• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panen adalah serangkaian kegiatan kegiatan dimulai dari memotong

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA. Panen adalah serangkaian kegiatan kegiatan dimulai dari memotong"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Panen

Panen adalah serangkaian kegiatan kegiatan dimulai dari memotong tandan matang panen sesuai kriteria matang panen, mengumpulkan dan mengutip brondolan serta menyusun tandan di tempat pengumpulan hasil (TPH) berikut brondolan. Tujuan panen adalah memproleh minyak sawit dan inti sawit yang optimal dari tandan buah segar (TBS) dengan mutu asam lemak bebas (ALB) yang standart. (Sulistyo, 2010)

B. Pramalan Produksi

Peramalan produksi sangat penting dan ketetapannya akan meningkat efesiensi dibidang pemakaian tenaga panen, angkutan dan jumlah olah pabrik. Peramalan produksi yang lebih akurat lagi dengan melakukan peramalan peroduksi harian. Sensus harian ini dilakukan sehari sebelum pelaksanaan panen oleh mandor panen.Rumus peramalan produksi harian yaitu :

Produksi Harian = Jumlah Pokok Areal Yang Di Panen x Berat tandan Angka Kerapatan panen

Berdasarkan hasil sensus yang di lakukan sehari sebelum pelaksanaan panen, didapat data jumlah produksi dan AKP yang akan menentukan jumlah angkutan dan tenaga panen yang dibutuhkan pada keesokan harinya. (Zulkarnain, 2009)

(2)

5 C. Kriteria Matang Panen

Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan ALB minyak sawit yang dihasilkan. Pemanenan buah yang dilakukan dalam keadaan lewat matang, maka minyak yang dihasilkan mengandung ALB dalam persentase tinggi (>3%). Sebaliknya jika pemanenan dilakukan dalam keadaan buah belum matang, maka walau kadar ALB-nya rendah, rendemen minyak yang diperolehnya juga rendah. Pengetahuan mengenai kriteria matang panen berdasarkan jumlah brondolan yang jatuh berperan cukup penting dalam menentukan derajat kematangan buah.

Tingkat kematangan dapat dilihat pada perubahan warna. Mula-mula kelapa sawit berwarna hitam, kemudian berwarna merang orange. Hal ini karena pengaruh zat warna beta karoten. Setelah mencapai warna orange, maka minyak sawit yang terkandung dalam buah telah dimaksimal dan setelah ini proses pewarnaan buah menjadi terhenti. Buah-buah yang lepas dari tandannya disebut brondolan. Buah yang sudah memberondol berarti buah tersebut sudah tidak memproduksi minyak lagi. Hal ini erat sekali kaitannya dengan kriteria panen (Akiyat, 2002).

Berdasarkan jumlah berondolan yang lepas dari tandannya, Drajad kematangan buah dapat di kelompokkan ke dalam fraksi – fraksi seperti yang tercantum pada tabel 1,berikut ini.

(3)

6 Tabel 1. Kriteria Tingkat Kematangan Buah

Fraksi Jumlah Brondolan Drajad Kematangan 00 Tidak terdapat brondolan Sangat mentah

0 1 – 12.5 % Buah luar telah

membrondol Mentah

1 12.5 – 25 % Buah luar telah

membrondol Kurang matang

2 25 – 50 % Buah Luar telah

membrondol Matang 1

3 50 – 75 % Buah luar telah

Membrondol Matang 2

4 75 – 100 % Buah luar telah

Membrondol Lewat matang 1

5 Buah dalam membrondol

Dan ada buah busuk Lewat matang 2 Sumber : Adlin Lubis (2008)

Berdasarkan kriteria yang tercantum pada tabel, maka menurut Purba dan Lubis (1987), mutu panen yang di terima di pabrik kelapa sawit harus memenuhi persyaratan yaitu :

a) Jumlah berondolan di pabrik adalah 15 % dari berat tandan seluruhnya. b) Tandan terdiri dari fraksi 2 dan 3 minimal 65 % dari jumlah tandan. c) Tandan yang terdiri dari fraksi 1 minimal 20 % dari jumlah tandan dan d) Tandan yang terdiri dari fraksi 4 dan 5 maksimal 15 % dari jumlah

tandan. Pencapaian komponen tersebut antara lain di tentukan oleh drajad kematangan panen, terkumpulnya berondolan dan pengangkutan yang lancar.

(4)

7 D. Kerapatan Panen

Kerapatan panen adalah penaksiran jumlah pohon yang akan di panen dari suatu blok yang di tentukan dalam satu hari sebelum hari kerja. Perhitungan angka kerapatan panen (AKP) tersebut dilakukan sehari sebelum panen. Rumus yang di gunakan untuk menghitung AKP yaitu :

AKP = Jumlah Tandan Masak x 100

Jumlah Tanaman Contoh

Angka kerapatan panen (AKP) ini berguna untuk menentukan jumlah tenaga panen dan produksi dari suatu mandoran. Berdasarkan perkiraan produksi tersebut dapat diperkirakan jumlah angkutan yang di butuhkan, waktu yang di perlukan untuk pengolahan dan pengorganisasiannya.

E. Rotasi dan Sistem Panen

Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai panen berikutnya pada tempat yang sama. Perkebunan kelapa sawit di indonesia pada umumnya menggunakan rotasi panen tujuh hari, artinya satu areal panen harus dimasuki (diancak) oleh pemetik tiap tujuh hari. Rotasi panen dianggap baik bila buah tidak lewat matang, yaitu dengan menggunakan sistem 5/7. Artinya, dalam satu minggu terdapat lima hari panen dan masing – masing ancak panen di ulagi (dipanen) pada tujuh hari berikutnya. Dikenal dua sistem ancak panen, yaitu sistem giring dan sistem tetap

a. Sistem Giring

Pada sistem ini, apabila suatu ancak telah selesai di panen, pemanen pindah ke ancak berikutnya yang telah ditunjuk oleh mandor, begitu seterusnya. Sistem

(5)

8

ini memudahkan pengawasan pekerjaan para pemanen dan hasil panen lebih cepat sampai di TPH dan pabrik. Namun, ada kecendrungan pemanen akan memilih buah yang mudah di panen sehingga ada buah atau berondolan yang tertinggal karena pemanennya menggunakan sistem borongan.

b. Sistem Tetap

Sistem ini sangat baik diterapkan pada areal perkebunan yang sempit, topograpi berbukit atau curam, dan dengan tahun tanam yang berbeda. Pada sistem ini pemanen diberi ancak dengan luas tertentu dan tidak berpindah- pindah. Hal tersebut menjamin diperolehnya TBS dengan kematangan yang optimal. Rendemen minyak yang dihasilkan pun tinggi. Namun, kelemahan sistem ini adalah buah lebih lambat keluar sehingga lambat juga sampai ke pabrik.

Secara skematis, sistem panen ancak giring dapat dilihat pada Gambar 1.

(6)

9 F. Kebutuhan Tenaga Panen

1. Organisasi panen dibentiuk dengan tujuan agar pelaksanaan panen bisa berjalan dengan efektif dan efesien yang terdiri dari mandor panen, krani panen, dan pemanen.

2. Mandor panen membawahi 15-20 pemanen 3. Penentuan kebutuhan pemanen adalah

Jumlah pemanen yang dibutuhkan = (Luas areal : Rotasi) Luas per ancak / HK

Contoh :

Luas areal = 1000 Ha Rotasi yang ditentukan = 6/7 Luas ancak per HK = 3 Ha/ HK

Jumlah pemanen yang dibutuhkan = (1000:6) = 167 Ha = 56 pemanen. Catatan :

Luas ancak penen diatas adalah luas rata-rata dan dapat berubah disesuaikan dengan kerapatan panen dan topografi.

G. Alat – Alat Panen

Beberapa peralatan yang umum digunakan dalam kegiatan panen adalah sebagai berikut :

1. Dodos besar dan kecil dengan lebar ± 10 – 12.5 cm, disambung dengan pipa besi atau tongkat kayu dengan diameter ± 4 cm untuk tanaman yang berumur < 6 Tahun.

(7)

10

2. Egrek yang disambung dengan galah allumunium atau bambu untuk tanaman berumur > 6 tahun

3. Piring plastik atau allumunium dan karung bekas untuk pengumpulan berondolan TPH

4. Kampak kecil atau parang untuk memotong tangkai TBS 5. Batu asah untuk mengasah peralatan supaya tajam 6. Kereta dorong untuk mengangkut TBS ke TPH

7. Jaring panen atau alat untuk mengangkut buah ke dalam truck

8. Jaring untuk pengamanan buah ditruck agar tidak jatuh. (PPKS, 2006)

H. Persiapan Alat Panen

1. Dodos, egrek digosok dengan batu asah pada sore hari

2. Dodos dan tomasun setelah digosok dibungkus dengan karet atau alat sefty lainnya.

3. Pisau egrek setelah digosok kemudian mata pisau di tutup dengan karet / paralon atau alat sefty lainnya dan di ikat agar tidak membahayakan pada saat mengikuti apel pagi maupun pada saat perjalanan ke ancak panen. 4. Pisau egrek dipasang pada ujung bambu atau pipa alumunium yang akan

di gunakan sebagai gagang egrek, lalu diikat dengan kuat. Ikatan pertama menggunakan tali karet, yang diikat kuat dan penuh sepanjang tangkai pisau egrek (20 – 25 Cm). Kemudian dilakukan pengikatan kedua memakai tali plastik atau nilon di atas ikatan karet dengan ikatan yang kuat penuh sepanjang 25 – 30 cm menutupi ikatan egrek.

(8)

11

5. Angkong di persiapkan, periksa ban angkong, bearing roda angkong, mur dan baut pada badan angkong. Pastikan semuanya berada dalam kondisi yang benar (ban terisi angin yang cukup dan tidak bocor, bearing roda tidak bergoyang mur dan baut tidak kendor).

I. Pelaksanaan Panen

Pengaturan jumlah tenaga panen setiap hari mempertimbangkan kerapatan buah, produktivitas panen dan topografi untuk menjaga rotasi panen. Ancak yang harus dipanen pada hari itu di tentukan oleh mandor panen. Pemanen haruus memanen seluruh buah masak yang sesuai dengan kriteria matang panen di ancak yang ditentukan.

Pada pelaksanaan panen dengan menggunakan alat dodos, harus dihindari pemotongan pelepah dan diwajibkan menjaga 2 pelepah dibawah buah terakhir (songgo 2) untuk mempertahankan jumlah pelpah 56 – 64 per pohon.

Pada pelaksanaan panen menggunakan egrek, pelpah yang ada di bawah buah yang tidak dipanen tidak perlu dipotong untuk mempertahankan jumlah pekpah minimal 48 per pohon (songgo 1).

Pelpah dipotong menjadi dua bagian dan disusun di gawangan mati. Buah yang dipanen tangkai tandannya dipotong dengan huruf V menggunakan tommasun, berondolan harus dikiutip bersih dan selanjutnya di bawa ke TPH dan disusun berderet 5 tandan per baris. Brondolan harus dimasukkan ke dalam karung tetapi karung berondolan tidak boleh terangkut ke dalam truck. Pemanen diwajibkan memberi nomor pemanen di tandan sebagai tandan sebagai tanda hasil kerja penen dalam satu hari. (Lubis, 2008)

(9)

12

J. Jenis – Jenis Alat Angkut Tandan Buah Segar (TBS) 1. Whell Tractor

Merupakan alat angkut kelapa sawit yang memiliki kapasitas kecil yaitu ton, biasanya digunakan untuk mengangkut TBS pada kondisi jalan yang buruk.

Whell Tractor ini selain digunakan untuk mengangkut TBS biasanya juga di gunakan untuk mengangkut pupuk pada areal jalan yang rusak dan sulit untuk dilalui oleh kendaraan lain.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2. Whell Tractor 2. Truck Biasa

Merupakan alat transportasi yang digunakan untuk mengangkut TBS dengan kapasitas 5 – 6 ton.

(10)

13 3. Colt Diesel

Merupakan alat pengangkutan yang digunakan untuk mengangkut TBS, kapasitas dari truck biasa 7 – 10 ton. Truck biasa ini di gunakan apabila jarak kebun ke PKS jauh, untuk mengurangi jumlah kendaraan yang di gunakan maka di gunakanlah truck biasa ini.

Gambar 4. Colt Diesel

A. Sistem Pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS)

Pengangkutan tandan buah segar (TBS) merupakan bagian dari rangkaian proses produksi minyak sawit yang dimulai dari tempat pengumpulan hasil(TPH) sampai ke pabrik kelapa sawit (PKS). Kelancaran transportasi TBS sangat penting karena TBS yang sudah di panen harus segera di olah, sehingga diperoleh mutu CPO yang baik. Menghindari kehilangan TBS dan brondolan yang sudah di panen. Ketersediaan TBS untuk kontiniutas pengolahan di PKS.

Jenis kendaraan pengangkutan TBS yang biasa di gunakan adalah Whell Tractor (WT) dan Truck. WT khusus di gunakan untuk areal yang tidak bisa dilalui oleh truck. Sistem pengangkutan TBS yang efektif dan efesien harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

(11)

14

1. Perlakuan pengangkutan TBS dengan penanganan yang sedikit mungkin.

2. Cara pengangkutan hendaknya selaras dengan panen dan pengolahan. 3. Lantai dan bak kendaraan tidak bocor, bersih dari segala sampah, batu

dan kotoran lainnya.

4. Dinding dan chasis kendaraan tidak terlalu tinggi ( 1 – 2 M ) 5. Menggunakan jaring penutup muatan ( Lubis, 1992 )

1. Perencanaan Pengangkutan TBS

Perncanaan bertujuan untuk mengatur tersedianya TBS yang akan di angkut sehingga jarak waktu antara panen dan pengolahan dapat sesingkat mungkin, dan seluruh TBS yang sudah dipanen dapat sampai PKS pada hari yang sama. Dalam merencanakan pengangkutan TBS perlu di perhatikan faktor sebagai berikut :

1. Produksi kebun (semua Devisi) 2. Hasil TBS tiap Devisi atau Blok 3. Waktu tersedianya TBS di TPH 4. Jumlah kendaraan yang di perlukan 2. Kecepatan Pengangkutan TBS

Pengangkutan TBS merupakan sistem kerja terpadu dan berkesinambungan mulai dari panen, pengumpulan di TPH, pengangkutan dari TPH ke PKS sampai keperebusan. Apabila salah satu mata rantai terganggu, akan menimbulkan hambatan pada proses kerja lainnya.

(12)

15

Kelancaran pengangkutan TBS harus memperhatikan faktor penghambat sebagai berikut :

a. Pengumpulan TBS di TPH

Pengumpulan TBS di TPH di lakutan tepat waktu, serentak dan tersusun rapi. Untuk memudahkan pemuatanya, brondolan di kumpulkan, dimasukkan kedalam karung dan dituangkan dalam kendaraan. Karung tidak boleh ikut ke PKS.

b. Ukuran dan bobot TBS

Jumlah dan ukuran TBS yang dipanen berpengaruh terhadap waktu dan kecepatan proses pemanen dan pengangkutnya, sehingga ukurannya berpengaruh terhadap kecepatan pemuatnhya ke atas kendaraan.

c. Kondisi Jalan

Pada kondisi jalan kurang baik akan menurunkan mutu produksi dan peningkatan biaya perawatan alat – alat angkut dan pada kondisi jalan yang baik akan memudahkan pengangkutan TBS menuju ke PKS dan meminimalisir buah yang bermalaman, oleh karna itu perawatan jalan perlu dilakukan secara rutin.

d. Iklim/Cuaca

Pengankutan TBS sangat di pengaruhi oleh kondisi iklim/cuaca, karena pada musim hujan sering terjadi hujan di pagi hari sehingga pemanen tidak dapat bekerja tepat waktunya. Selain itu hujan yang

(13)

16

berkepanjangan sebagai penyebab kerusakan jalan (Vademicum PT. Bakrie Plantations, 2003)

3. Perencanaan Kendaraan

Menghitung kebutuhan kendaraan angkut TBS sebagai berikut : 1. Jumlah Trip kendaraan = Waktu kerja Truck

Waktu Angkut/truck

2. Jumlah TBS yang dapat diangkut/Truck = Jumlah Trip x Kapasitas (Ton TBS/Trip

3. Kebutuhan Kendaraan = Jumlah Produksi

Jumlah TBS yang dapat diangkut/truck

Penyusunan kebutuhan kendaraan angkut TBS harus berdasarkan produksi bulan paling rendah.

Misalnya :

Produksi TBS kebun di taksirkan ± 72 000 kg, kapasitas kerja truck/hari = 10 jam, kapasitas angkut rata – rata 5 ton TBS/trip, waktu muat 1 trip = 130 menit, maka kebutuhan kendaraan :

a. Jumlah Trip Kendraan = 10 x 60 Menit = 4 trip

130 menit

b. Jumlah TBS yang dapat diangkut/truck = 4 trip x 5 ton TBS/trip = 20 Ton tiap truck.

c. Kebutuhan kendaraan = 72 000 kg TBS = 4 Truk

20 000kg TBS / truck

Alat transportasi yang umum di gunakan dalam perkebunan dalam perkebunan kelapa sawit ada tiga tipe, yaitu trnsport darat, dan transport air.

(14)

17

Prestasi normal setiap kendaraan dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2. Prestasi Normal Setiap Kendaraan

Radius (KM) Truck Non Tripper (Ton) Truck Tripper (Ton) Tractor Ban (Ton) Laco (Ton) 0 - 10 10 12 6 30 11 – 15 8 10 4 20 16 - 30 6 8 3 14 (Sumber : Tambunan, 2011) 4. Komunikasi Pengangkutan

Salah satu faktor penting untuk menunjang kelancaran pengangkutan TBS adalah komunikasi antara petugas di lapangan, devisi dengan petugas di PKS dan kontraktor pengangkutan.

Pemanfaatan sarana komunikasi (misal Radio HT) atau mengadakan sistem komunikasi yang efektif sangat membantu kelancaran pengangkuran TBS.

K.Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi kelancaran Transportasi TBS 1. Organisasi Panen

Rotasi panen di jaga antara 6 - 8 hari, sehingga presentase brondolan terhadap janjang maksimum 7 – 9 %. Hal ini perlu agar janjangan terlampau banyak waktu yang dibutuhkan untuk mengangkut brondolan dari TPH ke kendaraan, buah harus di letakkan oleh karyawan potong buah di TPH yang telah ditentukan.

Potong buah dalam setiap hari agar di usahakan terkonsentrasi, jangan terpencar – pencar dari satu mandoran dengan mandoran yang lain. Dan juga arah

(15)

18

majunya dari satu seksi ke seksi yang lain di usahakan menurut atau melawan arah jarum jam. Kedua naspek ini perlu dalam rangka efesiensi trasnportasi.

Sesudah selesai di potong satu pasar rintis, karyawan potong buah harus segera mengeluarknnya ke TPH. Hal ini perlu agar trasport buah sudah dapat di mulai paling lambat jam 08. 30 setiap hari panen. Oleh karna itu, kerani buah harus secepatnya memeriksa buah tidak dibenarkan kendaraan yang menunggu kerani buah tetap kerani buah yang menunggu kendaraan.

Realisasi tonase buah yang di potong setiap hari harus hampir sama dengan buah yang dibuat kemaren sorenya. Hal ini perlu untuk tepatnya penentuan jumlah kendaraan yang akan di sediakan. Potong buah hari minggu sebaiknya di hindari untuk memberi kesempatan waktu untuk reparasi alat – alat transport dan istirahat kapala supir dan kenek.

2. Bentuk/Pola Pasar Motor suatu Kebun

Sedapat mungkin harus di usahakan lurus dan jarak antar pasar pikul maksimum 300 meter (33 pohon), pasar – pasar buntu (tidak tembus) diminimalkan dan sebaiknya tidak ada, diareal yang berbukit di usahakan pasar bangun dikaki bukit bukan diatas bukit.

Faktor – faktor utama kelancaran trasfortasi adalah kondisi jalan. Mesih banyak menganggap, apabila trasport FFB tidak lancar maka perlu penambahan alat trasport, padahal kapasitas per unit alat transpotnya mesih jauh dari kapasitas standart. Penyebab utama dari keadaan tersebbut adalah kondisi jalan yang kurang baik.

(16)

19 3. Perawatan Alat – Alat Transportasi

Perawatan alat – alat transportasi dibanyak perusahaaan perkebunan mesih termasuk titik lemah. Banyak faktor penyebabnya, tetapi salah satu penyebab utama ialah kurangnya pengetahuan teknik.

Aspek – aspek yang kurang mendapat perhatian ialah : a. Lemahnya pengetahuan teknis karyawan di bengkel b. Kurangnya disiplin

c. Muatan kendaraan (tonase) yang berlebihan d. Pengetahuan teknis pada supir yang minim e. Kondisi pasar yang tidak memadai

f. Transprt FFB yang sampai larut malam g. Sistem premi transport yang kurang menarik 4. Organisasi Pengoprasian Alat – Alat transportasi

Penyediaan kendaraan (truk dan well tractor) oleh perusahaan di perkebunan kelapa sawit adalah terutama untuk transport buah (FFB) dan kemudian untuk angkutan lain- lain.

Apabila semua pekerjaan dikelola denhgan baik dan kebun sudah mapan maka presentase pemakaian kendaraan adalah sebagai berikut :

Angkutan Buah (FFB) = 75 – 80 %

Angkutan Lain (Pupuk, Karyawan) = 20 – 25 %

Oleh karena itu penentuan jumlah kendaraan per afdeling terutama di tentukan oleh jumlah produksi per hari. Efisiensi pengoperasian alat – alat transport yang akan di dapat maksimal apabila tiap hari asisten afdeling merncanakan tonase produksi dan angkutan lain – lain untuk besok setiap sore

(17)

20

hari, realisasi produksi tidak boleh terlampau jauh menyimpang dari taksasi, maksimal 2 %. Hal ini penting untuk penentuan jumlah kendaraan oleh mandor transport,angkutan TBS per trip minimal 5 ton, angkutan pupuk dan angkutan lain – lain sudah harus selesai paling lambat jam 08. 30, agar jam 08.30 sudah mulai di angkat buah.

Tidak dibolehkan mentolier buah restan di lapangan (TPH), kapasitas setiap kendaraan harus semaksimal mungkin. Oleh karna itu, apabila TBS disuatu afdeling sudah habis lebih cepat dari biasanya maka harus pindah ke afdeling lain yang terkendala transportasinya, jangan ada gerak kendaraan yang tidak efesien, pengisian BBM setiap hari sudah harus selesai jam 07.00. Tentunya disamping hal – hal tersebut di atas, faktor sudah dilaksanakan sebagaimana mestinya (Sastrosayono, 2003)

Gambar

Gambar 1.  Cara Berpindah Tenaga Dalam Sistem Ancak Giring.  (BPM, 2000)
Gambar 3.  Truck Biasa
Gambar 4.  Colt Diesel
Tabel 2.  Prestasi Normal Setiap Kendaraan  Radius  (KM)  Truck Non Tripper  (Ton)  Truck Tripper (Ton)  Tractor Ban (Ton)  Laco  (Ton)  0 - 10  10  12  6  30  11 – 15  8  10  4  20  16 - 30  6  8  3  14  (Sumber  :  Tambunan, 2011)  4

Referensi

Dokumen terkait

bersamaan. Sebagai contoh : anda dapat menunjukkan bahwa sesuatu adalah sejenis dengan mengumpulkan mereka bersama di bawah judul, menampilkan mereka dengan gaya

Penulisan dalam penelitian ini mengkaji tentang Pelaksanaan Perjanjian Studi Lanjut Antara Yayasan Slamet Rijadi Dengan Dosen, yang mengkaji akibat hukum antara Yayasan Slamet

Hipotesis sudut pandang statistik adalah pernyataan statistik tentang parameter populasi dan merupakan taksiran terhadap parameter populasi melalui data sampel, sedangkan

laksanakan kewajiban sampai de- ngan jangka waktu berakhirnya jangka waktu penghentian semen- tara sebagian atau seluruh alat produksi dapat direkomendasikan untuk dikenakan

Hanya orang yang didaftarkan sebagai pemilik yang dapat memakai dan memberikan orang lain hak untuk memakai (dengan sistem lisensi). Tetapi tidak mungkin orang lain memakainya. Dan

Setelah memperoleh model terbaik pada tahap verifikasi, selanjutnya akan dilakukan peramalan untuk menentukan hasil produksi padi di Kabupaten Kampar pada waktu yang akan datang

Pada bab IV ini akan dilakukan pembahasan model time series untuk forecasting tingkat kunjungan wisatawan mancanegara ke Provinsi Riau, yang terdiri dari data

Hasil Ujian Silabus dan Tujuan Perkuliahan Struktur Perkuliahaan Pendahuluan Model Autoregresif Model Autoregresif Bernilai Integer.. MA4081 PENGANTAR PROSES STOKASTIK Topik