif pendiri atau pemimpin organisasi dengan dukungan dari semua anggota. Pernayataan visi menyajikan maksud strategis perusahaan yang memfokuskan energi dan sumber daya perusahaan pada pencapaian masa depan yang diinginkan (Pearce and Robinson, 2008:44). Adapun enam kriteria dari sebuah visi yang efektif adalah sebagai berikut (Luis et al, 2011:43):

1. Dapat dibayangkan

Visi harus dapat memberikan gambaran masa depan yang akan dicapai oleh organisasi.

2. Diinginkan

(40)

pihak-pihak lainnya yang memiliki keterkaitan dengan perusahaan.

3. Dapat dicapai

Visi mengandung sasaran-sasaran jangka panjang yang realitas dan dapat tercapai.

4. Fokus

Visi harus jelas dalam memberikan panduan dalam proses pengambilan keputusan.

5. Fleksibel

Visi memberikan keleluasan bagi perusahaan dalam menetapkan inisiatif atau tanggapan terhadap perubahan lingkungan bisnis.

6. Dapat dikomunikasikan

(41)

c) Tujuan

Pernyataan tujuan merupakan uraian dan visi yang menjadi sasaran jangka menengah yang konkret dan terukur. Tujuan adalah hasil akhir aktivitas perencanaan. Tujuan merumuskan apa yang akan diselesaikan dan kapan akan diselesaikan, dan sebaliknya diukur jika memungkinkan. Pencapaian tujan organisasi merupakan hasil dari penyelesaian misi (Hunger and wheelen, 2003:15).

d) Strategi

Strategi adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan secara berbeda atau lebih baik dari kompetitor (atau masa lalu) untuk memberi nilai tambah kepada pelanggan sehingga mampu mencapai sasaran jangka menengah atau jangka panjang organisasi (Luis et al, 2011:61). Menurut Chandler (1962) yang dikutip dalam Kuncoro (2006:1) strategi adalah penentuan tujuan dan sasaran jangka panjang organisasi, diterapkannya aksi dan alokasi sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

(42)

e) Kebijakan

Kebijakan merupakan suatu pengarahan untuk melakukan pengambilan keputusan dalam tahap formulasi strategi dengan implementasinya. Perusahaan menggunakan kebijakan untuk membuat karyawan dan seluruh pihak perusahaan membuat keputusan dan melakukan aksi yang mendukung misi, tujuan, dan strategi perusahaan (Wheelen and Hunger, 2012:69).

C. Implementasi Strategi

Implementasi strategi adalah proses dimana manajemen mewujudkan strategi dan kebijakannya dalam tindakan melalui pengembangan program, anggaran, dan prosedur. Proses tersebut mungkin meliputi perubahan budaya secaara menyelurh, struktur dan atau sistem manajemen dari organisasi secara keseluruhan. Kecuali ketika diperlukan perubahan secara drastis pada perusahaan, manajer level menengah dan bawah akan mengimplementasi strateginya secara khusus dengan pertimbangan dari manajemen puncak. Kadang-kadang dirujuk sebagai perencanaan operasional, implementasi strategi sering melibatkan keputusan sehari-hari dalam alokasi sumber daya (Hunger and Wheelen, 2003:17).

a) Program

(43)

sekali pakai (Hunger and Wheelen, 2003:17). Program dibuat sebagai tindakan orientasi strategi.

b) Anggaran

Anggaran adalah program yang dinyatakan dalam benuk satuan uang, setiap program akan dinyatakan secara rincai dalam biaya, yang dapat digunakan oleh manajemen untuk merencanakan dan mengendalikan (Hunger and Wheelen, 2003:18). Jadi dalam anggaran digunakan perencanaan dan kontrol anggaran, agar biaya yang dibutuhkan dalam setiap program dapat diketahui.

c) Prosedur

Prosedur, terkadang dikatakan Standard Operating Procedures

(SOP). Prosedur adalah sistem langkah-langkah atau teknik-teknik yang berurutan yang menggambarkan secara rinci bagaimana suatu tugas atau pekerjaan diselesaikan (Hunger and Wheelen, 2003:18).

D. Evaluasi dan Pengendalian

(44)

tepat kelemahan-kelemahan dalam implementasi strategi sebelumnya dan mendorong proses baru.

Pengendalian strategis (strategic control) berkaitan dengan proses pelacakan sebuah strategi apakah telah dilaksanakan, dengan mendeteksi masalah-masalah atau perubahan dalam asumsi-asumsi dasarnya, dan membuat penyesuaian yang diperlukan (Pearce & Robinson, 2008:510). Pengendalian strategi berkaitan dengan pengarahan langkah tindakan, atas nama strategi, pada saat langkah tersebut dilakukan dan ketika hasil akhir terlihat beberapa tahun kedepan. Tahap pengendalian strategis ini merupakan suatu jenis khusus dari pengendalian organisasi yang berfokus pada pemantauan dan pengevaluasian proses manajemen strategi, dengan maksud untuk memperbaiki dan memastikan bahwa sistem tersebut berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam tahap ini akan coba di evaluasi apakah implementasi strategi benar-benar sesuai dengan formulasi strategi atau tidak. Atau apakah asumsi-asumsi yang kita gunakan dalam analisis lingkungan masih valid atau tidak sebaliknya. Hasil dari tahap pengendalian strategis ini akan sangat bermanfaat dan akan menjadi input untuk proses manajemen strategi perusahaan selanjutnya.

Tilles menyebutkan enam pertanyaan kualitatif yang bermanfaat pada evaluasi strategi (David, R. Fred. 2010:510) :

1) Apakah strategi secara internal konsisten? 2) Apakah strategi konsisten dengan lingkungan?

3) Apakah strategi tepat bila dihadapkan dengan sumber daya yang tersedia?

(45)

6) Apakah strategi bisa dijalankan?

Evaluasi dan pengendalian dapat menunjukan secara tepat kelemahan-kelemahan dalam implementasi strategi sebelumnya dan mendorong proses baru. Evaluasi dan pengendalian merupakan langkah akhir yang utama dari rangkaian proses model manajemen strategis. Sasaran dan evaluasi dan pengendalian yaitu munculnya umpan balik. Umpan balik dapat dijadikan masukan bagi organisasi untuk mengidentifikasikan kesalahan atau kekurangan dari implementasi strategi.

Proses evaluasi dan pengendalian ini dapat mengikuti model lima langkah umpan balik sebagai berikut:

Gambar 2.2

Proses Evaluasi dan Kontrol

Sumber: Hunger and Wheelen (2003:384)

(46)

Keterangan gambar 2.2

1) Menentukan apa yang diukur : proses dan hasil harus dapat diukur dalam cara yang objektif dan konsisten.

2) Menetapkan standar kinerja : standar adalah ukuran atas hasil kinerja yang dapat diterima. Setiap standar biasanya memasukkan tentang toleransi, yang menentukan penyimpangan yang diterima. 3) Mengukur kinerja aktual : pengukuran harus dilakukan pada saat

awal penentuan standar.

4) Membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditetapkan : jika hasil aktual berada diluar rentang toleransi, proses pengukuran berhenti disini.

5) Mengambil tindakan perbaikan : jika hasil aktual berada di luar yang ditetapkan, maka harus diambil sebuah tindakan untuk memperbaiki penyimpangan tersebut. Hal yang harus diperhatikan yaitu:

a) Apakah penyimpangan yang terjadi hanya merupakan suatu kebetulan?

b) Apakah proses yang sedang berjalan tidak berfungsi dengan baik?

c) Apakah proses yang sedang berjalan tidak sesuai dengan upaya pencapaian standar yang diinginkan? Tindakan harus diambil tidak hanya untuk memperbaiki penyimpangan yang terjadi, tetapi juga untuk mencegah berulangnyapenyimpangan tersebut (Hunger and Wheelen, 2003:384)

(47)

coba di evaluasi apakah implementasi strategi benar-benar sesuai dengan formulasi strategi atau tidak. Atau apakah asumsi-asumsi yang kita gunakan dalam analisis lingkungan masih valid atau tidak sebaliknya. Hasil dari tahap pengendalian strategis ini akan sangat bermanfaat dan akan menjadi input untuk proses manajemen strategi perusahaan selanjutnya.

2.1.2 Analisis SOAR

Analisis SOAR merupakan tawaran alternative untuk memperkaya khasanah Analisis Strategis. Analisis SOAR berasal dari pendekatan Appreciative inquiry. Appreciative inquiry adalah sebuah pendekatan baru yang dikembangkan oleh David Cooperrider untuk membantu individu atau komunitas meraih dan mewujudkan mimpi-mimpi mereka. Appreciative inquiry (AI) lebih menitikberatkan pada pengidentifikasian dan pembangunan kekuatan dan peluang ketimbang pada masalah, kelemahan dan ancaman (Stavros, Cooperrider dan Kelly ; 2003).

Analisis SOAR memungkinkan anggota organisasi menciptakan masa depan yang mereka inginkan sendiri dalam keseluruhan proses dengan cara melakukan penyelidikan, imajinasi, inovasi dan inspirasi. Fokus internal SOAR adalah Kekuatan Organisasi. SOAR yang merupakan kepanjangan dari Strengths

(Kekuatan), Opportunities (Peluang), Aspiration (Aspirasi), Results (Hasil). 1. Strength (S) Hal-hal yang menjadi kekuatan serta aset terbesar yang

(48)

tidak berwujud. Tujuan pengungkapan ini adalah untuk memberikan penghargaan terhadap segala hal-hal positif yang dimiliki, yang pasti akan selalu dimiliki baik oleh individu maupun organisasi. Kekuatan inilah yang akan terus dikembangkan demi kemajuan organisasi maupun individu di masa depan

2. Opportunities (O) Berarti dilakukannya analisis terhadap lingkungan eksternal guna mengidentifikasi peluang terbaik yang dimiliki serta dapat dimanfaatkan oleh organisasi Lingkungan eksternal adalah sebuah wilayah yang penuh dengan berbagai macam kemungkinan dan peluang. Salah satu syarat bagi keberhasilan suatu perusahaan adalah kemampuannya memaksimalkan peluang yang dimiliki. Hal ini mensyaratkan adanya cara pandang yang positif dalam memandang lingkungan eksternal yang berubah dengan sangat cepat

3. Aspirations (A) Para anggota organisasi berbagi aspirasi dan merancang kondisi masa depan yang mereka impikan, yang dapat menimbulkan rasa percaya diri dan kebanggaan baik terhadap diri sendiri, pekerjaan, departemen, maupun organisasi secara keseluruhan. Saling berbagi aspirasi ini menjadi hal yang sangat penting guna menciptakan visi, misi serta nilai yang disepakati bersama, yang menjadi panduan bagi perjalanan organisasi menuju masa depan.

(49)

anggota organisasi merasa termotivasi dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan ini, maka perlu dirancang sistem pengakuan (recognition) dan reward yang menarik.

Gambar 2.3 Tahapan Analisis SOAR

Sumber : Stavros, Cooperrider, and Kelley (2003) dalam Darfison, 2016 INITIATE

Keputusan Organisasi melakukan SOAR Framework

INQUIRY

Gunakan pertanyaan positif guna mempelajari

nilai-nilai inti, visi, kekuatan dan peluang potensial setiap anggota organisasi

IMAJINASI

Merancang masa depan yang diharapkan. Dalam fase ini nilai-nilai diperkuat, visi dan misi diciptakan Sasaran jangka panjang dan alternative

strategis dan rekomendasi diumumkan

INOVASI

Perancangan bersama sasaran jangka pendek, rencana taktikal dan fungsional, program, sistem dan struktur yang terintegrasi untuk mencapai tujuan masa depan yang diharapkan

(50)

Analisis SOAR bagi perencanaan strategis dimulai dengan initiate (keputusan untuk memilih SOAR) kemudian dilanjutkan dengan penyelidikan (inquiry) yang menggunakan pertanyaan positif guna mempelajari nilai-nilai inti, visi, kekuatan, dan peluang potensial. Dalam fase ini, pandangan-pandangan dari setiap anggota organisasi dihargai. Penyelidikan juga dilakukan guna memahami secara utuh nilai-nilai yang dimiliki oleh para anggota organisasi serta hal-hal terbaik yang pernah terjadi di masa lalu. Kemudian anggota organisasi dibawa masuk ke dalam fase imajinasi, memanfaatkan waktu untuk “bermimpi” dan merancang masa depan yang diharapkan. Dalam fase ini, nilai-nilai diperkuat, visi dan misi diciptakan. Sasaran jangka panjang dan alternatif strategis dan rekomendasi diumumkan. Fase selanjutnya adalah inovasi, yaitu dimulainya perancangan sasaran jangka pendek, rencana taktikal dan fungsional, program, sistem, dan struktur yang terintegrasi untuk mencapai tujuan masa depan yang diharapkan. Guna tercapainya hasil terbaik yang terukur, karyawan harus diberikan inspirasi melalui sistem pengakuan dan penghargaan.

(51)

Gambar 2.4

Sumber : Stavros, Cooperrider, and Kelley (2003)

Diagram diatas menggambarkan 2 kondisi yaitu :

1. Strategic Planning Fokus : perencanaan yang dilakukan focus berdasarkan hasil tabel Strengths dan Opportunities. Berdasarkan kondisi dari perusahaan / organisasi

2. Human Development Strategy : perencanaan yang fokus berdasarkan hasil tabel Aspiration dan Results. Bersumber dari semua elemen stakeholder (personal) perusahaan / organisasi.

Namun hal ini juga di gambarkan dalam Matriks SOAR, yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.1 kekuatan Internal disini

Peluang (O) Daftarkan 5-10 kekuatan

(52)

Aspiration (A) Sumber: Stavros 2009 dalam Darfison, 2016

Matriks SOAR berfungsi untuk menyusun faktor-faktor strategis yang menggambarkan bagimana kekuatan dan peluang eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan aspirasi dan hasil terukur yang dimilikinya.

Penjelasan matrix SOAR :

Strategi SA : strategi ini dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk mencapai aspirasi yang diharapkan

Strategi OA : strategi ini dibuat untuk mengetahui dan memenuhi aspirasi dari setiap stakeholder yang beriorientasi kepada peluang yang ada

Strategi SR : strategi ini dibuat untuk mewujudkan kekuatan untuk mencapai Hasil yang terukur

(53)

2.1.3 Konsep e-Governance (IT Governance)

E-Governance dapat dipahami sebagai kinerja pemerintahan melalui media elektronik untuk memfasilitasi proses pelayanan publik yang efisien, cepat dan transparan dalam menyebarluaskan informasi kepada publik dan lembaga lainnya untuk melakukan kegiatan administrasi pemerintahan.

IT Governance (e-Governance) merupakan konsep yang berkembang dari sektor swasta, namun dengan berkembangnya penggunaan IT (Teknologi Informasi) oleh sektor publik, organisasi organisasi pemerintahan maka IT Governance juga harus diterapkan di sektor yang banyak menuntut perbaikan pelayanan bagi masyarakat. (Budiati, 2016).

Pendapat lain yaitu Menurut Ankur Patel (2010) menyebutkan bahwa : “In simple word, e governance is nothing but a mediator between government and citizens. It is the use of a range of modern information and technologies by government to improve efficiency, service etc” .

Menurut pendapat tersebut, sebagai irisan dari konsep e-governance, berikut klasifikasi dari e government :

1. Government To Citizens

(54)

e-Government bertipe G-to-C adalah untuk mendekatkan pemerintah dengan rakyatnya.

Melalui kanal-kanal akses yang beragam agar masyarakat dapat dengan mudah menjangkau pemerintahnya untuk pemenuhan berbagai kebutuhan pelayanan sehari-hari.

2. Government To Business

Salah satu tugas utama dari sebuah pemerintahan adalah membentuk sebuah lingkungan bisnis yang kondusif agar roda perekonomian sebuah negara dapat berjalan sebagaimana mestinya. Dalam melakukan aktivitas sehari-harinya, entity bisnis semacam perusahaan swasta membutuhkan banyak sekali data dan informasi yang dimiliki oleh pemerintah. Disamping itu, yang bersangkutan juga harus berinteraksi dengan berbagai lembaga kenegaraan karena berkaitan dengan hak dan kewajiban organisasinya sebagai sebuaha entity berorientasi profit. Diperlukannya relasi yang baik antara pemerintah dengan kalangan bisnis tidak saja bertujuan untuk memperlancar para praktisi bisnis dalam menjalankan roda perusahaannya, namun lebih jauh lagi banyak hal yang dapat menguntungkan pemerintah jika terjadi relasi interaksi yanag baik dan efektif dengan industry swasta.

3. Government To Government

(55)

tidak hanya berkisar pada hal-hal yang berbau diplomasi semata, namun lebih jauh lagi untuk memperlancar kerjasama antar negara dan kerjasama antar entity-entiti negara (masyarakat, industri, perusahaan, dan lain-lain) dalam melakukan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi perdagangan, proses-proses politik, mekanisme hubungan social dan budaya, dan lain sebagainya.

4. Government To Employee

Pada akhirnya, aplikasi e-Government juga diperuntukkan untuk meningkatkan kinerja dan kesejahteraan para pegawai negeri atau karyawan pemerintahan yang bekerja di sejumlah institusi sebagai pelayan masyarakat. 2.1.4 Konsep Smart City

(56)

Definisi Smart City menurut Boyd Cohen (2014) dalam Riswanda (2016): “Kota Pintar menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) untuk menjadi lebih cerdas dan efisien dalam penggunaan sumber daya, menghasilkan penghematan biaya dan energi, meningkatkan pelayanan dan kualitas hidup, dan mengurangi jejak lingkungan kesemuanya mendukung inovasi dan ekonomi rendah karbon. Asal kota Pintar Konsep kota pintar berasal pada saat seluruh dunia sedang menghadapi salah satu krisis ekonomi terburuk. Pada tahun 2008, IBM mulai bekerja pada konsep 'kota pintar' sebagai bagian dari inisiatif Smarter Planet. Pada awal tahun 2009, konsep telah memikat imajinasi berbagai bangsa di seluruh dunia. Inisiatif tersebut terfokus kuat pada keberlanjutan dan rendah karbon solusi.”

Giffinger,dkk dalam Pratama (2016:94) mendefinisikan Smart City sebagai sebuah performansi yang sangat baik untuk sebuah kota, yang didukung oleh kombinasi yang pintar (smart) dari segala aktifitas serta kesadaran dari masyarakat kota tersebut. Smart City mampu memberikan dampak positif bagi pemerintahan, kehidupan sosial masyarakat, transportasi, kualitas hidup, persaingan sehat disegala bidang dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

(57)

Kota. Antara lain Kota Bandung, Surabaya, Makassar dan lain sebagainya. Penerapan Smart city mencakup berbagai bidang, antara lain pendidikan, kesehatan, pariwisata, pemerintahan dan lainnya. Smart City dapat dikatakan menjadi konsep masa depan suatu kota untuk kualitas hidup yang lebih baik, dengan berbasiskan teknologi informasi dan komunikasi (Pratama, 2016:94).

Smart City memiliki beberapa elemen penting didalamnya. Elemen tersebut meliputi infrastruktur, modal aset, perilaku, budaya, ekonomi, sosial, teknologi, politik dan lingkungan. Dengan kompleksnya suatu kota, maka setiap elemen tersebut diharapkan dapat terintegrasi dengan baik antara satu sama lain. Peran serta pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat, swasta dan akademisi, sangat diperlukan untuk mewujudkan Smart city. Melalui implementasi Smart City dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi diharapkan akan menciptakan taraf hidup yang lebih baik bagi masyarakat.

(58)

Amerika Serikat dan Eropa meruakan negara dan benua yang menjadi pelopor Smart City di dunia. IBM merupakan perusahaan enterprise kelas dunia yang mewadahi berdirinya Smart City. IBM membagi Smart City menjadi enam jenis pembagian. Beberapa referensi menjadikan keenam bagian ini menjadi enam dimensi pada Smart City dan setiap bagian memiliki syarat masing-masing.

Gambar 2.5

Enam Dimensi Smart City

Sumber : Pratama, 2016

2.1.4.1 Smart Economy

(59)

ingin diterapkan pada Implementasi Smart City adalah Smart Economy. Hal ini disebabkan dengan jumlah penduduk yang besar dan potensi yang dimiliki berupa Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia, maka apabila dikelola dengan lebih baik, ekonomi bangsa Indonesia akan meningkat pesat.

2.1.4.2 Smart People

Smart people dapat dikatakan sebagai tujuan utama yang harus dipenuhi didalam mewujudkan Smart City. Pada bagian/ dimensi ini terdapat kriteria proses kreativitas (creativity) pada diri manusia dan modal social (social capital). Beberapa kriteria penilaian tersebut antara lain:

- Adanya jenjang pendidikan formal dalam bentuk sekolah dan perguruan tinggi yang merata kepada masyarakat dan berbasiskan IT.

- Adanya komunitas IT dan komunitas lain terkait dengan pemanfaatan teknologi informasi dan wadah kreatifitas masyarakat.

- Adanya peran serta aktif masyarakat didalam mewujudkan tata kehidupan yang lebih baik memanfaatkan teknologi informasi.

- Modal sosial dalam bentuk kewirausahaan, implementasi teknologi informasi di masyarakat, pengahpusan digital devide (kesenjangan pengetahuan), yang berdampak kepada peningkatan kualitas SDM, kualitas hidup dan pendapatan masyarakat.

(60)

dengan adanya partisipasi masyarakat setempat yang smart, sehingga mampu mengetahui manfaat yang akan diperoleh dan bagaimana mengelola serta mengembangkan smart city tersebut untuk menciptakan tatanan kehidupan dan kualitas layanan publik yang lebih baik.

2.1.4.3 Smart Governance

Smart Governance merupakan bagian atau dimensi pada Smart City yang mengkhususkan pada tata kelola pemerintahan. Smart Governance meliputi segala syarat, kriteria dan tujuan untuk proses pemberdayaan (empowerment) dan partisipasi (participation) dari masyarakat dan pemerintah secara bersama-sama. Adanya kerja sama antara pemerintah dengan masyarakat ini diharapkan dapat mewujudkan tata kelola dan jalannya pemerintahan yang bersih, jujur, adil dan berdemokrasi, serta kualitas dan kuantitas layanan publik yang lebih baik. Smart Governance terdiri atas tiga bagian berikut:

1. Keikutsertaan masyarakat didalam penentuan keputusan secara langsung maupun online. Implementasi Smart City pada bagian ini dengan memanfaatkan teknologi informasi dapat dilakukan melalui sistem

decision maker system (sistem penentu keputusan).

2. Peningkatan jumlah dan kualitas layanan publik. Implementasi Smart City dalam hal ini memanfaatkan teknologi informasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

(61)

b. Penyediaan layanan administrasi keuangan/ pembayaran yang lebih efektif, hemat waktu dan otomatis. Misalkan pembayaran telepon, listrik, air (PAM), PBB (Pajak Bumi Bangunan) melalui e-Banking/ mobile banking (Komputer/ smartphone/ handphone) serta transparansi keuangan dan biaya kepada masyarakat.

c. Adanya database yang terstruktur dan bertata baik didalam penyimpanan data dan informasi terkait dengan layanan publik. 3. Adanya transparansi didalam pemerintahan, sehingga masyarakat menjadi

tahu dan cerdas. Penerapan Smart City pada bagian ini dengan memanfaatkan teknologi informasi antara lain sebagai berikut:

a. Adanya portal terkait dengan informasi terkini pemerintahan yang dapat diakses oleh public (masyarakat) baik melalui computer maupun mobile.

b. Data dan berita yang di inputkan serta informasi yang disampaikan diproses secara digital dan bebas (independen) dari tekanan pihak manapun.

c. Adanya sistem informasi untuk menyajikan hasil suara didalam pemilihan kepala daerah/ kota, presiden dan lain-lain.

d. Adanya penyajian informasi (misal melalui portal) terkait kebijakan dan usulan pemerintah serta masyarakat dapat turut serta berkontribusi didalamnya melalui ide, saran, usul dan kritik.

(62)

rakyat serta proses pemerintahan yang bersih, jujur dan transparan, dengan memanfaatkan teknologi informasi. Selain itu, masyarakat akan melek terhadap teknologi dan pemerintahan (politik), sehingga semua langkah kebijakan dapat benar-benar sesuai dengan aspirasi rakyat.

2.1.4.4 Smart Mobility

Smart mobility merupakan bagian atau dimensi pada Smart City yang mengkhususkan pada transportasi dan mobilitas masyarakat. Pada smart Mobility ini terdapat proses transportasi (transport) dan mobilitas (mobility) yang smart, sehingga diharapkan tercipta layanan public untuk transportasi dan mobilitas yang lebih baik serta menghapus permasalahan umum didalam transportasi, misalkan macet, pelanggaran lalu lintas, polusi dan lain-lain.

Terdapat beberapa kriteria didalam Smart Mobility, yang umunya diimplementasikan kedalam ITS (Intelligent Transport System). Adapun beberapa kriteria pada Smart Mobility tersebut antara lain sebagai berikut (mengacu pada ITS):

a. Adanya pengelolaan traffic dijalan raya yang lebih baik dengan memanfaatkan komputer dan teknologi informasi.

b. Adanya pengelolaan informasi travel/ paket perjalanan berbasiskan computer dan teknologi informasi.

(63)

d. Adanya sistem berbasis komputer dan teknologi informasi untuk pengelolaan jumlah armada pada suatu layanan transportasi untuk mengaktifkan biaya operasional serta meningkatkan produktifitas kerja. e. Adanya sistem yang pintar berbasiskan computer dan teknologi informasi

untk menyajikan informasi kepada pengguna (masyarakat) terkait dengan layanan publik dibidang transportasi.

f. Adanya sistem yang pintar berbasiskan komputer dan teknologi informasi untuk menyajikan solusi transportasi bagi masyarakat didaerah pelosok secara cepat dan mudah.

2.1.4.5 Smart Environment

Smart Environment meruakan bagian atau dimensi pada Smart City yang mengkhususkan kepada bagaimana menciptakan lingkungan (environment) yang pintar (smart). Kriteria penilaian disini mencakup proses kelangsungan (sustainability) dan pengelolaan sumber daya (resourse) yang lebih baik. Untuk mewujudkan Smart Environment, perlu adanya beragam terapan aplikasi dan komputer dalam bentuk Sensor Network dan Wireless Sensor Network, jaringan komputer (termasuk juga jaringan wireless dan jaringan berbasis Cloud Computing), kecerdasan buatan, database sistem, mobile computing, sistem operasi, paralel computing, recognition (face recognition, image recognition). Image processing, Intelligence Transport System dan beragam teknologi lainnya yang terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup dan manusia itu sendiri.

(64)

a. Virtual Computing Environment mencakup semua perangkat computer yang mendukung Smart Environment, dalam hal proses komputasi, smart device, yang mampu memberikan layanan dimanapun dan kapanun secara online (umumnya berbasis internet). Sebagai contoh komputer desktop, computer jinjing, computer mobile (PDA, handphone, Smartphone, tablet), jaringan computer internet, intranet, Peer to Peer), dan lain-lain.

b. Physical Environment mencakup semua perangkat mobile dan komputasi yang melangkapi proses Smart Environment. Umumnya perangkat ini bukan hanya dihubungkan tapi juga disisipkan (embeeded). Sebagai contoh: sensor, nano computer, chip controller dan lain-lain.

c. Human Environment mencakup semua lingkungan human (manusia) yang menjadi pengguna hingga pengembang dari perangkat lunak dan perangkat keras computer, termasuk juga dalam hal ini layanan-layanan berbasis Smart City yang menunjang Smart Environment. 2.1.4.6 Smart Living

Pada Smart Living terdapat syarat, kriteria dan tujuan untuk proses

pengelolaan kualitas hidup (quality of life) dan budaya (culture) yang lebih baik dan pintar (smart). Untuk mewujudkan Smart Living, ada tiga hal yang harus dipenuhi, yaitu:

(65)

b. Penyediaan sarana, prasarana dan informasi terkait dengan potensi pariwisata daerah dengan baik dan atraktif memanfaatkan teknologi informasi (touristic atractivity).

c. Infrastruktur teknologi informasi (ICT Infrastructure) yang memadai, sehingga semua fasilitas dan layanan public dapat berjalan dengan baik melalui bantuan komputerisasi dan teknologi informasi.

Prof. Suhono dalam Pratama (2016) menyatakan bahwa terdapat enam level didalam penerapa Smart City pada suatu kota. Keenam level tersebut terdiri atas level 0 (kota biasa), level 1 (sudah ada website namun belum terintegrasi), level 2 (setiap komponen didalam kota sudah saling terhubung (terintegrasi), level 3 (setiap kota dapat saling bertukar informasi), level 4 (setiap kota memiliki informasi penting didalamnya), dan level 5 (integrasi antarkota secara digital). Berikut penjelasanya :

1. Level 0

(66)

2. Level 1

Pada level 1 ini, kota baru memulai proses dan tahapan untuk menjadi kota yang berbasis Smart City. Salah satu cirinya adalah mulai adanya koneksi internet untuk memudahkan masyarakat di dalam online. Selain itu mulai ada layanan publik yang bersifat online. Misalkan saja sebuah website pemerintahan kota/ daerah dengan sajian informasi di dalamnya. Beberapa daerah dan kota di Indonesia mulai berada di level 1 ini. Hanya saja pada level ini layanan-layanan yang ada belum terintegrasi menjadi satu – kesatuan sistem.

3. Level 2

(67)

Informatika, terutama Public Service Engineering, akan banyak hal yang dikupas pada bagian ini.

4. Level 3

Pada level 3 ini, setiap kota memiliki kemampuan untuk saling bertukar informasi (open information) dan bertukar data (open data) satu sama lain. Pada kondisi ini, suatu kota dapat disebut sebagai kota elektronik (electronic city), karena hamper semua jenis layanan publik berbasiskan elektronik (yaitu teknologi informasi dan komunikasi berbasiskan computer). Sebagai contoh, dua buah kota yang berdampingan dapat saling mempertukarkan informasi mengenai potensi wilayah masing-masing (misal pariwisata, kekayaan alam, jumlah penduduk, atau lainnya) secara digital dan dua arah, sebagai bahan kajian dan diskusi bersama antara kedua kota bersangkutan. Adanya open information dan open data akan memudahkan didalam pembelajaran dan proses berbagi teknologi, informasi dan pengetahuan yang sangat diperlukan didalam proses implementasi Smart City dan penyempurnaannya.

5. Level 4

(68)

mengenai pariwisata budaya dan pariwisata kuliner yang mereka miliki. Data dan informasi ini memiliki nilai penting, yang mana dapat bersifat sangat rahasia hingga bersifat public (dapat diakses dan diketahui oleh banyak orang). Setiap kota pada level ini telah memiliki pemetaan akan informasi penting mengenai potensi yang dimilikinya.

6. Level 5

(69)

memang harus banyak belajar dari Malaysia, sebagaimana disajikan oleh artikel pada halaman http://birokrasi.kompasiana.com/2013/05/10/e-ktp-dengan-malaysia-kita-tertinggal-10-tahun-558592.html.

Sustainable Development Goals (SDG’s) Agenda (dalam pengembangan Kota Cerdas di Indonesia menurut KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL dalam Konferensi e-Indonesia Initiative (eII) dan Smart Indonesia Initiatives (SII) Forum ke-1).

1. End poverty in all it forms everywhere

2. End hunger, achieve food security and improves nutrition and promote sustainable agriculture

3. Ensure healthy lives and promote well being for all at all ages

4. Ensure inclusive and equitable quality education and promote life long learning

5. Achieve gender equality and empower all women and girls

6. Ensure availability and sustainable management Of Water And Sanitation For All

7. Ensure Access To Affordable, Reliable, Sustainable, And Modern Energy For All

8. Promote Sustained, Inclusive And Sustainable Economic Growth, Full And Productive Employment And Decent Work For All

9. Build Resilient Infrastructure, Promote Inclusive And Sustainable Industrialization And Foster Innovation

10.Reduce Inequality Within And Among Countries

11.Make CITIES AND HUMAN SETTLEMENTS Inclusive, Safe, Resilient And Sustainable

12.Ensure Sustainable Consumption And Production Patterns 13.Take urgent action to combat climate change and its impacts

14.Conserve And Sustainably Use The Oceans, Seas And Marine Resources For Sustainable Development

15.Protect, restore and promote sustainable use of terrestrial ecosystems, sustainably manage forests, combat desertification, and halt and reverse land degradation and halt biodiversity loss

(70)

17.Strengthen the means of implementation and revitalize the global partnership for sustainable development

2.2 Penelitian Terdahulu

Dalam melakukan penelitian “Strategi Kota Cilegon Menuju Smart City”. Peneliti melakukan peninjauan terhadap penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, baik berupa jurnal, skripsi maupun tesis, yang terkait dengan tema yang diambil dalam penelitian ini. Peneliti mengambil dua penelitian terdahulu sebagai pembanding dengan penelitian yang dilakukan.

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

No Nama

(71)

No Nama

(72)

No Nama

Peneliti Penelitian Jenis Judul & Tahun Tujuan Metode Hasil 2. Menemu

2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian

Gambar

Tabel 1.1
Gambar 2.1
Gambar 2.2 Proses Evaluasi dan Kontrol
Gambar 2.3 Tahapan Analisis SOAR
+7

Referensi

Dokumen terkait

Maka perlu dirumuskan suatu strategi dan pola kebijakan pengelolaan penataan kawasan Sungai Batanghari untuk memperbaiki dan meningkatkan vitalitas kawasan Sungai Batanghari

Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1 mengetahui strategi apa saja yang digunakan oleh guru di SMA Brawijaya Smart School Malang dalam pembelajaran penguatan kejujuran pada siswa,

Berdasarkan hasil olah data, penulis dapat memaparkan dan menganalisis data yang diperoleh mengenai pengaruh strategi komunikasi “Bandung Smart City” terhadap city

Pemerintah Kota Binjai dalam mempersiapkan pembangunan Kota Binjai dalam lima tahun kedepan akan dibangun dalam perwujudan Kota Cerdas (Smart City) yang melingkupi pemerintahan yang

Pemerintah Kota Binjai dalam mempersiapkan pembangunan Kota Binjai dalam lima tahun kedepan akan dibangun dalam perwujudan Kota Cerdas (Smart City) yang melingkupi pemerintahan yang

Bentuk pesan dalam strategi komunikasi yang digunakan oleh pemeritah kota Denpasar dalam sosilaisasi implementasi aplikasi Sidarling menuju Denpasar smart city dilakukan dengan

Faktor-Faktor Penghambat dan Pendukung Dalam Pelaksanaan strategi Mendorong Partisipasi Masyarakat bidang Pembangunan Desa, tidak dapat dipungkiri dalam bahwa pemerintah desa dalam

KESIMPULAN Berdsasarkan hasil penelitian dan segala temuan yang di lapangan peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa Strategi yang dilakukan oleh Dinas Koperasi dan UMK Kota Cilegon