• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

LANDASAN TEORI

2.1 Antarmuka Pengguna (User Interface)

Piranti lunak X-One dikembangkan dengan teknologi antarmuka grafis (graphical user interface) yang jelas memiliki banyak kelebihan dibandingkan teknologi antaramuka berbasis karakter (character-based interface). Adapun karakteristik dari teknologi graphical user interface adalah sebagai berikut (Sommervile, 2000):

Windows: sejumlah windows dapat ditampilkan secara simultan di layar untuk menampilkan berbagai informasi yang berbeda kepada pengguna. •

Icons: Informasi yang ingin disampaikan kepada pengguna dapat dilambangkan dengan berbagai icons. Sebuah icon dapat melambangkan sebuah file atau dapat melambangkan sebuah proses.

Menus: perintah (command) lebih banyak diberikan dengan memilih dari menu, ketimbang mengetik perintah dalam bentuk command languange. Pointing: sebuah alat penunjuk seperti mouse digunakan untuk memilih menu atau untuk memilih object of interest lainnya.

Graphics: elemen grafis dapat ditampilkan bersamaan dengan teks.

(2)

Keuntungan dari menggunakan teknologi graphical user interface (Sommerville, 2000) adalah sebagai berikut:

Relatif mudah untuk dipelajari dan digunakan. Pengguna yang belum pernah menggunakan komputer dapat belajar menggunakan interface semacam ini setelah diberi pelatihan singkat.

Adanya multiple screens/windows yang memudahkan pengguna dalam berinteraksi dengan sistem. Informasi dapat ditampilkan pada beberapa windows, sehingga pengguna berpindah dari satu task ke task lain, tanpa kehilangan informasi dari task pertama.

Interaksi yang cepat dan full screen dimungkinkan dengan akses yang langsung pada layar.

Perancangan user interface yang baik adalah sangat berpengaruh (critical) terhadap keberhasilan sistem. Sebuah interface yang sulit digunakan, akan menimbulkan banyak kesalahan yang diperbuat pengguna. Bahkan pengguna mungkin akan menolak menggunakan sistem, meskipun sistem tersebut sangat berguna. Jika informasi disajikan dalam bentuk yang membingungkan atau menyesatkan, akan menimbulkan kesalahpahaman pada pengguna.

Berikut adalah beberapa prinsip yang dapat digunakan dalam perancangan user interface (Sommerville, 2000):

User familiarity: Istilah dan konsep yang digunakan dalam interface seharusnya mengacu pada pengalaman dari orang yang akan paling banyak menggunakan sistem.

(3)

• • • • • •

Consistency: Sejauh mungkin, interface haruslah konsisten. Proses atau task yang mirip (comparable), seharusnya memiliki pola yang sama.

Minimal surprise: User tidak seharusnya merasa heran (surprise) dengan kelakuan dari sistem yang digunakan.

Recoverability: Pada interface sebaiknya terdapat mekanisme yang memungkinkan pengguna memperbaiki kesalahan (error).

User guidance: Jika terjadi kesalahan, interface seharusnya memberikan feed-back dan menyediakan fasilitas bantuan yang sesuai dengan konteksnya. User diversity: Seharusnya tersedia interface dalam berbagai bentuk interaksi yang tepat untuk setiap tingkatan pengunanya.

2.2 Kualitas Piranti Lunak

Menurut Dunn (Indrajit, 2001), yang dimaksud dengan kualitas piranti lunak adalah pemenuhan terhadap kebutuhan fungsional dan kinerja yang didokumentasikan secara eksplisit, pengembangan standar yang didokumentasikan secara eksplisit, dan sifat-sifat implisit yang diharapkan dari sebuah piranti lunak yang dibangun secara profesional. Berdasarkan definisi tersebut terlihat bahwa sebuah piranti lunak dikatakan berkualitas jika memenuhi tiga ketentuan pokok sebagai berikut:

Memenuhi kebutuhan pengguna: jika sebuah piranti lunak tidak memenuhi kebutuhan pengguna, maka piranti lunak tersebut dikatakan tidak atau kurang berkualitas.

(4)

Memenuhi standar pengembangan piranti lunak: jika pengembangan piranti lunak tersebut tidak mengikuti metodologi standar, hampir dapat dipastikan bahwa kualitas yang baik akan sulit atau tidak akan tercapai.

Memenuhi sejumlah kriteria implisit: jika salah satu kriteria implisit tidak dapat dipenuhi, maka piranti lunak tersebut tidak dapat dikatakan memiliki kualitas yang baik.

Menurut McCall (Indrajit, 2001), faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas piranti lunak dapat dikelompokkan dalam tiga aspek penting, yaitu yang berhubungan dengan:

Sifat-sifat operasional dari piranti lunak (product operations): sifat-sifat ini berkaitan dengan hal-hal yang harus diperhatikan oleh perancang dan pengembang yang secara teknis melakukan penciptaan sebuah aplikasi. Hal-hal yang diukur di sini adalah yang berkaitan dengan teknis analisis, perancangan dan konstruksi sebuah piranti lunak. Faktor-faktor yang berhubungan dengan sifat-sifat operasional piranti lunak adalah:

1. Correctness: sejauh mana suatu piranti lunak memenuhi spesifikasi dan mission objective dari pengguna.

2. Reliability: sejauh mana suatu piranti lunak dapat diharapkan melaksanakan fungsinya dengan ketelitian yang diperlukan.

3. Efficiency: banyaknya sumber daya komputasi dan kode program yang diperlukan suatu piranti lunak untuk melaksanakan fungsinya.

(5)

4. Integrity: sejauh mana akses ke piranti lunak dan data oleh pihak yang tidak berhak dapat dikendalikan.

5. Usability: usaha yang diperlukan untuk mempelajari, mengoperasikan, menyiapkan input, dan mengartikan output dari piranti lunak.

Kemampuan piranti lunak dalam menjalani perubahan (product revision): setelah piranti lunak berhasil dikembangkan dan diimplementasikan, akan terdapat berbagai hal yang perlu diperbaiki berdasarkan hasil uji coba maupun evaluasi. Sebuah piranti lunak yang dirancang dan dikembangkan dengan baik, jika diperlukan akan dengan mudah dapat direvisi. Seberapa jauh piranti lunak tersebut dapat diperbaiki merupakan faktor yang harus diperhatikan. Faktor-faktor yang berkaitan dengan kemampuan piranti lunak untuk menjalani perubahan adalah:

1. Maintainability: usaha yang diperlukan untuk menemukan dan memperbaiki kesalahan dalam piranti lunak.

2. Flexibility: usaha yang diperlukan untuk melakukan modifikasi terhadap piranti lunak yang operasional.

3. Testability: usaha yang diperlukan untuk menguji suatu piranti lunak untuk memastikan apakah melakukan fungsi yang dikehendaki atau tidak.

Daya adaptasi piranti lunak terhadap lingkungan baru (product transition): bagaimana sebuah piranti lunak dapat dijalankan pada beberapa platform

(6)

atau kerangka sistem yang beragam. Faktor-faktor yang berkaitan dengan kemampuan adaptasi piranti lunak terhadap lingkungan baru adalah:

1. Portability: usaha yang diperlukan untuk memindahkan piranti lunak dari suatu perangkat keras dan atau sistem piranti lunak tertentu ke suatu perangkat keras dan atau sistem piranti lunak lainnya.

2. Reusability: sejauh mana suatu piranti lunak (atau bagiannya) dapat dipergunakan ulang pada aplikasi lainnya.

3. Interoperability: usaha yang diperlukan untuk menghubungkan sebuah piranti lunak dengan piranti lunak lainnya.

2.3 Metrik Pengukuran Kualitas Piranti Lunak

Akan tetapi tetap amat sulit untuk mengukur kualitas piranti lunak berdasarkan faktor-faktor tersebut di atas. Karena itu sebuah teknik diusulkan untuk mengukur kualitas piranti lunak berdasarkan hubungan sebagai berikut (Pressman, 1994):

Fq = c1 * m1 + c2 * m2 + c3 * m3 + … + cn * mn Fq adalah faktor kualitas piranti lunak

cn adalah bobot yang bergantung pada produk dan kepentingan

mn adalah metrik yang mempengaruhi faktor kualitas piranti lunak

Ada pun metrik yang digunakan dalam skema pengukuran tersebut di atas adalah sebagai berikut:

Auditability: kemudahan untuk memeriksa apakah piranti lunak memenuhi standar atau tidak.

(7)

• • • • • • • • • • • • •

Communication commonality: sejauh mana standard interface, protocol dan bandwidth digunakan.

Completeness: sejauh mana implementasi penuh dari fungsi-fungsi yang diperlukan sudah tercapai

Conciseness: keringkasan program dalam ukuran line of code.

Consistency: derajat penggunaan teknik-teknik perancangan dan dokumentasi yang seragam pada keseluruhan projek pengembangan piranti lunak.

Data commonality: derajat penggunaan tipe data dan struktur data baku pada seluruh program.

Error tolerance: kerusakan yang terjadi saat program mengalami kesalahan. Execution efficiency: kinerja run-time dari program.

Expandability: sejauh mana perancangan prosedur, data atau arsitektur dapat diperluas.

Generality: luasnya kemungkinan aplikasi dari komponen-komponen program.

Hardware independence: sejauh mana piranti lunak tidak bergantung pada kekhususan perangkat keras tertentu untuk mengoperasikannya.

Instrumentation: sejauh mana program memonitor operasi dirinya sendiri dan mengidentifikasi kesalahan yang terjadi.

Modularity: functional independence dari berbagai komponen program Operability: kemudahan mengoperasikan program.

(8)

• • • • • • •

Security: ketersediaan mekanisme untuk mengontrol dan melindungi program dan data terhadap akses dari pihak yang tidak berhak.

Self documentation: sejauh mana source code memberikan dokumentasi yang berarti.

Simplicity: kemudahan suatu program untuk dimengerti tanpa kesulitan. Traceability: kemudahan merujuk balik implementasi atau komponen program ke kebutuhan pengguna.

Training: sejauh mana piranti lunak membantu pemakai baru mampu menggunakan sistem.

2.4 Evaluasi Pasca Implementasi

Setelah sebuah sistem atau piranti lunak diimplementasikan beberapa waktu, perlu dilakukan evaluasi terhadap efektivitas dari sistem tersebut. Kegunaan dari evaluasi tersebut adalah (Weber, 1999) :

Menentukan apakah sistem tersebut memenuhi tujuan yang telah ditetapkan atau dengan kata lain menentukan apakah sistem tersebut dihentikan atau dilanjutkan. Seandainya dilanjutkan, perubahan apakah yang diperlukan supaya dapat lebih mencapai tujuan.

Menentukan apakah metode yang dipakai dalam merancang dan mengimplementasikan sistem sudah tepat serta menentukan adakah standar pengembangan sistem yang perlu diubah untuk meningkatkan kinerja dan kualitas sistem.

(9)

Adapun langkah-langkah yang perlu dijalankan dalam melakukan evaluasi terhadap efektivitas sistem adalah sebagai berikut (Weber, 1999):

1. Melakukan identifikasi terhadap tujuan sistem. 2. Memilih ukuran yang akan digunakan.

3. Melakukan identifikasi terhadap sumber data evaluasi. 4. Mengumpulkan data dari masa pra implementasi. 5. Mengumpulkan data dari masa pasca implementasi. 6. Mengkaji hasil implementasi sistem

Terdapat banyak faktor yang perlu diperiksa di dalam melakukan evaluasi pasca implementasi dari sebuah sistem, antara lain (Romney, 2000):

• • • • • •

Tujuan dan sasaran (goals and objective): Apakah sistem tersebut membantu organisasi dalam mencapai tujuan, sasaran dan keseluruhan misinya?

Kepuasan (satisfaction): Apakah pengguna puas dengan sistem tersebut? Bagian manakah dari sistem tersebut yang perlu diubah atau diperbaiki? Keuntungan (benefits): Apakah pengguna mendapatkan keuntungan dari penggunaan sistem tersebut? Apakah keuntungan yang diharapkan tercapai? Biaya (costs): Apakah biaya yang dikeluarkan sesuai dengan anggaran? Keandalan (reliability): Apakah sistem tersebut dapat diandalkan? Jika sistem tersebut pernah gagal (failed), apakah yang menjadi penyebabnya? Keakuratan (accuracy): Apakah sistem tersebut menghasilkan data yang akurat dan lengkap?

(10)

• • • • • • • •

Tepat waktu (timeliness): Apakah sistem tersebut menghasilkan informasi sesuai dengan kebutuhan tepat pada waktunya?

Kecocokan (compatibility): Apakah perangkat keras, piranti lunak, data dan prosedur yang digunakan dalam sistem tersebut cocok dengan sistem lama? Pengendalian, pengawasan dan keamanan (controls and security): Apakah sistem tersebut dapat mencegah kesalahan yang tidak disengaja, penipuan, kecurangan, dan akses dari mereka yang tidak berhak?

Penanganan kesalahan (errors): Apakah terdapat prosedur yang memadai untuk menangani kesalahan?

Pelatihan (training): Apakah pengguna dan petugas pendukung yang ada sudah menerima pelatihan yang memadai untuk menggunakan sistem tersebut?

Komunikasi (communications): Apakah sistem komunikasi yang ada memadai?

Perubahan organisasi (organization changes): Apakah perubahan dalam organisasi yang dibawa oleh sistem tersebut menguntungkan atau merugikan? Jika merugikan, bagaimanakah pemecahannya?

Dokumentasi (documentation): Apakah dokumentasi dari sistem tersebut lengkap dan akurat?

(11)

2.5 Kepuasan Pengguna (User Satisfaction)

Misi dari penelitian dalam bidang sistem informasi (IS research) menurut Keen (Seddon & Yip, 1992) didefinisikan sebagai: to study the effective design, delivery, use and impact of information technologies in organizations and society. Kata kunci dari definisi tersebut adalah effective, sehingga secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa penelitian dalam sistem informasi membutuhkan pengukuran akan efektivitas sistem informasi (IS effectiveness).

Akan tetapi pengukuran efektivitas sistem informasi telah terbukti sangat sulit, bahkan Davis (1989) mengatakan hal pengukuran tersebut sebagai masalah yang selalu muncul (haunting problems) dalam pengelolaan sistem informasi. Karena kualitas atau efektivitas sangat sukar untuk diukur secara langsung, maka banyak peneliti telah beralih kepada pengukuran secara tidak langsung seperti menggunakan kepuasan pengguna. (Seddon & Yip, 1992).

Kepuasan pengguna dapat didefinisikan sebagai suatu tingkat perasaan seorang pengguna sebagai hasil perbandingan antara harapan (expectations) pengguna tersebut akan sebuah produk dengan hasil nyata (outcome/performance) yang diperoleh si pengguna dari produk tersebut. (Kotler, 1994). Jika hasil yang diperoleh berada di bawah harapan, maka pengguna akan merasa tidak puas (dissatisfied). Jika hasil tersebut berada setingkat dengan harapan, pengguna akan puas (satisfied) dengan produk tersebut. Dan seandainya hasil yang diperoleh melebihi harapan, tentu saja pengguna akan merasa sangat puas (highly satisfied).

(12)

Di dalam kaitannya dengan sistem informasi, kepuasan dapat juga dirumuskan sebagai hasil dari perbandingan antara kebutuhan (needs) pengguna terhadap kemampuan (capability) dan kinerja (performance) berbagai segi (facets) dari sebuah sistem informasi. Rumusan tersebut merupakan pendekatan yang utuh terhadap efektivitas sistem karena lebih menekankan kepada fungsi sistem informasi secara keseluruhan ketimbang masing-masing sistem secara individual (Remenyi, 1995).

2.6 Pengukuran Kepuasan Pengguna

Dalam buku Effective Measurement and Management of IT Costs and Benefits (Remenyi, 1995), dikutip dua buah model untuk mengukur kepuasan pengguna, yaitu model yang disusun oleh Kim serta model yang dirumuskan oleh Miller dan Doyle. Model Kim merumuskan kepuasan pengguna dipengaruhi oleh kesenjangan antara harapan penggunaan sebelum implementasi (pre-implementation expectations) dan pengalaman pengguna dalam mengunakan sistem (post implementation experience), serta dipengaruhi oleh berbagai faktor dalam organisasi (organizational factors).

Secara formal, model Kim dapat dirumuskan sebagai berikut: UIS = f(Gap1, Gap2, Gap3, Organizational Factors)

Gap1 adalah perbedaan antara kebutuhan/harapan pengguna sistem informasi dengan penafsiran perancang sistem terhadap harapan pengguna. Gap2 adalah perbedaan antara penafsiran perancang sistem akan kebutuhan/harapan pengguna sistem informasi dengan kualitas dari sistem yang diimplementasikan. Gap3 adalah

(13)

perbedaan antara kualitas dari sistem yang diimplementasikan dengan pengalaman pengguna saat menjalankan sistem.

Berbagai faktor dalam organisasi mempengaruhi ketiga macam kesenjangan/perbedaan di atas. Gap1 misalnya dipengaruhi oleh keterlibatan pengguna pada tahap perancangan sistem. Dukungan dari manajemen yang dapat ditunjukkan dengan penyediaan sumber daya yang cukup akan mempengaruhi Gap2. Sedangkan pelatihan pengguna yang tepat akan berpengaruh positif terhadap Gap3.

Sedangkan model Miller-Doyle mencoba merumuskan kepuasan pengguna dengan berusaha mengidentifasi kebutuhan pengguna melalui derajat kepentingan yang ditentukan pengguna pada berbagai faktor dari sistem informasi. Selain itu model tersebut juga berusaha menilai kemampuan dan kinerja sistem informasi di mata penggunanya.

Banyak penelitian dilakukan untuk menemukan cara mengukur tingkat kepuasan pengguna. Davis misalnya mengusulkan hubungan antara perceived usefulness dan perceived ease of use dengan penerimaan pengguna terhadap teknologi informasi yang dalam penelitiannya diwakili oleh beberapa piranti lunak. Sebuah piranti lunak yang berkualitas baik akan dirasakan bermanfaat oleh penggunanya sehingga pengguna tersebut dapat menyelesaikan pekerjaan dengan lebih efektif. Selain itu pengguna merasakan bahwa piranti lunak tersebut mudah digunakan (Davis, 1989).

Peneliti lainnya (Chin dan Lee) berusaha merumuskan berbagai faktor yang mempengaruhi kepuasan pengguna (end-user computing satisfaction) dengan menggunakan pendapat dari Doll dan Torkzadeh (Chin, 1988). Secara umum, faktor-faktor yang diusulkan adalah sebagai berikut:

(14)

• • • • • •

Content: apakah informasi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Accuracy: apakah informasi yang dihasilkan adalah benar, akurat dan dapat dipercaya.

Format: apakah informasi disajikan dalam bentuk yang baik dan jelas?

Ease of use: apakah pengguna dapat dengan mudah menggunakan dan mengoperasikan sistem sesuai kebutuhan.

Timeliness: apakah sistem menyajikan informasi terkini (up to date) pada waktunya sesuai kebutuhan.

System speed: apakah kecepatan proses sistem sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Dalam penelitian tersebut, Chin dan Lee tidak hanya membandingkan harapan pengguna sebelum menggunakan sistem (prior expectations) dengan persepsi pengguna setelah menggunakan sistem (post hoc perceptions). Tetapi mereka juga membandingkan antara keinginan pengguna sebelum menggunakan sistem (prior desires) dengan persepsi pengguna setelah menggunakan sistem tersebut.

DeLone dan McLean (1992) melakukan pengkajian menyeluruh terhadap berbagai faktor untuk mengukur keberhasilan sebuah sistem informasi. Mereka menemukan saling keterkaitan di antara enam faktor, yaitu: kualitas informasi (information quality), kualitas sistem (system quality), penggunaan (use), kepuasan pengguna (user satisfaction), pengaruh pada individu (individual impact) serta pengaruh pada organisasi (organizational impact) seperti pada gambar 2.1a berikut.

(15)

Use Individual Impact Information Quality User Satisfaction System Quality Organizational Impact

Gambar 2.1b: Path Model that seems to be implied by DeLone and McLean’s Model

System Quality User Satisfaction Information Quality Individual Impact Use Organizational Impact

Gambar 2.1a: DeLone and McLean's Model of IS Success (DeLone and McLean (1992), Figure 2, p.87)

Gambar2.1. Model Kepuasan Pengguna DeLone & McLean (Seddon & Kiew, 1996)

Seddon dan Kiew (1996) mencoba menggambarkan ulang model DeLone dan McLean tersebut dalam suatu path model (gambar 2.1b) yang menunjukkan hubungan yang lebih jelas. Setelah melakukan pengujian sebagian terhadap model tersebut, mereka menyetujui adanya pengaruh dari information quality, system quality, usefulness terhadap kepuasan pengguna.

(16)

Model yang digunakan Seddon dan Kiew adalah seperti terlihat pada gambar 2.2 berikut ini.

Importance of the system

System Quality Usefulness

User Satisfaction Information

Quality

Gambar 2.2: Model Kepuasan Pengguna Seddon & Kiew (Seddon & Kiew, 1996)

Menurut Seddon dan Kiew, jika faktor usefulness digunakan untuk mengukur kepuasan, maka kita perlu memperhatikan faktor tingkat kepentingan dari sistem bagi pengguna. Faktor information quality berhubungan dengan hal-hal seperti timeliness, accuracy, relevance dan format dari informasi yang disajikan oleh sebuah sistem informasi. System quality meliputi hal-hal seperti ada tidaknya bugs dalam sistem, konsistensi dari user interface, response rate pada sistem interaktif, dokumentasi, dan terkadang kualitas dari source code serta maintanability dari source code tersebut (Seddon & Kiew, 1996).

(17)

2.7 Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Validitas dan reliabilitas instrumen penelitian (dalam penelitian ini adalah kuesioner) adalah suatu hal yang berbeda dengan validitas dan reliabilitas hasil penelitian.

Hasil penelitian adalah valid jika terdapat kesamaan antara data yang terkumpul melalui instrumen dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Hasil penelitian adalah reliabel jika terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda.

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data adalah valid. Atau dengan kata lain, instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2002).

Uji validitas dari sebuah variabel instrumen dapat dilakukan dengan menghitung nilai r (corrected item-total correlation pada SPSS) dari masing-masing butir dari variabel tersebut. Sebuah butir dikatakan valid apabila mempunyai nilai r > 0,3. Jika terdapat butir yang tidak memenuhi kriteria tersebut maka butir tersebut dibuang atau diperbaiki. Selanjutnya proses diulang sampai semua butir dari sebuah variabel adalah valid dengan nilai r > 0,3 (Sugiyono, 2002).

Uji reliabilitas dari sebuah variabel instrumen yang memakai skala Likert dapat dilakukan dengan menghitung nilai α Cronbach (alpha pada SPSS). Sebuah variabel dikatakan reliabel jika memiki nilai α Cronbach > 0,8 (Usman, 1995) .

(18)

2.8 Regresi Berganda

Analisis variabel berganda (multivariate analysis) merupakan teknik statistik yang telah banyak diterapkan secara luas dalam berbagai penelitian. Teknik ini memusatkan pada struktur hubungan simultan di antara tiga atau lebih fenomena dan mencari jalan keluar yang sangat mudah. Secara umum teknik ini dapat dibagi dua golongan, teknik ketergantungan dan saling ketergantungan.

Regresi berganda merupakan salah satu teknik ketergantungan dalam analisis variabel berganda. Syarat penggunaannya adalah hanya terdapat satu variabel dependen dan lebih dari satu variabel independen dalam permasalahan yang diteliti. Variabel dependen tersebut serta semua variabel independen yang ada haruslah berupa angka (Cooper dan Emory, 1998).

Persamaan umum dari regresi berganda ini adalah sebagai berikut: Y = β0 + β1.X 1 + β2.X 2 + . . . + βk.X k + ε

β0:konstansta, nilai Y pada saat semua variabel X bernilai 0.

βi: kemiringan permukaan regresi atau permukaan respon,

menyatakan koefisien regresi dari variabel XI

ε: variabel kesalahan, berdistribusi normal dengan rata-rata 0. Untuk tujuan perhitungan, ε diasumsikan nol.

.

Untuk menentukan apakah terdapat hubungan linier antara setiap variabel independen Xi dengan variabel dependen Y, dapat dilakukan dengan melakukan uji

(19)

Uji koefisien dilakukan sebagai berikut: H0: βi = 0 H1: βi ≠ 0 (untuk i = 1, 2, . . ., k) t = i i i Sβ β βˆ −

dengan d.f (derajat kebebasan) = n - k - 1

Uji t terhadap masing-masing koefisien regresi βi tersebut dapat dilakukan sekali

jalan dengan menggunakan uji F. Dalam beberapa kasus, ditemukan bahwa hasil uji F lebih dapat dipercaya dibandingkan uji t (Keller, 1994).

Pengujian terhadap kegunaan dari sebuah model regresi berganda dilakukan dengan analysis of variance dengan uji F. Hipotesis yang diuji adalah:

H0: β1 = β2 = . . . = βk = 0

H1: paling tidak, salah satu dari βi tidak sama dengan nol

F = ) 1 /( / ) ( − − − k n SSE k SSE SSy

SSy: variability of dependent variable

SSE: sum of squares for error

Jika H0 tidak ditolak, berarti tidak ada satu pun dari semua variabel independen

X1, X2, . . ., Xk berhubungan secara linier dengan variabel dependen Y. Dengan kata

lain, model tersebut dikatakan tidak berguna sama sekali. Sedangkan jika paling tidak salah satu dari βi tidak sama dengan nol (H0 ditolak), maka model tersebut tersebut

(20)

Untuk menguji apakah sebuah model regresi berganda adalah lebih baik atau tidak dibandingkan model regresi berganda lainnya dapat digunakan nilai dari standard error of estimate dan coefficient of determination.

Jika sebuah model regresi memiliki nilai standard error of estimate yang lebih kecil daripada model regresi lainnya untuk sebuah masalah yang sama, maka model dengan nilai standard error of estimate yang lebih kecil tersebut merupakan suatu model regresi yang lebih baik daripada model regresi yang lain.

sε = 1 − − k n SSE SSE =

(yiyˆi)2 sε :standard error of estimate

SSE: sum of squares for error

Sedangkan nilai coefficient of determination menunjukkan seberapa besar persentase bahwa variabel dependen Y yang dapat dijelaskan oleh kombinasi dari semua variabel independen Xi yang ada. Dengan demikian, jika sebuah model regresi

memiliki nilai coefficient of determination yang lebih besar daripada model regresi lainnya untuk sebuah masalah yang sama, maka model dengan nilai coefficient of determination yang lebih besar tersebut merupakan suatu model regresi yang lebih baik daripada model regresi yang lain.

r2 = (SSy - SSE) / SSx r2 : coefficient of determination

SSy: variability of dependent variable

Gambar

Gambar 2.1b: Path Model that seems to be implied by DeLone and McLean’s Model System Quality User Satisfaction Information Quality Individual Impact Use  Organizational Impact
Gambar 2.2:  Model Kepuasan Pengguna Seddon & Kiew   (Seddon & Kiew, 1996)

Referensi

Dokumen terkait

sistem dan fasilitas latihan yang tersedia e. Jumlah transaksi yang harus diproses f. Proses manajemen bisnis seorang Wirausaha, akan meliputi pengembangan ide dan

Jawab: Kecepatan rata-rata didefinisikan sebagai perpindahan dibagi waktu tempuh.. Mobil kemudian bergerak dengan kecepatan konstan. Jika kecepatan rata-rata mobil itu 20 m/s dan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai nilai estetis kesenian Sintren Retno Asih Budoyo di Desa Sidareja Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap, dapat

dan keluarga, (2) Upaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui sensus, survei, dan pendataan keluarga, dan (3) Data dan informasi kependudukan dan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dipandang perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kepala dinas kehutanan kabupaten Maluku Tengah mengungkapkan bahwa ‘keberadaan HPH lebih menguntungkan pemerintah pusat dari pada pemerintah daerah karena kerusakan ekologis hutan

Pada tabel 5, atas dasar harga berlaku, komponen pengeluaran yang menunjukkan nilai tambah bruto terbesar pada triwulan III tahun 2013 adalah komponen ekspor barang dan jasa sebesar

Pertarungan antara Abdul Gaffur dan Thaib Amayin, beserta para pendukungnya yang merupakan elit lokal, dalam Pilkada Malut 2007-2008, dipenuhi oleh konflik politik, dan terbungkus