PHYSICAL ENVIRONMENT TERHADAP BEHAVIOURAL INTENTIONS (SURVEI TERHADAP WISATAWAN YANG BERKUNJUNG KE TAMAN SATWA TARU JURUG SURAKARTA)
Lili Adi Wibowo1 Rini Andari2
Syava Pradina Falah Amanda3
1, 2, 3 Manajemen Pemasaran Pariwisata, Universitas Pendidikan Indonesia
Email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis adanya pengaruh physical environment terhadap behavioral intentions di Taman Satwa Taru Jurug. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory survey dengan pendekatan cross sectional method dengan sampel sebanyak 112 responden dari wisatawan yang berkunjung ke Taman Satwa Taru Jurug Surakarta. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis jalur. Pelaksanaan physical environment dan behavioral intentions di Taman Satwa Taru Jurug berada pada kategori tinggi. Physical
environment yang terdiri dari air freshness, layout accessibility, cleanliness, interior/exterior design, ododr, décor, dan lighting memiliki pengaruh positif terhadap behavioral intentions, dengan
sub variabel layout accessibility sebagai pengaruh tertinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara physical environment terhadap behavioral intentions.
Kata kunci : Physical Environment, Behavioral Intentions
ABSTRCT
This study aims to analyze the influence of physical environment on behavioral intentions in Taman Satwa Taru Jurug. Methods used in this research is explanatory survey with cross sectional method approach to sample of 112 respondents from tourists who visited Taman Satwa
Taru Jurug Surakarta. Data analysis technique used is path analysis technique. The implementation of physical environment and behavioral intentions at Taman Satwa Taru Jurug stays in the high category. Physical environment consisting of air freshness, layout accessibility, cleanliness, interior/exterior design, odor, décor, and lighting has a positive influence on behavioral intentions, with layout accessibility sub variable as the highest influence. The results showed that there was a significant influence between physical environment on behavioral intentions.
18 Jurnal Manajemen dan Bisnis Equilibrium PENDAHULUAN
Pembahasan mengenai
behavioral intentions masih menjadi masalah penelitian hingga saat ini, masih rendahnya pembelian kembali dan juga tingkat post-purchase yang rendah, dikarenakan kualitas layanan dan lingkungan rendah yang sangat mempengaruhi pengalaman dan perasaan konsumen (Jeong-yeol Park, Back, Bufquin, & Shapoval, 2019). Adapun behavioral intentions merupakan niat konsumen untuk menjadi pelanggan tetap dan merekomendasikan dari mulut ke mulut kepada orang terdekat (N. Te Kuo, Cheng, Chang, & Hu, 2018). Penelitian yang dilakukan oleh
Heilerr menyatakan bahwa
behavioral intentions terjadi ketika konsumen melakukan kegiatan pembelian kembali untuk kedua kali atau lebih, dimana alasan pembelian kembali terutama dipicu oleh nilai pengalaman konsumen terhadap produk dan jasa (Astari, Agus, & Pramudana, 2016).
Behavioral intentions dikaji sebagai proksi konstruksi perilaku praktis dalam menginvestigasi dan proses pengambilan keputusan (consumer decision-making) dari pelanggan, menandakan hubungan yang tinggi antara keinginan untuk melakukan suatu tindakan itu sendiri (Moon, Yoon, & Han, 2016). Beberapa studi lapangan telah
menggunakan model segitiga
pemasaran layanan untuk secara empiris memeriksa service climate dan employee engagement sebagai moderator tingkat perusahaan dari
stimulus tingkat individu
(servicescape) - organisme (customer emotions) – respon (behavioral intentions) hubungan (Chang, 2016).
Penelitian terdahulu
mengemukakan bahwa behavioral intentions telah dilakukan di beberapa macam industri, pada era 60an dan 90an behavioral intentions dibahas sebagai kajian penting di Industri Pendidikan (Ajzen & Fishbein, 1969; Zeithaml, Berry, & The, 1996),
kemudian memasuki abad 21
behavioral intentions merupakan kajian yang dibahas di industri lain seperti industri teknologi (Ratten, 2014), selain itu juga behavioral intentions dikaji dalam industri kesehatan (Sweeney, Danaher, & Mccoll-kennedy, 2015), industri olahraga (Bush, Martin, Bush, Bush, & Martin, 2015), dan International airport di Korea (Moon, Yoon, & Han, 2015).
Sedangkan untuk kajian tentang bevahioral intentions mulai dikaji pada era 2000-an di bidang pariwisata seperti hospitality industry (Kuruuzum & Koksal, 2010), Industri Daya Tarik Wisata (Jin, Lee, & Lee, 2013), hotel-restaurant (Han & Hyun, 2017), hotel industry di Spanyol (Martínez García de Leaniz, Herrero Crespo, & Gómez López, 2018), dan behavioral intentions pada destinasi wisata (Caldeira, Santos, Caldeira, & Ramos, 2019) dimana kajian di industri pariwisata khususnya pada destinasi wisata yang berfokus pada meningkatkan kualitas lingkungan dan juga pariwisata berkelanjutan, sehingga hal tersebut
dapat mempengaruhi para tourism-phobia dan anti-tourism untuk melakukan wisata kembali dan melakukan kunjungan berulang (Hong, 2019) dan (Febriyanti dan Sudiyani, 2018).
Penelitian terdahulu
membuktikan bahwa adanya
permasalahan tentang behavioral intentions di sebuah destinasi wisata dimana konsumen membandingkan dengan kompetitornya sehingga tidak melakukan kunjungan kembali pada perusahaan tersebut (Ryu & Jang, 2016). Menurut Chen & Chen dalam (Ye Shen, 2016) mengkaji behavioral intentions dapat memberikan implikasi untuk bisnis pariwisata
mengenai cara meningkatkan
keuntungan atau profitabilitas. Niat perilaku (behavioral intentions) diakui dalam literatur satu hal yang
penting untuk pengembangan
destinasi wisata Anderson dalam (Lee, Chua, & Han, 2017) dan Reichheld et al dalam (Saha, 2009).
Permintaan wisatawan dapat diprediksi, dan langkah yang dapat digunakan untuk memprediksi permintaan wisatawan di masa depan yaitu dengan memperhatikan niat perilaku (behavioral intentions)
wisatawan setelah membeli
(Pujiastuti, Nimran, Suharyono, & Kusumawati, 2017). Perusahaan secara signifikan akan menghabiskan waktu lebih banyak memeriksa peningkatan dari behavioral intentions karena mewakili prediksi perilaku konsumen di masa depan (Moon et al., 2015). Berdasarkan penelitian sebelumnya disarankan
bahwa penelitian tentang behavioral intentions masih harus dikaji kembali, dengan menggunakan metode lain dan semakin dikembangkan kembali pada suatu perusahaan (Hong, 2019; Padlee, Thaw, & Zulkiffli, 2019; Jeong-yeol Park et al., 2019).
Penelitian mengenai behavioral intentions wisatawan dikemukakan oleh beberapa ahli pada penelitian-penelitian terdahulu, manfaat dari behavioral intentions yang baik terutama di destinasi yaitu munculnya word of mouth yang positif, kunjungan berulang, pembelian serta konsumsi yang meningkat terhadap produk dan jasa (Astari, Agus, & Pramudana, 2016) dan (Amrita dan Nataliani, 2018).
Behavioral intentions dikaji sebagai proksi konstruksi perilaku praktis dalam menginvestigasi dan proses pengambilan keputusan (consumer decision-making) dari pelanggan, menandakan hubungan yang tinggi antara keinginan untuk melakukan suatu tindakan itu sendiri (Moon, Yoon, & Han, 2016). Beberapa studi lapangan telah
menggunakan model segitiga
pemasaran layanan untuk secara empiris memeriksa service climate dan employee engagement sebagai moderator tingkat perusahaan dari
stimulus tingkat individu
(servicescape) - organisme (customer emotions) – respon (behavioral intentions) hubungan (Chang, 2016) dan (Mitayani dan Purwa Sudarta, 2018).
Penelitian terdahulu
20 Jurnal Manajemen dan Bisnis Equilibrium intentions telah dilakukan di beberapa
macam industri, pada era 60an dan 90an behavioral intentions dibahas sebagai kajian penting di Industri Pendidikan (Ajzen & Fishbein, 1969; Zeithaml, Berry, & The, 1996),
kemudian memasuki abad 21
behavioral intentions merupakan kajian yang dibahas di industri lain seperti industri teknologi (Ratten, 2014), selain itu juga behavioral intentions dikaji dalam industri kesehatan (Sweeney, Danaher, & Mccoll-kennedy, 2015), industri olahraga (Bush, Martin, Bush, Bush, & Martin, 2015), dan International airport di Korea (Moon, Yoon, & Han, 2015).
Sedangkan untuk kajian tentang bevahioral intentions mulai dikaji pada era 2000-an di bidang pariwisata seperti hospitality industry (Kuruuzum & Koksal, 2010), Industri Daya Tarik Wisata (Jin, Lee, & Lee, 2013), hotel-restaurant (Han & Hyun, 2017), hotel industry di Spanyol (Martínez García de Leaniz, Herrero Crespo, & Gómez López, 2018), dan behavioral intentions pada destinasi wisata (Caldeira, Santos, Caldeira, & Ramos, 2019) dimana kajian di industri pariwisata khususnya pada destinasi wisata yang berfokus pada meningkatkan kualitas lingkungan dan juga pariwisata berkelanjutan, sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi para tourism-phobia dan anti-tourism untuk melakukan wisata kembali dan melakukan kunjungan berulang (Hong, 2019).
Penelitian terdahulu
membuktikan bahwa adanya
permasalahan tentang behavioral intentions di sebuah destinasi wisata dimana konsumen membandingkan dengan kompetitornya sehingga tidak melakukan kunjungan kembali pada perusahaan tersebut (Ryu & Jang, 2016). Menurut Chen & Chen dalam (Ye Shen, 2016) mengkaji behavioral intentions dapat memberikan implikasi untuk bisnis pariwisata
mengenai cara meningkatkan
keuntungan atau profitabilitas. Niat perilaku (behavioral intentions) diakui dalam literatur satu hal yang
penting untuk pengembangan
destinasi wisata Anderson dalam (Lee, Chua, & Han, 2017) dan Reichheld et al dalam (Saha, 2009).
Permintaan wisatawan dapat diprediksi, dan langkah yang dapat digunakan untuk memprediksi permintaan wisatawan di masa depan yaitu dengan memperhatikan niat perilaku (behavioral intentions)
wisatawan setelah membeli
(Pujiastuti, Nimran, Suharyono, & Kusumawati, 2017). Perusahaan secara signifikan akan menghabiskan waktu lebih banyak memeriksa peningkatan dari behavioral intentions karena mewakili prediksi perilaku konsumen di masa depan (Moon et al., 2015). Berdasarkan penelitian sebelumnya disarankan bahwa penelitian tentang behavioral intentions masih harus dikaji kembali, dengan menggunakan metode lain dan semakin dikembangkan kembali pada suatu perusahaan (Hong, 2019;
Padlee, Thaw, & Zulkiffli, 2019; Jeong-yeol Park et al., 2019).
Penelitian mengenai behavioral intentions wisatawan dikemukakan oleh beberapa ahli pada penelitian-penelitian terdahulu, manfaat dari behavioral intentions yang baik terutama di destinasi yaitu munculnya word of mouth yang positif, kunjungan berulang, pembelian serta konsumsi yang meningkat (Chang, 2016). Pemerintah Indonesia sedang
gencar-gencarnya memajukan
pariwisata, riset di bidang pemasaran saat ini semakin banyak dilakukan di
Indonesia yang memberikan
perhatian pada pentingnya behavioral intentions yang sering disebut sebagai niatan perilaku konsumen (Trimulyo, Triastity, & Utami, 2015). Dalam dekade terakhir, pariwisata telah menjadi sistem yang sangat dinamis. Pengenalan struktur yang fleksibel, behavioral intentions yang cepat berubah dan dampak yang kuat dari perkembangan teknologi (Baggio & Caporarello, n.d.).
Pemahaman tentang niat perilaku wisatawan (behavioral intentions)
sangat berguna untuk
mengembangkan produk desa wisata, terutama untuk memasok kebutuhan wisatawan di Indonesia (Pujiastuti et al., 2017). Penelitian terdahulu yang telah dilakukan di Surakarta menyatakan bahwa behavioral intentions dapat dijadikan tolak ukur sebagai kecenderungan konsumen untuk menyebarkan positive word of mouth (WOM), menunjukkan kesetiaan pada perusahaan, tidak beralih ke perusahaan lain, dan
menjadi pelanggan tetap di masa yang akan datang (Trimulyo et al., 2015). Pariwisata merupakan hal penting untuk perekonomian nasional,
terutama merupakan sumber
pendapatan devisa yang penting bagi Indonesia (Canny & Hidayat, 2012).. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa kunjungan perkembangan pariwisata di Indonesia meningkat sebesar 3% yang dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan pada tahun 2012 (Pratminingsih, Rudatin, & Rimenta, 2014).
Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah, pada tahun 2013 Indonesia berada pada rangking 70 akan tetapi pada tahun 2015 Indonesia masuk dalam 50 besar dalam Tourism Competitive Index. Begitupun yang terjadi pada Jawa Tengah salah satu provinsi di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 10,70% pada jumlah kunjungan wisatawan, baik domestik
maupun mancanegara dikutip
langsung dari Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Jawa Tengah. Hal tersebut tidak terjadi di salah satu daerah di Jawa Tengah yaitu Surakarta.
Surakarta sendiri mengalami penurunan yang cukup drastis pada tahun 2018. Jumlah wisatawan yang terjadi di Surakarta mengalami peningkatan setiap tahunnya, di tahun 2018 terdapat penurunan jumlah wisatawan secara keseluruhan, pada tahun 2018 menurun sekitar 1,12% dari tahun sebelumnya, Seiring
22 Jurnal Manajemen dan Bisnis Equilibrium dengan penurunan jumlah kunjungan
yang terjadi di Surakarta, terdapat
penurunan jumlah kunjungan
wisatawan juga terhadap salah satu daya Tarik wisata yang dimiliki oleh Surakarta.
Secara umum pelanggan akan mengunjungi tempat tertentu, dan memiliki pengalaman dari faktor intangible maupun tangible yang diciptakan oleh perusahaan daya Tarik wisata, dari pengalam itu muncul faktor pendorong pelanggan untuk mengevaluasi seberapa positif dan negatif dari suatu daya Tarik wisata sehingga pelanggan pun membuat keputusan berdasarkan konsep behavioral intentions (Jin-woo Park & Ryu, 2019).
Taman Satwa Taru Jurug
merupakan salah satu daya Tarik wisata yang dimiliki Surakarta.
Adanya penurunan kunjungan
wisatawan di tahun 2018, terjadi karena adanya beberapa faktor yang diterima dan ditimbulkan dari perilaku wisatawan terhadap Taman
Satwa Taru Jurug. Adapun
behavioral intentions pengunjung yang rendah akan mempengaruhi tingkat kunjungan wisatawan ke Taman Satwa Taru Jurug dan mengurangi profitabilitas perusahaan. Dampak dari rendahnya behavioral intentions wisatawan dapat berpengaruh terhadap meningkatnya keluhan, kritikan, negatif word of mouth, niat untuk meninggalkan, mempengaruhi image destinasi dan perusahaan harus menginvestasikan upaya yang lebih besar dan waktu yang lebih panjang untuk mengubah
image dan sikap (Y. Kuo, Hu, & Yang, 2012).
Penelitian sebelumnya telah menyatakan bahwa behavioral intention wisatawan dipengaruhi oleh faktor-faktor diantaranya the marketing mix, sociocultural influences, dan communication sources (Schiffman & Wisenblit, 2015). Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Bowie & Buttle, 2016) The Marketing Mix sendiri memiliki faktor pendiri yang menunjangnya, diantaranya product, location, distribution, marketing communication, physical environment, process, dan people. Sehingga physical environment merupakan salah satu faktor yang
dapat memperbaiki adanya
permasalahan yang terjadi pada behavioal intentions.
Sebuah penelitian menyatakan bahwa physical environment dapat menjadi salah satu faktor penting
untuk memperbaiki masalah
behavioral intention yang terjadi di suatu perusahaan (Ali & Amin, 2014). Di bidang perhotelan, physical environment secara langsung mempengaruhi emosi pelanggan dan menghasilkan behavioral intentions yang dapat diprediksi (Jani & Han, 2015; Lin & Mattila, n.d.). Pada penelitian yang dilakukan oleh (Moon et al., 2015) menyatakan bahwa physical environment dapat mempengaruhi secara positif customer satisfaction, dan customer satisfaction sangat berpengaruh akan terjadinya proses behavioral intentions. Selanjutnya pada
penelitian yang dilakukan oleh (Chang, 2016) dikatakan bahwa baik secara tangible maupun intangible
lingkungan fisik (physical
environment) yang diciptakan perusahaan itu baik, maka sangat mempengaruhi pengalaman dan kepuasan yang diterima oleh pengunjung, dan pengalaman serta kepuasan yang diterima pengunjung dengan baik itu sangat secara kuat mempengaruhi behavioral intentions pengunjung pada perusahaan terkait.
Physical environment di perusahaan jasa sangat penting karena services dapat diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan di sekitarnya yang bertindak sebagai pengemasan layanan dan dapat mewakili bukti fisiknya (Mari & Poggesi, 2013). Physical environment dalam industri jasa merupakan penentu emosi kritis pelanggan dan respon yang positif (Ali, Kim, & Ryu, 2016). Sementara operator dari cruise line dapat mengontrol atribut di kapal,
terutama pelanggan dapat
menentukan keunggulan kinerja di atas kapal, dengan demikian penting bagi operator memahami bagaimana
penumpang kapal pesiar
mempersepsikan kinerja actual dari service encounter dan physical environment kapal (Lee et al., 2017).
Tingkat kesadaran pelanggan yang dipersepsikan memicu penilaian yang menguntungkan dari atribut suatu kualitas pelayaran seperti kualitas interaksi yang terjadi dengan awak kabin, kualitas atmosfer dalam pelayaran (misal ukuran kapal, tata letak, dekorasi interior dan eksterior,
pencahayaan, suhu, noise level), dan kualitas inti (Lee et al., 2017). Dalam pengambilan keputusan di hotel-restaurant memang benar adanya bahwa pelanggan yang menerima citra baik tentang produk hotel-restaurant dan memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap hotel-restaurant
dan sesuai cenderung akan
mengevaluasi kualitas atribut yang dimiliki (food, service, physical environment) secara positif (Han & Hyun, 2017).
Berbagai cara sudah dilakukan oleh pengelola Taman Satwa Taru Jurug, begitu juga dengan pemerintah
daerah Surakarta dalam
meningkatkan kunjungan wisatawan, serta menanggulangi permasalahan rendahnya tingkat behavioral intentions yang sedang terjadi. Adapun salah satu cara yang sedang diterapkan yaitu perbaikan secara tampilan fisik dan fasilitas yang lebih memadai dalam melayani konsumen ataupun wisatawan. Pada tahun 2019 ini ditargetkan oleh Taman Satwa
Taru Jurug sendiri untuk
menyelesaikan pembenahan secara tampilan fisik (fasilitas, kebersihan, pelayanan, akses, dan penunjuk arah)
guna meningkatkan jumlah
kunjungan wisatawan ke Taman Satwa Taru Jurug ini sebagai salah satu daya Tarik wisata yang berada di destinasi Surakarta.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh physical environment yang dimiliki oleh Taman Satwa Taru Jurug Surakarta
24 Jurnal Manajemen dan Bisnis Equilibrium untuk dapat meningkatkan behavioral
intentions di Taman Satwa Taru Hipotesis
Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang merupakan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan. Dari uraian tersebut maka penulis dalam menyusun hipotesis didukung oleh beberapa premis sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Faizan Ali dan Muslim Amin di China dengan judul The Influence Of Physical Environment On Emotions, Customer Satisfaction, And Behavioral Intentions In Chinese Resort Hotel Industry, memberikan premis bahwa physical environment secara positif berhubungan dengan behavioral intentions (Ali & Amin, 2014).
2. (Martínez García de Leaniz et
al., 2018) melakukan
penelitiannya dengan judul Customer responses to environmentally certified hotels: the moderating effect of environmental consciousness on the formation of behavioral intentions, memberikan pernyataan premis bahwa lingkungan fisik (physical environment) sangat lah mempengaruhi behavioral intentions wisatawan.
3. Penelitian ini dilakukan oleh Heesup Han, Sunghyup Sean Hyun dalam jurnalnya yang
berjudul Impact of Hotel-Restaurant Image and Quality of Physical Environment, Service, and Food on Satisfaction and Intention menyebutkan premis bahwa adanya kualitas physical environment secara positif mempengaruhi niat dan intensitas wisatawan untuk berkunjung (Han & Hyun, 2017).
4. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Jin-Woo Park
dan Young Kyung Ryu
menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara servicescape (physical environment) terhadap behavioral intentions dari
pengguna Incheon
International Airport, dan
dijelaskan dalam
penelitiannya yang berjudul Investigating the Effects of Airport Servicescape on Airport Users’ Behavioral Intentions: A Case Study of Incheon International Airport Terminal 2 (T2) (Jin Woo Park & Ryu, 2019)
Berdasarkan premis dari para ahli di atas, maka hipotesis yang akan diuji kebenarannya melalui penelitian ini adalah “Terdapat pengaruh antara physical environment terhadap behavioural intentions wisatawan yang berkunjung ke Taman Satwa Taru Jurug Surakarta”
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menganalisisi variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas (X) yaitu experience value memiliki tujuh sub variabel yaitu X1 (Air Freshness), X2 (Layout Accessibility), X3 (Cleanliness), X4 (Interion/Exterior Design), X5 (Odor), X6 (Décor), dan X7 (Lighting). Adapun variabel Y yang diteliti adalah behavioral intentions dengan indikator intend to continue visiting, would consider as the first choice, would recommend to others, spread positive word-of mouth, dan would like to repurchase the services or product. Penelitian ini dilaksanakan di Taman Satwa Taru Jurug Surakarta. Sedangkan, untuk
mengidentifikasi physical
environment terhadap behavioral intentions di Taman Satwa Taru Jurug, telah disiapkan kuesioner dan dibagikan kepada responden.
Unit analisis dalam penelitian ini
merupakan wisatawan yang
berkunjung ke Taman Satwa Taru Jurug. Populasi yang digunakan dalam studi ini adalah tamu individu yang berkunjung ke Taman Satwa Taru Jurug dengan total 112 responden, dengan penghitungan menggunakan rumus Tabachnick & Fidell. Teknik sampling yang digunakan pada studi ini adalah simple random sampling. Berdasarkan sumber data yang terdaftar, model data yang digunakan studi adalah data primer dan data sekunder. Penelitian ini dilakukan
dalam kurun waktu kurang dari satu tahun maka metode pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional method. Berdasarkan penjabaran diatas, maka penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dan verifikatif. Melalui jenis penelitian deskriptif maka dapat diperoleh deskripsi mengenai
gambaran tingkat physical
environment, dan gambaran tingkat behavioural intentions. Teknik analisis data yang digunakan pada studi ini adalah observasi, kuesioner, dan studi literatur. Berdasarkan jenis penelitiannya, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode explanatory survey dan pengujian analisis penelitian ini menggunakan jalur (path analysis).
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh temuan penelitian sebagai berikut:
A. Gambaran Physical
Environment di Taman Satwa Taru Jurug
Sub variabel dari physical environment terdiri dari air freshness, layout accessibility, cleanliness, interior/exterior design, odor, décor, dan lighting. Berdasarkan hasil pengolahan data kuesioner, maka dapat dilihat tanggapan responden mengenai physical environment di Taman Satwa Taru Jurug.
26 Jurnal Manajemen dan Bisnis Equilibrium
TABEL.1
REKAPITULASI TANGGAPAN RESPONDEN TERHADAP PHYSICAL
ENVIRONMENT DI TAMAN SATWA TARU JURUG
No Sub Variabel Total
Skor Jumlah Pertanyaan Skor Rata-rata % 1 Air Freshness 794 2 397 10,88 2 Layout Accessibility 2873 7 410,43 39,36 3 Cleanliness 798 2 399 10,93 4 Interior/Exterior Design 798 2 399 10,93 5 Odor 381 1 381 5,22 6 Décor 390 1 390 5,34 7 Lighting 1265 3 421,67 17,33 TOTAL 7299 18 2798 100%
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2019
Tabel.1 menunjukkan bahwa tanggapan wisatawan atas sub variable layout accessibility yang dimiliki Taman Satwa Taru Jurug tinggi dengan total skor 2873 dan presentasenya sebesar 39,36%, hal tersebut dikarenakan konsumen dapat dengan mudah menerima informasi
dan mendapatkan apa yang
dibutuhkannya seperti fasilitas umum yang sudah di sediakan oleh Taman Satwa Taru Jurug. Selanjutnya sub variabel interior/exterior design dan cleanliness menjadi penilaian wisatawan terbesar kedua dengan presentase sebesar 10,93% dan total skor sebesar 798, dikarenakan Taman Satwa Taru Jurug memerikan kualitas lingkungan dan kebersihan yang baik, serta keindahan bangunan yang disajikan dapat menarik wisatawan. Sub variabel yang memiliki penilaian wisatawan terendah berada pada sub
variabel odor yaitu dnegan presentase sebesar 5,22% dan total skor 381, hal ini terjadi karena Taman Satwa Taru Jurug tidak memiliki ciri khas
wewangian atau bau yang
ditimbulkan, meskipun ada banyak kandang hewan dalam berbentuk terbuka, kandang-kandang tersebut pun tidak meninggalkan bau.
B. Gambaran Behavioral
Intentions di Taman Satwa
Taru Jurug
Variabel behavioral intentions terdiri dari lima indikator, yaitu intend to continue visiting, would consider as the first choice, would recommend to others, spread positive word-of mouth, dan would like to repurchase the services or product. Berdasarkan hasil pengolahan data dari kuesioner yang telah disebarkan
dapat dilihat hasil tanggapan wisatawan tamu terhadap behavioral
intentions di Taman Satwa Taru Jurug.
TABEL.2
REKAPITULASI TANGGAPAN RESPONDEN BEHAVIORAL INTENTIONS DI TAMAN SATWA TARU JURUG
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2019
Menurut hasil pengolahan data pada Tabel.2 menunjukkan bahwa wisatawan memiliki kecenderungan untuk kembali membeli layanan dan produk (would like to repurchase the services or products) yang ditawarkan oleh Taman Satwa Taru Jurug dengan presentase sebesar 30,08%, hal ini terjadi karena layanan dan produk yang ditawarkan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan dari konsumen pada saat berkunjung ke Taman Satwa Taru Jurug, sesuai. Fenomena ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Padlee et al., 2019) ketika konsumen
merasa apa yang sudah dibutuhkan terpenuhi, maka konsumen akan melakukan pembelian kembali.
C. Pengaruh Physical
Environment terhadap
Behavioral Intentions di Taman Satwa Taru Jurug Hasil Uji Secara Simultan (Uji F) menunjukkan bahwa didapatkan nilai Fhitung sebesar 26.223 yang artinya lebih besar dari Ftabel yang memiliki nilai sebesar 3,08 (26.223 > 2,10), serta memiliki nilai signifikansi yaitu sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa
No Indikator Total Skor Jumlah Pertanyaan Skor Rata-rata %
1 Intend to Continue Visiting 1165 3 388,33 22,87
2 Would Consider as The First Choice
379 1 379 7,44
3 Would Recommend to Others
1186 3 395,33 23,29
4 Spread Positive Word-of-Mouth
831 2 415,5 16,32
5 Would Like to Repurchase The Services or Products
1532 4 383 30,08
28 Jurnal Manajemen dan Bisnis Equilibrium setiap sub variabel physical
environment (X) secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel behavioral intentions (Y).
Pengujian secara parsial (Uji T) menunjukkan bahwa untuk sub variabel air freshness (X1) sebesar 0,496 < 1,65964 dan signifikansi 0,621 > 0,05, untuk sub variabel layout accessibility (X2) sebesar 3,439 > 1,65964 dan signifikansi 0,001 < 0,05, untuk sub variabel cleanliness (X3) sebesar 0,648 < 1,65964 dan signifikansi 0,518 >
0,05, untuk sub variabel
interior/exterior design (X4) sebesar 1,884 > 1,65964 dan signifikansi 0,038 < 0,05, untuk sub variabel odor (X5) sebesar 2,575 > 1,65964 dan signifikansi 0,011 < 0,05, untuk sub variabel décor (X6) sebesar
-0,116 < 1,65964 dan signifikansi 0,908 >0,05, kemudian thitung untuk sub variabel lighting (X7) sebesar 2,546 > 1,65964 dan signifikansi 0,012 < 0,05.
Secara lengkap struktur kausal antara variable X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, dan Y dapat dilihat pada Gambar.1 Diagram Jalur Pengujian Sub Hipotesis Model 1.
Gambar 1
Diagram Jalur Pengujian Sub Hipotesis Model 1
Gambar.1
Berdasarkan diagram jalur pengujian hipotesis Gambar 1 Diagram Jalur Pengujian Hipotesis Model 1, terdapat 4 sub variabel diantaranya layout accessibility, interior/exterior design, odor, dan lighting yang memiliki pengaruh secara signifikan terhadap behavioral intentions, namun terdapat 3 sub
variabel yang terdiri dari air freshness, cleanliness, dan décor tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap behavioral intentions secara parsial. Sehingga dapat dikatakan bahwa model 1 menunjukkan tidak semua sub variabel dari physical environment yang dapat mempengaruhi behavioral
intentions wisatawan secara signifikan. Maka dari itu, selanjutnya dilakukan metode trimming yaitu dengan menghapus sub variabel yang tidak memiliki pengaruh signifikan untuk mencapai model yang paling konsisten secara teoritis dan sistematis (Pinto, Greenblatt, Williams, & Kaplin, 2017).
Setelah melakukan metode trimming didapatkan model penelitian lainnya yaitu Diagram Jalur Pengujian Sub Hipotesis Model 2. Hasil pengujian hipotesis secara simultan (Uji F) setelah melalui proses trimming dengan nilai Fhitung sebesar 46,623 yang artinya lebih besar dari Ftabel yatu 2,10 dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,005 yang
menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh signifikan antara physical
environment terhadap behavioral intentions.
Sedangkan untuk pengujian secara parsial (Uji T) setelah melalui proses trimming mendapatkan hasil bahwa Thitung untuk sub variabel layout accessibility (X2) sebesar 4,649 > 1,65922 dan signifikansi 0,000 < 0,05, sub variable interior /exterior design (X4) sebesar 1,832 > 1,65922 dan signifikansi 0,0017 < 0,05, sub variabel odor (X5) sebesar 3,052 > 1,65922 dan signifikansi 0,003 < 0,05, dan sub variabel lighting sebesar 2,878 > 1,65922 dan signifikansi 0,005 < 0,05. Secara lengkap struktur kausal antara variable X2, X4, X5, X7, dan Y dapat dilihat pada Gambar.2 Diagram Jalur Pengujian Sub Hipotesis Model 2.
Gambar.2
Diagram Jalur Pengujian Sub Hipotesis Model 2
Gambar 2 di samping merupakan diagram jalur yang didapat setelah melakukan metode trimming, dimana pada gambar tersebut menunjukkan besarnya pengaruh sub variabel layout accessibility, interior/exterior
design, odor, dan lighting berpengaruh terhadap behavioral intentions.
Berdasarkan diagram jalur
pengujiaan hipotesis model 2 yang terdapat pada Gambar 2 setelah
30 Jurnal Manajemen dan Bisnis Equilibrium melalui proses metode trimming,
maka dilakukan perhitungan untuk
mengetahui adanya pengaruh
langsung dan tidak langsung antara sub variabel physical environment terhadap behavioral intentions yang
dijabarkan pada Tabel.3 Hasil Pengujian Koefisien Jalur, Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Physical Environment terhadap Behavioral Intentions sebagai berikut
Tabel.3
Hasil Pengujian Koefisien Jalur, Pengaruh Langsung Dan Tidak Langsung Physical
Environment Terhadap Behavioral Intentions
Variabel Pengaruh Langsung
Pengaruh Tidak Langsung R2Y
X2X4X5X7 Sig. Keputusan X2 X4 X5 X7 X2 0,158404 - 0,025566 0,051951 0,054434 0,290355 .000 H0 ditolak X4 0,011236 0,025566 - 0,012550 0,011672 0,060724 .017 H0 ditolak X5 0,052441 0,051951 0,012550 - 0,025724 0,142666 .003 H0 ditolak X7 0,049284 0,054434 0,011672 0,025724 - 0,141114 .005 H0 ditolak R2 0,634859
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2019
Berdasarkan Tabel.3 Hasil Pengujian Koefisien Jalur, Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung physical environment terhadap behavioral intentions dapat dilihat hasil perhitungan di atas bahwa physical environment yaitu layout accessibility (X2), interior/exterior design (X4), odor (X5), dan lighting (X7) memiliki
pengaruh yang signifikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap behavioral intentions. Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa total pengaruh sebesar 0,634859 atau 63,49%, dan sisanya sebesar 36,51% dipengaruhi oleh faktor
lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.
KESIMPULAN DAN
REKOMENDASI
A. KESIMULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Responden yang melakukan pengisian kuesioner yang
sudah dilakukan di Taman
Satwa Taru Jurug,
memberikan tanggapan pada physical environment dengan kategori “tinggi”. Sub variabel yang digunakan
dalam menggambarkan
diantaranya adalah air freshness, layout accessibility, cleanliness, interior/exterior design, ododr, décor, dan lighting. Sub variabel yang menjadi kategori tertinggi dalam tanggapan wisatawan yaitu layout accessibility dan lighting, selanjutnya untuk kategori sedang berada pada sub variabel air freshness, cleanliness, dan interior/exterior design, kemudian untuk sub variabel kategori rendah ada pada odor dan décor.
2. Tanggapan responden
mengenai behavioral
intentions di Taman Satwa Taru Jurug berada pada kategori “tinggi”. Dimana terdapat 5 (lima) indikator dalam penilaian behavioral intentions, diantaranya yaitu intend to continue visiting, would consider as the first choice, would recommend to others, spread positive word-of-mouth, dan would like to repurchase the services or products. Indikator yang memiliki skor tanggapan tertinggi yaitu would like to repurchase the services or products, sedangkan yang
mendapatkan penilaian
sedang yaitu intend to continue visiting dan would recommend to others, kemudian untuk kategori dengan penilaian wisatawan
terendah ada pada indikator would consider as the first choice dan spread positive word-of-mouth.
3. Pengujian statistik
menunjukkan bahwa physical environment memiliki
pengaruh baik secara
langsung maupun tidak langsung sebesar 63,49%, kemudian pengaruh langsung paling besar terhadap behavioral intentions yaitu layout accessibility dengan presentase 52,7%, dan yang paling kecil adalah odor dengan presentase sebesar 29%. Sedangkan pengaruh secara tidak langsung
terhadap behavioral
intentions paling besar yaitu melalui sub variabel layout accessibility (X2) dengan presentase sebesar 73%, dan yang paling kecil yaitu melalui sub variabel décor dengan presentase 55,3%. 4. Perhitungan melalui program
IBM SPSS Windows-25 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara air freshness (X1), layout accessibility (X2), cleanliness (X3), interior/exterior design (X4), odor (X5), décor (X6), dan lighting (X7) terhadap behavioural intentions. Hanya saja dari ketujuh sub variabel yang dimiliki oleh physical environment, terdapat 3 sub variabel yang memiliki hubungan tidak signifikan,
32 Jurnal Manajemen dan Bisnis Equilibrium diantaranya adalah air
freshness, cleanliness, dan décor, sehingga dilakukan
proses trimming untuk
mendapatkan model
penelitian yang paling konsisten baik secara teoritis maupun sistematis.
B REKOMENDASI
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan ini, maka penulis merekomendasikan beberapa hal
mengenai implementasi dari
pengaruh physical environment terhadap behavioral intentions sebagai berikut:
1. Sub variabel décor pada physical environment memiliki nilai yang paling rendah. Rekomendasi dari penulis yaitu pengelola Taman Satwa Taru Jurug sebagai salah satu daya tarik wisata di Surakarta, yaitu
meningkatkan kualitas
dekorasi yang ditampilkan pada wisatawan yang datang
berkunjung, sehingga
wisatawan lebih tertarik
dengan keindahan dan
estetika dari dekorasi yang sudah ditingkatkan.
2. Behavioral intentions wisatawan di Taman Satwa Taru Jurug Surakarta secara keseluruhan dinilai sudah baik. Namun, tingkat niat dan kesediaan wisatawan pada indikator would consider as the first choice masih rendah.
Rekomendasi dari penulis yaitu dengan meningkatkan kualitas yang dimiliki Taman Satwa Taru Jurug dan tidak dimiliki kompetitor, sehingga Taman Satwa Taru Jurug menjadi pilihan pertama dalam melakukan wisata ke Surakarta.
3. Rekomendasi untuk
meningkatkan behavioral intentions melalui physical environment yang diimplementasikan oleh Taman Satwa Taru Jurug, yaitu dengan memperbarui dan meningkatkan tampilan fasilitas umum, fasilitas dalam pemesanan tiket, dan lain-lain secara berkelanjutan dan sesuai dengan apa yang diharapkan wisatawan.
4. Penelitian selanjutnya mengenai pengaruh physical environment terhadap behavioral intentions diharapkan dapat diterapkan pada lebih banyak daya tarik wisata lainnya, serta dapat menemukan dan menerapkan variabel lain termasuk pada penggunaan metode, teori, dan sub variabel yang
disesuaikan dengan
perkembangan ilmu
pengetahuan dan fenomena terbaru sehingga penelitian ini dapat berkembang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ajzen, I., & Fishbein, M. (1969). The Prediction of Behavioral Situation Intentions in a Choice. (1967).
Ali, F., & Amin, M. (2014). The
influence of physical
environment on emotions, customer satisfaction and behavioural intentions in Chinese resort hotel industry. J. for Global Business Advancement, 7(3), 249. https://doi.org/10.1504/JGBA.2 014.064109
Ali, F., Kim, W. G., & Ryu, K. (2016). The effect of physical environment on passenger delight and satisfaction: Moderating effect of national identity. Tourism Management,
57, 213–224.
https://doi.org/10.1016/j.tourma n.2016.06.004
Amrita, N Dwika Ayu, dan Nataliani, I G A Ketut. 2018. Pengaruh
Budaya Organisasi Dan
Lingkungan Kerja Fisik
Terhadap Motivasi Kerja Karyawan Pada Pt. Mustika Ratu Interbuana Di Denpasar. Jurnal Management dan Bisnis Equilibrium, Vol. 4 No. 2 p.8-19.
Astari, W. F., Agus, K., &
Pramudana, S. (2016).
Experiential Marketing Terhadap Repurchase Intention. 10(1), 16–30.
Baggio, R., & Caporarello, L. (n.d.). Decision Support Systems in a Tourism Destination : Literature Survey and Decision Support Systems in a Tourism
Destination : Literature Survey and Model Building. (May 2014).
Bora, B., Bilgihan, A., Haobin, B., Buonincontri, P., & Okumus, F. (2018). International Journal of Hospitality Management The impact of servicescape on hedonic value and behavioral intentions : The importance of
previous experience. International Journal of Hospitality Management, 72(April 2017), 10–20. https://doi.org/10.1016/j.ijhm.2 017.12.007
Bowie, D., & Buttle, F. (2016). Hospitality Marketing (An Introduction). Elsevier Butterworth-Heinemann.
Bush, A. J., Martin, C. A., Bush, V. D., Bush, A. J., & Martin, C. A. (2015). Sports Celebrity In uence on the Behavioral Intentions of Generation Y Sports Celebrity Influence on the Behavioral Intentions of Generation Y. (May 2004), 108– 118.
https://doi.org/10.1017/S002184 9904040206
Caldeira, A., Santos, V., Caldeira, A., & Ramos, P. (2019). Wine Tourism Experience in the Tejo Region : The influence of sensory impressions on post-visit behaviour intentions. (5), 54–75.
Canny, I. U., & Hidayat, N. (2012). The Influence of Service Quality and Tourist Satisfaction on Future Behavioral Intentions : The Case Study of Borobudur
34 Jurnal Manajemen dan Bisnis Equilibrium Temple as a UNESCO World
Culture Heritage Destination.
(May 2016). https://doi.org/10.13140/RG.2.1 .1321.3043 Chang, K. (2016). International Journal of Hospitality Management Effect of servicescape on customer behavioral intentions :
Moderating roles of service
climate and employee
engagement. International Journal of Hospitality Management, 53, 116–128. https://doi.org/10.1016/j.ijhm.2 015.12.003
Chen, C. F., & Chen, F. S. (2010). Experience quality, perceived value, satisfaction and behavioral intentions for heritage tourists. Tourism Management, 31(1), 29–35. https://doi.org/10.1016/j.tourma n.2009.02.008
Constantinides, E. (2010). The Marketing Mix Revisited : Towards the 21st Century Marketing The Marketing Mix Revisited : 1376. https://doi.org/10.1362/0267257 06776861190
Febriyanti, NK Sri Lisa dan Sudiyani, Ni Nyoman. 2018. Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Kredit Koperasi Ditinjau Dari Non Performing Loan (Npl) Dan Loan To Deposit Ratio (Ldr) Pada Koperasi Dana Mandiri Desa Abiansemal Di Kabupaten Badung. Jurnal Management dan Bisnis Equilibrium, Vol 4 no. 2 p. 97-108.
Han, H. (2013). Effects of in-flight ambience and space/function on air travelers’ decision to select a low-cost airline. Tourism Management, 37, 125–135. https://doi.org/10.1016/j.tourma n.2013.01.008
Han, H., Eom, T., Chung, H., Lee, S., Ryu, H. B., & Kim, W. (2019). Passenger Repurchase Behaviours in the Green Cruise Line Context : Exploring the Role of Quality , Image , and Physical Environment. https://doi.org/10.3390/su11071 985
Han, H., & Hyun, S. S. (2017). Impact of hotel-restaurant image and quality of physical-environment, service, and food on satisfaction and intention. International Journal of Hospitality Management, 63, 82–92. https://doi.org/10.1016/j.ijhm.2 017.03.006
Harwanto, N. (2019). Meningkatnya Jumlah Wisatawan ke Solo Zoo. Surakarta.
Hong, J. J. (2019). An Investigation of the Relationship between Place Attachment ( PA ) and Pro-Environmental Behavioural Intentions ( PEBI ) and its Implications towards Over-Tourism.
Jani, D., & Han, H. (2015). International Journal of
Hospitality Management
Influence of environmental stimuli on hotel customer emotional loyalty response : Testing the moderating effect of the big five personality factors.
International Journal of Hospitality Management, 44, 48–57.
https://doi.org/10.1016/j.ijhm.2 014.10.006
Jin, N. P., Lee, S., & Lee, H. (2013). The Effect of Experience Quality on Perceived Value , Satisfaction , Image and Behavioral Intention of Water Park Patrons : New versus Repeat Visitors. https://doi.org/10.1002/jtr Kotler, P., & Armstrong, G. (2016).
Principles of Marketing, 16th Edition. In Pearson Education Limitedn.
https://doi.org/10.1007/978-1-84628-377-2_3
Kotler, P., Bowen, J. T., Makens, J. C., & Baloglu, S. (2017). Marketing For Hospitality And Tourism, Seventh Edition.
Retrieved from
https://books.google.com/books ?id=PnERvpCI5QYC&pgis=1 Kuo, N. Te, Cheng, Y. S., Chang, K.
C., & Hu, S. M. (2018). Assessing the asymmetric impact of interpretation environment service quality on museum visitor experience and post-visit behavioral intentions: a case study of the National Palace Museum. Asia Pacific Journal of Tourism Research,
23(7), 714–733.
https://doi.org/10.1080/1094166 5.2018.1488753
Kuo, Y., Hu, T., & Yang, S. (2012). Effects of inertia and satisfaction in female online shoppers on repeat-purchase intention.
https://doi.org/10.1108/0960452 1311312219
Kuruuzum, A., & Koksal, C. D. (2010). The Impact of Service Quality on Behavioral Intention in Hospitality Industry. 2(1), 9– 15.
Lee, S., Chua, B. L., & Han, H. (2017). Role of service
encounter and physical
environment performances, novelty, satisfaction, and affective commitment in generating cruise passenger loyalty. Asia Pacific Journal of Tourism Research, 22(2), 131– 146.
https://doi.org/10.1080/1094166 5.2016.1182039
Lin, I. Y., & Mattila, A. S. (n.d.). Journal of Hospitality Marketing & Restaurant Servicescape , Service Encounter , and Perceived Congruency on Customers ’ Emotions and Satisfaction Restaurant Servicescape , Service Encounter , and Perceived Congruency on Customers ’. (October 2012), 37–41.
https://doi.org/10.1080/1936862 3.2010.514547
Maholtra Naresh, K. (2009). Riset Pemasaran: Edisi Keempat Jilid 1.
https://doi.org/10.1163/_q3_SI M_00374
Mari, M., & Poggesi, S. (2013). Servicescape cues and customer behavior : a systematic literature review and research agenda. (September), 37–41.
36 Jurnal Manajemen dan Bisnis Equilibrium https://doi.org/10.1080/0264206
9.2011.613934
Martínez García de Leaniz, P., Herrero Crespo, Á., & Gómez López, R. (2018). Customer responses to environmentally certified hotels: the moderating effect of environmental consciousness on the formation of behavioral intentions. Journal of Sustainable Tourism, 26(7), 1160–1177.
https://doi.org/10.1080/0966958 2.2017.1349775
Mey, L. P., & Mohamed, B. (2010). Service Quality , Visitor Satisfaction and Behavioural Intentions : Pilot Study At a Museum in Malaysia. Journal of Global Business and Economics, 1(1), 226–240.
Mitayani, Ni Komang dan Sudarta, IGG Purwa. 2018. Analisis Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Konsumen Pada Toko
Sepatu Surabaya Putra
Denpasar. Jurnal Management dan Bisnis Equilibrium, Vol. 4 No. 2.p.77-85.
Mok, C., Beverly Sparks., & Kadampully, J. (2013). Service
Quality Management in
Hospitality, Tourism, and Leisure. New York: Routledge Moon, H., Yoon, H. J., & Han, H.
(2015). Role of Airport Physical Environments in the Satisfaction Generation Process: Mediating the Impact of Traveller Emotion. Asia Pacific Journal of Tourism Research, 21(2), 193–211. https://doi.org/10.1080/1094166 5.2015.1048260
Moon, H., Yoon, H. J., & Han, H. (2016). The effect of airport atmospherics on satisfaction and behavioral intentions: testing the moderating role of perceived safety. Journal of Travel and Tourism Marketing, 34(6), 749– 763.
https://doi.org/10.1080/1054840 8.2016.1223779
Nawi, N. M., Hashim, N. A. A. N., Shahril, Z., & Hamid, R. (2019). Airbnb Physical Environment Attributes and Customer Behavioral Intention: A Proposed Study. International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences,
9(8), 144–151.
https://doi.org/10.6007/IJARBS S/v9-i8/6230
Padlee, S. F., Thaw, C. Y., & Zulkiffli, S. N. A. (2019). THE RELATIONSHIP BETWEEN SERVICE QUALITY, CUSTOMER SATISFACTION AND BEHAVIOURAL INTENTIONS IN THE HOSPITALITY INDUSTRY. 25(1), 121–139.
Park, Jeong-yeol, Back, R. M., Bufquin, D., & Shapoval, V. (2019). International Journal of Hospitality Management Servicescape , positive affect, satisfaction and behavioral intentions : The moderating role of familiarity. 78(October 2018), 102–111.
https://doi.org/10.1016/j.ijhm.2 018.11.003
Park, Jin-woo, & Ryu, Y. K. (2019). Investigating the Effects of
Airport Servicescape on Airport Users ’ Behavioral Intentions : A Case Study of Incheon International Airport Terminal 2 ( T2 ). 2.
Pinto, M. D., Greenblatt, A. M., Williams, B. L., & Kaplin, A. I.
(2017). Exploring the
Mechanism of the Clinical Encounter on Depressive Symptoms in Young Adults: A Path Analysis. Issues in Mental Health Nursing, 38(7), 533–539. https://doi.org/10.1080/0161284 0.2017.1305023
Pratminingsih, S. A., Rudatin, C. L., & Rimenta, T. (2014). Roles of Motivation and Destination Image in Predicting Tourist Revisit Intention : A Case of Bandung – Indonesia. 5(1). https://doi.org/10.7763/IJIMT.2 014.V5.479
Puad, A., Som, M., Marzuki, A., Yousefi, M., & Abukhalifeh, N. (2012). Factors Influencing Visitors ’ Revisit Behavioral Intentions : A Case Study of Sabah , Malaysia. 4(4). https://doi.org/10.5539/ijms.v4n 4p39
Pujiastuti, E. E., Nimran, U., Suharyono, S., & Kusumawati, A. (2017). The antecedents of behavioral intention regarding rural tourism destination. Asia Pacific Journal of Tourism Research, 0(0), 1–13. https://doi.org/10.1080/1094166 5.2017.1377270
Ratten, V. (2014). Behavioral Intentions to Adopt Technological Innovations : The Role of Trust , Innovation and
Performance. 10(September), 1–12.
https://doi.org/10.4018/ijeis.201 4070101
Ryu, K., & Jang, S. (2016). Influence of restaurants ’ physical environments on emotion and behavioral intention. 2069(October).
https://doi.org/10.1080/0264206 0802188023
Saha, G. C. (2009). Service quality , satisfaction , and behavioural intentions A study of low-cost airline carriers in Thailand. https://doi.org/10.1108/0960452 0910955348
Schiffman, L., & Wisenblit, J. (2015). Consumer Behavior. In Pearson. https://doi.org/10.1080/0091336 7.1979.10673276
Sekaran, U., & Bougie, R. (2016). Research Methods for Business: A Skill Building Approach. In Research methods for business (p. 436).
Sekaran, Uma, & Bougie, R. (2016). Research Methods fo Business (7th ed.).
Sugiyono. (2012). Quantitative, qualitative and R & D research
methods. Alfabeta.
https://doi.org/10.1017/CBO978 1107415324.004
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian. In Bandung: Alfabeta. https://doi.org/10.1017/CBO978 1107415324.004
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan
38 Jurnal Manajemen dan Bisnis Equilibrium R&D. In Bandung: Alfabeta.
https://doi.org/10.1017/CBO978 1107415324.004
Sujarweni, W. (2014). SPSS untuk Penelitian (Vol. 3). Vol. 3. https://doi.org/10.2307/302397 Sultana, Y. H., Jamal, A. M., &
Dur-E-Najaf. (2017). Impact of
Microfinance on Women
Empowerment Through Poverty Alleviation: An Assessment of Socio- Economic Conditions in Chennai City of Tamil Nadu. Asian Journal For Poverty Studies.
Supriatna, D. (2014). Analisis Faktor-Faktor Dominan dalam Pembentukan Creative Tourism dan Pengaruhnya terhadap Keputusan Berkunjung.
Sweeney, J. C., Danaher, T. S., & Mccoll-kennedy, J. R. (2015). Customer Effort in Value Cocreation Activities : Improving Quality of Life and Behavioral Intentions of Health
Care Customers.
https://doi.org/10.1177/1094670 515572128
Trimulyo, T., Triastity, R., & Utami, S. S. (2015). Pengaruh Citra
Restoran Terhadap Behavioral Intentions Melalui Kepuasan Pelanggan Sebagai Variabel Mediasi. 15(3), 294–303.
Wahyuningsih. (2012). The Effect of Customer Value on Behavioral Intentions in Tourism Industry. 5(1).
Wang, C. Y., & Mattila, A. S. (2015). The Impact of Servicescape Cues on Consumer Prepurchase Authenticity Assessment and Patronage Intentions to Ethnic Restaurants. Journal of Hospitality and Tourism Research, 39(3), 346–372. https://doi.org/10.1177/1096348 013491600
Wu, H. C., Li, M. Y., & Li, T. (2014). A Study of Experiential Quality, Experiential Value, Experiential Satisfaction, Theme Park Image, and Revisit Intention. In Journal of Hospitality and Tourism Research (Vol. 42). https://doi.org/10.1177/1096348 014563396
Zeithaml, V. A., Berry, L. L., & The, A. P. (1996). Conceptual
Framework and Hypotheses Background. Journal of Marketing, 60(2), 31–46.