(SPPN)
Bagi petugas di Lapas Super Maximum, Maximum, Medium dan Minimum Security
PENANGGUNG JAWAB
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
TIM PENYUSUN
Direktorat Pembinaan Narapidana dan Latihan Kerja Produksi Thurman Saud Marojahan Hutapea, Bc.I.P., SH., M.Hum.
Zainal Arifin, S.Sos., M.Si. Catur Budi Fatayatin, Bc.IP, SH, M.Si Kadek Anton Budiharta, A.Md.IP, SH, MH
Aris Munandar, A.Md.IP, S.Sos, M.Si Jaya Kartika, SH
Wenny Maria, SE., MM. Melyana, Bc.I.P., S.I.P., M.Si.
Septy Juwita Agustin Br Tobing, S.I.P., M.A Meiky Mendra, A.Md.I.P., SH., M.Si. Wahyu Trah Utomo, A.Md.I.P., S.Sos, M.Si.
Nurweni, SH
Yulia Wahyuningsih, S.Pd Agung Indrawiria Negara, SE Center for Detention Studies
M. Ali Aranoval, SH Gatot Goei, SH., MH Lollong Manting, SS., MM
Dewi Indriana, S.Sos Siwi Sarita, S.Psi
Mutiara Prasetyo Sintesana, S.Psi
DITERBITKAN OLEH:
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM RI Jl. Veteran Nomor 11, Jakarta Pusat
Telp. (021) 3857 611 TAHUN 2021
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PAS-10.OT.02.02 TAHUN 2021
TENTANG
SISTEM PENILAIAN PEMBINAAN NARAPIDANA DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas
pembinaan narapidana yang menerapkan evidence-based correctional treatment sehingga dapat mendorong objektivitas dan akuntabilitas dari penilaian narapidana;
b. bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 35 Tahun 2018 tentang Revitalisasi Penyelenggaraan Pemasyarakatan yang mengamanatkan pemberian pembinaan narapidana perlu disesuaikan dengan tingkat risiko dan kebutuhan narapidana;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan tentang Sistem Penilaian Pembinaan Narapidana.
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);
1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Tahun1995 Nomor 77, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843);
3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5332);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258);
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3842);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3846);
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 1999 tentang Syarat-syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Wewenang Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 112 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3858);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 225, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5359); 9. Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2015 tentang
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 84);
10. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 35 Tahun 2018 tentang Revitalisasi Penyelenggaraan Pemasyarakatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1685);
11. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 29 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 30 Tahun 2017 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 29 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1752).
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN TENTANG SISTEM PENILAIAN PEMBINAAN NARAPIDANA. KESATU : Sistem Penilaian Pembinaan Narapidana adalah
pedoman dalam melaksanakan penilaian pembinaan narapidana dengan metode pengamatan perilaku sebagaimana tercantum pada lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan ini.
KEDUA : Sistem Penilaian Pembinaan Narapidana sebagaimana dimaksud pada diktum KESATU bertujuan untuk meningkatkan objektivitas penilaian perubahan perilaku narapidana dalam pelaksanaan pembinaan yang sesuai dengan kebutuhan dan tingkat risiko narapidana.
KETIGA : Sistem Penilaian Pembinaan Narapidana sebagaimana dimaksud pada diktum KESATU dilaksanakan berdasarkan:
1. Observasi perilaku narapidana baik secara langsung ataupun tidak langsung;
2. Wawancara secara langsung dengan narapidana; 3. Melakukan penelusuran dan pengkajian dokumen
yang berisi tentang data dan informasi narapidana; 4. Melaksanakan serangkaian tes evaluasi untuk
mengukur sikap narapidana, keterampilan dan pengetahuan.
KEEMPAT : Sistem Penilaian Pembinaan Narapidana sebagaimana dimaksud pada diktum KESATU disusun dalam pedoman dengan sistematika sebagai berikut:
A. Latar Belakang; B. Dasar Hukum; C. Definisi Global; D. Maksud dan Tujuan;
E. Sistem, Mekanisme dan Prosedur; F. Jangka Waktu Penyelesaian;
G. Kebutuhan Sarana dan Prasarana; H. Jumlah dan Kompetensi Pelaksana; I. Kebutuhan Biaya Pelaksanaan; J. Instrumen Penilaian Kinerja.
KELIMA : Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan ini berlaku pada tanggal ditetapkan, dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat perubahan akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Jakarta
padatanggal : 10 Februari 2021
DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN,
REYNHARD SILITONGA NRP 67090332
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan anugerah-Nya sehingga Standar Sistem Penilaian Pembinaan Narapidana (SPPN) bagi Petugas di Lapas Super Maximum, Maximum, Medium, dan Minimum Security telah selesai disusun.
Standar SPPN ini disusun untuk memberikan petunjuk kepada petugas pemasyarakatan dalam penyelenggaraan pembinaan dan penilaian terhadap perilaku narapidana yang mengedepankan objektivitas. Penilaian terhadap perilaku narapidana dilakukan berdasarkan data-data akurat yang ada di lapangan dan tercatat, dengan menggunakan pendekatan evidence-based correctional treatment atau pembinaan berdasarkan fakta. Pada akhirnya, penilaian yang objektif dan terukur terhadap perubahan perilaku narapidana ini akan mendorong pemenuhan hak-hak narapidana dan kebutuhan program pembinaan serta pengawasan yang sesuai dengan aspek-aspek narapidana yang sudah dinilai. Sehingga optimalisasi penyelenggaraan pemasyarakatan di bidang pembinaan narapidana akan dapat terwujud dengan lebih baik.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyusunan Standar SPPN ini. Selanjutnya kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan standar ini. Oleh karena itu kami sangat mengapresiasi kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaannya.
Semoga Allah SWT melindungi kita semua. Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, 10 Februari 2021 Direktur Pembinaan Narapidana dan Latihan Kerja Produksi,
Thurman SM Hutapea
DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN
Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya penyusunan Standar Sistem Penilaian Pembinaan Narapidana (SPPN) bagi Petugas di Lapas Super Maximum, Maximum, Medium, dan Minimum Security dapat diselesaikan dengan baik. Standar SPPN ini mengatur sistematika, mekanisme, dan prosedur penilaian pembinaan narapidana. Penilaian terhadap narapidana ini sejatinya sejalan dengan tujuan pemasyarakatan yakni membentuk narapidana agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat.
Sehubungan dengan usaha mengembalikan narapidana ke tengah-tengah masyarakat dan sekaligus mencegah narapidana mengulangi kejahatannya, seperti yang tertuang pada Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan, hakikatnya telah menjadi kewajiban petugas pemasyarakatan untuk memberikan pembinaan mental, sosial dan keterampilan kerja yang memadai untuk menjadi bekal kehidupan narapidana setelah kembali ke masyarakat. Seiring dengan perkembangan zaman, wujud pembinaan tersebut perlu ditingkatkan kualitasnya. Peningkatan kualitas dalam fungsi pembinaan ini dilakukan dengan mendorong perubahan perilaku dan menurunkan tingkat risiko narapidana dengan mekanisme yang terukur dan objektif sesuai dengan Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI No.35 tahun 2018 tentang Revitalisasi Penyelenggaraan Pemasyarakatan. Dengan demikian, Standar SPPN ini hadir sebagai strategi penyelenggaraan pembinaan dan penilaian terhadap narapidana yang mengedepankan objektivitas. Penilaian terhadap perilaku narapidana dilakukan berdasarkan data-data akurat yang ada di lapangan dan tercatat, dengan menjunjung evidence-based correctional treatment atau pembinaan berdasarkan fakta.
Standar SPPN ini merupakan buku yang terbuka yang setiap waktu menjadi pelajaran dan pembelajaran. Harapannya Standar SPPN ini mampu menjadi acuan dan pedoman bagi seluruh petugas pemasyarakatan dalam menjalankan pembinaan terhadap narapidana dengan mengedepankan objektivitas penilaian. Akhirnya, saya haturkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah terlibat dan mendukung terwujudnya standar ini. Semoga standar ini dapat berguna sebaik-baiknya bagi kemajuan penyelenggaraan pemasyarakatan.
Jakarta, 10 Februari 2021 Direktur Jenderal Pemasyarakatan,
Reynhard Silitonga NRP 67090332
TIM PENYUSUN ... ii
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN ... iii
KATA PENGANTAR ... vii
SAMBUTAN ... viii
DAFTAR ISI ... x
A. Latar Belakang ... 1
B. Dasar Hukum ... 2
C. Definisi Global ... 3
D. Maksud dan Tujuan ... 5
E. Sistem, Mekanisme dan Prosedur ... 5
1. Sistem Penilaian dalam Revitalisasi ... 5
a. Tujuan... 6
b. Karakteristik setiap Klasifikasi Lapas ... 6
c. Penilaian Pembinaan ... 9
2. Mekanisme Penilaian Pembinaan Narapidana ... 14
a. Pengumpulan Data ... 14
b. Pengisian ... 34
c. Penghitungan Skor ... 40
d. Pelaporan ... 41
3. Prosedur Penilaian Pembinaan Narapidana ... 42
F. Jangka Waktu Penyelesaian ... 44
G. Kebutuhan Sarana dan Prasarana ... 44
H. Jumlah dan Kompetensi Pelaksana... 46
I. Kebutuhan Biaya Pelaksanaan ... 48
J. Instrumen Penilaian Kinerja ... 50
Lampiran I. Instrumen Sistem Penilaian Pembinaan Narapidana ... 56
Lampiran II. Format Post-test Pengetahuan (Pelatihan Keterampilan) ... 57
Lampiran III. Lembar Penilaian Diri Self-Assessment ... 62
A. LEMBAR SELF-ASSESSMENT NARAPIDANA TERORIS ... 63
B. LEMBAR SELF-ASSESSMENT NARAPIDANA BANDAR NARKOTIKA... 67
Lampiran IV. Format Surat Pernyataan ... 71
1. Surat Pernyataan NKRI ... 71
2. Surat Pernyataan Tidak Terlibat Jaringan Narkoba ... 73
Lampiran V. Standar Operasional Prosedur ... 77
A. Prosedur Pengangkatan Wali Pemasyarakatan ... 77
B. Prosedur Penilaian Pembinaan Narapidana ... 79
A. Latar Belakang
Pemasyarakatan merupakan proses untuk memulihkan hubungan antara terpidana dengan masyarakat dengan cara membuat terpidana menyadari perbuatannya dan kembali ke masyarakat sebagai warga negara yang sadar dan taat hukum. Sebagaimana tercantum dalam UU Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, dinyatakan bahwa Pemasyarakatan bertujuan untuk membuat Warga Binaan Pemasyarakatan menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab. Narapidana diharapkan bisa kembali menjadi warga yang baik dan untuk melindungi masyarakat terhadap kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh narapidana serta merupakan penerapan dan bagian yang tidak terpisahkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Sehubungan dengan usaha mengembalikan narapidana ke tengah-tengah masyarakat dan sekaligus mencegah narapidana mengulangi kejahatannya, maka menjadi kewajiban petugas pemasyarakatan untuk memberikan pembinaan mental, sosial dan keterampilan kerja yang memadai untuk menjadi bekal kehidupannya kelak. Penyelenggaraan kegiatan pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan yang membagi program pembinaan menjadi pembinaan kepribadian dan pembinaan kemandirian.
Seiring dengan perkembangan zaman, program pembinaan bagi narapidana di lembaga pemasyarakatan semakin mengalami kemajuan. Melalui Permenkumham Nomor 35 Tahun 2018 tentang Revitalisasi Penyelenggaraan Pemasyarakatan dinyatakan bahwa penyelenggaraan revitalisasi pembinaan dilaksanakan guna meningkatkan kualitas fungsi Pembinaan Narapidana dalam mendorong perubahan perilaku dan penurunan tingkat risiko Narapidana. Penyelenggaraan kegiatan pembinaan tersebut terwujud dalam klasifikasi lembaga pemasyarakatan berdasarkan tingkat risiko dan kebutuhan, yakni Lapas Super Maximum Security, Lapas Maximum Security, Lapas Medium Security dan Lapas Minimum Security. Pembagian klasifikasi ini merupakan langkah progresif pemasyarakatan dalam menerapkan perlakuan individual sebagai bagian dari evidence-based correctional treatment (pembinaan berbasis bukti atau data) untuk mendorong objektivitas dan akuntabilitas dari penilaian narapidana. Proses tersebut dimulai dengan
narapidana. Asesmen risiko dilakukan untuk memberikan rekomendasi penempatan atau pemindahan sedangkan asesmen kebutuhan digunakan untuk memberikan rekomendasi program pembinaan bagi narapidana. Selanjutnya, untuk mengetahui respon narapidana terhadap program pembinaan yang dilakukan maka perlu diselenggarakan kegiatan penilaian terkait perubahan perilaku dan perkembangan narapidana. Sehubungan dengan kebutuhan tersebut, disusunlah “Standar Sistem Penilaian Pembinaan Narapidana” sebagai acuan petugas pemasyarakatan dalam melakukan penilaian pembinaan pada setiap klasifikasi lapas.
B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan;
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan;
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan;
5. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.01.PK-04.10 tahun 2007 tentang Wali Pemasyarakatan;
6. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.HH-05.0T.01.01 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M-01-PR.07.03 Tahun 1985 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan;
7. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 tentang Assessment Risiko dan Assessment Kebutuhan bagi Narapidana dan Klien Pemasyarakatan; 8. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor 29 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia; 9. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor 33 Tahun 2015 tentang Pengamanan Pada Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara;
10. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2013 tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara;
11. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2016 tentang Sistem Database Pemasyarakatan;
12. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2018 tentang Revitalisasi Penyelenggaraan Pemasyarakatan;
13. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2018 tentang Cetak Biru Revitalisasi Penyelenggaraan Pemasyarakatan Tahun 2019-2023;
14. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.02-PK.04.10 Tahun 1990 tentang Pola Pembinaan Narapidana dan Tahanan;
15. Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.HH-02.PK.01.02.02 Tahun 2017 Tentang Pedoman Kerja Lembaga Pemasyarakatan Khusus Bagi Narapidana Resiko Tinggi (High Risk) Kategori Bandar Narkotika;
16. Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.HH-02.PK.01.02.02 Tahun 2017 Tentang Pedoman Kerja Lembaga Pemasyarakatan Khusus Bagi Narapidana Resiko Tinggi (High Risk) Kategori Teroris;
17. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor PAS-24.OT.02.02 Tahun 2018 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pembinaan bagi Narapidana Kategori Risiko Tinggi (High Risk) pada Lembaga Pemasyarakatan Khusus;
18. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor PAS-15.PR.01.01 Tahun 2019 tentang Penetapan Lembaga Pemasyarakatan Pilot Project Maximum Security, Medium Security, dan Minimum Security.
C. Definisi Global
1. Pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara pembinaan yang merupakan bagian dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana.
mengoptimalisasi penyelenggaraan pemasyarakatan sebagai bentuk perlakuan terhadap Tahanan, Narapidana dan Klien serta perlindungan atas hak kepemilikan terhadap barang bukti.
3. Petugas Pemasyarakatan adalah Pejabat Fungsional Penegak Hukum yang melaksanakan tugas di bidang pembinaan, pengamanan, dan pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan. 4. Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut Lapas adalah
institusi untuk melaksanakan pembinaan warga binaan pemasyarakatan dan anak didik pemasyarakatan.
5. Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lapas.
6. Pembinaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, profesional, kesehatan jasmani dan rohani Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan.
7. Standar Pemasyarakatan adalah serangkaian peraturan dan instruksi tertulis yang dibakukan terkait berbagai proses penyelenggaraan pelayanan pemasyarakatan yang mengatur bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana dan oleh siapa harus dilakukan, apa dan bagaimana instrumen monitoringnya serta bagaimana evaluasi yang dilakukan, untuk mengukur sejauh mana keberhasilan pelaksanaan standar pemasyarakatan.
8. Tim Pengamat Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut TPP adalah Tim yang bertugas memberikan saran mengenai program pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan.
9. Penilaian pembinaan adalah kegiatan mengamati, mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasikan sikap dan perilaku narapidana untuk mengetahui perubahan dan perkembangan narapidana sebagai hasil dari program pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan.
10. Perilaku adalah serangkaian tindakan yang dibuat oleh individu dalam hubungannya dengan dirinya sendiri atau lingkungannya yang dapat diamati dan bahkan dipelajari.
11. Lapas Super Maximum Security menjalankan program Pembinaan bagi Narapidana tingkat risiko tinggi untuk mendorong perubahan perilaku dan penurunan tingkat risiko.
12. Lapas Maximum Security menjalankan program Pembinaan Narapidana untuk mendorong perubahan sikap dan perilaku Narapidana yang sadar akan kesalahan, patuh terhadap hukum dan tata tertib serta peningkatan disiplin.
13. Lapas Medium Security menjalankan program Pembinaan Narapidana untuk mendorong perubahan sikap dan perilaku yang
sadar akan kesalahan, patuh terhadap hukum dan tata tertib serta meningkatkan kompetensi dan kemampuan diri Narapidana.
14. Lapas Minimum Security menjalankan program Pembinaan Narapidana untuk membentuk perubahan sikap dan perilaku, meningkatkan kemandirian dan produktivitas Narapidana.
D. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penyusunan standar sistem penilaian pembinaan narapidana ini adalah untuk memberikan petunjuk kepada petugas pemasyarakatan dalam melakukan penilaian terhadap perilaku narapidana di Lembaga Pemasyarakatan.
Tujuan disusunnya standar sistem penilaian pembinaan narapidana antara lain:
1. Terselenggaranya penilaian pembinaan narapidana melalui pengamatan perilaku yang terukur dan dapat dipertanggungjawabkan dalam rangka pemenuhan hak narapidana; 2. Terselenggaranya pembinaan narapidana yang sesuai dengan
kebutuhan individual.
E. Sistem, Mekanisme dan Prosedur 1. Sistem Penilaian dalam Revitalisasi
Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 bahwa sistem pemasyarakatan bertujuan untuk membentuk warga Binaan Pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahannya, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab. Sejalan dengan tujuan tersebut, dalam pasal 2 Permenkumham Nomor 35 Tahun 2018 tentang Revitalisasi Penyelenggaraan Pemasyarakatan dinyatakan bahwa tujuan penyelenggaraan pemasyarakatan adalah meningkatkan objektivitas penilaian perubahan perilaku narapidana dalam pelaksanaan pembinaan. Secara lebih spesifik, dijelaskan pula tujuan dari revitalisasi pembinaan yaitu untuk meningkatkan kualitas fungsi Pembinaan Narapidana dalam mendorong perubahan perilaku dan penurunan tingkat risiko Narapidana. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka revitalisasi penyelenggaraan pemasyarakatan diselenggarakan di Lapas Super Maximum Security, Lapas Maximum Security, Lapas Medium Security dan Lapas Minimum Security. Setiap klasifikasi lapas
satu dengan yang lain:
a. Tujuan
Dalam setiap tingkatan klasifikasi Lapas terdapat tujuan yang menjadi fokus pembinaan untuk dicapai. Hal ini yang kemudian menjadi acuan bagi penyelenggaraan pembinaan serta penilaian pembinaan. Super Maximum Security Maximum Security Medium Security Minimum Security Perubahan sikap dan perilaku Perubahan sikap dan perilaku Perubahan sikap dan perilaku Perubahan sikap dan perilaku Penurunan tingkat risiko Sadar akan kesalahan Sadar akan kesalahan Peningkatan kemandirian dan produktivitas Patuh terhadap hukum dan tata tertib Patuh terhadap hukum dan tata tertib Peningkatan disiplin Peningkatan kompetensi dan kemampuan diri
b. Karakteristik setiap Klasifikasi Lapas
Setiap klasifikasi lapas mengampu narapidana yang telah diklasifikasikan berdasarkan karakteristik tingkat risiko, kebutuhan serta tingkat pengamanan dan pengawasan pada setiap klasifikasi lapas. Karakteristik ini yang menjadikan penempatan, penyelenggaraan pembinaan, dan metode penilaian pembinaan menjadi berbeda pada setiap kategori Lapas.
1) Lapas Super Maximum Security
a) Pembinaan diselenggarakan bagi narapidana tingkat risiko tinggi, yakni narapidana yang membahayakan keamanan negara dan/atau narapidana yang membahayakan keselamatan masyarakat;
b) Narapidana ditempatkan masing-masing dalam satu kamar hunian;
c) Penyelenggaraan program pembinaan narapidana dilaksanakan menggunakan metode pemisahan secara individual untuk mengetahui konsep kesadaran dirinya terhadap perilaku berisiko tinggi guna melindungi masyarakat dari pengaruh buruk;
d) Pemindahan narapidana ke Lapas Super Maximum Security harus seizin Direktorat Jenderal Pemasyarakatan;
e) Sikap dan perilaku narapidana pada Lapas Super Maximum Security diamati dan dicatat setiap hari melalui metode seperti observasi dari CCTV, studi dokumen dan wawancara dengan dengan pengamanan tinggi dan pembatasan interaksi antara narapidana dan petugas pemasyarakatan.
2) Lapas Maximum Security
a) Pembinaan diselenggarakan bagi narapidana dengan kategori:
i) terpidana yang ditempatkan pada Lapas Maximum Security berdasarkan hasil Litmas; dan
ii) Narapidana dari Lapas Super Maximum Security yang telah menunjukkan perubahan sikap dan perilaku serta penurunan tingkat risiko sesuai dengan hasil penilaian dan Litmas yang direkomendasikan pada sidang tim pengamat pemasyarakatan;
iii) Narapidana yang dipindahkan karena menunjukkan peningkatan tingkat risiko dari Lapas Medium atau Minimum Security;
b) Narapidana ditempatkan secara berkelompok atau komunal terbatas pada blok hunian dengan memperhatikan jenis kelamin, risiko pengulangan tindak pidana, risiko keselamatan dan keamanan, dan bentuk kegiatan pembinaan narapidana;
dilaksanakan dengan metode observasi dalam lingkungan komunal yang terbatas;
d) Sikap dan perilaku narapidana pada Lapas Maximum Security diamati dan dicatat setiap hari melalui metode seperti observasi dari CCTV, studi dokumen dan wawancara dalam lingkungan komunal yang terbatas; e) Pemindahan narapidana ke Lapas Maximum Security
harus seizin Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM setempat.
3) Lapas Medium Security
a) Pembinaan diselenggarakan bagi narapidana dengan kategori:
i) terpidana yang ditempatkan pada Lapas Medium Security berdasarkan hasil Litmas; dan
ii) Narapidana dari Lapas Maximum Security yang telah menunjukkan perubahan sikap dan perilaku serta penurunan tingkat risiko sesuai dengan hasil penilaian dan Litmas yang direkomendasikan pada sidang tim pengamat pemasyarakatan;
iii) Narapidana yang dipindahkan karena menunjukkan peningkatan tingkat risiko dari Lapas Minimum Security.
b) Narapidana ditempatkan secara berkelompok pada blok hunian dengan memperhatikan jenis kelamin, risiko pengulangan tindak pidana, risiko keselamatan dan keamanan, serta potensi minat bakat narapidana;
c) Penyelenggaraan program pembinaan narapidana dilaksanakan dengan metode pelatihan dan pendidikan; d) Sikap dan perilaku narapidana pada Lapas Medium
Security diamati dan dicatat setiap hari melalui metode observasi secara langsung maupun CCTV, studi dokumen, tes evaluasi dan wawancara;
e) Pemindahan narapidana ke Lapas Medium Security harus seizin Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM setempat.
4) Lapas Minimum Security
a) Pembinaan diselenggarakan bagi Narapidana yang berasal dari Lapas Medium Security yang telah menunjukkan perubahan sikap dan perilaku, peningkatan kompetensi dan kemampuan diri;
b) Narapidana ditempatkan secara berkelompok pada blok hunian dengan memperhatikan jenis kelamin, risiko pengulangan tindak pidana, risiko keselamatan dan keamanan, serta kompetensi kemampuan dan keahlian narapidana;
c) Penyelenggaraan program pembinaan narapidana dilaksanakan dalam bentuk asimilasi dan pemberian program reintegrasi;
d) Sikap dan perilaku narapidana pada Lapas Medium Security diamati dan dicatat setiap hari melalui metode observasi secara langsung maupun CCTV, studi dokumen, tes evaluasi dan wawancara.
e) Pemindahan narapidana ke Lapas Minimum Security harus seizin Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM setempat;
5) Lapas Multi-klasifikasi
a) Lapas yang belum ditetapkan dalam Kepdirjen Nomor: PAS-15.PR.01.01 Tahun 2019 tentang Penetapan lembaga Pemasyarakatan Pilot Project Maximum Security, Medium Security, dan Minimum Security berlaku standar ini;
b) Lapas yang belum ditetapkan memiliki lebih dari satu klasifikasi tingkat risiko pengamanan dan menyelenggarakan pembinaan yang disesuaikan dengan risiko masing-masing narapidana;
c) Pemindahan narapidana ke Lapas Super Maximum, Maximum, Medium, dan Minimum Security dilakukan berdasarkan hasil penilaian, Litmas dan sidang TPP.
c. Penilaian Pembinaan
Dalam rangka meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan pembinaan, maka perlu dilakukan penilaian perubahan perilaku yang objektif. Penilaian ini bertujuan untuk melihat respons narapidana dalam menerima program pembinaan yang ditunjukkan oleh perilakunya. Kesediaan narapidana untuk menerima program pembinaan menjadi tolok ukur perubahan perilaku narapidana tersebut. Hal ini merupakan langkah progresif pemasyarakatan dalam menerapkan perlakuan individual sebagai bagian dari evidence-based correctional practice (praktik berbasis bukti atau data). Evidence-based practice muncul pada awal abad ke-21 sebagai konsep yang telah diujikan dapat mengurangi residivisme secara signifikan
pada keresahan akan tingginya angka residivisme sebagai dampak dari pendekatan offender-based (berbasis pelaku). Konsep evidence-based practice merujuk pada praktek profesional berdasarkan data/bukti penelitian yang memiliki strategi intervensi ilmiah, dampak yang rasional, penelaahan sistematis, uji statistik dan klinis yang signifikan dan data pendukung lainnya. Pendekatan ini juga mencegah terjadinya bias dalam penilaian pembinaan narapidana sehingga praktek ini sejalan dengan tujuan dari Revitalisasi Penyelenggaraan Pemasyarakatan yang ingin meningkatkan objektivitas penilaian perubahan perilaku.
Terdapat beberapa prinsip dasar dari evidence-based practice yang berkaitan dengan pengurangan residivisme, tiga diantaranya adalah prinsip risiko, kebutuhan dan responsivitas. Ketiga prinsip ini juga dikenal sebagai model RNR (risk, need dan responsivity) yang merupakan salah satu model yang paling berpengaruh dalam asesmen dan perlakuan terhadap narapidana. Model ini pertama kali digunakan secara formal pada tahun 1990, dengan menguraikan teori kepribadian dan pembelajaran sosial kognitif dari perilaku kriminal. Prinsip risiko menekankan bahwa perilaku kriminal dapat diprediksi dan fokus perlakuan seharusnya pada pelaku yang memiliki risiko tinggi. Prinsip kebutuhan menyoroti pada pentingnya identifikasi kebutuhan kriminogenik dalam mendesain program intervensi. Sedangkan prinsip responsivity menegaskan bahwa program intervensi sebaiknya disesuaikan dengan gaya dan cara pembelajaran dari masing-masing pelaku. Dalam model RNR ini, penilaian perubahan perilaku masuk ke dalam prinsip responsivity untuk mengevaluasi dan menyesuaikan program intervensi berdasarkan respon narapidana.
Asumsi dasar dari prinsip responsivity ini menjelaskan bahwa setiap narapidana berbeda-beda. Meskipun telah terdapat berbagai upaya melakukan kategorisasi narapidana untuk memperkecil perbedaan, narapidana sebagai individu tetap dapat diidentifikasi dari intelijen, gaya komunikasi dan secara emosional. Karakter ini juga mempengaruhi bagaimana narapidana akan merespon upaya intervensi untuk mengubah perilaku, pemikiran dan sikapnya. Karakteristik personal sebagai bentuk perlakuan individual ini menjadi fokus utama
dari prinsip responsivity dalam melihat kemampuan dan motivasi narapidana dalam mengikuti program pembinaan. Adapun jenis pembinaan yang ada saat ini mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan, yang meliputi:
a. Kesadaran beragama;
b. Kesadaran berbangsa dan bernegara; c. Intelektual;
d. Sikap dan perilaku;
e. Kesehatan jasmani dan rohani; f. Kesadaran hukum;
g. Reintegrasi sehat dengan masyarakat; h. Keterampilan kerja;
i. Latihan kerja dan produksi.
Kemudian, sebagai upaya untuk meningkatkan objektivitas penilaian, terdapat beberapa variabel penilaian perubahan sikap dan perilaku yang telah disesuaikan dengan karakteristik masing-masing klasifikasi lapas sebagaimana yang diatur dalam Revitalisasi Penyelenggaraan Pemasyarakatan. Variabel-variabel penilaian tersebut terdiri dari:
a. Variabel penilaian pembinaan kepribadian; b. Variabel penilaian pembinaan kemandirian; c. Variabel penilaian sikap;
d. Variabel penilaian kondisi mental.
Setiap variabel diturunkan menjadi beberapa aspek dan item perilaku yang dinilai secara berkala sesuai frekuensinya. Adapun daftar aspek penilaian untuk masing-masing klasifikasi lapas, antara lain:
No Pembinaan Program Maximum Super Security
Maximum
Security Security Medium Minimum Security A Variabel Penilaian Pembinaan Kepribadian
1 Kesadaran beragama
V V V V
Pembinaan Security Security Security Security berbangsa dan bernegara 3 Kemampuan Intelektual V V V V 4 Kesehatan Jasmani V V V V 5 Konseling dan Rehabilitasi V V V V
B Variabel Penilaian Pembinaan Kemandirian 1 Pelatihan Keterampilan X X V V 2 Produksi Barang/Jasa X X V V
C Variabel Penilaian Sikap 1 Keberfungsian dan rutinitas V V V V 2 Agresi V V V V 3 Pelanggaran Hukum V V V V 4 Kemampuan mempengaruhi V V V V 5 Ekspresi simbolik V V V V
D Variabel Penilaian Kondisi Mental
1 Depresi V V V V
2 Kecemasan V V V V
No Pembinaan Program Maximum Super Security
Maximum
Security Security Medium Minimum Security
4 Malingering V V V V
5 Potensi bunuh diri V V V V
Dalam menilai item pada masing-masing aspek, digunakan metode „event/frequency sampling‟ yang bertujuan untuk mengamati frekuensi munculnya perilaku. Dari pengamatan tersebut, petugas mendapatkan data kuantitatif berupa frekuensi atau jumlah tingkah laku dalam periode waktu tertentu. Daftar perilaku (item) yang perlu diamati telah ditentukan berdasarkan klasifikasi Lapas dalam bentuk behavioral checklist (lembar pencatatan perilaku) yang akan diisi petugas secara rutin ketika narapidana menunjukkan perilaku tersebut. Terdapat beberapa keuntungan dari metode event-sampling ini yaitu petugas dapat melihat berbagai macam tingkah laku, penggunaan waktu dan SDM yang efisien, serta mendapatkan informasi jumlah dan perubahan perilaku dalam periode pengamatan tertentu.
Hasil dari penilaian pembinaan narapidana dicatat dalam laporan perkembangan pembinaan yang dapat digunakan sebagai data dukung dalam pengambilan keputusan pada saat sidang TPP. Jika ada ketidaksesuaian maka data hasil penilaian pembinaan narapidana dapat disanggah dengan data dukung lain yang dapat dipertanggungjawabkan. Adapun hasil penilaian pembinaan narapidana dapat digunakan untuk:
a. Melihat frekuensi perilaku narapidana selama menjalani program pembinaan di lapas;
b. Pertimbangan bagi Pembimbing Kemasyarakatan dalam penyusunan Penelitian Kemasyarakatan;
c. Pertimbangan pemberian hak-hak narapidana seperti kunjungan, remisi, asimilasi, cuti mengunjungi keluarga, pembebasan bersyarat, cuti bersyarat, dan cuti menjelang bebas;
d. Pertimbangan penempatan atau pemindahan narapidana ke klasifikasi lapas atau blok yang lebih rendah atau lebih tinggi tingkat pengamanannya.
a. Pengumpulan Data
1) Observasi
Observasi adalah aktivitas pengamatan langsung terhadap suatu objek yang ada di lingkungan. Kegiatan observasi didukung dengan lembar pencatatan item perubahan perilaku yang perlu diamati. Adapun pelaksanaan kegiatan observasi disesuaikan dengan klasifikasi masing-masing Lapas.
a) Observasi di Lapas Super Maximum Security dilakukan dengan pembatasan interaksi antara narapidana dan petugas dengan pengamanan tinggi yang meliputi:
● Observasi perilaku melalui CCTV pada saat di sel tunggal, ruang kunjungan, ruang konseling, pengawalan, dan lingkungan Lapas lainnya;
● Observasi perilaku pada saat interaksi terbatas (langsung) antara narapidana dengan petugas seperti pada saat pengantaran dan pengambilan makanan, pakaian dan buku bacaan; rekreasi (angin-angin); pengontrolan medis keliling; pemotongan rambut, janggut dan kuku; pengawalan; kunjungan; serta kegiatan interaksi lainnya yang disertai pengamanan ketat.
b) Observasi di Lapas Maximum Security dilakukan pada lingkungan komunal terbatas yang meliputi:
● Observasi perilaku melalui CCTV pada saat di kamar hunian, ruang kunjungan, ruang konseling, pengawalan, dan lingkungan Lapas lainnya;
● Observasi perilaku pada saat interaksi langsung antara narapidana dengan petugas maupun dengan narapidana lainnya seperti pada saat kegiatan pembinaan, pengontrolan keliling, apel, pemberian makanan, kunjungan, serta interaksi langsung lainnya.
c) Observasi di Lapas Medium Security dilakukan pada lingkungan pembinaan komunal meliputi:
● Observasi perilaku melalui CCTV di ruang kegiatan, blok dan lingkungan Lapas lainnya;
● Observasi perilaku pada saat interaksi langsung antara narapidana dengan petugas maupun dengan narapidana lainnya, seperti pada saat kegiatan pembinaan, pengontrolan keliling, apel, pemberian makanan,
kunjungan, serta kegiatan interaksi langsung lainnya. d) Observasi di Lapas Minimum Security dilakukan pada
lingkungan pembinaan komunal meliputi:
● Observasi perilaku melalui CCTV di ruang kegiatan, blok dan lingkungan Lapas lainnya;
● Observasi perilaku pada saat interaksi langsung antara narapidana dengan petugas dan narapidana lainnya seperti pada saat kegiatan pembinaan, pengontrolan keliling, apel, pemberian makanan, kunjungan, serta kegiatan interaksi langsung lainnya.
2) Wawancara
Wawancara adalah aktivitas tanya jawab antara dua pihak dalam rangka mengumpulkan data dan informasi. Petugas menggunakan item-item penilaian sebagai panduan dalam melakukan wawancara. Adapun pelaksanaan kegiatan wawancara disesuaikan dengan klasifikasi masing-masing Lapas.
a) Wawancara di Lapas Super Maximum Security dilakukan dengan pembatasan interaksi dan pengamanan tinggi pada saat kegiatan konseling; pengantaran dan pengambilan makanan, pakaian dan buku bacaan; rekreasi (angin-angin); pengontrolan medis; pemotongan rambut, janggut dan kuku; serta kegiatan interaksi lainnya yang disertai pengamanan ketat.
b) Wawancara di Lapas Maximum Security dilakukan pada lingkungan komunal terbatas pada saat kegiatan pembinaan, konseling, pengontrolan keliling, pemberian makanan, serta interaksi langsung lainnya.
c) Wawancara di Lapas Medium dan Minimum Security dilakukan pada lingkungan pembinaan komunal pada saat konseling, kegiatan pembinaan, pengontrolan keliling, pemberian makanan, serta kegiatan interaksi langsung lainnya.
3) Studi dokumen
Studi dokumen adalah kegiatan menelusuri dan mengkaji dokumen untuk mendapatkan data atau informasi yang berhubungan dengan narapidana. Pelaksanaan kegiatan studi dokumen disesuaikan dengan klasifikasi masing-masing Lapas.
dalam pelaksanaan penilaian pembinaan narapidana antara lain:
● Daftar kehadiran;
● Hasil penilaian (asesmen, identifikasi, profiling, litmas, dan lain-lain);
● Catatan laporan perkembangan pembinaan dari petugas pembinaan yang bertanggung jawab atas kegiatan pembinaan yang diberikan kepada narapidana;
● Keterangan medis dari petugas perawatan kesehatan;
● Catatan petugas pengamanan yang berjaga (Blok, CCTV, Pos, dll);
● Register F;
● Putusan pengadilan dan eksekusinya. 4) Tes evaluasi
Tes evaluasi adalah serangkaian pertanyaan/latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan dan/atau sikap dari narapidana. Adapun pelaksanaan kegiatan tes evaluasi disesuaikan dengan klasifikasi masing-masing Lapas.
a) Tes evaluasi di Lapas Super Maximum Security meliputi: ● Tes evaluasi dilakukan dalam kegiatan self-assessment: ● Pelaksanaan tes evaluasi dilakukan secara individual dan
didampingi dengan pengamanan ketat;
● Pelaksanaan tes evaluasi menggunakan sarana prasarana yang tidak berpotensi mengganggu ketertiban dan keamanan.
b) Tes evaluasi di Lapas Maximum Security meliputi:
● Tes evaluasi dilakukan dalam kegiatan self-assessment dan pendidikan (formal maupun non formal);
● Pelaksanaan tes evaluasi dilakukan secara komunal terbatas dan didampingi dengan petugas pengamanan; ● Pelaksanaan tes evaluasi menggunakan sarana prasarana
yang tidak berpotensi mengganggu ketertiban dan keamanan.
c) Tes evaluasi di Lapas Medium Security meliputi:
● Tes evaluasi pada kegiatan pendidikan (formal maupun non formal), self-assessment dan pelatihan keterampilan;
● Pelaksanaan tes evaluasi menggunakan sarana prasarana yang tidak berpotensi mengganggu ketertiban dan keamanan.
d) Tes evaluasi di Lapas Minimum Security meliputi: ● Tes evaluasi pada kegiatan produksi barang/jasa; ● Pelaksanaan tes evaluasi dilakukan secara komunal; ● Pelaksanaan tes evaluasi menggunakan sarana prasarana
yang tidak berpotensi mengganggu ketertiban dan keamanan.
Pengumpulan data dilakukan pada beberapa variabel, aspek dan item penilaian pembinaan narapidana, antara lain:
a) Variabel Penilaian Pembinaan Kepribadian
Aspek Item Penjelasan Frekuensi Penilaian
SMS MAX MED MIN
Kesadaran Beragama Membaca dan/atau belajar Kitab Suci Membaca dan/atau belajar Al-Quran, Alkitab, dan lainnya sesuai dengan agama masing-masing. 2x se-minggu 2x se-minggu 2x
se-minggu 1x se-minggu
Ibadah tepat waktu / rutin
Ibadah wajib harian dan mingguan serta di bulan Puasa. 1x se-hari semua agama 1x se-hari semua agama 2x se-hari semua agama 2x se-hari semua agama Melakukan Ibadah di luar ibadah wajib Seperti sholat sunnah, puasa sunnah, saat teduh, serta ibadah lainnya.
1x se-minggu 1x se-minggu 1x se-minggu 1x se-minggu Mendengar-kan dan mengikuti kegiatan ceramah atau Bersedia mendengarkan dan mengikuti saat ceramah atau khotbah berlangsung. 1x se-minggu 1x se-minggu 1x se-minggu 1x se-minggu
SMS MAX MED MIN khotbah Mengikuti ibadah secara berkelom-pok Mengikuti ibadah secara berkelompok seperti sholat Jumat, kebaktian, pengajian, pesantren dan sembahyang. Tidak dinilai 1x
se-bulan 1x se-bulan 1x se-minggu
Kesadaran Hukum, Berbangsa, dan Bernegara Mendengar-kan /mengikuti penyuluhan wawasan nusantara Mengikuti penyuluhan dengan materi terkait dengan nusantara seperti kebudayaan, kebangsaan, dan nasionalisme. 1x se-minggu 1x se-bulan 1x se-bulan 1x se-bulan Mendengar-kan /mengikuti penyuluhan hukum dampak dan bahaya tindak pidana Mengikuti penyuluhan berisi video/materi penyuluhan tentang hukum dan ham, bantuan hukum, dampak bahaya tindak pidana mereka.
1x
se-minggu 1x se-bulan
1x se-bulan 1x se-bulan Memper-oleh nilai evaluasi materi penyuluhan Narapidana
memperoleh nilai dari evaluasi materi penyuluhan yang telah diikuti sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
1x
se-bulan 1x se-bulan 1x se-bulan 1x dalam 2 bulan
Mengikuti upacara
Bersedia mengikuti upacara sesuai tata cara yang berlaku pada umumnya. Tidak dinilai 1x dalam 2 bulan 1x se-bulan Tidak dinilai Hormat bendera saat Bersedia melakukan hormat bendera saat upacara berlangsung.
Tidak
dinilai 1x dalam 2 bulan
1x
Aspek Item Penjelasan Frekuensi Penilaian
SMS MAX MED MIN
upacara Mengisi lembar self-assessment Lembar self-assessment merupakan instrumen penilaian perubahan perilaku yang digunakan 1 kali dalam 3 bulan.
1x dalam 3 bulan (sesuai dengan situasi) 1x dalam 3 bulan (sesuai dengan situasi) 1x dalam 3 bulan (sesuai dengan situasi) Tidak dinilai Mengikuti pramuka / paskibraka Bersedia mengikuti kegiatan pramuka sesuai jadwal yang diberikan.
Tidak
dinilai Tidak dinilai 1x se-minggu (sesuai dengan situasi) Tidak dinilai Kemampuan Intelektual Menerima buku yang diberikan. Bersedia menerima dan membaca buku bacaan yang telah diberikan oleh petugas. 1x dalam sebulan 1x dalam sebulan 1x dalam sebulan 1x dalam sebulan Membaca buku di perpustaka -an.
Membaca buku yang telah disiapkan petugas di perpustakaan Lapas. Tidak dinilai 1x dalam sebulan 1x dalam sebulan 1x dalam sebulan Mengikuti pendidikan paket A, B, C Bersedia mengikuti seluruh kegiatan program kejar paket A, B, C yang telah dijadwalkan petugas. Tidak dinilai 1 paket (sesuai dengan situasi) 1 paket (sesuai dengan situasi) Tidak dinilai Mengikuti materi CMT dan LST Mengikuti seluruh kegiatan CMT (Conflict Management Training) untuk
mengelola konflik dan LST (Life-Skill
Training) untuk melengkapi kemampuan
Tidak
SMS MAX MED MIN narapidana sesuai dengan jadwal. Kesehatan Jasmani Melakukan olahraga dan senam mandiri Melakukan olahraga dan senam mandiri setiap hari sesuai jadwal. 1x se-hari 1x se-bulan Tidak dinilai Tidak dinilai Melakukan kegiatan rekreasi Melakukan kegiatan rekreasi yang telah disediakan seperti di ruang angin-angin, menonton TV, dan membaca koran. 1 jam dalam sehari (angin-angin) 2 jam dalam sehari (angin-angin dan nonton TV) 2 jam dalam sehari (angin-angin, baca Koran, dan nonton TV) Tidak dinilai Melakukan olahraga di luar ruangan (komunal) Bersedia mengikuti kegiatan olahraga bersama sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Tidak dinilai 2x se-bulan 1x se-minggu 1x se-bulan Mengikuti kegiatan kesenian Bersedia mengikuti kegiatan kesenian seperti mendengarkan musik, menari, menyanyi, atau menggambar sesuai yang telah dijadwalkan. Tidak dinilai Tidak
dinilai 1x se-minggu Tidak dinilai
Konseling dan Rehabilitasi Mengikuti konseling psikologi Mengikuti konseling psikologi dengan konselor sesuai jadwal. 1x se-bulan (sesuai dengan situasi) 1x dua bulan (sesuai dengan situasi) 1x tiga bulan (sesuai dengan situasi) 1x tiga bulan (sesuai dengan situasi) Mengikuti rehabilitasi sosial Mengikuti kegiatan-kegiatan rehabilitasi sosial untuk layanan
1x se-bulan (sesuai dengan 1x dua bulan (sesuai dengan 1x tiga bulan (sesuai dengan 1x tiga bulan (sesuai dengan
Aspek Item Penjelasan Frekuensi Penilaian
SMS MAX MED MIN
rehabilitasi narkotika sesuai dengan jadwal.
situasi) situasi) situasi) situasi)
Mengikuti rehabilitasi medis
Mengikuti kegiatan-kegiatan rehabilitasi medis untuk layanan rehabilitasi narkotika sesuai dengan jadwal.
Tidak dinilai 1x enam bulan (sesuai dengan situasi) 1x enam bulan (sesuai dengan situasi) Tidak dinilai
b) Penilaian Pembinaan Kemandirian
Aspek Item Penjelasan Frekuensi Penilaian
MED MIN
Pelatihan Keterampilan
Hadir tepat waktu Narapidana hadir kegiatan pelatihan tepat waktu sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.
1x sehari
(hari kerja) 1x sehari (hari kerja)
Mengikuti
seluruh kegiatan pelatihan
Narapidana mengikuti setiap tahap kegiatan pelatihan dari awal sampai akhir secara penuh.
1x sehari
(hari kerja) 1x sehari (hari kerja)
Mematuhi
peraturan sesuai prosedur kegiatan
Narapidana mematuhi peraturan yang berlaku pada pelatihan seperti menggunakan seragam kerja, menyimpan barang sesuai tempat, mematuhi seluruh prosedur yang berlaku.
1x sehari
(hari kerja) 1x sehari (hari kerja)
Mematuhi
peraturan dalam hubungan kerja
Narapidana berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik serta tidak
menimbulkan perselisihan dengan seluruh pihak terkait dalam pelatihan.
1x sehari
(hari kerja) 1x sehari (hari kerja)
Mendapatkan skor post test
Mendapatkan skor minimal 60 dari post-test
MED MIN pengetahuan minimal 60 evaluasi mengenai pengetahuan dan pemahaman pelatihan keterampilan yang diikuti. Mendapatkan
skor tes keterampilan minimal 60
Mendapatkan skor minimal 60 dari tes evaluasi mengenai keahlian narapidana dalam pelatihan
keterampilan yang diikuti.
1x sebulan 1x sebulan
Menerapkan prosedur K3 dengan baik
Narapidana memahami dan melakukan prosedur K3 (keselamatan dan kesehatan kerja) selama mengikuti pelatihan.
1x sehari
(hari kerja) 1x sehari (hari kerja)
Produksi Barang dan Jasa
Hadir tepat waktu
Narapidana hadir kegiatan produksi kerja tepat waktu sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.
1x sehari
(hari kerja) 1x sehari (hari kerja)
Mengikuti seluruh kegiatan produksi kerja Narapidana mengikuti kegiatan produksi barang/jasa dari awal sampai akhir secara penuh.
1x sehari
(hari kerja) 1x sehari (hari kerja)
Mematuhi peraturan produksi barang/jasa yang berlaku Narapidana mematuhi peraturan yang berlaku pada proses produksi seperti menggunakan seragam kerja,
menyimpan barang sesuai tempat, mematuhi seluruh prosedur yang berlaku.
1x sehari (hari kerja) 1x sehari (hari kerja) Mematuhi peraturan dalam hubungan kerja Narapidana berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik serta tidak
menimbulkan perselisihan dengan seluruh pihak terkait dalam pelatihan.
1x sehari
Aspek Item Penjelasan Frekuensi Penilaian MED MIN Menghasilkan barang/jasa sesuai dengan standar Narapidana mampu menghasilkan barang/jasa sesuai dengan standar dan waktu yang ditentukan.
1x sehari
(hari kerja) 1x sehari (hari kerja)
Menerapkan prosedur K3 dengan baik.
Narapidana memahami dan melakukan prosedur K3 (keselamatan dan kesehatan kerja) selama mengikuti pelatihan.
1x sehari
(hari kerja) 1x sehari (hari kerja)
c) Penilaian Sikap Narapidana
Aspek Item Penjelasan Frekuensi Bulanan
SMS MAX MED MIN
Keberfungsian dan Rutinitas Menerima dan mengkon-sumsi makanan dan minuman Narapidana bersedia menerima dan mengkonsumsi makanan setiap pemberian makanan dan minuman. 1x se-hari (3x makan ) 1x se-hari (3x makan ) 1x se-hari (3x makan ) 1x se-hari (3x makan ) Mengguna-kan baju yang bersih dan rapi/ baju kerja Narapidana menggunakan baju yang bersih dan rapi yang disediakan oleh lapas.
1x
se-hari 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari (2x ganti) Mengguna-kan baju seragam Narapidana bersedia menggunakan seragam yang diberikan petugas lapas. 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari Membersih-kan kamar hunian Narapidana bersedia membersihkan kamar hunian yang terdiri dari lantai, kamar mandi, 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari
SMS MAX MED MIN
tempat tidur, dan kerapihan tata letak.
Ikut kerja bakti
Narapidana bersedia kerja bakti sesuai jadwal.
Tidak dinilai
1x
se-bulan 1x se-mingg u 1x se-bulan Mematuhi tata tertib lapas Narapidana mematuhi berbagai macam tata tertib yang berlaku.
1x
se-hari 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari
Menjawab salam dari petugas Narapidana bersedia menjawab salam saat petugas memberi salam. Bagi narapidana terorisme dengan Lafal salam lengkap: Wa‟alaikumsalam wr. wb (untuk Islam) dll.
1x
se-hari 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari
Mengucap-kan salam kepada petugas Narapidana bersedia mengucapkan salam kepada petugas. Bagi narapidana terorisme dengan Lafal salam lengkap: Assalamualaikum wr. wb (untuk Islam) dll.
1x
se-hari 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari
Tersenyum kepada petugas Narapidana bersedia tersenyum saat bertemu / berinteraksi dengan petugas. 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari Bersalaman dengan petugas Narapidana bersedia bersalaman tangan dengan petugas di waktu-waktu 1x se-bulan (saat konsel Tidak
Aspek Item Penjelasan Frekuensi Bulanan
SMS MAX MED MIN
tertentu. ing) Menyapa petugas Narapidana bersedia menyapa petugas terlebih dahulu (contoh: “selamat pagi, selamat siang, dll) 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari Berbincang dengan petugas dalam konteks konseling Narapidana bersedia kooperatif dalam berkomunikasi dan berbincang dengan petugas saat konseling. Tidak ada 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari Menerima kunjungan keluarga Narapidana bersedia dan bersikap kooperatif saat menerima kunjungan keluarga inti dan orang tua kandung
1x
se-bulan 1x se-bulan 1x se-bulan 2x se-bulan
Menerima kunjungan dinas Narapidana bersedia dan bersikap kooperatif saat menerima kunjungan pihak terkait dari institusi resmi. 1x se-bulan 1x se-bulan 1x se-bulan 1x se-bulan Mau merapikan rambut, janggut, dan kuku satu bulan sekali Narapidana bersedia dan bersikap kooperatif saat merapikan rambut, janggut, dan kuku sesuai dengan jadwal. 1x dalam 2 bulan (sesuai dengan situasi) 1x dalam 2 bulan (sesuai dengan situasi) 1x dalam 2 bulan (sesuai dengan situasi) 1x dalam 2 bulan (sesuai dengan situasi) Agresi Melakukan pemukulan tembok Narapidana memukul tembok dengan atau tanpa
1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari
SMS MAX MED MIN
alat bantu saat keadaan tertekan (marah, lapar, haus, dll). Membanting barang-barang Narapidana menunjukkan perilaku yang tidak biasa, seperti membanting pakaian, alat makan, minum, mandi, ibadah ataupun alat lainnya saat keadaan tertekan (marah, lapar, haus, dll) 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari Menunjuk-kan sikap marah-marah Narapidana menunjukkan sikap baik verbal maupun tindakan yang dilakukan secara terus menerus. 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari Berteriak-teriak Narapidana berteriak-teriak dengan atau tanpa sebab dan tujuan yang jelas.
1x
se-hari 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari
Merusak CCTV/ Inventaris lain Narapidana merusak CCTV/Inventaris di dalam kamar atau di lingkungan lapas dengan cara apapun. 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari Menggun-cang atau Narapidana mengguncang atau 1x
Aspek Item Penjelasan Frekuensi Bulanan
SMS MAX MED MIN
menendang teralis
menendang teralis kamar dengan atau tanpa tujuan yang jelas.
Memanjat teralis
Narapidana memanjat teralis kamar dengan atau tanpa tujuan yang jelas, termasuk untuk menghindari sorotan CCTV. 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari Pelanggaran Hukum Berupaya melarikan diri Narapidana menunjukkan upaya yang dilakukan dengan maksud melarikan diri dari kamar atau lapas.
1x
se-hari 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari
Mengan-cam/ menyerang petugas Narapidana menunjukkan upaya yang dilakukan baik secara verbal maupun tindakan tertentu yang dilakukan dengan atau tanpa alat bantu yang bertujuan mengintimidasi petugas, dan menunjukkan upaya yang dilakukan secara kasar yang bertujuan menyerang petugas. 1x
se-hari 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari
Berkelahi dengan
Narapidana didapati berkelahi dengan
1x
SMS MAX MED MIN
narapidana lain
narapidana lain baik secara verbal maupun kontak fisik. Melakukan dugaan tindak pidana lain Narapidana melakukan tindak pidana ketika berada di dalam Lapas, seperti mencuri, melakukan kekerasan, tindakan asusila, menyimpan benda terlarang, dan/atau tindak pidana lainnya. 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari Kemampuan Mempengaruhi Membujuk petugas Pemasyara-katan untuk melakukan pelanggar-an secara langsung Narapidana membujuk petugas untuk melanggar aturan termasuk perilaku yang melawan tata tertib ketika berinteraksi dengan petugas.
1x
se-hari 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari
Mengguna-kan jaringan untuk membujuk petugas Pemasyara-katan agar melakukan tindakan melanggar aturan Narapidana menggunakan orang dalam jaringannya untuk membujuk petugas agar mau melanggar
peraturan yang ada.
1x
se-hari 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari
Membujuk atau mengajak Narapidana Narapidana membujuk narapidana lain untuk melanggar 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari
Aspek Item Penjelasan Frekuensi Bulanan
SMS MAX MED MIN
lain
melakukan pelanggaran
aturan termasuk perilaku yang melawan tata tertib Lapas. Ekspresi Simbolik Menggam-bar simbol yang berkaitan dengan ideologi ekstrimis-me kekerasan Narapidana menggambar pada lantai atau tembok misalnya simbol ISIS, Al Qaeda, Jamaah Islamiah (JI), dan kelompok ekstremis lainnya. 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari Meminta sesuatu yang berkaitan dengan ideologi ekstrimis-me kekerasan Narapidana meminta untuk bertemu dengan pihak tertentu yang berafiliasi dengan kelompok, maksud, atau ideologi ekstremis dengan kekerasan/memakai atribut yang berkaitan dengan kelompok tersebut. 1x
se-hari 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari
Membuat pernyataan yang menunjuk-kan niat untuk melakukan aksi teror seperti memberi-kan doktrin Pernyataan atau ekspresi lainnya yang disampaikan baik kepada petugas maupun
Narapidana lainnya.
1x
se-hari 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari
Menggunaka n kata “kami” dan Penggunaan kata tersebut merupakan bentuk 1x
SMS MAX MED MIN "mereka" dalam maksud memisah-kan antara kelompok-nya dengan petugas eksklusivitas kelompok untuk menunjukkan bahwa ada perbedaaan kelompok antara Narapidana dengan petugas. Biasanya terjadi pada narapidana kategori tindak pidana terorisme. Mengguna-kan sandi untuk menghina petugas Penggunaan kata atau gerakan tertentu yang dilakukan untuk tujuan menghina/mengejek /melecehkan petugas melalui CCTV maupun secara langsung. 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari
d) Penilaian Kondisi Kesehatan Mental Narapidana
Aspek Item Penjelasan Frekuensi Bulanan
SMS MAX MED MIN
Depresi Tidak mau bangun dari tempat tidur
Narapidana tampak dalam posisi tidur terus-menerus dan tidak mau beranjak dari tempat tidur.
1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari
Sulit tidur Narapidana tampak kesulitan tidur di jam istirahat pada umumnya. 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari
Tidak mau Narapidana tidak mau 1x
Aspek Item Penjelasan Frekuensi Bulanan SMS MAX MED MIN
mandi mandi setidaknya 1 kali dalam sehari. Tidak mau
makan /minum
Narapidana tidak mau makan setidaknya 2 kali dalam sehari.
1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari Murung terus-menerus Narapidana murung terus-menerus dapat dilihat dari tatapan dan gerak-geriknya yang lesu dan tidak fokus/melamun. 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari Menangis terus-menerus Ketika narapidana terlihat menangis terus menerus dalam jangka waktu yang lama dalam sehari.
1x
se-hari 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari
Menatap dinding dengan lama
Narapidana tampak menatap dinding terlalu lama dan terlalu sering dalam satu hari.
1x
se-hari 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari
Tidak mau berbicara
Narapidana menolak berbicara ketika ada yang mengajak berbicara. 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari Kecemasan Melakukan perilaku berulang-ulang Menunjukkan perilaku atau tindakan secara berulang-ulang seperti mengepel lantai berulang-ulang, buka-tutup sajadah, mondar-mandir di dalam kamar. 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari Tidak bisa fokus terhadap banyak hal Narapidana tampak tidak dapat memusatkan perhatian, misalnya 1x
SMS MAX MED MIN
saat mendapat atau melakukan instruksi tertentu dari petugas (saat waktu pemberian makan, pemberian dan pengambilan pakaian, alat mandi, menyimpulkan kembali isi ceramah atau khotbah dan buku bacaan, dll). Takut ditempatkan di ruang sendiri Narapidana takut ditempatkan di ruang sendiri misalnya di ruang kamar, sel sementara, ruang pemeriksaan, dll.
1x
se-hari 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari
Psikosomatis Mengalami gejala fisik pada saat situasi di bawah tekanan
Mengalami gejala fisik seperti sakit perut, pusing, buang air kecil berulang-ulang saat mengalami tekanan mental atau stres.
1x
se-hari 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari
Malingering Mengeluhkan sesuatu secara terus-menerus untuk kepentingan diri sendiri atau menghindari kewajiban Narapidana terus melakukan upaya apapun agar terhindar dari kewajiban seperti berpura-pura sakit berlebihan dan tidak kooperatif.
1x
se-hari 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari
Potensi Bunuh Diri
Menyakiti diri sendiri
Berbagai upaya yang dilakukan untuk menyakiti atau melukai diri sendiri, seperti memukul-mukul badan sendiri,
1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari
Aspek Item Penjelasan Frekuensi Bulanan SMS MAX MED MIN
menggoreskan benda tajam ke badan, dll. Membentur-kan kepala ke benda keras Membenturkan kepala ke dinding kamar, tempat tidur, teralis, dll. 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari Melakukan usaha untuk bunuh diri
Berbagai upaya untuk bunuh diri, seperti melilitkan pakaian ke leher, membekap pernapasan dengan pakaian, dll.
1x
se-hari 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari
Mengatakan ingin bunuh diri
Pernyataan keinginan untuk bunuh diri yang disampaikan kepada petugas secara verbal, sandi maupun melalui ekspresi lainnya. 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari 1x se-hari e) Pernyataan Komitmen Item Penjelasan Frekuensi Bulanan
SMS MAX MED MIN
Menanda tangani pernyataan kesetiaan terhadap NKRI Narapidana terorisme menandatangani dokumen pernyataan kesetiaan terhadap NKRI yang diberikan petugas.
Dilakukan ketika narapidana siap diturunkan pada
klasifikasi risiko yang lebih rendah Tidak dinilai Menanda tangani pernyataan tidak terlibat dalam jaringan narkoba Narapidana narkotika menandatangani dokumen pernyataan tidak terlibat dalam jaringan narkoba yang diberikan petugas.
Dilakukan ketika narapidana siap diturunkan pada
klasifikasi risiko yang lebih rendah
Tidak dinilai
Pengisian penilaian pembinaan narapidana dilaksanakan dengan beberapa metode yaitu:
1) Pengisian secara manual, dilakukan pada instrumen excel (Lampiran I) berdasarkan data yang terhimpun dari catatan hasil pengamatan petugas dan alat dukung yang telah tersedia (seperti alat fingerprint, CCTV, dan daftar hadir);
2) Pengisian dengan bantuan teknologi informasi, dilakukan melalui Sistem Database Pemasyarakatan (SDP) berdasarkan data yang terhimpun melalui catatan pengamatan hasil petugas dan alat dukung yang telah tersedia (seperti alat fingerprint, CCTV, dan daftar hadir).
Satu dokumen instrumen penilaian berisi 12 lembar observasi bulanan dan rangkuman penilaian. Pengisian penilaian pembinaan narapidana dilakukan pada bagian Demografi, Waktu awal pengisian, Penilaian pembinaan kepribadian, Penilaian Pembinaan kemandirian, Sikap narapidana, Kondisi kesehatan mental narapidana, Pernyataan komitmen, Catatan wali/asesor, Rekomendasi dan Identitas penanggung jawab.
Adapun mekanisme pengisian pada masing-masing bagian adalah sebagai berikut:
1) Demografi
Data demografi berupa isian terkait informasi dasar, latar belakang dan kondisi narapidana. Pengisian data demografi dapat merujuk dari jawaban narapidana, berkas pendukung dan keterangan petugas. Informasi ini dapat dijadikan tambahan data dalam penyusunan Penelitian Kemasyarakatan (Litmas) Penempatan serta pertimbangan saat sidang TPP. Dalam pengisian data demografi terdapat dua metode pengisian yaitu:
a) Pengetikan manual, contoh:
b) Memilih dalam daftar pilihan dengan cara mengklik pada tanda segitiga (dropdown) di sebelah kanan kolom jawaban, contoh:
Adapun penjelasan dan tata cara pengisian dari item-item di bagian Data Demografi adalah sebagai berikut:
DATA DEMOGRAFI
No. Indikator Penjelasan Pengisian
Metode Penggalian
Informasi
1. Nama
Narapidana
Isi kolom ini dengan mengetik nama lengkap sesuai kartu identitas resmi serta nama lain narapidana (jika ada).
Pertanyaan langsung/ Berkas narapidana/ SDP 2. Nama Lembaga Pemasyarakatan
Isi kolom ini dengan mengetik nama lengkap Lembaga
Pemasyarakatan. Pertanyaan langsung/ Berkas narapidana/ SDP
3. Jenis Kelamin Isi kolom ini dengan cara meng-klik tanda segitiga terbalik di sebelah kanan kolom jawaban, lalu pilih jenis kelamin sesuai dengan kartu identitas resmi narapidana yaitu Laki-laki atau Perempuan. Pertanyaan langsung/ Berkas narapidana/ SDP
4. Tempat Lahir Isi kolom ini dengan mengetik nama kota tempat lahir
narapidana sesuai dengan kartu identitas resmi. Pertanyaan langsung/ Berkas narapidana/ SDP