4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Tanaman Kelapa Sawit
Menurut Adi, P. 2013 klasifikasi kelapa sawit adalah sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae Klas : Monocotyledonae Ordo : Palmales
Famili : Palmae
Sub Famili : Cocoideae Genus : Elaeis
Spesies : 1. Elaeis guineensis Jacq.
2. Elaeis oleifera Cortes atau Elaeis melanococca
Menurut bentuk / irisan melintang buahnya, kelapa sawit dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu Dura, Pisifera dan Tenera.
Dura : Endocarp (cangkang / tempurung) tebal antara 2 – 8 mm; mesocarp (sabut / daging buah tipis yaitu antara 20 – 65 %.
Pisifera : Tidak mempunyai endocarp, dengan endosperm (inti / kernel) kecil.
Tenera : Cangkang tipis (0,5 – 4 mm); mesocarp tebal (60 – 69 %), merupakan hasil persilangan antara Dura (sebagai pohon ibu) dan Pisifera (sebagai pohon bapak).
Dura dan Pisifera adalah homozygote, tetapi Tenera adalah heterozygote. Banyak pohon Pisifera yang steril tidak menghasilkan buah, sehingga Pisifera
5
merupakan modal yang sangat penting dalam pembiakan kelapa sawit hibrida komersial. (Wahyuni, 2007).
2.2 Morfologi Kelapa Sawit 2.2.1 Daun
Daun kelapa sawit membentuk suatu pelepah bersirip genap dan bertulang sejajar. Panjang pelepah dapat mencapai 9 meter, jumlah anak daun tiap pelepah dapat mencapai 380 helai. Panjang anak daun mencapai 120 cm. Panjang sejak terbentuk sampai tua mencapai 60 pelepah.
Tahap perkembangan daun bibit kelapa sawit:
a. Lanceolate, daun awal yang keluar pada masa pembibitan berupa helaian yang utuh.
b. Bifurcate, bentuk daun dengan helai daun sudah pecah bagian ujung yang belum terbuka.
c. Pinnate, bentuk daun dengan helaian yang sudah membuka sempurna dengan anak daun keatas dan kebawah (Wahyuni, 2007).
2.2.2 Pelepah
Pelepah kelapa sawit meliputi helai daun, setiap helainya mengandung lamina dan midrib, racis tengah, petiol dan kelopak pelepah. Helai daun berukuran 55 cm hingga 65 cm dan menguncup dengan lebar 2,5 cm hingga 4 cm. Setiap pelepah mempunyai lebih kurang 100 pasang helai daun. Jumlah pelepah yang dihasilkan meningkat sehingga 30 hingga 40 ketika berumur tiga hingga empat tahun dankemudiannya menurun sehingga 18 hingga 25 pelepah. Stomata atau rongga daunterbuka untuk menerima cahaya dalam proses fotosintesis pada permukaan helaidaun. Pelepah matang berukuran hingga 7,5 cm dengan petiol lebih kurang
6
satuperempat dari pada panjang pelepah serta mempunyai duri (Hartono, 2002).
Panjang pelepah daun bisa mencapai 9 m, namun kebanyakan hanya 5-7 m. Jumlah anakan daun (Pinnae) dalam setiap pelepah berkisar antara 100-160 pasang yang tumbuh di kedua sisi pelepah.Biasanya anak daun lebih panjang dibagian tengah dari pada dibagian pangkal dan ujung pelepah.Pada anak daun terdapat tulang daun yang sering disebut lidi, dan ada kedua sisi lidi ini terdapat jaringan daun. Daun yang masih muda yang sudah terbuka akan sangat rapat kedaun yang belum terbuka serta mempunyai anak daun yang belum terbuka (Sianturi, 1990).
2.2.3 Batang
Batang kelapa sawit berdiameter 25-75 cm, namun diperkebunan umumnya 45-65 cm, pangkal batang lebih besar pada tanaman yang lebih tua.Batang kelapa sawit merupakan batang tunggal yang tidak bercabang.Laju pertumbuhan batang di pengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Di Indonesia dan Malaysia pertumbuhan tinggi batang rata-rata 45 cm/tahun dan bisa mencapai 100 cm/tahun bila berada pada kondisi yang sangat cocok. Tinggi batang bisa mencapai 20m lebih namun umumnya diperkebunan hanya berkisar antara 15-18 m (Sianturi, 1990)
Batang kelapa sawit biasanya terbungkus oleh pelepah daun sehingga batangtampak lebih besar, bila dipangkas maka akan terlihat berbentuk spiralyang mengarah keatas biasanya sisa pelepah ini akan lepas setelah usia 10 tahun.
2.2.4 Akar
Akar serabut tanaman Kelapa Sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke
7
samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi. Susunan akar kelapa sawit terdiri dari akar serabutprimer yang tumbuh vertikal ke dalam tanah dan horizontal ke samping dan bercabang menjadi akar sekunder ke atas dan ke bawah dan akhirnya cabang-cabang ini pun bercabang lagi yang disebut dengan akar tersier.Akar kelapa sawit dapat mencapai 8 meter dan 16 meter secara horizontal (Lubis, 2006).
Akar serabut sekunder merupakan cabang akar serabut primer yang bercabang keatas dan kebawah. Akar serabut tersier merupakan cabang akar sekunder yang selanjutnya bercabang lagi merupakan bulu-bulu akar (pilus radicalis) dan akar ini lah yang akan banyak menyerap unsur hara dan juga berfungsi sebagi alat pernapasan. Sedangkan tudung akar (calypatra) yaitu bagian akar yang paling ujung, terdiri atas jaringan yang berguna untuk melindungi ujung akar yang masih muda dan lemah (Kusno & Martoyo, 1992).
Sistem perakaran cenderung tumbuh kearah bawah (geotropis positif) penembusan selanjutnya dibatasi oleh bentuk permukaan tanah. Pada tanah yang bertekstur halus akar memadat kurang baik bila dibandingkan dengan perkembangan akar pada tanah yang berareasi baik dan bertekstur longgar (Sianturi, 1990).
2.2.5 Bunga
Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu (monoecious). Artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu pohon, tetapi tidak pada tandan yang sama. Walaupun demikian, kadang-kadang dijumpai juga bunga jantan dan bunga betina dalam satu tandan. Bunga muncul dari ketiak daun, setiap ketiak daun hanya dapat menghasikan satu bunga majemuk (infloresen). Biasanya beberapa pangkal infloresen gugur pada fase-fase awal perkembangannya sehingga pada individu tanaman terlihat beberapa ketiak daun tidak menghasilkan bunga majemuk (spikelet).
8
Bunga jantan dan betina terpisah dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar. Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril sehingga sangat jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul digunakan sebagai tertua dan jantan (Wahyuni, 2007).
2.2.6 Buah
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah yag bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelepah. Kandungan minyak akan bertambah sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, Free Fatty Acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya.
Buah kelapa sawit tersusun dalam satu tandan. Diperlukan waktu 5,5-6,0 bulan mulai dari saat pembukaan sampai dengan panen. Dalam satu rangkaian terdapat ± 1800 buah, yang terdiri dari buah luar, buah tengah, dan buah dalam yang ukurannya kecil karena posisi yang terjepit mengakibatkan tidak berkembang dengan baik. Berat satu buah bervariasi antara 15-30 gr, panjang 3-5 cm. Buah yang lepas dari tandan disebut brondol.
Buah kelapa sawit terbungkus dari tiga lapisan, yaitu exocarp (kulit),
mesocarp (serabut atau daging buah), dan endocarp (cangkang) yang
membungkus inti/kernel. Pembagian tipe buah berdasarkan warna kulit dapat dikelompokkan menjadi tiga tipe yaitu nigrescens, virescens, dan albescens (Wahyuni, 2007).
9
2.3 Mikoriza
Mikoriza bersimbiosis dengan tanaman. Secara tidak langsung, mikoriza dapat membantu meningkatkan produksi tanaman. Mikoriza adalah jenis cendawan yang bersimbiosis pada korteks akar tanaman. Mikoriza berfungsi membantu penyerapan unsur hara tanah oleh tanaman. Penelitian menunjukkan adanya mikoriza dapat meningkatkan penyerapan unsur P sebesar 25%. Selain itu, mikoriza berfungsi untuk menghasilkan hormon zat pengatur tumbuh seperti auksin, sitokinin, dan giberelin.
Fungsi lain mikoriza adalah menghasikan zat antibiotik yang melindungi tanaman dari patogen akar. Mikoriza juga bisa merangsang aktivitas mikroorganisme tanah yang menguntungkan dan memperbaiki struktur dan agregasi tanah. Selain itu, mikoriza berfungsi untuk membangun tanaman agar lebih tahan terhadap kekeringan (Ayub S Parnata, 2004).
Menurut Penelitian Jefri, 2016. Perlakuan mikoriza (M2) dengan dosis 40 gram dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman, lilit batang, jumlah daun, berat kering akar, berat basah tanaman, serta serapan hara P sebesar 30,79 %.
Menurut penelitian Nurhelmida, 2013. Aplikasi mikoriza berpengaruh terhadap prtumbuhan tanaman tetapi tidak berpengaruh terhadap serapan hara P bibit kelapa sawit. Perlakuan terbaik yaitu pada perlakuan M2 (100 gr mikoriza/polibeg)
2.4 Aspergillus sp.
Aspergillus merupakan jamur yang terdapat pada permukaan perakaran dalam
bentuk miselia. Aspergillus dapat membantu menciptakan adanya mikroorganisme yang menguntungkan didalam rhizosfer yaitu tepat disekitar akar yang sedang tumbuh.
10
Aspergillus berfungsi dalam mineralisasi bahan organik. Jamur Aspergillus
dapat menghasilkan asam sitrat yang merupakan produk metabolit primer yang diekskresi oleh Aspergillus. Pada pH >3 disamping asam sitrat dihasilkan juga asam oksalat dan asam glukonat. Mekanisme mikrobiologi dalam meningkatkan kelarutan P adalah melalui asam yang dihasilkannya yang dapat melarutkan mineral fosfat dan mereduksi besi dan mangan. Berbagai asam organik dan anorganik yang dihasilkan mikroorganisme, berpengaruh dengan fosfat yang tidak larut dan memberi peningkatan pada fosfat yang dapat larut.
Aspergillus niger mensekresikan perekat yang memberi sokongan mekanis
untuk merekat partikel-partikel tanah. Partikel tanah yang dihasilkan dapat digunakan sebagai pemantap agregat tanah. Kemampuan perekatnya lebih baik dibandingkan Azotobacter ataupun Bacillus. Aspergillus juga berfungsi sebagai pengoksida belerang dan pelarut kalium. Aspergillus niger dapat mengeluarkan asam-asam organik lemah yang dapat meningkatkan ketersediaan hara tanah termasuk N, P, K, Mg, S dan hara lainnya termasuk unsur mikro serta dapat menghasilkan zat tumbuh penting bagi tanaman (Ginting, 2012 dalam nurhelmida, 2013 ).
Adapun klasifikasi dari Aspergillus sp. yaitu: Divisio : Eumycetes Classis : Dueteramycetes Ordo : Moniliales Familia : Moniliaceae Genus : Aspergillus Spesies : Aspergillus sp.
Di alam diketahui terdapat banyak kelompok mikrobia yang mampu menyediakan unsur phosphate bagi tanaman dengan cara melakukan pelarutan (solubilisation) phosphate dari sumber phosphate yang tidak
11
tersedia secara alami bagi tanaman, misalnya batuan phosphate. Kelompok mikrobia yang mampu menyediakan phosphate semacam ini meliputi kelompok bakteri maupun jamur. Beberapa bakteri tanah, khususnya yang termasuk genus Pseudomonas dan Bacillus, serta fungi yang termasuk dalam jenus Penicillium dan Aspergillus mempunyai kemampuan untuk mengubah phosphat yang tidak tersedia bagi tanaman (tidak larut) menjadi bentuk phosphat yang larut sehingga dapat digunakan oleh tanaman. Hal ini terjadi karena jasad-jasad semacam itu mensekresikan asam-asam organik misalnya, asam format, asam asetat, asam propionat, asam laktat, asam glikonat, asam fumarat dan asam suksinat. Asam -asam organik semacam ini dapat menurunkan pH tanah sehingga dapat melarutkan phosphat yang terikat. Beberapa asam hidroksi.
Menurut Penelitian Putri Juli Artha, dkk, 2013 pemberian aspergillus niger dan penicillium sp dapat meningkatkan ketersediaan posfat pada tanah andisol masing-masing sebesar 12,23 ppm dan 12,14 ppm untuk dosis 25 ml dan 18 ml. Pemberian Aspergillus niger dan penicillium sp. Tidak berpengaruh dalam meningkatkan bobot kering tajuk tanaman sedangkan pemberian Aspergillus niger dan penicillium sp berpengaruh dalam meningkatkan bobot kering akar tanaman masing-masing sebesar 26,75 gr dan 36,13 gram untuk dosis 8 ml dan 10 ml. Aspergillus niger lebih baik dalam meningkatkan ketersediaan posfat pada tanah andisol sedangkan penicillium sp. Lebih baik dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung pada tanah andisol.
2.5 T. pinophilus
T. pinophilus adalah genus fungi yang berasal dari ordo Hypomycetes, filum
Askomycota. T.pinophilus memiliki ciri hifa yang bersepta dan membentuk badan spora yang disebut dengan konidium. Konidium berbeda dengan sporangium, karena tidak memiliki selubung pelindung seperti sporangium. Tangkai konidium di sebut dengan konidiofor, dan spora yang di hasilkannya
12
konidia. Konidium memiliki cabang – cabang yang di sebut phialides yang merupakan tempat pembentukan dan pematangan spora disebut strigma. (Siregar, 2014) Beberapa jenis jamur tanah mampu menguraikan batuan Posfat menjadi senyawa Posfat organik yang dapat diserap tanaman. Keberadaan senyawa Posfat organik di dalam tanah akan meningkatkan kesuburan tanah. Pradhan dan Sukla (2005) dalam Subowo (2015) melaporkan bahwa jamur Aspergillus sp. dan Penicillium sp. dapat melarutkan senyawa Posfat. T. pinophilus termasuk ke dalam golongan jamur pelarut fosfat. Jamur pelarut fosfat dapat digunakan sebagai pupuk hayati atau biofertilizer yang merupakan hasil dari rekayasa bioteknologi di bidang ilmu tanah. T. pinophilus mempunyai kemampuan melarutkan senyawa-senyawa fosfat yang sukar larut menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman dengan cara menghasilkan asam-asam organik sehingga ketersediaan P menjadi lebih cepat. (Artha, 2013).
Menurut Alexander (1930) dalam Purwantisari (2009) T. pinophilus Mucor sp. dan Trichoderma sp. adalah jamur saprofit yang paling umum dijumpai dalam tanah T. pinophilus dan Trichoderma sp dapat melindungi tanaman terhadap patogen tanaman dan meningkatkan pertumbuhan tanaman yang dimasukkan sebagai jamur pemacu pertumbuhan tanaman.
Berdasarkan penelitian Sembiring (2015) dilihat dari pengamatan P -tersedia perlakuan jamur pelarut fosfat (T. pinophilus) menunjukan bahwa dengan aplikasi jamur pelarut fosfat dapat meningkatkan P - tersedia bila dibanding dengan tanpa aplikasi, peningkatan P tersedia sebesar 56 %. Perlakuan jamur pelarut fosfat tidak berpengaruh nyata terhadap serapan p tanaman, tetapi dengan aplikasi jamur pelarut fosfat dapat meningkatkan serapan P tanaman. Pada parameter produksi tanaman perlakuan (T.pinophilus) lebih tinggi bila dibanding dengan perlakuan yang lainnya makamengalami peningkatan 28.89 % lebih tinggi bila dibandingkan dengan kontrol.
13
Menurut penelitian sembiring, 2018. Perlakuan T. Phinophilus (P2) dengan dosis 40 ML dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman, lilit batang, jumlah daun, berat kering akar, dan kadar hara P sebesar 5,46%.
2.6 Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)
Janjang /tandan kosong merupakan limbah padat dengan volume terbesar dalam material ballance pengolahan TBS selain cangkang dan fibre. Janjang /tandan kosong (emoty bunch) dihasilkan dari proses perontokan buah (threshing) setelah peroses perebusan buah (sterilizing ).
1. Proses sterilisasi buah (sterilizing) adalah proses rebusan atau sterilisasi yang dilakukan dalam bejana besar dengan menggunakan injeksi uap (tekanan uap 2.5 – 3.0 atm) dngan lama rebusan kurang lebih 90 – 100 menit pada temperature 135 – 1400 C. Dalam proses ini dapat terjadi kehilangan minyak akibat sebagian minyak tercampur dengan air kondensat dan terserap tandan kosong. Kehilangan minyak ini dapat juga dipengaruhi oleh kualitas TBS yang diolah seperti, buah terlalu matang, memar dan buah busuk.
2. Proses sterilisasi ini berguna untuk.
3. Menghancurkan enzim lipolitik ( katalisator) pengurai minyak menjadi asam lemak bebas dan gliserine.
4. Mempermudah lepasnya buah dari tangkai tandan/janjang. 5. Melunakkan daging buah sehingga mempermudah
6. Memudahkan pemisahan cangkang dengan intinya
7. Dapat mengendapkan zat lender (bahan protein) yang bersifat emulsi sehingga mempermudah terpisahnya minyak dan air.
Proses perontokan buah (threshing) adalah proses pelepas buah dari tandan dengan mesin perontok buah berupa bejana silinder (berputar 25-35 rpm). Pada proses ini kehilangan minyak masih mungkin terjadi karena buah terbanting dalam mesin perontok buah dan mengeluarkan minyak yang dapat diserap oleh tandan kosong. Buah yang lepas diangkut ke stasiun penggilingan
14
(digester) melalui fruit elevator. Sedangkan tandan kosong dipisahkan menggunakan coveyor berjalan ke tempat penumpukan limbah tandan/ janjang kosong.
Proses tersebut sangat membantu proses degradasi limbah karena limbah dalam kondisi lunak dan kandungan minyak relatif sedikit. Limbah tandan / janjang kosong yang bersifat organic mempunyai kandungan unsur Nitrogen 1.5%, Phosfat 0.5%, Kalium 7.3% dan Magnesium 0.9% yang dapat digunakan sebagai subsitusi pupuk pada tanaman kelapa sawit.
Limbah pasca panen merupakan sumber utama bahan organic bagi tanaman yang dapat mengalami proses dekomposisi menjadi humus oleh proses humifikasi.
Dari karakteristik tersebut potensi limbah tandan/janjang kosong sebagai pupuk sangat besar. Terdapat beberapa keuntungan penggunaan limbah tandan/janjang kosong sebagai subsitusi pupuk pada lahan perkebunan kelapa sawit (Land Application) yaitu : mengurangi biaya pengolahan limbah, menghemat penggunaan pupuk, mencegah terjadinya pencemaran lingkungan, meningkatkan produktivitas dan penghematan biaya produksi.
Menurut Penelitian Amat Fauzi dan Fifi Puspita, 2017 Pemberian kompos TKKS dengan dosis 750 g/tanaman dan pupuk P 4,5 g/tanaman menghasilkan tinggi tanaman, volume akar, berat kering bibit, dan luas daun yang tertinggi dibandingkan perlakuan yang lainnya. Pemberian kompos TKKS dengan dosis 750 g/tanaman dan pupuk P 1,5 g/tanaman menghasilkan jumlah daun, rasio tajuk akar cenderung tinggi di bandingkan perlakuan lainnya.
Menurut Haikal Hanif Nasution,dkk ,2014 penggunaan kompos TKKS sebagai campuran media tanam berperan dalam hal ketersediaan air, karena ketersedian air tersebut maka kompos TKKS dapat menjadi penyangga bagi
15
ketersediaan air. Tanah yang mengandung banyak bahan organik dapat menyimpan lebih banyak air sehingga kelembapan tanah akan terjaga sehingga pertumbuhan bibit menjadi lebih baik dibandingkan media campuran dengan media tunggal.
2.7 Pupuk kandang Kambing
Pupuk ini tergolong pupuk panas. kandungan N-nya tinggi, dan kadar airnya rendah. Oleh karena itu proses pelapukanya berjalan cepat, sehingga menghasilkan 800 – 1100 kg pupuk segar atau 600 – 900 kg pupuk masak pertahun (Setyamidjaja,1986).
Pupuk kandang kambing terdiri dari 67% bahan padat (faeces) dan 33% bahan cair (urine). Sebagai pupuk kandang komposisi unsur haranya 0,95% N, 0,35% P2O5, dan 1,00% K2O. Terrnyata bahwa kadar N pupuk kambing cukup tinggi, kadar airnya lebih rendah dari kadar pupuk sapi.
Keadaan demikian merangsang jasad renik melakukan perubahan-perubahan aktif, sehingga perubahan berlangsung dengan cepat. Pada perubahan-perubahan ini berlangsung pula pembentukan panas, sehingga pupuk kambing dapat dicirikan sebagai pupuk panas. Pemakaian atau pembenaman pupuk ini dalam tanah sebaiknya dilakukan 1 atau 2 minggu sebelum masa tanam (Sutedjo, 2008).
Menurut Marsono dan Sigit (2001), bahwa pupuk kandang adalah campuran antara kotoran hewan dengan sisa makanan dan alas tidur hewan. Campuran ini mengalami pembusukan sehingga tidak berbentuk.
Menurut Penelitian Rusmita, 2011. pupuk kandang kambing bibit kakao berpengaruh pada tinggi tanam dapat meningkatkan pertumbuhan bibit tanaman kakao.
16 2.8 Abu Janjang
Abu Janjang merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan sebagai pupuk kalium karena kandungan K2O yang cukup tinggi (Paimin,1994). Berdasarkan analisis sampel unsur hara yang terkandung dalam AJKS antara lain K2O sebesar 35-47%, P2O 3,5%; MgO 6-9,5%; CaO 4-6% serta unsur hara mikro lainnya (Pahan,2007).
Menurut penelitian Nursamsul Kustiawan, 2014 bahwa pemberian abu janjang kelapa sawit secara tunggal memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman, umur bebunga, umur panen, jumlah polong pertanaman, persentase polong poilong bernas per tanaman, berat biji kering per tanaman dan berat per 100 biji, dengan perlakuan terbaik terdapat pada pemberian abu janjang kelapa sawit 1200 g/plot (A2).