• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DOKTOR BARU DANA ITS 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DOKTOR BARU DANA ITS 2020"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KEMAJUAN

PENELITIAN DOKTOR BARU

DANA ITS 2020

Optimasi Lapisan Tipis Karbon Amorf (a-C) Berbahan Dasar

Gula Siwalan Sebagai Sel Surya

Tim Peneliti :

Retno Asih, M.Si., Ph.D. (Fisika/FSAD)

Prof. Dr. Darminto, M.Sc. (Fisika/FSAD)

Dr. Malik Anjelh Baqiya, M.Si. (Fisika/FSAD)

DIREKTORAT RISET DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

(2)

Daftar Isi

Daftar Isi ... i

Daftar Tabel ... ii

Daftar Gambar ... iii

Daftar Lampiran ... iv

BAB I RINGKASAN ... 1

BAB II HASIL PENELITIAN ... 2

BAB III STATUS LUARAN ... 9

BAB IV PERAN MITRA (UntukPenelitian Kerjasama Antar Perguruan Tinggi) ... 10

BAB V KENDALA PELAKSANAAN PENELITIAN ... 11

BAB VI RENCANA TAHAPAN SELANJUTNYA ... 12

BAB VII DAFTAR PUSTAKA ... 13

BAB VIII LAMPIRAN ... 14

(3)

Daftar Tabel

Hal. Tabel 2.1 Ringkasan hasil analisis spektra XPS pada lapisan a-C, a-C:N dan a-C:B

(4)

Daftar Gambar

Hal. Gambar 2.1 Pola XRD dari lapisan a-C, a-C:N dan a-C:B pada substrat kaca ITO.

Indeks Miller (hkl) menyatakan puncak XRD dari ITO ……… 2 Gambar 2.2 Spektra C1s XPS dari lapisan (a) a-C, (c) a-C:N, dan (e) a-C:B. (d)

Dekonvolusi spektrum N1s dari lapisan a-C:N dan (f) spektrum B1s dari lapisan a-C:B. Ilustrasi ikatan C-N dan C-B pada struktur grafitik

ditunjukan pada (b) ………. 3

Gambar 2.3 Morfologi (tampak atas) dari (a) lapisan ITO pada kaca (sebagai substrat) dan lapisan tebal (b) a-C, (c) a-C:N 1:5, dan a-C:B 1:5 pada substrat dari hasil pengamatan SEM serta gambaran tampak samping dan ilustrasi

susunan lapisan terkait ……….. 5

Gambar 2.4 (a) Grafik hubungan transitansi ternormalisasi terhadap panjang gelombang pada lapisan a-C, a-C:N dan a-C:B yang teramati melalui spektroskopi UV-Vis. (b) Penentuan lebar celah pita (Eg) menggunakan metode Tauc plot

[6]. Data hanya ditunjukan pada rentang energi 1,2-2,4 eV untuk kejelasan 6 Gambar 2.5 Skema rapat keadaan (density of state) pada karbon amorf [5] ……… 6 Gambar 2.6 Data pengukuran dan hasil fitting (garis putus-putus) dari SE pada lapisan

ITO pada subtrat kaca berupa rasio amplitudo () dan perbedaan fase () 7 Gambar 2.7 (a) Indeks bias kompleks, (b) Reflektivitas, (c) fungsi dielektrik kompleks,

(5)

Daftar Lampiran

Hal.

(6)

BAB I RINGKASAN

Keterbatasan fabrikasi dan biaya yang mahal dalam penggunaan silikon (Si) sebagai sel fotovoltaik mendorong dikembangkannya material semikonduktif alternatif yang lebih murah dan ramah lingkungan, diantaranya adalah bahan semikonduktor berbasis karbon. Salah satu alotrop karbon yang banyak dikembangkan sebagai lapisan tipis semikonduktif adalah karbon amorf (a-C). Keberadaan hibridisasi campuran sp2 dan sp3 menjadikan a-C memiliki rentang celah pita (band

gap) yang lebar yakni antara 0,0 - 5,5 eV. a-C memiliki sifat diantara grafit dan intan yang mana sifat tersebut dapat dikontrol dengan mengatur rasio sp2/ sp3. Merujuk pada keunggulan sifat ini, berbagai metode banyak dikembangkan, termasuk dengan mensintesis a-C dari biomassa dan bioproduk. Pada usulan penelitian ini, lapisan a-C disiapkan dari bahan dasar nira siwalan (lontar) yang merupakan salah satu bioproduk lokal Indonesia. Letak geografis Indonesia yang berada di khatulistiwa mendukung dikembangkannya sel surya sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan energi terutama di daerah-daerah yang sulit sumber listrik. Oleh karena itu, usulan penelitian ini mencoba untuk menginvestigasi parameter terbaik dalam usaha pegembangan lapisan a-C berbasis gula siwalan sebagai sel fotovoltaik. Lapisan a-C akan didoping dengan Boron (B) dan Nitrogen (N) untuk mendapatkan semikonduktor ekstrinsik tipe-p (a-C:B) dan tipe-n (a-C:N), yang selanjutnya akan digunakan untuk membuat berbagai jenis sambungan (junction) guna mendapatkan performa sel fotovoltaik yang lebih baik. Selain analisa struktur lapisan a-C menggunakan XRD, FTIR, SEM-EDS, PES dan XAS, detail analisis pada sifat optik dan listrik juga akan dilakukan menggunakan UV-Vis, spektroskopi ellipsometer dan metode four point probe. Karakteristik fotovoltaik juga diinvestigasi dengan mengamati respon perubahan arus (I) dan tegangan (V) saat dan tanpa penyinaran. Topik dari usulan penelitian ini merupakan fokusan terkini dalam pengembangan fotovoltaik generasi teknologi multi-junction berbasis bahan organik. Usulan penelitian ini juga sesuai dengan topik dan roadmap dari 3 pusat penelitian di ITS, yaitu (i) pusat penelitian material maju dan teknologi nano, (ii) pusat penelitian sains fundamental, dan (iii) pusat penelitian energi berkelanjutan. Penelitian ini juga diharapkan dapat mendorong kolaborasi internasional dengan lembaga riset semisal SLRI Thailand (untuk pengukuran PES) dan NUS Singapura (untuk pengukuran XAS dan Ellipsometer). Target luaran dari usulan penelitian ini adalah publikasi satu artikel pada jurnal international terindeks Scopus berkategori minimal Q2.

(7)

Ringkasan penelitian berisi latar belakang penelitian,tujuan dan tahapan metode penelitian, luaran yang ditargetkan, kata kunci

BAB II HASIL PENELITIAN

Lapisan karbon amorf (a-C) telah berhasil disiapkan dari biopruduk gula siwalan pada substrat kaca ITO. Gambar 2.1 menunjukan pola XRD dari lapisan tipis a-C, a-C dengan doping Nitrogen (a-C:N), dan a-C dengan doping Boron (a-C:B) pada kaca ITO. Indeks Miller (hkl) pada gambar tersebut merepresentasikan puncak XRD dari ITO [1]. Dikarenakan sifat amorfus dari a-C, tidak ada puncak XRD dari a-C yang teramati. Adanya latar belakang berupa puncak lebar antara 2 = 15-35º menunjukan karakteristik amorf dari a-C.

Gambar 2.1 Pola XRD dari lapisan a-C, a-C:N dan a-C:B pada substrat kaca ITO. Indeks Miller (hkl) menyatakan puncak XRD dari ITO.

Karbon amorf tersusun atas ikatan hibridisasi sp2 dan sp3, dimana komposisi antara keduanya sangat mempengaruhi sifat makroskopik a-C. Ketika konsentrasi sp2 lebih dominan maka a-C akan memiliki sifat menyerupai grafit, sebaliknya jika konsentrasi sp3 yang lebih besar maka a-C akan bersifat menyerupai intan [2]. Selain itu, doping nitrogen dan boron pada a-C juga menyebabkan terjadinya perubahan konfigurasi ikatan, sehingga menjadi penting untuk menganalisa jenis-jenis ikatan pada lapisan a-C. Analisa tersebut telah dilakukan dengan X-ray Photoemission Spectroscopy (XPS) pada beamline 3.2 di SLRI, Thailand. Melalui karakterisasi ini, jenis-jenis ikatan di dalam lapisan a-C dapat diidentifikasi berdasarkan energi ikatnya (binding energy). Gambar 2.2 menampilkan hasil analisis dekonvolusi dari spektrum C1s, N1s dan B1s pada lapisan a-C, a-C:N dan a-C:B dengan perbandingan mol antara a-C dan doping sebesar 1:5. Campuran hibridisasi sp2 dan sp3 teramati pada seluruh lapisan dengan estimasi at% ditunjukan pada Tabel 2.1. Terlihat bahwa ikatan C dengan hibridisasi sp2 lebih dominan dibandingkan dengan

sp3. Terbentuknya ikatan antara C-N dan B-C juga terkonfirmasi dari spektra C1s. Spektrum N1s pada lapisan a-C:N mengkonfirmasi ternbentuknya pyrolic N yang merupakan hibridisasi sp3. Pada

(8)

pyrolic N, cincin pentagonal memiliki dua ikatan rangkap. Enam elektron membentuk lima orbital p, dimana empat orbital p ikatan rangkap dua berasal dari karbon yang menyumbang 1 elektron, serta satu orbital yang terisi penuh dari dua elektron nitrogen. Kedua elektron dari atom nitrogen tersebut terdelokalisasi ke dalam sistem  sehingga tidak ada elektron bebas [3]. Ilustrasi dari ikatan pyrolic N ditunjukan pada Gambar 2.2 (b).

Gambar 2.2 Spektra C1s XPS dari lapisan (a) a-C, (c) a-C:N, dan (e) a-C:B. (d) Dekonvolusi spektrum N1s dari lapisan a-C:N dan (f) spektrum B1s dari lapisan a-C:B. Ilustrasi ikatan C-N dan C-B pada struktur grafitik ditunjukan pada (b).

(a) (c) (e) (b) (d) (f)

(9)

Pada lapisan a-C:B, spektrum B1s mengkonfirmasi interaksi C dan B membentuk ikatan BCO2 dan

BC3, dimana BCO2 lebih dominan dengan at% sekitar 70% dibandingkan dengan BC3 dengan at%

berkisar 30%. Gambar 2.2 (b) mengilustrasikan beberapa kemungkinan ikatan B dan C pada lapisan grafitik C. Pada struktur BC3, ketiga elektron valensi atom boron akan berikatan dengan atom

karbon. Apabila meninjau atom-atom disekitarnya, atom karbon akan membentuk ikatan rangkap sehingga membentuk ikatan π [4]. Dengan makin banyaknya struktur BC3 maka akan terjadi

hibridisasi sp2 yang lebih banyak pula.

Tabel 2.1 Ringkasan hasil analisis spektra XPS pada lapisan a-C, a-C:N dan a-C:B berkaitan dengan nilai energi ikat, prosentase at% dan jenis ikatan.

Lapisan Spektra Jenis ikatan Energi ikat (eV) at%

a-C C1s C=C (sp2) C-C (sp3) C-O 283.81 285.48 286.73 69.0 15.4 15.6 a-C:N (1:5) C1s C=C (sp2) C=N (sp2) C-N (sp3) 284.45 285.81 287.77 35.8 54.6 9.6 N1s pyrrolic N 399.37 100 a-C:B (1:5) C1s C=C (sp2) C-C (sp3) B-C C=O 284.44 285.29 283.13 287.24 31.9 10.5 44.6 13.0 B1s BC3 BCO2 188.17 192.08 30.3 69.7

Mikrostruktur permukaan dan tebal lapisan dianalisa dengan SEM. Lapisan tebal yang tampak kurang rata terlihat ketika kaca ITO dilapisi dengan a-C. Gambar penampang lapisan (tampak samping) mengkonfirmasi ketebalan lapisan masing-masing dalam rentang 180, 130 dan 370 nm pada a-C, a-C:N dan a-C:B. Lapisan a-C:B memiliki rata-rata ketebalan yang lebih besar dibandingkan lapisan a-C dan a-C:N, walaupun ketiganya disiapkan dengan waktu deposisi yang sama. Analisa EDX dari gambar SEM menunjukan adanya unsur Si, In, Sn, O dan C. Konsentrasi unsur C meningkat pada lapisan karbon, sedangkan unsur lainnya relatif tetap baik sebelum maupun sesudah dideposisi karbon amorf. Prosentase berat (wt%) dari unsur C pada kaca ITO sekitar 1,3%, sedangkan pada lapisan karbon amorf meningkat menjadi 7,1%. Oksigen merupakan unsur yang paling dominan dengan konsentrasi sekitar 49 wt%.

(10)

Gambar 2.3 Morfologi (tampak atas) dari (a) lapisan ITO pada kaca (sebagai substrat) dan lapisan tebal (b) a-C, (c) a-C:N 1:5, dan a-C:B 1:5 pada substrat dari hasil pengamatan SEM serta gambaran tampak samping dan ilustrasi susunan lapisan terkait.

Analisis sifat optik lapisan dilakukan dengan spektroskopi UV-Vis dalam rentang panjang gelombang 400 – 1200 nm. Gambar 2.4 (a) menunjukan grafik hubungan antara transmitansi (ternormalisasi) dan panjang gelombang. Terlihat bahwa semua sampel dapat menyerap gelombang elektromagnetik pada rentang cahaya tampak dan sedikit inframerah. Transmitansi meningkat dengan meningkatnya panjang gelombang dan berkurang pada rentang 900-1000 nm yang dapat disebabkan karena pengaruh defek. Estimasi celah pita (band gap) dilakukan dengan metode Tauc plot sebagaimana ditunjukan pada Gambar 2.4 (b). Lapisan a-C, a-C:N dan a-C:B masing-masing memiliki celah pita sekitar 1,70; 1,58; dan 1,56 eV. Hal ini mengindikasikan bahwa penambahan doping dapat memperkecil lebar celah pita. Peningkatan hibridisasi sp2 pada lapisan C:N dan a-C:B diindikasi sebagai pemicu penyempitan celah pita ini karena adanya penambahan jumalah transisi -*. Keadaan  merupakan ikatan lemah sehingga terletak lehih dekat dengan energi Fermi dibandingkan keadaan  [5]. Struktur elektronik karbon amorf terutama tergantung pada keadaan  tersebut karena jarak energinya yang lebih rendah ke tingkat Fermi sebagaimana ditunjukan pada Gambar 2.5. Banyaknya konfirgurasi sp2 mengindikasikan terjadinya penurunan lebar pita -* yang artinya celah energinya semakin kecil. Perlu diperhatian bahwa celah energi pada seluruh lapisan berada dalam rentang material semikonduktor yaitu antara 0 hingga 3 eV.

(11)

Gambar 2.4 (a) Grafik hubungan transitansi ternormalisasi terhadap panjang gelombang pada lapisan a-C, a-C:N dan a-C:B yang teramati melalui spektroskopi UV-Vis. (b) Penentuan lebar celah pita (Eg) menggunakan metode Tauc plot [6]. Data hanya ditunjukan pada rentang energi 1,2-2,4

eV untuk kejelasan.

Gambar 2.5 Skema rapat keadaan (density of state) pada karbon amorf [5]

Konduktivitas listrik dari lapisan diukur dengan metode four-point probe, dan didapatkan besarnya sekitar 0,5 S/cm. Rentang nilai konduktivitas ini juga berad dalam rentang bahan semikonduktor yakni berkisar 10-8 – 103 S/cm [7]. Kedua nilai ini, celah energi dan konduktivitas listrik, menjadikan lapisan karbon amorf sebagai kandidat potensial untuk aplikasi sel surya.

Analisa lebih lanjut dari sifat optik dilakukan dengan menggunakan spektroskopi ellipsometer (SE). Pengukuran telah dilakukan di National University of Singapore. Gambar 2.6 menunjukan data hasil pengukuran SE pada substrat kaca ITO berupa rasio amplitudo () dan perbedaan fase () dari gelombang cahaya karena adanya perubahan polarisasi ketika mengenai material. Pengukuran dilakukan pada sudut 50, 60 dan 70º. Analisa pada subtrat ini perlu dilakukan sebelum menganalisa lapisan karbon amorf. Fitting dilakukan dengan model GenOsc yang merupakan gabungan dari fungsi Tauc-Lorentz, Gaussian, Drude (RT) dan Psemi-Tri. Hasil fitting menunjukan bahwa ketebalan lapisan ITO kurang lebih sebesar 107(1) nm dengan kekasaran sekitar 8 nm dan tingkat ketidakhomogenan berkisar 1,9%. Selain itu, estimasi nilai resistivitas dari hasil

(12)

analisis ini diperoleh sekitar 1,4(5) 10-3 .cm yang mengkonfirmasi bahwa ITO bersifat konduktif. Dari data  dan  dapat diekstrak beberapa informasi, diantaranya [8]:

❖ Indeks bias kompleks𝑛̃ = 𝑛 + 𝑖𝑘 ❖ Fungsi dielektrik kompleks, 𝜀̃ = 𝜀1+ 𝑖𝜀2 ❖ Loss function, −Im[𝜀−1(𝜔)] = 𝜀2(𝜔)

[𝜀12(𝜔)+𝜀22(𝜔)] ❖ Reflektivitas, 𝑅(𝜔) =[𝑛(𝜔)−1]2+𝑘2(𝜔)

[𝑛(𝜔)+1]2+𝑘2(𝜔)

❖ Konduktivitas optik, 𝜎1(𝜔) = 𝜀0𝜀2(𝜔)𝜔

dengan n merupakan indeks bias, k merupakan koefisien kepunahan yang menyatakan seberapa cepat cahaya akan hilang di dalam material,  merupakan frekuensi angular dari foton datang, dan 0 merupakan permitivitas ruang hampa yang besarnya adalah 8,85410-12 F/m.

Gambar 2.6 Data pengukuran dan hasil fitting (garis putus-putus) dari SE pada lapisan ITO pada subtrat kaca berupa rasio amplitudo () dan perbedaan fase ()

Gambar 2.7 menunjukan indeks bias kompleks, reflektivitas, fungsi dielektrik kompleks dan loss function dari lapisan ITO. Perubahan nilai 1 dari negatif menjadi positif menandakan adanya

skrining elektron yang merupakan karakteristik dari metal. Perubahan nilai ini terjadi pada energi foton dengan frequency angular sebesar p. 2 bernilai nol pada rentang energi 1,5 – 3,5 eV yang

mengindikasikan adanya karakteristik gap-like dan bersifat transparan. Kenaikan 2 pada energi

rendah (E < 1 eV) menunjukan karakteristik Drude response pada metal, sedangkan kenaikan pada E > 4 eV menandakan adanya transisi interband. Adanya skrining elektron pada frekuensi p =

2E/h juga terlihat dari grafik loss function yang menunjukan adanya puncak pada energi foton 0,94 eV. Puncak ini menyatakan adanya plasmon pada lapisan ITO.

(13)

Hasil analisis pada lapisan ITO ini selanjutnya digunakan untuk menganalisa data SE pada lapisan karbon amorf. Berbagai informasi dari analisis SE ini juga sangat penting untuk mempelajari pembentukan eksiton yang merupakan kuasi partikel dasar dalam teknologi sel surya. Selain itu kemungkinan adanya kopling antara eksiton dengan plasmon juga dapat dipelajari.

Gambar 2.7 (a) Indeks bias kompleks, (b) Reflektivitas, (c) fungsi dielektrik kompleks, dan (d) loos-function dari lapisan ITO

(a) (b)

(14)

BAB III STATUS LUARAN

Saat ini kami sedang dalam tahap diskusi dengan Prof. Andrivo Rusydi dari National University of Singapore terkait analisa data SE dan penyusunan artikel. Sebagian data yang terkumpul telah diringkas dan disusun gambarnya untuk ditampilkan dalam artikel ilmiah sebagaimana dijabarkan pada Bab II. Analisa dan diskusi terhadap data SE dari lapisan karbon masih dalam proses. Kompleksitas atas fenomena fisika menjadi tantangan bagi kami sehingga perlu adanya diskusi panjang. Berdasarkan hasil diskusi, kami menyakini bahwa data dalam penelitian ini memiliki keterbaharuan dan signifikansi dalam pengembangan sel surya berbasis biomassa dan sepakat untuk mencoba mempublikasikan hasilnya pada jurnal dengan faktor dampak tinggi yaitu Nature series. Tentunya untuk merealisasikan hal ini diperlukan persiapan yang detail dan tambahan data untuk kelengkapan hasil.

(15)

BAB IV PERAN MITRA

(Untuk Penelitian Kerjasama Antar Perguruan Tinggi)

(16)

BAB V KENDALA PELAKSANAAN PENELITIAN

Pandemi Covid-19 menjadi kendala utama dalam pelaksanaan riset terutama dalam penggunaan laboratorium dan pengujian. Variasi tipe sambungan yang akan disiapkan mejadi lebih sedikit dari pada yang dijanjikan dalam proposal, tetapi hal tersebut tidak akan mengurangi esensi dan pokok bahasan dari penelitian. Beberapa pengujian telah dilakukan sebelum masa PSBB, akan tetapi pengujian efesiensi lapisan sel surya belum bisa terselesaikan. Untuk menyelesaikan pengukuran, kami membuat merancang alat dan membeli solarmeter agar dapat melakukan pengukuran mandiri di rumah.

Spektroskopi ellipsometer (SE) merupakan alat karakterisasi baru bagi kami yang dari ITS, sehingga diperlukan cukup waktu untuk mempelajari cara pengolahan dan analisis data. Melalui riset ini, kami berkesempatan menjalin kolaborasi dengan NUS dan kalaborator kami (Prof. Andrivo Rusydi) sangat antusias membantu dan berdiskusi dengan kami terkait data SE. Diskusi telah dilakukan secara rutin setiap pekan secara daring menggunakan zoom. Kompleksitas fenomena fisis yang harus kami diskusikan juga menjadi tantangan bagi kami sehingga kami memerlukan lebih banyak waktu untuk belajar dan memahaminya.

(17)

BAB VI RENCANA TAHAPAN SELANJUTNYA

Rencana tahapan selanjutnya untuk menyelesaikan penelitian dan mencapai luaran yang dijanjikan dijabarkan sebagai berikut:

1. Menyelesaikan pengujian efisiensi sel surya dari lapisan karbon amorf. Peralatan pengujian telah dirancang termasuk pembelian Solarmeter sehingga pengujian dapat dilakukan dari rumah. 2. Melanjutkan diskusi dan analisis data SE dengan Prof. Andrivo Rusydi untuk berdiskusi tekait

spectral weight transfer dan model density of state dari lapisan karbon amorf

3. Menyelesaikan analisis data x-ray absorption spectroscopy (XAS) untuk mendukung hasil analisis data SE

4. Memperbaharui gambar dan tabel dari data yang akan ditampilkan dalam artikel ilmiah 5. Munyusun artikel ilmiah sesuai dengan format dari jurnal tujuan (Nature series)

(18)

BAB VII DAFTAR PUSTAKA

[1] E. Parsianpour, D. Raoufi, M. Roostaei, B. Sohrabi, F. Samavat, Characterization and structural property of indium tin oxide thin films, Advance in Materials Physics and Chemistry 7, 42-57 (2017)

[2] E.H. Falcao, F. Wudl, Carbon allotropes: beyond graphite and diamond, Journal of Chemical Technology & Biotechnology 82, 524-531 (2007)

[3] Tuček, J., P. Błoński, J. Ugolotti, A. K. Swain, T. Enoki, R. Zbořil, Emerging chemical strategies for imprinting magnetism in graphene and related 2D materials for spintronic and biomedical applications. Chem. Soc. Rev. 47: 3899-3990 (2018)

[4] M. Tan, J. Zhu, J. Han, W. Gao, L. Niu, J. Lu, Chemical analysis and vibrational properties of boronated tetrahedral amorphous carbon films, Diamond and related materials 16, 1739-1745 (2007)

[5] J. Robertson, Diamond-like amorphous carbon, Materials science and engineering: Reports

37, 129-281 (2002)

[6] J. Tauc, Optical properties and electronic structure of amorphous Ge and Si, Materials Research Bulletin 3: 37–46 (1968).

[7] S.M. Sze, Semiconductor devices, Physics and technology, 2nd ed., Wiley: New York (2002)

[8] A. Chaudhuri, K. Rubi, T.C. Asmara, X. Chi, X.J. Yu, R. Mahendiran, A. Rusydi, Quasilocal plasmon in the insulator-metal transition in the Mott-type perovskite Eu0.3Ba0.7Ti1-xNbxO3,

(19)

BAB VIII LAMPIRAN

Lampiran berisi tabel daftar luaran (Format sesuai lampiran 1) dan bukti pendukung luaran wajib dan luaran tambahan (jika ada) sesuai dengan target capaian yang dijanjikan

(20)

LAMPIRAN 1 Tabel Daftar Luaran

Program : Penelitian Doktor Baru

Nama Ketua Tim : Retno Asih

Judul : Optimasi lapisan tipis karbon amorf (a-C) berbahan dasar

gula siwalan sebagai sel surya 1.Artikel Jurnal

No Judul Artikel Nama Jurnal Status Kemajuan*)

1 A simple method to fabricate solar panel material: coupling of resonance exciton and correlated plasmon

Nature Physics/ Scientific Reports

Persiapan

*) Status kemajuan: Persiapan, submitted, under review, accepted, published 2. Artikel Konferensi

No Judul Artikel Nama Konferensi (Nama

Penyelenggara, Tempat, Tanggal)

Status Kemajuan*)

*) Status kemajuan: Persiapan, submitted, under review, accepted, presented 3. Paten

No Judul Usulan Paten Status Kemajuan

*) Status kemajuan: Persiapan, submitted, under review 4. Buku

No Judul Buku (Rencana) Penerbit Status Kemajuan*)

*) Status kemajuan: Persiapan, under review, published 5. Hasil Lain

No Nama Output Detail Output Status Kemajuan*)

*) Status kemajuan: cantumkan status kemajuan sesuai kondisi saat ini

6. Disertasi/Tesis/Tugas Akhir/PKM yang dihasilkan

No Nama Mahasiswa NRP Judul Status*)

Gambar

Gambar 2.1 Pola XRD dari lapisan a-C, a-C:N dan a-C:B pada substrat kaca ITO. Indeks Miller  (hkl) menyatakan puncak XRD dari ITO
Gambar  2.2  Spektra  C1s  XPS  dari  lapisan  (a)  a-C,  (c)  a-C:N,  dan  (e)  a-C:B
Gambar 2.3 Morfologi (tampak atas) dari (a) lapisan ITO pada kaca (sebagai substrat) dan lapisan  tebal (b) a-C, (c) a-C:N 1:5, dan a-C:B 1:5 pada substrat dari hasil pengamatan SEM serta gambaran  tampak samping dan ilustrasi susunan lapisan terkait
Gambar  2.4  (a)  Grafik  hubungan  transitansi  ternormalisasi  terhadap  panjang  gelombang  pada  lapisan a-C, a-C:N dan a-C:B yang teramati melalui spektroskopi UV-Vis
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pada uji Dissolved Oxygen (DO) dan uji Biological Oxygen Demand (BOD) perlakuan awal yang dilakukan ialah memasukkan sampel ke dalam botol winkler yang bertutup dengan cara

Proses komunikasi untuk menyebarluaskan gagasan, ide, dan karya, sebagai suatu produk inovasi pendidikan, maka aspek komunikasi menjadi sangat penting dalam

2 Wakil Dekan Bidang I SALINAN TERKENDALI 02 3 Wakil Dekan Bidang II SALINAN TERKENDALI 03 4 Manajer Pendidikan SALINAN TERKENDALI 04 5 Manajer Riset dan Pengabdian

Dapat dilihat bahwa di setiap saat, grafik amplitudo sel[1,1] pada simulasi tanpa anomali (warna merah) selalu lebih tinggi daripada grafik simulasi dengan anomali.

Pengawasan kualitas merupakan alat bagi manajemen untuk memperbaiki kualitas produk bila dipergunakan, mempertahankan kualitas produk yang sudah tinggi dan

Adapun produk yang terdapat pada Harna Catering diantaranya adalah :bebek bakar ndekem, bebek bakar merah, nasi tumpeng mini, nasi tumpeng besar, dan nasi kotak, serta

Ciri khusus yang membuat aksara Tionghoa sebagai kaligrafi adalah karena alat untuk menulis aksara berupa kuas, sama dengan yang digunakan oleh pelukis.. Penemuan kuas (pit) pada

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka diyakini akan menimbulkan pengaruh terhadap perubahan karakter serta gaya hidup pada masyarakat Desa Bayung Gede