• Tidak ada hasil yang ditemukan

M E N T E R I P E K E R J A A N U M U M R E P U B L I K I N D O N E S I A PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NO : 14/PRT/M/2009 T E N T A N G

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "M E N T E R I P E K E R J A A N U M U M R E P U B L I K I N D O N E S I A PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NO : 14/PRT/M/2009 T E N T A N G"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

1

1 M E N T E R I

P E K E R J A A N U M U M R E P U B L I K I N D O N E S I A

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NO : 14/PRT/M/2009

T E N T A N G

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN BAKUAN KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 19 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006, tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional, Pembinaan Teknis terhadap Pelaksanaan Sislatkernas di masing-masing sektor dilakukan oleh instansi pemerintah yang membidangi sektor yang bersangkutan; b. bahwa sebagai salah satu penunjang terlaksananya

Sislatkernas diperlukan pedoman pembinaan teknis sistem pelatihan berbasis kompetensi kerja jasa konstruksi;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana di maksud dalam huruf a dan b perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum.

(2)

Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3957);

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2006 Tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006, Nomor 67 Tambahan Lembaran Negara 4637);

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007, Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);

4. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Negara Republik Indonesia;

5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004;

6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional; 7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

01/PRT/M/2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pekerjaan Umum.

(3)

3

1 M E M U T U S K A N

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM

TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN

BAKUAN KOMPETENSI SEKTOR JASA

KONSTRUKSI Pasal 1

Dalam peraturan Menteri Pekerjaan Umum ini yang dimaksud dengan : 1. Kompetensi Kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang

mencakup aspek spesifik pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang diterapkan untuk mewujudkan standar kinerja yang dipersyaratkan ditempat kerja;

2. Bakuan Kompetensi adalah perangkat Standar Kompetensi, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Materi Pelatihan, dan Materi Uji Kompetensi yang diperlukan dalam penyelenggaraan pelatihan dan uji kompetensi; 3. Kurikulum Pelatihan adalah seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pelatihan tertentu;

4. Pelatihan Berbasis Kompetensi Kerja adalah pelatihan kerja yang menitikberatkan pada penguasaan kemampuan kerja yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja sesuai dengan standar yang ditetapkan dan persyaratan di tempat kerja;

5. Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi adalah uraian materi pelatihan yang disusun dengan format tertentu, konsisten mengacu kepada Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi dan KUK (Kriteria Unjuk Kerja) serta hasil analisis IUK (Indikator Unjuk Kerja/Keberhasilan) dari masing-masing KUK yang telah dirumuskan dalam satuan Unit Kompetensi; 6. Standar Kompetensi kerja Nasional Indonesia yang selanjutnya

disingkat SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian serta sikap kerja

(4)

yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan; 7. Kurikulum Pelatihan Berbasis Kompetensi yang selanjutnya disingkat

KPBK adalah seperangkat rencana dan pengaturan kegiatan secara sistematis dalam pencapaian kompetensi kerja pada pelatihan, yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan atau keahlian, serta sikap kerja, dalam kurun waktu dan metode yang ditentukan;

8. Materi Uji Kompetensi yang selanjutnya disingkat MUK adalah alat ukur kompetensi yang dikembangkan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dinyatakan dalam setiap Kriteria Unjuk Kerja (KUK), dalam bentuk pertanyaan, instruksi atau pelatihan untuk melakukan kegiatan tertentu kepada peserta uji sesuai tingkat kompetensi yang disyaratkan dalam SKKNI;

9. Menteri adalah Menteri Pekerjaan Umum.

Pasal 2

1. Pengaturan Pedoman Teknis Penyusunan Bakuan Kompetensi dimaksudkan sebagai pedoman bagi institusi pelatihan dan asosiasi profesi yang bergerak di sektor jasa konstruksi dalam kegiatan penyusunan bakuan kompetensi sektor jasa konstruksi.

2. Pengaturan Pedoman Teknis Penyusunan Bakuan Kompetensi bertujuan untuk :

a. Terwujudnya sistem pelatihan kerja jasa konstruksi yang efektif dan efisien, tepat sasaran serta tepat pemanfaatan.

b. Memberi arah dalam pembinaan teknis dan pemberdayaan seluruh sumber daya pelatihan kerja jasa konstruksi berbasis kompetensi.

Pasal 3

1. Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi pengaturan tentang Tata Cara Penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Sektor Jasa Konstruksi, Teknis Penyusunan Kurikulum Pelatihan Berbasis Kompetensi Kerja Jasa Konstruksi, Teknis

(5)

5

1 Penyusunan Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kerja Jasa

Konstruksi dan Teknis Penyusunan Materi Uji Kompetensi Berbasis Kompetensi Kerja Jasa Konstruksi;

2. Materi muatan tentang Teknis Penyusunan Bakuan Kompetensi Sektor Jasa Konstruksi dirinci dan dimuat secara lengkap dalam :

a. Lampiran I : Tata Cara Penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Sektor Jasa Konstruksi;

b. Lampiran II : Pedoman Penyusunan Kurikulum Pelatihan Berbasisi Kompetensi Kerja (KPBK) Sektor Jasa Konstruksi;

c. Lampiran III : Pedoman Penyusunan Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kerja Sektor Jasa Konstruksi;

d. Lampiran IV : Pedoman Penyusunan Modul Uji Kompetensi Kerja Sektor Jasa Konstruksi.

merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum ini berlaku pada tanggal ditetapkan. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum ini disebarluaskan kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk diketahui dan dilaksanakan.

Ditetapkan di : Jakarta Tanggal : 14 Juli 2009

MENTERI PEKERJAAN UMUM

(6)

Lampiran I : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 14/PRT/M/2009 Tanggal : 14 Juli 2009

TATA CARA PENYUSUNAN

STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA (SKKNI) SEKTOR JASA KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Undang-Undang No. 18 Tahun 1999, Tentang Jasa Konstruksi beserta peraturan pelaksanaannya, mengamanatkan bahwa tenaga kerja yang menangani perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan konstruksi harus memiliki sertifikat keahlian dan/atau keterampilan. Keharusan memiliki Sertifikat Keahlian dan/atau Keterampilan Kerja mencerminkan adanya tuntutan kualitas tenaga kerja jasa konstruksi yang profesional. Syarat untuk memenuhi kompetensi tersebut memerlukan perangkat bakuan untuk meningkatkan dan mengukur kompetensi tenaga kerja jasa konstruksi, agar dapat memenuhi tuntutan kualitas yang ditetapkan.

Begitu juga dengan Undang-Undang nomor 13 tahun 2003, Tentang Ketenagakerjaan, yang mensyaratkan bahwa Pelatihan Kerja diselenggarakan berdasarkan program pelatihan yang mengacu pada standar kompetensi kerja.

Peraturan perundang-undangan tersebut di atas mengamanatkan perlunya dibuat Bakuan Kompetensi atau Standar Kompetensi Kerja.

(7)

2 1.2. Tujuan

Tata Cara Penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Sektor Jasa Konstruksi bertujuan untuk memandu pembuatan SKKNI Jasa Konstruksi yang akan digunakan sebagai acuan penyusunan Program Pelatihan dan Sertifikasi Kompetensi tenaga kerja jasa konstruksi.

1.3. Ruang Lingkup

a. Analisis kompetensi kerja

b. Penyusunan Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI)

c. Pembakuan RSKKNI d. Penetapan SKKNI

1.4. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)

1. SKKNI disusun berdasarkan kebutuhan lapangan usaha jasa konstruksi yang sekurang–kurangnya memuat kompetensi teknik dan/atau manajerial, pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja serta aspek-aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

2. SKKNI dikelompokkan ke dalam klasifikasi dan jenjang kualifikasi dengan mengacu pada KKNI.

3. Jenjang kualifikasi jasa konstruksi berdasarkan keterampilan dan keahlian digunakan untuk penjenjangan paket pelatihan dan penyusunan SKKNI.

4. Pada suatu jenjang kualifikasi jasa konstruksi masih dimungkinkan dibuat kelas atau tingkatan tertentu sesuai Kerangka Kualifikasi Jasa Konstruksi (KKJK).

5. Pengelompokan SKKNI dalam jenjang kualifikasi sebagaimana dimaksud pada butir (2), (3) dan (4) dilakukan berdasarkan tingkat kesulitan pelaksanaan pekerjaan, sifat pekerjaan, dan tanggung jawab pekerjaan.

(8)

BAB II

ANALISIS KOMPETENSI KERJA 2.1. Pengertian Analisis Kompetensi Kerja

Analisis Kompetensi Kerja merupakan upaya untuk menganalisis dan mengungkapkan rangkaian kegiatan dalam melaksanakan suatu pekerjaan yang harus dilakukan oleh pelaku langsung/pemangku jabatan kerja.

2.2. Prinsip Dasar Analisis Kompetensi Kerja

1. Proses analisis kompetensi kerja harus diawali dengan kepastian dan kejelasan klasifikasi serta kualifikasi posisi jabatan kerjanya.

2. Proses analisis kompetensi jabatan kerja dilakukan oleh Tim Penyusun draft RSKKNI.

3. Produk analisis kompetensi kerja harus dapat mencerminkan kompetensi kerja dalam mewujudkan standar kinerja yang disyaratkan di tempat kerja.

4. Hasil akhir analisis kompetensi kerja ditransformasi menjadi draft Rancangan Standar Kompetensi Kerja (RSKKNI). 5. Urutan kegiatan analisis pengembangan bakuan kompetensi,

meliputi:

a. Analisis kompetensi kerja yang terdiri atas butir-butir pekerjaan (duty), tugas (task), dan langkah kerja (step) harus mempertimbangkan ketentuan dan batasan pembentukan Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi, dan Kriteria Unjuk Kerja (KUK) yang akan diuraikan dalam bab Penyusunan Rancangan SKKNI.

b. Butir-butir pekerjaan (duty) hasil akhir analisis kompetensi kerja akan ditransformasi menjadi Unit-unit Kompetensi. c. Butir-butir tugas (task) dari hasil analisis setiap pekerjaan

(9)

4

d. Butir-butir langkah kerja (step) dari hasil analisis setiap tugas akan ditransformasi menjadi Kriteria Unjuk Kerja (KUK.

e. Selain itu perlu dikaji dan dipertimbangkan tentang urutan (sequence) pekerjaan, tugas dan langkah kerjanya yang nantinya dicerminkan dalam Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi serta Kriteria Unjuk Kerja (KUK).

2.3. Pelaksanaan Analisis Kompetensi Kerja

1. Analisis Kompetensi Kerja menggunakan metodologi Developing A Curriculum (DACUM) yang telah diaplikasi oleh beberapa negara maupun lembaga internasional di bidang pembinaan/pengembangan tenaga kerja.

2. Rangkaian kegiatan awal analisis kompetensi kerja terdiri atas: a. Studi literatur/desk studies terkait jabatan kerja baik dari

dalam negeri maupun luar negeri

b. Observasi lapangan/tempat kerja pemangku maupun atasan/supervisor/penyelia jabatan kerja

c. Membuat draf awal hasil desk studies dan observasi lapangan/tempat kerja yang dituangkan dalam format standar analisis kompetensi kerja

d. Produk draf awal analisis kompetensi digunakan oleh fasilitator/koordinator sebagai pegangan pelaksanaan lokakarya dengan metodologi yang ditetapkan

e. Draf awal hasil analisis kompetensi kerja melalui desk studies dan observasi lapangan/tempat kerja tidak boleh dibagikan/disodorkan untuk dikoreksi dan/atau disetujui oleh peserta lokakarya.

3. Pelaksanaan lokakarya (workshop) minimal 2 (dua) kali, yang dihadiri oleh ahli/pelaku langsung atau pemangku jabatan kerja dan difasilitasi atau dikoordinasi oleh fasilitator yang kompeten.

(10)

Lokakarya minimal 2 kali terdiri atas :

a. Lokakarya pertama minimal 2 hari, untuk menganalisis pekerjaan, tugas dan langkah kerja.

b. Lokakarya kedua, minimal 2 hari, merupakan kegiatan untuk merangkum hasil analisis kegiatan awal pada butir (2) dan rumusan hasil lokakarya pertama.

4. Peserta lokakarya terdiri atas pakar/ahli dan praktisi/pelaku langsung/pemangku jabatan kerja sebanyak 8 (delapan) sampai 12 (dua belas) orang yang dipandu oleh Tim Penyusun draft RSKKNI.

a. Yang dimaksud dengan pakar/ahli adalah tenaga ahli substansi (subject specialist) atau pelaku langsung, supervisor/penyelia pelaku langsung/pemangku jabatan kerja yang akan dianalisis kompetensi kerjanya.

b. Calon peserta lokakarya dipilih berdasarkan penilaian terhadap pendidikan formal, pendidikan tambahan atau pelatihan dan pengalaman kerja pada bidangnya.

c. Apabila menurut penilaian, ternyata lebih dari 1/2 (setengah) calon peserta yang hadir tidak memenuhi persyaratan, maka proses seleksi peserta harus diulang. d. Peserta lokakarya terbaik diikutsertakan sebagai peserta

pra konvensi dan konvensi, mewakili pakar atau praktisi dan tenaga ahli sesuai dengan bidang profesinya.

2.4. Tahapan Lokakarya 1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut : a. Menetapkan fasilitator dan pembantu fasilitator.

b. Menetapkan jadwal pelaksanaan lokakarya. c. Menyiapkan format DACUM.

d. Menyeleksi dan menetapkan calon peserta lokakarya. e. Menyiapkan sarana dan prasarana lokakarya.

(11)

6 2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut:

a. Memeriksa kesiapan sarana dan prasarana lokakarya. b. Memeriksa format DACUM.

c. Memeriksa daftar hadir peserta lokakarya.

d. Fasilitator menjelaskan maksud dan tujuan lokakarya, mengatur dan mengarahkan diskusi, serta mampu menjaga aturan main diskusi secara demokratis, objektif, seimbang, dan tidak memihak.

e. Semua pendapat peserta lokakarya ditampung dan ditulis dalam 4 macam kertas warna dan ditempel di dinding atau papan lunak yang telah disiapkan

f. Fasilitator memfasilitasi pembuatan kesimpulan dan menyeleksi pendapat peserta lokakarya yang dikelompokkan ke dalam format sebagai berikut:

 Uraian singkat kemampuan jabatan kerja ditulis di atas kertas berwarna no 1.

 Pengelompokkan yang menjadi pekerjaan (duty) ditulis di kertas berwarna no 2.

 Masing–masing pekerjaan dianalisis tugas–tugasnya (tasks) dan ditulis di kertas berwarna no 3.

 Masing–masing tugas dianalisis langkah–langkah kerjanya (steps) yang dicerminkan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja serta alat bantu yang digunakan. Setiap langkah kerja ditulis di kertas berwarna no 4.

g. Kesimpulan akhir dituangkan ke dalam format DACUM untuk dikoreksi.

(12)

3. Tahap Perumusan Hasil Lokakarya Pertama

Rumusan kinerja setiap tugas dituangkan dalam format khusus, yang terdiri atas :

a. Judul pekerjaan (duty) b. Judul tugas (task)

c. Rumusan kinerja setiap tugas (task) merupakan unsur dari satu pekerjaan (duty).

d. Setiap langkah kerja (steps) merupakan unsur dari setiap tugas (task), dianalisis kriteria kinerjanya.

e. Masing–masing kriteria kinerja setiap langkah kerja (steps) dianalisis persyaratan kompetensinya, yang terdiri atas:

 Pengetahuan  Keterampilan  Sikap Kerja

Rumusan yang telah dibahas kembali dan dikoreksi ditandatangani oleh setiap peserta lokakarya.

4. Tahap Penyusunan Hasil Rumusan DACUM

Hasil Analisis Kompetensi Kerja dilakukan dengan membandingkan hasil lokakarya dengan hasil studi literatur maupun observasi lapangan/ pengamatan di tempat kerja.

5. Tahap Pendokumentasian.

Semua hasil lokakarya dikumpulkan dan didokumentasikan dengan baik termasuk daftar isian peserta sebagai dokumen yang mampu telusur.

6. Format DACUM

Format standar analisis kompetensi kerja dengan metodologi DACUM adalah sebagai berikut:

(13)

8

FORMULIR RUMUSAN JABATAN KERJA NAMA JABATAN KERJA

Nama Jabatan Kerja : ………. URAIAN JABATAN

Uraian mengenai tugas-tugas dan tanggung jawab yang dilaksanakan sesuai Jabatan Kerja : ...

PERSYARATAN JABATAN 1. Pendidikan Minimal : 1. .………. 2. .………. 3. .………. 2. Pengalaman Kerja : 1. .………. 2. .………. 3. .………. 3. Persyaratan Lain : 1. .………. 2. .………. 3. .……….

(14)

FORMULIR ANALISIS PEKERJAAN SETIAP JABATAN KERJA PEKERJAAN 1. Pekerjaan A 2. Pekerjaan B 3. Pekerjaan C 4. dst.

FORMULIR ANALISIS TUGAS SETIAP PEKERJAAN

NAMA JABATAN :

PEKERJAAN DAN TUGAS

PEKERJAAN TUGAS 1. Pekerjaan A 2. Pekerjaan B 3. Pekerjaan C dst. 1.1. ……… 1.2. ……… 1.3. ……… dst. 2.1. ……… 2.2. ……… 2.3. ……… dst. 3.1. ……… 3.2. ……… 3.3. ……… dst. dst. dst. dst. dst.

(15)

10

FORMULIR ANALISIS LANGKAH KERJA SETIAP TUGAS NAMA JABATAN :

PEKERJAAN :

TUGAS DAN LANGKAH KERJA TUGAS

(TASK) LANGKAH KERJA

Tugas 1.1 Tugas 1.2 Tugas 1.3 Tugas dst. 1.1.1. ……. 1.1.2. ……. 1.1.3. ……. dst. 1.2.1. ……. 1.2.2. ……. 1.2.3. ……… dst. 1.3.1. ……. 1.3.2. ……. 1.3.3. ……. dst. dst. dst. dst. dst.

(16)

FORMULIR STANDAR KINERJA PELAKSANAAN TUGAS Nama Bidang Pekerjaan/Jabatan Kerja :

Nomor Pekerjaan Nomor Tugas Tingkat Kinerja

Standar Kinerja Pelaksanaan Tugas :

……… Langkah

Kerja

Persyaratan Yang Dibutuhkan Kriteria

Kinerja Pengetahuan Keterampilan Sikap

Kerja Peralatan Material

Prosedur Kerja

(17)

12 BAB III

PENYUSUNAN RANCANGAN

STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA (RSKKNI)

3.1. Transformasi Hasil Analisis Kompetensi Kerja

1. Unit Kompetensi kerja dirumuskan dengan cara mentransformasi hasil akhir analisis kompetensi kerja ke dalam formatRegional Model Competency Standard (RMCS). 2. Cara mentransformasi hasil akhir analisis kompetensi kerja ke

dalam format Unit Kompetensi dilakukan sebagai berikut: a. Pekerjaan (duty) menjadi Unit Kompetensi.

b. Tugas (task) menjadi Elemen Kompetensi.

c. Langkah kerja (step) menjadi Kriteria Unjuk Kerja (KUK). 3. Judul Unit Kompetensi

a. Unit Kompetensi adalah sebagai bagian dari keseluruhan unit kompetensi yang terdapat pada standar kompetensi kerja.

b. Judul Unit Kompetensi merupakan bentuk pernyataan terhadap tugas/pekerjaan yang akan dilakukan dan diawali dengan menggunakan kata kerja operasional dalam kalimat aktif.

c. Batasan Unit Kompetensi antara lain:

 Unit kompetensi merupakan komponen terkecil dari suatu kegiatan/pekerjaan yang tidak bisa dibagi lagi.  Unit Kompetensi dapat digunakan untuk suatu

jabatan kerja lainnya.

(18)

1. Kode Unit Kompetensi : 2. Judul Unit Kompetensi : 3. Diskripsi Unit

Kompetensi

:

4. Elemen Kompetensi : 5. Kriteria Unjuk Kerja (KUK) :

6. Batasan Variabel : 7. Panduan Penilaian :

8. Kompetensi Kunci : Tingkat Kinerja

5. Penjelasan unsur–unsur Unit Kompetensi diuraikan sebagai berikut:

1. Kode Unit Kompetensi

Kode Unit Kompetensi mengacu kepada pengkodean yang memuat sektor jasa konstruksi, kelompok Unit Kompetensi, nomor urut Unit Kompetensi, versi tahun pembuatan yang akan diatur lebih lanjut.

2. Judul Unit Kompetensi

Judul unit kompetensi, merupakan bentuk pernyataan terhadap tugas/pekerjaan yang akan dilakukan. Unit Kompetensi adalah bagian dari keseluruhan Unit Kompetensi yang terdapat pada standar kompetensi kerja. Judul Unit Kompetensi harus menggunakan kalimat aktif yang diawali dengan kata kerja aktif yang terukur.

Kata kerja aktif yang digunakan dalam penulisan judul Unit Kompetensi, misalnya, memperbaiki, mengoperasikan, melakukan, melaksanakan, menjelaskan, mengomunikasikan, menggunakan,

(19)

14

melayani, merawat, merencanakan, membuat dan lain-lain.

Kata kerja aktif yang digunakan dalam penulisan judul Unit Kompetensi sedapat mungkin menghindari penggunaan kata kerja seperti, memahami, mengetahui, menerangkan, mempelajari, menguraikan, mengerti dan atau yang sejenis.

3. Deskripsi Unit Kompetensi

Deskripsi Unit Kompetensi menjelaskan secara singkat isi dari judul Unit Kompetensi yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam menyelesaikan satu tugas yang disyaratkan dalam judul Unit Kompetensi.

4. Elemen Kompetensi

Elemen Kompetensi adalah bagian kecil dari Unit Kompetensi, yang mengidentifikasi kegiatan yang harus dikerjakan untuk mencapai Unit Kompetensi tersebut. Elemen Kompetensi ditulis menggunakan kalimat aktif. Dalam setiap Unit Kompetensi terdapat 3 sampai 5 Elemen Kompetensi. Keseluruhan Elemen Kompetensi pada setiap Unit Kompetensi harus mencerminkan kegiatan merencanakan, menyiapkan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan.

5. Kriteria Unjuk Kerja (KUK)

Kriteria Unjuk Kerja merupakan bentuk pernyataan yang menggambarkan kegiatan yang harus dikerjakan untuk memeragakan hasil kerja/karya pada setiap Elemen Kompetensi. Kriteria Unjuk Kerja harus mencerminkan kegiatan yang dapat menggambarkan 3 aspek, yaitu

(20)

pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja. Setiap Elemen Kompetensi minimal terdiri atas 3 Kriteria Unjuk Kerja dan dirumuskan dalam kalimat terukur dengan bentuk pasif.

Pemilihan kosakata dalam menulis kalimat KUK harus memperhatikan keterukuran aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja, yang ditulis dengan memperhatikan tingkat taksonomi kognitif dan pengembangannya yang terkait dengan aspek-aspek psikomotorik, kognitif dan afektif sesuai dengan tingkat kesulitan pelaksanaan tugas pada tingkatan/urutan Unit Kompetensi.

6. Batasan Variabel

Batasan variabel untuk Unit Kompetensi minimal dapat menjelaskan:

a. Konteks variabel yang dapat mendukung atau menambah kejelasan tentang isi sejumlah Elemen Kompetensi pada satu Unit Kompetensi tertentu, dan kondisi lainnya yang diperlukan dalam melaksanakan tugas.

b. Perlengkapan yang diperlukan seperti peralatan, bahan atau fasilitas yang digunakan harus sesuai persyaratan yang ditentukan untuk melaksanakan Unit Kompetensi.

c. Tugas yang dilakukan harus mendukung terpenuhinya persyaratan Unit Kompetensi.

d. Peraturan-peraturan yang ada, diperlukan sebagai dasar atau acuan dalam melaksanakan tugas untuk memenuhi persyaratan kompetensi.

(21)

16 7. Panduan Penilaian

Panduan penilaian ini digunakan untuk membantu penilai dalam melakukan penilaian/pengujian pada Unit Kompetensi, antara lain meliputi:

a. Penjelasan tentang hal-hal yang diperlukan dalam penilaian adalah: prosedur, alat, bahan dan tempat kerja serta penguasaan Unit Kompetensi tertentu. Unit Kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya digunakan sebagai persyaratan awal. Panduan ini diperlukan untuk melanjutkan penguasaan Unit Kompetensi yang dinilai serta keterkaitannya dengan Unit Kompetensi lain.

b. Kondisi pengujian merupakan suatu kondisi yang berpengaruh atas tercapainya kompetensi kerja, yang mencakup tempat, objek penilaian, cara dan lingkup penilaian yang harus dilakukan. Sebagai contoh, pengujian dilakukan dengan metode tes tertulis, wawancara, demonstrasi, menggunakan alat peraga dan praktek di tempat kerja.

c. Pengetahuan yang dibutuhkan, merupakan informasi yang diperlukan untuk mendukung tercapainya Kriteria Unjuk Kerja pada Unit Kompetensi tertentu. d. Keterampilan yang dibutuhkan, merupakan informasi

yang diperlukan sebagai bukti kemampuan untuk mendukung tercapainya Kriteria Unjuk Kerja pada Unit Kompetensi tertentu.

e. Aspek kritis merupakan aspek atau kondisi yang harus dimiliki seseorang untuk menemu-kenali sikap kerja untuk mendukung tercapainya Kriteria Unjuk Kerja pada Unit Kompetensi tertentu.

(22)

8. Kompetensi Kunci

Kompetensi kunci merupakan persyaratan kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk mencapai unjuk kerja yang disyaratkan dalam pelaksanaan tugas pada Unit Kompetensi tertentu, yang terdiri atas 7 (tujuh) kriteria kompetensi kunci, yaitu:

a. Mengumpulkan, menganalisis dan mengorganisasi informasi.

b. Mengomunikasikan informasi dan ide-ide. c. Merencanakan dan mengorganisasi kegiatan. d. Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok. e. Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis. f. Memecahkan masalah.

g. Menggunakan teknologi.

Masing-masing dari ketujuh kompetensi kunci tersebut, memiliki tingkatan dalam tiga kategori. Katagori sebagaimana dimaksud tertuang dalam tabel gradasi kompetensi kunci. Tabel gradasi kompetensi kunci merupakan daftar yang menggambarkan :

a. Kompetensi kunci (berisi 7 kompetensi kunci) b. Tingkat/gradasi (1,2 dan 3)

Dari Tabel Gradasi kompetensi kunci, setelah dilakukan analisa terhadap masing-masing nilai kompetensi kunci, selanjutnya dapat dilakukan perhitungan penjumlahan nilai dari setiap kompetensi kunci yang digunakan sebagai pedoman penetapan tingkat/derajat kemudahan atau kesulitan dari unit kompetensi tertentu.

(23)

18

Tabel Gradasi (Tingkatan) Kompetensi Kunci KOMPETENSI KUNCI TINGKAT 1 “Melakukan Kegiatan“ TINGKAT 2 “Mengelola Kegiatan“ TINGKAT 3 “Mengevaluasi dan Memodifikasi Proses“ 1. Mengumpulkan, menganalisa dan mengorganisasi kan informasi Mengikuti pedoman yang ada dan merekam dari satu sumber informasi

Mengakses dan merekam lebih dari satu sumber informasi

Meneliti dan menyaring lebih dari satu sumber dan mengevaluasi kualitas informasi 2. Mengkomunikas ikan informasi dan ide-ide Menerapkan bentuk komunikasi untuk mengantisipasi Kontek komunikasi sesuai jenis dan gaya berkomunikasi

Menerapkan gagsan informasi dengan memilih gaya yang paling sesuai

Memilih model dan bentuk yang sesuai dan memperbaiki dan mengevaluasi jenis komunikasi dari berbagai macam jenis dan gaya cara berkomunikasi 3. Merencanakan dan mengorganisasi kan kegiatan Bekerja dibawah pengawasan atau supervisi Mengkoordinir dan mengatur proses pekerjaan dan menetapkan prioritas kerja Menggabungkan strategi, rencana, pengaturan, tujuan dan prioritaskerja 4. Bekerjasama dengan orang lain Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sudah dipahami/aktivitas rutin Melaksanakan kegiatan dan membantu merumuskan tujuan Bekerjasama untuk menyelesaikan kegiatan-kegiatan yang bersifat komplek 5. Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis Melaksanakan tugas-tugas yang sederhana dan telah ditetapkan

Memilih gagasan dan teknik bekerja yang tepat untuk menyelesaikan tugas-tugas yang komplek

Bekerja dalam menyelesaikan tugas yang lebih komplek dengan menggunakan teknik dan matematis

(24)

KOMPETENSI

KUNCI “MelakukanTINGKAT 1 Kegiatan“ TINGKAT 2 “Mengelola Kegiatan“ TINGKAT 3 “Mengevaluasi dan Memodifikasi Proses“ 6. Memecahkan masalah Memecahkan masalah untuk tugas rutin di bawah pengawasan/ supervisi

Memecahkan masalah untuk tugas rutin secara mandiri berdasarkan pedoman/panduan Memecahkan masalah yang komplek dengan menggunakan pendekatan metoda yang sistematis 7. Menggunakan teknologi Menggunakan teknologi untuk membuat barang dan jasa yang sifatnya berulang-ulang pada tingkat dasar di bawah pengawasan/ supervisi Menggunakan teknologi untuk mengkonstruksi, mengorganisasikan atau membuat produk barang atau jasa berdasarkan desain Menggunakan teknologi untuk membuat desain/merancan, menggabungkan, memodifikasi dan mengembangkan produk barang atau jasa

3.2. Format RSKKNI (Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia)

1. a. Unit–unit Kompetensi yang terbentuk dari transformasi hasil analisis kompetensi, dituangkan ke dalam format Unit Kompetensi berdasarkan klasifikasi dan jenjang kualifikasi/jabatan kerja menjadi konsep RSKKNI.

b. Unit-unit Kompetensi pada setiap jabatan kerja mengandung 3 kelompok Unit Kompetensi, yaitu:

(1) Kelompok Kompetensi Umum. (2) Kelompok Kompetensi Inti. (3) Kelompok Kompetensi Khusus.

c. Setiap Unit Kompetensi mengandung dimensi kompetensi, yang terdiri atas:

(1) Kemampuan dalam tugas (task skill),

(2) Kemampuan mengelola tugas (task management skill),

(25)

20

(3) Kemampuan mengelola hal-hal tak terduga dengan cermat (contingency management skill),

(4) Kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja termasuk mentaati ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja (job/role environment/safety/health skill),

(5) Kemampuan mentransfer atau adaptasi dalam situasi kerja yang berbeda/tempat kerja baru (transfer management skill).

d. Pemaketan Unit Kompetensi dapat dilakukan berdasarkan klasifikasi dan jenjang kualifikasi/jabatan kerja dan berdasarkan kluster/area kerja. Jenis pekerjaan/jabatan berdasarkan kluster tidak memerlukan persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam jenjang kualifikasi pekerjaan/jabatan berdasarkan KKNI, tetapi masih dalam koridor SKKNI.

e. Pemaketan Unit Kompetensi jasa konstruksi berdasarkan jenjang kualifikasi yang mengacu kepada KKNI dan KKJK disusun sebagai berikut:

(26)

FORMAT PAKET UNIT KOMPETENSI DENGAN JENJANG KUALIFIKASI PADA SKKNI/KKJK/JABATAN KERJA

Sektor : Jasa Konstruksi

Sub Sektor/Bidang Pekerjaan : Arsitektur/Sipil/Mekanikal/Elektrikal/ Tata Lingkungan (ASMET) *)

Sub Bidang Pekerjaan : ………..

Bagian Sub Bidang : ………..

Klasifikasi : Perencanaan/Pelaksanaan/Pengawasan*) Nama Jabatan Kerja/ : ... Profesi *)

Jenjang KKNI/KKJK : Level ... (...) /... Diskripsi Jabatan Kerja/ : ... Profesi *)

Kode :         

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

KELOMPOK KOMPETENSI UMUM

No. Kode Unit Judul Unit Kompetensi

KELOMPOK KOMPETENSI INTI

(27)

22

KELOMPOK KOMPETENSI KHUSUS

No. Kode Unit Judul Unit Kompetensi

* Coret yang tidak diperlukan

2. a. Hasil penyusunan draf RSKKNI divalidasi oleh unsur-unsur pakar, praktisi dan institusi terkait.

b. Hasil penyusunan draf RSKKNI dibahas oleh Komite RSKKNI yang dilakukan melalui forum pra-konvensi. c. Komite RSKKNI dibentuk berdasarkan keputusan pejabat

eselon I yang membidangi Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya Manusia (SDM)

d. Keanggotaan komite sebagaimana dimaksud di atas terdiri atas unsur instansi teknis pembina sektor jasa konstruksi, LPJKN, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), assosiasi profesi, assosiasi industri terkait, pakar, praktisi dan tenaga ahli sesuai bidang profesinya.

e. Ketentuan pembahasan draf RSKKNI melalui forum pra-konvensi sampai pada tahap pembahasan dalam forum konvensi selalu mengikuti ketentuan peraturan perundang–undangan yang berlaku tentang Tata Cara Penetapan SKKNI.

f. Draf RSKKNI yang sudah dibahas dalam pra-konvensi diajukan kepada LPJKN dan BNSP untuk diverifikasi dalam rangka kesesuaian dengan sertifikasi kompetensi keahlian dan keterampilan jasa konstruksi serta kesesuaian penyusunan standar kompetensi yang

(28)

dilaksanakan paling lama 14 (empat belas) hari sejak diterimanya draf RSKKNI dari instansi, pembina jasa konstruksi.

g. Hasil pembahasan pada forum pra-konvensi digunakan sebagai bahan pembahasan di forum konvensi.

3.3. Pembakuan RSKKNI

1. Pembakuan RSKKNI dilakukan melalui penyelenggaraan forum konvensi yang dikoordinasi oleh pembina sektor jasa konstruksi dengan melibatkan komite RSKKNI pada instansi teknis pembina sektor.

2. Forum konvensi sebagaimana dimaksud di atas menghasilkan bakuan RSKKNI yang telah disetujui oleh seluruh pemangku kepentingan untuk ditetapkan menjadi SKKNI.

3. Ketentuan penetapan SKKNI mulai dari pembahasan pada forum konvensi sampai dengan pemberlakuan SKKNI, selalu memperhatikan ketentuan peraturan perundang–undangan yang berlaku, antara lain Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Tentang Tata Cara Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia.

3.4. Penyusunan SKK dengan Adopsi/Adaptasi

Penyusunan SKK dimungkinkan dengan cara adopsi/adaptasi, yang dilakukan apabila ada referensi yang baik dan sangat diperlukan.

Penyusunan Standar Kompetensi Kerja (SKK) dengan pendekatan adopsi atau adaptasi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

Tahap Pertama

Identifikasi dan titik rujukan (benchmark) berbagai Standar Kompetensi yang telah ada dari berbagai negara atau lembaga

(29)

24

internasional lainnya yang diperoleh dari standar-standar luar negeri.

Tahap Kedua

Unit-unit Kompetensi yang dipilih, diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan memperhatikan taksonominya.

Tahap Ketiga

Penyesuaian kontekstual aspek parameter yang tertuang dalam rentang variabel, ditelaah ulang dan disesuaikan dengan kondisi di Indonesia, terutama yang berkaitan dengan peraturan, standar-standar, dan hal lain yang terkait.

Tahap Keempat

Pembahasan draf hasil terjemahan yang telah disesuaikan dengan konteks sosial budaya, cita-cita, dan pembangunan kapasitas (capacity building) maupun sikap kerja tenaga kerja Indonesia, dibahas dalam forum lokakarya/workshop, prakonvensi dan konvensi.

Tentang hal yang berkaitan dengan hak cipta, diselesaikan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia maupun negara asal yang SKK-nya diadopsi.

3.5. Peninjauan Ulang (review) SKK yang sudah ada

Peninjauan ulang (review) SKK yang sudah ada dilakukan apabila kandungan substansi dan atau formatnya sudah tidak sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan yang berlaku.

Peninjauan ulang SKK yang telah ada dilakukan sebagai berikut : 1. Memperhatikan masukan dan saran dari pihak penggunan

SKK yang didasarkan pada cakupan substansi dan format yang digunakan.

(30)

2. Melakukan kaji ulang terhadap kelayakan SKK yang sudah ada berdasarkan pengakuan kompetensi terkini (Recognition of Current Competency).

3. Proses peninjauan ulang (review) dilakukan melalui workshop terbatas dan analisis DACUM lainnya, yang dihadiri oleh ahli/praktisi atau pelaku lansung/pemangku jabatan kerja yang bersangkutan.

4. Format Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) dan pembakuan SKKNI sektor jasa konstruksi mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku.

MENTERI PEKERJAAN UMUM

(31)

1

Lampiran II : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 14/PRT/M/2009

Tanggal : 14 Juli 2009

PEDOMAN PENYUSUNAN KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KERJA JASA KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Peraturan Pemerintah No. 31 tahun 2006 Tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional, pasal 19 ayat (4) menyatakan bahwa pembinaan teknis terhadap pelaksanaan Sistem Pelatihan Kerja Nasional di masing-masing sektor dilakukan oleh instansi pemerintah sektor yang bersangkutan.

Untuk memenuhi amanat Peraturan Pemerintah tersebut, sektor jasa konstruksi dengan perangkat aturan dalam pembinaan dan pengembangan tenaga kerjanya, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2000, Bab III tentang Tenaga Kerj a Konstruksi pasal 19 ayat (2) dan (3), bahwa sertifikasi keterampilan dan keahlian kerja diberikan kepada tenaga kerja terampil dan atau ahli yang telah memenuhi persyaratan berdasarkan disiplin keilmuan dan atau keahlian/keterampilan tertentu.

Untuk memenuhi persyaratan berdasarkan displin keilmuan dan atau keahlian/keterampilan tertentu, sebagaimana dinyatakan dalam PP No. 28 tahun 2000 di atas, diperlukan program pelatihan kerja yang didasarkan kepada Standar Kompetensi Kerja. Program pelatihan kerja tersebut perlu disusun dan dikembangkan oleh institusi pendidikan atau pelatihan yang ada di sektor jasa konstruksi. Dalam penyusunan program pelatihan kerja diperlukan pemahaman tentang tata cara dan

(32)

langkah-langkah baku, sehingga kegiatan pelatihan kerja yang diselenggarakan oleh institusi pelatihan dapat berjalan efektif mencapai tingkat kompetensi yang disyaratkan. Peraturan ini dimaksudkan untuk dijadikan sebagai acuan dalam menyusun kurikulum pelatihan berbasis kompetensi, yang merupakan bagian dari program pelatihan kerja.

1.2. Tujuan Pedoman Penyusunan Kurikulum Pelatihan Berbasis Kompetensi

Tujuan pedoman penyusunan kurikulum pelatihan berbasis kompetensi kerja jasa konstruksi adalah untuk memandu penyusunan dan pengembangan kurikulum pelatihan yang akan digunakan sebagai salah satu masukan dalam menyusun Program Pelatihan Berbasis Kompetensi Kerja Jasa Konstruksi.

(33)

3 BAB II

PENYUSUNAN KURIKULUM PELATIHAN

2.1. Perumusan Tujuan Pelatihan

1. Pelatihan merupakan kumpulan dari unsur–unsur dinamis, yang saling berhubungan/berkaitan dalam proses pencapaian tujuan pelatihan. Perumusan tujuan pelatihan didasarkan pada Standar Kompetensi Kerja (SKK) sebagai acuan dalam penyusunan kurikulum pelatihan, materi pelatihan, materi uji pelatihan, serta unsur-unsur kegiatan pelatihan lainnya. 2. Perumusan tujuan pelatihan merupakan penjabaran dari

rangkaian kegiatan yang disyaratkan dalam standar kompetensi untuk menjawab tuntutan dari setiap kriteria unjuk kerja dalam pencapaian kompetensi kerja.

3. Tujuan pelatihan

Pelatihan kerja diarahkan untuk membekali, meningkatkan dan mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan produktivitas dan kesejahteraan.

2.2. Kerangka Dasar Penyusunan Kurikulum Pelatihan

1. Penyusunan kurikulum pelatihan merupakan salah satu tahapan kegiatan penyelenggaraan pelatihan yang sangat menentukan tercapainya tujuan pelatihan.

2. Penyusunan kurikulum dilakukan dengan mengidentifikasi Unit–unit Kompetensi melalui analisis terhadap Kriteria Unjuk Kerja (KUK) pada setiap Elemen Kompetensi, sehingga menghasilkan indikator-indikator keberhasilan pencapaian kompetensi.

3. Rangkuman indikator keberhasilan yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dari hasil analisis terhadap KUK, merupakan dasar rumusan penyusunan kurikulum dan silabus suatu paket pelatihan.

(34)

2.3. Pengembangan Paket Pelatihan

Pengembangan paket pelatihan mengacu pada: 1. Standar Kompetensi Kerja

Standar Kompetensi Kerja harus mengacu kepada 3 (tiga) aspek, yaitu:

Aspek Kompetensi, Aspek Dimensi Kompetensi dan Aspek Tingkat/gradasi Kompetensi Kunci.

a. Aspek Kompetensi terdiri dari Pengetahuan (Knowledge), Keterampilan (Skills) dan Sikap Kerja (Attitude).

b. Dimensi Kompetensi ada 5 (lima) terdiri atas: (1) Kemampuan dalam tugas (task skill)

(2) Kemampuan mengelola tugas (task management skill)

(3) Kemampuan mengatasi suatu masalah tak terduga (contingency management skill)

(4) Kemampuan menyesuaikan dengan ketentuan lingkungan kerja, keselamatan dan kesehatan kerja (job/role environment safety/health skill)

(5) Kemampuan mentransfer/beradaptasi dengan situasi yang berbeda/tempat kerja baru (transferable management skill).

c. Tingkat/gradasi Kompetensi Kunci sebagai tingkat kinerja terdiri atas:

(1) Tingkat Kinerja 1: melaksanakan proses sesuai teori atau prosedur yang telah ditentukan dan menilai mutu berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.

(2) Tingkat Kinerja 2: Mengelola proses termasuk menganalisis dan menentukan kriteria untuk sintesa dan mengevaluasi proses.

(3) Tingkat Kinerja 3: Menentukan prinsip-prinsip proses, mengevaluasi dan mengubah bentuk proses secara kreatif dan inovatif berwawasan masa depan dan menentukan kriteria untuk pengembangan proses.

(35)

5

2. Pedoman asesmen (assesment guide) yaitu pedoman yang memberikan suatu kerangka untuk menilai pencapaian kompetensi yang disyaratkan untuk suatu jabatan kerja tertentu.

3. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) adalah kerangka, perjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor.

Kualifikasi yang berlaku secara nasional dan mengacu pada KKNI, terdiri atas sembilan jenjang profesional sebagai berikut: a. Kualifikasi tenaga kerja berdasarkan kemampuan teknis, terdiri atas enam jenjang yaitu I, II, III, IV, V dan VI (semakin besar angkanya semakin tinggi jenjangnya). Termasuk di dalamnya adalah kemampuan manajerial (management skill). Semakin tinggi kualifikasi akan semakin besar peran manajerial, sementara peran teknis (technical skill) semakin kecil tetapi lebih mendalam. b. Kualifikasi untuk tenaga kerja profesional yang berbasis

kemampuan intelektual melalui kegiatan riset dan pengembangan terdiri atas tiga jenjang kualifikasi, yaitu VII, VIII dan IX.

Penyusunan Kurikulum Pelatihan Berbasis Kompetensi disandingkan dengan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dan Kerangka Kualifikasi Jasa Konstruksi (KKJK), digambarkan sebagai berikut :

(36)

PENDAYAGUNAAN KUALIFIKASI DAN PELATIHAN

2.4. Penyusunan Kurikulum Mengacu SKK

Penyusunan kurikulum dan silabus pelatihan berbasis kompetensi kerja dilakukan dengan mentransformasi unsur-unsur Standar Kompetensi Kerja (SKK) menjadi unsur-unsur materi pelatihan, dengan uraian sebagai berikut :

a. Judul Unit Kompetensi merepresentasi judul mata latih. b. Judul Elemen Kompetensi, merepresentasi judul silabus

pelatihan.

c. Judul KUK merepresentasi judul sub silabus materi pelatihan. d. IUK menguraikan dan menjelaskan kompetensi yang dituntut

pada setiap KUK yang meliputi aspek pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan sikap kerja (attitude).

(37)

7 2.5. Tahapan Penyusunan Kurikulum

1. Tahapan utama proses penyusunan kurikulum adalah : a. Strategi Pencapaian Tujuan Kompetensi.

Strategi pencapaian tujuan kompetensi dalam pembuatan kerangka silabus dikembangkan berdasarkan identifikasi dan analisis Indikator Unjuk Kerja/Keberhasilan (IUK) terhadap Tingkat Kompetensi dan Dimensi Kompetensi dari masing-masing Kriteria Unjuk Kerja (KUK).

Apabila salah satu kolom hasil identifikasi pada Dimensi Kompetensi tidak terpenuhi (kosong), maka standar kompetensi pada unit tersebut perlu ditinjau kembali.

b. Identifikasi dan Analisis Standar Kompetensi.

Identifikasi dan analisis standar kompetensi mengacu pada judul Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi, Kriteria Unjuk Kerja (KUK). Setiap KUK dianalisis persyaratan kompetensinya untuk mengungkapkan kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja, kemudian dirangkum dan dirumuskan silabusnya.

Secara matriks dapat digambarkan sebagai berikut :

Judul Pelatihan: ……… Kode/ Judul Unit Kompetensi: ……….

Elemen Kompetensi

Kriteria Unjuk

Kerja

Indikator Unjuk Kerja (IUK) / Persyaratan

Kompetensi Silabus

Pengetahuan Keterampilan Sikap Kerja

NO. KODE / JUDUL UNIT KOMPETENSI : ………...……… No. Elemen Kompetensi / Kriteria Unjuk Kerja (KUK) Indikator Unjuk Kerja/ Keberhasilan Level Kompeten si Dimensi Kompetensi Kerangk a Silabus

Peralatan kerja & Material 1 2 3 1 2 3 4 5 Peralata n Kerja Materi al 9

(38)

c. Strategi pencapaian tujuan pembelajaran dikembangkan berdasarkan rumusan silabus, kemudian dikaji dan ditetapkan :

 Kegiatan pembelajaran Teori (T) dan/atau Praktek (P)  Metodologi dan media pembelajaran

 Waktu Pembelajaran

Waktu pembelajaran dihitung dari setiap KUK lengkap dengan IUK-nya, melalui cara mengukur perkiraan waktu pembelajaran yang dibutuhkan berdasarkan kajian data dan fakta peserta pelatihan, dengan mempertimbangkan beberapa variabel seperti pengalaman kerja, latar belakang, tingkat dan mutu pendidikan formal, yang disesuaikan dengan sosial budaya tenaga kerja.

Secara matrik dapat digambarkan sebagai berikut:

NO. KODE/ JUDUL UNIT KOMPETENSI : ………

No. Elemen Kompetensi / Kriteria Unjuk Kerja

(KUK)

Silabus Pembelajaran Metoda/ Media Pembelajaran

Waktu Pembelajaran

T P T P JML

Dari hasil identifikasi silabus, strategi pencapaian tujuan pelatihan dan pembelajaran dapat dituangkan dalam format Kurikulum Pelatihan Berbasis Kompetensi (KPBK) untuk jabatan kerja/profesi dapat dibuat seperti contoh berikut ini:

(39)

9 LOGO

PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI (Judul Jabatan Kerja)

KODE PROGRAM PELATIHAN :...

LEMBAGA PELATIHAN ... ...

Gambar menyesuaikan dengan jabatan kerja

(40)

KATA PENGANTAR ……… ……… …... A. Pendahuluan ……… ……… ………

B. Tujuan Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Jasa Konstruksi Tujuan pelatihan adalah sejumlah kompetensi yang harus dicapai peserta pelatihan sampai akhir proses pelatihan kerja. Uraian yang terdapat pada tujuan pelatihan pada dasarnya mengarah kepada pemenuhan persyaratan jabatan/pekerjaan yang ditetapkan oleh pasar kerja sektor jasa konstruksi, sehingga setelah selesai mengikuti program pelatihan, peserta pelatihan mampu mengisi jabatan/profil pekerjaan yang dibutuhkan.

C. Persyaratan Peserta Pelatihan a. Pendidikan minimal. b. Pengalaman kerja. c. Kesehatan.

D. Lama Pelatihan

Lama pelatihan adalah jumlah jam pelatihan yang harus ditempuh dari seluruh mata latihan (unit-unit kompetensi) yang ditempuh dan tercantum dalam kurikulum pelatihan. Jumlah jam pelatihan sangat terkait dengan jumlah yang ditetapkan pada tujuan pelatihan dan uraian silabus dari masing-masing mata latihan (unit-unit kompetensi). Untuk 1 jam pelatihan teori dan praktik setara dengan 45 menit.

Di dalam konsep Pelatihan Berbasis Kompetensi yang berorientasi pada output dan outcome (hasil pelatihan), kegiatan pelatihan tidak

(41)

11

terikat pada lamanya waktu latihan, maka pelaksanaannya tergantung pada kecepatan dan keaktifan masing-masing peserta pelatihan dalam menyelesaikan unit-unit kompetensi yang dipilih serta tingkat penerapan kompetensi minimum yang dituntut dalam standar kompetensi, dan juga latar belakang peserta pelatihan dan tersedianya perangkat pelatihan.

Adapun format lama pelatihan sebagai berikut :

Selama ……….. jam pelajaran (@ = 45 menit) terdiri atas materi pelatihan :

1. Mata Pelatihan Umum = …………. jam pelajaran. 2. Mata Pelatihan Inti = ………… jam pelajaran.

3. Mata Pelatihan Pilihan/ Khusus = ………… jam pelajaran. 4. Praktek/Studi Kasus =………. jam pelajaran. 5. Magang = ………… jam pelajaran. (Bila diperlukan) 6. Evaluasi/ Ujian = ………… jam pelajaran.

(42)

E. MATA PELATIHAN : Sesuai Judul Pelatihan

NO. UNIT/ ELEMENKOMPETENSI MATA PELATIHAN JAM PELAJARAN Teori Praktek Jumlah I Kompetensi Umum

1. Judul Mata Latih Judul Silabus ……….. dst

Mata Pelatihan Umum 1. Judul Mata Latih

Judul Silabus ……….. dst

- -

-Jumlah Jam Pelajaran Mata Pelatihan Umum - -

-II Kompetensi Inti 1. Judul Unit Kompetensi 1.1 Judul Elemen 1.2 ………. 1.3 dst 2. Judul Unit Kompetensi 3. dst

Mata Pelatihan Inti 1. Judul Mata Latih

1.1 Judul Silabus 1.2 ………... 1.3 dst

2. Judul Mata Latih 3. dst

- -

-Jumlah Jam Pelajaran Mata Pelatihan Inti - -

-III Kompetensi Khusus 1. Judul Unit Kompetensi Judul Elemen ………dst 2. Judul Unit Kompetensi ……….. ……….. 3. dst 1. Judul Materi 1.1 Judul Bab 1.2 ……… 1.3 dst 2. Judul Materi 2.1 ……… 2.2 ……… 3. dst - -

-Jumlah Jam Pelajaran Mata Pelatihan Khusus - -

-IV Studi Kasus/ Praktek Praktek/Studi Kasus - -

-V Magang Praktek Kerja - -

-VI Evaluasi/ Ujian Evaluasi/ Ujian - -

(43)

-13 F. HASIL BELAJAR

1. Mata Pelatihan Umum (= Kompetensi Umum)

1.1. Judul Materi: ………..., merepresentasi Unit Kompetensi: .………...  Tujuan Pembelajaran: (menjelaskan tuntutan

kemampuan yang disyaratkan Unit Kompetensi).  Kriteria Penilaian: (merepresentasi tuntutan

kemampuan Elemen Kompetensi dari Unit Kompetensi).

a. ………..

b. ………..

c. dst 1.2 dan seterusnya

2. Mata Pelatihan Inti (= Kompetensi Inti)

2.1. Judul Materi: …………...………,merepresentasi Unit Kompetensi: .………..  Tujuan Pembelajaran : (menjelaskan tuntutan

kemampuan yang disyaratkan Unit Kompetensi).  Kriteria Penilaian (merepresentasi tuntutan

kemampuan Elemen Kompetensi dari Unit Kompetensi).

a. ………..

b. ………..

c. dst 2.2. dan seterusnya.

3. Mata Pelatihan Khusus (= Kompetensi Pilihan atau Khusus) 3.1. Judul Materi: ...,

merepresentasi Unit Kompetensi: ………...Tujuan Pembelajaran: (menjelaskan tuntutan

(44)

Kriteria Penilaian: (merepresentasi tuntutan kemampuan Elemen Kompetensi dari Unit Kompetensi).

a. ………..

b. ………..

c. dan seterusnya. 3.2. dan seterusnya.

G. STRATEGI PEMBELAJARAN

Strategi pembelajaran untuk mencapai tujuan pelatihan harus sesuai dengan teori maupun praktek.

1. Strategi Pembelajaran teori:

Proses pembelajaran teori disesuaikan dengan urutan materi pelatihan: a. Metodologi (1) Ceramah (2) Diskusi (3) Simulasi (4) Peragaan/Demonstrasi (5) Widya karya

(6) Studi kasus, dan lain-lain

b. Media/bahan

(1) OHT+OHP atau LCD+Laptop.

(2) Papan tulis lengkapflipchart dan alat tulis. (3) Materi pembelajaran.

(4) Ruang kelas (pembelajaran teori) (5) Alat peraga

2. Strategi Pelaksanaan Praktek

Strategi pelaksanaan praktek dilakukan dengan praktek langsung di lapangan atau tempat kerja (OJT/OJE: on-the-job training/on-the-job experience), baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan maupun pemeliharaan pekerjaan konstruksi.

(45)

15

Pelaksanaan praktek ini didukung prasarana dan sarana yang disediakan oleh Lembaga Diklat antara lain :

a. Peralatan dan perlengkapan : (sesuai dengan kebutuhan) b. Bahan/material praktek : (sesuai dengan kebutuhan) c. Areal praktek : pada lokasi proyek atau Lembaga Diklat d. Waktu : sesuai silabus (dalam jam/hari/minggu/bulan)

3. Instruktur/Fasilitator

 Harus mengacu pada SKKNI dan KPBK

 Harus menguasai teknis subtansi yang diajarkan.

 Harus mempunyai sertifikat Training of Trainer (TOT) atau sejenisnya.

 Mampu berinovasi dan berimprovisasi dengan metodologi yang tepat.

4. Penyelenggara

 Penyelenggara harus memfasilitasi tujuan kompetensi yang telah ditentukan melalui pelatihan.

5. Referensi

 Buku-buku substansi terkait dengan kompetensi yang disyaratkan

Standard Operating Procedure (SOP) terkait dan sesuai H. PENILAIAN HASIL

1. Peserta pelatihan mendapatkan sertifikat pelatihan berbasis kompetensi, apabila hasil penilaian tingkat kompetensi telah mencapai tingkat minimal yang disyaratkan.

2. Evaluasi dilakukan sebagai uji kompetensi dengan menggunakan Materi Uji Kompetensi (MUK) terdiri dari:

a. Uji Kompetensi teori b. Uji Kompetensi praktek

(46)

I. LEMBAGA PELATIHAN

Pelatihan Berbasis Kompetensi Kerja dilaksanakan oleh Lembaga Pelatihan yang terakreditasi.

MENTERI PEKERJAAN UMUM

(47)

1

Lampiran III : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 14/PRT/M/2009 Tanggal : 14 Juli 2009

PEDOMAN PENYUSUNAN MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KERJA JASA KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Materi pelatihan merupakan bagian dari suatu program pelatihan kerja berbasis kompetensi yang menguraikan dan menjelaskan secara rinci rangkaian pencapaian kompetensi kerja. Dalam materi pelatihan, setiap Indikator Unjuk Kerja diuraikan aspek-aspek kompetensinya untuk dipahami, dimengerti dan dikuasai oleh peserta pelatihan, yang selanjutnya dipraktekan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas tertentu melalui tahapan-tahapan latihan yang sistematis.

Dalam menyusun materi pelatihan, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah melakukan analisa terhadap Standar Kompetensi dengan terlebih dahulu menyusun Indikator Unjuk Kerja yang harus dipenuhi pada setiap kriteria unjuk kerjanya. Dalam proses analisis Standar Kompetensi tersebut, diperlukan adanya pedoman tata cara melakukan analisis Kriteria Unjuk Kerja menjadi Indikator Keberhasilan, dan selanjutnya Indikator Keberhasilan diuraikan ke dalam materi pelatihan. Sesuai amanat Peraturan Pemerintah No. 31 tahun 2006 tentang Sitem Pelatihan Kerja Nasional (Sislatkernas), pengembangan sistem pelatihan kerja di masing-masing sektor dilakukan oleh instansi pemerintah pada sektor yang bersangkutan. Peraturan ini dimaksudkan sebagai acuan dalam

(48)

penyusunan materi pelatihan berbasis kompetensi oleh institusi pelatihan di sektor jasa konstruksi

1.2 Tujuan Penyusunan Pedoman

Tujuan pedoman penyusunan materi pelatihan berbasis kompetensi adalah sebagai acuan bagi institusi pelatihan sehingga dapat menyusun materi pelatihan yang mengacu kepada standar kompetensi.

Sasaran pedoman penyusunan materi pelatihan adalah agar tercapai penyusunan materi latih di berbagai institusi pelatihan kerja dalam upaya mendukung kelancaran pelatihan berbasis kompetensi.

(49)

3 BAB II

PENYUSUNAN MATERI PELATIHAN

2.1 Umum

Dalam materi Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) diharapkan memuat informasi dan tata cara untuk meningkatkan pengetahuan dan membangun keterampilan (skill), serta sikap kerja peserta latih dengan uraian, penjelasan dan contoh-contoh kasus, serta panduan yang diperlukan dalam melakukan suatu kegiatan tertentu.

Materi pelatihan dikelompokkan kedalam 3 (tiga) jenis, yaitu : 1. Buku Informasi

2. Buku Kerja 3. Buku Penilaian

2.2 Format Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

1. Format penyusunan materi pelatihan berbasis kompetensi kerja minimal sebagai berikut :

A. Format Buku Informasi a. Cover modul

Cover modul dapat dicantumkan kalimat-kalimat sebagai berikut :

 Materi PBK (Judul Pelatihan/Jabatan Kerja)

 Judul Modul dan Kode Modul (Unit Kompetensi dan Kode unit)

 Nama dan Alamat Institusi Pelatihan (Penyusun modul)

b. Kata Pengantar, berisi :

 Kata pengantar memuat informasi tentang modul untuk dipakai sebagai acuan peserta pelatihan selama mengikuti paket pelatihan berbasis kompetensi

(50)

c. Daftar Isi

BAB I KATA PENGANTAR 1.1 Konsep Dasar PBK

 Apakah pelatihan ini berdasarkan kompetensi ?

 Apakah artinya menjadi kompeten di tempat kerja ?

Sub bab ini menjelaskan konsep PBK agar dapat melakukan pekerjaan sesuai standar kompetensi.

1.2 Penjelasan Materi Pelatihan

Sub bab ini memuat penjelasan tentang :  Desain materi pelatihan

 Isi modul (buku informasi, buku kerja dan buku penilaian)

 Pelaksanaan materi pelatihan

1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini / Recognition Current of Competency (RCC)

Sub bab ini menjelaskan tentang kompetensi yang telah dimiliki untuk dapat mengajukan kompetensi terkini (RCC)

1.4 Pengertian-pengertian istilah Sub bab ini terdiri dari :  Pengertian profesi  Standarisasi  Penilaian/Uji Kompetensi  Pelatihan  Kompetensi  Standar kompetensi  Sertifikat kompetensi

(51)

5

BAB II STANDAR KOMPETENSI 2.1 Peta Paket Pelatihan

Sub bab ini memberikan gambaran berapa unit kompetensi yang harus dipelajari untuk jenjang tertentu.

2.2 Pengertian Unit Standar Sub bab ini berisi :

 Pengertian tentang unit standar kompetensi  Unit kompetensi yang akan dipelajari  Durasi/waktu pelatihan

 Kesempatan untuk mencapai kompetensi 2.3 Unit Kompetensi yang Dipelajari

Sub bab ini memuat standar kompetensi yang diharapkan bagi peserta pelatihan.

2.3.1 Judul Unit

Berisi judul unit kompetensi sesuai dengan SKKNI.

2.3.2 Kode Unit

Berisi kode unit kompetensi sesuai SKKNI.

2.3.3 Deskripsi Unit

Sub bab ini menjelaskan identifikasi kompetensi yang dibutuhkan untuk pekerjaan tertentu.

2.3.4 Elemen Kompetensi

Berisi elemen-elemen kompetensi yang harus dikuasai dalam unit kompetensi sesuai SKKNI.

2.3.5 Kriteria Unjuk Kerja

Masing-masing elemen kompetensi memiliki KUK sesuai SKKNI

(52)

Sub bab ini menjelaskan batasan-batasan variabel yang termuat dalam elemen kompetensi dan KUK.

2.3.7 Panduan Penilaian

Sub bab ini menjelaskan bagaimana cara melakukan penilaian unit kompetensi yang meliputi tugas tertulis dan tugas praktek.

2.3.8 Kompetensi Kunci

BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN 3.1 Strategi Pelatihan

Berisi :

 Persiapan/perencanaan

 Permulaan dari proses pembelajaran  Pengamatan dari tugas praktek  Implementasi dan Penilaian 3.2 Metode pelatihan

Sub bab ini memberikan penjelasan tentang :  Belajar secara mandiri

 Belajar berkelompok  Belajar terstruktur

BAB IV MATERI UNIT KOMPETENSI

Berisi materi yang harus dipelajari untuk mencapai kompetensi pada unit yang bersangkutan.

BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI

5.1 Sumber Daya Manusia

 Pelatih, penilai, teman kerja/sesama teman pelatihan

(53)

7

5.2 Sumber-sumber Perpustakaan

Sumber-sumber bacaan yang dapat digunakan 5.3 Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan

 Daftar peralatan/mesin yang digunakan  Daftar bahan yang digunakan

DAFTAR PUSTAKA

B. Format Buku Kerja

Buku kerja ini digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktek baik dalam pelatihan klasikal maupun pelatihan mandiri/individual peserta pelatihan yang belum memenuhi modul unit kompetensi dapat mengulang.

Buku kerja ini diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi: 1. Kegiatan-kegiatan yang membantu peserta pelatihan

untuk mempelajari dan memahami informasi

2. Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor pencapaian kemampuan/keterampilan peserta pelatihan

3. Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam melaksanakan praktek kerja

Buku kerja terdiri atas : 1. Cover Materi Pelatihan

 Bahan pelatihan nasional (Judul Pelatihan/Jabatan Kerja)

 Judul materi dan kode materi pelatihan (unit kompetensi dan kode unit)

(54)

2. Daftar Isi

BAB I STANDAR KOMPETENSI 1.1 Judul Unit Kompetensi 1.2 Kode Unit

1.3 Deskripsi Unit 1.4 Kemampuan Awal

1.5 Elemen Kompetensi dan KUK 1.6 Batasan Variabel

1.7 Panduan Penilaian 1.8 Kompetensi Kunci BAB II TAHAPAN BELAJAR

2.1 Langkah-langkah/tahapan Belajar BAB III TUGAS TEORI DAN UNJUK KERJA

3.1 Tugas Tertulis

3.2 Lembar Pemeriksaan Tugas Tertulis 3.3 Lembar Pemeriksaan Tugas Unjuk

Kerja

3.4 Daftar Cek Unjuk Kerja

Buku-buku referensi untuk bahan pelatihan yang telah direkomendasikan :

 Data buku manual

 Data buku pendukung teori

C. Format Buku Penilaian

Buku penilaian ini digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta pelatihan pada buku kerja, berisi :

1. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai persyaratan kemampuan

2. Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian kemampuan/keterampilan peserta pelatihan

(55)

9

3. Sumber/sumber yang dapat digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai kemampuan/keterampilan 4. Semua jawaban/tanggapan pada setiap pertanyaan

yang diisikan pada buku kerja

5. Petunjuk bagi pelatih untuk menilai setiap kegiatan praktek

6. Catatan pencapaian kemampuan/keterampilan peserta pelatihan

Buku penilaian terdiri atas : 1. Cover Materi

 Bahan pelatihan nasional (Judul Pelatihan/Jabatan Kerja)

 Judul materi dan kode materi (unit kompetensi dan kode unit)

 Nama instanasi/lembaga 2. Daftar Isi

BAB I KONSEP PENILAIAN

1.1 Bagaimana instruktur akan menilai Sub bab ini mengemukakan pendekatan penilaian yang akan digunakan dan tempat pengumpulan bukti.

1.2 Tipe penilaian

Sub bab ini menjelaskan metode penilaian yang akan dilakukan baik untuk menguji aspek pengetahuan maupun aspek unjuk kerjanya.

BAB II PELAKSANAAN PENILAIAN

(56)

Sub bab terdiri atas jawaban-jawaban yang benar dari setiap tugas teori yang ada pada buku kerja.

2.2 Daftar Cek Unjuk Kerja (Praktek) Sub bab ini memuat daftar cek untuk setiap tugas-tugas praktek sebagai sarana “self check”/penilaian sendiri bagi peserta pelatihan.

LEMBAR PENILAIAN :

Memuat keputusan apakah peserta pelatihan dinyatakan kompeten/belum kompeten, yang harus ditandatangani oleh kedua pihak, instruktur maupun peserta pelatihan.

Buku-buku referensi untuk bahan pelatihan yang telah direkomendasikan :

 Data buku manual

 Data buku pendukung teori

2.3 Isi Materi Pelatihan

Materi pelatihan yang dibahas dalam setiap sub-bab dan bagian sub-bab merupakan penjabaran dan penjelasan yang mengacu pada Elemen Kompetensi, KUK dan IUK yang wajib diberikan kepada peserta pelatihan melalui kegiatan pembelajaran teori maupun praktek dengan metodologi yang tepat.

Untuk mendukung pencapaian kompetensi, maka pelatihan disusun dalam 3 (tiga) buku yaitu :

1. Buku Informasi

Buku informasi merupakan buku yang menguraikan suatu substansi yang merepresentasikan unit kompetensi SKKNI. Cakupan sajian buku informasi adalah berupa uraian, penjelasan contoh-contoh kegiatan yang harus dilakukan dalam suatu

(57)

11

pelatihan secara sistematis untuk mencapai langkah kompetensi yang ditentukan.

2. Buku Kerja

Buku kerja adalah buku catatan tentang proses kegiatan pelatihan baik teori maupun praktek yang harus dilakukan oleh setiap peserta pelatihan. Buku ini digunakanoleh siswa sebagai buku evaluasi tingkat pencapaian kompetensi dalam pelatihan. 3. Buku Penilaian

Buku penialain adalah buku yang memuat informasi tentang penilaian pencapaian kompetensi oleh setiap peserta pelatihan pada prosespelatihan.

2.4 Transformasi Unit Kompetensi pada SKK ke dalam Modul Berikut ini merupakan langkah-langkah untuk mentransformasikan unit kompetensi yang terdapat pada SKK ke dalam modul pelatihan : a. Judul Unit Kompetensi direpresentasikan menjadi Judul Modul

dan Judul Bab IV

b. Judul Elemen Kompetensi direpresentasikan menjadi Judul Subbab pada Bab IV

c. Kriteria Unjuk Kerja (KUK) direpresentasikan dalam uraian atau bahasan pada setiap subbab pada Bab IV.

d. Indikator Unjuk Kerja (IUK) merupakan isi bahasan dalam materi pelatihan, yang menjelaskan aspek pengetahuab (knowledge), keterampilan (skill) dan sikap kerja (attitude) yang harus dicapai dalam setiap KUK. Uraian bahasan atau penjelasan dalam setiap KUK hendaknya merupakan penjelasan atas pertanyaan yang dikembangkan dalam analisis pada Standar Kompetensi.

2.5 Format Media Pelatihan

Format media pelatihan dapat berupa buku (hardcopy), CD-ROM, VCD, program komputer yang dibuat dengan ketentuan :

(58)

a. Transkrip atau analisis instruksionalnya konsisten mengacu pada Elemen Kompetensi lengkap dengan IUK

b. Dibuat oleh ahli media didampingi ahli substansi dan ahli pelatihan

MENTERI PEKERJAAN UMUM

(59)

1

Lampiran IV : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 14/PRT/M/2009 Tanggal : 14 Juli 2009

PEDOMAN PENYUSUNAN MATERI UJI KOMPETENSI KERJA JASA KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Untuk mengetahui tingkat kompetensi yang telah dicapai dalam suatu pelatihan, diperlukan adanya suatu perangkat untuk mengukurnya, yaitu berupa Materi Uji Kompetensi (MUK). Materi Uji Kompetensi dikembangkan dari Indikator Unjuk Kerja (IUK) pada setiap Kriteria Unjuk Kerja (KUK) pada SKKNI. MUK yang disusun hendaknya mencerminkan ukuran kedalaman kompetensi yang dipersyaratkan pada IUK. MUK hendaknya juga dikembangkan untuk merepresentasikan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap kerja (attitude) yang dituntut oleh setiap KUK dengan mempertimbangkan kemampuan yang dituntut dalam 5 (lima) aspek dimensi kompetensi dan gradasi kompetensi dalam 7 (tujuh) aspek kompetensi kunci. Bentuk materi uji dapat berupa pertanyaan, instruksi, atau perintah untuk melakukan suatu kegiatan seperti instruksi untuk melakukan peragaan, demonstrasi, simulasi dan sebagainya.

Untuk mendapatkan gambaran minimal dalam membuat MUK, setiap matei uji merefleksikan pernyataan-pernyataan IUK yang merepresntasikan 3 (tiga) aspek kompetensi, yaitu berupa pertanyaan untuk menggali tingkat pengetahuan (knowledge), mengukur keterampilan (skill) dan sikap kerja (attitude) yang

(60)

dikehendaki oleh setiap IUK. Berdasarkan uraian tersebut, bahwa untuk dapat memperoleh informasi tentang pencapaian kemampuan sesuai dengan yang disyaratkan oleh setiap indikator, perlu dikembangkan soal/pertanyaan/instruksi/perintah untuk melakukan suatu kegiatan dalam konteks mengukur 3 (tiga) aspek kompetensi tersebut.

1.2. Tujuan Penyusunan Pedoman

Pedoman penyusunan Materi Uji Kompetensi Kerja jasa konstruksi ini bertujuan untuk memandu institusi pelatihan dalam menyusun materi uji kompetensi (MUK) yang akan digunakan untuk mengukur kompetensi kerja.

(61)

3 BAB II

PENYUSUNAN MATERI UJI KOMPETENSI 2.1. Acuan Penyusunan

Materi Uji Kompetensi (MUK) disusun mengacu pada Standar Kompetensi Kerja (SKK) yang telah dianalisis indikator-indikator unjuk kerjanya, sehingga diperoleh informasi kebutuhan untuk memenuhi aspek-aspek kompetensi yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja. Penyusunan materi uji kompetensi harus memperhatikan posisi Indikator Unjuk Kerja (IUK) terhadap:

a. Aspek Kompetensi b. Dimensi Kompetensi

c. Gradasi pada Kompetensi Kunci

2.2. Langkah-langkah Penyusunan Materi Uji Kompetensi

Secara substansi, langkah-langkah yang diperlukan dalam menyusun Materi Uji Kompetensi adalah sebagai berikut :

a. Melakukan analisis kompetensi pada setiap KUK untuk mendapatkan indikator unjuk kerja

b. Mentransformasikan hasil analisis kompetensi dalam bentuk matriks.

c. Menyusun pertanyaan/soal/instruksi/perintah dari setiap indikator unjuk kerja untuk menggali pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja pada setiap KUK

d. Menyusun jawaban/uraian kegiatan/panduan langkah kerja dari setiap pertanyaan/ soal/instruksi/perintah dan melakukan ceking serta sinkronisasi dengan materi yang ditulis, apakah jawaban pertanyaan telah diuraikan dalam materi pelatihan. Aktivitas ini berfungsi sebagai instrumen untuk melakukan pengecekan apakah tuntutan kompetensi yang dinyatakan dalam MUK telah diuraikan dengan cukup jelas oleh materi pelatihan atau masih perlu revisi atau penambahan uraian, contoh, dan lain-lain.

Gambar

Tabel Gradasi (Tingkatan) Kompetensi Kunci KOMPETENSI KUNCI TINGKAT 1 “Melakukan Kegiatan“ TINGKAT 2 “Mengelola Kegiatan“ TINGKAT 3 “Mengevaluasi dan Memodifikasi Proses“ 1
Gambar menyesuaikan dengan jabatan kerja

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun sudah berusaha melawan kecanggungannya, Charlie tetap gagal karena dalam dirinya sendiri Charlie tidak memiliki keyakinan yang kuat dan keteguhan hati

Tuntutan mempelajari pelbagai bidang ilmu amat digalakkan dalam Islam, agar Muslim tidak pernah ketinggalan jauh berbanding dengan orang bukan Islam.. yang sebenar

Perdesaan Sehat adalah kegiatan percepatan pembangunan kualitas kesehatan berbasis perdesaan di daerah tertinggal yang dijalankan dalam kerangka percepatan pembangunan

Ketidakmampuan manusia dalam menjalankan kehidupan sehari- hari akan mendorong manusia untuk selalu mengadakan hubungan timbal balik dengan sesamanya serta bertujuan

Seorang wanita, usia 50 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan kaki tidak dapat berjalan sejak 3 minggu yang lalu. Riwayat sebelumnya pasien sering keputihan berbau

11) Studi Penyusunan Pedoman Pembangunan Fasilitas Penunjang Dalam Rangka Keterpaduan Pelayanan Transportasi Perkotaan, studi ini dikerjakan melalui kerjasama dengan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada KSP Utama Karya di Jepara, sehingga semakin tinggi

Beberapa pembelajaran yang bisa diambil dari penelitian Asuransi Indeks Iklim menurut Boer (2014) adalah: 1) mitra lokal dan penyuluh pertanian harus terlibat dalam desain