• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

29

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1. Kondisi Fisik Dasar

4.1.1. Letak Geografis dan Luas Wilayah

Teluk Bungus memiliki panjang garis pantai 21.050 meter dan panjang teluk 5.418 meter, volume 223.255.052,2 m3, memiliki bentuk permukaan yang cenderung membulat dan luas permukaannya 1383,86 Ha berlokasi di sebelah selatan Teluk Bayur dan memiliki posisi strategis menghadap Samudera Hindia (Kusumah dan Salim 2008).Teluk ini termasuk dalam Kecamatan Bungus Teluk Kabung dan merupakan salah satu kecamatan pesisir di wilayah selatan Kota Padang. Secara astronomis kecamatan ini berada pada posisi 01001’21’’– 01005’02’’ Lintang Selatan (LS) dan 100o21’58’’– 100026’36’’ Bujur Timur (BT) dan terletak di bagian barat pantai Pulau Sumatera. Kecamatan Bungus Teluk Kabung berada pada ketinggian rata-rata sekitar 0-5 m dpl untuk daerah pesisir, dan < 850 m untuk daerah perbukitan. Temperatur berkisar antara 22,5°C – 31,5°C dan curah hujan 314,47 mm/bulan. Secara geografis berbatasan langsung dengan :

• Sebelah Utara: berbatasan dengan Kecamatan Lubuk Begalung dan Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang,

• Sebelah Selatan: berbatasan dengan Kabupaten Pesisir Selatan,

• Sebelah Barat: berbatasan dengan Pantai Barat Sumatera / Samudera Hindia,

• Sebelah Timur: berbatasan dengan Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang dan Kabupaten Pesisir Selatan.

Secara administratif Kecamatan Bungus Teluk Kabung memiliki 6 (enam) kelurahan, yaitu: Teluk Kabung Selatan, Bungus Selatan, Teluk Kabung Tengah, Teluk Kabung Utara, Bungus Timur dan Bungus Barat. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Tabel 5.

(2)

Tabel 5 Kelurahan di Kecamatan Bungus Teluk Kabung No. Kelurahan (KmLuas 2) Persentase (%)

1. Teluk Kabung Selatan 9,14 9,06 2. Teluk Kabung Tengah 25,64 25,44 3. Teluk Kabung Utara 17,26 17,13

4. Bungus Selatan 4,85 4,81

5. Bungus Timur 25,81 25,61

6. Bungus Barat 18,08 17,94

Total 100,78 100,00

Sumber : Kec. Bungus Teluk Kabung dalam Angka, 2006

Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa kelurahan yang paling luas di Kecamatan Bungus Teluk Kabung adalah Kelurahan Bungus Timur yaitu seluas 25,81 Km2 dengan persentase 25,61 %, sedangkan Kelurahan yang memiliki luas terkecil adalah Kelurahan Bungus Selatan yaitu seluas 4,85 Km2 dengan persentase 4,81 %.

Kecamatan Bungus Teluk Kabung memiliki daya tarik untuk dikembangkan sebagai objek wisata pantai maupun wisata alam. Pantai-pantai yang potensial untuk dikembangkan berada di gugusan pulau-pulau kecil di Kelurahan Teluk Kabung Selatan dan di pantai Teluk Bungus yang berada pada tiga Kelurahan yaitu Kelurahan Teluk Kabung Utara, Bungus Selatan dan Bungus Barat. Adapun pantai-pantai tersebut yaitu Pantai Bungus, Pantai Kabung, Pantai Buo dan Pantai di gugus-gugus pulau. Di antara pantai tersebut yang kini sudah mulai dikelola dan dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata adalah Pantai Bungus (Pantai Carolina dan Pantai Carlos) dan Pantai di Gugus Pulau Sikuai.

4.1.2. Penggunaan Lahan

Jenis penggunaan lahan yang ada pada Kecamatan Bungus Teluk Kabung terdiri atas sawah, perkarangan, tegal, ladang, hutan rakyat, hutan negara, perkebunan dan lainnya. Untuk mengetahui luas lahan menurut jenis penggunaan yang ada pada Kecamatan Bungus Teluk Kabung, dapat dilihat pada Tabel 6.

(3)

31 Tabel 6 Luas lahan berdasarkan jenis penggunaan menurut kelurahan di Kec.

Bungus Teluk Kabung Tahun 2006

No. Jenis Penggunaan Luas Lahan (Ha) Persentase (%)

1. Sawah 790,00 7,84

2. Perkarangan 255,00 2,53

3. Tegal / Kebun 455,00 4,51

4. Ladang / Huma 450,00 4,47

5. Ditanami Pohon / Hutan Rakyat 75,00 0,74

6. Hutan Negara 2.150,00 21,33

7. Perkebunan 2.800,00 27,78

8. Lain-lain 2.103,00 20,87

Total 10.078,00 100,00

Sumber : Kec. Bungus Teluk Kabung dalam Angka, 2006

Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa jenis penggunaan lahan yang dominan di Kecamatan Bungus Teluk Kabung adalah perkebunan yaitu seluas 2.800 Ha dengan persentase 27,78 %, sedangkan jenis penggunaan lahan yang memiliki luas terkecil adalah hutan rakyat yaitu seluas 75 Hadengan persentase 0,74 %. Hal ini menandakan bahwa sektor perkebunan merupakan sektor yang cukup dominan karena sebagian besar lahan diperuntukan bagi kegiatan perkebunan.

4.1.3. Topografi

Kecamatan Bungus Teluk Kabung merupakan daerah pesisir yang dikelilingi oleh barisan bukit-bukit yang bersambung satu dengan yang lain. Sebagian besar daerah Kecamatan ini memiliki pantai yang terjal dan curam (Gambar 8). Perairan Teluk Bungus merupakan daerah estuaria yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia dan terletak di pantai barat provinsi Sumatera Barat. Perairan estuaria Teluk Bungus ini dialiri oleh Sungai Bungus dan Sungai Cindakir. Secara fisiografi daerah ini termasuk dalam Jalur Pulau Non Vulkanik Busur Luar dan Pulau/daratan menghadap ke arah samudera lepas. Daerah tersebut menghadap langsung dengan Samudera Hindia yang dicirikan oleh dominasi pantai bertebing curam, pantai berbentang alam kasar (Gambar 9), kantong-kantong sedimen/endapan yang membentuk daratan pantai yang landai hanya terkonsentrasi pada daerah daratan yang menjorok ke dalam teluk dan semakin ke utara perairannya semakin landai dan dangkal dengan dasar perairan

(4)

berpasir. Ciri khas daerah tersebut adalah proses pengangkatan akibat aktifitas tektonik sangat dominan sepanjang pantai dan pesisir.

Teluk Bungus merupakan daerah pantai yang berpasir putih, serta menjadi tempat sedimentasi dari daratan dengan 2 (dua) muara yaitu Sungai Cindakir dan Sungai Bungus, akibatnya terjadi proses sedimentasi yang sangat tinggi di sekitar depan Muara Sungai Bungus yang mengakibatkan terbentuknya pulau delta hasil proses sedimentasi yang membawa material dari daratan. Akumulasi dari material bawaan dari daratan menjadi proses terjadinya penambahan daratan yang menjadi sebuah tanjung disekitar muara Sungai Bungus dengan ciri fisik yang landai, begitu pula dengan daerah Muara sungai Cindakir terjadi penambahan daratan yang sangat dinamis pada daerah ujung sungai.

Perbedaan mencolok terjadi pada daerah mulut Teluk Bungus, kondisi pantai akibat perbedaan tingkat resistensi batuan menyebabkan perbedaan karakteristik pantai yang sangat berbeda. Pada pantai yang tersusun oleh batuan yang memiliki resistensi sangat tinggi memiliki karakteristik pantai dengan tebing hingga 900 dan hal ini terjadi di daerah yang langsung berhadapan dengan perairan Samudera Hindia, hasil abrasi gelombang pada dinding batuan penyusun pantai membentuk daratan pantai yang curam dan sempit sepanjang pantai, yang mengakibatkan bentukan tanjung di daerah yang berhadapan dengan lautan lepas berupa tanjung yang vertikal atau tegak lurus dan kasar.

Perairan Teluk Bungus yang memiliki luas 1.391 hektar mempunyai kedalaman hingga 35 meter. Kondisi topografi dasar laut pada daerah perairan dekat pantai dari landai secara berangsur-angsur berubah menjadi terjal. Selanjutnya topografi dasar laut hingga ke mulut teluk perubahan kedalaman terjadi secara gradual dengan kondisi topografi landai.

Material sedimen penyusun dasar laut daerah penelitian di sekitar dermaga pelabuhan perikanan Bungus, terjadi perubahan ukuran butir sedimen dengan berubahnya kedalaman. Pada daerah sekitar pantai dengan kedalaman kurang dari 5 meter material dasar laut tersusun oleh material pasir, pada daerah dengan kedalaman 5-10 meter tersusun oleh material lanau (pasir lempungan) dan pada daerah yang memiliki kedalaman > 10 meter material sedimennya adalah lempung (PRWLSDNH 2006).

(5)

33

Gambar 8 Pantai berbentang alam kasar dan terjal. Gambar 9 Pantai bertebing curam. 4.1.4. Oseanografi

A. Pasang Surut

Pasang surut laut adalah gerak vertikal dari semua partikel air laut akibat gaya tarik benda-benda angkasa (Wibisono 2005, diacu dalam PRWLSDNH 2006). Dari hasil penelitian PRWLSDNH (2006) diperoleh bahwa perairan Teluk Bungus mempunyai Nilai Fomzal 0.43 berjenis tipe pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed semi diurnal tide) yaitu terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari, dengan variasi yaitu pasang terendah dan pasang tertinggi berkisar antara 1 sampai 2 meter. Tipe ini diperoleh dari hasil bagi amplitudo K1+O1 dan S2+M2. Selain itu dari data tide gauge yang dipasang dapat ditampilkan grafik pasang surut seperti pada gambar 10.

Grafik Pasang Surut T eluk Bungus

140 0 142 0 144 0 146 0 148 0 150 0 152 0 154 0 156 0 158 0 160 0 Waktu Pengamatan K e ti nggi a n A ir ( C m )

Graf ik Pasang Surut M SL HWL LWL

Gambar 10 Grafik pasang surut di Teluk Bungus hasil analisa

(6)

B. Gelombang

Teluk Bungus dipengaruhi oleh kondisi Samudera Hindia. Dari hasil penelitian oseanografi fisik PRWLSDNH (2006) diperoleh gambaran bahwa arah gelombang datang dominan dari Barat dan Barat Laut, dimana gelombang datang dari Samudera Hindia menuju ke dalam Teluk Bungus (gambar 11). Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Sarmili, et al. Puslitbang Geologi Kelautan tahun 2004 bahwa angin pada musim barat (November – Maret) datang dari utara menuju ke selatan dan tenggara, sehingga kemungkinan besar tinggi gelombang yang masuk ke Teluk Bungus digerakkan oleh angin.

Gambar 11 Wave Rose arah gelombang hasil analisa Tide and Wave

Gauge (November, 2006).

Tinggi gelombang signifikan, yaitu rata 1/3 dari tinggi gelombang rata-rata yang terukur, menunjukkan rentang nilai tinggi gelombang berkisar antara 0.02 m – 0.2 m, dengan amplitudo gelombang tertinggi sebesar 0.189 m dan amplitude gelombang rata-rata (mean) 0.0975 m (gambar 12). Perioda gelombang adalah 14.63 detik. Amplitudo gelombang tertinggi terjadi pada tanggal 12 November 2006 pukul 23:18:55.

(7)

35

Gambar 12 Grafik Tinggi Gelombang Signifikan (Hs) hasil analisa

Tide and Wave Gauge (November, 2006).

Dari hasil pengukuran tinggi gelombang maksimum (Hmax), diperoleh rentang tinggi gelombang berkisar antara 0.05 m – 0.3 m, dengan amplitudo gelombang tertinggi 0.297 m pada tanggal 12 November 2006 (gambar 13).

Gambar 13 Grafik Tinggi Gelombang Maksimum (Hmax) hasil analisa Tide and Wave Gauge (November, 2006).

(8)

C. Arus

Arus laut terjadi akibat konsekuensi logis dari tidak meratanya penyinaran matahari di atas permukaan bumi. Dalam pergerakannya, arah arus dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk karakteristik akibat pengaruh lokal (Nurhayati dan Triantoro 2000).

Arus di Teluk Bungus dari hasil penelitian PRWLSDNH (2006) terlihat bahwa arus berputar di dalam teluk, untuk kemudian bergerak keluar teluk pada saat surut. Hal ini tampak pada saat pasang menuju surut di pagi hari, alat pelampung bergerak dengan kecepatan yang cukup besar (0.3 m/detik) keluar teluk menuju Teluk Bayur. Nilai pasang surut diperoleh rata-rata (mean) kecepatan arus pasang surut di dalam teluk sebesar 0.0323 m/detik. Arus pasang surut bergerak ke segala arah, dengan kecepatan arus terbesar ke arah barat daya (gambar 14) sebesar 0.12 m/detik.

Gambar 14 Distribusi kecepatan dan arah arus pasang surut hasil analisa

Tide and Wave Gauge (November, 2006).

Arah arus pasang surut dominan pada saat pasang menuju surut adalah ke arah barat, sedangkan pada saat surut menuju pasang arus dominan bergerak menuju teluk ke arah tenggara (gambar 15). Dari hasil ini terlihat bahwa arus di teluk Bungus didominasi oleh arus pasang surut yang merupakan gaya penggerak utama arus di dalam teluk (PRWLSDNH 2006).

(9)

37

Gambar 15 Arah arus pasang surut dominan hasil analisa Tide and Wave

Gauge (November, 2006).

Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Sarmili, et al. Puslitbang Geologi Kelautan pada tahun 2004 diperoleh gambaran bahwa pada musim barat (November – Maret) arah arus laut yang sejajar dengan garis pantai bergerak dari arah utara menyusuri pantai ke arah selatan dan sebagian berbelok menuju Teluk Bungus.

Sedangkan menurut penelitian Nurhayati dan Triantoro OH dari Balitbang Oseanografi, Puslitbang Oseanologi, LIPI pada tahun 2000, menunjukan bahwa arus pada perairan Teluk Bungus bervariasi dari 4 sampai 32 cm/detik. Arus menunjukan kecendrungan pola arah aliran yang serupa, tetapi pola aliran berubah sesuai dengan perubahan waktu. Arah arus pada bulan November 1997 cenderung menuju kearah barat daya dan pada bulan Juni 1998 aliran cenderung menuju kearah barat laut. Kondisi ini mungkin suatu indikasi bahwa pengaruh musim dominan menuntukan pola sirkulasi di perairan Teluk Bungus.

Karena pengaruh arus pasang surut itu juga, percampuran air dari luar teluk (baca: Samudera Hindia) tidak terlalu besar sehingga kecil kemungkinan terjadinya proses pertukaran air dari dalam teluk dengan arus dari Samudera

(10)

Hindia. Kondisi ini mempengaruhi parameter fisika dan kimia perairan terhadap kelimpahan dan distribusi plankton sehingga perairan tersebut memiliki tingkat kesuburan yang rendah (PRWLSDNH 2006).

Selain akibat pengaruh arus pasang surut, arus yang datang dari arah utara menuju selatan dan tenggara (Sarmili, et al. 2004) mempengaruhi kesuburan perairan di sekitar Teluk Buo dikarenakan arus yang datang dari Samudera Hindia tersebut mengalami percampuran dan pertukaran air di dalam Teluk Buo.

D. Kedalaman atau Batimetri Dasar Laut

Peta kontur terlihat bahwa profil dasar laut Teluk Bungus merupakan perairan dangkal. Kedalaman perairan dari mulut teluk hingga ke dalam teluk berkisar antara 30-5 meter. Bagian terdalam berada pada mulut teluk dengan kedalaman maksimum 30 meter dengan kedalaman rata-rata sebesar 16,1 meter, dan persentase luas terbesar berdasarkan kedalaman berada pada wilayah dengan kedalaman 5 meter (Kusumah dan Salim 2008), seperti terlihat pada gambar 16. Untuk bagian dalam teluk, profil dasar berangsur meningkat dari kedalaman 20 meter hingga 5 meter, kondisi dasar laut cenderung datar. Daerah tepi di sekitar mulut teluk merupakan daerah slope dengan kedalaman berawal dari 2 meter langsung curam hingga 15 meter dan jarak dari garis pantai cukup dekat yaitu antara 2-5 meter, seperti terlihat pada gambar 16. Berikut adalah daftar panjang dan luas kontur di Teluk Bungus, seperti terlihat pada tabel 7.

Tabel 7. Panjang dan luas bidang di Teluk Bungus Garis Batas Panjang (Km) Luas (Ha) (%)

Garis Pantai 21,05 1383,86 26,56 Kedalaman 5 meter 18,29 1072,98 20,59 Kedalaman 10 meter 16,62 1002,00 19,23 Kedalaman 15 meter 14,05 893,20 17,14 Kedalaman 20 meter 9,57 641,02 12,30 Kedalaman 25 meter 4,97 205,60 3,95 Kedalaman 30 meter 1,00 11,67 0,22

(11)

39

Gambar 16 Peta kedalaman Teluk Bungus.

Substrat dasar teluk Bungus berupa lumpur dan pasir yang berasal dari beberapa sungai yang bermuara di perairan tersebut. Sebagai informasi untuk pelayaran, bahwa teluk Bungus sangat aman bagi pelayaran, sedangkan daerah berbahaya bagi perahu besar maupun kecil yang akan melintas teluk tersebut adalah di daerah perairan depan tanjung, namun daerah tersebut telah di pasang rambu (PRWLSDNH 2006).

Untuk lebih jelasnya gambaran profil dasar Teluk Bungus dapat dilihat pada gambar 17 yang merupakan bentuk visualisasi tiga dimensi berasal dari interpolasi data (PRWLSDNH 2006).

(12)

Gambar 17 Peta kedalaman tiga dimensi Teluk Bungus.

Bila dilihat dari gambaran profil dasar tiga dimensi diatas, dapat disampaikan bahwa perairan Teluk Bungus sangat memungkinkan untuk dijadikan alur pelayaran nasional bagi kapal-kapal besar baik kapal penumpang ataupun kapal barang, hal ini didasarkan pada tingkat pendangkalan perairan tidak begitu besar, selain itu perairan teluk Bungus relatif tenang karena terlindung oleh tanjung di sisi-sisi mulut teluknya.

4.1.5. Tsunami

Provinsi Sumatera Barat memiliki garis pantai sepanjang lebih kurang 375 km, berupa dataran rendah sebagai bagian dari gugus kepulauan busur muka. Perairan barat Sumatera memiliki kondisi tektonik aktif, karena merupakan bagian dari pertemuan antara Lempeng Indo-Australia dengan Lempeng Eurasia yang dicirikan oleh kegempaan aktif. Gempa-gempa besar (di atas Mw7) yang berpusat di dasar laut sering terjadi di wilayah ini dengan kedalaman relatif dangkal.

(Yudhicara 2008).

(13)

41

besar kecilnya bencana tsunami dan risiko yang ditimbulkan. Pemetaan karakteristik pantai yang dikombinasikan dengan pemodelan tsunami merupakan acuan dalam penentuan zona kawasan rawan bencana tsunami. Kawasan rawan bencana tsunami tersebut dapat dijadikan informasi dasar dalam perencanaan dan pengembangan kawasan pantai Provinsi Sumatera Barat, khususnya di daerah sepanjang pantai Teluk Bungus sebagai bentuk upaya mitigasi untuk memperkecil

resiko bencana tsunami dimasa yang akan datang (Yudhicara 2008).

Yudhicara (2008) mengemukakan bahwa pantai Provinsi Sumatera Barat memiliki dua jenis tipe pantai, yaitu Tipe 1: pantai landai berpasir memiliki sudut kemiringan bibir pantai rendah, dan Tipe 2: pantai curam berbatu memiliki sudut kemiringan bibir pantai tinggi. Pantai landai berpasir dengan bentuk garis pantai memanjang tanpa lekukan seperti di pantai antara Kota Padang dengan Air Bangis akan berpotensi terlanda gelombang tsunami lebih tinggi dibandingkan dengan pantai curam yang berbentuk lekukan seperti Teluk Bungus.

Yudhicara (2008) mengemukakan pula bahwa landaan genangan tsunami maksimum diperkirakan terjadi pada pantai tipe landai berpasir (Tipe 1), terutama di utara daerah Provinsi Sumatera Barat, yaitu di Kecamatan Pasaman dan Pasir Pariaman. Sementara itu, ketinggian minimum diperkirakan terjadi di bagian tengah daerah Provinsi Sumatera Barat, yaitu di daerah pantai berbentuk teluk yang merupakan pantai tipe curam berbatu (Tipe 2) seperti Pantai Teluk Bungus terlihat pada gambar 18.

Gambar 18 Pantai tipe 2 (pantai curam berbatu) yang mewakili bagian selatan Provinsi Sumatera Barat, Pantai Teluk Bungus (Yudhicara 2008).

(14)

Pantai tipe 2 ini dicirikan oleh pantai berawa, pantai berpasir yang sempit dengan kemiringan bibir pantai landai hingga bertebing yaitu berkisar antara 5° hingga 90°. Morfologi belakang pantai umumnya curam, merupakan tebing yang tersusun oleh batuan gunung api (breksi dan aglomerat) dengan relief yang tinggi. Pantai Tipe 2 memiliki bentuk garis pantai berteluk dan berkantong pantai. Vegetasi penutup terdiri dari nipah dan bakau, sedangkan di beberapa tempat dijumpai pula jenis waru dan ketapang. Sebagian pantai Tipe 2 sangat sempit dan di sana jarang dibangun pemukiman, namun di Teluk Bungus dijumpai pemukiman dengan konstruksi semipermanen yang dibangun di pinggir pantai dan di beberapa tempat lainnya dijumpai dermaga kapal nelayan, kapal-kapal besar, pelabuhan Pertamina, pelabuhan perikanan, pelabuhan penyeberangan, dan pelabuhan bongkar muat barang (Yudhicara 2008).

Kasus terburuk dari pemodelan tsunami menghasilkan ketinggian maksimum tsunami sebesar kurang lebih 32 m, dan dijadikan acuan untuk menentukan zonasi rawan bencana tsunami di daerah Sumatera Barat menjadi zona rawan tinggi, menengah, dan rendah (Yudhicara 2008).

Daerah yang memiliki potensi zona rawan tinggi bencana tsunami, yakni sepanjang pantai Kota Padang dan sekitarnya. Daerah ini berpenduduk padat dan ditempati oleh banyak sarana dan prasarana penting. Jarak jangkauan tsunami maksimum untuk kasus terburuk mencapai hingga sekitar 10 km dari garis pantai (misalnya di Pasir Pariaman dan Pasaman). Zona kerawanan tinggi meliputi sepanjang daerah pantai Sumatera Barat dengan nilai kontur ketinggian kurang dari 10 m (Yudhicara 2008).

Bagian tengah Provinsi Sumatera Barat yang memiliki bentuk pantai berteluk dan berkantong pantai seperti Teluk Bungus memiliki potensi gelombang yang juga tinggi. Namun, batuan beku yang menjadi penyusun sebagian daerah ini akan meredam daya jangkau gelombang tsunami untuk mencapai daratan, sehingga jarak genangan akan lebih sempit. Sementara itu, di tempat lain yang memiliki ketinggian elevasi terhadap muka laut lebih landai akan berpotensi mengalami genangan gelombang tsunami lebih jauh ke arah darat (Yudhicara 2008).

(15)

43 Yudhicara (2008) mengemukakan bahwa perhitungan deformasi lantai samudra berdasarkan parameter gempa, menunjukkan bahwa bagian barat (gugusan kepulauan busur muka) mengalami pengangkatan, dan bagian timur laut (dataran pantai Sumatera Barat) mengalami penurunan seperti terlihat pada gambar 19.

Gambar 19 Kondisi awal deformasi lantai samudra yang mengalami pengangkatan terdapat di bagian barat daya, sedangkan bagian yang mengalami penurunan adalah bagian timur laut (Yudhicara 2008).

Potensi Bahaya Tsunami

Gelombang tsunami yang dipengaruhi oleh geometri pantai (arah lateral); dijumpai di daerah Sumatera Barat, seperti sepanjang pantai antara pantai Kota Padang hingga pantai Air Bangis. Di daerah seperti ini, gelombang lebih tinggi bila dibandingkan dengan gelombang tsunami di pantai berteluk seperti di Teluk Bungus (Yudhicara 2008).

Selanjutnya, kelandaian pantai (arah vertikal) juga sangat berpengaruh terhadap potensi gelombang tsunami. Gelombang tsunami akan semakin besar dan bertambah pada daerah pantai yang relatif landai dengan kemiringan bibir pantai yang kecil dibandingkan dengan pantai yang relatif dalam dan curam atau yang memiliki kemiringan bibir pantai yang lebih besar. Pantai Teluk Bungus yang

(16)

memiliki kemiringan paras pantai antara 5° hingga 90° akan mengalami jangkauan tsunami kurang kuat dan tidak jauh mencapai daratan, dibandingkan dengan di lokasi lainnya yang memiliki kemiringan pantai lebih rendah 4° hingga 21°, seperti yang dimiliki oleh Pantai Gosong di Pariaman (Yudhicara 2008).

Zona Kerawanan

Yudhicara (2008) mengemukakan pula bahwa zona kerawanan bencana tsunami di Provinsi Sumatera Barat, tingkatannya dapat dibagi atas tinggi, menengah, dan rendah, seperti tersaji dalam gambar 20.

Gambar 20 Peta potensi rawan bencana tsunami, di pantai Provinsi Sumatera Barat. Kecamatan Bungus Teluk Kabung umumnya termasuk dalam zona kerawanan rendah, dengan daerah yang memiliki potensi kerusakan paling kecil dibandingkan dengan zona lainnya. Zona ini dapat dijadikan tujuan evakuasi dan lokasi pengungsian apabila terjadi tsunami. Zona kerawanan rendah meliputi daerah dengan garis ketinggian di atas 15 hingga 30 m dari permukaan laut. Wilayah pesisir dengan morfologi curam dan relief tinggi dalam arti berbukit dapat menjadi lokasi yang aman untuk evakuasi dan lokasi pengungsian. Pada zona ini jarak jangkauan tsunami dari garis pantai mencapai sekitar 25 km (atau sekitar 9 km dari batas zona kerawanan menengah).

(17)

45

4.2. Kondisi Kependudukan

4.2.1. Jumlah dan Sebaran Penduduk

Untuk mengetahui jumlah penduduk dan jumlah rumah tangga yang ada di Kecamatan Bungus Teluk Kabung menurut kelurahan, dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Jumlah penduduk dan rumah tangga menurut kelurahan di Kec. Bungus

Teluk Kabung Tahun 2006.

No. Kelurahan ∑ Penduduk (jiwa) Rumah Tangga 1. Teluk Kabung Selatan 1.737,00 441,00 2. Teluk Kabung Tengah 3.708,00 968,00

3. Teluk Kabung Utara 2.668,00 635,00

4. Bungus Selatan 3.463,00 851,00

5. Bungus Timur 5.179,00 1.358,00

6. Bungus Barat 6.645,00 1.571,00

Total 23.400,00 5.824,00

Sumber : Kec. Bungus Teluk Kabung dalam Angka, 2006

Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa kelurahan yang memiliki jumlah penduduk dan rumah tangga yang paling banyak di Kecamatan Bungus Teluk Kabung adalah Kelurahan Bungus Barat dengan jumlah penduduk 6.645 jiwa dan 1571 rumah tangga, sedangkan kelurahan yang memiliki jumlah penduduk dan rumah tangga yang paling sedikit adalah Kelurahan Teluk Kabung Selatan dengan jumlah penduduk 1.737 jiwa dan 441 rumah tangga.

4.2.2. Kepadatan Penduduk

Untuk mengetahui jumlah dan kepadatan penduduk menurut kelurahan di Kecamatan Bungus Teluk Kabung, dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Jumlah dan kepadatan penduduk menurut kelurahan di Kec. Bungus Teluk Kabung Tahun 2006

Penduduk No. Kelurahan Luas (km²) Jumlah

(jiwa) (jiwa/ km²) Kepadatan 1. Teluk Kabung Selatan 9,14 1.737,00 190,00 2. Teluk Kabung Tengah 25,64 3.708,00 145,00 3. Teluk Kabung Utara 17,26 2.668,00 155,00

4. Bungus Selatan 4,85 3.463,00 714,00

5. Bungus Timur 25,81 5.179,00 201,00

6. Bungus Barat 18,08 6.645,00 368,00

Total 100,78 23.400,00 232,00

(18)

Dari Tabel 9 dapat diketahui bahwa kelurahan yang memiliki jumlah penduduk paling padat di Kecamatan Bungus Teluk Kabung adalah Kelurahan Bungus Selatan dengan tingkat kepadatan 714 jiwa/ km², sedangkan kelurahan yang memiliki kepadatan paling rendah adalah Kelurahan Teluk Kabung Tengah dengan tingkat kepadatan 145 jiwa/ km².

4.2.3. Struktur Penduduk

A. Struktur Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Untuk mengetahui jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin menurut kelurahan di Kecamatan Bungus Teluk Kabung, dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dan sex rasio menurut

kelurahan di Kec. Bungus Teluk Kabung Tahun 2006 Jenis Kelamin (jiwa)

No. Kelurahan

Laki-laki Perempuan

Jumlah

(jiwa) Rasio Sex 1. Teluk Kabung Selatan 979,00 758,00 1.737,00 129,00 2. Teluk Kabung Tengah 2.005,00 1.703,00 3.708,00 118,00 3. Teluk Kabung Utara 1.457,00 1.211,00 2.668,00 120,00 4. Bungus Selatan 1.854,00 1.609,00 3.463,00 115,00 5. Bungus Timur 2.700,00 2.479,00 5.179,00 109,00 6. Bungus Barat 3.485,00 3.160,00 6.645,00 110,00

Total 12.480,00 10.920,00 23.400,00 114,00

Sumber : Kec. Bungus Teluk Kabung dalam Angka, 2006

Dari Tabel 10 dapat diketahui bahwa pada Kecamatan Bungus Teluk Kabung jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan. Adapun kelurahan yang memiliki jumlah penduduk laki-laki paling banyak adalah Kelurahan Bungus Barat dengan jumlah 3485 jiwa, sedangkan kelurahan yang memiliki jumlah penduduk laki-laki paling sedikit adalah Kelurahan Teluk Kabung Selatan dengan jumlah 979 jiwa. Untuk jumlah penduduk perempuan kelurahan yang memiliki jumlah penduduk terbanyak adalah Kelurahan Bungus Barat dengan jumlah 3160 jiwa dan yang memiliki jumlah penduduk perempuan paling sedikit adalah Kelurahan Teluk Kabung Selatan dengan jumlah 758 jiwa.

(19)

47

B. Struktur Penduduk Menurut Kelompok Umur

Untuk mengetahui jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur menurut kelurahan di Kecamatan Bungus Teluk Kabung, dapat dilihat pada Tabel 11.

Dari Tabel 11 dapat diketahui bahwa berdasarkan kelompok umur jumlah penduduk yang paling banyak terdapat pada kelompok umur 10-14 tahun dengan jumlah penduduk sebesar 3198 jiwa dengan komposisi jumlah laki-laki 2002 jiwa dan perempuan 1196 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit terdapat pada kelompok umur 70-74 tahun yaitu sebesar 182 jiwa dengan jumlah jumlah penduduk laki-laki sebesar 52 jiwa mendominasi jumlah penduduk perempuan sebesar 130 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 21.

Tabel 11 Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin dan sex rasio menurut kelurahan di Kec. Bungus Teluk Kabung Tahun 2006

Jenis Kelamin (jiwa) No. Kelompok Umur

Laki-laki Perempuan Jumlah (jiwa) Sex Rasio 1. 0-4 1.300,00 936,00 2.236,00 139,00 2. 5-9 1.196,00 1.092,00 2.288,00 110,00 3. 10-14 2.002,00 1.196,00 3.198,00 167,00 4. 15-19 1.118,00 1.196,00 2.314,00 93,00 5. 20-24 1.274,00 650,00 1.924,00 196,00 6. 25-29 1.014,00 988,00 2.002,00 103,00 7. 30-34 780,00 806,00 1.586,00 97,00 8. 35-39 832,00 988,00 1.820,00 84,00 9. 40-44 832,00 754,00 1.586,00 110,00 10. 45-49 702,00 806,00 1.508,00 87,00 11. 50-54 650,00 494,00 1.144,00 132,00 12. 55-59 286,00 338,00 624,00 85,00 13. 60-64 130,00 338,00 468,00 38,00 14. 65-69 156,00 156,00 312,00 100,00 15 70-74 52,00 130,00 ,182,00 40,00 16. 75 + 156,00 52,00 208,00 300,00 Total 12.480,00 10.920,00 23.400,00 114,00 Sumber : Kec. Bungus Teluk Kabung dalam Angka, 2006

(20)

Gambar 21 Kelompok umur menurut jenis kelamin di Kecamatan Bungus Teluk Kabung Tahun 2006.

4.2.4. Tingkat Kesejahteraan Penduduk

Untuk mengetahui jumlah penduduk dan rumah tangga miskin menurut kelurahan di Kecamatan Bungus Teluk Kabung, dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Jumlah rumah tangga miskin menurut kelurahan di Kec. Bungus Teluk

Kabung Tahun 2006 No. Kelurahan Rumah Tangga Rumah Tangga Miskin Persentase (%) Jumlah (jiwa) 1. Teluk Kabung Selatan 441,00 175,00 39,68 836,00 2. Teluk Kabung Tengah 968,00 187,00 19,32 842,00 3. Teluk Kabung Utara 635,00 195,00 30,71 1082,00 4. Bungus Selatan 851,00 243,00 28,55 1220,00 5. Bungus Timur 1.358,00 611,00 44,99 2868,00 6. Bungus Barat 1.571,00 406,00 25,84 1973,00

Total 5.824,00 1.817,00 31,20 8821,00

Sumber : Kec. Bungus Teluk Kabung dalam Angka, 2006

Dari Tabel 12 dapat diketahui bahwa jumlah rumah tangga miskin yang terdapat di Kecamatan Bungus Teluk Kabung adalah sebanyak 1817 rumah tangga atau sebanyak 31,2%. Kelurahan yang memiliki rumah tangga miskin terbanyak adalah Kelurahan Bungus Timur yaitu sebanyak 611 rumah tangga atau

(21)

49 44,99%, sedangkan kelurahan yang memiliki rumah tangga miskin paling sedikit adalah Kelurahan Teluk Kabung Tengah dengan persentase 19,32%.

4.3. Kondisi Perekonomian 4.3.1. Pertanian

Jenis irigasi yang terdapat di Kecamatan Bungus Teluk Kabung adalah berupa irigasi sederhana, non PU dan tadah hujan. Untuk mengetahui luas lahan yang dialiri masing-masing jenis irigasi, dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Luas sawah menurut jenis pengairan dan kelurahan di Kec. Bungus Teluk Kabung Tahun 2006

Jenis Irigasi No. Kelurahan Teknis ½

Teknis Sederhana Non PU Tadah Hujan Jumlah

1. Teluk Kabung Selatan - - - 20,00 39,00 59,00

2. Teluk Kabung Tengah - - 32,00 6,00 6,00 44,00 3. Teluk Kabung Utara - - 40,00 20,00 20,00 80,00

4. Bungus Selatan - - 28,00 - - 28,00

5. Bungus Timur - - 286,00 89,00 - 375,00

6. Bungus Barat - - 90,00 25,00 107,00 222,00

Total - - 476,00 160,00 172,00 808,00

Sumber : Kec. Bungus Teluk Kabung dalam Angka, 2006

Dari Tabel 13 dapat diketahui bahwa jenis irigasi yang terdapat di Kecamatan Bungus Teluk Kabung adalah berupa irigasi sederhana, non PU dan tadah hujan. Jenis irigasi yang paling banyak mengaliri pertanian adalah irigasi sederhana yaitu seluas 476 Ha, sedangkan jenis irigasi yang paling sedikit adalah irigasi non PU yaitu sebanyak 160 Ha. Hal ini menandakan bahwa sistem pertanian yang digunakan pada Kecamatan Bungus Teluk Kabung masih tergolong tradisional karena tidak adanya irigasi teknis dan ½ Teknis.

4.3.2. Peternakan

Selain pertanian, kegiatan perekonomian masyarakat di Kecamatan Bungus Teluk Kabung adalah perternakan. Adapun jenis ternak yang terdapat di Kecamatan Bungus Teluk Kabung adalah sapi, kerbau, kambing dan domba. Untuk lebih jelasnya mengenai jenis dan populasi ternak yang ada di Kecamatan Bungus Teluk Kabung, dapat dilihat pada Tabel 14.

(22)

Tabel 14 Populasi ternak menurut jenis dan kelurahan di Kec. Bungus Teluk Kabung Tahun 2006

Jenis Ternak (ekor) No. Kelurahan

Sapi Kerbau Kambing Domba 1. Teluk Kabung Selatan 491,00 151,00 170,00 - 2. Teluk Kabung Tengah 291,00 9,00 398,00 - 3. Teluk Kabung Utara 350,00 - 481,00 -

4. Bungus Selatan 132,00 - 252,00 9,00

5. Bungus Timur 1.291,00 780,00 381,00 10,00 6. Bungus Barat 911,00 312,00 261,00 25,00

Total 3.466,00 1.252,00 1.942,00 44,00

Sumber : Kec. Bungus Teluk Kabung dalam Angka, 2006

Dari Tabel 14, dapat diketahui bahwa jenis ternak yang paling banyak terdapat di Kecamatan Bungus Teluk Kabung adalah sapi yaitu 3466 ekor dan populasi terbanyak terdapat di Kelurahan Bungus Timur yaitu 1291 ekor. Sedangkan jenis ternak yang paling sedikit di Kecamatan Bungus Teluk Kabung adalah domba yaitu 44 ekor dan populasi terbanyak terdapat di Kelurahan Bungus Barat yaitu 25 ekor.

4.4. Kondisi Sarana 4.4.1. Pendidikan

Jenis sarana pendidikan yang ada di Kecamatan Bungus Teluk Kabung terdiri dari TK hingga SLTA. Adapun banyaknya sekolah menurut tingkat pendidikan yaitu 4 sekolah TK, Sekolah Dasar (SD) 19 sekolah, SLTP 1 sekolah dan SLTA 1 sekolah. Untuk mengetahui lebih jelasnya, dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Jumlah sarana pendidikan menurut kelurahan di Kec. Bungus Teluk Kabung Tahun 2006

Jenis Pendidikan No. Kelurahan

TK SD SLTP SLTA

1. Teluk Kabung Selatan - 2,00 - -

2. Teluk Kabung Tengah - 2,00 - -

3. Teluk Kabung Utara 2,00 3,00 - -

4. Bungus Selatan 2,00 2,00 1,00 1,00

5. Bungus Timur - 5,00 - -

6. Bungus Barat - 5,00 - -

Total 4,00 19,00 1,00 1,00

(23)

51 Dari Tabel 15, dapat diketahui bahwa jenis sarana pendidikan yang paling banyak di Kecamatan Bungus Teluk Kabung adalah SD, sedangkan jenis sarana pendidikan yang paling sedikit adalah SLTP dan SLTA berada di Kecamatan Bungus Selatan seperti ditunjukan pada Gambar 22. Oleh karena itu sebagian penduduk di Kecamatan Bungus Teluk Kabung menyekolahkan anak-anaknya ke Kota Padang, mengingat jarak yang tidak terlalu jauh dari Kota Padang,

Gambar 22 SMAN satu-satunya di Kecamatan Bungus T. Kabung. 4.4.2. Kesehatan

Adapun jenis sarana kesehatan yang terdapat di Kecamatan Bungus Teluk Kabung terdiri atas Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Toko Obat dan Posyandu. Sarana kesehatan yang terdapat berupa 1 buah puskesmas, 4 buah puskesmas pembatu dan 36 posyandu yang menyebar di setiap kelurahan. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16 Jumlah sarana kesehatan menurut kelurahan di Kec. Bungus Teluk Kabung Tahun 2006

Sarana Kesehatan

No. Kelurahan Puskesmas Pustu Toko Obat Posyandu

1. Teluk Kabung Selatan - 1,00 - 2,00

2. Teluk Kabung Tengah - 1,00 - 5,00

3. Teluk Kabung Utara - - - 6,00

4. Bungus Selatan 1,00 - 1,00 5,00

5. Bungus Timur - 2,00 - 8,00

6. Bungus Barat - - - 10,00

Total 1,00 4,00 1,00 36,00

(24)

Dari Tabel 16, dapat diketahui bahwa jenis sarana kesehatan yang paling banyak di Kecamatan Bungus Teluk Kabung adalah Posyandu yaitu sebanyak 36 unit, sedangkan jenis sarana kesehatan yang paling sedikit adalah Puskesmas dan Toko Obat yaitu sebanyak 1 unit yang terletak di Kelurahan Bungus Selatan.

4.4.3. Peribadatan

Jenis sarana peribadatan yang ada di Kecamatan Bungus Teluk Kabung berupa masjid dan mushalla. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Jumlah sarana peribadatan menurut kelurahan di Kec. Bungus Teluk Kabung Tahun 2006

Sarana peribadatan No. Kelurahan

masjid mushalla Gereja Jumlah

1. Teluk Kabung Selatan 1,00 - - 1,00

2. Teluk Kabung Tengah 1,00 4,00 - 5,00

3. Teluk Kabung Utara 2,00 5,00 - 7,00

4. Bungus Selatan 2,00 7,00 - 9,00

5. Bungus Timur 2,00 13,00 - 15,00

6. Bungus Barat 5,00 13,00 - 18,00

Total 13,00 42,00 - 55,00

Sumber : Kec. Bungus Teluk Kabung dalam Angka, 2006

Dari Tabel 17, dapat diketahui bahwa jenis sarana peribadatan di Kecamatan Bungus Teluk Kabung adalah berupa masjid dan mushalla. Diantara kedua jenis sarana peribadatan tersebut jumlah mushalla lebih banyak daripada jumlah masjid yaitu mushalla 42 unit dan masjid 13 unit. Jumlah masjid yang paling banyak terdapat di Kelurahan Bungus Barat yaitu sebanyak 5 unit, sedangkan jumlah masjid yang paling sedikit terdapat di Kelurahan Teluk Kabung Selatan dan Teluk Kabung Tengah masing-masing 1 unit. Untuk jumlah mushalla yang paling banyak terdapat di Kelurahan Bungus Timur dan Bungus Barat masing-masing 13 unit, sedangkan jumlah mushalla yang paling sedikit terdapat di Kelurahan Teluk Kabung Selatan dimana tidak memiliki mushalla.

(25)

53

4.5. Kondisi Prasarana 4.5.1. Air Bersih

Prasarana air bersih yang tersedia di Kecamatan Bungus Teluk Kabung sudah berupa air bersih yang berasal dari PDAM. Hal ini ditunjukan dengan banyaknya masyarakat yang menjadi pelanggan PDAM, untuk mengetahui jumlah pelanggan PDAM yang ada di Kecamatan Bungus Teluk Kabung, dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Jumlah pelanggan PDAM menurut jenis pelanggan di Kec. Bungus Teluk Kabung Tahun 2006

No. Kelompok Jumlah

1. Kelompok I.A 287,00 2. Kelompok I.B -3. Kelompok II.A 333,00 4. Kelompok II.B 3.506,00 5. Kelompok II.C -6. Kelompok II.D -7. Kelompok III.A 13.766,00 8. Kelompok III.B 27.985,00 9. Kelompok IV.A 6.442,00 10. Kelompok IV.B 2.011,00 11. Kelompok IV.C 292,00 12. Kelompok V 2,00 Total 54.624,00

Sumber : Kec. Bungus Teluk Kabung dalam Angka, 2006

Dari Tabel 18, dapat diketahui bahwa jumlah pelanggan PDAM yang paling banyak di Kecamatan Bungus Teluk Kabung adalah Kelompok III.B yaitu sebanyak 27985 pelanggan, sedangkan jumlah pelanggan PDAM yang paling sedikit adalah Kelompok V yaitu sebanyak 2 pelanggan.

4.5.2. Prasrana Perhubungan

Teluk Bungus banyak dimanfaatkan oleh masyarakat, swasta dan pemerintah daerah diantaranya adalah Pelabuhan Perikanan, jalur arus lintas kapal, Pelabuhan Pertamina, Pelabuhan Ferry Penumpang (ASDP) Bungus, industri kayu lapis yang bersampingan dengan muara sungai dan kawasan pariwisata. Namun saat ini industri kayu lapis tersebut sudah tidak berjalan seperti ditunjukan pada Gambar 23 sedangkan di dekat mulut teluk terdapat kawasan

(26)

budidaya dan mangrove. Teluk Bungus saat ini telah menjadi pelabuhan Pertamina untuk kebutuhan pasokan bahan bakar Sumatera Barat dan sebagian Jambi dan Riau seperti ditunjukan pada Gambar 24.

Gambar 23 Pel. Ferry Penumpang (ASDP). Gambar 24 Pelabuhan Pertamina.

Prasarana perhubungan untuk pariwisata di Kota Padang diantaranya yaitu, Bandara Internasional Minangkabau (BIM) yang terletak di Kabupaten Padang Pariaman yang mulai beroperasi sejak Agustus 2005 (Gambar 25). Pelabuhan Teluk Bayur dan Muara Padang yang memiliki fasilitas sebagai tempat berlabuh kapal-kapal wisata. Kecamatan Bungus Teluk Kabung memiliki Pelabuhan Perikanan Samudra Bungus yang termasuk dalam Pelabuhan Perikanan kelas A, dengan luas areal 140.000 m2 yang dikelola oleh UPT Pusat (UPTP), berada pada Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP 572) Samudra Hindia (PRWLSDNH 2007) seperti ditunjukan pada Gambar 26. Pelabuhan ini diperuntukan bagi kapal-kapal perikanan yang beroperasi di perairan nusantara.

Gambar 25 Bandara Internasional Minangkabau. Gambar 26 Pelabuhan Perikanan Samudra Bungus.

(27)

55 Prasarana perhubungan darat menuju kawasan Teluk Bungus dari Kota Padang cukup bagus, Kecamatan ini berjarak ± 10 Km dari pusat Kota Padang. Perjalanan dapat ditempuh melalui jaringan jalan provinsi dari Kota Padang menuju Teluk Bungus dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat ± 30-45 menit jalan darat dengan menggunakan mikrolet dengan kondisi jalan cukup bagus mengingat jalur ini juga merupakan jalur akses pendistribusian BBM Pertamina dari pelabuhan Bungus ke wilayah sekitarnya seperti ditunjukan pada Gambar 27. Di samping itu prasarana perhubungan laut juga cukup baik hal ini ditandai dengan lokasi PPS Bungus yang terletak terbuka menghadap laut dan memiliki akses yang baik menuju laut. Kondisi dermaga dan kedalaman air di pelabuhan memungkinkan adanya akses yang baik untuk kapal-kapal yang berukuran besar.

Selain itu perjalanan menuju Teluk Bungus dapat pula ditempuh dengan menggunakan jalur laut dari pelabuhan Muara Kota Padang, sedangkan akses menuju pulau-pulau di sekitar kawasan Bungus Teluk Kabung dapat menggunakan speedboad, perahu layar milik warga di Teluk Bungus (Gambar 28), ataupun menggunakan kapal yang disewakan oleh pengelola wisata, seperti pada pengelolaan di Penginapan Carlos.

Gambar 27 Jaringan jalan provinsi dari Kota Padang menuju Teluk Bungus.

Gambar 28 Perahu layar milik warga di Teluk Bungus yang dapat disewakan.

4.6. Kondisi Ekosistem

Secara umum, Teluk Bungus mempunyai ekosistem pesisir yang lengkap, dan di lokasi ini ditemukan mangrove, lamun, dan terumbu karang. Akan tetapi

(28)

kondisi ketiga ekosistem tersebut berbeda-beda mulai dari baik hingga rusak. Kualitas perairan di Teluk Bungus juga menunjukkan kondisi yang tercemar ringan hingga sedang, dan diduga merupakan akibat limbah rumah tangga.

4.6.1. Mangrove

Secara umum kondisi mangrove di Teluk Bungus masih dalam kondisi yang baik, ditandai dengan adanya akresi atau penambahan daratan di depan zonasi mangrove. Kondisi yang baik ini terdapat di sekitar Teluk Pandan, Teluk Kaluang, dan Teluk Kabung .

Kerusakan mangrove sudah terjadi di Teluk Bungus, (PRWLSDNH 2006). Penyebab rusaknya mangrove di Teluk Bungus adalah penebangan liar (terjadi di Teluk Sirih) dan konversi lahan untuk industri dan pemukiman (terjadi di Muara Sungai Bungus).

Rhizophora mucronata dan Rhizophora apiculata merupakan jenis

tumbuhan mangrove sejati yang mendominasi hutan bakau di Teluk Bungus. Ketebalan mangrove yang ada di Teluk Bungus bervariasi dari 100 – 400 m. Kondisi ini berkaitan dengan jenis substrat yang terdapat di areal mangrove terdiri dari lumpur dan lumpur berpasir (Gambar 29).

(29)

57

4.6.2. Padang Lamun

Terdapat dua jenis lamun yang tumbuh di Teluk Bungus, yaitu Thalassia

hemprichii dan Enhalus acoroides (PRWLSDNH 2006).

Lamun yang mempunyai distribusi paling tinggi dan mendominasi vegetasi di Teluk Bungus adalah Thalassia hemprichii, sementara Enhalus acoroides hanya tumbuh secara sporadis dan berjumlah sangat sedikit serta kondisinya yang umumnya rusak.

Vegetasi lamun umumnya tumbuh di daerah intertidal dan pada saat surut hanya mempunyai kedalaman air kurang dari 30 cm, bahkan dibeberapa tempat tumbuhan ini terekspose langsung dengan udara. Lamun tumbuh pada substrat hancuran karang mati yang sudah ditutupi oleh sedimen. Kedua faktor ini membuat kondisi lamun di Teluk Bungus kurang baik dibandingkan dengan lamun di lokasi lain di Indonesia.

Mengingat cukup pentingnya fungsi ekologis padang lamun, perlu dicoba upaya transplantasi lamun, khususnya jenis Enhalus acoroides didaerah – daerah yang perairannya cukup dalam dan mempunyai substrat berlumpur. E. acoroides merupakan lamun yang ukurannya paling besar yang tumbuh di Indonesia, dan berdasarkan pengamatan di berbagai tempat merupakan jenis lamun yang mempunyai peran yang signifikan bagi organisme lain, termasuk yang bernilai ekonomis penting.

4.6.3. Terumbu Karang

Menurut penelitian PRWLSDNH (2006), Terumbu karang yang hidup di Teluk Bungus tersebar di sepanjang pesisir pantai terutama di mulut teluk dan gosong karang. Kondisi terumbu karang di lokasi ini lebih didominasi oleh bentik abiotis berupa pasir dan patahan karang mati, dan dalam keadaaan yang rusak parah (penutupan karang hidup < 25%).

Penyebab rusaknya terumbu karang di Teluk Bungus umumnya disebabkan oleh tingginya sedimentasi dari daratan yang dibawa oleh aliran sungai di sepanjang pesisir Teluk Bungus.

Pemulihan kondisi terumbu karang yang telah rusak di Teluk Bungus sangat perlu dilakukan untuk mengembalikan fungsi ekologis terumbu karang yang telah

(30)

rusak. Proses pemulihan kondisi terumbu karang secara alami membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga diperlukan adanya kebijakan pemerintah dan juga kesadaran dari masyarakat sekitar. Salah satu kebijakan yang cukup efektif untuk pemulihan kondisi terumbu karang adalah perlindungan kawasan serta upaya rehabilitasi dan restorasi terumbu melalui teknologi transplantasi karang dan terumbu buatan.

Gambar

Tabel 5 Kelurahan di Kecamatan Bungus Teluk Kabung
Gambar 8 Pantai berbentang alam kasar dan terjal.  Gambar 9 Pantai bertebing curam.
Gambar 11 Wave Rose arah gelombang hasil analisa Tide and Wave  Gauge (November, 2006)
Gambar 12 Grafik Tinggi Gelombang Signifikan (Hs) hasil analisa  Tide and Wave Gauge (November, 2006)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun hasil penelitian pengembangan ini adalah 1 Telah berhasil menjelaskan dengan detail prosedur pengembangan bahan ajar berbasis vlog 2 Produk pengembangan ini telah terbukti

Universitas Terbuka (UT) selaku perguruan tinggi negeri di Indonesia masih berumur muda. Oleh karena itu UT berusaha agar dikenal oleh masyarakat umum. Selain itu UT juga

Diskusi: Didapatkan median kesintasan 13 minggu dan tidak ditemukan perbedaan kesintasan yang bermakna antara keganasan yang berasal dari hematologik dan tumor

Penelitian ini telah dilaksanakan di Kawasan “Pakakaan” Kabupaten Minahasa pada 2 Februari 2014 hingga 5 April 2014. Tujuan penelitian ini yaitu mengidentifikasi

RINCIAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN. TAHUN

Saya kira kita batasi pembahasan kita yang ini hanya mengenai anak dulu, bahwa orang dewasa itu saya kira sudah ada pemikiran waktu itu dari Pemerintah, tapi belum kita

Ruang kelas merupakan suatu ruangan dalam bangunan pendidikan (kampus) yang berfungsi Ruang kelas merupakan suatu ruangan dalam bangunan pendidikan (kampus) yang berfungsi

Untuk mengetahui persentase terbentuknya fasa superkonduktor dan fasa impuritas maka dilakukan perhitungan Fraksi Volume (FV) pada masing- masing sampelsintering.Hasil