• Tidak ada hasil yang ditemukan

Going Forward Program Studi S3 Kedokteran Gigi Militer RESEARCH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Going Forward Program Studi S3 Kedokteran Gigi Militer RESEARCH"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Going Forward

Program Studi S3

Kedokteran Gigi Militer

Penyiapan dokter gigi

dalam penanggulangan

bencana

Perawatan saluran

akar konvensional

pada pasien usia lanjut

Program Military Training

Assistance Bidang

Kedokteran Gigi di Jerman

Etik Mediko Legal Rumah

Sakit Gigi Dan Mulut

Perlukah??

HOT TOPIC

DENTAL CARE

RESEARCH

RESEARCH

I N F O R M A S I K E D O K T E R A N G I G I M I L I T E R

Edisi XI - November 2019

I S S N 2 4 6 0 - 9 0 8 0

I S S N 2 4 6 0 - 9 0 8 0

(2)

EDITORIAL

PENERBIT:

Salam Semangat,

Majalah Military Dentistry kali ini secara khusus merekam sebuah sejarah yaitu diresmikannya Pusat Studi Kedokteran Gigi Militer di Universitas Padjajaran, Bandung.

Pusdi Kedokteran Gigi Militer yang resmi dibuka pada 21 Agustus 2018 lalu, menjadi tonggak sejarah pendidikan lanjutan Dokgimil. Hasil kolaborasi dari berbagai pihak seperti FKG Universitas Padjadjaran, Pusat Kesehatan TNI, Ipadokgimil, dan PB PDGI.

Tentu kita harapkan akan banyak lahir penelitian-penelitian di bidang kedokteran gigi militer, melalui mereka yang kini tercatat sebagai peserta didik. Terus terang, kita masih jauh tertinggal dibandingkan negara lain yang sudah maju dalam ilmu kedokteran gigi militer.

Hadirnya PUSDI Kedokteran Gigi Militer ini menunjukkan bahwa kita semua sangat serius memajukan ilmu kedokteran gigi militer, sehingga bisa mengemban tugas prajurit TNI dengan baik.

Selain mengupas kehadiran Pusdi Dokgimil, bulan November 2019 kita juga dipercaya menjadi tuan rumah rumah International Military Dentisty Forum (IMDF) yang ke-2. Acara akan berlangsung di Solo, 15-16 November 2019.

IMDF tahun ini akan banyak membicarakan peran dokter gigi militer dalam bencana alam. IMDF bisa menjadi sarana aktualisasi dan sosialisasi Dokter Gigi TNI ke dalam dan luar negeri. Sudah barang tentu, para dokter gigi militer akan banyak mendapatkan pengalaman, pengetahuan dan penambahan jejaring sehingga dapat meningkatkan profesionalisme.

Maka tepat sekali jika tema Majalah Military Dentistry kali ini kita beri Judul, Going Formard Kedokteran Gigi Militer. Kita akan semakin baik di masa depan.

Selamat membaca.

drg. Ketut Triwanto, Sp. Ort

PENGARAH :

drg. R. Indra Primadya, MAP

SENIOR EDITOR :

drg. Liem Tjing Kiat

Prof. Dr. drg. Setyo Harnowo, Sp.BM (K), FICD, FICCDE

PENANGGUNGJAWAB :

drg. Riza Baharudin, Sp. Perio, MM

PEMIMPIN REDAKSI :

drg. Ketut Triwanto, Sp. Ort

EDITOR :

drg. Permata Kartika Dewi drg. Nurani Alimah

PRODUKSI DAN ARTISTIK :

drg. Krisnadi Setiawan, Sp. Pros

FOTOGRAFER :

Suratmin

MARKETING :

drg. Cut Yulian Fitriani

SEKRETARIS :

drg. Snataka Pribadi, SP. KG

DISTRIBUSI :

M. Amin Mudhar, SKM

ALAMAT REDAKSI:

Jalan Farmasi No. 1, Bendungan Hilir Jakarta Pusat

Telp. (021) 5733026 ext 473 Fax. (021) 5732701

Web : www.rsgmladokgirem.com

(3)

48 military dentistry edisi xi - 2019

DENTIST STORY

military dentistry edisi xi - 2019 49

P

ersatuan Dokter Gigi Indonesia

(PDGI) pun langsung 'pasang badan' untuk membela hak-hak Romi. Dukungan itu diberikan karena dalam kasus drg Romi, PDGI melihat

Perjuangan drg Romi Mendapatkan Keadilan

Beberapa waktu lalu, berita tentang drg. Romi Syofpa Ismael sempat menghiasi halaman media ternama. Kasus drg. Romi ini menjadi viral karena mengusik rasa keadilan masyarakat. Meskipun meraih nilai tertinggi, drg. Romi gagal jadi PNS di Pemkab Solok Selatan, Sumbar, karena disabilitas.

ada diskriminasi. Hasil pemeriksaan PDGI Sumbar, terkuak ada sosok dokter gigi lainnya, yaitu drg Lili Suryani, yang menyebar info tidak benar dalam proses tes CPNS Pemkab Solok Selatan.

"Jadi kami dari Persatuan Dokter Gigi Indonesia memang sudah sejak dari awal mengawal kasus drg Romi yang mendampingi dan membantu kasus advokasi drg Romi. Kami melihat di sini memang ada suatu diskriminasi," kata perwakilan PDGI, drg Ahmad Syaukani, di Kemendagri, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, seperti dikutip dari detik. com, Rabu (31/7/2019).

26 military dentistry edisi xi - 2019

CASE REPORT

KasusSeorang pasien pria usia 62 tahun datang dengan keluhan sejak 1 minggu yang lalu gigi goyang dan bengkak pada gusi rahang bawah sehingga gigi tiruannya tidak bisa dipasang. Pada pemeriksaan klinis terdapat Á uktuasi pada lingual regio 41, 31, 32 dengan konsistensi kenyal dan terdapat fenomena bola

Penatalaksanaan Kerusakan Tulang Alveolar Akibat Abses Periodontal

Oleh : Mayor Laut (K) drg Puthut Kuncara Adi Sp Perio

Abses periodontal merupakan salah satu masalah dibidang periodonsia yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman karena adanya rasa sakit, ngilu, gigi terasa goyang, bila pasien menggunakan gigi tiruan maka gigi tiruan tidak bisa di insersi karena adanya abses pada daerah gingiva. Abses periodontal adalah infeksi purulen yang terlokalisir pada poket periodontal sehingga dapat menyebabkan kerusakan ligamen periodontal dan tulang alveolar. 1

pingpong. Pada pemeriksaan radiologis terdapat gambaran radiolusen berbatas jelas pada regio 41, 31, 32. Pasien mengaku memilki riwayat diabetes militus dan disiplin mengkonsumsi obat dialon 3X1, dan dalam keadaan terkontrol selama 1,5 tahun terakhir. Pada pemeriksaan laboratorium gula darah acak 140mg/dl.

military dentistry edisi xi - 2019 27 Gambar 1: Tampak daerah lingual sebelum perawatan

Gambar 2: Tampak daerah bukal sebelum perawatan

Gambar 3: Anastesi daerah bukal PenatalaksanaanPertama dilakukan pengambilan darah pasien sebanyak 10cc, kemudian darah disentrifuse dengan kecepatan 5000 Rpm selama 5 Menit untuk mendapatkan PRF (Platelet rich À brin). Dilakukan tindakan asepsis dengan bethadine, anastesi inÀ ltrasi pada mukobukal fold 42413132 dan inÀ ltrasi pd lingual 42413132 ulasi vaselin pada bibir pasien. Insisi sulkular dilakukan menggunakan blade no 15c dengan tehnik full thickness pada sulkus bagian bukal gigi 42413132. Pisahkan jaringan lunak dan jaringan keras dengan tehnik undisplaced Á ap menggunakan PPAEL 1 pada daerah bukal Jika defek tulang sudah terlihat dilakukan skeling dan root planing, buang jaringan granulasi dan haluskan tulang. lalu irigasi daerah operasi dengan larutan salin hingga bersih. Aplikasikan bone graft yang sudah dicampur PRF ke defek tulang tekan hingga terasa padat lalu tutup defek dengan membran, tarik gingiva dengan pinset letakkan kembali seperti posisi awal dari gingiva jahit menggunakan benang blue nylon ukuran 5,0 dengan tehnik vertikal matras supaya gingiva menutup rapat.

Gambar 4: Insisi sulcular 30 military dentistry edisi xi - 2019

CASE REPORT

Laporan KasusSeorang pasien laki-laki, Polantas, usia 29 tahun, datang dengan keluhan gigi depan atas patah dan goyang, serta luka laserasi pada bibir karena kecelakaan lalulintas sehari sebelumnya. Pasien telah berobat ke bagian Bedah

ENDODONTIK IMPLANT, KONSEP KONSERVASI GIGI KLASIK YANG DAPAT DIAPLIKASI DI BIDANG KEDOKTERAN GIGI MILITER

OLEH : Opik Taofik Hidayat Staf pengajar Departemen Konservasi Gigi FKG Unpad Mahasiswa Program S3 Kedokteran Gigi Militer FKG Unpad

Mulut RSHS, dan menginginkan giginya diperbaiki secepatnya.

Pemeriksaan subjektif pasien mengeluhkan gigi depannya yang patah, goyang dan rasa sakit berdenyut. Setelah minum obat antibiotik dan anti sakit, keluhan rasa sakitnya berkurang.

military dentistry edisi xi - 2019 31 TAHAPAN PERAWATANKunjungan Pertama tanggal 30-9-2008

Dilakukan anestesi inÀ ltrasi dengan Xylestesin 2% pada mukosa labial regio gigi #11,21. Dilakukan scaling dan proÀ laksis pada gigi anterior atas. Dilakukan preparasi untuk restorasi adhesif klas IV pada gigi 11,21 kemudian kavitas direstorasi denganncomposite Z350 warna A2. Pasien dirujuk untuk pemeriksaan dental Xray foto11,21 dan diminta untuk kembali seminggu kemudian. Pada pemeriksaan klinis menunjukkan di bagian mesio insisal gigi 11 dan disto insisal 21terdapat fraktur oblique melibatkan enamel dan dentin. Tes perkusi memberi respon positif, palpasi positif dan kegoyangan grade II. Dari hasil pemeriksaan radiograÀ s terlihat ada garis fraktur horisontal pada sepertiga koronal akar gigi 11,21. Diagnosis gigi 11,21 adalah fraktur ec trauma. Prognosis perawatan sedang, karena gambaran fraktur terjadi pada sepepertiga koronal akar.

Secara umum pasien sangat khawatir akan kehilangan giginya dan ia menginginkan giginya secepatnya diperbaiki. Setelah menganalisa kondisi klinis dan gambaran radiologisnya, dikemukakan pilihan perawatan yang bisa dilakukan untuk kondisi giginya.Pilihannya adalah adalah pencabutan dan pembuatan protesa lepasan, pencabutan dan pembuatan protesa cekat, pencabutan dan pembuatan dental implant, dan terakhir reseksi akar dan pemasangan implant endodontik. Pasien meminta giginya untuk tidak dicabut.

Rencana perawatan adalah reseksi fragmen apikal akar dan pemasangan implant endodontik dan bonegraft pada gigi 11,21. Restorasi pasca perawatan direncanakan restorasi direct composite.

Gambaran radiologi preoperatif

Kunjungan Kedua tanggal 6-10-2008

Pada kunjungan kedua, dari pemeriksaan radiologis menunjukan adanya gambaran radiolusens horisontal di daerah sepertiga koronal akar gigi 11,21. Luka pada jaringan mukoza bibir telah membaik. Terdapat pembengkakan pada mukosa labial regio 11 dan 21 berjarak sekitar 6mm dari tepi servikal gingiva. Pada gigi 11 dan 21 dilakukan preparasi saluran akar dengan jarum Protaper sampai F5 dengan panjang 23 mm. Saluran akar diirigasi dengan NaOCl dan Chlorhexidin, kemudian dikeringkan

20 military dentistry edisi xi - 2019

DENTAL CARE

military dentistry edisi xi - 2019 21

D

i dalam bidang endodontik,

perawatan saluran akar pada pasien usia lanjut relatif lebih sulit dibandingkan pada pasien muda meskipun prosedurnya tidak berbeda. Hal ini disebabkan karena keterbatasan À sik pasien usia lanjut yang membatasi lama kunjungan dan terjadi perubahan anatomis pada dentin pulp complex.

Perawatan saluran akar pada pasien usia lanjut secara umum sama dengan perawatan saluran akar pasien dewasa, namun secara teknis terdapat beberapa kesulitan dalam prosedur perawatannya. Kesulitan ini disebabkan antara lain karena perubahan À siologis serta

patologis di dalam ruang pulpa dan saluran akar akibat proses degeneratif dan penuaan, juga terjadi perubahan pada kompleks dentin pulpa lansia yang menyebabkan prosedur perawatan saluran akar menjadi lebih rumit.

Kesukaran dalam perawatan pasien usia lanjut umumnya adalah mengecilnya ruang pulpa, terutama kamar pulpa yang akan mempersulit dalam mencari oriÀ s saluran akar. Keterbatasan À sik pasien selama prosedur perawatan yaitu pasien mudah lelah ketika membuka mulut yang lama. Posisi dan kenyamanan di kursi gigi juga harus diperhatikan selama perawatan. PERAWATAN SALURAN AKAR KONVENSIONAL PADA PASIEN USIA LANJUT Oleh : drg Andy Shantyo Prabowo, SpKG Kadepmatkes Ladokgi RE Martadinata Perawatan saluran akar atau perawatan endodontik adalah salah satu perawatan kesehatan gigi yang bertujuan untuk mempertahankan gigi agar dapat berfungsi kembali secara optimal.

HOT TOPIC

Going Forward Program Studi

S3 Kedokteran Gigi Militer

HOT TOPIC

Penyiapan Dokter Gigi dalam Penanggulangan Bencana

PROFILE

Prof. Dr. H. Suhardjo Sitam, drg., MS., SpRKG (K) Guru Besar Ilmu Radiologi Kedokteran Gigi Pertama di Indonesiaa

DENTAL CARE

Perawatan Saluran Akar Konvensional Pada Pasien Usia Lanjut

CASE REPORT

Penatalaksanaan Kerusakan Tulang Alveolar Akibat Abses Periodontal

CASE REPORT

Endodontik Implant, Konsep Konservasi Gigi Klasik Yang Dapat Diaplikasi di Bidang Kedokteran Gigi Militer

EVENT

Section Defense Forces Dental Service San Fransisco, 2019 2nd International Military Dentisty Forum (IMDF) Ajang Berbagi Ilmu dan Pengalaman Dokter Gigi Militer HUT Ke-55 Ladokgi R.E Martadinata Optimalisasi Pelayanan Prima dan Sepenuh Hati

RESEARCH

Program Military Training Assistance Bidang Kedokteran Gigi di Jerman

DENTIST STORY

Perjuangan drg Romi Mendapatkan Keadilan

03

04

05

06

12

16

20

26

30

36

38

40

42

48

Editorial Daftar Isi Cover Story

MILITARY DENTISTRY EDISI XI - November 2019

DAFTAR ISI

12 military dentistry edisi xi - 2019

HOT TOPIC

Penyiapan Dokter Gigi dalam

Penanggulangan Bencana

Oleh : Laksamana Pertama TNI drg. Indra Primadya, M.A.P

Undang-undang Dasar 1945, pasal 28H mengamanahkan setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Diatur dalam Undang-undang No 36 tentang Kesehatan, pasal 48 yang menyatakan bahwa penyelenggaraan upaya kesehatan dilaksanakan melalui antara lain pelayanan kesehatan kesehatan pada bencana.

military dentistry edisi xi - 2019 13

Secara khusus, Undang-undang Nomer 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana menyatakan pemerintah menetapkan kebijakan penanggunalan bencana. Indonesia adalah negara yang rawan bencana, mulai dari gunung meletus, gempa bumi, banjir, tsunami, hingga tanah longsor. Bencana alam dengan korban jiwa yang massal membutuhkan indentiÀ kasi korban.

Kemenkes telah membuat kebijakan bersama Kapolri yang tertuang dalam Keputusan Kemenkes No 1126/ Menkes/SKB/IX/1999 dan No Pol: Kep/02/1999. Isinya tentang pedoman penatalaksanaan identiÀ kasi korban mati pada bencana massal.

Tenaga kesehatan militer diperlukan dalam identiÀ kasi korban

jiwa dalam bencana massal. Oleh karena itu dukungan kesehatan untuk mempersiapkan prajurit TNI agar tetap sehat dan dalam keadaan siap dalam menjalankan operasi militer merupakan hal yang tidak bisa ditawar.

Suatu malapetakan yang menyebabkan korban massal baik korban hidup maupun korban mati suatu saat akan terjadi. Maka yang perlu diupayakan adalah mempersiapkan kemampuan dalam menghadapinya.

Dibutuhkan dokter gigi yang mampu menghadapi tantangan, dengan menyiapkan dokter gigi untuk identiÀ kasi korban, baik dalam OMP maupun OMSP. Hal-hal yang harus diperhatikan bagi tenaga dokter gigi dalam menghadapi bencana massal adalah, persiapan pra kejadian dan saat kejadian.

Persiapan pra kejadian berupa kesiapsiagaan dengan pelatihan yang berkesinambungan. Dengan begitu, saat terjadi bencana, prajurit TNI sudah siap siaga dan terlatih.

Pada saat kejadian, seluruh korps harus berada dalam satu koordinasi dan bisa berkomunikasi dalam operasi penyelamatan, penatalaksanaan korban hidup, dan penatalaksanaan korban mati.

16 military dentistry edisi xi - 2019

PROFILE

Dunia pendidikan kedokteran gigi terus berkembang. Beragam ilmu baru ditemukan. Salah satunya ilmu radiologi kedokteran gigi. Menyebutnya tak bisa lepas dari nama Prof. Dr. H.. Suhadjo Sitam, drg., MS., SpRKG (K), sang penggagas. Prof. Dr. H. Suhardjo Sitam, drg., MS., SpRKG(K)

Guru Besar Ilmu Radiologi Kedokteran Gigi Pertama di Indonesia

military dentistry edisi xi - 2019 17 Menamatkan pendidikan kedokteran gigi umum tahun 1976. Setahun kemudian melaksanakan tugas wajib militer selama 1977-1980. Sejak tahun 1981 hingga saat ini menjadi staf pengajar radiologi kedokteran gigi FKG Unpad. Radiologi kedokteran gigi yang memikat hatiPenugasan di bidang radiologi kedokteran gigi dari pihak fakultas, membawa Prof Hardjo mendalami lebih jauh bidang radiologi yang akhirnya membuatnya jatuh hati. Hingga mengabdikan dirinya pada bidang ilmu yang mengantarnya meraih gelar Guru Besar ini.

Awalnya sangat tidak mudah mengembangkan bidang ini, salah satu tantangan justru datang dari para sejawat sendiri yang meragukan bahkan mentertawakan idenya mengembangkan ilmu radiologi kedokteran gigi. Kendati demikian, sebagai orang yang memegang teguh prinsip, Prof Hardjo tak gentar. Dengan keyakinannya ia terus bekerja dalam senyap, menenggelamkan dirinya dalam riset, hingga membuahkan hasil seperti saat ini. Mematahkan stigma negative yang memandang sebelah mata pada upayanya mengembangkan radiologi kedokteran gigi. Sebagai dokter yang berlatarbelakang militer, komitmen dan dedikasinya pada profesi begitu tinggi. Tahun 2007, suami dari drg. Endang Sukartini, SpKG(K) ini menjadi Guru Besar pertama di bidang radiologi kedokteran gigi di Indonesia. Perjalanan karier hingga menjadi seorang Guru Besar sangatlah dinamis. Radiologi kedokteran gigi saat itu merupakan sebuah ilmu baru. Sebuah proses yang tidak mudah, banyak halangan dan ritangan, namun juga

Sosoknya yang santun dan bersahaja, membuat Prof. Dr. H. Suhardjo Sitam, drg., MS., SpRKG begitu disegani oleh para sejawat. Kepakarannya dalam ilmu radiologi kedokteran gigi tak perlu diragukan lagi. Pakar kelahiran Surakarta 15 September 1951 ini merupakan peletak dasar Divisi Radiologi Kedokteran Gigi FKG Universitas Padjajaran, Bandung. Menempuh pendidikan di SMP 1 Bandung dan SMAN 2 Bandung, lanjut ke FKG Universitas Padjajaran tahun 1970. Sebelumnya tinggal di Padang, namun karena ayahnya seorang TNI AU dan dipindahtugaskan ke Bandung, maka keluarganya pun ikut pindah ke Kota Kembang ini. Semasa bertugas di Bandung, sang ayah ikut berkontribusi dan berperan penting dalam membangun Bandara Hussein Sastranegara.

Menjadi seorang dentis merupakan cita-citanya sejak kecil, karena sering sakit gigi dan jadi pelanggan setia dokter gigi yang tak jauh dari rumahnya.

6 military dentistry edisi xi - 2019

HOT TOPIC

military dentistry edisi xi - 2019 7 Mengikuti perkembangan zaman, ilmu pengetahuan pun bergerak dinamis. Termasuk ilmu kedokteran gigi militer yang kini semakin berkembang. Salah satunya melalui lembaga pendidikan tinggi formal.

Going Forward Program Studi S3 Kedokteran Gigi Militer

R

esmi dibuka pada 21 Agustus 2018 lalu, Pusat Studi Kedokteran Gigi Militer (Pusdi Dokgimil) menjadi tonggak sejarah pendidikan lanjutan Dokgimil. Hasil kolaborasi dari berbagai pihak seperti FKG Universitas Padjadjaran, Pusat Kesehatan TNI, Ipadokgimil, dan PB PDGI. Upaya ini sebagai tindak lanjut dari terbentuknya Ikatan Peminatan Kedokteran Gigi Militer (Ipadokgimil) sebagai wadah bersatunya kedokteran gigi militer di tiga matra, yaitu AD, AL, dan AU pada tahun 2014 lalu bertepatan dengan kongres PDGI ke 25, tahun 2014 di Pontianak, Kalimantan Barat. Melalui surat pengesahan Ipadokgimil sebagai cabang ilmu peminatan oleh Kolegium Kedokteran Gigi.

Berawal dari organisasi berlanjut ke Program Studi

Ipadokgimil dibentuk dengan tujuan untuk lebih mengembangkan peran military dentistry di masa mendatang. Baik meliputi pengetahuan, dan keterampilan para dokter gigi TNI, serta dokter gigi dari instansi pemerintah dan swasta lain dalam penanganan kasus-kasus kesehatan gigi dan mulut sesuai dengan

COVER STORY

R

esmi dibuka pada 21

Agustus 2018 lalu, Pusat Studi Kedokteran Gigi Militer (Pusdi Dokgimil) menjadi tonggak sejarah pendidikan lanjutan Dokgimil. Hasil kolaborasi dari berbagai pihak seperti FKG Universitas Padjadjaran, Pusat Kesehatan TNI, Ipadokgimil, dan PB PDGI. Lahirnya Pusdi Kedokteran Gigi Militer ini tidak bisa dipisahkan dari organisasi keseminatan Ipadokgimil. Ipadokgimil dibentuk dengan tujuan untuk lebih mengembangkan peran kedokteran gigi militer di Indonesia di masa mendatang.

Pusdi Dokgimil FKG Unpad dan Ipadokgimil bersinergi dan saling mengisi terkait persiapan sarana penelitian dan pendidikan yang menjadi tanggung jawab keduanya.

Kegiatan Pusdi Dokgimil dalam waktu dekat melakukan kajian-kajian ilmiah melalui penelitian bersama untuk kepentingan skripsi (S1), penelitian Dokter Gigi Spesialis (Sp1), penelitian Pasca Sarjana S2 dan S3 dalam bidang ilmu Dokgimil.

Visi Pusdi Dokgimil adalah menjadi Pusdi Dokgimil yang unggul berbasis riset dan berwawasan global, menjadi pusat pengembangan ilmu dan produk Dokgimil yang menunjang kemandirian bangsa. Selain menjadi pusat penelitian, Pusdi Dokgimil juga bertekad menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat berupa penyuluhan dan pendampingan.

Proses panjang pembentukan Pusat Studi Kedokteran Gigi Militer (Pusdi Dok-gimil) melibatkan banyak pihak. Kerja sama lintas matra dan lintas lembaga ini membuahkan hasil, setelah 4 tahun usia organisasi utamanya yaitu Ikatan Pemina-tan Kedokteran Gigi Militer (Ipadokgimil) terbentuk lebih dulu, tepatnya pada hari Kamis, 29 Mei 2014 pada kongres PDGI XXV di Pontianak, Kalimantan Barat.

Perjalanan Panjang

Lahirnya Pusdi Dokgimil

        E$,#+#

        E$,#+#

Going Forward Program Studi S3 Kedokteran Gigi Militer

(4)

HOT TOPIC

Mengikuti perkembangan zaman, ilmu pengetahuan pun bergerak

dinamis. Termasuk ilmu kedokteran gigi militer yang kini semakin

berkembang. Salah satunya melalui lembaga pendidikan tinggi formal.

Going Forward

Program Studi

S3 Kedokteran Gigi Militer

R

esmi dibuka pada 21

Agustus 2018 lalu, Pusat Studi Kedokteran Gigi Militer (Pusdi Dokgimil) menjadi tonggak sejarah pendidikan lanjutan Dokgimil. Hasil kolaborasi dari berbagai pihak seperti FKG Universitas Padjadjaran, Pusat Kesehatan TNI, Ipadokgimil, dan PB PDGI. Upaya ini sebagai tindak lanjut dari terbentuknya Ikatan Peminatan Kedokteran Gigi Militer (Ipadokgimil) sebagai wadah bersatunya kedokteran gigi militer di tiga matra, yaitu AD, AL, dan AU pada tahun 2014 lalu bertepatan dengan kongres PDGI ke 25, tahun 2014 di Pontianak, Kalimantan Barat. Melalui surat pengesahan Ipadokgimil sebagai cabang ilmu peminatan oleh Kolegium Kedokteran Gigi.

Berawal dari organisasi

berlanjut ke Program Studi

Ipadokgimil dibentuk dengan tujuan untuk lebih mengembangkan peran military dentistry di masa mendatang. Baik meliputi pengetahuan, dan keterampilan para dokter gigi TNI, serta dokter gigi dari instansi pemerintah dan swasta lain dalam penanganan kasus-kasus kesehatan gigi dan mulut sesuai dengan

(5)

tiga. Semua itu dapat diaplikasikan dalam kegiatan perawatan kesehatan gigi dan mulut baik selama masa perang, masa damai, dan tanggap darurat. Selain itu pengembangan obat-obatan gigi dan pengembangann peralatan kesehatan gigi untuk kebutuhan yang lebih praktis, ekonomis, dan menjawab kebutuhan di lapangan.

Pusdi Dokgimil FKG Unpad dan Ipadokgimil bersinergi dan saling mengisi terkait persiapan sarana penelitian dan pendidikan yang menjadi tanggung jawab keduanya. Kegiatan Pusdi Dokgimil dalam waktu dekat melakukan kajian-kajian ilmiah melalui penelitian bersama untuk kepentingan skripsi (S1), penelitian Dokter Gigi Spesialis (Sp1), penelitian Pasca Sarjana S2 dan S3 dalam bidang ilmu Dokgimil.

Berdiri atas visi menjadi Pusdi Dokgimil yang unggul berbasis riset dan berwawasan global, menjadi pusat pengembangan ilmu dan produk Dokgimil yang menunjang kemandirian bangsa. Selain menjadi pusat penelitian, Pusdi Dokgimil juga bertekad menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat berupa penyuluhan dan pendampingan.

Sebagai bentuk kolaborasi dari Pusdi Ilmu Kedokteran Gigi FKG Unpad dan Ipadokgimil, semua pendidikan dan pelitian melibatkan seluruh staf pengajar yang ada pada tiap-tiap departemen di lingkungan FGK Unpad.

Proses panjang pembentukan Pusat Studi Kedokteran Gigi Militer (Pusdi Dokgimil) melibatkan banyak pihak. Kerja sama lintas matra dan lintas lembaga ini membuahkan hasil, setelah 4 tahun usia organisasi utamanya yaitu Ikatan Peminatan Kedokteran Gigi Militer (Ipadokgimil) terbentuk lebih dulu, tepatnya pada hari Kamis, 29 Mei 2014 pada kongres PDGI XXV di Pontianak, Kalimantan Barat.

Jalan menuju Pendidikan

Doktoral

Guna melengkapi ikhtiar yang sudah ada sebelumnya, sebuah terobosan terbaru kini hadir dengan terbentuknya Program Studi S3 Kedokteran Gigi Militer (Prodi S3 Dokgimil). Masih bertempat di Universitas Padjajaran, Prodi S3 Dokgimil ini merupakan upaya lanjutan pengembangan ilmu kedokteran gigi militer yang berbasis science, penelitian-penelitian ilmiah, juga ruang diskusi yang terbuka lebar guna menggali pemikiran dan inovasi-inovasi lanjutan di bidang kedokteran gigi militer.

“Bagaimana mengembangkan ilmu kedokteran gigi militer yang masih perlu terus digali. Prodi S3 menjadi wadah paling tepat untuk menggali secara keilmuwan dengan disandarkan pada institusi pendidikan sekelas Universitas Padjajaran ini diharapkan akan muncul kajian-kajian ilmiah, diskusi-diskusi berkualitas, penggalian ilmu jauh lebih dalam dan komprehensif,” papar Letkol Laut (K) drg. Ketut Triwanto, Sp.Ort.

Menurutnya, Prodi S3 ini terbuka untuk semua bidang spesialis kedokteran gigi yang ada. Juga berlaku untuk semua background, baik tentara maupun sipil.

(6)

Langkah awal ini diikuti oleh 8 orang yang tercatat sebagai peserta didik di Program S3 Ilmu Kedokteran Gigi Militer ini. Dari 8 mahasiswa tersebut, 7 orang di antaranya berasal dari tiga matra (TNI AL, AD, dan AU), dan 1 orang dari sipil. Staf pengajarnya terdiri atas 8 orang dari Kemenhan dan 1 dari Unpad.

Di luar itu, sebenarnya banyak sekali peminat yang ingin mengikuti Prodi S3 ini, hanya saja kuota terbatas. Yang pasti pendidikan ini terbuka bagi semua spesialis kedokteran gigi.

Berawal dari makalah Guru

Besar

Proses panjang pembentukan Prodi S3 Dokgimil ini, salah satunya ditandai dengan kontribusi Prof. Dr. H. Suhardjo Sitam, drg., MS., SpRKG, yang membuat sebuah makalah tentang pengembangan kedokteran gigi militer tahun 2017.

Buku yang dimaksud sebagai sumbangsih Guru Besar untuk kemajuan Unpad ini, ditulis oleh Prof Hardjo yang merupakan dosen dengan latar belakang militer. Bagi Guru Besar Ilmu Radiologi pertama di Indonesia ini, sekalipun sudah pensiun, dunia militer tetap menjadi bagian yang lekat dalam hidupnya.

Ketika mengajukan makalah ini, dirinya ditantang oleh sang rektor untuk membuat Prodi S3. Tantangan tersebut disambutnya. Proses selanjutnya dimulai, di antaranya melakukan audiensi dengan Kapuskes hingga ke Kemenhan. Respons positif dari berbagai institusi merupakan motivasi tersendiri yang menambah semangat proses pembentukan Prodi S3 ini.

Dua tahun berselang, tepatnya bulan Agustus 2019 Prodi S3 Dokgimil resmi dibuka

Lebih rinci, Prof Hardjo menjelaskan, target jangka pendek dari Prodi S3 ini adalah menghasilkan para ilmuwan (Doktor) dibidang ilmu kedokteran gigi militer. Sementara itu target jangka panjangnya menjadikan ilmu kedokteran gigi militer sebagai suatu pendidikan profesional di perguruan tinggi di tingkat Nasional maupun Internasional.

“Strategi mengembangkan peminatan (konsentrasi) ilmu kedokteran

gigi militer adalah memahami fi lsafat ilmu kedokteran gigi militer itu sendiri, lalu disosialisasikan kepada para ilmuan kedokteran gigi di tingkat Fakultas dan tingkat Universitas. Dengan begitu eksistensi peminatan ilmu kedokteran gigi militer menjadi suatu cabang ilmu dalam kedokteran gigi bisa tercapai,” pungkasnya.

di FKG Universitas Padjajaran. Beruntung Unpad memiliki Guru Besar sekaliber Prof Hardjo, yang memperjuangkan terbentuknya Prodi S3 Dokgimil.

Bagi Prof Hardjo, misi yang dimiliki dalam mengembangkan Prodi S3 ini adalah untuk melengkapi dan menyempurnakan ilmu pengetahuan kedokteran gigi yang telah ada sekarang. Dan misinya menyelenggarakan Prodi S3 dalam peminatan Ilmu Kedokteran Gigi Militer (Ipadokgimil), sesuai Tri Darma Perguruan Tinggi yang meliputi : pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

“Tantangan terberatnya adalah memberikan pemahaman kepada para akademisi kedokteran gigi, bahwa ilmu kedokteran gigi militer adalah bagian dari ilmu pengetahuan kedokteran gigi yang telah ada,” ujarnya kepada Militery Dentistry.

Untuk meyakinkan sejawat di Institusi Pendidikan adalah dengan mengadakan presentasi di depan Senat Akademik bahwa Ilmu pengetahuan kedokteran gigi yang ada sekarang belum lengkap dan belum sempurna, terbukti dengan lahirnya Ipadokgimil dalam Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI).

(7)

HOT TOPIC

Penyiapan Dokter Gigi dalam

Penanggulangan Bencana

Oleh : Laksamana Pertama TNI drg. Indra Primadya, M.A.P

Undang-undang Dasar 1945, pasal 28H mengamanahkan setiap orang

berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Diatur dalam

Undang-undang No 36 tentang Kesehatan, pasal 48 yang menyatakan bahwa

penyelenggaraan upaya kesehatan dilaksanakan melalui antara lain

pelayanan kesehatan kesehatan pada bencana.

S

ecara khusus, Undang-undang Nomer 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana menyatakan pemerintah menetapkan kebijakan penanggunalan bencana.

Indonesia adalah negara yang rawan bencana, mulai dari gunung meletus, gempa bumi, banjir, tsunami, hingga tanah longsor. Bencana alam dengan korban jiwa yang massal membutuhkan indentifi kasi korban.

Kemenkes telah membuat kebijakan bersama Kapolri yang tertuang dalam Keputusan Kemenkes No 1126/ Menkes/SKB/IX/1999 dan No Pol: Kep/02/1999. Isinya tentang pedoman penatalaksanaan identifi kasi korban mati pada bencana massal.

Tenaga kesehatan militer diperlukan dalam identifi kasi korban

jiwa dalam bencana massal. Oleh karena itu dukungan kesehatan untuk mempersiapkan prajurit TNI agar tetap sehat dan dalam keadaan siap dalam menjalankan operasi militer merupakan hal yang tidak bisa ditawar.

Suatu malapetakan yang menyebabkan korban massal baik korban hidup maupun korban mati suatu saat akan terjadi. Maka yang perlu diupayakan adalah mempersiapkan kemampuan dalam menghadapinya.

Dibutuhkan dokter gigi yang mampu menghadapi tantangan, dengan menyiapkan dokter gigi untuk identifi kasi korban, baik dalam OMP maupun OMSP. Hal-hal yang harus diperhatikan bagi tenaga dokter gigi dalam menghadapi bencana massal adalah, persiapan pra kejadian dan saat kejadian.

Persiapan pra kejadian berupa kesiapsiagaan dengan pelatihan yang berkesinambungan. Dengan begitu, saat terjadi bencana, prajurit TNI sudah siap siaga dan terlatih.

Pada saat kejadian, seluruh korps harus berada dalam satu koordinasi dan bisa berkomunikasi dalam operasi penyelamatan, penatalaksanaan korban hidup, dan penatalaksanaan korban mati.

(8)

Gigi Bisa Menjadi Sarana

Identidikasi Korban

kelengkapan data antemortem sangat membantu keberhasilan identifi kasi. Metode data antemortem terdiri dari pecatatan/odontogram, pencetakan gigi/model, foto paniramik, digital, dan periapical, dan scanner.

Rekan odontogram memiliki manfaat sebagai instrumen bantu untuk menentukan atau mengidentifi kasi korban mati pada bencana massal (Disaster Victim Identifi cation)

Rekam odontogram digunakan sebagai data pra kejadian (Antemorte DVI) maupun sebagai data saat kejadian (Postmortem DVI).

Data rekan odontogram terdiri dari:

a. Tanggal pemeriksaan untuk odontogram

b. Gambar denah gigi (odontogram) c. Hubungan oklusi

d. Ada tidaknya Torus Palatinus, Torus mandibularis.

e. Type langit-langit mulut (palatum) dalam/sedang/rendah.

f. Ada tidaknya gigi berlebih (supernumerary)

g. Ada tidaknya Diastema sentral. h. Adakah anomalo atau ciri-ciri lainnya

Masalah Rekam

Odontogram

Saat ini belum semua fasilitas kesehatan menggunakan rekam odontogram. Dokter gigi maupun dokter gigi spesialis menggunakan dara rekam medik dengan metode lain. Masih kurangnya sosialisasi juga menjadi halangan.

Memang dalam metode dan proses identifi kasi, data odontogram bukan satu-satunya data yang bisa digunakan untuk identifi kasi jenazah. Data primer untuk identifi kasi adalah sidik jari selama kondisi jarinya masih utuh. Bila sudah rusak barulah digunakan data gigi, dengan menggunakan forensik odontologi. Di sinilah data odontogram berperan.

Data entemortem gigi geligi harus mencakup data tentang nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, tanggal perawatan

TNI AL, Sprin Dirkesal No. Sprin/005/I/Ditkes tanggal 6 Januari 1987. Isinya berupa pengembangan kedokteran gigi forensik dalam rangka dukungan kesehatan ABRI/TNI AL.

Langkah kedua adalah dengan pengembangan ilmu atau sekolah forensik odontologi bagi dokter gigi TNI AL. Sebagai referensi adalah DVI Polri )dalam negeri) dan kemajuan forensik odontologi dari luar negeri misalnya Norwegia dan Australia.

Rencana kerja di Ladokgi RE Martadinata adalah pengambilan data gigi antemortem bagi prajurit TNI AL di seluruh Indonesia dalam Yankestu.

Setelah itu diikuti pembuatan sistem informasi data gigi antemortem bekerjasama dengan disinfolahtal. Ini merupakan sistem yang terintegrasi, di mana kodal di Ladokgi RE Martadinata. Langkah penting lainnya adalah pendirian Pusat Studi Dokgimil bekerjasama dengan FKG Unpad pada Mei 2018. Terobosan terbaru adalah pembukaan Prodi S3 Dokgimil di Universitas Padjadjaran pada September 2019.

Dengan semua langkah tersebut, pelan namun pasti, TNI Al akan lebih siap dalam menyiapkan dokter gigi untuk berbagai kondisi, terutama saat terjadi bencana massal.

atau penambalan, pencabutan dan lain-lain. Selain itu data pembuatan gigi tiruan, ortodonto, foto rontgen dan sebagainya. Sumber data ini dapat diperoleh dari klinik gigi rumah sakit, lembaga pendidikan, atau praktek pribadi dokter gigi atau dokter gigi spesialis.

Data postmortem gigi geligi dapat diperoleh dari pemeriksaan langsung pada jenazah antara lain bibir, pipi, gigi geligi. dan bagian yang dianggap perlu, rontgen gigi, dan pencetakan gigi jenazah. Data pendukung (sekunder) bisa dengan visual, properti dan data medik.

Upaya Pengembangan

Kedokteran Gigi Forensik

TNI AL

Rencana strategis sudah disusun berupa hasil Panja Dirkesal tentang Kelompok Studi Kedokteran Gigi di Ladokgi

Gbr 1. Penyimpanan odontogram data antemortem gigi. Gbr 2. Proses pengambilan data antemortem gigi personil Taifi b Pasmar I. Gbr 3. Pengambilan data antemortem gigi dengan kamera intraoral.

(9)

PROFILE

Dunia pendidikan kedokteran gigi terus berkembang. Beragam

ilmu baru ditemukan. Salah satunya ilmu radiologi kedokteran gigi.

Menyebutnya tak bisa lepas dari nama Prof. Dr. H.. Suhadjo Sitam,

drg., MS., SpRKG (K), sang penggagas.

Prof. Dr. H. Suhardjo Sitam, drg., MS., SpRKG(K)

Guru Besar Ilmu Radiologi

Kedokteran Gigi Pertama di

Indonesia

Menamatkan pendidikan kedokteran gigi umum tahun 1976. Setahun kemudian melaksanakan tugas wajib militer selama 1977-1980. Sejak tahun 1981 hingga saat ini menjadi staf pengajar radiologi kedokteran gigi FKG Unpad.

Radiologi kedokteran gigi

yang memikat hati

Penugasan di bidang radiologi kedokteran gigi dari pihak fakultas, membawa Prof Hardjo mendalami lebih jauh bidang radiologi yang akhirnya membuatnya jatuh hati. Hingga mengabdikan dirinya pada bidang ilmu yang mengantarnya meraih gelar Guru Besar ini.

Awalnya sangat tidak mudah mengembangkan bidang ini, salah satu tantangan justru datang dari para sejawat sendiri yang meragukan bahkan mentertawakan idenya mengembangkan ilmu radiologi kedokteran gigi. Kendati demikian, sebagai orang yang memegang teguh prinsip, Prof Hardjo tak gentar. Dengan keyakinannya ia terus bekerja dalam senyap, menenggelamkan dirinya dalam riset, hingga membuahkan hasil seperti saat ini. Mematahkan stigma negative yang memandang sebelah mata pada upayanya mengembangkan radiologi kedokteran gigi.

Sebagai dokter yang berlatarbelakang militer, komitmen dan dedikasinya pada profesi begitu tinggi. Tahun 2007, suami dari drg. Endang Sukartini, SpKG(K) ini menjadi Guru Besar pertama di bidang radiologi kedokteran gigi di Indonesia.

Perjalanan karier hingga menjadi seorang Guru Besar sangatlah dinamis. Radiologi kedokteran gigi saat itu merupakan sebuah ilmu baru. Sebuah proses yang tidak mudah, banyak halangan dan ritangan, namun juga

S

osoknya yang santun dan bersahaja, membuat Prof. Dr. H. Suhardjo Sitam, drg., MS., SpRKG begitu disegani oleh para sejawat. Kepakarannya dalam ilmu radiologi kedokteran gigi tak perlu diragukan lagi. Pakar kelahiran Surakarta 15 September 1951 ini merupakan peletak dasar Divisi Radiologi Kedokteran Gigi FKG Universitas Padjajaran, Bandung.

Menempuh pendidikan di SMP 1 Bandung dan SMAN 2 Bandung, lanjut ke FKG Universitas Padjajaran tahun 1970. Sebelumnya tinggal di Padang, namun karena ayahnya seorang TNI AU dan dipindahtugaskan ke Bandung, maka keluarganya pun ikut pindah ke Kota Kembang ini. Semasa bertugas di Bandung, sang ayah ikut berkontribusi dan berperan penting dalam membangun Bandara Hussein Sastranegara.

Menjadi seorang dentis merupakan cita-citanya sejak kecil, karena sering sakit gigi dan jadi pelanggan setia dokter gigi yang tak jauh dari rumahnya.

(10)

ada peluang dan tantangan yang membentang. Inilah yang membuat Prof Hardjo bersikukuh bahwa dunia radiologi kedokteran gigi harus maju, mengejar ketertinggalan dengan bidang spesialis lainnya. Kerja keras dan dedikasinya tak sia-sia, baik untuk diri sendiri maupun bidang ilmu yang begitu dicintainya.

Kini bidang radiologi kedokteran gigi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Tanpa mengabaikan peran pihak lainnya, tak dipungkiri perjuangan Prof Hardjo begitu berarti, tidak hanya di dalam negeri, melainkan juga di luar negeri. Sebab dirinya tak hanya berkutat di dalam negeri saja tetapi juga bergerak di level Asia bahkan dunia, yang sudah lebih dulu eksis radiologi kedokteran giginya.

Keluarga adalah segalanya

Tipe pekerja keras, dalam sehari bisa menyelesaikan lebih dari 10 pekerjaan. Ruang kerjanya tertata rapi. Jujur, memegang teguh prinsip. Pola hidupnya sehat, tidak merokok, rajin olahraga, bersepeda hobinya. Dan tipe family man, tidak bisa jauh dari keluarga. Baginya keluarga adalah segalanya. Inilah salah satu alasan Prof Hardjo mundur dari kedinasan sebagai tentara, karena pada saat yang sama, sang istri diterima menjadi dosen di Unpad. Keluarga ini harus pindah ke Bandung. Prof Hardjo mengalah, demi sang istri tercinta.

Setelah tak lagi menjadi tentara aktif, Prof Hardjo menjadi dosen. Ia pun melanjutkan pendidikan S2 dan S3 di Universitas Airlangga, Surabaya. Kemudian kembali ke FKG Unpad, mengabdikan diri pada almamaternya.

Kini dua jabatan diemban oleh pakar kelahiran Surakarta 15 September 1951 ini. Sebagai Kepala Pusat Studi Kedokteran Gigi Militer dan Kepala Divisi

Radiologi Kedokteran Gigi FKG Universitas Padjajaran, Bandung.

Tak henti menyempurnakan

mimpi

Sukses membesarkan divisi radiologi kedokteran gigi, ayah tiga anak ini ingin mengulang kesuksesan yang sama, kali ini berkeinginan mengembangkan kedokteran gigi militer. Jadilah Progam Studi Doktoral (S3) Dokgimil di Unversitas Padjajaran terbentuk.

“Dalam dunia kedokteran gigi, ilmunya belum lengkap, ada sebuah bidang yang namanya kedokteran gigi militer, memang secara pelajaran sama, tetapi dokgimil dihadapkan pada kondisi yang berbeda. Seperti, mengobati prajurit dalam kondisi yang tidak normal, alat yang serba terbatas, waktu yang singkat, dan sebagainya,” ujar Prof Hardjo.

Hal Inilah yang memotivasi dirinya untuk lebih mengembangkan ilmu kedokteran gigi militer melalui Pusdi S3 Dokgimil.

Ayah tiga anak ini berprinsip, “Tugas sebagai Ilmuwan harus dapat mengembangkan Ilmu pengetahuan kedokteran gigi pada umumnya dan ilmu pengetahuan radiologi kedokteran gigi pada khususnya.”

Tantangan sebagai radiologist kedokteran gigi adalah harus dapat memberi pemahaman kepada sejawat bahwa ilmu radiologi kedokteran gigi merupakan seni tersendiri. Tidak saja ahli membuat foto dan ahli membaca (meng-interpretasi) foto tetapi juga dapat mempertimbangkan tentang proteksi radiasi. Baik dari paparan radiasi di instalasi radiologi juga paparan radiasi yang berasal dari alam (natural radiation).

Di samping itu, tantangan manjadi seorang akademisi saat ini adalah

menyempurnakan dan melengkapi ilmu pengetahuan kedokteran gigi. “Bahwa ternyata ilmu pengetahuan kedokteran gigi yang kita pelajari di bangku kuliah itu belum sempurna atau belum lengkap. Hal ini ditandai dengan munculnya banyak fenomena ilmu baru seperti kedokteran gigi militer yang merupakan bagian dari ilmu pengetahuan kedokteran gigi pada umumnya.

Keinginan pakar yang hobi bersepeda ini, hanya satu yaitu terus menyempurnakan dan melengkapi ilmu pengetahuan kedokteran gigi.

Menurutnya untuk menjadi seorang dentist yang profesional, berintegritas dan mumpuni, modalitas yang harus dimiliki di antaranya: sehat, semangat, dan mempunyai motivasi ingin memajukan ilmu pengetahuan kedokteran gigi.

Pada para juniornya, Prof Hardjo berharap jangan pernah puas pada ilmu pengetahuan kedokteran gigi yang diperoleh di bangku kuliah. “Harus terus dikembangkan hingga benar-benar sempurna dan lengkap dengan cara melakukan penelitian-penelitian atau mengikuti program Pascasarjana S3 (Doktor) Ilmu Kedokteran Gigi,” pungkasnya tegas.

(11)

DENTAL CARE

D

i dalam bidang endodontik, perawatan saluran akar pada pasien usia lanjut relatif lebih sulit dibandingkan pada pasien muda meskipun prosedurnya tidak berbeda. Hal ini disebabkan karena keterbatasan fi sik pasien usia lanjut yang membatasi lama kunjungan dan terjadi perubahan anatomis pada dentin pulp complex.

Perawatan saluran akar pada pasien usia lanjut secara umum sama dengan perawatan saluran akar pasien dewasa, namun secara teknis terdapat beberapa kesulitan dalam prosedur perawatannya.

Kesulitan ini disebabkan antara lain karena perubahan fi siologis serta

patologis di dalam ruang pulpa dan saluran akar akibat proses degeneratif dan penuaan, juga terjadi perubahan pada kompleks dentin pulpa lansia yang menyebabkan prosedur perawatan saluran akar menjadi lebih rumit.

Kesukaran dalam perawatan pasien usia lanjut umumnya adalah mengecilnya ruang pulpa, terutama kamar pulpa yang akan mempersulit dalam mencari orifi s saluran akar. Keterbatasan fi sik pasien selama prosedur perawatan yaitu pasien mudah lelah ketika membuka mulut yang lama. Posisi dan kenyamanan di kursi gigi juga harus diperhatikan selama perawatan.

PERAWATAN SALURAN

AKAR KONVENSIONAL

PADA PASIEN USIA LANJUT

Oleh : drg Andy Shantyo Prabowo, SpKG

Kadepmatkes Ladokgi RE Martadinata

Perawatan saluran akar atau perawatan endodontik adalah salah satu

perawatan kesehatan gigi yang bertujuan untuk mempertahankan gigi

agar dapat berfungsi kembali secara optimal.

(12)

PERTIMBANGAN KLINIS

Hal yang harus diperhatikan selama perawatan adalah karena banyak pasien lansia dengan penyakit sistemik yang mengkonsumsi obat-obatan sistemik dalam jumlah banyak dengan dosis tinggi, maka sebaiknya dokter gigi berhati-hati bila hendak meresepkan obat tambahan.

Faktor-faktor penyulit lainnya adalah atap pulpa lebih pendek dan terletak mendekati dasar, saluran akar sempit. Atap pulpa umumnya terletak sangat dekat dengan dasar kamar pulpa, dan dokter gigi sering sudah menembus atap kamar pulpa tanpa disadari pada saat preparasi akses.

Pada saluran akar, deposit dentin banyak dijumpai dibagian koronal, sedangkan di bagian yang lebih ke apikal tetap lebar meskipun usia pasien sudah sangat lanjut. Pencarian saluran akar pada gigi lansia akan dipersulit oleh fi brosis pulpa yang akan menyebabkan obstruksi saluran akar.

Perawatan gigi pada pasien lanjut usia (lansia) berbeda dengan pasien dewasa. Hal ini berkaitan dengan perubahan fi siologis akibat proses penuaan, timbulnya penyakit atau masalah kesehatan, serta keterbatasan fi sik dan mental yang dialami oleh lansia.

Di dalam bidang endodontik sendiri, perawatan saluran akar (PSA) pada lansia dikategorikan sulit meskipun prosedurnya tidak berbeda dengan pasien dewasa. Di samping keterbatasan fi sik yang membatasi lama kunjungan, juga terjadi perubahan pada kompleks dentin-pulpa lansia yang menyebabkan prosedur PSA menjadi lebih rumit.

PEMBUKAAN KAMAR PULPA

Atap pulpa umunya terletak sangat dekat dengan dasar ruang pulpa, dan dokter gigi sering sudah menembus atap ruang pulpa tanpa disadari pada saat preparasi akses. Atap pulpa yang rendah bahkan seringkali kamar pulpa tidak ditemukan dan langsung menuju orifi s saluran akar.

Sering kali dokter gigi memerlukan alat bantu penglihatan, sehingga terlihat dengan jelas warna, tekstur dan traslusensi deposit mineral di kamar pulpa. Hasil foto Rontgen yang baik, pencahayaan yang baik, front surface mirror, bur akses endo dengan ujung tidak memotong kecepatan tinggi (EndoZ) yang tidak mencederai apalagi dapat menyebabkan perforasi dasar kamar pulpa, serta bur bulat bertangkai panjang adalah alat bantu lain yang sangat berguna.

Di saluran akar, deposit dentin banyak dijumpai di bagian koronal, sedangkan dibagian yang lebih ke apikal tetap lebar meskipun usia pasien sudah sangat lanjut. Artinya, meskipun saluran akar di bagian koronal tidak terlihat, tidak berarti saluran akar tidak dapat dijajagi. Hal ini harus diperhatikan oleh dokter gigi pada saat mencari saluran akar. Pencarian saluran akar pada gigi lansia akan dipersulit oleh fi brosis pulpa yang dapat menyebabkan obstruksi saluran akar.8

menggunakan bahan pelumas seperty ethylene diamine tetraacetic acid (EDTA). Patokannya adalah saat mencari titik yang dicurigai merupakan orifi s terasa lengket di ujung (sticking spot).

PREPARASI SALURAN AKAR

Preparasi saluran akar dilakukan dengan teknik crown down menggunakan ProTaper Rotary Instrumen. Teknik crown down memiliki beberapa keuntungan, karena diawali dengan pembesaran saluran akar bagian koronal, maka lebih banyak volume cairan irigasi yang dapat masuk ke dalam saluran akar ireguler pada tahap awal preparasi, sehingga dapat melarutkan jaringan lebih baik, dapat mengeluarkan debris jaringan ke arah koronal, sehingga mengurangi ekstrusi debris di apikal dan mengurangi sensitivitas post-operatif karena ekstrusi debris.

Instrumen ProTaper Rotary Instrument memiliki beberapa keuntungan dari sifat bahan dan keunggulan desainnya, diantaranya yakni elastis dan fl eksibel sehingga dapat mengikuti bentuk saluran akar, memiliki kemampuan menghilangkan debris lebih baik. Instrumen ini juga menjadikan perawatan saluran akar lebih mudah dan cepat sehingga mengurangi kelelahan pasien dan operator.

MENEMUKAN ORIFIS

Upaya mencari dan menemukan orifi s seringkali merupakan prosedur yang melelahkan dan membuat frustasi. Perawatan saluran akar sebaiknya tidak terlalu lama karena keterbatasan operator dalam mempertahankan konsentrasi serta kemampuan pasien menerima perawatn. Walaupun telah dialokasikan waktu yang rasional, tetapi bila orifi s masih belum ditemukan seluruhnya, ada baiknya perawatan dihentikan dan dilanjutkan pada kunjungan berikutnya. Seringkali saluran akar ditemukan dengan mudah pada kunjungan berikutnya.

Pada awal pencarian orifi s, untuk penjajakan digunakan fi le khusus yang lebih kaku (misal fi leC+) yang diistrumentasikan dengan gerakan watch winding dan dibantu dengan

(13)

DESINFEKSI SALURAN AKAR

Larutan irigasi yang dipakai NaOCl 2,5% karena memiliki efek antimikroba. Klorin yang terkandung dalam NaOCl dapat memutus rantai protein protein dan merusak aktivitas sintesis DNA bakteri serta dapat melarutkan serpihan dentin dan jaringan pulpa yang nekrotik. Kombinasi NaOCl dan EDTA 17% bertujuan untuk membersihkan sisa jaringan pulpa dan lapisan smear layer pada saluran akar terutama menghilangkan komponen anorganik.

Klorheksidin bersifat bakterisid berfungsi membunuh bakteri, bersifat kation bermuatan positif yang mampu berikatan dengan dinding bakteri yang permukaannya bermuatan negatif dan kemudian merusak permukaan dinding bakteri menjadi lisis Pemberian obat saluran akar antar kunjungan yang menjadi pilihan adalah penggunaan pasta kalsium hidroksid dengan berbagai kelebihannya antara lain efek bakterisid krn pengaruh pH yang tinggi dan kandungan kalsium yang merangsang penyembuhan jaringan periapikal.

PENGISIAN SALURAN AKAR

Pengisian saluran akar dengan bahan pengisi yang dilapisi dengan sealer endometason digunakan karena mengandung paraformaldehid dan kortikosteroid memiliki efek antimikroba dan anti infl amasi sehingga dapat mengurangi rasa nyeri post operatif. Pengisian saluran akar menggunakan gutapercha single cone dengan sealer endometason tidak membutuhkan gutaperca tambahan maupun kondensasi lateral, sehingga lebih sederhana dan cepat, bertujuan untuk memudahkan pengeluaran bahan pengisi saat dibutuhkan preparasi pasak fi ber.

Keberhasilan PSA jangka panjang tidak hanya tergantung kepada hasil perawatan saja, tetapi restorasi pasca PSA juga memegang peranan yang penting, karena kebocoran korona dapat menjadi penyebab kegagalan PSA. Dalam penentuan restorasi pasca PSA, perlu dipertimbangkan hal-hal seperti sisa jaringan gigi, posisi gigi dalam rongga mulut, kebutuhan estetik, dan beban oklusal yang diterima gigi tersebut 13.

RESTORASI PASCA ENDODONTIK

Kehilangan struktur jaringan gigi pasca perawatan saluran akar sangat bervariasi, dapat berupa kehilangan yang minimal karena preparasi akses atau kerusakan yang ekstensif sehingga ketahanan gigi sangat berkurang.

Pemilihan bahan dan teknik restorasi yang sesuai ditentukan oleh jumlah dan kesehatan struktur gigi yang tersisa. Jumlah dentin sehat yang tersisa berpengaruh besar terhadap prognosis jangka panjang, karena tidak ada bahan restorasi yang benar-benar dapat menggantikan dentin utuh.

KESIMPULAN DAN SARAN

Perawatan saluran akar pada pasien usia lanjut dapat berhasil, tetapi membutuhkan waktu yang lebih lama dan memerlukan perhatian karena memilliki pertimbangan klinis yang khas dibandingkan dengan perawatan saluran akar biasa.

Penatalaksanaan perawatan gigi pada usia lanjut berbeda dengan pasien muda. Hal ini berkaitan dengan perubahan fi siologis akibat proses degeneratif dan penuaan, timbulnya penyakit/masalah kesehatan, serta keterbatasan fi sik dan mental yang dialami oleh lansia. Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan gigi pada pasien lansia adalah:

1. Waktu perjanjian sebaiknya disesuaikan dengan keadaan fi sik dan mental pasien,

2. Posisi dan kenyamanan di kursi gigi harus diperhatikan selama perawatan, 3. Mata pasien sebaiknya dilindungi dari

intensitas cahaya lampu dental chair, 4. Jika pasien merasa kelelahan pada

rahang selama perawatan, sebaiknya perawatan segera diselesaikan,

5. Penggunaan bite block berguna mempertahankan free way space dengan nyaman dan mengurangi kelelahan pada rahang.

(14)

CASE REPORT

Kasus

Seorang pasien pria usia 62 tahun datang dengan keluhan sejak 1 minggu yang lalu gigi goyang dan bengkak pada gusi rahang bawah sehingga gigi tiruannya tidak bisa dipasang. Pada pemeriksaan klinis terdapat fl uktuasi pada lingual regio 41, 31, 32 dengan konsistensi kenyal dan terdapat fenomena bola

Penatalaksanaan

Kerusakan Tulang Alveolar

Akibat Abses Periodontal

Oleh : Mayor Laut (K) drg Puthut Kuncara Adi Sp Perio

Abses periodontal merupakan salah satu masalah dibidang periodonsia

yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman karena adanya rasa sakit,

ngilu, gigi terasa goyang, bila pasien menggunakan gigi tiruan maka

gigi tiruan tidak bisa di insersi karena adanya abses pada daerah

gingiva. Abses periodontal adalah infeksi purulen yang terlokalisir pada

poket periodontal sehingga dapat menyebabkan kerusakan ligamen

periodontal dan tulang alveolar. 1

pingpong. Pada pemeriksaan radiologis terdapat gambaran radiolusen berbatas jelas pada regio 41, 31, 32. Pasien mengaku memilki riwayat diabetes militus dan disiplin mengkonsumsi obat dialon 3X1, dan dalam keadaan terkontrol selama 1,5 tahun terakhir. Pada pemeriksaan

laboratorium gula darah acak 140mg/dl. Gambar 1: Tampak daerah lingual sebelum perawatan

Gambar 2: Tampak daerah bukal sebelum perawatan

Gambar 3: Anastesi daerah bukal

Penatalaksanaan

Pertama dilakukan pengambilan darah pasien sebanyak 10cc, kemudian darah disentrifuse dengan kecepatan 5000 Rpm selama 5 Menit untuk mendapatkan PRF (Platelet rich fi brin). Dilakukan tindakan asepsis dengan bethadine, anastesi infi ltrasi pada mukobukal fold 42413132 dan infi ltrasi pd lingual 42413132 ulasi vaselin pada bibir pasien. Insisi sulkular dilakukan menggunakan blade no 15c dengan tehnik full thickness pada sulkus bagian bukal gigi 42413132.

Pisahkan jaringan lunak dan jaringan keras dengan tehnik undisplaced fl ap menggunakan PPAEL 1 pada daerah bukal Jika defek tulang sudah terlihat dilakukan skeling dan root planing, buang jaringan granulasi dan haluskan tulang. lalu irigasi daerah operasi dengan larutan salin hingga bersih. Aplikasikan bone graft yang sudah dicampur PRF ke defek tulang tekan hingga terasa padat lalu tutup defek dengan membran, tarik gingiva dengan pinset letakkan kembali seperti posisi awal dari gingiva jahit menggunakan benang blue nylon ukuran 5,0 dengan tehnik vertikal matras supaya gingiva menutup rapat.

(15)

Gambar 5: Pisahkan jaringan keras dan jaringan lunak dengan tehnik undisplaced fl ap

Gambar 7: Bone graft dan PRF ( Platelet Rich Fibrin)

Gambar 9: Aplikasi membran Gambar 6: Skeling dan root planing daerah operasi

Gambar 8: Aplikasi bone graft dan PRF

Gambar 9: Jahit dengan tehnik vertikal matras

Hasil kontrol 1 (7 hari post Op) : Subjektif : masih ada rasa ngilu, Objektif : jahitan tidak ada yang lepas

Terapi : lepas jahitan, kemudian diirigasi NaCl.

DISKUSI

Tujuan utama dari terapi regenerative adalah regenerasi dari jaringan keras dan lunak periodontal, termasuk formasi dri jaringan attachment baru. Kehilangan tulang yang disebabkan oleh penyakit periodontal biasanya bersifat irreversible. Ada beberapa teknik yang digunakan secara tunggal atau kombinasi yang bertujuan untuk mencapai regenerasi periodontal termasuk guided tissue regeneration (GTR), bone graft dan PRF. Pada GTR, barier dimasukkan diantara root surface dan jaringan gingival untuk menghambat migrasi apikal dari epitelium dan jaringan konektive gingiva dari fl ap3. Undisplaced fl ap dan gingivektomi adalah dua tehnik pembedahan yang bertujuan untuk menghilangkan dinding poket. Untuk melakukan tehnik ini tanpa menyebabkan masalah mukogingival dokter gigi harus menentukan attachment gingival yang cukup untuk disisakan setelah pembuangan dinding poket4.. Bone grafting merupakan tehnik yang sering diguanakan sebagai terapi regenerative dan telah digunakan selama 100 tahun dalam usaha untuk stimulasi penyembuhan defek tulang. Bone graft didapatkan dari tulang atau bahan non osseus dan memperbaiki tulang alveolar yang hilang5. PRF (Platelet Rich Fibrin) lebih banyak mengandung matrix fi brin yang kaya platelet dan leucocyt cytokines dan growth factor. Kombinasi dari fi brin dan cytokines dalam PRF merupakan penopang yang kuat dengan perpaduan dari growth factor sebagai regenerasi jaringan6.

Gambar 10: satu minggu setelah operasi

Gambar 10: Satu minggu setelah operasi

(16)

CASE REPORT

Laporan Kasus

Seorang pasien laki-laki, Polantas, usia 29 tahun, datang dengan keluhan gigi depan atas patah dan goyang, serta luka laserasi pada bibir karena kecelakaan lalulintas sehari sebelumnya. Pasien telah berobat ke bagian Bedah

ENDODONTIK IMPLANT,

KONSEP KONSERVASI

GIGI KLASIK YANG DAPAT

DIAPLIKASI DI BIDANG

KEDOKTERAN GIGI MILITER

OLEH : Opik Taofik Hidayat

Staf pengajar Departemen Konservasi Gigi FKG Unpad Mahasiswa Program S3 Kedokteran Gigi Militer FKG Unpad

Mulut RSHS, dan menginginkan giginya diperbaiki secepatnya.

Pemeriksaan subjektif pasien mengeluhkan gigi depannya yang patah, goyang dan rasa sakit berdenyut. Setelah minum obat antibiotik dan anti sakit, keluhan rasa sakitnya berkurang.

TAHAPAN PERAWATAN

Kunjungan Pertama tanggal 30-9-2008

Dilakukan anestesi infi ltrasi dengan Xylestesin 2% pada mukosa labial regio gigi #11,21. Dilakukan scaling dan profi laksis pada gigi anterior atas. Dilakukan preparasi untuk restorasi adhesif klas IV pada gigi 11,21 kemudian kavitas direstorasi denganncomposite Z350 warna A2. Pasien dirujuk untuk pemeriksaan dental Xray foto11,21 dan diminta untuk kembali seminggu kemudian.

Pada pemeriksaan klinis menunjukkan di bagian mesio insisal gigi 11 dan disto insisal 21terdapat fraktur oblique melibatkan enamel dan dentin. Tes perkusi memberi respon positif, palpasi positif dan kegoyangan grade II.

Dari hasil pemeriksaan radiografi s terlihat ada garis fraktur horisontal pada sepertiga koronal akar gigi 11,21. Diagnosis gigi 11,21 adalah fraktur ec trauma. Prognosis perawatan sedang, karena gambaran fraktur terjadi pada sepepertiga koronal akar.

Secara umum pasien sangat khawatir akan kehilangan giginya dan ia menginginkan giginya secepatnya diperbaiki. Setelah menganalisa kondisi klinis dan gambaran radiologisnya, dikemukakan pilihan perawatan yang bisa dilakukan untuk kondisi giginya.

Pilihannya adalah adalah pencabutan dan pembuatan protesa lepasan, pencabutan dan pembuatan protesa cekat, pencabutan dan pembuatan dental implant, dan terakhir reseksi akar dan pemasangan implant endodontik. Pasien meminta giginya untuk tidak dicabut.

Rencana perawatan adalah reseksi fragmen apikal akar dan pemasangan implant endodontik dan bonegraft pada gigi 11,21. Restorasi pasca perawatan direncanakan restorasi direct composite.

Gambaran radiologi preoperatif

Kunjungan Kedua tanggal 6-10-2008

Pada kunjungan kedua, dari pemeriksaan radiologis menunjukan adanya gambaran radiolusens horisontal di daerah sepertiga koronal akar gigi 11,21. Luka pada jaringan mukoza bibir telah membaik. Terdapat pembengkakan pada mukosa labial regio 11 dan 21 berjarak sekitar 6mm dari tepi servikal gingiva.

Pada gigi 11 dan 21 dilakukan preparasi saluran akar dengan jarum Protaper sampai F5 dengan panjang 23 mm. Saluran akar diirigasi dengan NaOCl dan Chlorhexidin, kemudian dikeringkan

(17)

dan diaplikasi Rockle pada cotton pellets dan ditutup dengan cavit.

Pasien diberi resep Prolic 300 mg 3X sehari untuk 4 hari serta Mefi nal 500 mg diminum bila perlu.

diirigasi dan dikeringkan. Titanium post kemudian disemenkan kedalam saluran akar menggunakan glass ionomer luting semen sampai memenuhi kavitas akses kemudian dirapikan.

Soket akar yang telah terbuka kemudian diisi dengan bonegraft Xenograft Blok Spongiosa yang dibasahi dengan NaCl fi siologis. Flap kemudian direposisi dan dihecting sesuai posisi awal, setelah itu luka kemudian ditutup dengan periodontal pack. Pasien diberi resep Amoxicillin 500 mg untuk 4 hari, Na Diklofenak 50 mg, serta obat kumur Klorheksidin glukonat. Pasien diinstruksikan untuk datang lima hari kemudian.

Gambar Pembukaan fl ap dan pasak titanium insitu

Kunjungan Ketiga tanggal 10-10-2008

Pada kunjungan ketiga dilakukan pemasangan endodontik implant. Pasien diminta untuk berkumur dengan minosep, kemudian mukosa mulus serta bibir diulas dengan betadine. Dilakukan anestesi infi ltrasi dengan Xylestesin 2% pada mukosa labial regio gigi 11,21.

Restorasi sementara dan cotton pellet dibuka, kemudian saluran akar diirigasi dengan chlorhexidine. Dilakukan pembukaan fl ap dari regio mesial 12 sampai mesial 22. Segmen apikal akar 11 dan 21 kemudian diangkat dan bagian apikal dari segmen koronal akar dirapikan dengan bur tulang. Saluran akar kemudian dipreparasi dengan drill diameter 1,5 mm untuk dapat mengakomodasi pemasangan

titanium post. Saluran akar kemudian Gambar aplikasi bonegraft, hecting dan aplikasi periodontal dressing

Kunjungan keempat tanggal 15-10-2008

Pada kunjungan keempat, periodontal pack dibuka, luka dispooling dengan NaCl fi siologis. Luka fl ap regio 11 terlihat masing mengalami infl amasi. Benang hecting diangkat. Pasien Diinstruksikan untuk menjaga kebersihan mulut lebih baik serta melanjutkan pemakaian obat kumur.

Kondisi klinis dan gambaran radiografi s 3 bulan post op

Kondisi klinis 1 minggu post op

Kunjungan Kelima tanggal 27-10-2008

Pasien datang untuk kontrol, kondisi gusi sudah lebih baik, kegoyangan sudah berkurang. Dilakukan profi laksis dan pasien diinstruksikan untuk lebih menjaga kebersihan mulutnya.

Gambar Kondisi klinis dan gambaran radiografi s 1 bulan post op

Kunjungan Keenam 10-12-2008

Pasien datang untuk kontrol, kondisi gusi baik, gigi stabil pada posisinya tidak ada kegoyangan. Dilakukan profi laksis dan pasien diinstruksikan untuk lebih menjaga kebersihan mulutnya.

Kondisi klinis dan gambaran radiografi s 2 bulan post op

Gambaran radiografi serial 1-11 tahun

Pembahasan

Laporan kasus ini memaparkan keberhasilan 11 tahun penatalaksanaan kasus compound fraktur akar gigi 11, 21 yang dipertahankan dengan endodontik implant. Pada kasus ini pasien lebih memilih untuk dilakukan tindakan endodontik implant dibanding alternatif perawatan lain karena kekhawatirannya terhadap kehilangan gigi serta pengetahuannya tentang efek pencabutan gigi pada linggir gusinya yang menurutnya akan mempengaruhi pekerjaannya.

Kelebihan teknik perawatan ini dibanding alternatif lain adalah pasien terhindar dari kehilangan giginya, masa tunggu penyembuhan luka pasca ekstraksi, kemungkinan atropi pasca

(18)

linggir alveolar pasca ekstraksi, serta biaya yang besar kalau memilih endoseus implant.

Kegagalan jangka panjang tindakan endodontik implant dihubungkan dengan kebocoran koronal atau apikal yang dikaitkan dengan kurang baiknya kualitas sealer yang digunakan, atau adanya perkembangan gangguan jaringan periodontal yang tidak terkontrol yang telah mencapai apeks.

Dengan teknik yang dipakai pada kasus ini diharapkan masalah kebocoran apikal dapat lebih dikendalikan karena pemasangan implant dilakukan dalam kondisi fl ap terbuka. Penutupan daerah kritis pada bagian apikal antara lumen saluran akar dan pasak titanium dengan menggunakan glass ionomer luting semen bisa lebih terkontrol.

Hal ini karena cairan peripapeks yang dapat mengganggu proses pengerasan luting semen dapat dievakuasi dan

dikendalikan dengan penggunaan surgical suction tip selama proses pengerasan. Hal tersebut dapat menjamin proses pengerasan luting semen dalam kondisi kering yang memungkinkan untuk mendapatkan kualitas penutupan serta pengerasan yang lebih baik.

Pemilihan pasak titanium dengan pertimbangan logam tersebut bersifat inert dan biokompatibel. Hal tersebut dapat memberikan jaminan keberhasilan jangka panjang dibanding dengan penggunaan material logam lain yang dapat mengalami korosi. Mempertimbangkan dimensi saluran akar serta sifat dan syarat material untuk implant, kedepannya dapat dipertimbangkan penggunaan mini implant untuk diadopsi di bidang endodontik implant.

Penggunaan material bonegraft memungkinkan terjadinya perbaikan jaringan keras yang lebih dapat diprediksi, seperti yang terlihat pada gambaran

radiologis yang menunjukan adanya gambaran radioopak yang terbentuk pada soket akar gigi. Secara klinis efek penggunaan bonegraft terlihat dengan membaiknya tingkat mobilitas gigi 11 dan 21. Selain alasan tersebut, penggunaan material bonegraft serta gigi asli yang dipertahankan fungsional memungkinkan linggir alveolar terhindar dari proses atropi.

Endodontic implant adalah metallic extension dari akar gigi dengan menggunakan pasak yang disiapkan untuk keperluan tersebut. Tujuan pemasangan endodontik implant adalah untuk meningkatkan rasio akar-mahkota sehingga akan memperbaiki stabilitas gigi.

Keuntungan potensial dibandingkan dengan implant konvensional adalah tidak adanya kontak langsung antara material implant dengan jaringan rongga mulut, epitel serta jaringan ikat tetap melekat pada permukaan struktur gigi. Tetapi jika integritas jaringan periodontal tidak terjaga dan bahkan udah berkembang ke arah periapikal, maka potensi kegagalan makin meningkat.

Penutup

Ilmu Konservasi Gigi bertujuan untuk mempertahankan gigi-geligi asli untuk dapat bertahan, berfungsi dalam sistem pengunyahan, artikulasi dan estetik selama mungkin di dalam mulut pasien. Endodontik implant dapat menjadi salah satu pilihan dalam rencana perawatan gigi yang kelihatannya tidak bisa dipertahankan.

Pemilihan bahan yang tepat membuat endodontik implant sebagai pilihan yang biokompatibel serta memiliki kelebihan terjaganya perlekatan membran periodontal pada struktur akar gigi yang disisakan. Tindakan ekstraksi serta pemasangan oseointgrated endoseous implant hanya menjadi pertimbangan setelah seluruh cara untuk mempertahankan gigi telah dieksplorasi. Berkurangnya rasio panjang akar terhadap mahkota dapat diperbaiki dengan pemasangan endodontik implant di dalam saluran akar sampai mencapai tulang alveolar di daerah periapikal.

Dalam tugasnya, seorang prajurit TNI mungkin saja mengalami kejadian yang dialami oleh pasien di atas yang berpotensi mempengaruhi kondisi psikologi serta semangat tempur prajurit tersebut. Prosedur endodontik implant bisa menjadi jawaban pada permasalahan di atas.

(19)

EVENT

Section Defense Forces Dental Service

San Fransisco, 2019

Sebuah kehormatan, ketika pihak Dokgimil mendapatkan undangan

untuk berpartisipasi dalam sebuah event internasional bertajuk

Section Defense Forces Dental Service di San Fransisco, Amerika

Serikat. Acara yang berlangsung pada 1-4 September 2019 ini dihadiri

oleh para pakar kedokteran gigi militer dunia.

meeting 2019. Tepatnya di Hari Minggu, 1 September 2019, pukul 18.00-20.00 waktu setempat, digelar acara welcome reception, bertempat di ruang Union Square (3rd Floor) Intercontinental Hotel, 888 Howard Street.

Esoknya, Senin 2 September 2019, mengikuti acara Scientifi c Program, bertempat di Ballroom BC (5th fl oor) Intercontinental Hotel, 888 Howard Street. Selasa, 3 September 2019, pukul 09.00-15.00 acara Cultural Day, berupa keliling kota San Fransisco, termasuk ke "Golden Gate Bridge" San Fransisco. Makan siang di tepi pantai San Fransisco.

Rabu, 4 September 2019 pukul 09.00-17.30 acara Scientifi c Program, Prof. Dr. drg. Suhardjo MS., Sp RKG(K) memberikan presentasi pada pukul 16.00-16.30 dengan judul " Description of Dental Fitness on Soldier on Panoramic Radiograph.” Pukul 17.15-17.30 waktu setempat dilakukan "Closing remarks", ditutup oleh Capten (N) Bieber (DEU), Chairman SDFDS 2019.

S

alah satu yang turut hadir sebagai perwakilan dari delegasi Indonesia adalah Laksda TNI (Purn) drg. Bambang Haryoto, Sp.Orto. Mantan Kepala Ladokgi ini, menerima surat undangan secara resmi dari Dr Helfried Bieber,Captain (Navy), Chairman SDFDS, San Fransisco 2019, guna menjadi salah satu peserta dalam acara bergengsi ini.

Setelah mendapatkan surat undangan tersebut, drg. Bambang langsung menghadap ke Dekan FKG Unpad guna meminta izin mengikuti acara internasional tersebut. setelah izin didapat, tanpa berpikir panjang, drg. Bambang segera mengirimkan abstract untuk "Oral Presentation" dengan judul artikel : "Description of Dental Fitness on Soldier Based on Panoramic Radiograph."

Setelah menempuh perjalanan panjang, setibanya di San Fransisco langsung menuju ke lokasi acara Section Defense Forces Dental Services, Annual

(20)

EVENT

Tahun ini, Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah International

Military Dentisty Forum (IMDF) yang ke-2. Kota Solo dipilih menjadi

tempat penyelenggaraan ajang internasional ini

2nd International Military

Dentisty Forum (IMDF)

Ajang Berbagi Ilmu dan

Pengalaman Dokter Gigi Militer

I

MDF tahun ini akan banyak membicarakan peran dokter gigi militer dalam bencana alam. Tugas utama prajurit adalah menjaga perdamaian dunia, yang juga dituntur sigap dan terdepan jika terjadi bencana, untuk memberikan bantuan kemanusiaan.

Indonesia sangat tepat mengangkat tema ini mengingat negera kita ada di daerah rawan bencana, baik karena alam maupun ulah manusia sendiri. Oleh karena itu perlu kompetensi penanggulangan bencana bagi dokter gigi militer.

Selain peningkatan kompetensi dokter gigi militer untuk mendukung keberhasilan tugas TNI, IMDF bisa menjadi sarana aktualisasi dan sosialisasi Dokter Gigi TNI ke dalam dan luar negeri. Sudah barang tentu, para dokter gigi militer akan banyak mendapatkan pengalaman, pengetahuan dan penambahan jejaring sehingga dapat meningkatkan profesionalisme.

Karena berharganya acara ini, maka kesempatan ini tidak bisa disia-siakan.

Kegiatan IMDF ke-2 ini merupakan perintah lisan Kapuskes TNI dan menjadi bagian dari Program Kerja Ipadokgimil tahun 2019. Dasar kegiatannya tertuang dalam Surat Ketetapan Ketua IPADOKGIMIL Nomor: Sket/01/VIII/2019 tentang Pembentukan Panitia IMDF 2 tahun 2019.

IMDF ke-2 di Solo akan berlangsung Jumat- Sabtu 15-16 November 2019 di Hotel Alila Solo. Bentuk kegiaatan utamanya adalah forum ilmiah kedokteran gigi militer internasional, bersamaan dengan Seminar Internasional 15th FDI-IDA.

Ketua Ipadokgimil, Ketua PDGI dan Kapuskes TNI akan hadir dan membuka langsung acara ini. Jumlah peserta diperkirakan 100 dokter gigi militer.

(21)

EVENT

S

UT Ladokgi R.E. Martadinata tahun ini diperingati dengan kegiatan syukuran di Ruang Auditorium I antara Kaladokgi R.E. Martadinata dan jajarannya beserta seluruh anggota dan tamu undangan.

Kegiatan peringatan HUT ini diharapkan dapat memotivasi seluruh anggota Ladokgi R.E. Martadinata. Tema peringatan HUT ke 55, yaitu :

“Optimalisasi pelayanan prima dengan sepenuh hati melalui semangat kebersamaan dan pengabdian.”

HUT Ke-55 Ladokgi R.E Martadinata

Optimalisasi Pelayanan Prima

dan Sepenuh Hati

Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Ladokgi R.E. Martadinata yang

dilaksanakan setiap tanggal 22 Oktober, merupakan momentum

yang tepat bagi Ladokgi R.E. Martadinata untuk lebih meningkatkan

pelaksanaan tugas pokok yakni memberikan dukungan dan pelayanan

kesehatan.

Ada beberapa rangkaian kegiatan dalam rangka memperingati HUT ke 55 Ladokgi RE Marthadinata, di antaranya seminar, apel khusus, syukuran, dan olahraga bersama.

Seminar mengambil tema “Peran tenaga kesehatan gigi dan mulut TNI AL dalam penanggulangan kedaruratan Bencana Alam” yang dilaksanakan pada Senin, 21 Oktober 2019, mulai pukul 8 pagi sampai selesai. Seminar berlangsung di Lounge Room, Ruang Audit 1 dengan jumlah peserta 350 terdiri dari dokter gigi spesialis, dokter gigi umum dari TNI AL di wilayah barat, alumni Ladokgi, dan perwakilan dokter gigi dari institusi TNI dan POLRI.

Bertindak sebagai pembicara adalah Dr.drg. Laksmi Dewanti, Msc, FICD, menyampaikan paparan tentang “Aspek etik medicolegal tenaga kesehatan gigi dan mulut militer dalam identifi kasi dan penanganan korban bencana massal.” Dilanjutkan Prof. Dr. drg Suhardjo Sitam, Sp. RKG (K) tentang “Interpretasi Radiografi k Data Ante Mortem untuk identifi kasi korban bencana Massal“ dan Dr. Yoni Fuadah Syukriyani, dr., Sp.F., DFM membawakan materi “Pengantar Umum Forensik Kedokteran.”

Di sesi terakhir, membahas penatalaksanaan kedaruratan di Instalasi gawat darurat RSGM, dengan nara

sumber dr Laras tentang “Bantuan Hidup Dasar untuk Tenaga kesehatan gigi dan mulut.”, drg. Slamet Riyadi, Sp.BM tentang “Kedaruratan Bedah mulut”, drg. Andy Shantyo Prabowo, Sp.KG tentang “Kedaruratan Endodontik” dan Dr. drg. Ganesha Wandawa, “Sp. Perio membawakan tema "Splinting pada gigi anterior”.

(22)

RESEARCH

T

erdapat beberapa program dengan negara lain yang sudah berjalan secara rutin maupun yang baru. Salah satunya adalah kerjasama dengan negara Republik Federasi Jerman berupa program : Pelatihan militer (Military Training Assistance) atau Militaerische Ausbildunghilfe).

Program Military Training Assistance

Bidang Kedokteran Gigi di Jerman

Pengembangan kemampuan perwira TNI-AL baik dari segi akademis,

skill maupun wawasan, diharapkan tidak hanya dari proses pendidikan

dan pelatihan yang dilaksanakan di dalam negeri, tetapi dapat juga

diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan di luar

negeri melalui jalur kerjasama dengan negara lain.

Oleh: MAYOR LAUT (K) Drg. ABDULLAH

MUGAN MARUAPEY,Sp.Pros

Program MTA ini meliputi pendidikan sesko internasional daral, laut dan udara, kursus komandan batalyon mekanis, kursus komandan kompi mekanis, kursus komandan peleton mekanis, seminar instruktur bahasa Jerman, pendidikan lanjutan kedokteran gigi (Fortbildung Arzt Zahnmedizin), program S1 dan S2 komputer, dan program S2 psikologi.

Gambar

Gambar 3: Anastesi daerah bukalPenatalaksanaanPertama dilakukan pengambilan darah pasien sebanyak 10cc, kemudian darah disentrifuse dengan kecepatan 5000 Rpm selama 5 Menit untuk mendapatkan PRF (Platelet rich À brin)
Gambar 4: Insisi sulcular
Gambar Kondisi klinis dan gambaran radiografi s 1 bulan post op
Gambar 4. Penyerahan Sertifi kat Bahasa Jerman

Referensi

Dokumen terkait

Perawatan orthodonti biasanya dilakukan oleh tenaga kesehatan, khusus bagi pemasangan kawat gigi sebaiknya dilakukan oleh dokter gigi spesialis orthodonti namun mengingat

32 (2) Jenis tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga medis sebagaiamana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas dokter, dokter gigi, dokter spesialis dan

Berdasarkan Standar Nasional Pendidikan Dokter Spesialis Anak tahun 2018, Kurikulum di program studi Ilmu Kesehatan Anak FK UNS didasarkan kaidah-kaidah pendekatan universal

Tenaga kesehatan khususnya dibidang kedokteran gigi tidak hanya mampu meningkatan kualitas hidup populasi ini dengan cara mengobati infeksi yang ada di mulut dan juga

Untuk mengetahui dimensi Jaminan (Assurance) kualitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut berdasarkan tingkat kepuasan pasien pengguna BPJS kesehatan di Puskesmas

BAN-PT: Buku III Borang Akreditasi.docdan Dokter Gigi Spesialis 41 4.1.2 Tuliskan banyaknya penggantian dan perekrutan serta pengembangan dosen di RS Pendidikan Utama

Hasil penelitian menunjukkan skor penilaian persepsi karyawan Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi terhadap pencegahan

Berdasarkan dari hasil penelitian, terlihat bahwa persentase pengukuran resiko karies gigi pada responden mahasiswa angkatan 2008 di Program Studi Pendidikan Dokter Gigi