BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Kesehatan
1. Konsep Perilaku
Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kejadian atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi, perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, perilaku manusia itu mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan lain sebagainya. Bahkan kegiatan internal (internal activity) seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Untuk kepentingan kerangka analis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung (Notoatmodjo, 2007).
Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan itu merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia. Hereditas atau faktor keturunan adalah konsepsi dasar atau modal untuk perkembangan perilaku makhluk hidup itu untuk selanjutnya. Sedangkan lingkungan adalah kondisi atau lahan pertemuan antara kedua faktor dalam rangka terbentuknya perilaku yang disebut proses belajar (learning process). Menurut Skinner (1938), seorang ahli perilaku mengatakan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan adanya tanggapan atau respon. Skinner membedakan adanya 2 (dua) respon
ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu, sedangkan operant respons atau instrumental respons, yaitu respon yang timbul dan berkembang diikuti diikuti oleh perangsang (stimulus) tertentu.
B. Pengetahuan
1. Defenisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra yaitu, indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Dimana dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, antara lain kesadaran (Awareness), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus suatu objek.
Kemudian merasa tertarik (Interest), yaitu adanya ketertarikan orang terhadap stimulus. Dimana disini sikap sudah mulai timbul. Menimbang (Evaluation), yaitu menimbang baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya, setelah menimbang maka seseorang akan mencoba (Trial), dimana subjek mulai melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. Setelah itu adanya tindakan mengadopsi (Adoption), dimana
subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan, yaitu tahu (know) dimana tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumya yang termasuk ke dalam tingkat pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatuyang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu, menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, dan menyatakan. Kemudian di tingkat selanjutnya adalah memahami (comprehension)yang diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau metari harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan meramalkan.
Kemudian adanya aplikasi (application) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsp dalam konteks atau situasi yang lain. Setelah tingkatan aplikasi maka timbullah analisis (analysis) yang merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi ke dalam komponen-komponen, tetapi masih adalam suatu stuktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain, dan sintesis (synsthesis) yang menunjuk pada suatu kemampuan
untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesi itu suatu kemampuan untuk menyusun suatu formulasi-formulasi yang ada, misalnya: dapat meringkas, dapat menyesuaikan, terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. Pada tingkatan terakhir yaitu adanya evaluasi (evaluation) dimana evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penialian itu berdasarkan suatu kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2007).
3. Cara Memperoleh Pengetahuan
Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu :
a. Cara memperoleh kebenaran non ilmiah
Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah secara sistematik dan logis adalah dengan menggunakan cara non ilmiah tanpa melalui penelitian.
Cara-cara kuno ini antara lain, cara coba salah (Trial and Eror) dimana cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba ini dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, maka dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. Kemudian secara kebetulan dimana penemuan kebenaran
secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan.
Salah satu contoh adalah penemuan enzim urease oleh Summers (1926), yang berawal saat Summers sedang bekerja dengan ekstrak acetone dan suatu hari ia ingin bermain tennis, dimana ia terburu-buru sehingga menyimpan acetone ke dalam kulkas. Dimana keesokan harinya ia ingin meneruskan percobaannya ternyata ekstrak acetone yang disimpan di dalam kulkas timbul kristal-kristal yang disebut enzim urease.
Ada juga dengan cara kekuasaan atau otoritas yang dapat diartikan dimana sumber pengetahuan ini dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, seperti para pemuka agama, pemegang pemerintahan, dan sebagainya. Dengan kata lain pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada pemegang otoritas yaitu orang mempunyai kekuasaan atau wibawa, tanpa terlebih dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya.
Selain itu ada juga berdasarkan pengalaman pribadi dimana pengalaman adalah guru yang terbaik, seperti yang terkandung dalam pepatah dimana pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan atau merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran suatu pengetahuan. Dengan cara akal sehat (Common Sense) yaitu akal sehat
(common sense) kadang-kadang dapat menemukan teori atau
Adapun kebenaran melalui wahyu seperti ajaran atau dogma adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Dimana kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut-pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak.kemudian kebenaran secara intuitif dimana kebenaran ini diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses diluar kesadaran tanpa melalui proses penalaran atau berpikir.
Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya dengan intuisi atau suara hati atau juga bisikan hati saja. Dan terakhir yaitu induksi merupakan proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Hal ini berarti dalam berpikir induksi pembuatan kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman empiris yang ditangkap oleh indra.
b. Cara ilmiah
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah yang disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer dengan sebutan metodologi penelitian (research methodology) yang mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon pada tahun 1561-1626 (Notoatmodjo, 2010).
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Pengetahuan baik yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor internal dan eksternal yaitu : faktor internal terdiri dari umur yang merupakan rentang waktu seseorang yang dimulai sejak dia dilahirkan hingga berulang tahun. Jika seseorang itu memiliki umur yang cukup maka akan memiliki pola pikir dan pengalaman yang matang pula.
Umur akan sangat berpengaruh terhadap daya tangkap sehingga pengetahuan diperolehnya akan semakin baik. Dimana terdapat 3 (tiga) kriteria umur, yaitu : kriteria umur ibu trebagi dari umur <20 tahun, 20-35 tahun dan >35 tahun, kriteria umur remaja yaitu 10-12 tahun,13-15 tahun,16-19 tahun ( Ariani,2014).
Jenis kelamin merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan salah satunya adalah adanya perbedaan tingkat kesadaran antara lai-laki dan perempuan. Pada umumnya perempuan akan memiliki kesadaran yang baik dalam mencari tahu informasi daripada laki-laki baik itu secara formal maupun informal.
Kemudian faktor pendidikan , dimana pendidikan merupakan seluruh proses kehidupan yang dimiliki oleh setiap individu yang berupa interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal maupun informal yang melibatkan perilaku individu maupun kelompok.
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada perkembangan orang lain untuk menuju ke arah cita-cita tertentu untuk mengisi kehidupan sehingga dapat mencapai kebahagiaan. Dimana makin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah orang tersebut menerima informasi. Dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun dari media massa.
Pengetahuan erat hubungannya dengan pendidikan, seseorang dengan pendidikan yang tinggi maka semakin luas pula pengetahuan yang dimiliki. Dimana kriteria pendidikan, yaitu : Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Akademi/Perguruan Tinggi (PT).
Pekerjaan merupakan suatu aktifitas yang dilakukan seseorang untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan setiap hari. Pekerjaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan, dimana seseorang yang bekerja akan berinteraksi dengan orang lain sehingga akan memiliki pengetahuan yang baik. Dimana kriteria pekerjaan yaitu : PNS/TNI/POLRI, Pegawai Swasta, Wiraswasta, Buruh/Petani, Ibu Rumah Tangga ( Ariani, 2014).
Faktor eksternal terdiri dari lingkungan dimana lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik,biologis maupun sosial. Kemudian faktor sosial budaya merupakan suatu kebiasaan atau tradisi yang dilakukan seseorang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Status ekonomi njuga menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu (Ariani,2014).
C.Sikap (Attitude)
Sikap merupakan reaksi arau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Allport dalam menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 (tiga) komponen pokok, yaitu: 1) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. 2) Kehidupan emosional atau elevasi emosional terhadap suatu objek. 3) Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, antara lain, menerima (receiving) diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek), misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan
perhatian itu terhadap ceramah-ceramah. Kemudian merespons (responding) dimana memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut. Setelah merespon yaitu menghargai (valuing) merupakan tindakan mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Dan terakhir bertanggung jawab (responsible) yaitu bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi (Notoatmodjo, 2007).
Sikap (Attitude) juga mrupakan perasaan atau pandangan seseorang yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap suatu objek ataustimulus. Dimana sikap merupakan konsep yang penting dalam psikologi sosial yang membahas unsur sikapbaik sebagai individu maupun kelompok. Dimana secara garis besar menurut Azwar dalam Ariani 2014, struktur sikap terdiri dari tiga komponen yang saling menunjang yaitu : komponen kognitif merupakan representasi yang dipercayai oleh individu pemilik sika, dimana komponen kognitif berisi kepercayaan stereotype yang dimiliki individu (Ariani, 2014).
Adanya komponen afektif yang merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional, dimana aspek emosional ini yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin dapat mengubah sikap seseorang dimana komponen afektif ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang.
Komponen yang ketiga yaitu, komponen konatif yang merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang dan berisi kecenderungan untuk bertindak atau bereaksiterhadap sesuatu dengan cara tertentu yang berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah hal yang logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku. (Ariani, 2014).
1. Faktor–faktor yang Mempengaruhi Sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap terhadap objek sikap antara lain : pengalaman pribadi, dimana merupakan dasar pembentukan sikap yang harus meninggalkan kesan kuat. Sikap seseorang akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribaditerjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.
Orang lain yang dianggap penting (Significant Others),byaitu merupakan orang-orang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah laku dan opini kita. Pada umumnya, individu akan memiliki sikap yang searah (konformis) dengan orang yang dianggap penting, misalnya orang tua, suami atau istri, teman dekat, guru dan pemimpin.
Media masa, dimana dalam penyampaian informasi media massa membawa pesan sugestif yang dapat mempengaruhi opini individu. Jika pesan –pesan sugestif yang disampaikan cukup kuat , maka akan member dasar afektif dalam menilai suatu hal hingga membentuk sikap tertentu. Contoh media massa antara lain, media cetak, elektronik, papan, dan lain-lain.
Lembaga pendidikan yang berfungsi meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Dimana pemahaman baik atau buruk, benar atau salah, akan menetukan sistem kepercayaan seseorang hingga ikut berperan dalam menetukan sikap seseorang.
Faktor emosional merupakan suatu sikap yang dilandasi oleh emosi yang fungsinya sebagai semacam penyaluran atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Emosional dapat bersifat sementara atau menetap (tahan lama atau persisten), seperti contoh dalam bentuk prasangka (sikap tidak toleransi).
2. Cara Pengukuran Sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap seseorang. Pernyataan sikap merupakan serangkaian kalimat yang berisi tentang sikap seseorang terhadapsuatu objek. Dimana, pernyataansikap terbagi atas 2 jenis, yaitu : positif (favourable) adalah pernyataan sikap yang berisi tentang hal-hal yang positif atau kalimat yang mendukung atapun memihak pada objek sikap.
Kemudian negatif (unfavourable)adalah pernyataan sikap yang berisi tentang hal-hal negatif atau kalimat yang tidak mendukung pada objek sikap (Ariani, 2012).
D.Praktek atau Tindakan (Practice)
Suatu sikap otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbedaan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Tingkatan-tingkatan tindakan atau praktek ini mempunyai beberapa bagian, yaitu:
1. Persepsi (Perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktik tingkat pertama.
2. Respon Terpimpin (Guided Respons )
3. Mekanisme (Mechanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.
4. Adopsi (Adoption)
Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2007).
E.Pap Smear 1. Pengertian
Pap smear disebut juga test Pap adalah prosedur sederhana untuk mengambil sel serviks bagian bawah, ujung dari uterus. Dinamai sesuai dengan penemunya, George Papanicolaou,MD. Pap smear tidak hanya efektif untuk mendeteksi kanker serviks tetapi juga perubahan sel serviks yang dicurigai dapat menimbulkan kanker (Kumalasari,dkk, 2012).
Test Pap smear merupakan pemeriksaan sitologi dari serviks dan portio untuk melihat adanya perubahan atau keganasan pada epitel serviks atau portio sebagai tanda awal keganasan serviks atau prakanker (Rasjidi, dkk, 2008).
Pap smear merupakan suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari leher rahim dan kemudian diperiksa dibawah mikroskop. Pap smear merupakan tes yang aman dan murah yang telah dipakai bertahun-tahun lamanya untuk mendekteksi kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim (Diananda, 2009).
2. Tujuan Pap smear
Pemeriksaan Pap smear berguna sebagai pemeriksaan penyaring (skirining) dan pelacak adanya perubahan sel kearah keganasan secara dini sehingga kelainan prakanker dapat terdeteksi serta pengobatannya menjadi lebih murah dan mudah (Dalimartha, 2004).
Manfaat pap smear secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut (Manuaba, 2005):
a. Diagnosis dini keganasan
Pap smear berguna dalam mendeteksi dini kanker serviks, kanker korpus endometrium, kegansan tuba fallopi, dan mungkin keganasan ovarium.
b. Perawatan ikutan dari keganasan
Pap smear berguna sebagai perawatan ikutan setelah operasi dan setelah mendapat kemotrapi dan radiasi.
c. Interpretasi hormonal wanita
Pap smear bertujuan untuk menggikuti siklus menstruai dengan ovulasi atau tanpa ovulasi, menentukan maturitas kehamilan, dan mentukan kemungkinan keguguran pada hamil muda.
d. Menetukan proses peradangan
Pap smear berguna untuk menetukan proses peradangan pada berbagai infeksi dan jamur.
3. Sasaran Pelaksanaan Pap smear
Menurut Mardiana 2007 pap smear sebaiknya dilakukan oleh setiap wanita yang telah menikah atau sudah melakukan hubungan seksual, tidak
merupakan pencegahan primer yang bertujuan untuk menghindari faktor resiko. Pap smear dilakukan pada wanita yang sudah menikah atau wanita yang sudah menikah atau wanita yang sudah berhubungan seksual.
Adapun wanita yang mempunyai resiko tinggi dan dianjurkan untuk melaksanakan pap smear adalah: a) Wanita yang melakukan hubungan seksual diusia muda. b) Wanita yang melakukan kontak seksual dengan berganti-ganti pasangan. c) Wanita perokok. d) Wanita yang kurang mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan.
4. Waktu pemeriksaan Pap smear dilakukan
Pemeriksaan pap smear sebaiknya dilakukan secara rutin 1tahun sekali. Bila dalam 3 kali pemeriksaan hasilnya normal atau negatif maka pemeriksaan ini dapat diulang setiap 3 tahun sekali pada wanita tanpa resiko.pada wanita yang mempunyai faktor seperti yang telah dikemukakan diatas, sebaiknya pemeriksaan tetap dilakukan setiap tahun sekali (Aziz, 2006).
5. Prosedur Pemeriksaan Pap smear
Menurut Manuaba (2005) , dan Rasjidi (2008), prosedur pemeriksaan Pap smear adalah:
a. Persiapan alat-alat yang akan digunakan, meliputi spekulum bivalve (cocor bebek), spatula ayre, kaca objek yang telah diberi label atau tanda, dan alkohol 95%
b. Pasien berbaring dengan posisi litotomi.
c. Pasang spekulum sehingga tampak jelas vagina bagian atas, forniks posterior, serviks uterus, dan kanalis servikalis.
e. Spatula dengan ujung pendek dimasukan ke dalam endoserviks,dimulai dari arah jam 12 dan diputar 360º searah jarum jam.
f. Sediaan yang telah didapat, dioleskan diatas kaca objek pada sisi yang telah diberi tanda dengan membentuk sudut 45º satu kali usapan. g. Celupkan kaca objek kedalam larutan alkohol 95% selama 10 menit. h. Kemudian sedian dimasukan kedalam wadah transpor dan dikirim ke
ahli patologi anatomi.
F. Resiko tidak dilakukannya pemeriksaan Pap smear
Resiko tidak dilakukannya pemeriksaan Pap smear ialah kanker serviks. Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus, yaitu suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara uterus dengan vagina (Wh. Sastrosudarmo, 2012)
Kanker rahim merupakan tumor ganas pada endometrium (lapisan rahim). Kanker rahim biasa terjadi setelah masa menopause, paling sering menyerang wanita yang berusia 50-60 tahun. Kanker bisa menyebar (metastase) secara lokal maupun keberbagai bagian tubuh, misalnya kanalis servikalis, tuba fallopi, ovarium, daerah disekitar rahim, sistem getah bening, atau kebagian tubuh lainnya melalui pembuluh darah (Yohana, 2012).
Penyebab langsung dari kanker serviks ialah HPV (human papillomavirus). HPV adalah virus penyebab kutil genitalis(kondila akuminata) yang ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45 dan 56.
Faktor resiko penyebab terjadinya kanker serviks yaitu: a)Perkawinan dalam usia muda, b) Pasangan seksual yang berganti-ganti, c) Jumlah kelahiran dengan jarak pendek dan terlalu banyak, d) Paling banyak terjadi pada usia 40-50 tahun, e) Infeksi virus, f) Banyak dijumpai pada kondisi sosial ekonomi rendah, g) Hygine hubungan seksual kurang (Manuaba, 2009).
Menurut Wh.Sastrosudarmo dalam bukunya perubahan prakanker pada serviks biasanya tidak menimbulkan gejala dan perubahan ini tidak terdeteksi kecuali jika wanita tersebut menjalanipemeriksaan panggul dan pap smear. Gejala baru muncul ketika sel serviks yang abnormalberubah menjadi ganas dan menyusup kejaringan sekitarnya.
Pada saat ini akan timbul gejala sebagai berikut:
a. Perdarahan vagina yang abnormal,terutama diantara 2 menstruasi, setelah melakukan hubungan seksual dan setelah menopause.
b. Menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak)
c. Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna pink,cokelat,mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.
Gejala dari kanker serviks stadium lanjut:
a. Nafsu makan berkurang, penurunan berat badan, kelelahan b. Nyeri panggul, punggung atau tungkai