• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 POLA KONSUMSI AIR BERSIH RUMAH TANGGA DI KELURAHAN SETIAMANAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 4 POLA KONSUMSI AIR BERSIH RUMAH TANGGA DI KELURAHAN SETIAMANAH"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil analisis pola konsumsi air bersih rumah tangga di Kelurahan Setiamanah, Kecamatan Cimahi Tengah. Adapun yang akan diuraikan antara lain sistem penyediaan air bersih rumah tangga, pola konsumsi air bersih rumah tangga per keperluan dan berdasarkan sumber air yang digunakan, dan langkah penghematan air bersih yang bisa dilakukan.

4.1 Pola Konsumsi Air Bersih Rumah Tangga per Keperluan dan Berdasarkan Sumber Air

Pola konsumsi air bersih rumah tangga yang dibahas dalam sub bab ini adalah pola konsumsi air bersih rumah tangga per keperluan yang terdiri dari keperluan minum, memasak, MCK, mencuci pakaian, kebersihan rumah, wudhu, menyiram tanaman, mencuci kendaraan, dan mengisi akuarium, serta pola konsumsi berdasarkan sumber air yang digunakan responden.

4.1.1 Pola Konsumsi Air Bersih Rumah Tangga per Keperluan

Pola konsumsi air bersih rumah tangga per keperluan yang akan dibahas pada sub bab ini adalah rata-rata konsumsi air bersih secara total dan penggunaannya untuk setiap keperluan kemudian membandingkannya dengan standar yang telah ditetapkan. Dalam studi ini standar yang digunakan adalah Standar Departemen Kesehatan dan Standar Pekerjaan Umum.

Rata-rata konsumsi air bersih responden untuk keperluan primer (minum dan memasak), keperluan sekunder (MCK dan mencuci pakaian, kebersihan rumah, wudhu), dan keperluan tersier (menyiram tanaman, mencuci kendaraan, dan mengisi akuarium) adalah 147,74 liter per orang per hari. Jumlah ini dihitung tanpa

(2)

memperhitungkan keperluan yang lainnya seperti mencuci tangan atau kaki, menyikat gigi, mencuci muka, membersihkan kamar mandi, dan keperluan-keperluan lainnya yang bukan merupakan kegiatan rutinitas, seperti konsumsi air bersih bagi tamu atau kerabat yang berkunjung. Jika diperhitungkan keperluan lain-lain sebesar 20 liter (berdasarkan Standar Departemen Kesehatan) maka rata-rata jumlah konsumsi air bersih responden adalah sebesar 167,74 liter per orang per hari, yang melebihi standar yang telah ditetapkan. Untuk lebih jelas, distribusi konsumsi air bersih per keperluan berdasarkan hasil survei dan standar yang berlaku dapat dilihat pada tabel IV.1.

TABEL IV.1

KEPERLUAN AIR BERSIH RUMAH TANGGA (LITER/ORANG/HARI) Keperluan Konsumsi Minimum Konsumsi Maksimum Rata-Rata Konsumsi Standar Departemen Kesehatan Standar Departemen Pekerjaan Umum Minum 0,40 6,67 1,80 2,0 2,0 Memasak 3,43 45,00 12,55 14,5 Mencuci Pakaian 1,78 62,50 16,33 13,0 10,7

Mandi, Cuci, Kakus

(MCK) 25,00 340,00 79,80 20,0 12,0 Kebersihan Rumah 0,42 44,44 5,17 32,0 31,4 Mencuci Kendaraan 0,18 22,14 3,41 22,5 21,1 Menyiram Tanaman 0,33 36,00 6,00 11,0 11,8 Wudhu 8,57 45,00 20,25 15,0 16,2 Mengisi Akuarium 0,34 12,00 2,43 Keperluan lain-lain - 20,0 21,7 Jumlah Pemakaian 50,50 428,24 147,74 150.00 126,9 Sumber: Lampiran E

Perbandingan rata-rata konsumsi air bersih responden dengan Standar Depkes dan Standar PU dapat dilihat pada gambar 4.1.

(3)

GAMBAR 4.1

PERBANDINGAN RATA-RATA KONSUMSI AIR BERSIH RESPONDEN DENGAN STANDAR DEPKES DAN STANDAR PU

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Mi n u m Me ma s a k M e nc uc i Pak a ia n Ma n d i, Cu c i, K a ku s ( M C K ) Ke be rs ih a n Ru m a h M e nc uc i K e nd ar a an M e ny ir am Ta n a m a n Wu d h u Me n g is i Ak ua ri u m K e pe rl ua n la in -la in Jenis Keperluan J u m lah K onsum si ( li te r/ or ang/ har i)

Rata-rata Konsumsi Responden Standar Depkes Standar PU

GAMBAR 4.2

DISTRIBUSI KONSUMSI AIR BERSIH BERDASARKAN HASIL SURVEI

1.2% 8.5% 11.1% 54.0% 3.5% 2.3% 4.1% 13.7% 1.6% 0.0% Minum Memasak Mencuci Pakaian Mandi, Cuci, Kakus (MCK) Kebersihan Rumah Mencuci Kendaraan Menyiram Tanaman Wudhu Mengisi Akuarium Keperluan lain-lain

Konsumsi air terbesar yang digunakan responden adalah untuk keperluan MCK yaitu sebesar 54,01%, sedangkan konsumsi terkecil yang digunakan responden adalah untuk keperluan minum yaitu sebesar 1,22%. Untuk keperluan lainnya seperti wudhu, konsumsi air bersih adalah sebesar 13,71%, selanjutnya keperluan mencuci pakaian adalah sebesar 11,05%, keperluan memasak sebesar 8,49%, menyiram

(4)

tanaman sebesar 4,06%, kebersihan rumah sebesar 3,50%, mencuci kendaraan sebesar 2,31%, dan mengisi kolam atau akuarium adalah sebesar 1,64%.

GAMBAR 4.3

DISTRIBUSI KONSUMSI AIR BERSIH

BERDASARKAN STANDAR DEPARTEMEN KESEHATAN

1.33% 9.67% 8.67% 13.33% 21.33% 15.00% 7.33% 10.00% 0.00% 13.33% Minum Memasak Mencuci Pakaian

Mandi, Cuci, Kakus (MCK) Kebersihan Rumah Mencuci Kendaraan Menyiram Tanaman Wudhu Mengisi Akuarium Keperluan lain-lain

Padahal pada Standar Departemen Kesehatan dan Standar Departemen Pekerjaan Umum konsumsi air bersih terbesar adalah untuk keperluan kebersihan umum yaitu sebesar 21,33% dan 24,74%. Untuk keperluan terkecil konsumsi responden sama dengan standar adalah untuk keperluan minum, yaitu sebesar 1,33% dan 1,58%. Urutan konsumsi kedua pada Standar Kesehatan adalah untuk keperluan mencuci kendaraan sebesar 15%, selanjutnya MCK sebesar 13,33%, keperluan lain-lain sebesar 13,33%, wudhu sebesar 10%, memasak sebesar 9,67%, mencuci pakaian sebesar 8,67%, dan menyiram tanaman sebesar 7,33%.

Berbeda dengan Standar Departemen Kesehatan, urutan kedua konsumsi air bersih pada Standar PU adalah untuk keperluan lain-lain sebesar 17,10%, selanjutnya mencuci kendaraan sebesar 16,63%, wudhu sebesar 12,77%, MCK sebesar 9,46%, menyiram tanaman sebesar 9,30%, dan mencuci pakaian sebesar 8,43%. Pada Standar PU tidak diperhitungkan keperluan untuk memasak.

(5)

GAMBAR 4.4

DISTRIBUSI KONSUMSI AIR BERSIH

BERDASARKAN STANDAR DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

1.58% 0.00% 8.43% 9.46% 24.74% 16.63% 9.30% 12.77% 0.00% 17.10% Minum Memasak Mencuci Pakaian Mandi, Cuci, Kakus (MCK) Kebersihan Rumah Mencuci Kendaraan Menyiram Tanaman Wudhu Mengisi Akuarium Keperluan lain-lain

Persentase konsumsi air bersih per keperluan di Kelurahan Setiamanah tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Terdapat juga keperluan yang tidak diperhitungkan dalam standar tetapi ditemukan di lapangan, seperti keperluan memasak yang tidak diperhitungkan dalam Standar PU, dan keperluan untuk mengisi aquarium atau kolam yang tidak diperhitungkan dalam kedua standar tersebut. Adapula keperluan yang tidak diperhitungkan dalam analisis tetapi diperhitungkan dalam kedua standar yang dibandingkan yaitu keperluan lain-lain.

Konsumsi air bersih minimun adalah sebesar 50,5 liter per orang per hari dan maksimum adalah sebesar 428,24 liter per orang per hari. Rendahnya konsumsi air bersih yaitu sebesar 50,5 liter per orang per hari disebabkan secara ekonomi rumah tangga tersebut tergolong ekonomi lemah dengan jumlah anggota keluarga 4 orang. Air bersih pun digunakan untuk keperluan primer dan sekunder (tanpa wudhu). Kebiasaan mencuci pakaian dengan volume sedikit setiap hari dengan jumlah air sebesar 25 liter per sekali mencuci mempengaruhi kecilnya konsumsi air bersih. Umumnya karakteristik rumah tangga dengan tingkat konsumsi air bersih rendah yaitu di bawah 70 liter per orang per hari adalah tergolong responden dengan tingkat ekonomi rendah dengan jumlah anggota keluarga bervariasi.

(6)

Tingginya konsumsi air rumah tangga disebabkan secara ekonomi rumah tangga tersebut tergolong ekonomi menengah dengan jumlah anggota keluarga 3 orang. Kebiasaan menggunakan air bersih dengan volume yang besar untuk berbagai keperluan dari keperluan primer hingga tersier pun berpengaruh terhadap besarnya konsumsi rumah tangga tersebut seperti konsumsi air untuk mandi sebesar 333,33 per orang per hari.

TABEL IV.2

STANDAR KEPERLUAN AIR BERSIH (LITER/ORANG/HARI)

Standar Konsumsi

Standar Dinas Kesehatan 150

Standar PU 126,9

Standar PDAM Kota Cimahi 81,11

Standar Lokarya II Dasawarsa Air Bersih (Kota Besar) 100

Standar PU berdasarkan Skala Kota (Kota Besar) 130

Sumber: PDAM, PU, Wardhana (1995), dan Slamet (1994)

Konsumsi air bersih responden sebesar 147,67 liter per orang per hari sudah melebihi standar yang ada yaitu Standar PU sebesar 126,9 liter per orang per hari., Standar PDAM Kota Cimahi sebesar 81,11 liter per orang per hari., Standar Lokakarya II Dasawarsa Air Bersih (kota besar) sebesar 100 liter per orang per hari., dan Standar PU berdasarkan Skala Kota (kota besar) sebesar 130 liter, kecuali Standar Departemen Kesehatan sebesar 150 liter per orang per hari. Kota Cimahi dengan jumlah responden lebih besar dari 500.000 jiwa tergolong dalam kota besar sehingga pada Standar PU dan Standar Lokakarya II Dasawarsa Air Bersih yang dilihat adalah konsumsi kota besar.

4.1.1.1 Minum

Rata-rata konsumsi air bersih responden untuk minum adalah sebesar 1,80 liter per orang per hari. Jumlah ini masih dibawah standar baik Standar Departemen Kesehatan dan Standar PU yaitu 2 liter per orang per hari. Konsumsi air untuk minum

(7)

minimum adalah sebesar 0,4 liter per orang per hari dan maksimum sebesar 6,67 liter per orang per hari.

4.1.1.2 Memasak

Rata-rata konsumsi air responden untuk memasak adalah sebesar 12,55 liter per orang per hari atau 57,66 liter per rumah tangga per hari. Jumlah ini masih di bawah standar Departemen Kesehatan yaitu sebesar 14,5 liter per orang per hari. Konsumsi air untuk memasak minimum dan maksimum adalah sebesar 3,43 dan 45 liter per orang per hari atau 19 dan 180 liter per rumah tangga per hari. Jumlah konsumsi ini sudah memperhitungkan keperluan untuk kebersihan dapur seperti mencuci piring.

Responden yang memiliki konsumsi air bersih terendah untuk keperluan memasak yaitu 19 liter per rumah tangga per hari adalah responden yang terbiasa memasak dan membersihkan dapur dengan frekuensi sekali sehari dan jumlah anggota keluarganya pun tergolong keluarga kecil yaitu 3 orang. Sedangkan responden yang memiliki konsumsi air tertinggi untuk keperluan memasak yaitu 180 liter adalah responden yang terbiasa memasak dan membersihkan dapur dengan frekuensi 2 kali sehari dan tergolong keluarga besar dengan jumlah anggota keluarga 10 orang.

4.1.1.3 Mencuci pakaian

Rata-rata konsumsi air bersih responden untuk mencuci pakaian di Kelurahan Setiamanah adalah sebesar 16,33 liter per orang per hari. Jumlah ini melebihi standar Departemen Kesehatan yaitu sebesar 13 liter per orang per hari dan standar PU yaitu sebesar 10,7 liter per orang hari. Konsumsi air untuk mencuci pakaian minimum dan maksimum adalah 1,78 dan 62,5 liter per orang per hari. Secara kolektif, rata-rata konsumsi air bersih untuk mencuci pakaian adalah sebesar 78,44 liter per rumah tangga per hari. Jumlah konsumsi minimum dan maksimumya adalah sebesar 8,3 dan 600 liter per rumah tangga per hari. Konsumsi minimum sebesar 1,78 liter per orang

(8)

per hari memang jauh di bawah standar yang ditetapkan. Kecilnya konsumsi ini disebabkan beberapa hal antara lain: tidak semua responden mencuci pakaian setiap hari (perbedaan frekuensi mencuci pakaian per minggu) serta perbedaan frekuensi membilas pakaian, dan volume air yang digunakan pada saat sekali mencuci.

Responden yang mengkonsumsi air bersih untuk mencuci pakaian sebesar 600 liter per rumah tangga per hari adalah responden yang terbiasa mencuci pakaian 2 kali sehari dan memiliki anggota keluarga sebanyak 10 orang. Sedangkan responden yang mengkonsumsi 8,3 liter per rumah tangga per hari adalah responden yang terbiasa mencuci 2 hari sekali dengan jumlah anggota keluarga sebanyak 3 orang.

TABEL IV.3

FREKUENSI RESPONDEN MENCUCI PAKAIAN

Perihal Tiap Hari

Tidak Tiap Hari

Jumlah Responden 71 orang 43 orang

Persentase 62,28% 37,72%

Rata-rata Konsumsi (per RT) 96,85 liter 45,51 liter

Rata-rata Konsumsi (per orang ) 19,37 liter 11,12 liter

Sumber: Lampiran F

Frekuensi responden mencuci pakaian bervariasi. Ada yang mencuci pakaian dengan frekuensi tiap hari, sekali seminggu, dua kali seminggu, dan tiga kali seminggu. Namun dalam analisis ini, frekuensi responden untuk mencuci pakaian digolongkan menjadi dua yaitu tiap hari dan tidak tiap hari. Responden yang terbiasa mencuci setiap hari adalah berkisar 63,28%, sedangkan 37.72% responden tidak mencuci pakaian setiap hari. Rata-rata konsumsi air bersih responden yang mencuci setiap hari adalah sekitar 96,85 liter per rumah tangga atau sekitar 19,37 liter per orang, sedangkan rata-rata konsumsi air bersih responden yang tidak mencuci setiap hari adalah sekitar 45,51 liter per rumah tangga atau 11,12 liter per orang. Jadi rata-rata konsumsi air bersih responden untuk keperluan mencuci pakaian dengan frekuensi mencuci tiap hari dengan yang tidak mencuci tiap hari berbeda. Responden

(9)

yang mencuci pakaian tiap hari cenderung memiliki rata-rata konsumsi air bersih untuk keperluan mencuci pakaian lebih besar dibandingkan responden yang tidak mencuci setiap hari.

Untuk menguji apakah terdapat perbedaan yang signifikan dalam konsumsi air bersih untuk keperluan mencuci, dilakukan analisis inferensi dengan menggunakan uji perbedaan rata-rata independen. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah jumlah konsumsi air bersih dengan satuan liter per orang per hari dan frekuensi responden dalam mencuci pakaian. Frekuensi mencuci pakaian dalam analisis ini dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok responden yang mencuci setiap hari dan yang tidak mencuci setiap hari.

Hipotesis yang digunakan dalam analisis uji perbedaan rata-rata independen adalah sebagai berikut:

Ho : rata-rata konsumsi air bersih responden (liter per orang per hari) untuk

keperluan mencuci, dengan frekuensi tiap hari sama dengan rata-rata konsumsi air bersih responden yang tidak mencuci setiap hari

H1 : rata-rata konsumsi air bersih responden (liter per orang per hari) untuk

keperluan mencuci, dengan frekuensi tiap hari tidak sama dengan rata-rata konsumsi air bersih responden yang tidak mencuci setiap hari

Dengan menggunakan SPSS 11,5 diketahui nilai signifikansi adalah 0,02 berarti Ho ditolak dan H1 diterima sehingga rata-rata konsumsi air bersih responden

(liter per orang per hari) untuk keperluan mencuci, dengan frekuensi tiap hari tidak sama dengan rata-rata konsumsi air bersih responden yang tidak mencuci setiap hari. Jadi frekuensi mencuci pakaian mempengaruhi jumlah konsumsi air bersih untuk keperluan mencuci.

Responden memiliki frekuensi pembilasan pakaian yang berbeda satu dengan yang lainnya. Sekitar 76,32% responden membilas pakaian sebanyak 3 kali, selanjutnya sekitar 14,04% membilas pakaian sebanyak 2 kali, 8,77% membilas sebanyak 4 kali, dan 0,88% membilas sebanyak 5 kali. Untuk melihat hubungan antara frekuensi pembilasan pakaian dengan konsumsi air bersih untuk mencuci

(10)

pakaian digunakan analisis pearson dengan menggunakan SPSS 11,5. Berdasarkan analisis pearson diperoleh besarnya korelasi antara frekuensi pembilasan dengan jumlah konsumsi air untuk mencuci pakaian adalah sebesar 0,024, berarti hubungan antara kedua variabel tersebut tergolong lemah. Jadi frekuensi pembilasan tidak berpengaruh terhadap konsumsi air bersih untuk mencuci pakaian. Frekuensi membilas pakaian tergantung dari kebiasaan responden.

TABEL IV.4

FREKUENSI MEMBILAS PAKAIAN

Frekuensi Jumlah Responden Persentase 2 16 orang 14,04% 3 87 orang 76,32% 4 10 orang 8,77% 5 1 orang 0,88% Sumber: Lampiran F

4.1.1.4 Mandi cuci kakus (MCK)

Konsumsi air untuk mandi, cuci, kakus (MCK) responden di Kelurahan Setiamanah adalah sebesar 79,80 liter per orang per hari, dengan sebagian besar frekuensi mandi 2 kali sehari. Jumlah ini melebihi standar Departemen Kesehatan yaitu sebesar 20 liter per orang per hari dan standar Departemen Pekerjaan Umum yaitu sebesra 12 liter per orang per hari. Perbedaan yang cukup besar antara konsumsi air bersih responden untuk mandi dengan standar dikarenakan tidak diketahuinya keterangan dari standar yang ada, apakah standar tersebut berlaku untuk frekuensi mandi sekali sehari atau 2 kali sehari dan semestinya standar yang ditetapkan adalah untuk 2 kali sehari.

Konsumsi air untuk MCK minimum dan maksimum adalah sebesar 25 liter per orang per hari dan 340 liter per orang per hari. Konsumsi air minimum yaitu sebesar 25 liter adalah konsumsi untuk satu kali mandi karena rumah tangga tersebut terbiasa mandi satu kali sehari, sedangkan konsumsi air maksimum dihitung dengan

(11)

frekuensi 2 kali mandi setiap hari dengan volume air yang besar. Sebagian besar frekuensi responden untuk mandi adalah 2 kali sehari.

4.1.1.5 Kebersihan rumah

Konsumsi air untuk kebersihan rumah responden adalah sebesar 5,17 liter per orang per hari. Jumlah ini masih di bawah standar Departemen Kesehatan yaitu sebesar 32 liter per orang per hari dan standar Departemen Pekerjaan Umum yaitu 31,4 liter per orang per hari. Jumlah konsumsi ini semestinya untuk semua anggota keluarga atau per rumah tangga. Sama halnya dengan MCK, standar yang ditetapkan PU dan Departemen Kesehatan tidak diketahui penjelasannya, apakah konsumsi tersebut untuk sekali melakukan kegiatan tanpa membagi jumlah anggota keluarga atau dibagi dengan jumlah anggota keluarga. Karena dalam penelitian ini, rata-rata konsumsi untuk kebersihan rumah dilakukan dengan membagi jumlah air yang digunakan untuk kegiatan kebersihan rumah dengan jumlah anggota keluarga. Konsumsi air minimum dan maksimum adalah sebesar 0,42 liter per orang per hari dan 44,44 liter per orang per hari. Konsumsi maksimum yang tinggi bahkan lebih tinggi dari standar disebabkan responden terbiasa menggunakan membersihkan rumah dengan volume air yang besar bahkan tidak mau menampung air hujan untuk membersihkan teras atau menyiram tanaman dan halaman.

4.1.1.6 Mencuci kendaraan

Jumlah konsumsi air untuk membersihkan kendaraan didapat dengan menganalisis data-data responden yang memiliki kendaraan dan yang mencuci kendaraan di rumah yaitu 41 responden. Konsumsi air untuk mencuci kendaraan di Kelurahan Setiamanah adalah sebesar 3,41 liter per orang per hari. Jumlah ini masih di bawah standar Departemen Kesehatan yaitu sebesar 22,5 liter per orang per hari dan standar PU yaitu sebesar 21,1 liter per orang per hari. Sama halnya dengan MCK dan kebersihan rumah, standar yang ditetapkan PU dan Departemen Kesehatan tidak diketahui keterangannya, apakah konsumsi tersebut untuk sekali melakukan kegiatan

(12)

tanpa membagi jumlah anggota keluarga atau dibagi dengan jumlah anggota keluarga dan jenis kendaraan apa yang dipertimbangkan dalam standar tersebut.

Konsumsi air untuk mencuci kendaraan minimum dan maksimum adalah sebesar 0,18 liter per orang per hari dan 22,14 liter per orang per hari. Untuk konsumsi maksimum nilainya mendekati standar yang ditetapkan sedangkan konsumsi minimum jauh di bawah standar. Hampir samanya nilai konsumsi maksimum disebabkan responden yang menggunakan air sebesar 22,14 liter memiliki 2 jenis kendaraan yaitu mobil dan motor, dan kendaraan tersebut dibersihkan setiap hari. Sedangkan responden yang mengkonsumsi air untuk mencuci kendaraan sebesar 0,18 liter per orang per hari, membersihkan kendaraan tidak setiap hari. Sebagian besar mencuci kendaraan seminggu sekali, bahkan ada yang hanya mengelap.

4.1.1.7 Menyiram tanaman

Jumlah konsumsi air untuk menyiram tanaman didapat dengan menganalisis data-data responden yang memiliki tanaman dan halaman atau teras di rumah yaitu 51 responden. Banyak responden di Kelurahan Setiamanah yang tidak memiliki halaman bahkan teras dengan KDB (Koefisien Dasar Bangunan) hingga 95% bahkan 100%, khususnya rumah-rumah yang berada di dalam gang sehingga tidak memiliki tanaman.

Konsumsi air untuk menyiram tanaman responden adalah sebesar 6 liter per orang per hari. Jumlah ini masih di bawah standar Departemen Kesehatan yaitu sebesar 11 liter per orang per hari dan standar PU yaitu sebesar 11,8 liter per orang per hari. Konsumsi air untuk menyiram tanaman minimum dan maksimum adalah sebesar 0,33 liter per orang per hari dan 36 liter per orang per hari. Secara kolekstif, rata-rata konsumsi air untuk menyiram tanaman adalah sebesar 26,67 liter per umah tangga per hari. Dengan konsumsi minimum dan maksimumnya adalah sebesar 2 dan 108 liter per rumah tangga per hari.

(13)

4.1.1.8 Wudhu

Jumlah konsumsi air untuk wudhu didapat dengan menganalisis data-data responden yang memiliki beragama Islam yaitu 106 responden. Konsumsi untuk wudhu diasumsikan bahwa: semua anggota keluarga melakukan shalat di rumah dan setiap hari tanpa ada halangan. Konsumsi air untuk wudhu responden adalah sebesar 20,25 liter per orang per hari. Jumlah ini melebihi standar Departemen Kesehatan yaitu sebesar 15 liter per orang per hari dan standar PU yaitu sebesar 16,2 liter per orang per hari. Konsumsi air untuk wudhu minimum dan maksimum adalah sebesar 8,57 liter per orang per hari dan 45 liter per orang per hari.

4.1.1.9 Mengisi kolam atau akuarium

Konsumsi air bersih responden untuk mencuci pakaian adalah sebesar 2,43 liter per orang per hari. Keperluan mengisi kolan atau akuarium bukan keperluan primer, jadi tidak ada standarnya. Jumlah konsumsinya pun tergantung besarnya kolam atau akuarium serta kebiasaan dan frekuensi responden menguras kolam atau akuarium. Tidak semua responden mempunyai kolam atau akuarium jadi rata-rata komsumsi untuk mengisi kolam atau akuarium hanya memperhitungkan 13 responden. Konsumsi air minimum dan maksimumm untuk keperluan ini adalah 0.34 dan 12 liter per orang per hari.

Responden yang memiliki luas kolam atau akuarium yang besar akan mempengaruhi besarnya jumlah konsumsi air rumah tangga. dalam penelitian ini terdapat 2 rumah tangga yang mengkonsumsi air untuk kolam atau akuarium sebesar 41,14 liter per rumah tangga per hari dan 36 liter per rumah tangga per hari. Responden yang memiliki kolam atau akuarium tersebut tergolong rumah tangga dengan golongan ekonomi menengah.

(14)

4.1.2 Pola Konsumsi Air Bersih Rumah Tangga Berdasarkan Sumber Air

Sumber air bersih yang digunakan responden terbagi menjadi 2 yaitu sumber air pribadi dan sumber air publik. Sumber air publik berasal dari PDAM sedangkan sumber air pribadi berasal dari sumur timba, sumur, bor, dan pompa tangan.

4.1.2.1 Sistem penyediaan air bersih rumah tangga

Dari tabel IV.5 dapat diketahui persentase rumah tangga berdasarkan sumber air yang digunakan. Sumber air yang digunakan responden bervariasi ada yang menggunakan satu sumber air dan ada pula yang menggunakan lebih dari satu sumber air.

TABEL IV.5

SUMBER AIR RUMAH TANGGA

Sumber Air Jumlah

Responden Persentase

Sumur Timba 32 orang 28.07%

Sumur Bor 31 orang 27.19%

PDAM 26 orang 22.81%

Pompa Tangan 11 orang 9.65%

Jumlah 100 orang 87.72%

PDAM dan Sumur Timba 5 orang 4.39%

PDAM dan Sumur Bor 3 orang 2.63%

PDAM dan Pompa Tangan 1 orang 0.88%

Sumur Timba dan Sumur Bor 4 orang 3.50%

Sumur Bor dan Pompa Tangan 1 orang 0.88%

Jumlah 14 orang 12.28%

Sumber: Lampiran F

Responden yang menggunakan satu sumber air adalah sebesar 87,72% dengan 100 responden dan yang menggunakan lebih dari satu sumber air sebesar 12,28% dengan 14 responden. Sumber air yang terbanyak digunakan adalah sumur timba sebesar 28,07% dengan jumlah responden 32 orang. Selanjutnya sumur bor sebesar 27,19% dengan 31 responden, PDAM sebesar 22,81% dengan 26 responden, pompa

(15)

tangan sebesar 9,65%, dengan 11 responden, PDAM dan sumur timba sebesar 4,39% dengan 5 responden, PDAM dan sumur bor sebesar 2,63% dengan 3 responden, PDAM dan pompa tangan sebesar 0,88% dengan 1 responden, sumur timba dan sumur bor sebesar 3,50% dengan 4 responden, serta sumur bor dan pompa tangan sebesar 0.88% dengan 1 reponden.

Dengan besarnya jumlah responden yang menggunakan satu sumber air maka seluruh kebutuhan responden akan air bersih sudah terpenuhi dengan hanya satu sumber air. Sedangkan responden yang menggunakan dua sumber air disebabkan oleh beberapa hal antara lain:

• Responden sudah memiliki dan menggunakan sumur timba dan pompa tangan sebelum adanya jaringan PDAM. Responden tidak berkeinginan untuk menutup sumur tersebut karena kualitas dan kuantitas air sumur tergolong baik.

• Terkadang air PDAM tidak mengalir seperti yang diharapkan sehingga responden membuat sumber air baru untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Air bersih yang diperoleh dari sumber air yang pertama tidak dapat memenuhi kebutuhan atau kualitasnya tidak baik (berbau/berwarna/berasa).

• Untuk menghemat penggunaan air PDAM sehingga bisa menghemat biaya/iuran per bulan.

• Responden yang menggunakan sumur timba membuat lagi sumur bor untuk menarik air tanah sehingga air mengalir secara otomatis tanpa ditimba. Tetapi jika aliran listrik mati, responden mengambil air dengan menimba.

Dan alasan responden yang menggunakan sumber air pribadi tidak bersedia menggunakan sumber air pribadi adalah:

• Wilayah Kelurahan Setiamanah memiliki potensi sumber air yang sudah baik dari segi kuantitas dan kualitas. Sehingga responden sudah merasa puas dengan sumber air pribadi yang dimilikinya dan tidak bersedia menggunakan sumber air publik.

(16)

• Air PDAM tidak selalu mengalir saat dibutuhkan, dan seringkali mengalir hanya pada waktu malam hari (terkadang tidak mengalir 24 jam). Debit airnya pun tidak begitu besar.

• Biaya pemasangan saluran PDAM pun terlalu tinggi yaitu sebesar Rp.1.289.500 untuk Kota Pelayanan Cimahi

Untuk keperluan minum, selain menggunakan air tanah atau air PDAM, responden menggunakan air kemasan dengan berbagai merek. Pertimbangan menggunakan air kemasan karena praktis digunakan, higienis, dan tidak perlu dimasak. Presentase pengguna air kemasan untuk keperluan air minum adalah 40,4%, dan sisanya sekitar 59,6% menggunakan sumber air yang ada sebagai sumber air minum.

Referensi responden mengenai kualitas air yang digunakan dalam studi ini dilihat dari segi fisis yang dapat dilihat dan dirasakan oleh responden. Segi fisis yang diidentifikasi antara lain: rasa, bau, dan warna air. Berdasarkan hasil survei, sebagian besar responden yaitu sekitar 92% responden berpendapat kualitas air yang digunakan sudah tergolong baik, yang berarti tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna. Selanjutnya, responden yang berpendapat bahwa air yang digunakan khususnya yang berasal dari PDAM berbau kaporit adalah sekitar 5%, namun hal ini tidak menjadi masalah karena tidak membahayakan kesehatan, responden yang berpendapat bahwa air yang digunakan berbau besi yaitu sekitar 2%, yaitu responden yang menggunakan sumber air berupa sumur timba dan sumur bor. Kandungan besi yang tidak sesuai dengan standar kesehatan tentu saja akan membahayakan responden yang mengkonsumsinya. Dan 1% responden berpendapat air yang digunakan memiliki warna, yaitu responden yang menggunakan sumber air berupa sumur bor, khususnya pada saat terjadi penurunan air permukaan. Jadi kualitas air bersih yang digunakan responden sudah tergolong baik bagi kesehatan.

(17)

GAMBAR 4.5

REFERENSI RESPONDEN TERHADAP KUALITAS AIR YANG DIGUNAKAN 92% 2% 5% 1% baik berbau besi berbau kaporit berwarna

4.1.2.2 Perbandingan konsumsi air bersih dengan sumber air publik dan pribadi

Sumber air bersih responden berbeda-beda seperti yang dibahas sebelumnya. Sub bab ini akan dibahas perbedaan konsumsi air bersih responden per keperluan berdasarkan sumber air bersih yang digunakan. Dari tabel IV.5 diketahui bahwa terdapat responden yang menggunakan dua sumber air. Responden yang menggunakan dua sumber air, biasanya menggunakan salah satu sumber air sebagai sumber air utama dan yang lainnya sebagai sumber air cadangan. Dan responden yang menggunakan dua sumber air dikelompokkan pada kelompok sumber air utamanya (sumber air yang digunakan dalam jumlha paling besar). Persentase responden yang menggunakan sumber air publik yaitu PDAM adalah sebesar 28,95% dan responden yang menggunakan sumber air pribadi adalah sekitar 71,05%. Jadi sebagian besar responden menggunakan sumber air pribadi.

Rata-rata konsumsi air bersih responden yang menggunakan sumber air pribadi adalah sekitar 688,12 liter per RT sedangkan responden yang menggunakan sumber air publik adalah sekitar 635,38 liter. Perbedaan rata-rata konsumsi air responden yang menggunakan sumber air pribadi dan publik adalah sekitar 52,74 liter

(18)

per RT. Jadi rata-rata konsumsi air bersih responden yang menggunakan sumber air pribadi per rumah tangga lebih besar dibandingkan rata-rata konsumsi air bersih responden yang menggunakan sumber air publik. Namun jika rata-rata konsumsi air bersih dilihat dengan satuan per orang, rata-rata konsumsi air bersih responden yang menggunakan sumber air publik menjadi lebih besar dibandingkan responden yang menggunakan sumber air pribadi. Hal ini disebabkan rata-rata jumlah anggota keluarga yang berbeda antara responden yang menggunakan sumber air pribadi dan publik, karena untuk mendapatkan jumlah konsumsi air bersih dalam penelitian ini memperhitungkan jumlah anggota keluarga sebagai faktor pembagi dan perkaliannya. Rata-rata jumlah anggota keluarga yang menggunakan sumber air pribadi adalah sekitar 5,15 atau lebih dari 5 orang. Sedangkan rata-rata jumlah anggota keluarga yang menggunakan sumber air pribadi adalah 4,57 atau kurang dari 5 orang.

TABEL IV.6

PERBANDINGAN JUMLAH KONSUMSI AIR BERSIH PER KEPERLUAN BERDASARKAN SUMBER AIR BERSIH

Rata-rata Konsumsi per rumah tangga

Rata-rata Konsumsi per orang Keperluan Publik (liter/hari) Pribadi (liter/hari) Publik (liter/hari) Pribadi (liter/hari) Minum 6,63 9,52 1,52 1,93 Masak 53,54 59,49 13,34 12,21 Mencuci Pakaian 64,93 85,14 15,44 16,86 MCK 377,21 397,97 81,34 79,12 Kebersihan Rumah 27,18 20,22 7,27 4,24 Mencuci Kendaraan 8,80 3,81 2,21 0,83 Menyiram Tanaman 18,29 9,11 4,54 1,86 Wudhu 75,99 102,02 17,40 19,46 Mengisi Aquarium 2,81 0,85 0,62 0,12 Jumlah 635,38 688,12 143,68 136,64 Sumber: Lampiran F

(19)

Untuk menguji apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata konsumsi air bersih responden yang menggunakan sumber air pribadi dengan publik, dilakukan analisis inferensi dengan menggunakan uji perbedaan rata-rata independen. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah jumlah konsumsi air bersih responden yang menggunakan sumber air publik dan pribadi, dengan satuan liter per rumah tangga per hari.

Hipotesis yang digunakan dalam analisis uji perbedaan rata-rata independen adalah sebagai berikut:

Ho : rata-rata konsumsi air bersih responden (liter per rumah tangga per hari)

dengan menggunakan sumber air PDAM sama dengan responden yang menggunakan sumber air pribadi

H1 : rata-rata konsumsi air bersih responden (liter per rumah tangga per hari)

dengan menggunakan sumber air PDAM tidak sama dengan responden yang menggunakan sumber air pribadi

Dengan menggunakan SPSS 11,5 diketahui nilai signifikansi adalah 0,464 berarti Ho diterima sehingga rata-rata konsumsi air bersih responden (liter per rumah tangga per hari) dengan menggunakan sumber air PDAM sama dengan responden yang menggunakan sumber air pribadi. Jadi perbedaan rata-rata konsumsi air bersih dengan sumber air yang berbeda tidak terbukti secara signifikan dan sumber air tidak berpengaruh terhadap konsumsi air bersih responden.

Responden yang menggunakan sumber air pribadi mengkonsumsi air lebih banyak dibandingkan responden yang menggunakan sumber air pribadi untuk keperluan minum, memasak, mencuci pakaian, MCK, dan wudhu. Sedangkan untuk keperluan kebersihan rumah, mencuci kendaraan, menyiram tanaman, dan mengisi akuarium. Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa untuk keperluan primer, responden yang menggunakan sumber air pribadi mengkonsumsi lebih besar air bersih daripada responden yang menggunakan sumber air publik. Dan untuk keperluan tersier, responden yang menggunakan sumber air publik mengkonsumsi air lebih besar dibandingkan responden yang menggunakan sumber air pribadi.

(20)

• Sumber Air Pribadi

Persentase distribusi konsumsi air bersih responden per keperluan yang menggunakan sumber air pribadi seperti sumur timba, sumur bor, dan pompa tangan dapat dilihat pada gambar 4.6.

GAMBAR 4.6

DISTRIBUSI KONSUMSI AIR BERSIH PER KEPERLUAN DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER AIR PRIBADI

0.09% 0.61% 1.36% 1.41% 3.10% 8.93% 12.34% 4.24% 57.90% Mengisi Aquarium Mencuci Kendaraan Menyiram Tanaman Minum Kebersihan Rumah Masak Mencuci Pakaian Wudhu MCK

Konsumsi air bersih terbesar responden yang menggunakan sumber air pribadi adalah untuk keperluan MCK, yaitu sekitar 57,90%, selanjutnya keperluan wudhu sebesar 14,24%, keperluan mencuci pakaian sebesar 12,34%, memasak sebesar 8,93%, kebersihan rumah sebesar 3,10%, minum sebesar 1,41%, menyiram tanaman sebesar 1,36%, mencuci kendaraan sebesar 0,61%, dan mengisi akuarium sebesar 0,09%.

• Sumber Air Publik

Persentase distribusi konsumsi air bersih responden per keperluan yang menggunakan sumber air publik dapat dilihat pada gambar 4.7. Konsumsi air bersih terbesar responden yang menggunakan sumber air publik adalah untuk keperluan MCK, yaitu sekitar 56,61%, selanjutnya keperluan wudhu sebesar 12,11%, keperluan mencuci pakaian sebesar 10,75%, memasak sebesar 9,28%, kebersihan

(21)

rumah sebesar 5,06%, menyiram tanaman sebesar 3,16%, mencuci kendaraan sebesar 1,53%, minum sebesar 1,06% dan mengisi akuarium sebesar 0,43%.

GAMBAR 4.7

DISTRIBUSI KONSUMSI AIR BERSIH PER KEPERLUAN DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER AIR PUBLIK

0.43% 1.06% 1.53% 3.16% 5.06% 9.28% 10.75% 12.11% 56.61% Mengisi Aquarium Minum Mencuci Kendaraan Menyiram Tanaman Kebersihan Rumah Masak Mencuci Pakaian Wudhu MCK

Jadi jumlah konsumsi air bersih responden yang menggunakan sumber air publik tidak jauh berbeda dengan responden yang menggunakan sumber air pribadi.

4.2 Pola Konsumsi Air Bersih Berdasarkan Aspek Sosial Ekonomi

Aspek sosial ekonomi yang dibahas dalam sub bab ini antara lain tingkat penghasilan, tingkat pendidikan responden, dan jumlah anggota keluarga responden. Pada sub bab ini akan dilihat konsumsi air bersih responden berdasarkan aspek sosial ekonomi dan melihat apakah aspek sosial ekonomi mempengaruhi pola konsumsi air bersih rumah tangga.

4.2.1 Tingkat Penghasilan

Tingkat penghasilan merupakan salah satu karakteristik sosial ekonomi responden. Untuk itu dalam analisis ini akan dilihat konsumsi air bersih responden berdasarkan tingkat penghasilannya. Tingkat penghasilan dalam analisis ini dibagi menjadi 4 kategori seperti yang ditunjukkan pada tabel IV.7.

(22)

TABEL IV.7

KONSUMSI AIR BERSIH RUMAH TANGGA BERDASARKAN TINGKAT PENGHASILAN (LITER/RT/HARI)

Tingkat Penghasilan (dalam rupiah)

Jumlah Konsumsi Air Bersih <1.000.000 631,58 1.000.000-2.000.000 726,85 2.000.001-3.000.000 617,74 3.000.001-4.000.000 1151,86 >4.000.000 665,43 Sumber: Lampiran F

Dari tabel IV.7, konsumsi air bersih terbesar dilakukan oleh responden berpenghasilan Rp.3000.001-Rp.4.000.000 yaitu sebesar 1.151,86 liter per RT per hari, selanjutnya responden yang berpenghasilan Rp.1.000.000-Rp.2.000.000 sebesar 726,85 liter per RT per hari, responden berpenghasilan lebih dari Rp.4.000.000 sebesar 665,43 liter per RT per hari, responden berpenghasilan kurang dari Rp.1.000.000 sebesar 631,58 liter per RT per hari, dan responden berpenghasilan Rp.2.000.001-Rp.3.000.000 sebesar 617,74 liter per orang per hari. Berdasarkan tabel IV.7, rata-rata konsumsi air bersih relatif sama untuk berbagai tingkat penghasilan, namun konsumsi air bersih meningkat cukup tinggi pada tingkat penghasilan Rp.3.000.000-Rp.4.000.000.

Berdasarkan analisis regresi berganda dengan menggunakan variabel boneka (dummy), diketahui bahwa tingkat penghasilan tidak mempengaruhi konsumsi air bersih responden (lihat lampiran B). Hal ini ditunjukkan oleh kecilnya nilai R2(square) yaitu sebesar 0,052 dan nilai signifikansi dari uji anova (0,216) dan uji t (0,204) yang lebih besar dari 0,05, yang berarti model regresi tidak bisa digunakan untuk memprediksi jumlah konsumsi air bersih rumah tangga. Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat penghasilan tidak mempengaruhi konsumsi air bersih rumah tangga responden.

(23)

4.2.2 Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga akan berpengaruh terhadap jumlah konsumsi air bersih rumah tangga. Semakin banyak anggota keluarga maka konsumsi air bersih rumah tangga akan semakin besar. Jumlah anggota keluarga pun menunjukkan karakteristik sosial ekonomi responden.

Jumlah konsumsi air bersih per RT tertinggi adalah pada rumah tangga yang memiliki jumlah anggota keluarga 7 orang yaitu 1.77,43 liter per hari dan terendah adalah pada jumlah anggota keluarga 2 orang. Dan jumlah konsumsi air bersih per orang tertinggi adalah pada rumah tangga yang memiliki jumlah anggota keluarga 3 orang dan terendah pada rumah tangga yang memiliki jumlah anggota keluarga 9 orang.

TABEL IV.8

KONSUMSI AIR BERSIH RUMAH TANGGA BERDASARKAN JUMLAH ANGGOTA KELUARGA

Rata-rata Konsumsi Jumlah Anggota Keluarga RT (liter/hari) Orang (liter/hari) 2 325,72 162,86 3 515,9 171,97 4 528,95 132,24 5 741,27 148,25 6 725,49 120,91 7 1077,43 153,92 8 796,1 99,51 9 858,36 95,37 10 1155,57 115,56 Sumber: Lampiran F

Untuk melihat hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan konsumsi air bersih rumah tangga digunakan analisis pearson dengan menggunakan SPSS 11,5. Berdasarkan analisis pearson diperoleh besarnya korelasi antara jumlah anggota

(24)

keluarga dengan konsumsi air bersih rumah tangga adalah sebesar 0,428, berarti ada hubungan yang lemah dengan arah positif antara jumlah anggota keluarga dengan konsumsi air bersih rumah tangga. Jadi jumlah anggota keluarga berpengaruh terhadap konsumsi air bersih rumah tangga, namun kekuatannya lemah.

Berdasarkan gambar 4.8, konsumsi air bersih meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah anggota keluarga. Walaupun ada peningkatan pada jumlah anggota keluarga 6 orang dan turun kembali pada jumlah anggota keluarga 7 orang dan terus meningkat pada jumlah keluarga 9 orang.

GAMBAR 4.8

KONSUMSI AIR BERSIH MENURUT JUMLAH ANGGOTA KELUARGA (LITER/RUMAH TANGGA/HARI) 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Jumlah Anggota Keluarga

K o n s u m s i Ai r Be rs ih

Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga maka semakin banyak jumlah konsumsi air bersih per rumah tangga namun semakin banyak jumlah anggota keluarga maka semakin sedikit jumlah konsumsi air bersih per individu karena faktor pembagi yaitu jumlah anggota keluarga semakin besar.

(25)

4.2.3 Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga

Pendidikan merupakan salah satu karaktersitik sosial ekonomi penduduk. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui jumlah konsumsi air bersih berdasarkan pendidikan terakhir ibu rumah tangga. Dari tabel IV.9 diketahui bahwa konsumsi air bersih rumah tangga dengan pendidikan terakhir ibu rumah tangga (IRT) SD adalah sebesar 727,22 liter per hari kemudian menurun dengan pendidikan terakhir IRT SMP sebesar 710,99 liter per hari, dan menurun kembali dengan pendidikan terakhir IRT SMA sebesar 603,64 liter per hari, kemudian meningkat saat pendidikan IRT lebih tinggi dari SMA yaitu sebesar 676,51 liter per hari. Dari tabel IV.9 diketahui bahwa konsumsi tertinggi dilakukan oleh rumah tangga yang tingkat pendidikan terkhir IRTnya adalah SD dan konsumsi terendah adalah rumah tangga yang pendidikan terakhir IRTnya adalah SMA.

TABEL IV.9

KONSUMSI AIR BERSIH RUMAH TANGGA BERDASARKAN TINGKAT PENDIDKAN TERAKHIR Pendidikan Terakhir Ibu Jumlah Penggunaan Air Bersih SD 727,22 SMP 710,99 SMA 603,64 > SMA 676,51 Sumber: Lampiran F

Berdasarkan analisis regresi berganda dengan menggunakan variabel boneka (dummy), diketahui bahwa tingkat pendidikan responden tidak mempengaruhi konsumsi air bersih responden (lihat lampiran B.2). Hal ini ditunjukkan oleh kecilnya nilai R2(square) yaitu sebesar 0,04 dan nilai signifikansi dari uji anova (0,981) dan uji t (0,807) yang lebih besar dari 0,05 yang berarti model regresi tidak bisa digunakan

(26)

untuk memprediksi jumlah konsumsi air bersih rumah tangga. Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan terakhir ibu rumah tangga tidak mempengaruhi konsumsi air bersih rumah tangga responden.

4.2.4 Konsumsi Air Bersih Responden Berdasarkan Sumber Air dengan Karakteristik Sosial Ekonomi yang Sama

Pada bab 4.1.2.2 perbandingan pola konsumsi air bersih rumah tangga berdasarkan sumber air tidak mempertimbangkan kesamaan karakteristik sosial ekonomi. Untuk itu pada sub bab ini akan dianalisis konsumsi air bersih rumah tangga berdasarkan sumber air dengan karaktersitik sosial ekonomi rumah tangga yang sama. Karakteristik sosial ekonomi yang digunakan dalam analisis ini adalah tingkat penghasilan, tingkat pendidikan, dan jumlah anggota keluarga.

Tingkat penghasilan dalam analisis ini dibagi menjadi tingkat penghasilan kurang dari Rp.1.500.000 dan lebih dari Rp.1.500.000 karena titik tengah tingkat penghasilan responden berada antara rentang Rp.1.000.000-Rp.1.500.000. Tingkat pendidikan dibagi menjadi golongan pendidikan yaitu SD-SMP serta pendidikan SMA dan di atas SMA karena titik tengah tingkat pendidikan responden berada di tingkat SMA. Dan jumlah anggota keluarga seluruh karaktersitik disamakan yaitu rumah tangga yang memiliki jumlah anggota keluarga 4 hingga 6 orang karena sebagian besar responden memiliki anggota keluarga antara 4 hingga 6 orang.

TABEL IV.10

ANALSIS ANOVA UNTUK KONSUMSI AIR BERSIH RUMAH TANGGA BERDASARKAN KESAMAAN KARATERISTIK SOSIAL EKONOMI

Karakteristik Nilai Signifikansi Hasil Analisis Anova

1 0.555 Ho diterima

2 0.503 Ho diterima

3 0.212 Ho diterima

4 0.66 Ho diterima

(27)

Keterangan:

1. Tingkat Pendapatan < Rp.1.500.000, tingkat pendidikan responden SD dan SMP, Jumlah Anggota Keluarga 4-6 orang

2. Tingkat Pendapatan < Rp.1.500.000, tingkat pendidikan responden SMA dan di atas SMA, Jumlah Anggota Keluarga 4-6 orang

3. Tingkat Pendapatan > Rp.1.500.000, tingkat pendidikan responden SD dan SMP, Jumlah Anggota Keluarga 4-6 orang

4. Tingkat Pendapatan > Rp.1.500.000, tingkat pendidikan responden SMA dan di atas SMA, Jumlah Anggota Keluarga 4-6 orang

Hipotesis yang digunakan dalam analisis Anova adalah sebagai berikut:

Ho : rata-rata konsumsi air bersih responden yang menggunakan sumber air

PDAM sama dengan responden yang menggunakan sumber air pribadi

H1 : rata-rata konsumsi air bersih responden yang menggunakan sumber air

PDAM berbeda dengan responden yang menggunakan sumber air pribadi H0 diterima jika nilai signifikasi lebih besar dari α sedangkan H0 ditolak jika nilai

signifikansi lebih kecil dari α.

Berdasarkan tabel IV.10 dapat diketahui bahwa nilai signifikansi analisis Anova dari beberapa karakteristik sosial ekonomi yang sama adalah lebih besar dari α yaitu 0,05 berarti Ho diterima. Jadi rata-rata konsumsi air bersih responden yang menggunakan sumber air publik sama dengan responden yang menggunakan sumber air pribadi dengan karakteristik sosial ekonomi rumah tangga yang sama.

4.3 Dampak Perubahan Pola Konsumsi Air Bersih (Penghematan) Terhadap Kebutuhan dan Konservasi Air

Berdasarkan analisis sebelumnya diketahui bahwa rata-rata konsumsi air bersih responden sudah di atas rata-rata standar yang ada, tetapi kurang dari standar kesehatan. Dalam studi ini, responden yang mengkonsumsi lebih dari 150 liter per orang per hari dianggap boros, yang mengkonsumsi pada rentang 100-150 liter per

(28)

orang per hari dianggap normal, dan yang menggunakan lebih dari 150 liter per orang per hari dianggap masih di bawah standar.

GAMBAR 4.9

JUMLAH RESPONDEN BERDASARKAN KONSUMSI AIR BERSIH

30 56 28 0 10 20 30 40 50 60 > 150 100-150 <100

Rentang Konsumsi Air Bersih (l/RT/hr)

Jum

lah R

esponden

Responden yang mengkonsumsi air bersih lebih dari 150 liter per orang per hari adalah sebanyak 30 orang (26,32%), yang mengkonsumsi diantara rentang 100-150 liter per orang per hari sebanyak 56 orang (49,12%), dan yang mengkonsumsi kurang dari 100 liter per orang per hari sebanyak 28 orang (24,56%). Berdasarkan gambar 4.9, diketahui bahwa sebagian besar responden mengkonsumsi air bersih lebih dari 100 liter per orang per hari, bahkan cukup banyak responden yang mengkonsumsi lebih dari 150 liter per orang per hari. Hal ini menunjukkan responden Kelurahan Setiamanah menggunakan air bersih dalam jumlah yang tinggi.

4.3.1 Kesediaan dan Cara Penghematan Air Bersih Responden

Kesediaan dan cara penghematan air bersih setiap responden berbeda-beda. Tidak semua responden berpendapat bahwa penghematan air adalah suatu hal yang penting dan bersedia melakukan penghematan air. Begitu pula cara yang terbiasa dan bisa dilakukan setiap responden pun berbeda-beda. Untuk itu, perlu diketahui seberapa besar responden yang bersedia melakukan penghematan dan bagaimana cara yang bisa dan terbiasa dilakukan responden dalam penghematan air.

(29)

4.3.1.1 Presentase responden yang bersedia menghemat air

Penghematan air bersih akan lebih kongkrit dilakukan jika responden bersedia melakukan penghematan dan sesuai dengan cara yang biasa dan bisa dilakukan oleh responden. Untuk itu, kesediaan responden dalam melakukan penhematan perlu untuk diketahui. Berikut adalah analisis mengenai kesediaan responden dalam melakukan penghematan.

GAMBAR 4.10

PERSENTASE PENDUDUK YANG BERSEDIA MELAKUKAN PENGHEMATAN AIR BERSIH

71.1% 18.4% 10.5%

bersedia berhemat tidak bersedia tidak menjawab

Persentase responden yang bersedia melakukan penghematan air adalah 71,05% dari 81 responden, responden yang tidak bersedia 18,4% dari 21 responden, sisanya tidak menjawab sekitar 10,5%. Jadi sebagian besar responden Kelurahan Setiamanah menyadari pentingnya penghematan dan bersedia melakukan penghematan.

GAMBAR 4.11

PENDAPAT PENDUDUK TERHADAP PEMBATASAN KONSUMSI AIR BERSIH

39.5%

34.2% 26.3%

perlu dibatasi tidak perlu dibatasi tidak menjawab

Jika responden menyadari pentingnya membatasi penggunaan air bersih berarti responden tersebut menyadari akan terbatasnya sumber daya air bersih, dan penghematan perlu untuk dilakukan. Membatasi penggunaan air bersih untuk tiap

(30)

keperluan merupakan salah satu cara penghematan air bersih. Berdasarkan survei, persentase responden yang berpendapat bahwa penggunaan air untuk tiap keperluan perlu dibatasi adalah sekitar 39,5% dari 45 responden, dan 34,2% dari 39 responden berpendapat tidak perlu dibatasi, sisanya yaitu sekitar 26,3% tidak menjawab. Alasan responden berpendapat bahwa penggunaan air tidak perlu dibatasi antara lain: repot, persediaan air berlimpah, dan sulit dilakukan.

4.3.1.2 Cara responden dalam penghematan air

Penghematan air perlu untuk dilakukan. Cara responden dalam penghematan air berbeda-beda. Langkah penghematan yang terbiasa dilakukan responden dapat dilihat pada tabel IV.11.

TABEL IV.11

LANGKAH PENGHEMATAN YANG TERBIASA DILAKUKAN RESPONDEN

Langkah yang bisa dan biasa dilakukan dalam penghematan air bersih

Jumlah Responden

Mengurangi pencucian secara berulang (pembilasan). 33

Air cucian dapur (seperti bekas cucian sayur, buah, dll)

digunakan untuk keperluan lain seperti menyiram tanaman, dll 28

Bagi yang memiliki mobil atau kendaraan lainnya 16

Tampung air cucian pakaian untuk mencuci kendaraan

Mengurangi frekuensi mencuci kendaraan dan mengantinya

dengan mengelap

Membuat sumur resapan 9

Membuat tempat penampungan air hujan dan menggunakannya untuk keperluan-keperluan seperti menyiram tanaman, mengepel lantai, mengguyur toilet, dan mengganti air

kolam. 25

Menggunakan air cucian untuk keperluan lain 8

Sumber: Hasil survei

Berdasarkan hasil survei, sebagian besar responden melakukan upaya penghematan dengan mengurangi pencucian secara berulang, menggunakan air

(31)

cucian dapur untuk keperluan yang lain, membuat tempat penampungan air hujan dan digunakan untuk keperluan lain, mengubah cara dan sumber air dalam membersihkan kendaraan, membuat sumur resapan, dan menggunakan air cucian untuk keperluan yang lain.

Langkah lain yang biasanya dilakukan responden antara lain: • Air mandi digunakan untuk keperluan lain

• Mengurangi volume air untuk mencuci pakaian • Menjatah konsumsi air untuk mandi

• Tidak menggunakan air langsung dari kran

Untuk keperluan primer, khususnya minum dan memasak, jumlah konsumsi air akan sulit untuk dikurangi karena akan mempengaruhi kesehatan. Selain itu, jumlah konsumsi air untuk keperluan primer tidaklah terlalu besar dibandingkan keperluan-keperluan yang lain. Berdasarkan analisis, konsumsi air bersih terbesar digunakan untuk keperluan MCK, wudhu, dan mencuci pakaian. Perubahan pola konsumsi air bersih dalam upaya penghematan yang dapat dilakukan untuk keperluan-keperluan tersebut adalah:

• mencuci pakaian

Berdasarkan analisis uji hipotesa perbedaan rata-rata 2 sampel independen, diketahui bahwa adanya perbedaan rata-rata konsumsi air bersih yang signifikan untuk keperluan mencuci pakaian antara responden yang mencuci pakaian tiap hari dan tidak tiap hari. Jadi penghematan air yang bisa dilakukan adalah mengurangi frekuensi mencuci, misalnya responden yang terbiasa mencuci setiap hari atau 2 kali sehari menjadi 2 kali seminggu atau 3 kali seminggu. Penghematan pun bisa dilakukan dengan mengurangi jumlah pembilasan pakaian bagi penduduk yang mencuci dengan jumlah pembilasan lebih dari 3 atau 4 kali, walaupun berdasarkan analisis pearson tidak ada keterkaitan antara jumlah pembilasan dengan konsumsi air bersih untuk mencuci pakaian.

(32)

• MCK

Rata-rata konsumsi air bersih untuk keperluan MCK tergolong terlalu besar yaitu sekitar 79,80 liter per orang per hari. Untuk itu diperlukan pembatasan konsumsi air untuk keperluan MCK. Kebutuhan air untuk MCK berdasarkan Standar Depkes adalah 20 liter per orang per hari dapat dikatakan masih kurang untuk frekuensi mandi 2 kali sehari dan keperluan cuci kakus. Jika diasumsikan 1 kali mandi menggunakan 20 liter per orang per hari maka untuk frekuensi 2 kali mandi per hari dibutukan 40 liter per orang per hari, ditambah 10 liter untuik keperluan cuci kakus maka dibutuhkan 50 liter untuk seluruh keperluan MCK. Dengan demikian, konsumsi air untuk MCK bisa berkurang sekitar 29,80 liter per orang per hari.

• mencuci kendaraan

Konsumsi air bersih untuk mencuci kendaraan bisa dikurangi dengan mengurangi frekuensi mencuci kendaraan. Dalam studi konsumsi air bersih maksimum untuk mencuci kendaraan adalah 22,14 liter per orang per hari dengan frekuensi sekali sehari sedangkan konsumsi air bersih minimum untuk mencuci kendaraan adalah 0,18 liter per orang per hari. Jika responden yang mencuci kendaraan setiap hari mengubah kebiasaannya mencuci kendaraan menjadi seminggu sekali atau 2 kali seminggu maka kontribusi konsumsi air untuk mencuci kendaraan dapat berkurang sekitar 12-20 liter per orang per hari.

• menyiram tanaman dengan air bekas pencucian sayur, ikan, beras, dan lain-lain.

• mengurangi konsumsi air untuk wudhu

Konsumsi air untuk wudhu bisa dikurangi menjadi 15 liter per orang per hari sesuai dengan standar Depkes.

Perubahan pola konsumsi untuk keperluan-keperluan tersebut tidak mempengaruhi kesehatan maka penghematan dapat dilakukan dengan mengubah pola

(33)

konsumsi untuk keperluan-keperluan tersebut. Persentase responden yang bersedia menghemat air memang cukup tinggi, namun jumlah responden yang melakukan penghematan air tidak besar. Hal ini disebabkan penghematan dianggap merepotkan apalagi jika persediaan air bersih melimpah. Responden cenderung menghemat air jika persediaan air terbatas seperti saat musim hujan. Penghematan air bersih dapat efektif dilakukan jika responden memiliki keinginan dan kesadaran untuk menghemat air. Cara penghematan yang dilakukan pun tidak menyulitkan responden dan sudah terbiasa dilakukan responden.

4.3.2 Perubahan Kebutuhan dan Konservasi Air Bersih

Berdasarkan survei, langkah yang bisa dan biasa dilakukan dalam penghematan air bersih yang paling banyak dilakukan responden adalah mengurangi pencucian secara berulang, air cucian dapur digunakan untuk keperluan lain seperti menyiram tanaman, membuat penampungan air hujan dan menggunakan untuk keperluan-keperluan seperti menyiram tanaman, mengepel lantai, mengguyur toilet, dan mengganti air kolam, serta mengubah pola mencuci kendaraan baik frekuensi mencuci kendaraan ataupun menggunakan air bekas cucian untuk mencuci kendaraan. Dan berdasarkan analisis, perubahan pola konsumsi air bersih dalam upaya penghematan dapat dilakukan pada keperluan-keperluan MCK, mencuci pakaian, mencuci kendaraan, dan menyiram tanaman. Cara penghematan yang akan diperhitungkan untuk menghitung dampak penghematan air terhadap kebutuhan air bersih dengan mempertimbangkan pendapat responden dan hasil survei adalah:

• mengubah frekuensi mencuci pakaian bagi responden yang mencuci tiap hari menjadi tidak tiap hari. Berdasarkan hasil survei, cukup banyak penduduk yang mencuci pakaian 2 hari sekali atau 3 hari sekali. Untuk itu, diajurkan agar responden yang mencuci tiap hari mengubah frekuensi mencuci pakaian menjadi 2 atau 3 kali sehari.

(34)

• mengubah konsumsi air bersih untuk keperluan MCK, dengan asumsi kebutuhan air untuk keperluan MCK dapat dikurangi menjadi 50 liter per orang per hari dari 79,80 liter per orang per hari.

• mengubah konsumsi air untuk wudhu menjadi 15 liter per orang per hari sesuai dengan standar kesehatan

• menggunakan air bekas cucian dapur untuk menyiram tanaman

Cara-cara di tersebut dipilih karena hampir seluruh responden mengkonsumsi air bersih untuk keperluan-keperluan tersebut. Sedangkan cara penghematan dengan menampung air hujan tidak diikut sertakan dalam menghitung perubahan kebutuhan air bersih karena jumlah air yang dapat ditampung sulit untuk dihitung. Pola perubahan konsumsi air bersih untuk mencuci kendaraan pun tidak diperhitungkan karena banyak responden yang tidak memiliki kendaraan.

Sebelum menghitung perubahan kebutuhan air bersih secara keseluruhan, terlebih dahulu akan dilakukan analisis sensitivitas untuk melihat frekuensi mencuci pakaian manakah yang paling mempengaruhi konsumsi air bersih secara keseluruhan. Analisis sensitivitas adalah suatu prosedur untuk mengetahui sensitivitas hasil dari analisis perubahan pola konsumsi air bersih untuk keperluan mencuci pakaian terhadap kebutuhan air bersih responden (liter/orang/hari). Adapun asumsi yang digunakan dalam analisis sensitivitas adalah konsumsi air bersih untuk keperluan mencuci pakaian baik yang dilakukan dengan frekuensi tiap hari, 2 hari sekali, maupun 3 kali sehari adalah sama atau volume mencuci pakaian tidak diperhitungkan dalam analisis ini.

Dari tabel IV.12 dapat diketahui bahwa frekuensi mencuci pakaian tidak terlalu mempengaruhi jumlah konsumsi air bersih untuk keperluan mencuci pakaian karena persentase perubahan konsumsi tidak terlalu besar yaitu sekitar 4,19% hingga 5,52%. Namun berdasarkan analisis di atas diketahui bahwa mengubah frekuensi mencuci pakaian menjadi 3 hari sekali memberikan pengaruh lebih besar terhadap jumlah konsumsi air bersih untuk keperluan mencuci. Dengan demikian, perubahan

(35)

pola konsumsi air bersih yang akan diperhitungkan dalam analisis dampak perubahan pola konsumsi air bersih untuk mencuci pakaian adalah mengubah frekuensi mencuci pakaian menjadi 3 hari sekali.

TABEL IV.12

PERUBAHAN JUMLAH KONSUMSI AIR BERSIH AKIBAT PERUBAHAN FREKUENSI MENCUCI PAKAIAN

(LITER/ORANG/HARI)

Perubahan Rata-Rata Konsumsi

Keperluan Rata-Rata Konsumsi sebelum Perubahan Frekuensi Mencuci Frekuensi Mencuci 2 hari sekali (cara 1) Frekuensi Mencuci 3 hari sekali (cara 2) Minum 1,80 1,80 1,80 Memasak 12,55 12,55 12,55 Mencuci Pakaian 16,33 10,21 8,17

Mandi, Cuci, Kakus

(MCK) 79,8 79,8 79,80 Kebersihan Rumah 5,17 5,17 5,17 Mencuci Kendaraan 3,41 3,41 3,41 Menyiram Tanaman 6,00 6,00 6,00 Wudhu 20,25 20,25 20,25 Mengisi Akuarium 2,43 2,43 2,43 Keperluan lain-lain 0 0 0 Rata-rata Konsumsi 147,74 141,62 139,58 Persentase Perubahan Konsumsi 4,14% 5,52%

Sumber: Lampiran F dan Hasil Perhitungan

Berdasarkan tabel IV.13 diketahui bahwa perubahan konsumsi air bersih berkurang menjadi 139,58 liter per orang per hari akibat perubahan frekuensi mencuci pakaian menjadi 3 hari sekali. Perubahan konsumsi air untuk wudhu menjadi 15 liter per orang per hari mempengaruhi kebutuhan iar menjadi 142,49 liter per orang per hari atau berkurang 3,55%. Perubahan konsumsi air untuk MCK menjadi 50 liter per orang per hari mempengaruhi kebutuhan bersih untuk seluruh keperluan menjadi 117,94 liter per orang per hari atau berkurang 20,17% (sekitar 29,8 liter per

(36)

orang per hari), dan menggunakan air bekas cucian dapur untuk menyiram tanaman mempengaruhi konsumsi air bersih menjadi 141,74 liter per orang per hari atau berkurang 4,06%.

TABEL IV.13

KEBUTUHAN AIR BERSIH DAN PERSENTASE PENGHEMATAN DENGAN MENGUBAH POLA KONSUMSI AIR BERSIH

Perubahan Pola Konsumsi

Kebutuhan Air Bersih

Persentase Penghematan

Mengubah frekuensi mencuci pakaian menjadi 3

hari sekali (cara 1) 139,58 5,52%

Mengurangi konsumsi untuk wudhu menjadi 15

liter/orang/harir (cara 2) 142,49 3,55%

Mengurangi konsumsi untuk MCK menjadi 50

liter/orang/hari (cara 3) 117,94 20,17%

Menggunakan air lain untuk menyiram tanaman

(cara 4) 141,74 4,06%

Perubahan pola konsumsi air dengan cara 1,2,3,4 98,53 33,31%

Sumber: Lampiran G

Jika penghematan dilakukan secara serentak yaitu mengubah frekuensi mencuci menjadi lebih jarang yaitu 3 kali sehari, mengurangi konsumsi air untuk MCK, mengubah konsumsi untuk wudhu dan menggunakan air bekas mencuci sayur atau ikan untuk keperluan menyiram tanaman maka kebutuhan air bersih akan berkurang menjadi 98,53 liter per orang per hari atau 33,31%.

4.3.2.1 Dampak penghematan air terhadap kebutuhan dan konservasi air di kelurahan setiamanah dan kota cimahi

Kebutuhan air bersih di Kelurahan Setiamanah dan Kota Cimahi dengan mengasumsikan seluruh penduduk Kelurahan Setiamanah dan Kota Cimahi yang berjumlah 23.049 jiwa dan 522.731 jiwa bersedia melakukan penghematan dengan cara mengurangi frekuensi mencuci pakaian menjadi 2 atau 3 hari sekali, mengurangi

(37)

konsumsi MCK menjadi 50 liter per orang per hari, dan menggunakan air bekas cucian ikan atau sayur untuk menyiram tanaman dapat dilihat pada tabel IV.14.

TABEL IV.14

DAMPAK PENGHEMATAN TERHADAP PERUBAHAN KEBUTUHAN DAN KONSERVASI AIR BERSIH DI KELURAHAN SETIAMANAH DAN KOTA

CIMAHI (MILIAR LITER/TAHUN)

Kebutuhan Air Bersih

Lingkup Wilayah

Tanpa Penghematan

Dengan

Penghematan Konservasi Air

Kelurahan Setiamanah 1,24 0,87-1,2 0,04-0,37

Kota Cimahi 28,19 18,80-27,19 1,00-9,39

Sumber: Lampiran G

Dari tabel IV.13 diketahui bahwa kebutuhan air bersih penduduk di Kelurahan Setiamanah dengan melakukan penghematan adalah sekitar 0,87 hingga 1,2 miliar liter tahun atau berkurang sekitar 3,23% hingga 29,84% dari kebutuhan tanpa penghematan yaitu sekitar 1,2 miliar liter per tahun. Kebutuhan air bersih terrendah yaitu sekitar 0,87 miliar liter per tahun dapat dicapai dengan melakukan 4 cara penghematan sekaligus, yaitu mengubah frekuensi mencuci pakaian menjadi 3 hari sekali, mengurangi konsumsi air bersih untuk MCK menjadi 50 liter per orang per hari, mengurangi konsumsi air bersih untuk wudhu menjadi 15 liter per orang per hari, dan menggunakan air bekas cucian ikan atau sayur untuk menyiram tanaman. Konservasi air yang dapat dicapai adalah sekitar 0,04 hingga 0,37 miliar liter per tahun.

Perubahan kebutuhan air bersih penduduk Kota Cimahi dengan melakukan penghematan adalah sekitar 18,80 hingga 27,19 miliar liter per tahun. Sedangkan kebutuhan air bersih tanpa melakukan penghematan dengan mengasumsikan kebutuhan penduduk sebesar 147,74 liter per orang per hari adalah sebesar 28.,19 miliar liter per tahun. Jadi konservasi air yang dapat dicapai adalah sekitar 1 hingga 9,39 miliar liter per tahun.

(38)

Jumlah produksi dan distribusi air bersih PDAM di untuk wilayah pelayanan Kota Cimahi tahun 2006 adalah sekitar 4.313,45 juta liter per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa produksi air bersih PDAM masih belum bisa mencukupi kebutuhan penduduk Kota Cimahi baik dengan maupun tanpa melakukan penghematan. Walaupun demikian kebutuhan air bersih rumah tangga di Kota Cimahi dengan melakukan penghematan dapat berkurang sekitar 2% hingga 21%.

4.3.2.2 Potensi peningkatan pelayanan PDAM

Berdasarkan pembahasan di sub bab 4.3.2, penghematan air bersih mengakibatkan perubahan kebutuhan air bersih rumah tangga dari 147,74 liter per orang per hari menjadi 98,53 hingga 142,49 liter per orang per hari. Penghematan air mengakibatkan berkurangnya kebutuhan air bersih. Pembangunan infrastruktur dalam rangka mengimbangi kebutuhan air bersih penduduk Kota Cimahi cukup sulit dilaksanakan mengingat kebutuhan air bersih penduduk jauh lebih besar (sekitar 6 kali lipat) daripada produksi air bersih PDAM. Infrastruktur PDAM Tirta Rahaja di Kota Cimahi sebenarnya sudah hampir digunakan seluruhnya, walaupun masih ada infrastruktur yang belum dimanfaatkan karena perbedaan kapasitas terpasang dengan kapasitas yang termanfaatkan. Belum termanfaatkannya kapasitas terpasang diakibatkan oleh kurangnya debit air yang disalurkan atau lebih kecilnya kapasitas sumber air daripada kapasitas terpasang. Hal ini menunjukkan sebenarnya PDAM masih memiliki potensi untuk meningkatkan pelayanannya namun terdapat hambatan yaitu kurangnya sumber air baku Untuk itu perlu dilakukan penambahan sumber air baku yang baru dan peningkatan debit air dari sumbernya. Dengan mengkonservasi air maka diharapkan debit air sumber akan bertambah karena kenaikan permukaan air tanah dan kapasitas terpasang dapat dimanfaatkan seluruhnya.

Penghematan air bersih selain dapat mengkonservasi air dengan jumlah yang besar, dapat pula meningkatkan pelayanan PDAM dengan menambah jumlah pelanggan PDAM. Jumlah produksi air PDAM yang sama dapat meningkatkan jumlah pelanggan karena kebutuhan air bersih pelanggan menurun. Penambahan

(39)

pelanggan akan difokuskan pada golongan 1B karena konsumsi air bersih per SL tergolong besar paling besar dari pelanggan rumah tangga lainnya (lihat tabel II.4) dan merupakan pelanggan dengan kondisi rumah tangga menengah, yang memiliki ciri-ciri rumah semi permanen dan permanen yang terletak di jalan kecil/kampung/gang dan yang terletak di jalan besar bukan protokol. Sedangkan pelanggan golongan 1A sudah tidak ada lagi dan golongan 1C merupakan rumah mewah semi permanen dan permanen yang terletak di jalan protokol dan rumah tempat peristirahatan, villa, bungalow yang tidak dikomersilkan.

TABEL IV.15

PENAMBAHAN JUMLAH PELANGGAN PDAM GOLONGAN 1B DENGAN ADANYA PENGHEMATAN

Jumlah Konsumsi per orang per

hari Konsumsi air per SL per hari Kebutuhan per SL per tahun (ribuan liter) Jumlah produksi per tahun untuk Gol 1B Jumlah SL Tanpa Penghematan 137.07 685.35 250,15 530,831,000 2122 Dengan penghematan 98.53-142.49 492.65-712.45 179,82-260,04 530,831,000 2041-2952

Pertambahan jumlah SL = jumlah SL tanpa penghematan - jumlah SL setelah

penghematan 81-830

Sumber: PDAM dan Lampiran G

Dari tabel IV.15 diketahui bahwa dengan adanya penghematan air bersih yang berdampak pada berkurangnya kebutuhan rumah tangga pun dapat meningkatkan jumlah pelanggan PDAM khususnya golongan rumah tangga 1B. Jumlah pelanggan PDAM golongan 1B yang bisa ditambah adalah sekitar 81-830 SL (saluran langsung) atau sekitar 3,80% hingga 39,12% dari jumlah pelanggan yang ada. Dengan demikian penduduk yang menggunakan sumber air pribadi masih bisa mengubah sumber airnya menjadi sumber air publik.

(40)

Gambar

TABEL IV.1
TABEL IV.2
TABEL IV.3
TABEL IV.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

MINIT MESYUARAT JAWATANKUASA PENGURUSAN ASRAMA KALI KE 1 / 2014 Tindakan / Makluman Semua Semua Penyelia Asrama... Semua Semua Semua Semua

Training ini membahas konsep dasar manajemen risiko syariah berdasarkan Basel II accord dan sesuai dengan prinsip syariah (IFSB,Fatwa DSN, AAOIFI,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebaran diameter batang pohon pilang (A. leucophloea) di plot penelitian Soe-Kupang lebih luas daripada di plot TNBB. Produksi benih

tidak diperbolehkan oleh syariah dengan indikasi keuntungan yang diperoleh mengandung unsur riba, akan tetapi pemikiran atau pendapat Mahmud Syaltut memberikan alternatif

Terkait dengan pembagian warisan dimana laki-laki mendapat bagian lebih besar dibanding perempuan, mengenai jumlah bagian tersebut Muhammad Husain Fadhullah mengatakan

Selanjutnya yang menjadi pertanyaan dalam studi ini adalah bagaimana karaktersitik pola konsumsi air bersih rumah tangga, apakah rumah konsumsi air bersih rumah tangga

Indikator kesejahteraan yang diukur menurut BPS pada SUSENAS 1991 yang dimodifikasi antara lain yaitu pendapatan rumah tangga per tahun, konsumsi rumah tangga per bulan,