• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

38 BAB III

BENTUK PENYAJIAN TARI TOPENG LÉNGGÉR WONOSOBO

A. Asal Mula Terbentuknya Kesenian Lengger Wonosobo

Memasuki seni budaya yang ada di Wonosobo. Wonosobo terkenal dengan kesenian topeng Lengger yang sampai saat ini masih digemari dan berkembang di Kabupaten Wonosobo. Topeng Lengger dirintis disebuah desa yang ada di Kabupaten Wonosobo yaitu tepatnya di desa Kecis, Giyanti, Kecamatan Selamarto. Lénggér yang artinya tledhek yang dulunya ditarikan oleh penari laki-laki. Lengger termasuk tarian tradisional kerakyatan, yang sudah sangat lama dikenal di tanah Jawa Tengah.

Dwi Pranyoto selaku generasi penerus kesenian Lengger mengatakan

Lénggér berasal dari kata eling ngger, yang berarti mengingatkan diri kepada

Tuhan Yang Maha Kuasa.1 Tarian ini mengandung nasehat dan pesan kepada

setiap orang, serta mengajak untuk bersikap membela kebenaran dan menyingkirkan keburukan. Menurut kisahnya, seorang tokoh kesenian yang bernama Dwi Pranyoto mengemukakan bahwasanya kesenian Lengger Wonosobo terbentuk bermula dari sebuah cerita Panji Asmoro Bangun yang mencari Dewi Sekartaji dan syiar Sunan Kalijaga “elinga dan ngger” merupakan pesan di massa beliau pertama masuk ke tanah Jawa khususnya Dusun Giyanti. Pada saat itu

1 Wawancara dengan Dwi Pranyoto, Ketua Paguyuban Rukun Putri Budaya, 21 Oktober 2015, diijinkan untuk dikutip.

(2)

39

Sunan Kalijaga memfungsikan kesenian tayub sebagai media untuk memaknai isi dari kesenian Lengger. Cerita sayembara mencarinya Dewi Sekartaji membawa asal usul munculnya penari laki-laki yang menyamar menjadi penari perempuan untuk mengelabuhi dan menarik perhatian masyarakat, sehingga mempengaruhi lahirnya Lengger Kakung awal tahun 60-an dan 70-an.

Mengenai makna Lengger sendiri yang diambil dari kata ‘elinga dan

ngger’ dipengaruhi oleh massa dimana masuknya Sunan Kalijaga ke tanah Jawa

untuk syiar Islam. Pada saat itu Sunan Kalijaga hanya memanfaatkan beberapa kesenian yang ada, salah satunya adalah tayub. Berawal dari kedua cerita tentang sayembara Panji Asmara Bangun dan Sunan Kalijaga dalam syiar Islam, kemudian diyakini oleh masyarakat Giyanti, dan lahirlah kesenian tari yang dinamakan Topeng Lengger. Kesenian Topeng Lengger dirintis di Dusun Giyanti oleh tokoh kesenian dari desa Kecis, Kecamatan Selomerto, yaitu Bapak Gondowinangun antara tahun 1910. Selanjutnya antara tahun 60-an. Tarian ini dikembangkan oleh Ki Hadi Soewarno. Tari topeng Lénggér dipentaskan oleh dua orang, laki-laki dan perempuan, laki-laki memakai topeng dan perempuan mengenakan baju tradisional. Mereka menari antara 10 menit dalam setiap babak. Diiringi alunan musik gamelan Jawa gambang, saron, kendang, gong, dan lainnya. Penari perempuan berias korektif cantik, dengan mengenakan baju rompi, jarik, selendang, dan jamang bulu sebagai hiasan kepala. Penari laki-laki tampil menggunakan topeng, mengenakan jarik dan ada juga yang memakai baju sorjan bunga-bunga sesuai dengan karakter topeng yang diperankan. Topeng Lengger Wonosobo memiliki identitas tersendiri dibanding halnya Lengger dari

(3)

40

Banyumas. Hal ini dapat dilihat dari gaya tarian, iringan, dan juga busana yang dikenakan oleh penari. Gaya tarian Lengger Wonosobo mengalami akulturassi budaya Surakarta dan Yogyakarta, sedangkan Lengger Banyumas lebih identik dengan gaya Jawa Barat yang terkesan lincah. Iringan musik Banyumas memakai alat musik calung, sedangkan Wonosobo memakai gamelan Jawa lengkap. Satu lagi keunikan Lengger Wonosobo ialah dimana penari Lengger selalu memiliki pasangan menari (pengibing) dalam setiap babakan. Hal demikian yang menguatkan Lengger sebagai identitas bagi masyarakat Wonososbo.

Adapun rangkaian pertunjukan utuh sajian tari topeng Lénggér adalah sebagai berikut:

1. Émblék atau Kuda kepang

Émblék merupakan tari yang menggambarkan prajurit sedang berlatih

perang. Dalam tarian ini tidak ada penonjolan tokoh. Émblék merupakan tarian kelompok yang menggunakan properti kuda kepang sebagai properti dalam tariannya. Penari biasanya berjumlah 9 penari putra. Properti kuda kepang biasanya terbuat dari anyaman bambu yang dirakit menyerupai wujud kuda. Makna untuk 9 penari sendiri, diartikan sebagai babahan

hawa sanga yang menjelaskaan tentang sembilan lubang yang ada di

dalam tubuh manusia sebagai wujud pengendali hawa nafsu pada diri manusia itu sendiri.2 Pementasan kuda kepang biasanya dimulai pada

ba’dha dzuhur hingga menjelang sore, berkisar dari pukul 13.00 – 18.00 WIB.

2Wawancara dengan Bambang Suteja, Kasi Dinas Pariwisata Wonosobo, 21 0ktober 2015, diijinkan untuk dikutip.

(4)

41

2. Gendhing tolak balak

Gending ini berfungsi sebagai tanda bahwa pertunjukan topeng Lénggér akan segera dimulai, bertujuan untuk mengumpulkan masyarakat agar menyaksikan pertunjukan tersebut. Biasaya gendingan dimulai setelah ba’dha magrib sekitar pukul 19.00 - 20.00 WIB.

3. Pembakaran kemenyan

Pembakaran kemenyan berfungsi untuk pemanggilan roh-roh leluhur agar turut serta dalam pementasan, selain itu juga sebagai permohonan kelancaran pementasan. Biasanya pembakaran kemenyan juga diiringi doa-doa oleh sesepuh atau tetua rombongan kelompok kesenian tari topeng Lengger.

4. Gambyong Lengger

Bagian ini merupakan tari kelompok oleh penari Lengger atau penari putri, yang biasanya terdiri dari 2 atau 4 orang penari Lengger. Gambyong lengger biasanya berfungsi sebagai tarian penyambutan tamu. Tari ini juga bisa dikatakan sebagai tari ucapan selamat datang kepada penonton atau penikmat kesenian tari topeng lengger.

5. Lénggéran

Lénggéran merupakan tari berpasangan antara penari putri dan putra yang

memakai topeng dengan karakter yang berbeda dalam pergantian gendingnya. Bagian lénggéran ini terdapat beberapa tari yang mengikuti bunyi gendhing yang dulunya terdapat 30 gendhing. Tari yang masuk pada bagian lénggéran saat ini adalah tari sulasih, tari kinayakan, tari sontoloyo,

(5)

42

tari menyan putih, tari kebo giro, tari gondang keli, tari rangu-rangu, tari dewi ratih, dan tari sarindono.

Tari Lengger pada awalnya diciptakan sebagai sebuah tarian ritual yang berfungsi sebagai sarana tolak balak dan media ruwatan. Kesenian Lengger sudah ada sejak dulu dan pernah dimanfaatkan oleh Sunan Kalijaga untuk menarik pemuda agar rajin ke masjid. Kesenian lengger merupakan kesenian tradisional kerakyatan yang mewarnai kehidupan masyarakat Dataran Tinggi Dieng, kesenian ini bermanfaat bagi kehidupan masyarakat seperti bersih desa, sebagai pelengkap upacara hari besar, sebagai hiburan, dan juga media pendidikan.

Seorang penari Lengger dituntut harus mampu menari dan menyanyi, dengan memainkan gerakan secara lincah dan dinamis namun tetap halus, hal ini merupakan ciri khas identitas daerah, bahkan menjadi nilai-nilai budaya yang ada dalam kehidupan masyarakat. Keberadaan kesenian Lengger di Wonosobo dan berbagai daerah seperti di telan jaman yang kian lama semakin surut. Jika ditinjau kembali daya minat masyarakat semakin berkurang, hal ini disebabkan oleh gejala-gejala modernisasi. Salah satu contoh, masyarakat lebih senang dengan hiburan sesuai jamannya. Upaya untuk melesterikan kesenian tari lengger perlu digalakkan, apalagi Dieng Wonosobo merupakan daerah wisata, dimana sektor wisata tidak dapat lepas dari seni budaya yang ada. Bahkan keberadaan kesenian lengger dapat menjadi nilai lebih di kawasan wisata Dieng Wonosobo. Kedepannya perlu dipikirkan agar generasi penerus kesenian Lengger tetap eksis dalam menghadapi perkembangan zaman.

(6)

43 B. Rangkaian Kesenian Lengger sebagai Seni Tontonan Nyadran Giyanti

Kesenian Lengger yang ada di Giyanti dikembangkan sejak tahun 1960 oleh Ki Hadi Soewarno dan dilestarikan kembali oleh Bapak Dwi Pranyoto pada tahun 2000, merupakan kesenian yang mampu mengangkat perekonomian desa. Wilayah yang dikatakan potensi kesenian lenggernya berkembang adalah di Kecamatan Selomerto, khususnya desa Kadipaten, Giyanti.

Wilayah Kabupaten Wonosobo yang terbagi atas 15 Kecamatan, hampir seluruh daerahnya memiliki kesenian Lengger yang lebih dikenal dengan sebutan Topeng Lengger. Kesenian Lengger di Wonosobo bergabung dan terbentuk saat ini adalah 215 kelompok yang dikatakan aktif. Salah satu kelompok paguyuban yang peneliti amati adalah paguyuban Rukun Putri Budaya yang dikelola oleh Bapak Dwi Pranyoto. Paguyuban ini berada di desa Kadipaten, dusun Giyanti, Kecamatan Selomerto, Kabupaten Wonosobo.

Makna upacara adat nyadran Sura merupakan wujud syukur warga Giyanti atas karunia Tuhan berupa tanah yang subur, air melimpah, dan kerukunan antar warganya. Desa Kadipaten, dusun Giyanti, Kecamatan Selomerto, Kabupaten Wonosobo dikenal dengan salah satu tradisi tahunan bersih desa yang sering disebut dengan istilah Nyadran Giyanti. Hal ini ditetapkan sejak bulan Sura dalam kalender Jawa diyakini masyarakat sebagai hari jadi dusun sekaligus pelopor tumbuhnya kesenian Lengger di wilayah Wonosobo. Sehingga tidak heran bahwa kesenian Lengger selalu ada dan wajib dipertunjukan dalam upacara adat Nyadran

Sura. Acara yang diadakan tiap tahunnya ini selalu melibatkan kesenian Lengger

(7)

44

didalamnya, fungsinya saat ini tidak hanya menjadi tujuan ritual khusus, akan tetapi sudah mengalami pergeseran menjadi sebuah fungsi hiburan. Mbah Sosro selaku Kadus di Giyanti, menyatakan bahwa adat Suran Giyanti sangat mendapatkan antusias dari masyarakat baik dari Giyanti maupun luar desa. Selain melestarikan adat budaya desa, acara Suran Giyanti juga menyajikan beberapa pertunjukan selain kesenian Lengger, diantaranya kuda kepang (embleg), wayang kulit, dan organ tunggal. Diluar acara hari besar, kesenian Lengger biasanya di pentaskan dalam sebuah acara hajatan, penyambutan, dan tanggapan. Maka dari itu, pelaku seni atau penari Lengger pada saat ini mampu dikatakan lebih menjadikan kesenian Lengger sebagai tujuan meningkatkan perekonomian.

Rangkaian acara nyadran Giyanti dimulai dari tanggal 10 kalender Jawa bulan Sura yang terangkai dalam susunan sebagai berikut :

1. Kirab Budaya atau karnaval

Biasanya acara ini diikuti oleh seluruh warga dan menampilkan sebuah sajian pertunjukan yang diwakili oleh kelompok kesenian dusun Giyanti. Karnaval dilakukan dengan rute mengelilingi desa Kadipaten yang terbagi atas empat dusun yaitu Limbangan, Kalurahan, Manggis, dan Giyanti. Masyarakat tidak hanya sekedar berjalan keliling saja, akan tetapi dalam setiap titik yang tentukan masing-masing kelompok kesenian menampilkan sebuah pertunjukan singkat dengan durasi 2-3 menit.

(8)

45

2. Kobol-kobol

Acara kobol-kobol merupakan sebuah adat selamatan yang dihadiri oleh khususnya bapak-bapak yang ada di dusun Giyanti. Kepala keluarga wajib berkumpul di rumah kepala dusun untuk doa selamatan.

Kobol-kobol bukan sekedar acara berkumpul saja, akan tetapi dalam acara ini

masing-masing kepala keluarga membawa berkat atau tenong kecil yang berisi nasi dan lauk pauk. Acara ini biasanya dilakukan ba’dha isya’ sekitar pukul 19.30 WIB, selain tenong kecil mereka juga membawa perabotan rumah tangga yang nantinya berfungsi sebagai alat musik pengiring. Usai doa bersama, kemudian mereka bergembira bersama dengan cara menyanyi dan membunyikan alat musik dari perabotan yang dibawa. Tujuan dari adat kobol-kobol ini adalah demi meminta doa keselamatan agar dilancarkannya adat nyadran di Giyanti dari awal hingga akhir acara. Pada acara ini diakhiri dengan menari bersama sebagai wujud syukur masyarakat kepada Sang pencipta.

Gambar 1. Adat kobol-kobol (dok. Ela : Giyanti, 2015)

(9)

46

3. Pertunjukan Topeng Lengger untuk Ritual

Kesenian topeng Lengger ini dipentaskan pada malam hari setelah ba’dha isya’ dan setelah diadakannya doa bersama semua umat beragama di dusun Giyanti. Pertunjukan diawali dengan memainkan gending panggeran untuk mengundang penonton. Pementasan topeng Lengger sendiri dimulai pukul 21.00 – 01.00 WIB. Acara ini hanya ditujukan untuk fungsi hiburan semata. Topeng Lengger hanya menghibur penonton layaknya tayuban, akan tetapi makna tayuban pada topeng Lengger berbeda dengan makna tayub pada umumnya. Tayub di daerah lain seperti yang terkenal di Blora biasanya menampilkan penari tayub atau penari putri untuk menari bersama penonton dan menerima saweran. Pertunjukan topeng Lengger menampilkan penari Lengger atau penari putri diiringi oleh penari putra yang mengenakan topeng dan tidak lain adalah anggota topeng Lengger sendiri.3Topeng yang dipakai oleh penari

putra menampilkan karakter yang berbeda, dari karakter putra halus dan putra gagah. Pertunjukan topeng Lengger biasanya dilengkapi dengan sesaji untuk para penari yang berisi kopi, jajan pasar, dan buah-buahan. Sesaji diletakkan disamping kotak besar yang terbuat dari kayu sebagai tempat topeng disimpan, biasanya berada di samping kiri gamelan ditata. Untuk meletakkan sesaji tidak ada patokan khusus, hal ini disesuaikan dengan tata letak panggung pertunjukan untuk mendukung kebutuhan artistik panggung pementasan.

3Wawancara dengan Dwi Pranyoto, Ketua Paguyuban Rukun Putri Budaya di Giyanti, 21 Oktober 2015, diijinkan untuk dikutip.

(10)

47 Gambar 2. sesaji dalam pementasan topeng Lengger

(dok. Ela : Giyanti, 2015)

Bentuk penyajian pertunjukan topeng Lengger dalam sebuah rangkaian upacara adat berbeda dengan sajian pertunjukan ketika dalam konteks hiburan atau tontonan saja. Hal ini bisa dilihat dari adanya sesaji sebelum pertunjukan topeng Lengger dimulai. Sesaji yang ada ditujukan sebagai tolak balak yang diharapkan agar dalam pelaksanaan nyadran tidak mendapatkan halangan atau gangguan dari hal-hal yang tidak diinginkan. Berbeda dengan sajian topeng Lengger yang hanya dalam konteks tontonan semata, sesaji disini tidak memiliki peran penting dalam rangkaian pertunjukan. Pertunjukan topeng Lengger yang disajikan pada malam hari di dalam rangkaian adat nydran Giyanti hanya dipentaskan dengan singkat yang berisi 5-7 babak tarian. Tari topeng Lengger

(11)

48

menyajikan tarian dengan gending kinayakan, sumyar, sulasih, kebo giro, sutang walang, menyan putih, dan gondang keli.

4. Arak-arakan ( Bersih Makam )

Bersih makam biasanya dilaksanakan tiga hari setelah kirab budaya. Kegiatan yang dilakukan oleh warga dusun Giyanti pada arak-arakan adalah mengunjungi makam leluhur untuk melakukan upacara mendoakan arwah leluhur Ki Mertoloyo dan Ki Monyet dan dipimpin oleh sesepuh desa. Acara arak-arakan diikuti oleh warga dusun Giyanti, yang mana dalam acara ini warga yang turut serta wajib mengenakan busana adat Jawa, bagi para ibu yang membawa tenong harus mengenakan atas kebaya dan bawahan jarik, bapak-bapak dan panitia acara lainnya harus mengenakan sorjan dan kain jarik.

Selama prosesi berlangsung, arak-arakan diiringi musik tradisional seperti kendang, bende, dan saron yang dimainkan oleh tiap-tiap kelompok emblek yang mengisi acara di siang harinya. Arak-arakan panjang tersebut melewati jalan-jalan kecil di wilayah Dusun Giyanti. Sementara itu jalan-jalan kecil ataupun gang-gang yang akan dilalui para peserta prosesi telah tertata secara berderet berpuluh-puluh tenongan.

(12)

49 Gambar 3. Arak-arakan

(dok. Ela : Giyanti, 2015)

usai acara arak-arakan semua warga berhenti pada satu pusat yaitu sanggar budaya desa. Tenong yang dibawa oleh ibu-ibu diletakkan berjajar di sepanjang jalan sanggar budaya. Kemudian sesepuh desa meletakkan sebuah sesaji di bawah pohon beringin yang ada di area sanggar. Sesaji ini ditujukan untuk syukuran desa atas keselamatan yang telah diberikan Tuhan Yang Maha Kuasa. Rangkaian acara selanjutnya setelah memanjatkan doa adalah pertunjukan kesenian yang dimiliki oleh dusun Giyanti. Kerukunan umat bergama sangat terlihat jelas, dalam hal ini dapat dilihat melalui sajian kesenian yang ditampilkan. Pertunjukan

(13)

50

seni yang dipentaskan ada yang berupa garapan yang berbau Islami ataupun kesenian tradisi yang turun temurun. Toleransi umat bergama di Giyanti patut dijadikan contoh bagi seluruh umat beragama.

Gambar 4. Rakanan tenongan (dok : Ela, Giyanti: 2015)

5. Peletakan Sesaji

Perspektif antropologi sebuah tradisi yang dipengaruhi oleh budaya animisme serta terasa unsur-unsur “primitifnya”.4 Sebagaimana yang

telah kita ketahui bahwa di dalam budaya “prmitif” terdapat kepercayaan animisme, dinamisme, dan totemisme yang tumbuh subur di dalam masyarakat. Dalam hubungan dengan kepercayaan animisme, mereka

4Sumaryono, Restorasi Seni Tari dan Transformasi Budaya, 2003, Yogyakarta: Elkaphi, 126.

(14)

51

beranggapan bahwa di dalam benda-benda alam seperti: gunung, batu, pohon, telaga, sungai, terdapat roh-roh yang menunggu. Hal ini dapat terlihat dalam rangkaian Nyadran (perayaan upacara sedekah bumi di bulan Sura) yaitu peletakan sesaji yang dilakukan di bawah pohon beringin yang diyakini masyarakat setempat sebagai pohon keramat. Sesaji dalam hal ini ditujukan sebagai wujud permohonan doa masyarakat atas segala nikmat yang telah dilimpahkan oleh Sang Maha Kuasa.

Gambar 5. Tempat Peletakan Sesaji (dok: Ela, Giyanti, 2015)

6. Rakanan Nyadran ( Tenongan )

Rakanan nyadran : rakanan atau sering disebut rayahan tenongan,

merupakan simbolisasi dari ucapan syukur semua warga masyarakat Giyanti, karena penyertaan Tuhan Yang Maha Kuasa mereka bisa hidup secara layak, hasil bumi melimpah, dan keamanan selalu terjaga.

(15)

52 Gambar 6. Rakanan Nyadran (Tenongan)

(dok : Ela, Giyanti: 2015)

7. Pertunjukan seni pendukung

a. Pertunjukan Émblék (kuda kepang)

Pertunjukan Émblék biasanya dimulai pukul 13.00 WIB hingga menjelang petang, setelah usai acara rakanan nyadran. Émblék merupakan sebutan istilah kesenian kuda kepang oleh masyarakat Wonosobo pada umumnya. Tataran bentuk pertunjukan pada kuda kepang di Wonosobo awalnya identik dengan sembilan penari putra. Makna yang terkandung di dalam penyajian kuda kepang yang memilih sembilan penari putra terdapat dua pendapat. Pendapat yang

(16)

53

pertama di utarakan oleh Bapak Bambang Sutejo selaku Kasi sarana dan prasarana dinas pariwisata Wonosobo. Beliau menyatakan bahwa makna sembilan adalah diambil dari “babahan hawa sanga” yang berarti sembilan lubang pada tubuh manusia yang berfungsi mengendalikan hawa nafsu. Pendapat yang kedua dikatakan oleh seorang pelaku seni yang ada di dusun Giyanti yaitu Bapak Dwi Prayitno. Beliau menegaskan makna sembilan kuda kepang diambil dari sembilan wali yang ada d tanah jawa, yang mana dalam menyebarkan syiar islam salah satu wali memanfaatkan kesenian sebagai sarana dakwah mereka.

Pertunjukan Emblek biasanya menjadi rangkaian pertunjukan sebelum dipentaskannya kesenian Topeng Lengger. Properti yang dugunakan dalam pertunjukan Emblek adalah kuda kepang yang terbuat dari anyaman bambu yang diimitasi dari wujud kuda sesungguhnya. Dalam pertunjukan Émblék identik dengan kesurupan, namun tidak semua penari dapat mengalami kesurupan. Menurut Dwi Pranyoto kesurupan tidak dapat dibuat-buat, ada tiga hal jenis kesurupan yaitu kesurupan berdasarkan roh leluhur, kesurupan yang dibuat oleh dasar mengundang, dan kesurupan skenario. Maksud dari kesurupan skenario adalah sebuah kesurupan yang sudah direncakan berdasarkan situasi sebuah pertunjukan, hal ini dimaksud hanya sebagai kebutuhan artistik saja dalam sebuah pementasan.

(17)

54 Gambar 7. Pertunjukan Emblék dalam rangkaian seni pendukung Nyadran

(dok. Ela, Wonosobo: 2015)

b. Pertunjukan Wayang Kulit

Wayang kulit biasanya digelar selama dua hari dua malam, setelah acara bersih makam dan malam berikutnya. Mengenai pertunjukan wayang kulit sendiri tidak setiap tahun diadakan, hal ini dikarenakan berkaitan dengan dana yang dikelola oleh masyarakat. Wayang kulit biasanya diadakan setiap dua tahun sekali, untuk cerita yang dibawakan selalu berkaitan dengan adat ruwatan syura di Giyanti. Pertunjukan wayang kulit yang pertama dilaksanakan pada malam sebelum adat bersih desa, untuk malam yang kedua dilaksanakan pada malamnya usai adat ruwat bersih desa. Durasi yang diperlukan dalam pementasan wayang kulit adalah semalam suntuk, yang dimulai pukul 21.00 hingga pagi hari pukul 05.00 WIB.

(18)

55 Gambar 8. Pertunjukan Wayang Kulit Dalang Cilik

Dalam pagelaran seni pendukung Nyadran (siang hari) (dok. Ela, Wonosobo:2015)

c. Pertunjukan Tari Topeng Lengger Sebagai Tontonan

Pertunjukan Lengger yang disajikan pada siang hari sebagai sajian tontonan atau hiburan biasanya dimulai pada pukul 13.00 WIB. Tari topeng Lengger yang dipertontonkan tidak hanya disajikan pada satu titik, melainkan dari dua bahkan lebih sesuai dengan banyak atau sedikitnya kelompok lenggeran yang diundang dalan adat nyadran. Bentuk penyajian yang ada sebagai tontonan ini berbeda dengan bentuk penyajian ketika pertunjukan tari topeng Lengger pada malam sebelumnya yang difungsikan sebagai sajian ritual. Pertunjukan

Lengger sebagai seni tontonan biasanya disajikan setelah emblegan

(kuda kepang). Rangkaian pertunjukan tari topeng Lengger ini tidak

(19)

56

jauh berbeda dengan Lengger yang malam sebelumnya, hanya saja babakan dalam pertunjukan yang membedakan. Gerak dalam pertunjukan tari topeng Lengger memang tidak memiliki pakem gerak, penari putri dan pengibing bergerak mengikuti gendhing yang dimainkan. Penari putri atau Lengger menari setelah pengibing masuk ke arena pertunjukan. Sajian tontonan Lengger ini hanya sebagai hiburan semata bagi penontonnya. adapun babakan yang disajikan adalah :

Gambar 9. Lengger babakan Kinayakan (dok. Ela, Wonosobo: 2015)

(20)

57 Gambar 10. Lengger babakan Sontoloyo

(dok. Ela, Wonosobo: 2015)

Gambar 11. Lengger babakan Gondang Keli (dok, Ela, Wonosobo: 2015)

Makna yang terkandung dalam tai topeng Lengger yang dilaksanakan pada malam hari sebelum perayaan upacara adat nyadran adalah bermaksud untuk mempererat rasa kekeluargaan, tolong menolong, memperkuat persatuan dengan membangun hidup dalam masyarakat, selain itu pertunjukan tersebut bertujuan agara warga masyarakat prihatin dengan lek-lek’an (begadang hingga tengah malam) untuk tirakatan menyambut perayaan nyadran keesokan harinya.

(21)

58

Masyarakat Giyanti mengungkapkan identitas diri sebagai masyarakat pedesaan merupakan bagian dari budaya Jawa yang masih menjunjung tinggi hidup saling menghormati, sehingga tercipatanya kerukunan antar warga, dan menciptakan suasana masyarakat yang tenteram, aman, damai, dan harmonis. Proses kehidupan terjadi atas dasar aktivitas yang menjadi bagian organisme (makhluk hidup). Maka peranan fungsi digunakan di sini, bahwa kehidupan suatu organisme dipahami berdasarkan struktur masyarakatnya.

C. Analisis Struktur Dramatik

Bentuk penyajian suatu pertunjukan dapat dianalisis menggunakan analisis koreografis. Analisis koreografis dapat diidentifikasi adanya analisis struktur dramatik dalam sebuah sajian tari. Menurut Y. Sumandiyo Hadi dalam bukunya yang berjudul “Kajian Tari Teks dan Konteks”, Analisis struktur dramatik adalah mengidentifikasi bahwa sebuah pertunjukan tari merupakan rangkaian kejadian yang dimulai dari permulaan, perkembangan, klimaks, dan penyelesaian.5Analisis

struktur dramatik dalam koreografi tari topeng Lengger bersifat literal. Lebih-lebih dalam koreografi yang bersifat literal baik tipe dramatari maupun dramatik,struktur dramatik seperti itudapat dikemaskan seperti sisi garis menanjak menuju titik klimaks, kemudian garis menurun pada sisi yang lain, sehingga seperti bentuk kerucut.6 Struktur dramatik perlu diperhatikan dalam menggarap sebuah karya tari, baik tunggal maupun kelompok, untuk memperoleh keutuhan

5Y. Sumandiyo Hadi, Kajian Tari Teks dan Konteks, Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007, 76.

6Y. Sumandiyo Hadi, Kajian Tari Teks dan Konteks, Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007, 77.

(22)

59

suatu garapan. Satu garapan tari dikatakan utuh jika terdapat sebuah cerita yang terdiri dari pembukaan, klimaks, dan penutup. Pembuka menuju klimaks mengalami pengembangan, dan dari klimaks meuju penutup mengalami penurunan. Struktur dramatik di dalam seni tari dikenal dengan desain dramatik.

Desain dramatik dibagi atas dua jenis, yaitu desain kerucut tunggal dan desain kerucut berganda. Berdasarkan ulasan di atsas dapat dikatakan bahwa desain kerucut tunggal memiliki satu tanjakan menuju klimaks, sedangkan desain kerucut berganda memiliki lebih dari satu kali tanjakan untuk menuju klimaks yang diinginkan. Menentukan sebuah desain dramatik sebuah tari dapat dibantu dengan mengamati gerak, desain lantai, dan musik sebagai komposisi tari. Elemen ini sangat saling berkaitan satu sama lain dalam membentuk struktur dramatik dalam sebuah pertunjukan tari. Tari topeng Lengger lebih menunjukkan kepada desain dramatik yang menggunakan skema desain kerucut tunggal. Pertunjukan tari topeng Lengger dalam pertunjukannya tidak menampilkan cerita utuh layaknya sebuah pewayangan, akan tetapi dalam pertunjukannya tari ini menampilkan cerita penokohan karakter topeng yang dibawakan sebagai wujud tuntunan atau penyampaian suatu petuah. Permulaan tarian diawali munculnya suasana emosional yang digambarkan oleh keluarnya penari putra menarik masuk penari putri untuk diajak ngibing atau menari bersama, dalam permulaan tarian terjadi interaksi yang kuat antara penari putra dan penari putri. Menuju bagian pertengahan tarian terjadi klimaks tarian ditandai dengan pergantian pembawaan karakter penari putra melalui topeng yang dikenakan. Karakter yang dimunculkan oleh penari putra berdasarkan topeng yang dipakai dan menceritakan sebuah

(23)

60

nasehat melalui syair tembang yang dilantunkan. Pergantian karakter dapat dilihat secara jelas melalui gerak dan karakter topeng oleh penari putra, sedangkan penari putri dalam tarian ini hanya melengkapi cerita. Penyelesaian dalam setiap tarian yang disajikan tidak semua mengalami puncak atau klimaks, ada beberapa bagian tari yang diisi dengan adegan kesurupan (intrance) oleh penari topeng yang membawakan karakter putra keras. Tari yang biasanya menampilkan adegan kesurupan yang sering dijumpai adalaha pada bagian tari Kebo Giro yang menggambarkan tentang karakter putra keras, dimana didalamnya mengandung cerita tentang karakter sesorang yang keras kepala akan tetapi masih dapat diberi nasehat atau dituntun ke arah yang benar. Menurut pendapat peneliti cerita yang disajikan dalam pertunjukan lenggeran menggambarkan cerita dengan desain kerucut tunggal, yang menjelaskan bahwa di dalam tarian struktur dramatiknya dimulai dari permulaan, perkembangan tarian, klimaks dan menuju akhir atau penyelesaian.

Struktur dramatik dalam tari topeng Lengger yang dikaji lebih melihat tema, desain gerak, desain lantai, dan desain musik (iringan) .

1. Tema

Berdasarkan cerita yang didapatkan dari hasil penelitian, tari topeng Lengger terbentuk berdasarkan dua cerita. Pertunjukan tari topeng

Lengger merupakan sajian tari yang menggambarkan sebuah cerita yang

mengisahkan tentang Panji Asmara Bangun dan Dewi Sekar Taji. Kesenian di daerah Wonosobo ini menurut kisahnya adalah mengambil kisah Panji, yang mengisahkan tentang hilang Dewi Sekar Taji dari Kediri.

(24)

61

Raden Panji sangat terlihat gelisah, sehingga pergi dari desa ke desa untuk mencarinya dengan menyamar sebagai ledhek (penari perempuan). Massa penyamarannya Raden Panji terlihat sangat cantik mempesona, sehingga banyak pemuda tergoda olehnya. Daya tarik itulah yang menimbulkan

geger (Jawa) karena mempesona ledhek tersebut. kesenian tersebut

akhirnya menarik Dewi Sekartaji dari persembunyiannya.

Dwi Pranyoto selaku seniman Lengger Wonosobo di dusun Giyanti, menyatakan bahwa Lengger yang pada jaman Kerajaan Hindu Brawijaya merupakan ledhek geger (penari yang mengundang keramaian), kini mengalami perkembangan saat kerajaan-kerajaan Islam mulai berdiri. Sunan Kalijaga merupakan tokoh wali yang sangat cinta terhadap kesenian yang membawakan tari topeng Lengger sebagai syiar Islam. Tari Lengger dalam perkembangannya sempat berkonotasi negatif karena mulai dikemas untuk menimbulkan syahwat bagi penontonnya, dan membuat mereka menari dengan membawa minuman keras. Melihat kondisi ini Sunan Kalijaga menyamar sebagai Ronggeng yang memakai topeng dan menari Lengger, namun ketika penonton sudah terbuai, Sunan Kalijaga kemudian melepaskan topengnya.7 Sunan Kalijaga mengajarkan budi pekerti dengan cara tersebut, sehingga tari topeng Lengger yang tadinya berkonotasi negatif kini menjadi sarana dakwah. Dari peristiwa tersebut akhirnya tari topeng Lengger hingga saat ini dikenal dengan sebutan

7Wawancara dengan Dwi Pranyoto, Ketua Paguyuban Rukun Putri Budaya, tanggal 21 Oktober 2015, diijinkan untuk dikutip.

(25)

62

“elinga ngger” yaitu memiliki makna sebuah tarian yang mengajarkan untuk senantiasa ingat kepada Tuhan.

Dari cerita yang tergambar di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa munculnya properti topeng untuk menggambarkan karakter tokoh yang dibawakan, terinspirasi dari kisah cerita penokohan Panji dalam sayembaranya mencari Dewi Sekartaji. Tema pertama yang dimunculkan adalah sebuah tema asmara. Dalam tari topeng Lengger penari putra sebagai penari topeng membawakan karakter yang berbeda-beda dalam setiap tari yang disajikan dalam babak lenggeran. Tema kedua yang dihadirkan dalam tari topeng Lengger ini adalah tema tuntunan yang tergambarkan dari syair tembang yang dibawakan dalam setiap tarinya. Hal ini terinspirassi dari adanya cerita Sunan Kalijaga yang masuk dalam syiar Islam dengan memanfatkan seni sebagi media dakwahnya.

2. Gerak

Gerak merupakan aspek penunjang terciptanya struktur dramatik dalam sebuah tari. Tujuan penata tari untuk memunculkan sebuah alur dramatik dituangkan melalui gerak tari yang dibuat. Dalam tari topeng

Lengger memang tidak memilik alur cerita yang runtut dari adegan per

adegan. Tari ini lebih menyajikan babakan yang menggambarkan tentang petuah atau pesan yang disampaikan memalui syair tembangnya.

(26)

63

Adapun tari yang disajikan dalam Lenggeran adalah sebagai berikut:

a. Tari Sulasih menceritakan tentang permohonan doa demi kelancaran pertunjukan.

b. Tari Kinayakan menggambarkan perjuangan leluhur dalam labuh negara.

c. Tari Sontoloyo penggambaran perwira yang menggembala sebuah ajaran.

d. Tari Menyan Putih pengambaran untuk mengajak beribadah. e. Tari Kebo giro penggambaran sesorang yang berwatak keras

dan berkuasa.

f. Tari Gondhang keli mengisahkan kematian.

g. Tari Rangu-rangu menggambarkan keraguan seseeorang dalam bertindak.

h. Tari Jangkrik Genggong penggambaran seesorang dalam kerja kerasnya mendapatkan ujian.

Ragam gerak dalam setiap tari yang disajikan dalam Lenggeran memiliki kesamaan, perbedanyaan hanya terletak pada munculnya penari topeng (pengibing), sehingga penari lengger harus mengimbangi gerak penari topeng. Gerak dasar yang ada dalam tari topeng Lengger adalah

sabetan (sindir), lampah sekar (lumaksono putri), mincek (gerak kaki), ngencek, jinjitan (muryani busana), golekan. Gerak dimulai dengan

melakukan sabetan (sindir) yang disebut untal tali, kemudian dilanjutkan

(27)

64 srisig. Pada hitungan selanjutnya adalah gerak lampah sekar atau gerak majeg, kemudian dilanjutkan gerak ego dari gerak mincek, setiap gerak

selalu diakhiri dengan sendi sabetan. Gerak untuk penari topeng (pengibing) lebih memunculkan gerak sesuai dengan karakter topeng yang dipakai oleh penari putra, ragam gerak pada tari putra juga sama dengan penari putri, hanya terdapat penekanan pada tenaga volume gerak.

Bagian motif yang membentuk unsur sikap dan gerak dalam tari topeng Lengger. Unsur gerak terkecil yang nantinya membentuk suatu motif, adalah sebagai berikut:

a.1 Tangan

 Sikap: ngithing (kn/kr), ngruji (kn/kr), ngepel (kn/kr), penthangan (kn), malangkerik, njimpit sampur, miwir, kipat (kn)

 Gerak : Ukel wetah (kn/kr), seblak sampur(kn/kr), kebyok, kebyak, ngembat (kn), ulap-ulap.

a.2 Kaki

 Sikap : mendhak, junjungan, jinjit, nylekenthing (kn/kr), tanjak

 Gerak : srisig, tranjal, gejug (kn/kr) a.3 Badan

 Sikap : ndegeg, mayuk, leyekan (kn/kr),

 Gerak : ngleyek (kn/kr), obah lambung a.4 Kepala

 Sikap : tolehan (kn/kr)

 Gerak : noleh (kn/kr), pacok gulu.

(28)

65

3. Desain Lantai

Desain lantai dalam tari Topeng Lengger sama seperti desain lantai tari kerakyatan pada umumnya. Desain lantai yang ada dalam tari topeng

Lengger hanya desain sejajar berderet, sejajar berhadapan, dan melingkar.

Tari topeng Lengger ini merupakan tari berpasangan yang memiliki tiga desain lantai. Pola lantai sejajar berderet merupakan desain yang menggambarkan tentang permulaan pada tarian ini. Desain lantai yang selanjutnya menggambarkan desain sejajar berhadap dimana masuknya penari putra (penari topeng) pada tengah tarian, yang menunjukkan pola tengah tarian menuju klimaks, untuk desain melinngkar dan kembali berhadapan menggambarkan tarian yang menuju klimaks, hal ini ditandai dengan penari putra yang memakai topeng sesuai dengan karakter topeng yang dibawakan.

4. Iringan Tari

Iringan pada tari topeng Lengger menggunakan iringan yang berlaraskan slendro dan pelog. Akan tetapi saat ini dalam pertunjukannya, tari topeng Lengger lebih sering mementaskan dengan iringan slendro lancaran. Musik mengiring pertunjukan dimulai pada pukul 20.00 WIB diawali dengan gendhing pembuka untuk menarik penonton menuju arena pertunjukan. Selanjutnya iringan mengiring penari gambyong Lengger yang biasnya ditarikan oleh 2 hingga 10 penari putri. Sifat iringan dalam tari topeng Lengger lebih bersifat mengiringi penari, pesan yang

(29)

66

disampaikan pada penonton digambarkan melalui syair tembang yang dilantunkan.

D. Bentuk Penyajian Kesenian Topeng Lengger di Dusun Giyanti

Bentuk adalah organisasi dan kekuatan-kekuatan sebagai hasil struktur internal atau bagian tari.8 Bentuk merupakan hasil kaeseluruhan dari tata hubungan yang saling terkait satu sama lain berdasarkan faktor yang mendukungnya. Apabila dikaitkan dengan bentuk penyajian tari, maka diartikan segala sesuatu yang disajikan dari awal atau akhir untuk dapat dinikmati atau dilihat, yang didalamnya mengandung unsur keindahan yang disampaikan oleh penciptanya. Bentuk pertunjukan kesenian Topeng Lengger selalu diawali dengan penampilan émblék pada rangkaian pembukaan. Émblék yang dipentaskan saat ini sudah tidak pakem menggunakan 9 penari putra, akan tetapi pertunjukan yang dipentaskan sudah mengikuti permintaan para penikmat kesenian. Kuda kepang sekarang biasanya dalam satu babakan menampilkan 6 penari putra, 4 penari putra, bisa dikatakan 2 pasang penari putra. Waktu pementasannya hanya berdurasi 10 sampai dengan 15 menit saja.

Seiring dengan fungsinya yang sebagai tontonan masyarakat saat ini, pementasan tidak dilakukan selama berjam-jam supaya penonton tidak merasakan jenuh. Usai kuda kepang dipentaskan, biasanya rangkaian selanjutnya adalah pertunjukan Topeng Lengger. Kesenian yang menampilkan babakan dalam runtutan pertunjukannya, Topeng Lengger disajikan dengan pertunjukan utuh

8R. M Soedarsono, Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998, 45.

(30)

67

yang diiringi 30 gendhing. Akan tetapi untuk saat ini, kesenian Topeng Lengger biasanya hanya dipentaskan dengn babakan pendek sesuai dengan permintaan dalam sebuah hajat. Babakan yang disajikan hanya babakan dengan satu fragmen, yakni 7 sampai dengan 11 gendhing saja. Gendhing yang biasa disajikan adalah Lancaran kinayakan, sulasih, menyan putih, kebogiro, gondang keli. Adapun urutan rangkaian penyajian kesenian Lengger sebagai seni tontonan adalah sebagai berikut:

a). Émblék atau Kuda kepang

Émblék atau kuda kepang menggambarkan prajurit yang sedang berlatih

perang. Tarian ini bertujuan sebagai pembuka sajian tari topeng lénggér dan menarik perhatian penonton untuk segera menuju tempat pertunjukan

Lénggér. Tari kuda kepang ini biasanya ditarikan oleh 7 atau 9 penari

putra, namun berdasarkan perkembangannya tarian ini untuk massa sekarang bisa ditarikan oleh kelompok penari putra yang berjumlah 10 penari.

b). Gambyong lengger

Gambyong lengger disajikan sebelum masuk pada bagian lenggeran. Bagian ini bertujuan sebagai ucapan selamat datang bagi penonton yang mulai mendekat di sekitar tempat pertunjukan.

e). Lenggeran

Lenggeran merupakan tari berpasangan antara penari putra yang memakai topeng dan penari putri atau disebut lengger. Tari yang masuk dalam sajian pertunjukan lenggeran sesuai dengan gendhing yang mengiringinya.

(31)

68

Sekarang ini bagian lenggeran hanya menampilkan 7 hingga 11 gendhing saja, adapun urutannya adalah sebagai berikut:

 Tari Sulasih : menggambarkan permohonan untuk kelancaran pertunjukan

 Tari Kinayakan : menggambarkan perjuangan para leluhur dalam labuh negara, hal ini digambarkan melalui syair tembang

 Tari Sontoloyo : penggambaran seorang perwira yang menggembala sebuah ajaran melalui sebuah syiar

 Tari Menyan Putih : syair untuk mengajak beribadah

 Tari Kebogiro : menggambarkan karakter putera keras

 Tari Gondhang Keli : mengisahkan kematian

 Tari Rangu-rangu : menggambarkan keraguan seseorang dalam bertindak

 Tari Jangkrik Genggong : menggambarkan sakitnya berjalan diatas lumpur dalam masalah

Aspek pendukung dalam sajian pertunjukan tari topeng Lénggér antara lain : aspek tema, gerak, iringan, tata rias, tata busana / kostum, tempat pertunjukan, pola lantai, tata lampu, tata suara, dan properti.

1) Aspek Tema

Tema dalam pertunjukan tari topeng Lénggér merupakan tema literal. Tema literal adalah komposisi tari yang digarap dengan tujuan untuk menyampaikan pesan-pesan seperti: cerita, pengalaman pribadi,

(32)

69

interpretasi karya sastra, dongeng, legenda, cerita rakyat, dan sejarah.9

Tema dalam tari topeng Lénggér tidak spesifik, namun pertunjukan ini lebih berpijak pada tari berpasangan yang berakar dari syiar islam.

2) Aspek Gerak

Gerak adalah dasar ekspresi, oleh sebab itu gerak kita temui sebagai ekspresi dari semua pengalaman emosional yang diekspresikan lewat medium yang tidak rasional, yakni gerakan tubuh atau (ebahing sadaya

sarandhuning badhan) gerakan seluruh tubuh.10 Gerak dalam tari

kerakyatan seperti tari topeng Lénggér cenderung diulang-ulang (repetisi). Penari Lénggérmemanfaatkan seluruh anggota tubuhnya mulai dari kepala, leher, badan, tangan, lambung, pantat, dan kaki. Inti dari gerak dalan tari topeng Lénggér lebih kepada komunikasi antara penari topeng atau

pengibing dengan penari Lénggér atau penari putri. Penari Lénggér harus

tanggap dalam memahami situasi dan kondisi dalam bergerak, sehingga gerak saling mengisi dengan pasangan akan terlihat luwes.

Ragam geraknya meliputi gerak Majeg melambangkan kemantapan dalam melakukan gerak, egolan melambangkan keerotisan wanita, lembehan melambangkan sikap pasrah mendekatkan diri kepada Sang Khaliq, untal

tali melambangkan pertentangan baik dan buruk, egol muter

melambangkan manusia sedang memutari kiblat (jagad/ dunia), kipatan melambangkan kewaspadaan agar terlindung dari segala sesuatu yang

9Sal Murgiyanto, Dasar-Dasar Koreografi Tari, dalam buku Pengetahuan Elementer Tari Dan Beberapa Masalah Tari, Jakarta: Direktorat Kesenian, 1986, 123.

10Y. Sumandiyo Hadi, Kajian Tari Teks Dan Konteks, Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007, 25.

(33)

70

kurang baik, penthangan melambangkan penyatuan tujuan dari segala penjuru, arah gerak/langkah, dan seblak sampur melambangkan gambaran dalam menghalau zat-zat yang negatif. Motif gerak dalam tari Lengger meliputi ; lampah sekar, mincek, jinjitan golekan, ngencek, sindir

(sabetan), dan sendi (srisig). Gerak penari topeng lebih memunculkan

gerak berdasarkan karakter topeng yang sedang dipakai oleh penari topeng. Topeng memiliki pengaruh kuat pada si pemakai topeng, sehingga gerak penari sebelum dan sesudah memakai topeng terlihat tampak berbeda.

No. Motif Gerak Dasar Dalam Kesenian Lengger 1. Putri: a. Lampah sekar b. Mincék c. Jinjitan golékan d. Ngencek e. Sindir (sabetan) Putra (pengibing): Menurut kreativitas masing-masing pengibing, dengan kata lain tidak ada patokan khusus dalam

geraknya.

Motif Pengembangan Dalam Kesenian Lengger 2. Putri: a. Seblak sampur b. Indhir c. Jamangan d. Trap sumping e. Ngencek Putra: Tidak mengalami pengembangan, gerak putra mengikuti gerak putri. Tabel 2

Motif gerak penari lengger dan penari topeng (pengibing)

(34)

71

3) Aspek Jumlah Penari

Penari dalam sebuah pertunjukan tentu menjadi syarat utama, tanpa penari sebuah pertunjukan tari pastinya tidak bisa dikatakan menjadi pertunjukan. Analisis jumlah penari dalam kajian koreografis, dapat dianalisis jenis kelamin, dan postur tubuh penari. Pemahaman analisis ini adalah mengidentifikasi keseluruhan jumlah penari terutama dalam komposisi kelompok yang berkaitan dengan karakter dan penokohannya. 11 Tari topeng Lengger yang menjadi objek penelitian ini menganilisis dari jenis kelamin penari dan jumlah penarinya. Penari tari topeng Lengger berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Penari yang berjenis kelamin perempuan dalan tari topeng Lengger berperan sebagai penari Lenggernya, sedang penari yang berjenis kelamin laki-laki berperan sebagai penari kuda kepang, penari topeng, dan penari pengibing. Kesenian ini massa sekarang ini juga mengalami perubahan pemain dalam setiap bagian yang ditampilkan, seperti saat ini penari perempuanpun bisa berperan menampilkan karakter putra misal dalam sebuah sajian pertunjukan sebelum dimulainya lenggeran. Bagian awal sebelum lenggeran biasanya saat ini juga menampilkan tari tombak prajurit yang diperankan oleh penari perempuan dalam sebuah komposisi kelompok.

11Y. Sumandiyo Hadi, Kajian Tari Teks Dan Konteks, Yogyakarta : Pustaka Book Publisher, 2007, 51.

(35)

72 Gambar 12. Beberapa penari putri yang memerankan karakter putra

dalam tari tombak (foto : Harry, 2016)

Aspek jumlah penari dalam tari topeng Lengger saat ini beragam sesuai dengan ketentuan masing-masing paguyuban. Paguyuban yang menjadi objek peneliti ini adalah paguyuban Rukun Putri Budaya yang dipimpin oleh Dwi Pranyoto. Jumlah penari dan anggota dalam paguyuban ini kurang lebihnya 35 anggota yang berprofesi sebagai petani, pelajar, buruh, dan pegawai. Jumlah penari putri (penari lengger) 10 orang, penari putra 10 orang, pemain musik (pengrawit) 10 orang. Penari lengger khususnya tidak hanya berasal dari desa Giyanti saja, akan tetapi penari Lengger di paguyuban Rukun Putri Budaya ini berasal dari berbagai desa yang masih warga Wonosobo.

Pertunjukan tari topeng Lengger dalam bentuk penyajiannya pada bagian lenggeran penari memiliki peran yang berbeda. Penari putri dalam pertunjukan ini disebutkan sebagai penari Lengger yang dalam ceritanya sebagai penggambaran penyamaran Panji Asmara Bangun. Kesenian ini diangkat berdasarkan cerita

(36)

73

hilangnya Dewi Sekartaji, kemudian dengan cara menyamar menjadi seorang penari perempuan yang disebut tledhek pada massanya demi menarik munculnya Dewi Sekartaji. Upaya ini mebuahkan hasil dan menggemparkan masyarakat akan hadirnya sosok laki-laki yang menyamar menjadi perempuan dan menari. Sebab itulah kesenian Lengger ini awalnya diperankan oleh penari laki-laki. Seiiring berkembangnya jaman, kesenian ini berubah dalam pembagian peran penari, dikarenakan surutnya minat penonton akan kesenian Lengger Kakung.

Sejak tahun 70-an hingga saat ini peran penari laki-laki sebagai lengger digantikan oleh perempuan demi mempertahankan kesenian tari topeng Lengger agar terus dilestarikan oleh generasi penerusnya. Minat penontonpun kembali menyukai kesenian topeng Lengger sebagai kesenian yang hingga saat ini dimanfaatkan masyarakat dalam berbagai acara. Peran penari putra saat ini hanya sebagai penari emblek dan penari topeng saja. Penari Lengger hingga saat ini menari dipasangkan dengan penari putra yang memakai topeng. Topeng yang dipakai oleh penari putra menampilkan karakter berbeda yang menggambarkan penyampaian sebuah pesan nasehat, selain topeng syair tembanglah yang lebih menguatkan penyampaian pesan dalam kesenia tari topeng Lengger Wonosobo.

(37)

74 Gambar 13. Penggambaran peran penari topeng Lengger massa sekarang

Penari putri (penari lengger), Penari putra (penari topeng) (dok. Ela, 2015)

4) Aspek Iringan

Pemahaman secara artistik bahwa tari harus diiringi dengan musik, penata tari menyadari bahwa tari dan musik saling berkaitan. Ketika membahas konsep “waktu sebagai elemen setetis koreografi” telah dibicarkan panjang lebar; intinya bahwa dalam pertunjukan tari, musik betul-betul sebagai pengiring, yaitu “mengiring” tari.12 Musik atau iringan dalam tari tidak hanya sekedar sebagai

iringan saja, tetapi juga sebagai pelengkap tari yang sangat terkait, yang dapat menciptakan suasana yang diinginkan dan mendukung alur cerita.

Iringan dalam tari topeng Lénggér menggunakan lancaran dengan laras

slendro dan pelog. Macam gamelan yang dipakai adalah: Bonang Barung, Bonang Penerus, Demung, Saron, Peking, Kethuk Kenong, Gong, Bendhe, Kempul,

12 Y. Sumandiyo Hadi, Koreografi Bentuk-Teknik-Isi, Yogyakarta: Cipta Media, 2011, 115.

(38)

75 Kendang Batangan. Gendhing-gending yang digunakan adalah gending Babadono

atau gendhing pembuka, sedangkan lancaran yang dipakai adalah :13  Lancaran Sulasih, slendro manyura

Lancaran Kinayakan, slendro manyura

Lancaran Sontoloyo, slendro sanga

Lancaran Menyan Putih, pelog sanga

Lancaran Kebo Giro, slendro sanga a. Lancaran sulasih Laras : slendro Pathet : manyuro Buka :6616 .2.3 .5.g6 .N PN P N P N 1616 1653) 5316 1653) 5323 6532) 3216 235g6 Keterangan: N : kenong P : kempul

Vokal: sulasih sulasih solanjono 2x

Sulasih sulanjono

Menyan putih pengudang dewo

13Wawancara dengan Dwi Pranyoto, Ketua Paguyuban Rukun Putri Budaya, 21 Oktober 2015, diijinkan untuk dikutip.

(39)

76 b. Lancaran Kinayakan Laras : slendro Pathet : manyuro Buka:3365 .3.6 .3.g2 .NPN PNPN 5616 2523) 5616 2523) 5616 1216) 5365 363g2 Keterangan: N : kenong P: kempul Vokal : kinayakan

Yo mas aduh kangmas

Tuku brambang sak sen lima 2x

Berjuanglah labuh negara Sore-sore kinayakan c. Lancaran Sontoloyo Laras : slendro Pathet : sanga Buka :6132 12 . 5516 .2.3 .6.g5 .NPN PNPN 1632 5653) 5365 3632) 3235 2353)

(40)

77 5365 3632) 5616 3532) 3216 236g5 Keterangan : N : kenong P : kempul

Vokal : yo kuning-kuning ra patiyo

Yo sing kuning-kuning duweke sopo Kencur loyo ala bapak sontoloyo Angon bebek ilang loro

d. Lancaran Menyan Putih Laras : pelog Pathet : sanga Buka :6656 .356 .5.g3 .NPN PNPN 5353 6532) 3236 5421) 2121 2321) 3256 365g3 Keterangan : N : kenong P : kempul

(41)

78

Vokal : sulasih sulanjono

Menyan putih pangundang dewa Ana dewa dewi sukma

Widadari tumuruna e. Lancaran Kebogiro Laras : slendro Pathet : sanga Buka :1216 .5.2 .3.g5 .NPN PNPN 6516 1635) 6532) 5616 3123) 5365 3632) 3565 2356) 1216 523g5 Keterangan : N : kenong P : kempul

Vokal : jahe wono jahe wono

Lempuyang amba godenge Yo la elo elo ya e lo la.... Elo....ya...e...lo...la...sore

Kebone giro, sore-sore kebonegiro

(42)

79

5) Aspek Tata Rias

Tata rias dalam sebuah pertunjukan terlihat paling peka dihadapan penonton, sebelum pertunjukan dimulai hal pertama yang diamati penonton adalah wajah penari untuk mengetahui peran atau karakter penarinya. Fungsi rias adalah untuk mengubah karakter pribadi dari penari menjadi karakter tokoh yang dibawakan, untuk memperkuat ekspresi, dan menambah menariknya penampilan.

Rias dalam tari bisa berupa rias korekti, rias karakter, dan rias fantasi. Rias korektif adalah rias yang bertujuan untuk mempertegas garis wajah, sedangkan rias karakter lebih mmempertegas karakter tokoh yang dimainkan. Tata rias dalam pertunjukan tari topeng Lénggér dikelompokan menjadi dua, yaitu rias korektif untuk penari putri dan rias karakter untuk penari putra.

a) Tata rias penari putri

Rias penari putri atau Lénggér adalah rias korektif yang hanya bertujuan mempertegas garis wajah. Riasan menggunakan bentuk alis cantik, memakai bedak, pemulas mata atau eye shadow, pemulas pipi atau

rose, bayangan hidung, lipstik sebagai pewarna bibir, dan ditambahkan jamang bulu untuk aksesoris kepala.

b) Tata rias penari putra

Rias yang digunakan oleh penari topeng atau penari putra meski menggunakan rias karakter, namun tidak untuk mempertegas karakter tertentu. Karakter yang muncul berasal dari topeng yang dikenakan penari putra. Riasan hanya menggunakan eye shadow, rose pipi, pemerah bibir,

(43)

80

ditambahkan pensil alis untuk membuat godhég dan kumis. Aksesoris kepala yang dipakai adalah ikét yang merupakan ciri khas Wonosobo. 6) Aspek Tata busana

Busana merupakan sesuatu yang terbuat dari bahan kain membentuk kostum yang bertujuan untuk menutupi bagian tubuh manusia. Busana tari adalah adalah sesuatu yang dipakai pada tubuh manusia untu kebutuhan pertunjukan tari dan biasanya menimbulkan kesan keindahan dan ciri khas daerah tari berasal. Pertunjukan tari topeng Lénggér menggunakan busana sebagai berikut:

 Penari Putri : jamang bulu, sumping, baju rompi / kemben, selendang mute, kain jarik, korset / stagen, sampur.

 Penari Putera : iket kepala, kain jarik, celan selutut (cinde/ bludru), bara samir, sabuk kamus, sampur, stagen, gelang tangan, baju (sorjan dengan gulon ster karakter gagah dan halus, baju rompi dengan kace untuk karakter keras).

Gambar 14. Rias dan busana penari Lengger ( Dok. Ela : Giyanti, 2016 )

(44)

81

7) Aspek Tempat pertunjukan

Pertunjukan dalam menyajikan pementasan pastinya membutuhkan ruang pementasan atau tempat pertunjukan. Tempat pertunjukan adalah lokasi yang dipergunakan untuk membawakan suatu pementasan. Tari topeng Lénggér di desa Giyanti pada mulanya adalah sebuah panggung. Berdasarkan perkembangannya tempat pertunjukan saat ini tidak lagi hanya berada di panggung yang dibuat (sifatnya tidak permanen), namun bisa juga dipentaskan di arena terbuka yang tidak memiliki batas sesuai permintaan pasar (tanggapan). Sebagai seni tontonan tari topeng Lénggér biasanya disajikan lebih dekat dengan penonton, agar penikmat hiburan dapat berkomunikasi langsung dengan penyaji pertunjukan. Tempat pertunjukan memang tidak memiliki sifat keeharusan yang selalu dipentaskan panggung.

a

Gambar 15. Skema Tempat Pertunjukan A

B

(45)

82

Keterangan skema:

A Pemusik Penonton Penonton B Penari dan Pengibing Penonton

8) Aspek Pola lantai

Komposisi yang ada di dalam tari Lengger tidak terdapat banyak variasi, Lengger termasuk jenis kesenian kerakyatan yang bentuk pola lantai ataupun geraknya terkesan monoton. Adapun bentuk pola lantai dalam bentuk penyajian tari Lengger dapat dilihat pada tabel berikut:

No. Motif Gerak Pola lantai 1. Bagian Kuda Kepang

a. Awal

Komposisi sejajar berderet (penari putra), motif gerak junjungan kaki, tangan ukel kanan, sabetan

Gerak dilakukan berulang-ulang 8x8 hitungan

b. Tengah

Transisi, sendi sabetan

Penari melakukan gerak duduk sila berhadapan, tangan ukel sabetan, gerak kepala toleh kanan pada hitungan ke-8, dilakukan berulang-ulang kanan kiri 2x8 hitungan, sendi Gerak tangan sembahan, posisi penari masih duduk sila 1x8 hitungan

Dilanjutkan gerak ulap-ulap tangan kanan, tangan kiri ngepel siku-siku di depan dada, 4x8 hitungan

c. Akhir

Komposisi penari berhadapan Penari berdiri, deretan penari sisi kiri mengangkat properti kuda kepang, gerak penari jingklik menaiki kuda kepang

(46)

83

Deretan penari sisi kanan berdiri tanpa properti melakukan gerak sabetan 1x8 hitungan dilanjutkan gerak ogek lambung toleh kanan, kiri dilakukan 4x8 hitungan, diakhiri dengan gerak penari melingkar. Gerak menuju klimaks atau akhir, ditutup dengan gerak perangan penari kuda kepang yang dilakukan bergantian saling mengisi.

2. Bagian Gambyong Lengger

 Tiga penari Lengger (penari putri), komposisi berderet dari kanan ke kiri.

Gerak penari putri diawali dengan sembahan kepada penonton, seblak sampur, kemudian dilanjutkan gerak jamangan 4x8 hitungan, trap sumping 2x8 hitungan, ngencek (sendi) 1x8 hitungan, seblak sampur, kemudian pengulangan gerak kembali dari awal jamangan dan seterusnya berdurasi 5-7 menit. 3. Bagian Lenggeran

a. Tari sulasih

Diawali masuknya penari putra (penari topeng), menari dengan arah hadap menghadap kepada posisi duduknya penari lengger (putri). Gerak awal yang dilakukan sabetan, sekaran hingga satu bagian awal. Kemudian disusul masuknya penari putri pada bagian tengah, srisig berhadapan dengan penari putra, gerak yang dilakukan penari putra dan putri hampir sama hanya penekanan saja yang membedakan. Gerak yang dilakukan adalah motif gerak sabetan, jamangan, trap sumping, sindir (sabetan). Hingga menuju bagian akhir (diulang-ulang).

Pada bagian akhir, penari putra

(47)

84

sudah mengenakan topeng sesuai karakter yang dibawakan (sulasih). Komposisi penari masih saling berhadapan hanya bertukar tempat. Tari ini berdurasi 5-7 menit.

b. Tari Kinayakan

Sama halnya dengan tari sulasih, bagian kinayakan ini juga diawali dengan masuknya penari putra. Komposisi tari berpasangan, gerak penari putra karakter gagah.

Diawali dengan sabetan 1x8 hitungan, kemudian dilanjutkan gerak trap jamang, srisig menghampiri penari lengger.

Arah hadap penari saling berhadapan, melakukan gerak ngibing.

Bagian akhir penari putra memakai topeng, pada dasarnya semua gerak sama, hanya terdapat pengulangan gerak saja dalam setiap bagian atau babakan.

Tabel 3. Pola Lantai Dalam Tari Topeng Lengger

Keterangan :

: penari putri (lengger) : penari putra (penari topeng) : penari kuda kepang

9) Tata lampu

Tata cahaya adalah suatu metode atau sitem yang diterapkan pada pencahayaan yang didasari demi menunjang kebutuhan seni pertunjukan dan

(48)

85

penonton.14 Peranan tata cahaya dalam pertunjukan tari sangat mendukung

sifatnya. Kesenian tari topeng Lénggér termasuk kesenian kerakyatan yang mungkin saja pertunjukannya dilakukan pada malam hari. Tata cahaya selain sebagai penerangan juga berfungsi sebagai pendukung suasana pementasan. Pertunjukan tari topeng Lénggér menggunakan penerangan yang sifatnya masih sederhana yaitu menggunakan lampu jenis neon.

10) Aspek Properti

Properti merupakan unsur pendukung tari yang dapat memperjelas tentang makna pertunjukan. Jenis properti yang berkaitan langsung dengan tari sering disebut dance property yaitu segala peralatan yang digunakan dan dimainkan oleh penari guna mendukung pertunjukan tari, misalnya: keris, kipas, payung, topeng, sampur, dll. Rangkain pertunjukan tari topeng Lénggér biasanya menggunakan kuda kepang, pecut, dan tombak kecil yang dimainkan pada bagian émblék. Topeng sebagai penggambaran roh leluhur yang dipakai pada bagian Lénggér, yang digunakan oleh penari topeng. Topeng disini kadang juga sebagai media untuk menghadirkan arwah leluhur tersebut. Penari topeng menyiapkan raganya sebagai wadah roh leluhur.

Dalam tari Lengger properti yang digunakan utamanya adalah topeng. Karakter topeng Wonosobo berkarakter putra gagah, namun topeng Wonosobo adalah topeng yang muncul karena pengaruh gaya Banyumas. Karakter yang dimiliki topeng Banyumas lebih berkarakter lucu atau gecul, sehingga topeng

14Hendro Martono, Mengenal Tata Cahaya Seni Pertunjukan, Yogyakarta: Cipta Media, 2010, 1.

(49)

86

gaya Wonosobopun mengalami akulturasi gaya dengan wujud topeng yang memiliki karakter gagah namun lucu. Dalam penyajiannya tari Lengger memiliki babak, dan dalam setiap babaknya tentu properti yang ada untuk kelengkapan menaripun juga berbeda.

Gambar 16. Karakter topeng sebagai properti dalam pertunjukan Tari Topeng Lengger Wonosobo

(dok. Ela, Wonosobo : 2015)

Dokumentasi topeng di atas hanya menunjukkan mengenai wujud properti yang digunakan dalam tari topeng Lengger, akan tetapi tidak semua topeng yang ada dalam gambar dikenakan oleh penari topeng. Topeng yang digunakan sebagai properti hanya topeng yang dimainkan sesuai dengan gendhing yang dibawakan. Umumnya saat ini topeng yang diperankan hanya topeng Kinayakan, Sulasih, Gondang Keli, Rangu-rangu, Jangkrik Genggong, Bribil, dan Kebo Giro.

Gambar

Gambar 1. Adat kobol-kobol (dok. Ela : Giyanti, 2015)
Gambar 4. Rakanan tenongan (dok : Ela, Giyanti: 2015)
Gambar 5. Tempat Peletakan Sesaji (dok: Ela, Giyanti, 2015)
Gambar 9. Lengger babakan Kinayakan (dok. Ela, Wonosobo: 2015)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Memanggil mesyuarat untuk berbincang dan membuat penyelarasan antara guru- guru yang mengajar kelas dalam tingkatan yang sama5. Pengetua Penolong

Berdasarkan hal di atas, maka peneliti merasa terdorong untuk melakukan kegiatan penelitian eksperimen dengan judul “Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS pada

[r]

Salah satu model pembelajaran yang membuat peserta didik tidak bosan yaitu dengan model kooperatif dimana dalam model ini peserta didik dibentuk dalam kelompok- kelompok

Publik yang membaca berita ini akan disuguhi oleh penggambaran yang negatif terhadap institusi polisi, terutama jika dilihat dari aspek moralitas. Citra

Sejalan dengan Peraturan Pemerintah tentang pelaksanaan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) di lingkungan Industri Farmasi Nasional, LAFIAL mulai melakukan kegiatan

Tabel ini berisikan tentang data wisata paket yang nantinya akan digunakan untuk merelasikan ke tabel wisata tujuan, wisata hari, wisata rombongan. Tabel

Dengan menggunakan perangkat penyiram tanaman otomatis ini, pengguna dapat menghemat waktu dan tenaga untuk menyiram tanaman tanpa khawatir lelah ataupun lupa untuk menyiram