• Tidak ada hasil yang ditemukan

AUDIT KOMUNIKASI PROGRAM KAMPANYE “EARTH HOUR” WORLD WILDLIFE FUND FOR NATURE INDONESIA - FISIP Untirta Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "AUDIT KOMUNIKASI PROGRAM KAMPANYE “EARTH HOUR” WORLD WILDLIFE FUND FOR NATURE INDONESIA - FISIP Untirta Repository"

Copied!
318
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S1) Ilmu Komunikasi

Program Studi Ilmu Komunikasi

Oleh :

EMILIYA JOHARI NIM.6662120263

KONSENTRASI HUMAS

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)
(3)
(4)
(5)

iv

Pla n yo ur wo rk fo r to d a y a nd e ve ry d a y, the n wo rk

yo ur p la n.

Ma rg a re th Tha tc he r-

It is o ur c ho ic e s... tha t sho w wha t we truly a re , fa r

mo re tha n o ur a b ilitie s

- J.K Ro wling -

C ry. Fo rg ive . Le a rn. Mo ve o n. Le t yo ur te a rs wa te r

the se e d s o f yo ur future ha p p ine ss

- Ste ve Ma ra b o li-

Be rsa ma o ra ng -o ra ng te rsa ya ng ,b e se rta

iring a n d o a , ke sulita n a ka n te rle wa ti d e ng a n

mud a h

- E.70-

Skripsi Ini Kupersembahkan Untuk

(6)

v Nesia, S.IK., M.Ikom

Penggunaan energi listrik yang berlebihan merupakan hal yang melatarbelakangi terbentuknya program kampanye Earth Hour, World Wildlife Fund for Nature Indonesia. Program yang diteliti,program yang berjalan dalam kurun 2015 hingga 2016 selama satu tahun. Program kampanye ini memiliki tujuan untuk mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai penghematan penggunaan energi listrik. Namun berdasarkan data dari Perusahaan Listrik Negara (PLN), pada tahun 2013 dan 2014 tidak ada perubahan yang signifikan dari penggunaan energi listrik. Untuk itu perlu dilakukan proses evaluasi yang disebut audit komunikasi. Audit komunikasi adalah alat evaluasi untuk program jangka panjang dengan menunjukan kekuatan dan kelemahan yang ada. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan program kampanye Earth Hour WWF-Indonesia, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan tahap preparation, konsep kegiatan program sudah sesuai. Sementara tahap implementations, kegiatan yang dilakukan tidak sesuai dengan perencanaan. Selanjutnya tahap impact ditemukan, belum sesuai dengan tujuan utama program, mengajak masyarakat untuk berkomitmen dalam mematikan lampu yang tidak terpakai selama satu jam. Hal ini dikarenakan banyaknya kegiatan yang mengangkat isu lingkungan diluar isu penggunaan energi listrik, berada pada satu payung dengan kampanye Earth Hour. Sehingga program Earth Hour dinilai perlu adanya perbaikan guna keberhasilan kampanye.

(7)

vi M.Ikom

Excessive used of electrical energy is one of reason World Wildlife Fund for Nature of Indonesia Organization established Earth Hour campaign program. The program that be inspected is the program that has been run for a year from 2015 until 2016. The campaign program has a purpose for socialize about efficient use of electrical power to dozen people. However based on Perusahaan Gas Negara (PLN)’s data, on 2013 and 2014 there is no significant difference of electrical use. Because of that we need to evaluated the program that called communication audit. The communication audit is evaluation tool for long term program that showing the strength and the weakness of the program. The purpose of thus research is find out about implementation of Earth Hour campaign program WWF Indonesia, that using qualitative method. The method of data collection that researcher use are interview and documentation. The result of this research show that preparation step, program activity concept is appropriated. While the implementation step show the program activity that WWF Indonesia did is still not appropriated with preparation step. The next step is impact, on this step found that there are not appropriate with the program main goals, which is to persuade and commitee people to switch off the lamp that not used for an hour. This is because there are too much activities that raise about environment issues excluding the electrical energy use issue, under the same roof with Earth Hour. Therefore, Earth Hour program needed to be improve to reach the campaign goals.

(8)

vii

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat kelulusan

program studi Ilmu Komunikasi konsentrasi Public Relation atau Humas di

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Penulis

menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik

yang dapat membantu perbaikan penelitian yang berjudul “Audit Komunikasi

Program Kampanye Earth Hour World Wildlife Fund For Nature-Indonesia” ini

sangat penulis harapkan. Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan

ucapkan terima kasih atas segala dukungan, bantuan dan bimbingan dalam proses

penelitian serta penyusuan skripsi ini kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa.

2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Ibu Dr. Rahmi Winangsih, M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Bapak Darwis Sagita, M.Ikom selaku Sekretaris Prodi Ilmu Komunikasi

(9)

viii

6. Ibu Andin Nesia S.IK, M.Ikom selaku Pembimbing II Skripsi yang telah

dengan sabar membimbing dan memberikan waktu serta pemikiran selama

proses bimbingan hingga terselesaikannya skripsi ini.

7. Bapak Iman Mukhroman, S.Sos, M.Si selaku Pembimbing Akademik

penulis yang selalu memberikan nasihat dan semangat selama perkuliahan

di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa,

8. Bapak/ Ibu Dosen beserta Staf Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Peneliti mengucapkan terima kasih atas

ilmu yang diberikan selama perkuliahan dan juga atas pelayanan

adminitstrasi yang telah diberikan selama perkuliahan.

9. Kedua Orang Tua, Bapak Janjan Djohari Atobari dan Ibu Sri Kulsum

Mulyati yang mencurahkan kasih sayang, doa, motivasi, kekuatan dan

dukungan yang tidak henti-henti, sehingga terselesaikannya skripsi ini

10. Galih Aji Prasongko selaku Koordinator Earth Hour Indonesia yang telah

meluangkan waktu untuk bertemu melakukan wawancara.

11. Chris Rahardian selaku Wakil Koordinator Earth Hour Indonesia yang telah

meluangkan waktu untuk bertemu melakukan wawancara dan menuntun

(10)

ix Earth Hour

13. Raffiudin Abroch, selaku Ketua Komunitas Earth Hour Kota Serang

2013-2015 yang telah meluangkan waktu untuk melakukan wawancara dan

berdiskusi mengenai kampanye Earth Hour.

14. Mahar Suwandaru, selaku Ketua Komunitas Earth Hour Kota Serang 2016

yang telah meluangkan waktu untuk melakukan wawancara dan berdiskusi

mengenai kampanye Earth Hour.

15. World Wildlife Fund for Nature Indonesia yang telah memberikan

kemudahan kepada penulis dalam melakukan pengumpulan dan dan juga

mengajak penulis untuk ikut melakukan kegiatan lingkungan.

16. Kedua Adikku, Luthfi Darmawan dan Fariz Ghassan yang selalu

memberikan hiburan ketika penulis merasa jenuh, dan juga selalu

membantu ketika penulis mengalami sedikit kesulitan.

17. Kedua Nenekku yang selalu mendoakan dan memberikan semangat

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

18. Sepupuku, Pera Febriani, Asri Nursoparisa, Caraka Fajar Jaya, Harleyna

Surya yang memberikan doa, motivasi dan ngajak jalan penulis untuk

menghilangkan kejenuhan dan rasa lelah.

19. Adam Panji Maulana yang selalu memberikan doa, motivasi, dukungan dan

juga selalu menghibur penulis untuk menghilangkan kejenuhan dan rasa

(11)

x

21. Keluarga Besar Cianjur yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang

selalu mendukung penulis.

22. Sahabat terbaik ku Erlin Pratiwiningtyas, Nabila Haidi Sauramani, Isti

Ridloti, Ina Zainatun, Delvi Aprilia Sandi, Wisnu Setyo Nugroho, Akmal

Brilly A, Juhendi, Bayu, Deni Saputra yang selalu mendoakan, mendukung,

menasihati, mendengarkan keluh kesah, mengajak main, mengajak

becandaan penulis, ILU.

23. Sahabat Kecilku Ulfa Kharisma Putri yang selalu menemani dan

mendengarkan keluh kesah, suka duka penulis I Miss You.

24. Temen seperjuanganku Dian Lestari, Ratu Tusilah, Riana Belianti, Dyssa

Rizki Andiani, Raudhatul Jannah yang selalu menemani dan menghibur

penulis selama perkuliahan, Good Luck buat kalian semua.

25. Seluruh teman Ilmu Komunikasi 2012, dan khususnya teman kelas A dan

teman Humas yang telah memberikan warna-warni perkuliahan sehingga

penulis mendapatkan banyak pengalaman berkesan.

26. Keluarga Besar Primagama Cilegon, yang tidak bosan memberikan

tumpangan tempat, Wifi ketika peneliti lelah, berdiskusi dan mendengarkan

keluh kesah penulis.

27. Komunitas Earth Hour Serang, khususnya Ka Rifa, Anggi, Ayu, Ka

(12)

xi

Suralaya dan PT. ASDP Indonesia Ferry (persero), khususnya Sandi

Nugroho yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis,

sampai bertemu kembali .

29. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu

persatu.

Dengan segala upaya dan kemampuan yang ada, penulis menyadari sepenuhnya

bahwa dengan keterbatasan pustaka, pengetahuan, serta waktu dalam melaksanakan

skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun penulis berusaha sebaik mungkin

untuk menyajikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis dengan rendah hati memohon

maaf atas kekurangan dan kelemahan yang terdapat dalam skripsi ini, penulis

berharap kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penelitian

ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua,

khusunya bagi peneliti dan pihak yang berkepentingan.

Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarokatuh.

Cilegon, Oktober 2016

(13)

xii

LEMBAR PERSETUJUAN. ... ii

LEMBAR PENGESAHAN. ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN. ... iv

ABSTRAK. ... v

ABSTRACT. ... vi

KATA PENGANTAR. ... vii

DAFTAR ISI. ... xii

DAFTAR ISI TABEL. ... xvi

DAFTAR ISI GAMBAR... xvii

DAFTAR ISI DIAGRAM. ... xviii

DAFTAR ISI LAMPIRAN. ... xix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. ... 1

1.2 Rumusan Masalah. ... 10

1.3 Identifikasi Masalah. ... 11

1.4 Batasan Masalah. ... 11

1.5 Tujuan Penelitian... 12

1.6 Manfaat Penelitian... 12

1.6.1 Manfaat Teoritis. ... 12

(14)

xiii

2.1.1.1 Komunikasi Efektif... 16

2.1.1.2 Pesan Komunikasi. ... 18

2.1.1.3 Komunikasi Persuasi. ... 19

2.1.1.4 Teknik Persuasi... 22

2.1.2 Public Relations.. ... 24

2.1.2.1 Pengertian Public Relations. ... 24

2.1.2.2 Fungsi Public Relations. ... 26

2.1.2.3 Peran Public Relations dalam Organisasi Non Profit. ... 28

2.1.3 Kampanye. ... 32

2.1.3.1 Konsep Kampanye. ... 32

2.1.3.2 Perencanaan Kampanye Public Relations. ... 33

2.1.3.3 Implementasi Kampanye PR. ... 36

2.1.3.4 Jenis Kampanye. ... 39

2.1.3.5 Faktor Penghambat Kampanye. ... 41

2.1.3.6 Kampanye Earth Hour.. ... 42

2.1.4 Audit Komunikasi. ... 51

2.1.4.1 Pengertian Audit Komunikasi ... 51

2.1.4.2 Tujuan Audit Komunikasi. ... 53

2.1.4.3 Prosedur Audit Komunikasi. ... 56

2.1.4.4 Linking Public Relations Planning with an Evaluation Model. ... 58

2.2 Teori Informasi Organisasi. ... 72

2.2.1 Budaya Organisasi. ... 76

2.3 Kerangka Berpikir. ... 78

(15)

xiv

3.3 Sifat Penelitian... 98

3.4 Teknik Penelitian. ... 99

3.5 Informan Penelitian. ... 101

3.5.1 Subjek Penelitian... 101

3.5.2 Objek Penelitian. ... 106

3.5.3 Jenis Data Penelitian. ... 106

3.6 Analisis Data. ... 106

3.7 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data. ... 108

3.8 Lokasi Penelitian. ... 110

3.9 Jadwal Penelitian. ... 110

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian. ... 111

4.1.1 Profil World Wildlife Fund for Nature Indonesia. ... 111

4.1.1.1 Sejarah World Wildlife Fund for Nature Indonesia. ... 112

4.1.1.2 Visi dan Misi World Wildlife Fund for Nature Indonesia. ... 113

4.1.1.3 Struktur Organisasi World Wildlife Fund for Nature Indonesia. ... 114

4.1.2 Gambaran Mengenai Program Kampanye Earth HourWorld Wildlife Fund for Nature Indonesia. ... 115

4.1.2.1 Latar Belakang Program Kampanye Earth HourWorld Wildlife Fund for Nature Indonesia. 116 4.1.2.2 Tujuan Program Kampanye Earth HourWorld Wildlife Fund for Nature Indonesia. ... 117

(16)

xv

4.2.1.1 Latar Belakang Program Kampanye Earth Hour

Tahun 2016. ... 120

4.2.1.2 Tujuan Program Kampanye Earth Hour Tahun 2016. ... 123

4.2.1.3 Rancangan Kegiatan Program Kampanye Earth Hour Tahun 2016. ... 128

4.2.2 Ketercapaian Program Kampanye Earth Hour WWF Indonesia pada tahap Implementation. ... 134

4.2.2.1 Pelaksanaan Program Kampanye Earth Hour World Wildlife Fund for Nature Indonesia. ... 135

4.2.3 Ketercapaian Program Kampanye Earth Hour WWF Indonesia pada tahap Impact. ... 158

4.3 Pembahasan. ... 166

4.3.1 Evaluasi Ketercapaian Pogram Kampanye Earth Hour WWF Indonesia pada Proses Preparation. ... 172

4.3.2 Evaluasi Ketercapaian Pogram Kampanye Earth Hour WWF Indonesia pada Proses Implementation. ... 179

4.3.3 Evaluasi Ketercapaian Pogram Kampanye Earth Hour WWF Indonesia pada Proses Impact. ... 182

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan. ... 194

5.2 Saran. ... 195

5.2.1 Saran Teoritis.. ... 196

5.2.2 Saran Praktis. ... 196

DAFTAR PUSTAKA. ... 198

(17)

xvi

Halaman

2.1 Tabel Strategi Kampanye Earth Hour 2016. ... 50

2.2 Tabel Penelitian Sebelumnya. ... 87

4.1 Tabel Tujuan Program Kampanye Earth Hour Indonesia. ... 126

4.2 Tabel Bentuk Kegiatan Kampanye Earth Hour Indonesia. ... 137

(18)

xvii

2.2 Gambar Bagan Kerangka Berpikir. ... 82

4.1 Gambar Struktur Organisasi. ... 114

4.2 Gambar Video TeaserEarth Hour Indonesia. ... 146

4.3 Gambar Video Highlight Earth Hour Indonesia. ... 147

4.4 Gambar Kegiatan Kampanye Bebas Sampah oleh Earth Hour Surabaya .... 148

4.5 Gambar Kegiatan Kampanye Bebas Sampah oleh Earth Hour Serang ... 149

4.6 Gambar Recent Post Artikel yang di Unggah pada Website Earth Hour Indonesia ... 150

4.7 Gambar Pesan-pesan yang Dikirimkan Pengguna Twitter ... 162

(19)

xviii

4.2 Diagram Demografi Jenis Kelamin yang Merespon Pesan Kampanye

Earth Hour 2016. ... 157 4.3 Diagram Demografi yang Merespon Isu Earth Hour 2016

(20)

xix

Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian. ... 202

Lampiran 2 : Surat Pernyataan Kesediaan Informan. ... 204

Lampiran 3 : Pedoman Wawancara. ... 208

Lampiran 4 : Hasil Wawancara. ... 212

Lampiran 5 : Lembar Bimbingan Skripsi. ... 249

Lampiran 6 : Lembar Sit In Sidang Skripsi. ... 254

Lampiran 7 : Foto Saat Wawancara. ... 256

Lampiran 8 : Foto Kegiatan Kampanye Earth Hour 2016. ... 258

Lampiran 9 : Dokumentasi WWF Indonesia . ... 266

(21)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pemanasan global merupakan salah satu permasalahan di bidang

lingkungan yang menjadi perhatian utama diseluruh dunia. Pemanasan global

adalah kenaikan suhu permukaan bumi yang disebabkan oleh peningkatan emisi

karbon dioksida dan gas-gas lain yang dikenal sebagai gas rumah kaca yang

menyelimuti bumi dan memerangkap panas. Kenaikan suhu ini merubah iklim,

menyebabkan berubahnya pola cuaca yang dapat menimbulkan peningkatan

curah hujan yang tidak biasa, semakin ganasnya angin dan badai bahkan

terjadinya bencana alam yang memakan banyak korban. Sehingga merugikan

makhluk hidup yang tinggal di bumi1.

Penyebab alamiah yang berkontribusi terhadap fluktuasi iklim, tetapi

praktik industri merupakan penyumbang terbesar di balik pemanasan global.

Tuntutan pertumbuhan populasi telah menyebabkan deforestasi, pembakaran

bahan bakar fosil, dan pertanian yang meluas. Kegiatan ini semua menghasilkan

gas rumah kaca di atmosfer kita - gas seperti karbondioksida, nitrogenoksida

dan metana. Gas rumah kaca menahan panas dari matahari dan tidak

terpantulkan kembali ke angkasa. Hal ini menyebabkan atmosfer bumi

1World Wildlife Fund for NatureIndonesia .2015. Seputar Iklim & Energi.

(22)

memanas, yang dikenal sebagai efek rumah kaca. Hanya dalam 200 tahun,

tingkat karbondioksida di atmosfer kita telah meningkat sebesar 30%2.

Pemanasan global ini memiliki dampak yang sangat luas yang tidak hanya

mempengaruhi kehidupan manusia melainkan kehidupan hewan dan juga

tumbuhan. Dampak dari pemanasan global yang diketahui secara umum adalah

terjadinya perubahan musim di mana musim kemarau menjadi lebih panjang

sehingga menyebabkan gagal panen, krisis air bersih dan kebakaran hutan.

Dampak lainnya yaitu hilangnya berbagai jenis flora dan fauna khususnya di

IndRumusaonesia yang memiliki aneka ragam jenis seperti pemutihan karang.

Pemanasan global juga memicu meningkatnya kasus penyakit tropis seperti

malaria dan demam berdarah di Indonesia.

Berdasarkan hal tersebut, banyak elemen masyarakat yang peduli terhadap

permasalahan di atas. Ini di buktikan dengan maraknya persaingan kampanye

yang dilakukan untuk menarik perhatian banyak orang, termasuk lembaga atau

organisasi baik yang berorientasi pada profit maupun yang nonprofit.

Persuasi secara inheren terkandung dalam kampanye. Tindakan kampanye

pada prinsipnya adalah tindakan persuasi, yang mana tindakan persuasi

merupakan tindakan yang sekurang-kurangnya melibatkan dua pihak, adanya

tindakan mempengaruhi secara sengaja, terjadinya pertukaran pesan persuasive

2 PT. Unilever Indonesia. 2016. Apa Itu Perubahan Iklim? Bagaimana Cara Kita

(23)

dan adanya kesukarelaan dalam menerima atau menolak gagasan yang

ditawarkan3. Tindakan tersebut yang tujuannya bersifat mengajak dan

menganjurkan perubahan pada khalayak yang menjadi sasaran. Hal tersebut

sejalan dengan pendapat dari Pfau & Parrot dalam (Venus, 2009) yang

menyatakan “Campaign are inherently persuasive communication activities”4.

Persuasi menurut Bettinghous (Framanik, 2013), komunikasi manusia yang

dirancang untuk mempengaruhi orang lain dengan usaha mengubah keyakinan,

nilai atau sikap mereka.5 Contoh dari kampanye yang mempersuasi

khalayaknya yaitu kampanye “Stop Kekerasan Pada Anak” , UNICEF adalah

salah satu organisasi yang menjalankan kampanye tersebut, pada hari anak

sedunia”.6 Kampanye tersebut tidak hanya dilakukan oleh UNICEF-Indonesia

melainkan organisasi lain seperti ECPAT-Indonesia yang menjalankan

kampanye 25 Tahun Konveksi Hak Anak pada hari Anak Internasional7.

Kampanye merupakan kegiatan komunikasi yang terorganisir yang

bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan khalayak sasaran

dalam suatu isu yang dikampanyekan untuk merebut perhatian serta

menumbuhkan persepsi yang positif terhadap suatu kegiatan dari suatu lembaga

3Antar Venus. 2009. Manajemen Kampanye. Simbiosa Rekatama Media.Bandung. hlm 30

4

Ibid., hlm 29

5

Naniek Afrila Framanik.2013. Komunikasi Persuasi.KOCIPTA Publishing.Serang.hlm.52

6UNICEF

-Indonesia. 2015.Artikel Kekerasan Terhadap Anak : Kini Saatnya Bertindak. http://www.unicef.org/indonesia/id/media_24996.html. Diakses pada hari Senin, 04 April 2016, pukul 20:11 WIB

7

ECPAT-Indonesia.2015. Publikasi Media Video Konveksi Hak Anak.

(24)

atau organisasi agar tercipta suatu kepercayaan dan citra yang baik dari

masayarakat melalui penyampaian pesan secara intensif dengan proses

komunikasi dengan waktu tertentu yang berkelanjutan. Istilah kampanye

dikenal sejak 1940-an. Menurut Roger Storey dalam (Ruslan, 2007)8 yaitu : Kampanye sebagai serangkaian kegiatan komunikasi yang terorganisasi

dengan tujuan untuk menciptakan dampak tertentu sebagian besar khalayak

sasaran berkelanjutan dalam periode waktu tertentu”.

Pada organisasi nonprofit, kampanye merupakan sebuah kegiatan organisasi

untuk mengenalkan identitas organisasi tersebut dalam tujuan tertentu.

Organisasi nonprofit dalam menjalankan kegiatan kampanye dirasa lebih

menarik karena tidak mengutamakan keuntungan dalam bentuk materi,

sehingga pada prosesnya membutuhkan perencanaan yang terarah untuk

menentukan komunikasi yang efektif guna terciptanya keberhasilan sebuah

kampanye.

Salah satu organisasi nonprofit yang menjalankan kampanye yang

berhubungan dengan permasalahan pemanasan global yaitu World Wildlife Fund for Nature (WWF). WWF adalah organisasi konservasi independen

terbesar di dunia dengan lebih dari 5 juta pendukung di seluruh dunia yang

bekerja di lebih dari 100 negara, mendukung sekitar 1.300 proyek konservasi

dan lingkungan. WWF mulai berkiprah di Indonesia pada 1962 sebagai bagian

8

(25)

dari WWF Internasional, melakukan penelitian di Ujung Kulon untuk

menyelamatkan populasi badak jawa yang nyaris punah. Saat itu hanya tersisa

sekitar 20 ekor saja. Bekerjasama dengan Kementrian Kehutanan, lambat laun

jumlah populasi satwa bercula satu itu meningkat hingga stabil sekitar 40-50

ekor pada survey tahun 1980an.

Program kegiatan lainnya yang dilakukan WWF adalah Earth Hour,

merupakan kampanye sosial WWF yang bergerak dibidang penyelamatan

lingkungan melalui gerakan hemat energi. WWF sebagai salah satu inisiator

Earth Hour di Sydney yang kemudian bertahun-tahun berikutnya turut serta

dalam kampanye Earth Hour dengan menyebarkan kampanye ini lebih dari 70

Negara jaringan di seluruh dunia.

Indonesia merupakan salah satu negara yang menjalankan kampanye Earth

Hour yang mengajak lapisan masyarakat untuk berhemat energi.

WWF-Indonesia saat ini bergiat di 27 wilayah kerja lapangan, tepatnya di 17 provinsi,

mulai dari Aceh hingga Papua. Didukung oleh sekitar 500 staff, WWF bekerja

bersama pemerintah, masyarakat, swasta, LSM, masyarakat madani, dan publik

luas. Sejak 2006 hingga 2016, WWF Indonesia didukung oleh sekitar 64 ribu

supporter di dalam negeri. Dan resmi menjadi lembaga nasional berbadan

hukum Yayasan pada tahun 19989.

9 World Wildlife Fund for Nature Indonesia.2016.Frequently Asked

(26)

Dari kampanye Earth Hour pada tahun 2008 berhasil membentuk suatu

komunitas yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Komunitas tersebut

bernama “Earth Hour” yang diusung oleh WWF untuk mengimplementasikan

program Earth Hour agar kampanye tersebut menjadi efektif. Program

kampanye Earth Hour yang merupakan kampanye inisiasi publik, menyatukan

masyarakat dari seluruh dunia untuk merayakan komitmen gaya hidup hemat

energi dengan cara mematikan lampu dan alat elektronik yang sedang tidak

dipakai selama satu jam. Earth Hour bertujuan untuk mendorong individu,

komunitas, praktisi bisnis, dan pemerintahan yang saling berhubungan untuk

menjadi bagian dari perubahan dunia yang berkelanjutan. Dimulai dengan

langkah awal mematikan lampu dan alat elektronik yang tidak terpakai sebagai

komitmen hemat energi untuk Bumi, dan juga merupakan momentum

menampilkan kepada dunia tentang perilaku hemat energi yang sudah

dilakukan10.

Menurut PLN sebagai perusahaan yang bergerak dibidang kelistrikan

mengatakan dalam press release nya, tidak ada perubahan yang signifikan.

Berdasarkan website milik PLN (www. pln.co.id), pada tahun 2014 Beban

puncak penggunaan lisrik di Indonesia sebanyak 33.321,15 MW, meningkat

8,06% dibandingkan tahun sebelumnya. Beban puncak sistem interkoneksi

Jawa Bali mencapai 23.900 MW, atau naik 5,90% dari tahun sebelumnya”.”

Penjualan tenaga listrik PLN tahun 2014 sebesar 198.601,77 GWh.

10Earth Hour

(27)

Dibandingkan dengan tahun 2013 penjualan tenaga listrik naik tersebut sebesar

11.060,75 GWh atau 5,89% terdiri dari penjualan untuk sektor industri sebesar

65.908,67 GWh, sektor rumah tangga sebesar 84.086,46 GWh, sektor komersial

atau usaha sebesar 36.282,42GWh dan sektor publik atau umum sebesar

12.324,21 GWh. Jumlah pelanggan tahun 2014 mencapai 57.493.234

pelanggan. Dibandingkan dengan tahun 2013 angka ini naik sebesar 3.497.026

pelanggan atau 6,48%. Dari jumlah pelanggan seluruhnya, kelompok rumah

tangga merupakan jumlah pelanggan terbesar yaitu 53.309.325 pelanggan atau

92,72 %”11.

Berdasarkan data diatas, pada program kampanye Earth Hour yang telah

memasuki tahun 8, tepat 19 Maret 2016, kegiatan tersebut belum berjalan

efektif, sesuai dengan tujuan dan target yang diharapkan. Sehingga program

tersebut dipertanyakan, apakah kegiatan tersebut, bermaksud untuk

menyadarkan publik terhadap gaya hidup hemat energi atau hanya sekedar

selebrasi sebagai ajang eksistensi komunitas.

Dalam menjalankan program kampanye Earth Hour WWF-Indonesia,

peran Public Relation menjadi penting, untuk merumuskan, perencanaan

program kampanye dimulai dari manajemen penetapan tujuan, target sasaran

kampanye, opini yang terbangun, tujuan yang terukur, kegiatan yang

11

PT.PLN(Persero).2014.Buku Statistik PLN 2014.

(28)

direncanakan, penerapan program yang telah disetujui hingga evaluasi program

tersebut.

Menurut Anne Gregory (2004:139) mendefinisikan “evaluasi adalah suatu

proses untuk memantau menguji, serta merupakan analisis terhadap hasil akhir

dari suatu kampanye atau program”12. Evaluasi dapat dianggap sebagai

pekerjaan yang sangat membosankan dan sebaiknya dihindari karena evaluasi

mempertaruhkan reputasi, sehingga kebanyakan dari praktisi PR kurang

percaya diri untuk melakukan metode evaluasi.

Kegiatan pengevaluasian yang dilakukan oleh seorang praktisi PR adalah

Audit Komunikasi. Hal ini dapat dilakukan untuk meneliti secara detail proses

sebuah program. Audit yang efektif membutuhkan riset yang mendalam baik

mengenai hal dalam organisasi bersama seluruh staf PR yang bertanggung

jawab atas komunikasi, maupun hal-hal diluar organisasi. Alasan pokok yang

paling penting untuk dilaksanakan sebuah audit yaitu untuk melakukan

re-evaluasi atas pencapaian dari sebuah program. Dengan istilah audit ini,

menunjukan bahwa proses-proses komunikasi dapat diperiksa, dievaluasi, dan

diukur secara cermat.

Audit akan mengidentifikasi publik-publik yang penting bagi kesuksesan

organisasi. Audit komuikasi mempelajari pula sikap khalayak dan menilai

apakah perlu dilakukan suatu tindakan untuk memperjelas, mengkonfirmasi

12

(29)

atau menyesuaikan sikap tersebut, selain kebutuhan informasi dari publik

utama. dan mengidentifikasi akan kesenjangan komunikasi dan

peluang-peluang yang belum dipergunakan, Selain itu juga mempelajari kebutuhan

informasi di masa mendatang dan metode-metode komunikasi baru yang dapat

digunakan. Audit juga akan menunjukkan sumber daya dan keahlian yang

diperlukan untuk menjalankan program atau kampanye yang sukses, dan

apakah hal-hal tersebut tersedia untuk organisasi.

Bagaimana sebuah organisasi nirlaba mengetahui apakah komunikasi yang

dibangunnya efektif? Apakah kegiatan atau program kampanye yang

dilaksanakan sesuai dengan target dan tujuan yang telah disusun?. Sebagai

organisasi, gerak sebuah organisasi nirlaba diarahkan untuk mencapai tujuan

yang telah dirancang. Pengukuran kinerja menjadi penting untuk mengetahui

apakah tujuan yang diharapkan tercapai atau tidak. Oleh karena itu,

program-program kampanye pada sebuah organisasi nirlaba ini penting untuk di audit,

agar kampanye yang dilakukan oleh Organisasi Nirlaba akan menjadi

benar-benar efektif juga bermanfaat bagi publik, sehingga kampanye tersebut akan

menjadi kampanye yang tak sekedar kampanye yang diingat dan dilupakan oleh

publiknya secara cepat, tanpa menghasilkan suatu dampak yang diharapkan.

Hasil audit komunikasi dapat memberikan informasi yang berharga guna

mencegah terjadinya kegagalan komunikasi dalam suatu organisasi. Dengan

demikian, audit komunikasi juga dapat dimanfaatkan untuk memberikan

(30)

maupun eksternal) terkait dengan berbagai aktivitas komunikasi yang telah

dilakukan. Selain itu, output audit komunikasi juga dapat dimanfatkan bagi

peningkatan efektifitas komunikasi perusahaan13. Dalam melakukan audit komunikasi, program kampanye Earth Hour, WWF-Indonesia sebagai

komunikator dapat mengetahui preparation, implementation dan evaluation

yang dihasilkan dari kampanye tersebut . Audit komunikasi dapat memberikan

manfaat sebagai gambaran organisasi WWF-Indonesia dari perspektif

stakeholder, baik internal maupun eksternalnya. Kekurangan-kekurangan yang

berpotensi menjadi suatu masalah pada kegiatan kampanye tersebut, di setiap

fase dapat terlihat. Sehingga, masalah dari kegiatan kampanye dapat diatasi.

Pada penelitian ini peneliti berfokus secermat-cermatnya mencari data dan

informasi langsung dari sumber-sumber utama yang terpercaya dengan

berpedoman pada salah satu teori evaluasi Public Relations yang digunakan

oleh peneliti yaitu Evaluasi Linking a Public Relation with an Evaluation Model.

1.2Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah diatas maka masalahnya, peneliti

merumuskan masalah dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut “Bagaimana

13PRider. Sekilas Tahap-Tahap dan Teknik Audit Komunikasi.2015

(31)

Audit Komunikasi pada Program Kampanye “Earth HourWorld Wildlife

Fund for Nature(WWF) Indonesia?”

1.3Identifikasi Masalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas, penyusun mengidentifikasi

masalahnya dalam penelitian yang diajukan ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana ketercapaian Preparation pada program Kampanye Earth

Hour ?

2. Bagaimana ketercapaiann Implementation dari pelaksanaan program

Kampanye Earth Hour?

3. Bagaimana ketercapaian Impact dari pelaksanaan Program Kampanye

Earth Hour?

1.4Batasan Masalah

Batasan Masalah dalam penelitian ini bertujuan untuk membatasi

pembahasan pada pokok permasalahan penelitian saja. Ruang lingkup

menentukan konsep utama dari permasalahan sehingga masalah-masalah dalam

penelitian dapat dimengerti dengan mudah dan baik. Batasan Masalah

penelitian sangat penting dalam mendekatkan pada pokok permasalahan yang

akan dibahas. Hal ini agar tidak terjadi kerancuan ataupun kesimpangsiuran

dalam menginterpretasikan hasil penelitian. Ruang lingkup penelitian

dimaksudkan sebagai penegasan mengenai batasan-batasan objek. Ruang

(32)

Earth Hour World Wildlife Fund for Nature Indonesia selama satu tahun.

Mengingat peneliti merupakan penelitian audit komunikasi dengan

menggunakan model dari Jimm Prichitt dan Bill Shernman yang didalamnya

terdapat empat fase tiga tahap, dalam hal ini, pada fase kedua yang masuk

kedalam tahap preparation, peneliti tidak sampai kepada tahap perencanaan budget dari program kampanye Earth Hour WWF Indonesia, hanya sebatas dari

penetapan manajemen tujuan hingga penetapan bentuk kegiatan.

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari latar belakang penelitian diatas, maka tujuan penelitian ini

sebagai berikut :

1. Mengetahui ketercapaian preparation pada pelaksanaan program

Kampanye Earth Hour

2. Mengetahui ketercapaian implementation pada pelaksanaan program

Kampanye Earth Hour

3. Mengetahui ketercapaian impactdari pelaksanaan Program Kampanye

Earth Hour.

1.6Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian dari diadakannya penelitian ini adalah :

1.6.1 Manfaat Teoritis

1. Menjadi salah satu rekomendasi kajian ilmiah mengenai proses

(33)

Public Relations, dimana kasus yang diteliti adalah suatu

program kampanye.

2. Memberikan sumbangan pemikiran kepada Mahasiswa program

studi humas mengenai metode evaluasi yang digunakan secara

profesional dan internasional.

3. Menambah rekomendasi bagi para akademisi tentang upaya

yang dilakukan oleh suatu organisasi nirlaba untuk peduli

terhadap suatu isu lingkungan, yang juga bermanfaat bagi

organisasi itu sendiri, sesuai dengan tujuan awal organisasi.

1.6.2 Manfaat Praktis

1. Hasil temuan evaluasi ini bisa menjadi masukan untuk mencapai

perbaikan serta peningkatan target yang ingin dicapai

WWF-Indonesia pada program kampanye Earth Hour di tahun- tahun

berikutnya.

2. Evaluasi ini juga diharapkan menjadi masukan dalam

melakukan sebuah inovasi pada perencanaan program

Kampanye Earth Hour, sehingga menjadi lebih baik dari

(34)

14 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Kajian Teoritis 2.1.1 Komunikasi

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan

berkomunikasi manusia dapat saling berhubungan satu sama lain. tidak ada

manusia yang tidak terlibat dalam komunikasi. Dalam kegiatan komunikasi

seperti kampanye diperlukan sebuah komunikasi agar pesan yang

disampaikan dapat mengubah tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan.

Menurut Carld I.Hoveland (Abidin : 32) komunikasi adalah proses ketika

seorang individu (komunikator) mentransferkan stimuli (menggunakan

lambang-lambang bahasa ) untuk mengubah tingkah laku (komunikan) yang

lain14. Dalam definisi Hoveland ini, komunikasi bukan hanya penyampaian pesan, melainkan juga mengubah tingkah laku orang lain.

Pendapat yang dikemukakan oleh Hoveland, Janis dan Kalley

(Abidin :32) sependapat dengan pendapat sebelumnya “communication is the process by which an individual transmits stimuli (usually verbal) to

modify the behavior of othe individuals”15. Komunikasi adalah proses

14

Yusuf Zainal Abidin.2015.Manajemen Komunikasi (Filosofi, Konsep, dan Aplikasi).Pustaka Setia. Bandung. hlm.32

(35)

individu mengirim stimulus dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah

laku orang lain.

Berdasarkan kedua pendapat yang dikemukakan diatas disimpulkan

bahwa komunikasi adalah pertukaran pesan verbal ataupun non verbal

antara pengirim dan penerima pesan untuk mengubah tingkah laku.

Pengirim pesan dapat disampaikan dari seseorang, kelompok, atau

organisasi. Perubahan tingkah laku yang terjadi dalam diri indvidu setelah

terkena pesan yang disampaikan.

Ada empat komponen dalam komunikasi, yaitu orang yang

mengirimkan pesan, pesan yang dikirimkan, saluran atau jalan yang dilalui

pesan dari pengirim kepada penerima, dan penerima pesan. Menurut Yusuf

Zainal Abidin, komunikasi merupakan proses dua arah atau timbal balik,

sehingga ditambahkan komponen output. Dengan demikian, komponen

dasar menurut Yusuf Zainal Abidin ada lima yaitu16 :

1. Pengirim pesan : individu atau orang yang mengirimkan pesan.

2. Pesan : informasi yang akan dikirimkan kepada penerima

3. Saluran : jalan yang dilalui pesan dari pengirim dengan

penerima.

4. Penerima Pesan : orang yang menganalisis dan menginterpretasikan

isi pesan yang diterima.

(36)

5. Output : respons penerima terhadap pesan yang diterimanya.

2.1.1.1Komunikasi Efektif

Komunikasi efektif harus direncanakan dengan memperhatikan

situasi, waktu, tempat, dan pendengarnya. Permasalahan yang dihadapi

seorang PR adalah kita menempatkan manusia seakan-akan benda yang

mudah dikumpulkan, lalu bisa diberi penjelasan supaya mereka mengetahui

sesuatu. Untuk membantu supaya komunikasi bisa efektif ada beberapa

ketentuan yang memudahkannya. Menurut Sr. Maria Assumpta Rumanti

(2002:107) hal yang memudahkan supaya komunikasi dapat efektif yaitu17 :

1. Kemampuan mengamati dan menganalisis persoalan.

2. Kemampuan menarik perhatian.

3. Kemampuan mempengaruhi pendapat.

4. Kemampuan menjalin hubungan dan suasana saling mempercayai.

Secara etimologis, efektif sering diartikan sebagai mencapai

sasaran yang diinginkan (producing desired result), berdampak

menyenangkan (having a pleasing effect), bersifat actual dan nyata

(actual and real). Dengan demikian komunikasi yang efektif dapat

diartikan sebagai penerimaan pesan oleh komunikan atau receiver

17 Sr Maria Assumpta Rumanti. 2002. Dasar-dasar Public Relations Teori dan Praktek.

(37)

sesuai dengan pesan yang dikirim oleh sender atau komunikator,

kemudian receiver atau komunikan memberikan respons yang positif

sesuai dengan yang diharapkan18.

Menurut Widjaya (Abidin : 32) mengatakan bahwa “

komunikasi dapat diartikan sebagai proses normal penyampaian pesan

dari komunikator ke komunikan melalui saluran atau media yang tepat

sehingga menghasilkan efek yang diharapkan19.

Dari uraian diatas, komunikasi adalah suatu proses yang mana

di dalamnya terdapat seorang (komunikator) memiliki pesan atau

informasi untuk disampaikan, lalu disampaikan kepada orang lain yang

disebut dengan komunikan untuk mengetahui efek dari komunikan

tersebut setelah menerima komunikasi yang efektif diperlukan dalam

sebuah organisasi. Jadi, komunikasi efektif terjadi apabila terdapat

aliran informasi dua arah antara komunikator dan komunikan dan

informasi tersebut sama-sama direspons sesuai dengan harapan kedua

pelaku komunikasi tersebut (komunikator dan komunikan). Dengan

demikian, dengan adanya kemampuan komunikasi yang efektif dari

seorang Public Relations maka sebuah persoalan dapat diamati dan

dianalisis dan juga Public Relations (Komunikator) dapat mengetahui

18Kadar Nurjaman dan Khaerul Umam.2012. Komunikasi Public Relation.CV.Pustaka Setia. Bandung. hlm.45

(38)

efek dari komunikan atas kemampuan seorang PR yang dapat

mempengaruhi pendapat.

2.1.1.2Pesan Komunikasi

Pesan merupakan sekumpulan simbol komunikasi disampaikan

komunikator kepada komunikan. Simbol atau lambang dapat bersifat

verbal atau non verbal. Komunikasi verbal artinya proses penyampaian

pesan dalam bentuk lisan atau tulisan. Sedangkan komunikasi non

verbal merupakan penyampaian pesan melalui bahasa tubuh seperti,

gerak-gerik, isyarat, raut wajah, sentuhan, selain itu warna, gambar,

benda, dan sebagainya. Isi pesan merupakan materi dari pesan. Materi

pesan adalah masalah terkandung dalam pesan tersebut, seperti politik,

ekonomi, olahraga, dan sebagainya, sedangkan dalam bidang

pemasaran dikenal materi berupa produk dan jasa. Dalam kajian

beberapa ahli, isi pesan dikenal empat (4) macam, yaitu20 :

1. Pesan rasional

Pesan yang disusun untuk mempengaruhi akal sehat audien,

sehingga informasi disampaikan perlu disertai fakta dan dan

data yang diterima oleh logika.

2. Pesan emosional

(39)

Pesan disusun untuk mempengaruhi perasaan audien, seperti

rasa senang, gembira, bangga, Sedih, khawatir, cemas, dan

sebagainya. Pesan menimbulkan rasa sedih, khawatir,

cemas, dan sebagainya. Pesan menimbulkan rasa sedih,

khawatir,dan ketakutan disebut fear appeal.

3. Pesan moral

Pesan disusun untuk menyentuh perasaan moral audien atau

perasaan kemanusiaan dari audien.

4. Pesan kombinasi

Pesan disusun dengan menggabungkan antara rasional

emosional dan moral untuk meningkatkan efektifitas pesan.

2.1.1.3Komunikasi Persuasi

Istilah persuasi berasal dari bahasa latin, persuasion, yang

berarti membujuk, mengajak, atau merayu. Persuasi dilakukan secara

rasional dan emosional. Dengan cara rasional, komponen kognitif pada

diri seseorang dapat dipengaruhi. Aspek yang dipengaruhi berupa ide

atau konsep. Persuasi yang dilakukan secara emosional menyentuh

aspek afeksi, yaitu yang berkaitan dengan kehidupan emosional

seseorang. Melalui cara emosional, aspek simpati dan empati seseorang

dapat digugah 21.

21

(40)

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dikemukakan bahwa

persuasi merupakan proses komunikasi untuk membujuk, mengajak,

atau merayu target sasaran agar merubah ide atau pandangan audien

dengan melalui dua cara rasional dan emosional. Dalam kegiatan

komunikasi berupa kampanye, komunikasi persuasi diharapkan

seseorang atau sekelompok yang diajak dan dibujuk dapat menimbulkan

perubahan, yang dilakukan secara sadar ataupun tidak sadar, dilakukan

secara verbal maupun non verbal22.

Dalam melakukan komunikasi ada beberapa faktor yang harus

dipertimbangkan sebelum melakukan kegiatan persuasi antara lain23 :

kejelasan tujuan, memikirkan secara cermat orang-orang yang dihadapi,

serta memilih strategi yang tepat. Berdasarkan hal yang dikemukakan

diatas bahwa sebelum komunikator melakukan kegiatan komunikasi

persuasi maka diperlukan persiapan agar persuasi dapat menghasilkan

dampak kepada opini dari target sasaran.

Opini adalah sikap yang dinyatakan dengan kata-kata. Opini

dapat dinyatakan secara aktif dan pasif, bisa secara verbal (lisan) baik

secara terbuka dengan melalui ungkapan yang dapat ditafsirkan dengan

jelas, maupun melalui pilihan kata yang halus atau ungkapan secara

tidak halus dan dapat diartikan secara konotatif atau persepsi personal24.

22

Yusuf Zainal Abidin, Op.Cit. hlm. 185.

23

Yusuf Zainal Abidin, Op.Cit. hlm. 185.

24

(41)

Dalam melakukan kegiatan komunikasi berupa kampanye, komunikator

dapat melihat respon dari audiens melalui opini-opini yang disampaikan

baik secara langsung ataupun melalui media. Pada kampanye Earth Hour WWF-Indonesia, tim kampanye Earth Hour dapat melihat

feedback dari target sasaran melalui pesan-pesan yang disampaikan

kepada akun twitter @EHIndonesia.

Adapun faktor-faktor yang dapat membentuk opini tersebut,

menurut D.W. Rajecki (Framanik, 2011) mempunyai tiga komponen

yang dikenal dengan istilah ABCDs of attitude penjelasannya sebagai

berikut25 :

1. Komponen A : Affect (perasaan atau emosi)

Komponen ini berkaitan dengan rasa senang, suka, sayang, takut

benci, marah, sedih dan kebanggan hingga muak atau bosan terhadap

sesuatu, sebagai akibat setelah merasakannya atau timbul setelah

melihat dan mendengarkannya.

2. Komponen B : Behaviour (tingkah laku)

Komponen ini lebih menampilkan tingkah laku atau perilaku

seseorang, misalnya bereaksi untuk memukul, menghancurkan,

menerima, menolak, mengambil, membeli dan lain sebagainya. Jadi

merupakan komponen untuk menggerakkan seseorang secara aktif

(42)

untuk melakukan tindakan atau berperilaku atas suatu reaksi yang

sedang dihadapi.

3. Komponen C : Cognition (pengertian atau nalar)

Komponen kognisi ini berkaitan dengan penalaran seseorang untuk

menilai suatu informasi, pesan fakta dan pengertian yang berkaitan

dengan pendiriannya. Hal ini berarti bagian ini menghasilkan

pengertian dari seseorang berdasarkan rasio atau kemampuan

penalarannya.

Dari faktor-faktor pembentukan opini diatas, dapat dijadikan

patokan atau acuan sejauh mana pemahaman kampanye Earth Hour ini

pada target sasaran, hal ini dapat melihat persuasi yang dilakukan oleh

tim kampanye Earth Hour untuk mengajak dan membujuk target sasaran

sudah berada di tahapan mana, sehingga dapat dijadikan evaluasi pada

tahapan implementasi pada audit komunikasi.

2.1.1.4Teknik Persuasi

Komunikasi persuasi menimbulkan dampak yang lebih tinggi

kadarnya dibandingkan dengan komunikasi informatif, komunikasi

persuasi lebih sulit sebab, jika komunikasi informatif bertujuan hanya

memberi tahu, komunikasi persuasi bertujuan untuk mengubah sikap,

pendapat dan perilaku26. Kegiatan dari kampanye Earth Hour yang

26

(43)

merupakan kampanye yang ingin menimbulkan dampak perubahan dari

target sasaran agar dapat berkomitmen dan bijak dalam penggunaan

energi, sehingga teknik komunikasi diperlukan dalam berkampanye

agar dapat mengubah sikap, pendapat dan perilaku dari target sasaran .

Agar komunikasi persuasi itu mencapai tujuan dan sasarannya,

maka perlu dilakukan perencanaan yang matang. Perencanaan yang

dilakukan berdasarkan komponen proses komunikasi yaitu,

komunikator, pesan, media dan komunikan27. Komunikator tentunya mempersiapkan pesan yang akan disampaikan kepada target sasarannya.

Komunikator menentukan komunikan yang menjadi target sasaran dari

perencanaan komunikasi persuasi . Apabila komunikan yang akan

dijadikan sasaran sudah jelas, dan media yang diperkirakan memadai

juga telah ditetapkan, maka kini giliran untuk menata pesan28. Pesan yang akan disampaikan oleh komunikator tentunya memerlukan media

untuk menyampaikan isi pesan tersebut. Bagi seorang komunikator

suatu pesan yang akan dikomunikasikan sudah jelas isinya, tetapi yang

perlu dijadikan pemikiran ialah pengelolaan pesan29.

27

Ibid., hlm. 22

28

Ibid., hlm. 22

29

(44)

2.1.2 Public Relations

2.1.2.1Pengertian Public Relations

Di era globalisasi dan informasi dewasa ini, tidak perlu

diragukan lagi mengenai pentingnya peran PR bagi dunia bisnis baik

perusahaan profit oriented maupun nonprofit. Menurut definisi dari

IPRA melalui A Model for Public Relations Educations for Professional Practice, DR. Rex. F. Harlow dalam Gold Paper 4, (1994) yang

menyatakan bahwa definisi kerja PR adalah sebagai berikut.

”PR adalah fungsi manajemen yang mendukung pembinaan,

pemeliharaan jalur bersama organisasi dengan publiknya mengenai komunikasi, pengertian, penerimaan, dan kerja sama, melibatkan manajemen dalam permasalahan, membantu memberikan penerangan dan tanggapan dalam hubungan dengan opini publik, menetapkan dan menekankan tanggung jawab manajemen untuk melayani kepentingan umum, menopang manajemen dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahaan secara efektif, bertindak sebagai sistem peringatan dalam mendahului kencenderungan dan menggunakan penelitian serta teknik komunikasi yang sehat dan etis sebagai sarana utama”30.

Dari uraian diatas, dapat dikatakan Public Relations sebagai

penghubung antara organisasi dengan publiknya. Selain itu juga Public Relations bertindak sebagai pengawas dalam sebuah kegiatan yang

dijalankan oleh organisasinya. Public Relations memiliki fungsi

manajemen membantu memberikan solusi terbaik dan tanggapan jika

organisasi mengalami sebuah permasalahan baik dalam melaksanakan

sebuah kegiatan maupun permasalahan yang datang dari internal.

30 Sr. Maria Assumpta Rumanti.2005

(45)

Public Relations, tentunya pihak pertama yang mengetahui adanya

permasalahan, hal tersebut menjadikan Public Relation sebagai

pengawas ataupun pemberi tanda peringatan jika terjadi permasalahan,

sebelum pada akhirnya mencapai sebuah krisis.

Praktek Public Relations merupakan konsep yang harus

direncanakan. Sebuah proses yang dipikirkan secara matang dan

hati-hati. Proses tersebut juga memerlukan aktivitas yang dilakukan terus

menerus. Aktivitas inilah suatu usaha untuk menciptakan dan menjaga

proses kesepahaman bersama. Dengan kata lain aktivitas yang

direncanakan oleh praktisi PR melibatkan adanya suatu dialog antara

organisasi dengan publiknya untuk dapat saling mendengarkan dan

memahami. Hasil dari terwujudnya kesepahaman adanya perubahan

atau tindakan yang dilakukan pihak-pihak terkait. Menurut Institute of Public Relations (IPR) di Inggris mendefinisikan “Praktik Public

Relations adalah usaha yang direncanakan serta dilakukan secara

kontinu untuk menciptakan dan menjaga nama baik (goodwill) dan

kesepahaman bersama antara suatu organisasi dengan publik”31.

Dari uraian diatas, secara tidak langsung dapat dilihat bahwa para

praktisi PR selalu mempertimbangkan dengan seksama bagaimana

suatu program akan dimulai, dan melanjutkannya secara terstruktur

31

(46)

sehingga bermanfaat bagi organisasi serta publik. Praktik PR menjadi

penting bagi keberlangsungan kampanye Earth Hour. Sebuah

kampanye yang mengangkat sebuah isu global membutuhkan praktik

PR dalam merencanakan sebuah program yang akan dilaksanakan

dalam kampanye Earth Hour. Agar kampanye Earth Hour ini

bermanfaat bagi organisasi, publik dan juga Negara.

2.1.2.2Fungsi Public Relations

Fungsi Public Relations adalah harapan publik terhadap apa

yang seharusnya dilakukan oleh Public Relations sesuai dengan

kedudukannya sebagai seorang Public Relations. Pada tahun 1975, Foundation for Public Relations Research and Education

mengumpulkan 65 praktisi Public Relations dalam sebuah studi.

Hasilnya diperoleh beberapa poin penting tentang fungsi Public

Relations. Public Relations adalah fungsi manajemen yang tugasnya

secara garis besar32 :

1. Membantu memelihara dan menjaga komunikasi, pengertian

penerimaan dan kerjasama antar organisasi dan publiknya.

2. Mencakup manajemen masalah dan isu-isu.

3. Membantu manajemen selalu memberikan informasi pada dan

responsif terhadap opini publik.

32

(47)

4. Mendefinisikan dan menekankan pada tanggung jawab

manajemen untuk melayani kepentingan publik.

5. Membantu manajemen selalu mengikuti dan memanfaatkan

perubahan

6. Melayani sistem pencegahan awal untuk mengantisipasi trend.

7. Menggunakan riset dan teknik komunikasi yang beretika

sebagai alat-alat pokok.

Dalam bukunya, A Working Definition Rex F. Harlow (Nova,

2011:46)33 membagi fungsi PR menjadi dua, untuk menjelaskan apa

itu PR, mengapa diadakan, dan bagaimana melakukannya, yaitu

sebagai method of communication dan state of being. Sebagai method

of communication, PR merupakan rangkaian sistem kegiatan

komunikasi yang dilakukan oleh perusahaan, baik itu pimpinan,

karyawan atau staf. Sebagai state of being, PR adalah perwujudan

kegiatan komunikasi yang “dilembagakan” ke dalam bentuk biro,

bagian divisi atau seksi dalam sistem manajemen public relations yang

mempunyai pemimpin.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan fungsi Public Relations, untuk membantu peneliti dalam mengkaji fungsi Public

Relations yang berada di organisasi WWF-Indonesia, sehingga dapat

diketahui fungsi mana saja yang dijalankan oleh Public Relations. Hal

(48)

tersebut dapat membantu peneliti menemukan pengaruh dari fungsi

seorang PR dalam perkembangan sebuah program yang dijalankan.

Apakah dalam menjalankan fungsi PR sudah sesuai dengan fungsi

yang diuraikan diatas.

2.1.2.3Peran Public Relations dalam Organisasi Nonprofit

Mengikuti sebuah pola historis, PR sering ditambah,

dikembangkan, dan diangkat statusnya ketika organisasi menghadapi

kekuatan luar, terancam mendapat pengurangan dana, atau menghadapi

ancaman pembubaran, atau didesak untuk berubah atau melakukan

reformasi. Sektor nonprofit menghadapi semua krisis dalam lingkungan

dimana persaingan untuk mendapat sumbangan makin ketat, subsidi

pemerintah makin berkurang dan meningkatnya permintaan layanan.

Dalam kebanyakan agen nonprofit, PR bertujuan untuk34:

Sepanjang kondisi sosial dan ekonomi membutuhkan dukungan

publik, PR membantu menciptakan lingkungan kebijakan publik,

partisipasi sukarela, dan dukungan filantropis yang penting bagi

kelangsungan hidup organisasi nonprofit. Sengitnya persaingan untuk

mendapatkan sumber daya yang terbatas pada tahun-tahun belakangan

ini menimbulkan banyak perubahan dalam cara PR dipraktikkan dalam

organisasi nonprofit 35:

34

Scott M Cutlip, Allen H.Center, Glen M.Broom.2006.Effective Public Relations.Prenada Media Group. Jakarta.hlm.507

35

(49)

1. Mendefinisikan atau memberi “brand” organisasi, mendapat

penerimaan misinya dan melindungi reputasi.

2. Mengembangkan saluran komunikasi dengan pihak-pihak yang

dilayani organisasi.

3. Menciptakan dan memelihara iklim yang baik untuk

mengumpulkan dana.

4. Mendukung pengembangan dan pemeliharaan kebijakan publik

yang cocok untuk misi organisasi.

5. Memberikan informasi dan motivasi konsituen organisasional

utama (seperti karyawan, sukarelawan dan komisaris) untuk

mengabadikan diri mereka dan bekerja secara produktif dalam

mendukung misi, tujuan, dan sasaran organisasi.

Sepanjang kondisi sosial dan ekonomi membutuhkan dukungan

publik, PR membantu menciptakan lingkungan kebijakan publik,

partisipasi sukarela, dan dukungan filantropis yang penting bagi

kelangsungan hidup organisasi nonprofit. Sengitnya persaingan untuk

mendapatkan sumber daya yang terbatas pada tahun-tahun belakangan

ini menimbulkan banyak perubahan dalam cara PR dipraktikkan dalam

organisasi nonprofit 36:

36

(50)

1. Mengintegrasikan PR dengan marketing, dan manajemen

berdasarkan sasaran muncul sebagai bagian penting dari strategi

komunikasi.

2. Pimpinan sektor nonprofit (dewan direksi atau komisaris dan

manajer program) meningkatkan standar dan menekankan

bantuan PR profesional entah itu dengan menyewa staf dan

konsultan luar.

3. Merekrut sukrelawan dan mencari sumbangan adalah peran

standar yang diharapkan oleh staf PR

4. Advertising berbayar telah muncul sebagai titik komunikasi

terkontrol utama bagi organisasi nonprofit, terutama untuk

industri perawatan kesehatan.

5. Kemitraan strategi yang menghubungkan organisasi nonprofit

dengan perusahaan donor dan organisasi media berita telah

muncul memperkuat reputasi organisasi nonprofit dan

memperomosikan layanan mereka.

6. Teknologi, termasuk Website dan e-mail, telah memperluas

selektivitas dan jangkauan komunikasi tetap menimbulkan

persoalan tentang etika, privasi dan legitimasi.

Menurut Cutlip (2006: 509), banyaknya agen dan layanan sosial

yang tidak punya sumber daya finansial atau keahlian yang diperlukan

untuk menjalankan PR yang baik atau upaya pemasaran yang canggih.

(51)

belum berpengalaman, direktur eksekutif atau bahkan sukarelwan

yang bukan ahli komunikasi untuk menjalankan program PR

mereka37.

Jadi, peran seorang PR dalam organisasi nonprofit merupakan

peran yang penting dalam keberhasilan sebuah program. Peran PR

dalam organisasi nonprofit lebih beragam, mulai dari pengrekrutan

sukarelawan hingga mencari donatur. Public Relations

WWF-Indonesia, tentunya menjalankan perannya dengan sebagaimana yang

disebutkan diatas. Keterkaitan uraian diatas dengan penelitian peneliti

ini, melihat bagaimana PR WWF-Indonesia dalam menjalankan

peran. Apakah peran PR WWF-Indonesia melakukan peran yang lebih

banyak dari yang disebutkan sebelumnya. Atau bahkan tidak semua

peran PR yang disebutkan diatas dijalankan semuanya. Tergantung

bagaimana sebuah organisasi nonprofit memanfaatkan keberadaan PR

. Hal ini dapat membantu peneliti dalam mengkaji apakah PR

WWF-Indonesia sudah menjalankan peran sesuai dengan uraian diatas dan

apakah sebuah peran PR yang dijalankan dapat membantu

perkembangan sebuah program kegiatan.

37

(52)

2.1.3 Kampanye

2.1.3.1Konsep Kampanye

Pada prinsipnya sebuah kampanye merupakan suatu kegiatan

komunikasi yang dilaksanakan oleh individu maupun suatu kelompok

yang dilakukan secara terlembaga yang bertujuan untuk mengajak,

membujuk dan mempengaruhi khalayak untuk menciptakan suatu efek

dan dampak tertentu. Pengertian secara umum tentang istilah kampanye

yang dikenal sejak 1940-an, “Campaign is generally exemply persuasion in action (Kampanye secara umum menampilkan sesuatu

kegiatan yang bertitik tolak untuk membujuk)38.

Untuk mendapatkan sebuah feedback dari khalayak yang

menjadi sasaran dari sebuah kampanye, dibutuhkan suatu tindakan yang

terus menerus. Rogers dan Storey (Venus, 2009) mendefinisikan

“kampanye sebagai “serangkaian tindakan komunikasi terencana

dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak

yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu”39.

Menurut Pfau dan Parrot (Ruslan, 2009) definisi kampanye

sebagai berikut40.“A campaign is conciuous, sustained and incremental process designed to be implemented over a specified audience”.

Bahwa suatu kampanye secara sadar, menunjang dan meningkatkan

38

Rosady Ruslan. 2005. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relation. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta. hlm. 23

(53)

proses pelaksanaan yang terencana pada periode tertentu untuk

bertujuan mempengaruhi khalayak sasaran tertentu”.

Merujuk dari definisi diatas, menurut Antara Venus , maka

setiap aktivitas kampanye komunikasi setidaknya mengandung empat

hal yaitu : 1) tindakan yang bertujuan untuk menciptakan efek dan

dampak tertentu, 20 jumlah khalayak sasaran yang besar, 3) biasanya

dipusatkan dalam kurun waktu tertentu dan 4) melalui serangkaian

tindakan komunikasi yang terorganisasi.

2.1.3.2Perencanaan Kampanye Public Relations

Kampanye Public Relations(PR campaigns) dalam arti sempit

bertujuan meningkatkan kesadaran dan pengetahuan khalayak sasaran

(target audience) untuk merebut perhatian serta menumbuhkan persepsi

atau opini terhadap suatu kegiatan dari suatu lembaga atau organisasi

(corporate activities) agar tercipta suatau kepercayaan dan citra yang

baik dari masyarakat melalui penyampaian pesan secara intensif dengan

proses komunikasi dan jangka waktu tertentu yang berkelanjutan.

Dalam arti lebih umum atau luas, kampanye Public Relations

tersebut memberikan penerangan terus-menerus serta pengertian dan

memotivasi masyarakat terhadap suatu kegiatan atau program tertentu

(54)

terencana untuk mecapai publisitas dan citra positif41. Metode kampanye Public Relations dilakukan secara berencana, sistematis,

memotivasi, psikologis, dan dilakukan berulang-ulang serta kontinu

(repetition and continue)42.

Dalam menjalankan kampanye Earth Hour tentunya organisasi

WWF-Indonesia menginginkan kampanye tersebut mencapai

keberhasilan. Untuk mencapai suatu keberhasilan dalam melaksanakan

kegiatan program kampanye Public Relations dibutuhkan

langkah-langkah awal, Menurut Rosadi Ruslan (2007:80-81) langkah-langkah-langkah-langkah

awal yang diperlukan seorang Public Relations sebagai berikut43:

1. Tentukan tujuan yang hendak dicapai

2. Tentukan sasaran kampanye

3. Tentukan ruang lingkup kampanye (lokal, regional atau

nasional);

4. Tentukan jangka waktunya (life of cycle);

5. Tentukan publik sasarannya (pemerintah; swasta;masyarakat;

customer atau konsumen dan lain-lain)

6. Tentukan tema, topik, atau isu kampanye tersebut;

7. Tentukan efek yang akan diinginkan dalam suatu kampanye;

41

Rosady Ruslan, Op.Cit, hlm.66.

42

Rosady Ruslan, Op.Cit, hlm.66

43

(55)

8. Tentukan fasilitas, perlengkapan, atau sarana yang akan

menunjang suatu kampanye;

9. Pembentukan team work (tim kerja) yang solid dan professional.

Untuk berhasilnya suatu persuasi dalam berkampanye melalui

berbagai teknik agar dalam penyampaian pesan (message) kepada

audiensinya cukup efektif, antara lain beberapa teknik yang lazim

dipergunakan dalam kegiatan Public Relations atau periklanan yaitu44 1. Partisipasi (participasing).Teknik yang mengikutsertakan peran

serta komunikasi atau audiensi yang memancing minat atau

perhatian yang sama dalam kegiatan kampanye.

2. Assosiasi (association). Menyajikan isi pesan kampanye yang

berkaitan dengan suatu peristiwa atau objek yang tengah ramai

dibicarakan.

3. Teknik integratif (integrative).Menyatukan diri (komunikator)

kepada khalayaknya secara komunikatif.

4. Teknik ganjaran ( pay off technique). Untuk mempengaruhi

komunikan dengan suatu ganjaran (pay off) atau menjanjikan

sesuatu dengan iming-iming hadiah, dan lain sebagainya dengan

dua kemungkinan : bisa berupa benefit (manfaat), kegunaan,

dan sebagainya dan bisa berupa ancaman, kekhawatiran, dan

suatu yang menakutkan.

44

(56)

5. Teknik penataan patung es (icing technique). Suatu upaya

dalam menyampaikan pesan (message) suatu kampanye

sedemikian rupa sehingga enak dilihat, didengar, dibaca,

dirasakan.

6. Teknik Memperoleh (empaty). Menempatkan diri dalam posisi

komunikan, ikut merasakan dan “peduli” situasi atau kondisi

pihak komunikan.

7. Teknik koersi atau paksaan (Coersion technique). Dalam

komunikasi melakukan kampanye lebih menekankan suatu

“paksaan” yang dapat menimbulkan rasa ketakutan atau

kekhawatiran bagi komunikan.

Dalam penelitian ini, peneliti membahas mengenai perencanaan

sebuah kampanye untuk membantu mengidentifikasi dan menganalisis

temuan-temuan di lapangan mengenai program Kampanye Earth Hour.

Identifikasi program tersebut membantu peneliti dalam mengkaji audit

komunikasi mulai dari tahapan preparation hingga impact dengan

model Linking A Public Relations with an Evaluation Model.

2.1.3.3Implementasi Kampanye Public Relations

Implementasi strategi merupakan keseluruhan kegiatan dan

pilihan yang diperlukan untuk menjalankan sebuah rencana

(57)

kebijakan melalui pengembangan program, anggaran dan prosedur.

Wheelen dan Hunger (Iriantara, 35) menjelaskan, sebelum

mengimplementasikan strategi, para manajer strategis mesti terlebih

dahulu menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini : 1) siapa yang

akan menjalankan rencana strategis?, 2) apa yang mesti dilakukan?,

dan 3) Bagaimana orang yang menjalankan rencana strategis itu

melakukan apa yang diperlukan?45. Meski implementasi strategi

merupakan langkah berikut setelah perumusan strategi, namun

dengan diimplementasikannya strategi, tak berarti perumusan

masalah sudah selesai. Strategi yang sudah selesai dirumuskan,

artinya sudah dibuat rencana strategisnya manakala

diimplementasikan mengharuskan adanya peyempurnaan

perumusan strategi. Banyak organisasi yang mampu menyusun

strateginya dengan baik. daya kreatif manajernya telah melahirkan

strategi organisasi yang baik, bahkan tatkala strategi itu dibuat

dalam bentuk pernyataan strategis, banyak pihak yang memuji

sebagai strategi yang inovatif yang diperhitungkan akan mampu

membawa organisasi mencapai objektifnya, mampu bersaing dalam

lingkungan persaingan yang sangat keras, dan organisasi akan

mampu bertahan hidup ditengah himpitan situasi ekonomi yang

berat, namun kenyataannya saat diimplementasikan tidak begitu

Gambar

Gambar 2.1 Model Evaluasi Linking a Public Relations with an Evaluation
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir
Tabel 2.2
Gambar 4.1 Struktur Organisasi
+7

Referensi

Dokumen terkait