• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS INDONESIA STRATIFIKASI SOSIAL-EKONOMI DALAM AJARAN KONFUSIANISME DAN PENGARUHNYA TERHADAP MINAT PENDIDIKAN MASYARAKAT KOREA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNIVERSITAS INDONESIA STRATIFIKASI SOSIAL-EKONOMI DALAM AJARAN KONFUSIANISME DAN PENGARUHNYA TERHADAP MINAT PENDIDIKAN MASYARAKAT KOREA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS INDONESIA

STRATIFIKASI SOSIAL-EKONOMI DALAM AJARAN

KONFUSIANISME DAN PENGARUHNYA TERHADAP MINAT

PENDIDIKAN MASYARAKAT KOREA

MAKALAH NON SEMINAR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora

WINDA DWI RAHAYU 1006702771

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA

PROGRAM STUDI BAHASA DAN KEBUDAYAAN KOREA DEPOK

(2)
(3)
(4)

Stratifikasi Sosial-Ekonomi dalam Ajaran Konfusianisme dan Pengaruhnya

terhadap Minat Pendidikan Masyarakat Korea

Winda Dwi Rahayu

Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia

E-mail: dwirahayuwinda@yahoo.com

Abstrak

Jurnal ini membahas mengenai pengaruh prinsip konfusianisme ‘stratifikasi sosial-ekonomi’ terhadap tingginya minat pendidikan masyarakat Korea. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa nilai ajaran Konfusianisme ‘stratifikasi sosial-ekonomi’ berpengaruh terhadap tingginya pendidikan di Korea dari dulu hingga sekarang. hasil yang diperoleh adalah pengetahuan mengenai bagaimanakah ajaran Konfusianisme membentuk pandangan orang korea terhadap pendidikan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Sumber informasi diperoleh dengan cara studi pustakan dan studi literatur. Sebagai referensi tambahan mengambil contoh kondisi masyarakat pada drama atau film. Drama yang akan dijadikan referensi adalah drama yang berjudul ‘Salaryman’ dan ‘Sungkyungkwan Scandal’. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa semenjak dijadikan sebagai ideologi dasar dari kerajaan Joseon ajaran konfusianisme menjadi dasar ideologi dalam kehidupan masyarakat. Nilai-nilai konfusianisme masih dipegang teguh oleh masyarakat Korea, khususnya mengenai pendidikan. Kesimpulan dari jurnal ini adalah stratifikasi sosial-ekonomi memberikan pengaruh terhadap cara pandang masyarakat mengenai pentingnya pendidikan. Stratifikasi sosial-ekonomi membuat masyarakat ingin dipandang tinggi secara sosial dengan cara memperolah pendidikan yang terbaik.

Kata Kunci: Konfusianisme, Stratifikasi sosial, Pendidikan, Korea

Abstract

The journal discusses the influence of Confucian principle of 'socio-economic stratification' of high interest Korean public education. The purpose of this study is to prove that the value of Confucianism 'socio-economic stratification' effect on high education in Korea from the past until now. The results obtained is the knowledge of how to form view Confucianism Korean people to education. This study used qualitative methods. Sources of the information obtained by literature study. As an additional reference to the condition of the people take the example of a drama or movie. The drama, which will be used as a reference is 'Salaryman' and 'Sungkyungkwan Scandal'. The results from this study is that since serve as the basic ideology of the Joseon royal Confucian teachings became the basis of ideology in society. Confucian values still firmly held by Korean society, especially regarding education. The

(5)

conclusion of this journal is the socio-economic stratification influence on public perception of the importance of education. Socio-economic stratification makes people want to be seen socially higher education in a way that best gain.

Keywords: Konfusianism, Social stratification, Education, Korea

1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Korea merupakan salah satu negara dengan perkembangan modernisasi yang sangat pesat. Dibandingkan dengan negara-negara di Asia lainnya Korea adalah negara dengan tingkat kemajuan teknologi yang sangat tinggi. Seiring dengan tingkat modernisasi dan kemajuan teknologi yang tinggi tersebut berubah pula nilai-nilai sosial di dalam masyarakat. Setelah Korea mulai membuka diri terhadap dunia luar banyak pengaruh-pengaruh yang masuk dan mulai mempengaruhi kehidupan masyarakat di Korea. Nilai-nilai tradisional kini mulai bergeser dengan nilai-nilai dari barat. Namun dari sekian banyak pengaruh maupun ajaran yang masuk ke Korea ajaran Konfusianisme-lah yang paling mengakar kuat dalam masyarakat Korea. Ajaran Konfusianisme merupakan ajaran yang dibawa oleh para pelajar dari Cina. Dalam perjalanannya ajaran Konfusianisme menjadi sangat Korea akibat percampuran dari agama-agama lain yang saat itu dianut oleh masyarakat Korea.

Konfusianisme berkembang menjadi ajaran yang mayoritas dianut oleh masyarakat Korea, bahkan ajaran Konfusianisme sudah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat Korea hingga saat ini. Sejarawan Koh Byong-Ik dalam penelitiannya mengatakan bahwa Korea merupakan negara yang sangat Konfusian di seluruh Asia Timur, bahkan jika dibandingkan dengan Taiwan atau Cina sekalipun yang merupakan asal ajaran tersebut (Yang, 2008, hlm. 86). Ajaran konfusianisme yang paling terkenal di Korea adalah sistem ujian negara Kwa-geo. Sistem

(6)

1Tiga kerajaan: Baekje, Silla, Goguryeo

2 Sungkyungkwan: Sekolah yang didirikan pada jaman kerajaan Joseon yang berbasis ajaran konfusianisme

ujian negara inilah yang nantinya menjadi dasar tingginya minat masyarakat Korea untuk menempuh pendidikan tinggi.

Ketika menyinggung tentang pendidikan di Korea, tidak dapat terlepas dari pengaruh ajaran Konfusianisme yang dalam sejarah memberikan peran penting dalam menanamkan nilai pendidikan terhadap masyarakat Korea. Ajaran Konfusianisme berkembang di masyarakat sejak zaman Tiga Kerajaan1 ajaran tersebut dibawa oleh para pelajar yang menuntut ilmu ke Cina mereka kemudian kembali ke Korea, para pelajar tersebut kemudian membawa berbagai literatur tentang Konfusianisme dan mengajarkan ajaran Konfusianisme kepada masyarakat maupun menawarkan ajaran ini untuk dijadikan ideologi pemerintahan. Ajaran konfusianisme-pun akhirnya menjadi ajaran yang dijadikan sebagai dasar dalam pemerintahan baik sistem politik maupun sistem sosial. Wujud pengaruh ajaran Konfusianisme yang begitu kuat di Korea pada saat itu adalah dibangunnya sekolah yang mengajarkan nilai-nilai Konfusianisme yaitu Sungkyungkwan, serta sistem ujian negara Kwa-geo yang ditujukan untuk para filsuf pada zaman Joseon. (Lee, 2000). Di Sungkyungkwan2 diajarkan mengenai norma politik dan sosial dalam hubungan dengan kerajaan berdasarkan ajaran Konfusianisme, sementara sistem ujian

Kwa-geodigunakan untuk seleksi masuk menjadi pegawai pemerintah. Tidak semua orang dapat menempuh pendidikan di sekolah Sungkyungkwan, hanya para bangsawan dan aristokratlah yang diperbolehkan untuk mengenyam pendidikan di Sungkyungkwan, sementara rakyat biasa tidak dapat mempelajari ajaran konfusianisme di sekolah elit tersebut.

Ajaran Konfusianisme membagi masyarakat menjadi beberapa tingkatan strata sosial. Berdasarkan teori sistem sosial, prinsip Konfusianisme telah dipertahankan sebagai nilai individu, nilai budaya yang sama, norma dengan struktur sosial tertentu, kelompok sosial berdasarkan fakta arkeologi, salah satu contohnya adalah stratifikasi sosial-ekonomi berdasarkan strata sosial, seperti pelajar, petani, pedagang. (Deuchlear, 1992), meskipun ajaran Konfusianisme tidak secara langsung mengajarkan tentang pembagian strata sosial-ekonomi tetapi pada kenyataannya ajaran Konfusianisme membedakan status sosial masyarakat berdasarkan status sosial dan ekonomi. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan perlakuan dalam memperoleh pendidikan. Hanya kaum bangsawan dan kaum aristokrat yang diperbolehkan untuk menempuh pendidikan di

(7)

sekolah elit, sementara rakyat jelata dan perempuan tidak diperkenankan untuk menempuh pendidikan.

Setiap orang pasti ingin mendapatkan pendidikan yang tinggi untuk akhirnya mendapatkan pekerjaan yang baik. Hal inilah yang juga dirasakan oleh masyarakat Korea pada zaman kerajaan Joseon. Saat itu untuk dapat menjadi pejabat negara diharuskan untuk mengikuti ujian Kwa-geo. Soal yang diujikan adalah mengenai nilai-nilai ajaran Konfusianisme, oleh karena itu masyarakat yang tidak sanggup menempuh pendidikan formal di sekolah elit tidak dapat mengikuti ujian tersebut dengan kata lain tidak ada harapan bagi rakyat miskin untuk dapat mendapat pekerjaan sebagai pegawai pemerintahan. Sementara itu para keturunan bangsawan dan aristokrat dapat menikmati pendidikan di sekolah elit dan mendapatkan jabatan di pemerintahan. Ajaran Konfusianisme memandang bahwa pemerintahan yang baik harus dipimpin oleh pemimpin yang baik dan berkompeten, kemampuan memimpin yang baik tersebut dapat diperoleh melalui pendidikan.(Park, 2006:24)

Masyarakat saat ini memandang bahwa pendidikan yang baik tidak hanya digunakan untuk mendapatkan kecakapan dalam memimpin, tetapi juga untuk mendapatkan pekerjaan yang baik. Sejarah ajaran Konfusianisme di Korea menyebabkan rakyat Korea sadar akan pentingnya pendidikan untuk masa depan dan kehidupan sosial. Status sosial dalam masyarakat sangatlah penting, hal ini menunjukkan bagaiman orang lain memandang kita dan menghargai kita. Setiap orang pasti menginginkan status sosial yang tinggi dalam masyarakat. Begitu pula dengan masyarakat Korea. Status sosial yang tinggi dipandang dari pekerjaan, jabatan maupun kekayaan seseorang. Untuk meraih pekerjaan, jabatan dan kekayaan yang tinggi saat ini dibutuhkan pula pendidikan yang tinggi. Masyarakat Korea sadar betul dengan kenyataan tersebut sehingga mereka berlomba-lomba menyekolahkan anaknya hingga tinggi dengan tujuan memperoleh pekerjaan yang baik untuk masa depan mereka.

Setiap masyarakat Korea berpikir bahwa pendidikan adalah hal yang paling penting untuk masa depan mereka, hal ini menyebabkan biaya pendidikan di Korea menjadi tinggi. Namun para orangtua tidaklah mempermasalahkan hal ini karena tujuannya adalah investasi masa depan dan demi status sosial yang meningkat di mata masyarakat. Status sosial dan ekonomi yang dibentuk oleh ajaran Konfusianisme memberikan pengaruh terhadap tingginya minat pendidikan di Korea hingga saat ini. Nilai tersebut masih tertanam kuat di dalam pemikiran masyarakat Korea dari dulu hingga sekarang.

(8)

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam jurnal ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah sistem stratifikasi sosial-ekonomi menurut ajaran Konfusianisme pada masa Joseon?

2. Bagaimana pengaruh stratifikasi sosial-ekonomi masyarakat Korea di era Joseon terhadap minat pendidikan di Korea pada era modern?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa nilai ajaran Konfusianisme ‘stratifikasi sosial-ekonomi’ berpengaruh terhadap tingginya pendidikan di Korea dari dulu hingga sekarang.

Melalui deskripsi mengenai ajaran Konfusianisme yang membagi masyarakat berdasarkan stratifikasi sosial-ekonomi dapat diperoleh deskripsi pengaruh nilai konfusianisme tersebut terhadap pendidikan di Korea pada masa Joseon hingga saat ini. Selanjutnya dengan hasil yang diperoleh dari deskripsi di atas dapat diperoleh pengetahuan mengenai bagaimanakah ajaran Konfusianisme membentuk pandangan orang korea terhadap pendidikan.

1.4 Manfaat Penelitian

Saat ini Korea merupakan negara dengan kemajuan yang sangat pesat dalam bidang teknologi dan ekonomi. Pencapaian Korea ini tidaklah didapatkan begitu saja. Di balik kemajuan tersebut terdapat ideologi dan pola pikir yang dianut oleh masyarakat Korea dari dulu hingga saat ini. Tentunya semua negara pasti ingin menjadi negara maju seperti halnya negara Korea. Untuk menjadi negara maju seperti Korea maka kita perlu tahu mengenai ideologi dari masyarakat yang mendukung kemajuan tersebut. Oleh karena itu, manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan pengetahuan mengenai ideologi atau ajaran yang dianut oleh Korea yang membawanya menjadi salah satu negara dengan perkembangan ekonomi yang paling cepat di Asia. Ajaran ini mungkin dapat dijadikan sebagai pembelajaran agar dapat menjadi negara yang maju seperti halnya negara Korea.

(9)

Selain itu, saat ini negara Korea sedang digandrungi di dunia akibat penyebaran budayanya yaitu Korean Wave. Budaya tersebut memperlihatkan Korea dari sisi modernitas, gemerlapnya panggung hiburan dan kecanggihan teknologi. Penelitian ini menunjukkan sisi lain dari negara Korea. Dibalik kemajuan tersebut terdapat pemikiran tradisional yang masih dipegang teguh hingga saat ini. Pemikiran ini telah melekat dan menjadi dasar ideologi kehidupan bagi masyarakat Korea.

2 Tinjauan Teoretis

Konfusianisme merupakan ajaran yang berasal dari Cina, ajaran ini masuk ke Korea pada masa Tiga Kerajaan. Ajaran ini dibawa oleh pelajar dari Korea yang menuntut ilmu ke Cina, mereka kemudian kembali ke Korea membawa ajaran dan literatur tentang nilai-nilai Konfusianisme. Konfusianisme resmi dijadikan ideologi pemerintahan pada masa kerajaan Jeseon (1392-1910). (Yang, 2008:46). Dalam ajaran Konfusianisme mengatur lima hubungan dasar antara manusia, yaitu (1) hubungan antara raja dengan rakyatnya; (2) hubungan antara orangtua dengan anak; (3) hubungan antara suami dengan istri; (4) hubungan antara yang tua dengan yang muda; dan (5) hubungan antar teman.

Secara garis besar nilai Konfusianisme adalah tentang hubungan manusia yaitu keluarga dan negara. Konfusianisme mengajarkan tentang ’kebajikan adalah untuk mencintai semua manusia’, ‘kebajikan adalah pemikiran utama manusia, kenbenaran adalah jalan hidup manusia’. Dengan kata lain kebajikan harus menjadi kebiasaan dalam hidup manusia, sedangkan kebenaran merupakan jalur yang lurus untuk manusia (Yang, 2008:46). Berbuat baik terhadap orang lain merupakan cara untuk berbuat baik terhadap diri sendiri. Ajaran Konfusianisme mempersiapkan manusia untuk dapat hidup bahagia dan menikmati hidup tanpa melupakan nilai-nilai kebajikan yang telah diajarkan. Ada ajaran konfusianisme yang berbunyi ‘jika kamu tidak tahu apa itu hidup, lalu apa yang kamu tahu tentang kematian?’. Ajarannya adalah untuk membentuk manusia yang barakhlak baik dan penuh dengan kebajikan. (Park, 2006:26)

Sebelum ajaran Konfusianisme masuk terdapat ajaran-ajaran agama lain yang dijadikan ideologi oleh masyarakat Korea pada masa Tiga Kerajaan, salah satunya adalah agama Buddha. Meskipun pengaruh ajaran Buddha semakin melemah dibandingkan dengan ajaran Konfusianisme tetapi pengaruh dari ajaran tersebut tidak dapat hilang begitu saja dari masyarakat

(10)

Korea. Nilai-nilai dari ajaran Buddha sedikit banyak masih berpengaruh dalam kehidupan masyarakat, ajaran atau nilai-nilai yang masih tersisa dari ajaran budha tersebut diserap dan dipadukan dengan ajaran dan nilai-nilai Konfusianisme sehingga ajaran Konfusianisme ini menjadi sangat Korea. Perpaduan antara berbagai ajaran agama sebelumnya dengan nilai-nilai dari ajaran Konfusianisme sebagai ideologi utama disebut sebagai neo-konfusianisme.(Park, 2006:19)

Pada akhir masa kerajaan Silla, Konfusianisme muncul dengan sistem nilainya yang berbasis di Ghukak (Universitas National Konfusianisme) yang dibangun pada tahun 651 dan diperkuat pada 682. Namanya berganti menjadi Taehakgam pada tahun 750. Namun nilai-nilai ajaran Konfusianisme belum populer hingga dijadikan sebagai ideologi untuk pemerintahan pada masa kerajaan Joseon(1392-1910) setelah terbentuk gerakan anti Buddha di antara para pelajar

Seongrihak (penganut Neo-Konfusianismeusime). Yi Seong-gye merupakan raja Joseon saat itu yang menjadikan nilai-nilai Konfusianisme sebagai ideologi negara. Jeong Do-jeon, raja Joseon sebelumnya mendukung keputusan Yi Seong-gye dan menjadi pelopor gerakan untuk menyerang ajaran Buddha dan Taoisme, menjadikan ajaran Neo-Konfusianisme ideologi utama dalam pemerintahan (Park, 2006:21)Sejak saat itulah nilai-nilai ajaran Konfusianisme masuk dalam masyarakat Korea dan bertahan menjadi ideologi yang tertanam kuat dalam kehidupan masyarakat Korea hingga saat ini. Salah satu ajaran Konfusianisme yang sekarang masih bisa kita lihat dalam masyarakat Korea adalah stratifikasi sosial, yang memiliki kekayaan dan kedudukan dianggap memiliki status sosial yang tinggi. Nilai ini diajarkan oleh ajaran Konfusianisme yaitu ‘hubungan antara raja dan rakyat’. Raja dianggap sebagai seseorang yang memiliki kedudukan dan kekuasaan yang tinggi, sehingga status sosialnya lebih tinggi dibandingkan dengan rakyat. Rakyat hanyalah orang biasa yang statusnya sosialnya jauh di bawah raja. Status rakyat yang lebih rendah daripada raja menentukan bagaimana sikap rakyat yang seharusnya terhadap raja. Rakyat yang statusnya lebih rendah harus menurut atas perintah dan melayani raja.

Secara umum stratifikasi dalam tradisi Konfusianisme dibagi menjadi dua berdasarkan status masing-masing. Meskipun ajarn Konfusianisme tidak secara gamblang membagi manusia berdasarkan strata sosial tetapi ketika nilai-nilai tersebut diaplikasian dalam kehidupan maka hasilnya dapat terlihat yaitu hubungan antara yang berstatus sosial superior dan inferior.

(11)

Ajaran Konfusianisme juga membedakan masyarakat berdasarkan ekonomi. Sebagian besar status sosial diperoleh dari faktor ekonomi. Semakin tinggi ekonomi yang dimiliki maka statusnya akan semakin tinggi di mata masyarakat. Ekonomi atau kekayaan merupakan hal yang paling mendasar yang menjadi tolak ukur status seseorang dimata masyarakat. Pada zaman sekarang mengukur status sosial seseorang sangatlah mudah karena ekonomi memegang peran sangat penting. Faktor ekonomi adalah yang menjadi tolak ukur seberapa besar orang dihormati dan dihargai. Pengusaha sukses yang memiliki kekayaan yang luar biasa akan sangat mudah dihargai dibandingkan dengan seorang supir taksi. Di sini pengusaha diibaratkan sebagai raja yang dipuja-puja dan supir taksi adalah rakyat yang statusnya lebih rendah dibandungkan pengusaha. Di Korea kesenjangan sosial sangatlah kentara, perbedaan sosial antara yang kaya dan yang miskin sangat dijunjung. Mungkin ini adalah pengaruh dari nilai-nilai Konfusianisme yang masih tertanam dalam masyarakat Korea hingga saat ini.

Minat orang Korea terhadap pendidikan saat ini sangat tinggi. Tingginya minat pendidikan tersebut juga diiringi dengan tingginya biaya pendidikan di negara tersebut. Namun orangtua murid di Korea tetap menaruh pendidikan sebagai prioritas utama untuk anak mereka, karena mereka menganggap masa depan ditentukan oleh seberapa tinggi pendidikan. Bagi mereka yang terlahir dari keluarga kaya dapat menikmati fasilitas pendidikan tanpa harus mengkhawatirkan biaya, tetapi bagi yang berasal dari keluarga perekonomian menengah ke bawah harus bekerja keras untuk dapat membayar biaya sekolah. Besarnya biaya yang harus dikeluarkan orangtua untuk membiayai pendidikan anaknya membuat para orangtua menuntut prestasi yang lebih terhadap anaknya. Para murid dituntut untuk memperoleh prestasi yang membanggakan agar setimpal dengan biaya yang telah dikeluarkan oleh orang tuanya, akibatnya persaingan di antara murid pun tidak terhindarkan. Untuk mendapatkan prestasi yang membanggakan mereka dituntut untuk belajar hingga larut malam. Terutama ketika menjelang kelulusan dan memasuki universitas.

Memasuki universitas yang bagus seperti Seoul National University merupakan impian setiap orang di Korea, karena dari unversitas tersebutlah banyak perusahaan elit merekrut pegawai. Perusahaan elit tentunya menawarkan gaji dan kesejahteraan yang tinggi bagi kehidupan serta meningkatkan status sosial di mata masyarakat. Cerminan masyarakat seperti ini dapat dilihat dari berbagai cerita dalam drama dan film Korea.

(12)

3. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Sumber informasi diperoleh dengan cara studi pustakan dan studi literatur. Sebagai referensi tambahan mengambil contoh kondisi masyarakat pada drama atau film. Drama yang akan dijadikan referensi adalah drama ‘Salaryman’ dan ‘Sungkyungkwan Scandal’. Metode kualitatif menggunakan studi pustaka dirasa adalah metode yang paling tepat untuk memperoleh informasi dari berbagai sumber literatur dengan cara mengumpulkan informasi dari berbagai buku yang menyediakan informasi terkait dengan judul penelitian ini. Selain itu penelitian ini tidak memungkinkan untuk menggunakan metode kuantitatif dengan mengambil informasi langsung dari narasumber yang merupakan orang Korea. Selain metode kualitatif studi pustaka penelitian ini menggunakan referensi drama sebagai alat acuan untuk melihat kondisi masyarakat di Korea. Sastra, termasuk film dapat memperlihatkan kondisi sosial masyarakat, sehingga dari situlah kita dapat memperoleh informasi mengenai kondisi sosial masyarakat yang terkait dengan topik penelitian ini.

Pertama yang harus dilakukan adalah menggunakan sudut pandang budaya dalam menganalisi drama atau film tersebut. Terdapat beberapa drama yang dijadikan sebagai sumber informasi. Setelah menaruh sudut pandang budaya pada masing-masing drama atau film tersebut akan diperoleh hasil secara garis besar dari keseluruhan. Sehingga hasilnya dapat menyimpulkan tentang keterkaitan atau kesesuaian kondisi masyarakat dengan topik pembahasan.

4. Stratifikasi Sosial-Ekonomi dalam Ajaran Konfusianisme dan pengaruhnya terhadap minat pendidikan di Korea.

Konfusianisme merupakan ajaran yang nilai-nilainya masih dipegang teguh oleh masyarakat Korea hingga saat ini baik secara sadar maupun tidak. Setelah 35 tahun masyarakat Korea terjajah oleh Jepang (1910-45), Korea akhirnya mendeklarasikan sebagai negara merdeka dan memulai modernisasi (Yang, 2008:45) ejak dimulainya modernisasi, banyak pengaruh ajaran-ajaran agama yang masuk ke Korea dan mencoba menyebarkan pengaruhnya di tengah-tengah masyarakat. Sebelum ajaran Konfusianisme masuk, Buddha dan Taoisme lebih dulu menyebarkan ajarannya di tengah-tengah masyarakat Korea. Ajaran-ajaran tersebut diterima dengan baik dan dijadikan sebagai nilai-nilai dasar kerajaan-kerajaan sebelum Joseon. Setelah Korea memulai modernisasi pengaruh dari barat mulai berdatangan, seperti agama Kristen.

(13)

Banyak masyarakat berpindah agama Kristen yang disebut lebih modern dibandingkan dengan ajaran-ajaran sebelumnya.

Meskipun sekarang agama yang mayoritas dipegang oleh masyarakat Korea adalah agama Kristen tetapi nilai-nilai konfusianisme masih mereka jadikan sebagai ideologi dasar dalam kehidupan sehari-hari. Karena pada dasarnya ajaran Konfusianisme bukanlah ajaran yang mengatur tentang hubungan dengan Tuhan melainkan hubungan dengan sesama manusia. Konfusianisme memiliki sejarah panajang dalam membentuk ideologi masyarakat Korea. Ideologi yang sederhana tetapi sangat dipegang teguh oleh masyarakat Korea. Pengaruh nilai-nilai Konfusianisme menyebar dalam masyarakat adalah melalui kalangan aristokrat dan bangsawan. Pada masa kerajaan raja merupakan panutan bagi rakyatnya, sehingga ketika raja menjadikan Konfusianisme sebagai ideologi dasar untuk pemerintah maka rakyat akan dengan senang hati mengikuti. Dengan metode inilah ajaran Konfusianisme dapat diterima dan dijadikan sebagai nilai-nilai ajaran dalam berhubungan dengan sesama manusia. Konfusianisme mengajarkan untuk menghargai orang lain sebagai wujud menghargai diri sendiri. Selain itu terdapat lima nilai Konfusianisme yang mengajarkan tentang dasar hubungan dengan sesama manusia seperti yang telah disebutkan dalam tinjauan teoretis yaitu: (1) hubungan antara raja dengan rakyatnya; (2) hubungan antara orangtua dengan anak; (3) hubungan antara suami dengan istri; (4) hubungan antara yang lebih tua dengan yang muda; dan (5) hubungan antar teman.

Nilai inilah yang menjadi dasar terbentuknya stratifikasi sosial di dalam masyarakat Korea yang dipegang teguh hingga saat ini. Dalam kelima nilai dasar yang mengatur dasar hubungan atara manusia dari nomor 1 hingga nomor 4 menunjukkan perbedaan antara yang superior dengan inferior. Peran superior dipegang oleh raja, orangtua, suami dan orang yang lebih muda. Dibandingkan dengan pemegang peran inferior yaitu rakyat, anak, istri dan yang muda, superior lebih memegang kendali baik berdasarkan kekuasaan, usia maupun peran. Namun dalam jurnal ini yang akan dibahas adalah mengenai stratifikasi sosial-ekonomi yang terbentuk dari nilai-nilai Konfusianisme. Kita dapat melihat bentuk stratifikasi sosial-ekonomi dalam nilai yang mengajarkan tentang hubungan raja dengan rakyatnya. Raja memegang kekuatan lebih dibandingkan dengan rakyat dikarenakan raja memiliki kekuasaan dan kekayaan, sehingga status sosial raja jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rakyat. Stratifikasi sosial memiliki pengertian penggolongan masyarakat yang didasarkan pada tingkat ekonomi.

(14)

Dalam sistem monarki raja memiliki kekuasaan terhadap negara dan seisinya termasuk rakyat, sedangkan rakyat memiliki kewajiban untuk melayani raja. Dalam hal ini rakyat yang memilki kekuatan dibawah raja tidak dapat menghindar dari kewajiban dikarenakan adanya kekuatan yang jauh lebih kuat secara tidak langsung memaksa untuk melaksanakan kewajiban tersebut. Dapat dilihat bahwa status sosial dapat diperoleh berdasarkan jabatan atau ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan orang lain.

Pada masa Tiga Kerajaan hal yang dipandang memiliki status sosial tinggi adalah para bangsawan dan sristokrat. Para bangsawan tersebut lebih banyak bekerja dalam pemerintahan, dan memiliki pendidikan tinggi. Oleh karena itu pada saat itu banyak yang menginginkan menjadi pejabat pemerintahan. Untuk menjadi pejabat pemerintah harus melalui sistem ujian

Kwa-geo yang soal-soalnya berisikan tentang nilai Konfusianisme. Pelajaran tentang nilai-nilai Konfusianisme tentunya dapat diperoleh dengan bersekolah. Pada masa Joseon Sungkyungkwan merupakan sekolah elit yang mengajarkan nilai-nilai Konfusianisme yang berasal dari Cina. Oleh karena Sungkyungkwan merupakan sekolah elit maka tidak semua dapat mengenyam pendidikan di sekolah tersebut. Hanya para bangsawan dan para aristokratlah yang mampu belajar di Sungkyungkwan. Hal ini mengesankan bahwa mengenyam pendidikan itu membutuhkan kekayaan dengan kata lain pendidikan itu mahal. Namun demikian pendidikan tetaplah dipandang sebagai kunci sukses untuk mendapatkan pekerjaan yang bagus dengan gaji yang besar. Akhirnya pendidikan merupakan alat untuk memperoleh kekayaan dan kekuasaan demi naiknya status sosial dalam masyarakat.

Dalam drama yang berjudul ‘Sungkyungkwan Scandal’ terdapat adegan yang menceritakan tentang dilaksanakannya ujian negara Kwa-geo. Peserta ujian tersebut tidaklah sembarangan melainkan para bangsawan ataupun aristokrat yang telah mengenyam pendidikan tentang nilai-nilai konfusianisme sebelumnya. Tidak semua peserta dapat lolos dalam ujian tersebut, hanya yang terbaik dari yang terbaiklah yang dapat diterima bekerja dalam pemerintahan. Hal ini menunjukkan betapa ketatnya persaingan diantara pelajar untuk mendapatkan pekerjaan yang terbaik, pekerjaan yang nantinya akan menaikkan tingkat sosial mereka. dalam drama ‘Sungkyunkwan Scandal’ juga menceritakan tentang perbedaan perlakuan antara yang kaya dan yang miskin dalam mengenyam pendidikan. Di mana rakyat biasa tidak diperkenankan untuk mengenyam pendidikan di sekolah elit.

(15)

Tidak hanya dalam drama ‘Sungkyungkwan Scandal’, tetapi dalam drama kolosal Korea seperti ‘Great Queen Seondok’ juga menunjukkan bahwa hanya para keturunan aristokrat yang dapat menjadi pejabat pemerintah dikarenakan mereka lebih berpendidikan dan memilki wawasan luas.

Jika dilihat dalam konteks saat ini peran superior dipegang oleh orang yang memiliki kekayaan dan kekuasaan. Sedangkan peran inferior dipegang oleh rakyat menengah ke bawah yang mengantungkan hidupnya pada superior. Status sosial yang kaya sudah tentu dipandang sangat tinggi di dalam masyarakat. Perlakuan yang didapatkan juga akan sangat berbeda.

Setiap orang pasti ingin dihargai dan dipandang lebih oleh orang lain. Dalam masyarakat status sosial yang tinggi lebih mendapat penghargaan dibandingkan dengan status sosial yang lebih rendah. Salah satu cara untuk meningkatkan status sosial adalah dengan meningkatkan status ekonomi. Status ekonomi menjadi tolak ukur status sosial di dalam masyarakat, semakin tinggi ekonomi seseorang semakin tinggi pula status sosial yang akan didapatkan dari masyarakat. Salah satu cara meningkatkan perekonomian adalah mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang besar. Pekerjaan dengan gaji yang besar biasanya ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan elit. Hanya lulusan dari universitas-universitas elit yang dapat memperoleh pekerjaan di perusahaan elit. Sudah pasti persaingan di antara para murid maupun orang tua sangat besar untuk menyekolahkan anaknya di sekolah yang terbaik. Biaya yang besar untuk pendidikan dianggap sebagai infestasi masa depan. Para orangtua akan sangat bangga jika anaknya dapat diterima di perusahaan yang elit dan sudah pasti memberikan gaji yang besar, karena secara tidak langsung status sosial keluarga mereka naik di mata masyarakat.

Kondisi sosial seperti ini dapat kita jumpai di dalam cerita drama ‘Salaryman’, dalam drama tersebut ditunjukkan seberapa susahnya mencari pekerjaan yang bagus dengan status pendidikan yang rendah pada zaman seperti saat ini. Perusahaan-perusahaan yang elit-pun menuntut untuk memiliki kemampuan yang lebih dibandingkan yang lain. Melihat besarnya gaji yang akan ditawarkan oleh perusahaan yang bagus maka perusahaan tersebut juga mencari karyawan dengan kemampuan yang terbaik. Dalam drama ini dapat dilihat betapa pentingnya pendidikan dan ketatnya persaingan dalam dunia kerja. Selain itu, dalam drama ini juga ditunjukkan bahwasannya pekerjaan yang bagus akan membanggakan orangtua dan meningkatkan status sosial.

(16)

Ideologi mengenai betapa pentingnya pendidikan ditanamkan dalam masyarakat Korea semenjak ideologi Konfusianisme menjadi ideologi dasar kerjaan Joseon. Bahkan terdapat penelitian yang menyebutkan bahwa Korea merupakan negara paling Konfusian diantara negara di Asia Timur bahkan jika dibandingkan dengan Cina sekalipun. Konfusianisme menanamkan pengaruhnya pada masyarakat diawali dari penyebaran dari dalam lingkungan kerajaan. Raja merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dan menjadi panutan bagi rakyatnya. Sehingga tidak sulit untuk menyebarkan Konfusianisme dalam masyarakat Joseon pada saat itu. Oleh karena ideologi kerajaan merupakan ideologi yang mutlak harus dipegang teguh oleh masyarakat maka apapun bentuk ajaran tersebut haruslah dipatuhi oleh masyarakat, termasuk mengenai stratifikasi sosial yang membedakan antara kaum bangsawan dengan rakyat jelata, khususnya dalam hal pendidikan. Namun setiap orang pastinya ingin mendapatkan status sosial yang baik di mata masyarakat, sehingga keinginan ini terus mendorong masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang tinggi. Masyarakat amat sangat menyadari betapa pentingnya pendidikan untuk masa depan mereka.

5. Kesimpulan

Stratifikasi sosial-ekonomi berpengaruh pada tingginya minat pendidikan masyarakat Korea. Nilai-nilai Konfusianisme yang menjadi ideologi masyarakat Korea sejak masa kerajaan Joseon masih dipegang teguh oleh masyarakat Korea hingga saat ini. Hal ini dapat dilihat melalui cerita dalam drama ‘Salaryman’. Dalam drama tersebut menunjukkan betapa pendidikan yang tinggi sangatlah dibutuhkan untuk mendapatkan pekerjaan yang bagus di perusahaan bagus. Konfusianisme yang membagi masyarakat dalam stratifikasi sosial-ekonomi berdasarkan kekayaan dan kekuasaan menyebabkan ketidak adilan dalam memperoleh pendidikan. Orang yang kaya dan mempunyai kekuasaan dapat memperoleh pendidikan di sekolah elit, namun tidak halnya dengan rakyat biasa.

Dengan sistem ujian negara Konfusianisme menekankan mengenai persaingan dan kerja keras untuk dapat memperoleh pekerjaan dan kedudukan yang tinggi dengan status sosial yang tinggi pula di mata masyarakat. Konfusianisme memberikan pengajaran tentang bagaimana memperoleh status sosial tinggi yaitu dengan menjadi manusia yang berbudi baik dan berkompeten, untuk menjadi manusia seperti itu dibutuhkan pendidikan. Pendidikan dijadikan sebagai alat untuk meningkatkan status sosial manusia di mata masyarakat. Dengan pendidikan

(17)

tinggi manusia dapat memperoleh pekerjaan yang tinggi pula dengan pengahasilan ekonomi yang tinggi. Ideologi inilah yang akhirnya membentuk pandangan masyarakat terhadap pendidikan menjadi tinggi.

Dengan membagi masyarakat berdasarkan stratifikasi sosial setiap orang ingin berada pada status sosial yang tinggi dibandingkan orang lain. Dengan status sosial yang tinggi manuasia beranggapan tidak akan diremehkan dan dipandang sebelah mata oleh manusia lain. Hal ini menjadikan pendidikan sebagai hal yang sangat penting untuk masa depan. Pendidikan dianggap sebagai investasi jangka panjang.

Daftar Acuan

Sumber buku

Lee, Jeong-Kyu. 2000. Historic Factors Influencing Korean Higher Education. Seoul : Jomonndang.

Park, Won. 2006. Traditional Korean Thought (한국전통사상). Incheon. Inha University Press.

A Comprehensive Handbook on Korea. 2000. Korean Annual: Education. Seoul: Yonhap News Agency

Handbook of Korea. 1978. Education. Seoul: Hollim Corporation.

Insight Into Korea Series Vol. 2. 2008. Social Change in Korea. Seoul: Jimondang.

Insight Into Korea. 2007. Understanding Challenges of the 21st century. Seoul: Herald Media.

Sumber online jurnal

Lee, Jeong-Kyu. 1998. Religious Factors Historically Affecting Premodern Korean Elite/Higher Education. The SNU Journal of Educational Reserch. Diakses pada tanggal 27 Juni 2014 pukul 20.45 dari http://s-space.snu.ac.kr/bitstream/10371/72660/1/03.pdf. Lee, Jeong-Kyu. 2002. The Role of Religion in Korean Higher Education. The Journal of

Religion & Education. Diakses pada tanggal 27 Juni 2014 pukul 21.24 dari http://www.uni.edu/coe/jrae/spring2002/LeeSpring2002.pdf.

(18)

Renaud, Kim. 2004. Korean Education: A Philosophical and Historical Perspective. The Sigur Center Asia Papers .Diakses pada tanggal 29 Juni 2014 pukul 19.38 dari http://www2.gwu.edu/~sigur/assets/docs/scap/SCAP24-KoreanEd.pdf.

Referensi

Dokumen terkait

Kriteria matang panen yang dilakukan di perusahaan masih ada yang tidak sesuai dengan Standar Operasional Perusahaan, yaitu pemanen ada yang melakukan pemanenan buah kelapa

1) Telah dapat dibuat prototype integrasi data morbiditas pasien rawat jalan puskesmas, dengan simulasi pengiriman data menggunakan crontab. 2) Perancangan data

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa suhu air yang paling baik bagi sintasan dan pertumbuhan benih ikan betutu yang dipelihara dengan sistem resirkulasi adalah kondisi suhu

[r]

The CASCADE-IMEI study (Computer Assisted Curriculum Analysis, Design and Evaluation for Innovation in Mathematics Education in Indonesia) focuses on the development

[r]

Manfaat yang diperoleh daripenetapan kadar glukosa dan sukrosa pada madu adalah agar dapat mengetahui bahwa madu hutan dan madu sachet yang dipasarkan memenuhi persyaratan kadar

Hero Supermarket sebagai perusahaan retail, saat ini cukup bersaing ketat dengan perusahaan lain sehingga penulis ingin mengetahui bagaimana tingkat kepuasan konsumen pada segi