• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2013"

Copied!
231
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL KESEHATAN

KABUPATEN JEPARA

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan limpahan-Nya buku Profil Kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2013 telah dapat diterbitkan sebagai salah satu keluaran dari upaya pemantapan dan pengembangan sistem informasi kesehatan dan gambaran hasil berbagai program yang telah dilaksanakan di Kabupaten Jepara. Profil ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk memantau dan mengevaluasi pencapaian Visi Kabupaten Jepara Sehat yang merupakan salah satu modal dasar bagi tercapainya Visi Indonesia Sehat. Profil Kesehatan tahun 2013 ini diterbitkan berdasarkan petunjuk teknis penyusunan profil kesehatan dari Provinsi Jawa Tengah dan kami menyadari bahwa belum semua isinya sesuai dengan yang diharapkan.

Data yang digunakan dalam proses penyusunan buku profil kesehatan tahun 2013 ini bersumber dari berbagai sektor kesehatan maupun diluar sektor kesehatan. Data sebagian besar berasal dari data kesehatan yang ada dalam Puskesmas di Kabupaten Jepara. Agar data yang diperoleh valid, maka data yang berasal dari puskesmas di uji silang dengan data dari pemegang program dan sumber yang lain. Data di tingkat Kabupaten Jepara melibatkan pula lintas sektor diantaranya Badan Pusat Statistik Kabupaten Jepara, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana, Rumah Sakit Pemerintah, Rumah Sakit Swasta maupun Sarana Kesehatan swasta lainnya.

Harapan kami kedepan profil kesehatan Kabupaten Jepara menjadi lebih baik lagi dan lebih bermanfaat. Selanjutnya diharapkan saran dan kritik yang membangun, serta partisipasi dari semua pihak khususnya dalam upaya mendapatkan data atau informasi yang akurat, tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan.

Kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran dan tenaganya dalam penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Jepara kami sampaikan terima kasih.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara

dr. DWI SUSILOWATI, M.Kes NIP. 19610525 198912 2 001

(3)

iii

DAFTAR ISI

Halaman Halaman judul... Kata pengantar... Daftar isi... Daftar tabel... BAB I . PENDAHULUAN... A. Latar Belakang... B. Sistematika Penyajian...

BAB II. GAMBARAN UMUM KABUPATEN JEPARA... A. Keadaan geografis Kabupaten Jepara... 1. Keadaan Geografis dan Administrasi Kabupaten Jepara... 2. Kondisi Topografi... B. Kependudukan... 1. Pertumbuhan Penduduk... 2. Kepadatan Penduduk... 3. Rasio Jenis Kelamin Penduduk... 4. Komposisi Penduduk menurut golongan umur... 5. Angka Beban Tanggungan... C. Keadaan Pendidikan...

BAB III. SITUASI DERAJAT KESEHATAN... A. Angka Kematian...

1. Angka Kematian Bayi (AKB)... 2. Angka Kematian Balita (AKABA)... 3. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)... 4. Angka Kecelakaan Lalu-Lintas... B. Angka Kesakitan...

1. Angka AFP (Acute Flaccid Paralysis)... 2. Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA (+)... 3. Persentase Balita dengan Pneumonia... 4. Prevalensi HIV/AIDS... 5. Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD)... 6. Persentase Balita dengan Diare Ditangani... 7. Angka Kesakitan Malaria... 8. Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat... 9. Jumlah Kasus dan Angka Penyakit yang Dapat Dicegah

Dengan Imunisasi (PD3I)...

i ii iii vii 1 1 2 4 4 4 5 8 8 8 8 8 9 9 11 12 12 13 15 16 17 17 19 22 24 29 33 34 40 43

(4)

iv a. Tetanus Neonatarum...

b. Campak... 10. Penyakit Tidak Menular...

a. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah... 1) Penyakit Jantung Koroner... 2) Hipertensi... 3) Stroke... 4) Dekompensasio Kordis...

b. Diabetes Mellitus... c. Neoplasma... d. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)... e. Asma Bronkial... C. Angka Status Gizi Masyarakat...

1. Persentase Kunjungan Neonatus... 2. Persentase Kunjungan Bayi... 3. Persentase Bayi Berat Badan Lahir Rendah Ditangani... 4. Persentase Balita dengan Gizi Kurang... 5. Persentase Balita dengan Gizi Buruk...

BAB IV. SITUASI UPAYA KESEHATAN... A. Pelayanan Kesehatan Dasar ...

1. Pelayanan Kesehatan Ibu... a. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil... b. Persalinan yang Ditolong oleh Nakes... c. Pelayanan Ibu Nifas... d. Ibu Hamil Mendapatkan Tablet Fe... 2. Pelayanan Kesehatan Anak Balita dan Anak SD atau

setingkat serta Usia Lanjut... a. Pelayanan Kesehatan Anak Balita... b. Pelayanan Kesehatan Siswa SD atau setingkat... c. Pelayanan Kesehatan SD Kelas I sampai dengan Kelas VI.. d. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut... 3. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)... ...

a. Peserta KB Baru... b. Peserta KB Aktif... . 4. Pelayanan Imunisasi... a. Persentase Desa yang Mencapai UCI... b. Cakupan Imunisasi Bayi... c. Drop Out Imunisasi DPT1- Campak... d. WUS Mendapatkan Imunisasi TT... 5. Pelayanan Kesehatan Gigi... a. Rasio Tambal Cabut Gigi Tetap... b. Murid SD/MI Mendapatlan Pemeriksaan dan Perawatan

Gigi dan Mulut... ...

44 45 46 47 47 49 50 51 51 53 54 55 56 57 57 58 59 60 62 62 62 62 63 64 65 66 66 67 67 68 68 68 69 71 71 72 73 74 76 76 76

(5)

v 6. Pelayanan Kesehatan Kerja...

a. Pelayanan Kesehatan Sektor Informal... b. Pelayanan Kesehatan Sektor Formal... 7. Upaya Penyuluhan Kesehatan... B. Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang... 1. Ibu Hamil Risti/Komplikasi Ditangani... 2. Neonatal Risti/Komplikasi Ditangani... 3. Pelayanan Gawat Darurat... C. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan... 1. Cakupan Rawat Jalan... 2. Cakupan Rawat Inap... 3. Pelayanan Kesehatan Jiwa... 4. Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Laboratorium

Kesehatan... D. Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar... 1. Rumah Sehat... 2. Persentase Keluarga menurut Jenis Sarana air bersih yang

Digunakan... ... 3. Persentase Keluarga menurut Sumber Air Minum yang

Digunakan... ... 4. Persentase Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi

Dasar... 5. Persentase Tempat-tempat Umum (TTU)... 6. Persentase Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya... 7. Persentase Rumah/Bangunan Bebas Jentik Nyamuk Aedes... E. Perbaikan Gizi Masyarakat...

1. Pemantauan Pertumbuhan Balita... a. Partisipasi Masyarakat dalam Penimbangan... b. Balita yang Naik Berat Badannya... c. Balita Bawah Garis Merah (BGM)... 2. Pelayanan Gizi...

a. Bayi dan Balita Mendapatkan Kapsul Vitamin A... b. Ibu Nifas Mendapatkan Kapsul Vitamin A... c. Ibu Hamil Mendapatkan 90 Tablet Fe... d. Balita Gizi Buruk Mendapatkan Perawatan... F. Perilaku Hidup Masyarakat...

1. Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat... 2. Persentase Posyandu Aktif...

a. Posyandu Purnama... b. Posyandu Mandiri... 3. Bayi yang Mendapatkan ASI Eksklusif... 4. Desa dengan Garam Beryodium yang Baik... G. Pelayanan Kesehatan dalam Situasi Kejadian Luar Biasa...

77 77 78 78 78 78 79 80 81 81 81 81 82 82 83 84 85 86 87 87 88 89 89 89 90 91 91 92 93 95 96 96 96 97 98 98 99 100 102

(6)

vi BAB. V. SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN... ...

A. Sarana Kesehatan... 1. Data Dasar Puskesmas... 2. Indikator Pelayanan Rumah Sakit...

a. Pemakaian Tempat Tidur/Bed Occupation Rate (BOR)... b. Rata-rata Lama Rawat Seorang Pasien/Average Length

of Stay (ALOS)... c. Rata-rata Tempat Tidur Tidak Ditempati/Turn of Interval (TOI)... d. Angka Kematian Penderita Yang Dirawat <48 Jam/Net Death Rate (NDR)... e. Angka Kematian Umum Penderita Yang Dirawat di

RS/Gross Death Rate (GDR)…... 3. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan menurut

Kepemilikan/Pengelola... B. Tenaga Kesehatan...

1. Persebaran Tenaga Kesehatan... 2. Rasio Tenaga Kesehatan per 100.000...

a. Rasio Tenaga Dokter Spesialis... b. Rasio Tenaga Dokter Umum... c. Rasio Tenaga Dokter Gigi... d. Rasio Tenaga Kefarmasian... e. Rasio Tenaga Keperawatan... f. Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat... g. Rasio Tenaga Gizi... h. Rasio Tenaga Bidan... i. Rasio Tenaga Sanitasi... j. Rasio Tenaga Teknisi Medis... C. Pembiayaan Kesehatan... ..

1. Persentase Anggaran dalam APBD Kabupaten/Kota... 2. Pembiayaan Kesehatan untuk Pelayanan Kesehatan

Perorangan ... a. Cakupan Penduduk yang Menjadi Peserta Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar... 104 104 104 104 105 106 107 107 108 109 110 110 111 111 111 112 113 114 115 116 116 117 117 118 118 119 119

(7)

vii

DAFTAR TABEL

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2013

TABEL. 1 Luas wilayah, jumlah desa/kelurahan, jumlah penduduk, jumlah rumah

tangga, dan kepadatan penduduk menurut kecamatan Kabupaten Jepara tahun 2013.

TABEL 2 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin, kelompok umur, rasio beban tanggungan, rasio jenis kelamin, dan kecamatan Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 3 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 4 Persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang melek huruf menurut jenis kelamin dan kecamatan Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 5 Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan berusia 10 tahun keatas menurut tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan kecamatan Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 6 Jumlah kelahiran menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 7 Jumlah kematian bayi dan balita menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 8 Jumlah kematian ibu menurut kelompok umur, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 9 Jumlah kasus AFP (non polio) dan AFP rate (non polio) menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 10 Jumlah kasus baru TB paru dan kematian akibat TB paru menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 11 Jumlah kasus dan angka penemuan kasus TB paru BTA + menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 12 Jumlah kasus dan kesembuhan TB paru BTA + menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 13 Penemuan kasus pneumonia balita menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013

(8)

viii TABEL 14 Jumlah kasus baru HIV, AIDS, dan infeksi menular seksual lainnya menurut

jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 TABEL 15 Persentase donor darah diskrining terhadap HIV menurut jenis kelamin

Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 16 Kasus diare yang ditangani menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013.

TABEL 17 Jumlah kasus baru kusta menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 18 Kasus baru kusta 0-14 tahun dan cacat tingkat 2 menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 19 Jumlah kasus dan angka prevalensi penyakit kusta menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 20 Persentase penderita kusta selesai berobat menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 21 Jumlah kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 TABEL 22 Jumlah kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) menurut

jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 TABEL 23 Jumlah kasus DBD menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas

Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 24 Kesakitan dan kematian akibat malaria menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 25 Penderita filariasis ditangani menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 26 Bayi berat badan lahir rendah menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 27 Status gizi balita menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 28 Cakupan kunjungan ibu hamil, persalinan ditolong tenaga kesehatan, dan pelayanan kesehatan ibu nifas menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 29 Persentase cakupan imunisasi TT pada ibu hamil menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013

(9)

ix TABEL 30 Jumlah ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe 1 dan Fe 3 Kabupaten Jepara

tahun 2013

TABEL 31 Jumlah dan persentase ibu hamil dan neonatal risiko tinggi/komplikasi ditangani menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 32 Cakupan pemberian vitamin A pada bayi, anak balita, dan ibu nifas menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 TABEL 33 Proporsi peserta KB aktif menurut jenis kontrasepsi, kecamatan, dan

puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 34 Proporsi peserta KB baru menurut jenis kontrasepsi, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 35 Jumlah peserta KB baru dan KB aktif menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 36 Cakupan kunjungan neonatus menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 37 Cakupan kunjungan bayi menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 38 Cakupan desa/kelurahan UCI menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 39 Cakupan imunisasi DPT, HB, dan campak pada bayi menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 40 Cakupan imunisasi BCG dan polio pada bayi menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 41 Jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 42 Pemberian makanan pendamping ASI anak usia 6-23 bulan keluarga miskin menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 43 Cakupan pelayanan anak balita menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 44 Jumlah balita ditimbang menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupetan Jepara tahun 2013

(10)

x TABEL 45 Cakupan balita gizi buruk yang mendapat perawatan menurut jenis kelamin,

kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 46 Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD & setingkat menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 47 Cakupan pelayanan kesehatan siswa SD dan setingkat menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 48 Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 49 Persentase sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan gawat darurat (GADAR) level I Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 50 Jumlah penderita dan kematian pada KLB menurut jenis KLB Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 51 Desa/kelurahan terkena KLB yang ditangani < 24 jam menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 52 Pelayanan kesehatan gigi dan mulut menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara Tahun 2013

TABEL 53 Pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak SD dan setingkat menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 TABEL 54 Jumlah kegiatan penyuluhan kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2013 TABEL 55 Cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan pra bayar menurut jenis jaminan,

jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 TABEL 56 Cakupan pelayanan rawat jalan masyarakat miskin (dan hampir miskin)

menurut strata sarana kesehatan, jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 57 Cakupan pelayanan rawat inap masyarakat miskin (dan hampir miskin) menurut strata sarana kesehatan, jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 58 Jumlah kunjungan rawat jalan , rawat inap, dan kunjungan gangguan jiwa di sarana pelayanan kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 59 Angka kematian pasien di rumah sakit Kabupaten Jepara tahun 2013 TABEL 60 Indikator kinerja pelayanan di rumah sakit Kabupaten Jepara tahun 2013

(11)

xi TABEL 61 Persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat menurut

kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 62 Persentase rumah sehat menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 63 Persentase rumah/bangunan bebas jentik nyamuk aedes menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 64 Persentase keluarga menurut jenis sarana air bersih yang digunakan, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 65 Persentase keluarga menurut sumber air minum yang digunakan, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL.66 Persentase keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL.67 Persentase tempat umum dan pengelolaan makanan (TUPM) sehat menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 68 Persentase institusi dibina kesehatan lingkungannya menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL. 69 Ketersediaan obat menurut jenis obat Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 70 Jumlah sarana pelayanan kesehatan menurut kepemilikan Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 71 Sarana pelayanan kesehatan dengan kemampuan labkes dan memiliki 4 spesialis dasar Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 72 Jumlah posyandu menurut strata, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 73 Jumlah tenaga medis di fasilitas kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2013 TABEL 74 Jumlah tenaga keperawatan di fasilitas kesehatan Kabupaten Jepara tahun

2013

TABEL 75 Jumlah tenaga kefarmasian di fasilitas kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 76 Jumlah tenaga kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan di fasilitas kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2013

(12)

xii TABEL 78 Jumlah tenaga teknisi medis di fasilitas kesehatan Kabupaten Jepara tahun

2013 TABEL 79

TABEL 80

Jumlah tenaga teknisi medis dan fisoterapis di fasilitas kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2013

Anggaran kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 81 Jumlah tenaga kesehatan lain di fasilitas kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 82 Jumlah kejadian kecelakaan lalu lintas dan rasio korban luka dan meninggal terhadap jumlah penduduk dirinci menurut kecamatan tahun 2013

TABEL 83 Kasus penyakit tidak menular di puskesmas dan rumah sakit Kabupaten Jepara tahun 2013

TABEL 84

TABEL 85

TABEL 86

TABEL 87

Jumlah tenaga non kesehatan di fasilitas kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2013

Persentase pelayanan kesehatan kerja pada pekerja formal dan informal Kabupaten Jepara tahun 2013

Persentase desa/ kelurahan dengan garam beryodium yang baik menurut kecamatan Kabupaten Jepara tahun 2013

Upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) menurut kecamatan Kabupaten Jepara tahun 2013

(13)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2013 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Berdasarkan UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, bahwa kesehatan diartikan sebagai keadaan sehat, baik secara fisk, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pembangunan kesehatan merupakan usaha pencapaian derajat kesehatan secara menyeluruh.Pembangunan pada saat ini sangat terkait dengan adanya globalisasi di segala aspek kehidupan. Globalisasi merupakan tantangan, masalah dan sekaligus potensi untuk pembangunan nasional berwawasan kesehatan di masa mendatang. Kondisi yang ada terus bergulir dengan diikuti oleh perkembangan pelaksanaan berbagai komitmen nasional maupun internasional seperti penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM), perdagangan bebas global, Millenium Development Goals (MDGs) dan agenda lainnya di bidang kesehatan yang perlu diperhatikan dalam penetapan kebijakan dan penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Dengan adanya berbagai perubahan yang mendasar tersebut, maka perlu diantisipasi secara serius dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan pada perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia (lansia) dan keluarga miskin.

(14)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2013 2 Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak dapat dilakukan sendiri oleh aparat pemerintah di sektor kesehatan, tetapi harus dilakukan secara bersama-sama melibatkan peran serta swasta dan masyarakat. Segala upaya kesehatan yang dilakukan baik oleh sektor kesehatan dan non kesehatan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan terutama yang berkaitan dengan pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan dan MDG’s serta upaya mengatasi masalah kesehatan guna mendapatkan data dan informasi perlu dicatat dan dikelola dengan baik dalam suatu sistem informasi kesehatan. Untuk itu peran data dan informasi kesehatan menjadi sangat penting dan dibutuhkan dalam manajemen kesehatan sebagai dasar pengambilan keputusan di semua tingkatan manajemen pelayanan kesehatan. Sistem Informasi Kesehatan (SIK) yang dikembangkan di Kabupaten Jepara diarahkan untuk penyediaan data dan informasi yang akurat, lengkap dan tepat waktu, sehingga diharapkan dapat memberikan data dan informasi yang dibutuhkan masyarakat yang dikemas dengan baik, sederhana dan informatif.

Penyediaan data dan informasi tersebut tertuang dalam Profil Kesehatan Kabupaten Jepara. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara merupakan gambaran secara menyeluruh keadaan kesehatan di Kabupaten Jepara. Profil Kesehatan Kabupaten ini berisi data/informasi yang menggambarkan derajat kesehatan, sumber daya kesehatan dan upaya kesehatan serta pencapaian indikator pembangunan kesehatan selama satu tahun. Profil kesehatan ini dapat digunakan sebagai alat tolok ukur kemajuan pembangunan kesehatan di Kabupaten Jepara sekaligus juga sebagai bahan evaluasi program-program kesehatan.

B. SISTEMATIKA PENYAJIAN

Adapun sistematika penyajian Profil Kesehatan adalah sebagai berikut: Bab 1 : Pendahuluan

Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan Profil Kesehatan dan sistematika dari penyajiannya.

(15)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2013 3 Bab 2 : Gambaran Umum

Bab ini menyajikan tentang gambaran umum kabupaten. Selain uraian tentang letak geografis, administrasi, dan informasi umum lainnya.

Bab 3 : Situasi Derajat Kesehatan

Bab ini uraian tentang indikator mengenai angka kematian, angka kesakitan, dan angka status gizi masyarakat.

Bab 4 : Situasi Upaya Kesehatan

Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan dalam situasi bencana.

Bab 5 : Situasi Sumber Daya Kesehatan

Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya.

(16)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2013 4

BAB II

GAMBARAN UMUM KABUPATEN JEPARA

A. KONDISI WILAYAH

1. Keadaan Geografis dan Administratif Kabupaten Jepara

Jepara sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah terletak di daerah Pantai Utara dengan posisi menonjol (bila dilihat peta Jawa Tengah) pada posisi 110º 9’ 48,02” BT sampai 110º 58’ 37,40” BT dan 5º 43’ 20,67” LS sampai 6º 47’ 25,83” LS. Sebelah barat dan utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kudus dan Pati serta sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Demak. Jarak kecamatan terdekat dari ibukota kabupaten adalah Kecamatan Tahunan yaitu 7 km dan jarak kecamatan terjauh adalah Kecamatan Karimunjawa yaitu 90 km.

Luas wilayah daratan Kabupaten Jepara 1.004,32 km2 dengan panjang garis pantai 72 km. Selain itu juga mencakup luas lautan sebesar 1.845,6 km2. Pada lautan tersebut terdapat daratan kepulauan sejumlah 27 pulau, dengan 5 pulau berpenghuni dan 22 pulau tidak berpenghuni. Wilayah kepulauan tersebut merupakan Kecamatan Karimunjawa, yakni gugusan pulau-pulau yang ada di Laut Jawa dengan dua pulau terbesarnya adalah Pulau Karimunjawa dan Pulau Kemujan. Sedangkan sebagian besar wilayah perairan tersebut dilindungi dalam Cagar Alam Laut Karimunjawa.

Secara administratif wilayah Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan yang terbagi menjadi 195 desa/kelurahan, terdiri dari 184 desa dan 11 kelurahan. Satu kecamatan terpisah dengan Pulau Jawa yaitu Kecamatan Karimunjawa.

(17)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2013 5 Pembagian wilayah administratif Kabupaten Jepara berikut luasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1

Pembagian Wilayah Administratif Tahun 2013

NO Kecamatan Luas (Km2) Banyaknya desa/

kelurahan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Kedung Pecangaan Kalinyamatan Welahan Mayong Nalumsari Batealit Tahunan Jepara Mlonggo Pakis Aji Bangsri Kembang Keling Donorojo Karimunjawa 43,063 35,878 23,700 27,642 65,043 56,965 88,879 38,906 24,667 42,402 60,553 85,352 108,124 123,116 108,642 71,200 18 12 12 15 18 15 11 15 16 8 8 12 11 12 8 4 Jumlah 1.004,132 195

Kecamatan terluas adalah di Kecamatan Keling, dengan luas 123,116 km2 atau 12.16% dari luas total Kabupaten Jepara, sedangkan kecamatan Kalinyamatan mempunyai luas yang paling kecil 23,700 km2. Luas total Kabupaten Jepara 1.004.132 km2.

2. Kondisi Topografi

Wilayah Kabupaten Jepara memiliki relief yang beraneka ragam, terdiri dari daerah dataran pantai yang tersebar di sepanjang pantai utara meliputi Kecamatan Kedung, Jepara, Mlonggo, Bangsri dan Keling, dataran rendah dan dataran tinggi di sekitar Gunung Muria dan Gunung Clering.

(18)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2013 6 Kondisi topografi di tiap kecamatan adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2

Pembagian Wilayah Administratif Tahun 2013

NO Kecamatan Ketinggian dari

permukaan laut (m) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Kedung Pecangaan Kalinyamatan Welahan Mayong Nalumsari Batealit Tahunan Jepara Mlonggo Pakis Aji Bangsri Kembang Keling Donorojo Karimunjawa 0 2 2 2 13 13 68 0 0 0 25 0 0 0 0 0 - - - - - - - - - - - - - - - - 2 17 29 7 438 736 378 50 46 300 1000 594 1000 1301 619 100

Bagian daratan utama Kabupaten Jepara terdiri dari dataran rendah dan dataran tinggi yang merupakan kawasan pada lereng Gunung Muria. Kondisi ini menyebabkan sistem hidrologinya mengalir beberapa sungai besar yang memiliki beberapa anak sungai. Dimana karakteristik kontur wilayah, menyebabkan sungai mengalir dari daerah hulu di bagian timur dan selatan ke daerah hilir bagian utara dan barat. Sungai-sungai besar tersebut antara lain Sungai Gelis, Keling, Jarakan, Jinggotan, Banjaran, Mlonggo, Gung, Wiso, Pecangaan, Bakalan, Mayong dan Tunggul. Berdasarkan karakteristik topografi wilayah, aliran sungai relatif dari daerah hulu di bagian timur (Gunung Muria) ke arah barat (barat daya, barat dan barat laut) yaitu daerah hilir (Laut Jawa).

(19)
(20)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2013 8 B. KEPENDUDUKAN

1. Pertumbuhan Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Jepara, berdasarkan data dari BPS Kabupaten Jepara tahun 2013 berjumlah 1.160.108 jiwa, dibandingkan jumlah penduduk tahun 2012 sebesar 1.140.927 jiwa. Data yang didapat merupakan proyeksi dari jumlah penduduk pada tahun sebelumnya.

Jumlah rumah tangga tahun 2013 sebesar 324.406 rumah tangga. Jumlah Rumah tangga (KK) terbesar ada di Kecamatan Tahunan sebesar 27.889 KK dan terendah ada di Karimunjawa sebesar 2.900 KK. Sedangkan jumlah penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Tahunan (108.224 jiwa) dan yang terendah di Kecamatan Karimunjawa (9.204 jiwa) (tabel 1). Rata-rata jumlah jiwa dibanding dengan jumlah rumah tangga adalah 3,58.

2. Kepadatan Penduduk

Dengan luas wilayah sekitar 1.004,132 kilometer persegi yang dihuni oleh 1.160.108 orang, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Jepara adalah sebanyak 1.155 orang per kilometer persegi. Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah kecamatan Jepara, yaitu sebanyak 3.400 orang per kilometer persegi, sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Karimunjawa sebanya 129 orang per kilometer persegi. 3. Rasio Jenis Kelamin Penduduk

Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari rasio jenis kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan per 100 penduduk.

Rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Jepara berdasarkan data BPS Kabupaten Jepara adalah sebesar 99,39%, yang artinya setiap 100 penduduk perempuan ada sekitar 99 atau 100 penduduk laki-laki (tabel 2).

4. Komposisi Penduduk Menurut Golongan Umur

Struktur penduduk Kabupaten Jepara menurut kelompok umur dapat dapat dibedakan berdasarkan umur 0-4 tahun, 5-14 tahun, 15-44 tahun, 45-64 tahun dan >=65 tahun.

(21)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2013 9 Gambaran kompisisi lebih detail dapat dilihat di gambar berikut :

Gambar 2.3

Komposisi Penduduk menurut Golongan Umur di Kabupaten Jepara Tahun 2013

Dilihat dari tabel diatas jumlah penduduk terbesar di golongan umur 15-44 tahun dimana laki-laki berjumlah 289.124 dan perempuan berjumlah 289.136 (tabel 3).

5. Angka Beban Tanggungan

Berdasarkan jumlah penduduk menurut kelompok umur, maka angka beban tanggungan (dependency ratio) penduduk Kabupaten Jepara didapat dari perbandingan antara penduduk usia yang tidak produktif (usia 0–14 dan usia 65 tahun keatas) dan usia produktif (usia 15–64 tahun) dikali 100. Tahun 2013 angka beban tanggungan 49,35, hal ini berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif menanggung sekitar 49 atau 50 penduduk usia yang tidak produktif (tabel 2).

C. KEADAAN PENDIDIKAN

Tingkat pendidikan merupakan salah satu kaitan dalam menentukan intelegensi dan penyerapan informasi, pengetahuan dan ketrampilan kaitannya dalam pembangunan kesehatan. Masyarakat yang memiliki pendidikan yang lebih

0 50.000 100.000 150.000 200.000 250.000 300.000 0-4 5-14 15-44 45-64 >=65 laki-laki 54.227 108.831 289.124 100.460 29.185 perempuan 54.237 108.842 289.136 100.473 29.199

(22)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2013 10 tinggi, pada umumnya mempunyai pengetahuan dan wawasan yang luas sehingga lebih mudah menyerap dan menerima informasi, serta dapat ikut berperan serta aktif dalam mengatasi masalah kesehatan dirinya dan keluarganya.

Gambar 2.4

Jumlah Penduduk Usia 10 tahun keatas Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kabupaten Jepara Tahun 2013

Jumlah lulusan universitas untuk laki-laki lebih tinggi daripada perempuan dimana laki-laki sebesar 9.391 orang dan perempuan sebesar 7.362 orang, dimana lulusan diploma laki-laki sebesar 7.000 orang lebih tinggi daripada perempuan sebesar 6.952 orang. Ditahun ini presentasi penduduk yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya yang tercermin dari angka melek huruf sebesar 91,89%, dimana laki-laki lebih banyak sebesar 91,97% daripada perempuan sebesar 91,81% . (tabel 4 dan 5).

tidak/ belum pernah sekolah tidak/ belum tamat SD/ MI SD/ MI SMP/ MTs SMA/ SMK/ MA AK/ DIPLOMA UNIVERSIT AS laki-laki 25.588 77.729 122.703 104.805 122.304 7.000 9.391 perempuan 29.185 77.357 119.171 106.933 120.220 6.952 7.362

(23)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2013 11

BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menegah (RPJMD) Kabupaten Jepara tahun 2012 – 2017, visi Kabupaten Jepara adalah:

“Jepara yang Adil dalam Kemakmuran dan Makmur dalam Keadilan, dibawah Naungan Rahmat dan Hidayah Tuhan Yang Maha Esa”.

Berdasarkan visi daerah dijabarkan dalam visi Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara sebagai berikut:

“Menjadi institusi penggerak dalam mewujudkan masyarakat Jepara Sehat yang mandiri dan berkeadilan”

Guna mempertegas rumusan visi Kabupaten Jepara telah ditetapkan indikator-indikator secara terinci yang mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 741/Menkes/Per/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota yang terdiri dari 18 indikator. Indikator yang terdiri atas (1) Pelayanan Kesehatan Dasar dengan 14 indikator, (2) Pelayanan Kesehatan Rujukan dengan 2 indikator, (3) Penyelidikan Epidemiologi dan penaggulangan KLB dengan 1 indikator, (4) Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat dengan 1 indikator.

Situasi derajat kesehatan dapat dinilai dengan beberapa indikator. Indikator tersebut mencakup uraian-uraian mortalitas, morbiditas, dan status gizi, dimana mortalitas dan morbiditas adalah angka yang seharusnya ditekan turun dengan peningkatan status kesehatan di masyarakat.

Derajat kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tidak hanya dari kesehatan saja seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana prasarana kesehatan, melainkan juga dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan dan faktor lainnya.

(24)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2013 12 Adapun situasi indikator yang ada di Kabupaten Jepara sebagai berikut: A. ANGKA KEMATIAN

Mortalitas adalah angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun sebab lainnya. Angka Kematian salah satu alat untuk menggambarkan status kesehatan masyarakat secara kasar, kondisi atau tingkat permasalahan kesehatan, kondisi lingkungan fisik dan biologik secara tidak langsung. Disamping itu dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan. Yang telah dilaksanakan selama ini adalah dengan melihat perkembangan angka kematian dari tahun ke tahun. Angka kematian yang disajikan pada bab ini yaitu Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 kelahiran hidup, Angka Kematian Anak Balita (AKABA) per 1.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 kelahiran hidup. Besarnya tingkat kematian yang terjadi pada periode terakhir dapat dilihat dari uraian berikut : 1. Angka Kematian Bayi (AKB)

Angka kematian bayi (AKB) merupakan banyaknya kematian bayi umur kurang dari 1 tahun (0–11 bulan) per 1.000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi.

(25)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2013 13

Gambar 3.1

Angka Kematian Bayi di Kabupaten Jepara Tahun 2009 – 2013

Hasil dari rekapitulasi puskesmas, AKB ditahun 2013 mengalami penurunan dari tahun 2012, dimana tahun ini AKB adalah 9,13 dengan kematian bayi 191 dari 20.912 kelahiran hidup (tabel 7).

Bila dibandingkan dengan target MDGs ke-4 tahun 2015 yaitu 23 per 1000 kelahiran hidup Kabupaten Jepara telah memenuhi target. Untuk RAD MDGs Provinsi Jawa Tengah ditargetkan tahun 2013 sebesar 8,9 Kabupaten

Jepara masih belum bisa mencapai target. 2. Angka Kematian Balita (AKABA)

Angka Kematian Balita (AKABA) adalah kematian balita (0–5 th) per 1.000 kelahiran hidup. AKABA mempunyai manfaat untuk mengetahui gambaran tingkat permasalahan kesehatan anak balita, mengetahui tingkat pelayanan KIA/posyandu, mengetahui tingkat keberhasilan program KIA/posyandu dan menilai kondisi dan sanitasi lingkungan.

8,10 8,42 9,69 10,02 9,13 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 2009 2010 2011 2012 2013 AKB target MDG's 2015 =23

(26)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2013 14 Jumlah kematian balita di Kabupaten Jepara ditampilkan dalam tabel berikut:

Tabel 3.2

Jumlah Kematian Balita di Kabupaten jepara Tahun 2009 – 2013 2009 2010 2011 2012 2013 Jumlah kematian 211 237 235 230 203 Kelahiran hidup 21.841 21.131 21.772 21.564 20.912

Jumlah kematian diatas mengalami penurunan pada tahun ini. Kematian yang terjadi tahun 2013 sebesar 203 orang, dibandingkan tahun 2012 sebesar 230. Jumlah kematian diatas dapat dihitung AKABA yang tersaji dalam gambar dibawah.

Gambar 3.3

Angka Kematian Balita di Kabupaten Jepara Tahun 2009 – 2013

AKABA tahun 2013 sebesar 9,71 per 1.000 kelahiran hidup terjadi penurunan dibanding dengan tahun 2012 AKABA sebesar 10,66 per 1.000 kelahiran hidup (tabel 7). Bila dibandingkan dengan target MDGs ke-4 tahun

9,66 11,21 10,79 10,66 9,71 0 5 10 15 20 25 30 35 2009 2010 2011 2012 2013 AKABA target MDGs 2015=32

(27)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2013 15 2015 yaitu 32 per 1.000 kelahiran hidup dan RAD MDGs Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 sebesar 11,95 AKABA di Kabupaten Jepara telah memenuhi target. 3. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)

Angka kematian ibu maternal (AKI) dihitung semasa kehamilan, persalinan dan masa nifas, mempunyai manfaat mencerminkan risiko yang dihadapi oleh ibu selama kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh : keadaan sosial ekonomi, keadaan kesehatan yang kurang baik menjelang kehamilan, kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, tersedianya dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetrik. Tingginya angka kematian ibu menunjukkan keadaan sosial ekonomi yang rendah dan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetri yang rendah pula.

Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti seperti kecelakaan, terjatuh dll.

AKI di Kabupaten Jepara tidak dihitung karena faktor pembandingnya adalah 100.000 jumlah kelahiran hidup, sedangkan di Kabupaten Jepara jumlah kelahiran hidup kurang dari 100.0000 kelahiran hidup.

Data yang tersaji selama kurun waktu 2009 sampai dengan 2013 adalah sebagai berikut.

Tabel 3.4

Jumlah Kematian Ibu Dibandingkan dengan Jumlah Kelahiran Hidup di Kabupaten Jepara Tahun 2009 s/d 2013

2009 2010 2011 2012 2013

Jumlah kematian

26 23 24 21 26

(28)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2013 16 Jumlah kematian ibu tahun 2013 adalah 26 orang per 20.912 kelahiran hidup. Jika dikonversikan dalam Angka Kematian Ibu adalah 124,33 per 100.000 kelahiran hidup (tidak dapat dijadikan patokan AKI di Kabupaten Jepara). Target MDGs ke-5 tahun 2015 adalah sebesar 102 per 100.000, Kabupaten Jepara belum dapat memenuhi target. Apalagi target dari Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 AKI adalah sebesar 80 per 100.000 kelahiran hidup. Dari jumlah kematian 26 orang ini, paling banyak adalah ibu berumur 20-34 tahun sebanyak 23 orang atau 88,46% dan disumbang dari kematian ibu nifas 12 orang atau 52,17% yang berumur 20-34 tahun (tabel 8).

Dilihat dari dari penyebab kasus kematian ibu 17 kasus disebabkan karena penyebab tidak langsung atau penyakit penyerta seperti, jantung, kanker, anemia, sepsis 9 kasus karena tingkat kepatuhan dan keterlambatan persalinan. Langkah antisipasi adalah membangun jaringan PONED dan PONEK dapat berjalan baik, membangun forum kerjasama antar Rumah sakit di Kabupaten Jepara, melaksanakan 4 strategi dan 5 langkah dengan planning, do, check, act dengan lima langkah aksi : 1) kontak pertama ibu hamil dengan buku KIA, 2) kenali deteksi dini ibu hamil risiko tinggi, 3) kerjakan sesuai dengan Standart Prosedur Operasional, 4) Konsultasikan ke dokter atau dokter spesialis kebidanan dan kandungan, 5) kawal sampai dengan lahir/nifas.

4. Angka Kecelakaan Lalu-lintas

Kasus kecelakaan lalu lintas adalah jumlah korban (meningggal dunia, cedera berat, cedera sedang, dan cedera ringan) sebagai akibat dari kecelakaan lalu lintas.

(29)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2013 17

Gambar 3.5

Angka Angka Kecelakaan Lalu-lintas di Kabupaten Jepara Tahun 2009 – 2013

Jumlah kasus kecelakaan mengalami penurunan, dimana tahun 2013 sebesar 459 kasus. Penerapan peraturan UU Lalu Lintas No. 22 Tahun 2009 yang ketat dari kepolisian resort Jepara dalam penerapan keselamatan dalam berkendara perlu digalakkan lagi dengan keharusan adanya safety belt pada mobil dan helm standart ber-SNI bagi sepeda motor serta adanya aturan ”light on” pada siang hari ditambah lagi tentang sosialisasi untuk pengendara untuk selalu mengedepankan “safety riding” supaya angka kecelakaan semakin menurun (tabel 82).

B. ANGKA KESAKITAN

1. Angka AFP (Acute Flaccid Paralysis)

Polio merupakan salah satu penyakit menular yang termasuk ke dalam PD3I yang disebabkan oleh virus yang menyerang sistem syaraf hingga penderita mengalami kelumpuhan. Penyakit yang pada umumnya menyerang anak berumur 0-3 tahun ini ditandai dengan munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher dan sakit di tungkai dan lengan.

Dalam upaya untuk membebaskan Indonesia dari penyakit polio, maka pemerintah telah melaksanakan Program Eradikasi Polio (ERAPO) yang terdiri

0 100 200 300 400 500 600 700 2009 2010 2011 2012 2013 jml kecelakaan 86 102 411 652 459 mati 15 21 25 26 78 luka berat 52 64 108 104 32 luka ringan 73 70 526 522 690

(30)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2013 18 dari pemberian imunisasi polio rutin, pemberian imunisasi masal pada anak balita melalui PIN (Pekan Imunisasi Nasional) dan surveilans AFP. Surveilans AFP adalah pengamatan dan penjaringan semua kelumpuhan yang terjadi secara mendadak dan sifatnya flaccid (layuh) seperti sifat kelumpuhan pada poliomyelitis. Prosedur pembuktian penderita AFP terserang virus polio liar atau tidak adalah sebagai berikut:

 Melakukan pelacakan terhadap anak usia <15 tahun yang mengalami kelumpuhan mendadak (<14 hari) dan menentukan diagnosa awal.

 Mengambil spesimen tinja penderita tidak lebih dari 14 hari sejak kelumpuhan, sebanyak dua kali selang waktu pengambilan I dan II >24 jam.

 Mengirim kedua spesimen tinja ke laboratorium dengan pengemasan khusus (untuk Jawa Tengah dikirim ke laboratorium Bio Farma Bandung)

 Hasil pemeriksaan spesimen tinja akan menjadi bukti virologi adanya virus polio liar didalamnya.

 Diagnosa akhir pada 60 hari sejak kelumpuhan. Pemeriksaan klinis ini dilakukan oleh dokter spesialis anak atau syaraf untuk menentukan apakah masih ada kelumpuhan atau tidak.

Hasil pemeriksaan virologis dan klinis akan menjadi bukti yang sah dan meyakinkan apakah semua kasus AFP yang terjaring, termasuk kasus polio atau tidak sehingga dapat diketahui apakah masih ada polio liar di masyarakat.

(31)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2013 19

Gambar 3.6

Penemuan Kasus AFP di Kabupaten Jepara Tahun 2009 - 2013

Secara statistik jumlah penderita kelumpuhan AFP diperkirakan 2 diantara 100.000 anak usia < 15 tahun. Dari Jumlah anak usia < 15 tahun sejumlah 326.187 anak berarti menurut estimasi jumlah penderita kelumpuhan AFP adalah 6 atau 7. Untuk Tahun 2013 ditemukan 7 anak sehingga sudah diatas estimasi. Angka 7 ini terdiri dari 3 laki-laki dan 4 perempuan, dengan AFP rate laki-laki 1,84 dan perempuan 2,45.

2. Angka kesembuhan penderita TB Paru BTA (+)

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil TB. Bersama dengan Malaria dan HIV/AIDS, TB menjadi salah satu penyakit yang pengendaliaannya menjadi komitmen global dalam MDGs. WHO telah menyusun strategi yang dianggap paling pembiayaan efektif untuk mengatasi kegagalan pengobatan TB yaitu dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment, Short Course) yang telah dimulai sejak tahun 1995, yang terdiri dari 5 komponen kunci 1) Komitmen politis; 2) Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya; 3) Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus TB dengan tatalaksana kasus yang tepat, termasuk pengawasan langsung pengobatan; 4) Jaminan ketersediaan OAT yang bermutu; 5) Sistem pencatatan dan pelaporan

2009 2010 2011 2012 2013 AFP 11 8 8 7 7 0 2 4 6 8 10 12

(32)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2013 20 yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program secara keseluruhan. Kegagalan pengobatan TB sebagian besar karena pasien berobat secara tidak teratur, sehingga menimbulkan kasus-kasus

Multy Drug Resistence(MDR) maupun Xaviare Drug Resistence (XDR).

Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah Case

Detection Rate (CDR) atau angka penemuan penderita TB paru BTA (+) dengan

rumus jumlah kasus baru per jumlah perkiraan jumlah keseluruhan kasus dikali 100%. Penemuan kasus TB sekarang ini harus dilakukan secara aktif oleh petugas kesehatan juga tanpa meninggalkan penemuan secara pasif dimana penderita berobat ke pelayanan kesehatan. Karena bila tidak ditemukan kasusnya, akan menjadi sumber penularan yang laten (seumur hidup) dari penderita ke lingkungan sekitar para penderita tersebut.

Seseorang dipastikan menderita TB bila dahaknya mengandung BTA (+). Bila dahak dinyatakan negatif sedangkan gejalanya mengarah ke TB, maka dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan sinar Rontgen. Untuk memastikan diagnosis TB harus dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis sebanyak 3 kali (SPS) yaitu:

 S (Sewaktu) yaitu dahak diambil di unit pelayanan kesehatan pada waktu kunjungan pertama kali.

 P (Pagi) yaitu dahak diambil pagi hari berikutnya di rumah segera setelah bangun tidur pagi, kemudian dibawa dan diperiksa di unit pelayanan kesehatan

 S (Sewaktu) adalah dahak diambil di unit pelayanan kesehatan pada saat menyerahkan dahak pagi.

Dinyatakan sembuh bila pasien yang telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap dan hasil apusan dahak ulang (follow up) dengan hasil negatif pada akhir pengobatan dan pada satu pemeriksaan sebelumnya . Indikator yang tertuang dalam kesembuhan ini disebut angka kesembuhan (Cure

Rate/CR). Bila pasien yang telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap

(33)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2013 21 dan pada satu pemeriksaan sebelumnya, maka evaluasi pengobatan pasien dinyatakan sebagai pengobatan lengkap. Evaluasi jumlah pasien dinyatakan sembuh dan pasien pengobatan lengkap dibandingkan jumlah pasien BTA (+) yang diobati disebut dengan keberhasilan pengobatan (Succes Rate).

Prevalensi Tuberkolusis diartikan sebagai jumlah kasus yang ada (baik kasus baru dan lama) dibagi seratus ribu penduduk pada wilayah dan kurun waktu tertentu. Prevalensi di Kabupaten Jepara Tahun 2013 adalah sebesar 96,97 per 100.000 penduduk. Puskesmas yang tertinggi prevalensinya adalah Puskesmas Welahan II dengan 249,05 per 100.000 penduduk dan terendah di Puskesmas Donorojo dengan 21,35 per 100.000 penduduk.

Gambar 3.7

CDR dan CR TB Paru (+) di Kabupaten Jepara Tahun 2009 s/d 2013

Perkiraan kasus TB Paru BTA (+) di kabupaten diambil dari rumus 107 dibagi 100.000 dikalikan dengan jumlah penduduk suatu kabupaten dalam waktu tertentu. Dengan perkiraan penderita TB Paru Puskesmas dan Rumah Sakit (BTA (+) sebanyak 1.242 telah ditemukan 545 maka CDR tahun 2013 sebesar 43,88% dan Angka Kesembuhan (CR) 98,12% (tabel 11,12). Target SPM tahun 2013 CDR Nasional adalah 100%, di Kabupaten Jepara masih ketinggalan jauh tetapi dilihat dari Angka Kesembuhan telah mencapai taget Nasional 85%.

2009 2010 2011 2012 2013 CDR 26,12 32,07 42,07 48,51 43,88 CR 98,95 97,95 92,89 81,03 98,12 0 20 40 60 80 100 120

(34)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2013 22 Dilihat dari data per Puskesmas, angka kesembuhan semua puskesmas telah mencapai target 85% namun dalam pencapaian target CDR 100% hanya Puskesmas Keling I sebesar 100% dan Puskesmas Welahan II sebesar 123,08%. Untuk target MDGs termasuk dalam goal ke-6 sesuai dengan RAD Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 ada 3 indikator: (1) jumlah kasus TB per 100.000 (IR) penduduk sebesar 96, Kabupaten jepara sebesar 46,98; (2) persentase kasus TB Paru (BTA postif) yang ditemukan (CDR) 80%, Kabupaten Jepara sebesar 43,88%; (3) persentase kasus TB Paru (BTA positif) yang disembuhkan (CR) sebesar 88%, Kabupaten Jepara sebesar 98,1%.

Permasalahan yang timbul di Kabupaten Jepara adalah CDR masih dibawah target, kerjasama dengan RSUD, RS swasta serta praktek swasta belum berjalan optimal, penyuluhan tentang program TB Paru pada masyarakat masih kurang, kesalahan baca petugas laborat masih tinggi, bahan dahak tidak berkualitas.

Permasalahan ini dijembati dengan peningkatan kekurangan yang ada yaitu peningkatan kerjasama lintas sektor terkait, peningkatan penyuluhan dan peningkatan kinerja petugas laborat dengan pelatihan teknis TB, startegi penerapan sistem DOTS yang benar.

3. Persentase Balita dengan Pneumonia

Diketahui bahwa ISPA mempunyai kontribusi 28% sebagai penyebab kematian pada bayi < 1 tahun dan 23% pada anak balita (1 - < 5 th) dimana 80% - 90% dari seluruh kasus kematian ISPA disebabkan oleh pneumonia.

Pneumonia balita adalah penyakit infeksi yang menyerang paru-paru, ditandai dengan batuk disertai napas cepat dan atau napas sesak pada usia balita (1 hr - < 5 tahun). Pneumonia sering terjadi pada balita dan merupakan penyakit berbahaya karena dapat mengakibatkan kematian dalam waktu 3 – 10 jam bila tidak segera mendapat pertolongan yang cepat dan tepat.

Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah kardiovaskuler dan tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian. Gejala Pneumonia adalah demam, sesak napas,

(35)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2013 23 napas dan nadi cepat, dahak berwarna kehijauan atau seperti karet, serta gambaran hasil rontgen memperlihatkan kepadatan pada bagian paru. Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk mematikan kuman. Tapi akibatnya fungsi paru terganggu, penderita mengalami kesulitan bernapas, karena tak tersisa ruang untuk oksigen. Pneumonia yang ada di masyarakat umumnya, disebabkan oleh bakteri, virus atau mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus) dan jamur. Bakteri yang umum adalah Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus

aureus, Klebsiella Sp, Pseudomonas sp,virus misalnya virus influensa. Termasuk

golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii Pneumonia (PCP) yang diduga disebabkan oleh jamur, PCP biasanya menjadi tanda awal serangan penyakit pada pengidap HIV/AIDS.

Balita tertular pneumonia disebabkan karena beberapa hal antara lain: tertular oleh penderita batuk, imunisasi tidak lengkap, kurang gizi serta pemberian ASI yang tidak memadai, terhirup asap atau debu secara berulang, tinggal di lingkungan yang tidak sehat dengan kepadatan penghuni yang berlebih.

Cakupan penemuan penderita Pneumonia Balita adalah penemuan dan tatalaksana penderita Pneumonia Balita yang mendapatkan antibiotik sesuai standar atau pneumonia berat dirujuk ke rumah sakit di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

(36)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2013 24

Gambar 3.8

Cakupan Penanganan Kasus Pneumonia di Kabupaten Jepara Tahun 2009 s/d 2013

Perkiraan jumlah kasus pneumonia balita adalah 10% dari jumlah balita yang ada. Di kabupaten Jepara perkiraan kasus pneumonia di tahun 2013 adalah 9.278 kasus dengan kasus yang tertangani 5.373 sehingga cakupan penanganan kasus pneumonia adalah 57,9%.

Ini juga belum dapat mencapai target SPM tahun 2013 sebesar 100% (tabel 13).

4. Prevalensi HIV/AIDS

HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. HIV merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 positive T-sel dan macrophages komponen-komponen utama sistem kekebalan sel), dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh.

Sistem kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut tidak dapat lagi menjalankan fungsinya memerangi infeksi dan penyakit-penyakit. Orang yang kekebalan tubuhnya defisien (Immunodeficient) menjadi lebih rentan terhadap berbagai ragam infeksi, yang sebagian besar jarang menjangkiti orang yang tidak mengalami defisiensi kekebalan. Penyakit-penyakit yang berkaitan

82,09 59,51 81,5 76,5 57,9 2009 2010 2011 2012 2013 Cakupan Pneumonia target SPM 2013=100 %

(37)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2013 25 dengan defisiensi kekebalan yang parah dikenal sebagai “infeksi oportunistik” karena infeksi-infeksi tersebut memanfaatkan sistem kekebalan tubuh yang melemah.

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immunodeficiency Syndrome dan menggambarkan berbagai gejala dan infeksi yang terkait dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV telah dijadikan sebagai penyebab AIDS.

Penderita HIV positif adalah seseorang yang telah terinfeksi virus HIV, dapat menularkan penyakitnya walaupun nampak sehat dan tidak menunjukkan gejala penyakit apapun. Sedangkan pengertian penderita AIDS adalah seseorang yang menunjukkan tanda-tanda dari sekumpulan gejala penyakit yang memerlukan pengobatan, setelah sekian waktu terinfeksi HIV. Perjalanan waktu sejak seorang penderita tertular HIV hingga menderita AIDS dapat berlangsung lama antara 3 sampai 10 tahun tergantung dengan daya tahan tubuh penderita.

Pada stadium awal orang yang terinfeksi virus HIV pada 12 minggu pertama akan mengalami masa ”periode jendela”, artinya bila dilakukan test HIV belum terbentuk antibodi sehingga hasilnya masih negatif, tetapi orang tersebut sudah dapat menularkan ke orang lain. Pada stadium berikutnya biasanya tanpa gejala, tetapi orang tersebut sangat potensial untuk menularkan HIV kepada orang lain.

Cara penularan melalui 3 cairan yaitu: cairan darah (lewat tranfusi, pengguna suntikan bersama-sama, kegiatan medis dengan alat tusuk dan iris yang tercemar HIV), cairan sperma dan vagina (hubungan seks kedalam vagina atau anus), cairan air susu ibu (penularan dari ibu ke janin selama kehamilan, persalinan atau menyusui). Tidak pernah dilaporkan penularan melalui air mata, keringat, air liur/ludah, air kencing dan melaui perantara nyamuk. HIV tidak menular melalui jabat tangan, makan bersama, renang dan kontak sosial lainnya. Demikian juga kontak serumah dengan pemakaian piring, alat makan atau makan bersama-sama.

(38)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2013 26 Sesuai kebijakan program pencegahan dan pemberantasan penyakit HIV/AIDS, seluruh penderita HIV/AIDS harus mendapatkan pelayanan sesuai standar. Tatalaksana penderita HIV/AIDS meliputi Voluntary Counseling Testing (VCT) yaitu tes konseling secara sukarela, perawatan orang sakit dengan HIV/AIDS, pengobatan Anti Retroviral (ARV), pengobatan infeksi oportunistik, dan rujukan kasus spesifik.

Gambar 3.9

Distribusi Penderita HIV/AIDS menurut Kecamatan Di Kabupaten Jepara Tahun 2013

0- 1 2- 5 6 > 15 8 16 3 7 26 1 2 DONOROJO 8 KELING 5 KEMBANG BANGSRI PAKIS AJI 10 JEPARA 4 TAHUNAN KEDUNG BATEALIT 1 PECANGAAN NALUMSARI MAYONG 3 WELAHAN KALINYAMATAN 5 MLONGGO 7 KARIMUN JAWA 11 6 6 13 4 4 2 0

Jumlah kasus HIV/AIDS tahun 2013 kasus barunya sebesar 89 dimana kasus HIV baru sebesar 22 orang dan kasus AIDS baru sebesar 67 orang. Dibanding dengan tahun 2012 sebesar 69 kasus (tabel 14). Untuk Kasus AIDS baru Jepara termasuk peringkat ke-4 terbesar tingkat Provinsi Jawa Tengah.

Adanya trend kenaikan kasus HIV/AIDS perlu mendapatkan perhatian. Tindakan yang telah dilakukan adalah dengan kegiatan skrining darah donor melalui PMI, juga pengambilan sampel di lokalisasi yang tersebar di Kabupaten Jepara dan pengawasan yang melekat terhadap warga Jepara yang bekerja di luar Jepara yang berisiko tinggi.

(39)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2013 27

Tabel 3.10

Penderita HIV/AIDS Kabupaten Jepara Tahun 1997 – 2013

No Kecamatan

Jenis Kelamin

Kondisi Saat

Ditemukan Kondisi Saat Ini Total L P HIV AIDS Meninggal Hidup Penderita

1 Jepara 27 15 17 25 19 23 42 2 Tahunan 10 13 4 19 6 17 23 3 Batealit 17 8 7 18 11 14 25 4 Kedung 12 20 6 26 11 21 32 5 Pecangaan 14 16 8 22 9 21 30 6 Kalinyamatan 3 7 1 9 3 7 10 7 Welahan 9 7 6 10 4 12 16 8 Mayong 8 4 2 10 4 8 12 9 Nalumsari 9 6 6 9 6 9 15 10 Mlonggo 17 22 8 31 17 22 39 11 Pakis Aji 17 12 7 22 9 20 29 12 Bangsri 14 29 10 33 22 21 43 13 Kembang 7 30 7 30 11 26 37 14 Keling 3 21 9 15 15 9 24 15 Donorojo 7 31 14 24 16 22 38 16 Karimunjawa 1 1 1 1 1 1 2 Jumlah 175 242 113 304 164 253 417 Menurut perhitungan estimasi di Jawa Tengah, Kabupaten Jepara tahun 2013 ditarget menemukan kasus HIV AIDS sejumlah 70 penderita, dan kumulatif sampai tahun 2013 sejumlah 351 penderita. Dengan demikian Kabupaten Jepara sudah melampaui target MDGs yang ditetapkan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dalam penemuan penderita HIV AIDS dimana kasus baru 89 dan kumulatif sebesar 417 kasus.

Meski target terlampaui namun sebagian besar penderita ditemukan sudah dalam kondisi AIDS, yang berarti keterlambatan dalam penemuan deteksi secara dini. Salah satu penunjangnya karena banyak dari warga Jepara yang bekerja di luar Jepara dan kembali dengan membawa AIDS dengan jumlah akumulasi total kasus dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2013 pada waktu ditemukan kasus AIDS sebesar 304 kasus dan HIV positif 113 kasus sehingga kasus HIV/AIDS berjumlah 417 tersebar di semua dengan jumlah penderita meninggal 164 orang (39,28%). Dari 253 penderita HIV AIDS yang masih hidup, 122 penderita (43%) orang diantaranya harus minum obat Anti Retro Viral (ARV) dan difasilitasi Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara. Dilihat dari jenis

(40)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2013 28 kelamin, penderita HIV/AIDS di Kabupaten Jepara didominasi oleh perempuan ( 59,55% ) dibanding laki-laki ( 40,45%).

Gambar 3.11

Distribusi Penderita HIV/AIDS menurut Umur Di Kabupaten Jepara Tahun 1997 s/d 2013

Distribusi menurut umur sebagian terbesar pada golongan usia produktif 26-40 tahun (58%).

Berdasarkan proporsi penderita HIV/AIDS menurut faktor risiko:

Gambar 3.12

Proporsi Penderita HIV/AIDS menurut Faktor Risiko Di Kabupaten Jepara Tahun 1997 s/d 2013

Proporsi menurut faktor risiko tertular HIV, sebagian besar ditularkan melalui hubungan heterosex sebesar 373 kasus, homosex 7 kasus, penularan HIV dari ibu ke anak 32 kasus, dan penularan melaui jarum suntik (Injection Drug User) sebesar 5 kasus. 0-5 th 7% 6-15 th 1% 16-25 th 17% 26-40 th 58% 41-60 th 17% > 60 th 0% Heterosex 89% Homosex 2% Perinatal 8% IDU 1%

(41)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2013 29 Dilihat dari proprosi menurut jenis pekerjaan:

Gambar 3.13

Proporsi Penderita HIV/AIDS menurut Pekerjaan Di Kabupaten Jepara Tahun 1997 s/d 2013

Terbesar adalah dari kalangan swasta 29,3%. Ibu rumah tangga 27,6%, Pekerja Seks Komersil/PSK 19,9%, buruh 8,2% , anak-anak 7,7% lain-lain 3,4%, sopir 3,1%, dan nelayan 0,7%.

5. Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorhagic Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut.

Penyakit DBD sering salah didiagnosis dengan penyakit lain seperti flu atau typhus. Hal ini disebabkan karena infeksi virus dengue yang menyebabkan DBD bisa bersifat asimtomatik atau tidak jelas gejalanya. Data di bagian anak RSCM menunjukkan pasien DBD sering menunjukkan gejala batuk, pilek, muntah, mual, maupun diare. Masalah bisa bertambah karena virus tersebut dapat masuk bersamaan dengan infeksi penyakit lain seperti flu atau tipus. Oleh karena itu diperlukan kejelian pemahaman tentang perjalanan penyakit infeksi virus dengue, patofisiologi, dan ketajaman pengamatan klinis. Dengan pemeriksaan klinis yang baik dan lengkap, diagnosis DBD serta pemeriksaan

IRT 27,6% PSK 19,9% Buruh 8,2% Swasta 29,3% Lain-Lain 3,4% Nelayan 0,7% Narapidana 0,2% Sopir 3,1% Anak 7,7%

(42)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2013 30 penunjang (laboratorium) dapat membantu terutama bila gejala klinis kurang memadai.

Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit, disebabkan karena semakin baiknya sarana transportasi penduduk, adanya pemukiman baru, kurangnya perilaku masyarakat terhadap pembersihan sarang nyamuk, terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air serta adanya empat sel tipe virus yang bersirkulasi sepanjang tahun.

Penyakit DBD disebabkan oleh Virus Dengue dengan tipe DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne

viruses (arboviruses). Keempat type virus tersebut telah ditemukan di berbagai

daerah di Indonesia antara lain Jakarta dan Yogyakarta. Virus yang banyak berkembang di masyarakat adalah virus dengue dengan tipe satu dan tiga.

Gejala pada penyakit demam berdarah diawali dengan : a. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 oC - 40 oC)

b. Manifestasi pendarahan, dengan bentuk : uji tourniquet positif puspura pendarahan, konjungtiva, epitaksis, melena, dsb.

c. Hepatomegali (pembesaran hati).

d. Syok, tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang, tekanan sistolik sampai 80 mmHg atau lebih rendah.

e. Trombositopeni, pada hari ke 3 - 7 ditemukan penurunan trombosit sampai 100.000 /mm3.

f. Hemokonsentrasi, meningkatnya nilai Hematokrit.

g. Gejala-gejala klinik lainnya yang dapat menyertai: anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare kejang dan sakit kepala.

h. Pendarahan pada hidung dan gusi.

i. Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi permasalahan serius di Kabupaten Jepara. Dalam tiga tahun berturut-turut Kabupaten Jepara

(43)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2013 31 0masuk dalam 5 besar kasus DBD terbesar di Provinsi Jawa Tengah. Untuk Tahun 2013 Kabupaten Jepara menduduki ranking pertama. Tingginya angka kesakitan DBD di Kabupaten Jepara ini disebabkan karena adanya iklim yang tidak stabil dan curah hujan yang cukup banyak pada musim penghujan yang merupakan sarana perkembangbiakan nyamuk Aedes aegipty yang cukup potensial, juga didukung dengan tidak maksimalnya kegiatan PSN di masyarakat yang justru merupakan jurus ampuh dalam membasmi DBD dibandingkan dengan foging yang hanya dapat membunuh nyamuk dewasa.

Angka yang digunakan dalam kasus DBD adalah angka kesakitan (IR) dan angka kematian (CFR). Tahun 2013 IR adalah 183,6/100.000 penduduk dan CFR 12,5%. Angka kesakitan tersebut belum mencapai target MDG’s yaitu IR 54/100.000 penduduk dan untuk CFR sebesar < 1%.

Gambar 3.14

Angka Kesakitan dan Kematian DBD Di Kabupaten Jepara Tahun 2009 – 2013

Tahun Penderita Meninggal IR/ 100.000 CFR

2009 1680 19 151,6 1,13

2010 1894 15 172,6 0,79

2011 301 1 26,9 0,3

2012 607 3 53,2 0,49

2013 2130 11 183,6 12,5

Jumlah kasus terbanyak berturut-turut dari Puskesmas Jepara 456 kasus, Mlonggo 288 kasus, Tahunan 220 kasus, Pecangaan 167 kasus. Penderita tersebar di 20 Puskesmas di Kabupaten Jepara dengan kasus terendah di Kecamatan Karimunjawa sebanyak 4 kasus (tabel 23). Kematian yang ada di puskesmas sebanyak 11 kasus adalah Puskesmas Tahunan 3 kasus, Puskesmas Pakisaji 2 kasus, Puskesmas Welahan II 2 kasus, Puskesmas Bangsri I 1 kasus, Puskesmas Bangsri II 1 kasus, Puskesmas Jepara 1 kasus, dan Puskesmas Welahan I 1 kasus.

(44)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2013 32

Gambar 3.15

Distribusi Penderita DBD menurut Kecamatan

Di Kabupaten Jepara Tahun 2013

<50/100.000 >50/100.000 15 8 16 3 7 26 1 2 DONOROJO 10.7 KELING 14.6 KEMBANG BANGSRI PAKIS AJI 273.8 JEPARA 543.7 TAHUNAN KEDUNG BATEALIT 70.5 PECANGAAN NALUMSARI MAYONG 69.9 WELAHAN KALINYAMATAN 74.5 MLONGGO 350,6 KARIMUN JAWA 182.7 261 205,2 158,1 58.6 97,8.0 203.3 144,9

Dilihat dari pola penyebaran, terlihat daerah endemis masih tetap tinggi kasusnya, malah ada kecenderungan meluas kedaerah-daerah non endemis.

Permasalahan yang dihadapi di Kabupaten Jepara hasil penyelidikan epidemiologi ternyata banyak ditemukan tempat-tempat perindukan nyamuk di sekitar rumah penduduk pada barang-barang bekas seperti ban bekas, tempurung kelapa, bekas potongan bambu/pohon, kaleng dan plastik bekas yang menampung air hujan, padasan. Pengetahuan masyarakat tentang deteksi dini yang masih rendah, adanya paradigma foging yang masih melekat dalam penyelesaian masalah, gerakan PSN dalam masyarakat yang rendah. Permasalahan yang ada telah ditindak lanjuti oleh Dinas kesehatan Kabupaten Jepara dengan peningkatan penyuluhan penyakit DBD yang intensif, peningkatan gerakan PSN di lingkungan keluarga (khususnya di daerah endemis), larvasidasi masal pada daerah endemis, foging sesuai kriteria.

Gambar

Tabel 56 100 Pasien Maskin (dan hampir miskin) Mendapat
TABEL 6 KABUPATEN JEPARA TAHUN  2013 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 KEDUNG Kedung I 577 2 579 551 2 553 1.128 4 1.132 2 Kedung II 189 1 190 154 2 156 343 3 346 3 PECANGAAN Pecangaan 718 2 720 718 1 719 1.436 3 1.439 4 WELAHAN Welahan I 524 1 525 529 1 530 1.
TABEL 10 KABUPATEN JEPARA TAHUN  2013 L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 1 KEDUNG Kedung I 29.312 28.695 58.007 13 13 26 11 8 19 24 21 45 81,88 73,18 77,58 0 0 0 2 Kedung II 9.006 8.900 17.
TABEL  14 KABUPATEN JEPARA TAHUN  2013 L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 KEDUNG Kedung I 1 1 3 4 7 0 2 2 2 Kedung II 0 1 1 2 0 1 1 3 PECANGAAN Pecangaan 1 1 2 1 1 2 0 0 4 WELAHAN Welahan I 1 1 1 1 0 0 5 Welahan II 0 2 1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Praktikum fitokimia merupakan kegiatan yang dilakukan dimana mahasiswa dapat belajar mempraktekkan cara penyiapan bahan baku yang berasal dari bahan alam (simplisia),

Dokumen Rencana Operasional Prodi Sarjana Terapan Terapi Wicara dana Bahasa Jurusan Terapi Wicara Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta Tahun 2021 merupakan penjabaran

Dalam rangka pelaksanaan kegiatan penelitian Tahun Anggaran 2019 bagi Dosen STAI Terpadu Yogyakarta maka perlu ditetapkan dalam bentuk surat keputusan. Bahwa

Pada umur 28 hari, kuat tekan rata-rata tertinggi pada beton S2 (90,265 MPa), beton dengan bahan tambahan additive superplasticizer sebesar 1%. Beton S3 dengan

Nilai X 1 = -1.269.10 -8 menunjukkan adanya kenaikan variabel realisasi pembiayaan sebelum pembatasan jaminan yang dapat mengakibatkan kenaikan tingkat profitabilitas

Dari pembahasan tentang bimbingan konseling di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling adalah usaha pertolongan yang melengkapi pendidikan, berorientasi pada

Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun

Jika kamu mengerti bahwa berbagai nubuatan yang diberikan kepada dunia dari Surga, berpuncak disini, untuk meningkatkan imanmu dan memastikan bahwa kamu tetap setia kepada