• Tidak ada hasil yang ditemukan

FUNGSI TANAH DALAM PERSPEKTIF HUKUM TANAH NASIONAL (ASPEK PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FUNGSI TANAH DALAM PERSPEKTIF HUKUM TANAH NASIONAL (ASPEK PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN)"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

FUNGSI TANAH

DALAM PERSPEKTIF HUKUM TANAH

NASIONAL

(ASPEK PENGADAAN TANAH

UNTUK PEMBANGUNAN)

(2)

Pengaturan mengenai Perencanaan,persediaan,

peruntukkan dan penggunaan tanah

Penjelasan Pasal 14-UUPA

 Pasal ini mengatur soal perencanaan persediaan, peruntukan

dan penggunaan bumi, air dan ruang angkasa sebagai yang telah dikemukakan dalam penjelasan umum (II angka 8). Mengingat akan corak perekonomian Negara dikemudian hari dimana industri dan pertambangan akan mempunyai peranan yang penting, maka disamping perencanaan untuk pertanian perlu diperhatikan, pula keperluan untuk industri dan pertambangan (ayat 1 huruf d dan e).

 Perencanaan itu tidak saja bermaksud menyediakan tanah

untuk pertanian, peternakan, perikanan, industri dan pertambangan, tetapi juga ditujukan untuk memajukannya. Pengesahan peraturan Pemerintah Daerah harus dilakukan dalam rangka rencana umum yang dibuat oleh Pemerintah Pusat dan sesuai dengan kebijaksanaan Pusat.

(3)

MATERI-MATERI HUKUM

DALAM LINGKUP PENGADAAN TANAH

UUPA Asas-asas penguasaan tanah Pengaturan Perencanaan, persediaan, peruntukkan dan penggunaan tanah (PENATAAN RUANG) PEMBUKAAN UUDNKRI (Tujuan kemerdekaan NKRI) Politik pertanahan nasional [PASAL 33 AYAT 3) UUD RI 1945]

(4)

PANGAN, SANDANG, PAPAN,MARGA, SUKA, PENYEMPURNA

FUNGSI TANAH

DI PERKOTAAN (URBAN AREA) DI PERDESAAAN (RURAL)

SEBAGAI WADAH (RUANG)

HAK PRIMER:

HM, HGB, HPAKAI, HPL HAK SEKUNDER:

HGB, HAK PAKAI,HAK SEWA

SEBAGAI FAKTOR PRODUKSI

HAK PRIMER: HM, HGU, HPAKAI

HAK SEKUNDER:

HAK PAKAI, HAK GADAI, HUBH, HAK SEWA

HAK MENUMPANG

MEMENUHI KEBUTUHAN HIDUP

(5)
(6)

Hal-hal yang harus diperhatikan

1.

Jenis penggunaan Tanah (Proyek)-nya

2.

Status Tanah yang Tersedia

3.

Respon/Kesediaan Pemilik Tanahnya

(7)

Yaitu apa yang direncanakan untuk dibangun atau

apa yang akan dibangun, misalnya yang akan dibangun itu adalah perumahan, pelabuhan udara atau pelabuhan laut dan sebagainya.

Dengan demikian masalah proyek ini erat

kaitannya dengan masalah LOKASI dan RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW).

(8)

A. KEPERLUAN PERORANGAN

Hak yang diberikan kepada perorangan adalah Hak

Milik.

Kalau tanah itu untuk pertanian, ada pembatasan

luasnya menurut Pasal 17 UUPA, yang peraturan pelaksananya UU No. 56/Prp/1960 tentang Landreform. Sedangkan untuk perumahan belum ada pembatasannya (Pasal 12 UU 56/Prp/1960)

(9)

B. KEPERLUAN PERUSAHAAN

Untuk keperluan usaha tidak diberikan Hak Milik, tetapi dapat diberikan dengan :

Hak Guna Usaha, dengan jangka waktu 35 tahun dapat diperpanjang 25 tahun;

Hak Guna Bangunan, dengan jangka waktu 30 tahun dan dapat diperpanjang 20 tahun;

Hak Pakai, dengan jangka waktu 25 tahun dapat diperpanjang 20 tahun;

(10)

C. KEPERLUAN KHUSUS

Untuk instansi pemerintah, misalnya Departemen, Jawatan,

Instansi-instansi lainnya di kota, atau membangun kantor kepala desa di desa, dengan Hak Pakai. Hak Pakai ini dimaksudkan untuk keperluan membangun kantor bagi kegiatan sehari-hari.

Untuk perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh Negara, misalnya

Perum/Pesero, Perjan, Perusahaan Daerah, juga diberikan Hak Pengelolaan (umpamanya bagi industrial estate, bonded ware house). Sedangkan untuk perusahaan Perkebunan Negara, tidaklah dengan Hak Pengelolaan tetapi dengan Hak Guna Usaha.

Untuk kegiatan keagamaan, hak yang tersedia adalah Hak Pakai

(pasal 49 ayat 2 UUPA) dengan jangka waktu tidak terbatas.

Untuk perwakilan negara asing, misalnya untuk kantor kedutaan

dan/atau rumah kediaman kepala perwakilan asing, diberikan Hak Pakai secara cuma-cuma dan jangka waktunya pun tidak terbatas (=selama digunakan).

(11)

Kemungkinan status tanah yang tersedia: 1. Tanah Negara

2. Tanah Hak Perorangan:

 sudah bersertipikat

 bekas hak milik adat yang belum

bersertipikat

3. Tanah Hak Pengelolaan 4. Tanah Hak Ulayat

(12)

(1) Segi fisik terdiri dari:

Letak tanahnya yang menyangkut masalah yurisdiksi

Luas tanahnya, dalam hal ini perlu diteliti ukuran yang tepatBatas-batas tanahnya untuk mencegah konflik dengan tanah

yang bersebelahan

(2) Segi yuridis yang meliputi:

Status tanahnya, apakah tanah itu tanah negara atau tanah

hak-hak pribadi tertentu.

Status subyeknya, siapakah pemilik atau pemegang hak

atas tanah

Hak-hak pihak ketiga yang membebani

Perbuatan hukum/peristiwa hukum yang telah terjadiApakah ada penguasaaan ilegal diatasnya

(13)

TANAH HAK

YANG SUDAH DIDAFTAR

TANAH HAK

YANG BELUM DIDAFTAR

Sertipikat Hak Tanah yang memuat data yuridis dan data fisik atas bidang tanah yang bersangkutan.

Di dalam sertipikat hak atas tanah terdapat:

1.Salinan Buku Tanah (berisi data yuridis)

2.Surat Ukur (berisi data fisik tanah)

Bagian tanah-tanah bekas hak Indonesia, antara lain bekas Hak Milik Adat, yang dianggap sebagai tanda buktinya (sebelum UUPA) ialah berupa tanda bukti pembayaran pajak (Petuk Pajak), antara lain:

1. Pajak hasil bumi/”landrente” (bagi Hak Milik Adat di desa-desa), disebut dengan istilah:

- Girik (Jawa Barat);

- Ketitir (di Jawa Tengah dan Timur); - Pipil (di Bali dan NTB)

2. Verponding Indonesia

(bagi Hak Milik Adat di kota-kota besar)

Tanda bukti pembayaran pajak tersebut sekarang disebut tanda bukti pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan.

(14)

Kemungkinan Respon/Sikap Pemilik Tanah

yang tanahnya akan diambil-alih/digunakan

pihak lain:

1. Setuju Tanpa syarat apapun

2. Setuju tetapi ada syarat-syarat tertentu, misal:

jumlah ganti kerugian

bentuk ganti kerugian

jaminan pembayaran

jaminan kelangsungan usaha

3. Tidak Setuju tanpa alasan apapun 4. Menentang/over-reactive

(15)

Apakah

rencana

pembangunan

mendahului tata ruang?

Apakah

rencana

pembangunan

(16)

Fungsi Ijin Lokasi

dalam kaitannya dengan Penataan Ruang (UU Nomor 26 tahun 2007)

Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan pula melalui perizinan pemanfaatan ruang, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi.

Perizinan pemanfaatan ruang dimaksudkan sebagai upaya penertiban pemanfaatan ruang sehingga setiap pemanfaatan ruang harus dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang.

Izin pemanfaatan ruang diatur dan diterbitkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya masing-masing. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, baik yang dilengkapi dengan izin maupun yang tidak memiliki izin, dikenai sanksi adminstratif, sanksi pidana penjara, dan/atau sanksi pidana denda.

(17)

Pola Insentif-Disinsentif

 Pemberian insentif dimaksudkan sebagai upaya untuk

memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang, baik yang dilakukan oleh masyarakat maupun oleh pemerintah daerah.

 Bentuk insentif tersebut, antara lain, dapat berupa:

1. keringanan pajak,

2. pembangunan prasarana dan sarana (infrastruktur),

3. pemberian kompensasi, kemudahan prosedur perizinan, dan 4. pemberian penghargaan.

(18)

Pola Insentif-Disinsentif

Disinsentif dimaksudkan sebagai perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, dan/atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang, yang antara lain dapat berupa :

1. pengenaan pajak yang tinggi, pembatasan

2. penyediaan prasarana dan sarana, serta pengenaan

(19)

Pengenaan Sanksi

 Pengenaan sanksi, yang merupakan salah satu upaya

pengendalian pemanfaatan ruang, dimaksudkan sebagai perangkat tindakan penertiban atas pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi.

 Dalam Undang-Undang ini pengenaan sanksi tidak

hanya diberikan kepada pemanfaat ruang yang tidak sesuai dengan ketentuan perizinan pemanfaatan ruang, tetapi dikenakan pula kepada pejabat pemerintah yang berwenang yang menerbitkan izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

(20)

Keperluan Perorangan

(NON-komersial)

Keperluan Perusahaan

(Komersial-bisnis)

Perolehan Tanah secara

langsung (Pemindahan

Hak-Jual Beli)

Harus memperoleh Ijin

Lokasi (PMNA/K.BPN

(21)

Ijin Lokasi

Ijin Lokasi adalah Ijin peruntukkan penggunaan

tanah yang wajib dimiliki oleh perusahaan untuk

memperoleh tanah yang diperlukan dalam rangka

penanaman modal, yang berlaku pula sebagai ijin

pemindahan hak, dan untuk menggunakan tanah,

guna keperluan usaha penanaman modal

(22)

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu model pembelajaran yang dapat memfasilitasi peserta didik belajar matematika secara aktif adalah model pembelajaran penemuan terbimbing dengan tutor

Kegiatan yang dilaksanakan di KTT Muria Sari Desa Tunggulsari Kecamatan Tayu Kabupaten Pati melalui program Iptek bagi Masyarakat (IbM) sangat tepat dengan

Dari berbagai pendapat tentang sektor informal, maka dapat disimpulkan bahwa sektor informal adalah suatu unit kegiatan usaha berskala kecil dengan menggunakan

Pada percakapan di atas terdapat sikap perawat Gina dan Rohmat yang menggunakan komunikasi terapeutik yang bertujuan untuk kesembuhan pasien, sedangkan perawat Lele

Dari hasil angket bagian II di atas kemudian dianalisis berdasarkan norma yang ditetapkan, yaitu jumlah permasalahan di atas 20% untuk persentase jawaban kurang dan

Bahan yang digunakan pada survei ini adalah checklist yang di buat. Checklist ini dibuat berdasarkan informasi yang diperlukan daripada tujuan survei ini dilakukan. Pada survei ini,

Ide  dapat  menjadi  peluang,  apabila  wirausaha  bersedia  melakukan  evaluasi   terhadap  peluang  yang  ada  secara  terus-­‐menerus,  melalui  proses

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan, apabila semakin baik penyajian laporan keuangan, aksesibilitas informasi desa dan partisipasi