• Tidak ada hasil yang ditemukan

KELIMPAHAN POPULASI ARTROPODA PREDATOR PENGHUNI TAJUK PERTANAMAN KEDELAI. Luice A. Taulu dan A. L. Polakitan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KELIMPAHAN POPULASI ARTROPODA PREDATOR PENGHUNI TAJUK PERTANAMAN KEDELAI. Luice A. Taulu dan A. L. Polakitan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

KELIMPAHAN POPULASI ARTROPODA PREDATOR PENGHUNI TAJUK PERTANAMAN KEDELAI

Luice A. Taulu dan A. L. Polakitan

Balai pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Utara Jl. Kampus Pertanian Kalasey

ABSTRAK

Artropoda predator yang menghuni tajuk di pertanaman kedelai dikaji komposisi dan kelimpahannya. Pengkajian dilaksanakan di desa Kamanga Kecamatan Tompaso sejak bulan Mei sampai Juli 2010. Tujuan pengkajian ini adalah untuk mengetahui jenis dan kelimpahan populasi artropoda predator penghuni tajuk pertanaman kedelai dan untuk menentukan jenis predator yang mengendalikan hama secara hayati pada tanaman kedelai.. Lima varietas kedelai yang digunakan sebagai perlakuan yaitu varietas Burangrang, Tanggamus, Anjasmoro, Sinabung dan Kaba. Kedelai ditanam dilahan sesudah tanaman padi dan biasanya ditanami sayuran seperti tomat atau mentimun. Luas tanam tiap varietas sekitar 0,2 ha dengan jarak tanam 30 x 20 cm. Pengamatan dilakukan setiap dua minggu sejak tanaman berumur 14 hst pada area seluas 1 m2, dan dilakukan pada tiga titik di tiap varietas sebagai ulangan. Hasil pengkajian menunjukan bahwa tajuk kedelai dihuni oleh lebih dari 22 jenis predator. Sebagian besar predator ini ditemukan pula pada gulma disekitar pertanaman ataupun pada tanaman lain disekitar pertanaman kedelai. Secara umum umur tanaman berpengaruh terhadap jenis maupun kelimpahan predator tersebut. Di antara predator paling dominan adalah kumbang Paederus fuscipes (Curt.) (Coleoptera : Staphylinidae), jengkerik Anaxipha longipennis (Serville) (Orthoptera : Gryllidae), laba-laba Pardosa pseudoannulata (Boes.& Str.) (Araneae: Lycosidae) dan Atypena adelinae (Barr. & Lit.) (Araneae: Linyphiidae). Kelimpahan yang tinggi pada setiap fase pertumbuhan tanaman, Paederus fuscipes dan

Menochilus sexmaculatus dapat dipilih sebagai kandidat untuk pengendalian hayati di

pertanaman kedelai.

Kata kunci: Kedelai, kelimpahan, predator, tajuk.

PENDAHULUAN

Di Indonesia, kedelai merupakan komoditas pangan unggulan sesudah padi dan jagung. Kebutuhan akan komoditas kedelai dari tahun ke tahun semakin meningkat karena meningkatnya konsumsi manusia dan meningkatnya kebutuhan bahan baku industri serta pakan ternak. Kebutuhan kedelai pada tahun 2008 telah mencapai 2,2 juta ton, sementara produksi dalam negeri hanya 35-40% kebutuhan sehingga kekurangannya harus diimport (Anonim. 2008a). Salah satu kendala dalam budidaya tanaman kedelai adalah

(2)

serangan hama. Kehilangan hasil kedelai yang diakibatkan oleh hama bisa mencapai 90% apabila tidak dikelolah dengan baik. Karena hama yang menyerang tanaman kedelai sangat bervariasi dan menyerang tanaman kedelai sejak dari tanaman muda sampai tanaman menjelang panen. Pengendalian terhadap hama tanaman kedelai, petani umumnya mengandalkan lebih banyak pada penggunaan pestisida karena dinilai cukup praktis dan hasilnya cepat diketahui. Penggunaan insektisida yang tidak bijaksana dapat menimbulkan dampak negative terhadap lingkungan. Oleh karena itu perlu adanya penanganan yang lebih dalam mengelolah hama tanaman kedelai.

Untuk memenuhi pasokan kedelai dipasar maka diperlukan teknologi kedelai dengan produktivitas mampu menembus 3 ton/ha. Saat ini telah tersedia 63 varietas unggul kedelai dengan berbagai sifat keunggulannya di antaranya adalah varietas Grobogan dengan potensi hasilnya 3,4 ton/ha, umur panen 75 hari biji besar (18g/100 biji) dan pada saat panen >95% daunnya luruh (Anonim. 2008b, Anonim. 2009). Hasil penelitian di beberapa lokasi menunjukan bahwa teknologi varietas unggul kedelai yang dibudidayakan dengan pendekatan pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu (PTT) mampu meningkatkan produktivitas dan efisiensi input produksi kedelai. Salah satu komponen dasar dalam PTT kedelai adalah penerapan PHT dalam mengelolah hama tanaman kedelai. Dalam PHT komponen yang perlu dikedepankan adalah peran dari musuh alami (Rauf 1996).

Komunitas artropoda yang terdapat di ekosistem kedelai terdiri dari banyak populasi yang masing-masing mempunyai peranan yang berbeda-beda. Artropoda predator (musuh alami) yang mendominasi ekosistem pertanaman kedelai, didominasi oleh serangga predator dan laba-laba. Artropoda predator tersebut dapat digolongkan ke dalam penghuni tajuk dan penghuni permukaan tanah. Beberapa hasil penelitian tentang predator yang berasosiasi dengan pertanaman kedelai di beberapa negeri di antaranya di Florida menunjukkan bahwa terdapat 1000 spesies predator (Whitcomb 1980), di Iowa 80 spesies yang tergolong dalam 32 famili, sedangkan di Missouri 95 spesies predator (Bechinski and Pedigo 1981). Boyd and Boethel (1998) melaporkan bahwa telah ditemukan lebih 70 taxa serangga yang menguntungkan pada tanaman kedelai di Louisiana dan 90% darinya didominasi oleh Orius insidiosus (Say), Nabis spp. Dan Arachnida. Okada et al. (1988) mengidentifikasi predator yang berasosiasi dengan tanaman kedelai di beberapa daerah sentra pengembangan kedelai di Indonesia dan menemukan 61 spesies predator yang tergolong ke dalam Sembilan ordo yaitu Orthoptera, Dermaptera, Heteroptera, Odonata, Neuroptera, Coleoptera, Diptera, Hymenoptera dan Araneae. Predator-predator yang ditemukan ada yang tergolong sebagai Predator-predator penghuni tajuk kedelai dan penghuni tanah. Tujuan pengkajian ini adalah untuk mengetahui

(3)

jenis dan kelimpahan populasi artropoda predator penghuni tajuk pertanaman kedelai dan untuk menentukan jenis predator yang mengendalikan hama secara hayati pada tanaman kedelai.

METODOLOGI

Pengkajian dilakukan di desa Kamanga, Kecamatan Tompaso, Kabupaten Minahasa, dan berlangsung sejak bulan Mei sampai Juli 2010 (satu musim tanam). Pengkajian dilakukan di lahan petani dan dilakukan bersama-sama dengan petani sebagai kooperator dan dilakukan secara partisipatif. Lahan yang digunakan adalah lahan bekas tanaman padi (pola tanam : padi-sayuran – kedelai/kacang merah, padi-padi-kedelai/padi-sayuran). Varietas yang digunakan adalah varietas Burangrang, Anjasmoro, Tanggamus, Sinabung dan Kabah. Luas tanam tiap varietas sekitar 0,2 ha dengan jarak tanam 40 x 15 cm. Pengamatan jenis dan kelimpahan predator dilakukan setiap 10 hari sejak tanaman berumur 11 hst sampai menjelang panen, pada area seluas 1 m2 (=21 tanaman), dan dilakukan pada tiga titik di tiap varietas sebagai ulangan. Pengambilan contoh ditiap varietas dilakukan pada tempat yang berbeda pada setiap pengambilan. Pengamatan juga dilakukan pada gulma di sekitar pertanaman kedelai dengan cara penyapuan menggunakan net serangga. Artopoda predator yang terkoleksi diidentifikasi jenis dan kelimpahananya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Komunitas artropoda predator yang menghuni tajuk kedelai dusajikan pada Tabel 1. Selama pengamatan di lapang berlangsung dijumpai predator-predator yang tergolong serangga sembilan famili yang terdiri dari 12 spesies dan laba-laba delapan famili yang terdiri dari 10 spesies. Jumlah predator yang berhasil teridentifikasi adalah 240 ekor. Dari jumlah ini predator serangga yang mendominasinya yaitu sebanyak 228 ekor sedangkan predator laba-laba hanya 12 ekor. Predator serangga pada tajuk kedelai yang terdeteksi selama pengamatan didominasi oleh empat spesies yaitu Paederus fuscipes Curt.,

Menochilus sexmaculatus Fabricius, Micraspis inops Mulsant, dan Ophionea nigrofasciata Schmidt-Goebel masing-masing berjumlah 85, 68, 23 dan 24

ekor.

Pertumbuhan tanaman yang subur secara umum menunjang perkembangan populasi serangga fitofag, yang pada giliran berikutnya mempengaruhi jenjang trofik di atasnya yaitu predator (Taulu 2001).

(4)

Kelimpahan populasi artropoda predator pada awal pertumbuhan tanaman kedelai masih sedikit, hal ini ditunjukkan dengan jumlah predator yang ditemui pada awal-awal pertumbuhan tanaman masih sedikit (Tabel 2).

Dengan bertambahnya umur tanaman berarti semakin berkembangnya pertumbuhan tanaman, tajuknya semakin terbuka, kelimpahan populasi artropoda predator yang ditemui semakin meningkat (hasil pengamatan pada umur 41, 51 dan 61 hst). Hal ini disebabkan pada umur tanaman tersebut semakin banyak relung yang bisa digunakan serangga fitofag yang merupakan mangsa dari artropoda predator.

Tabel 1. Artropoda predator yang ditemukan pada tajuk kedelai di Desa Kamanga, Kec. Tompaso Kab. Minahasa (MT 2010)

Takson Jumlah Coleoptera Hemiptera Orthoptera Hymenoptera Dermaptera Araneida Staphylinidae Coccinellidae Carabidae Pentatomidae Reduviidae Gryllidae Tettigonidae Formicidae Carcinophoridae Linypiidae Lycosidae Oxyopidae Salticidae Tetragnathidae Aranedae Clubionidae Theridiidae

Paederus fuscipes Curt. Paederus tumulus

Menochilus sexmaculatus Fabricius Micraspis inops Mulsant

Ophionea nigrofasciata Schmidt-Goebel Andralus spinidens Fabricius

Rhinocoris fuscipes Fabricius Metioche vittaticolis Stal. Anaxipha longipennis Serville Conocephalus longipennis de Haan

Tak teridentifikasi

Euborellia stalli Dohrn Atipena adelinae Barr.& Str. Erogone bifurca Locket

Pardosa pseudoannulata Boes.&Str. Pardosa birmanica Simon

Oxyopes sp.

Myrmarachna caliraya Barr.& Lit. Bianor sp.

Tetragnatha virescens Okuma Araneus inustus C.L.Koch Clubiona Sp.

Theriidion lumabani Barr.& Lit.

85 8 68 23 24 5 2 3 3 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 Jumlah serangga : Jumlah laba-laba : Jumlah total : Jumlah Spesies : 228 12 240 22

(5)

Tabel 2. Rata-rata kelimpahan predator di tiap vatrietas kedelai Dan di gulma (Tompaso, 2010)

Varietas Jumlah predator yang dijumpai pada …..hst Jumlah (ekor) 11 21 31 41 51 61 71 Burangrang 5 8 14 15 12 5 59 Anjasmoro 3 7 10 12 12 8 52 Tanggamus 3 5 11 12 10 6 47 Sinabung 3 8 14 8 10 6 48 Kabah 3 6 8 8 6 4 34 Jumlah 15 34 57 55 50 29 240 Gulma 10 6 4 4 3 3 30

Hasil pengamatan jumlah artropoda predator di masing-masing varietas (Tabel 2.) terlihat kelimpahan populasi pada varietas burangrang dab anjasmoro cenderung lebih tinggi disbanding kelimpahan populasi artropoda predator pada varietas tanggamus, sinabung dan kabah. Hasil pengamatan di lapang menunjukan kedua varietas ini cenderung lebih ribun dibanding varietas lainnya. Hal ini didukung oleh rata-rata jumlah cabang per tanaman varietas burangrang dan anjasmoro adalah 6,0 dan 6,1 sedang varietas tanggamus, sinabung dan kaba masing-masing 5,2; 5,5 dan 5,3. Jumlah cabang per tanaman berpengaruh terhadap produksi daun yang membentuk tajuk dari tanaman secara keseluruhan mempengaruhi relung tempat hidupnya artropoda serangga fitofag maupun predatornya.

Hal yang sebaliknya terjadi pada gulma. Pada awal pertumbuhan tanaman kedelai tajuk tanaman masih kecil, sehingga baik artropoda serangga hama maupun predator bersembunyi pada gulma di sekitar pertanaman kedelai. Pada Tabel 2 menunjukkan kelimpahan populasi artropoda predator pada umur tanaman muda (21 hst) lebih tinggi dan cenderung menurun dengan bartambahnya umur tanaman.

KESIMPULAN

Tajuk kedelai dihuni oleh lebih 20 jenis predator. Sebagian besar dari predator itu juga memanfaatkan gulma yang tumbuh di sekitar pertanaman kedelai sebagai habitat alternatifnya. Secara umum kelimpahan populasi artopoda predator erat kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman kedelai.

(6)

Predator yang dominan pada tajuk kedelai adalah kumbang Paederus

fuscipes dan Menochilus sexmaculatus. Kedua predator ini merupakan yang

diandalkan dalam pengendalian hayati di pertanaman kedelai.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2008a. Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) kedelai. Panduan Pelaksanaan. Departemen Pertanian.

Anonimous. 2008b. Teknologi ubi jalar. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Ubi-ubian. Badan Litbang Pertanian.

Anonimous. 2009. Kedelai Unggulan. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Ubi-ubian. Badan Litbang Pertanian.

Bechinski E.J. and L.P. Pedigo. 1981. Ecology of predaceous arthropods in Iowa soybean agroecosystems. Environ. Entomol. 10 : 771-778.

Okada T, W Tengkano, T. Djuwarso. 1988. An outline on soybean pests in Indonesia in faunistic aspects. Makalah disampaikan dalam Seminar Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor, 6 Desember 1988. 37 h.

Rauf A. 1996. Analisis ekosistem dalam pengendalian hama terpadu. Pelatihan Peramalan Hama dan Penyakit Tanaman Padi dan Palawija Tingkat Nasional, Jatisari, 2-19 Januari 1996. 11h.

Taulu L. A. 2001. Kompleks artropoda predator penghuni tajuk kedelai dan peranannya dengan perhatian utama pada Paederus fuscipes (Curt.) (Coleoptera : Staphylinidae)

Whitcomb W.H. 1980. The use of predators in insect control. In Pimental D (ed) CRC Handbook of pest management in agriculture vol. II. CRC Press, Inc. Boca Raton, Florida.

Gambar

Tabel  1.    Artropoda  predator  yang  ditemukan  pada  tajuk  kedelai  di                         Desa Kamanga, Kec

Referensi

Dokumen terkait

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Direktorat Jenderal PPHP didukung oleh 6 (enam) unit kerja Eselon II yaitu Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat Pengolahan Hasil

Dalam kondisi persaingan yang ketat tersebut, hal utama yang harus diprioritaskan oleh perusahaan penerbangan adalah penilaian pelanggan atau penumpang terhadap kualitas jasa

Istilah Organizational Citizenship Behavior (OCB) pertama kali diajukan oleh Organ (dalam Yuwono, dkk, 2014) yang menjelaskan lima dimensi dari OCB adalah pertama

Upaya yang dilakukan pada tahap rehabilitasi adalah untuk Upaya yang dilakukan pada tahap rehabilitasi adalah untuk mengembalikan kondisi daerah yang terkena bencana

Jika Sumber kutipan itu adalah beberapa karya tulis dari penulis yang sama pada tahun yang sama maka cara penulisannya adalah dengan menambahkan huruf a, b,

Transfor sedimen sepanjang pantai merupakan gerakan sedimen di daerah pantai yang disebabkan oleh gelombang  dan  arus  yang  dibangkitkannya  (Komar  : 

Kedua , dengan menggunakan travelling theory tahap pertama, proyek universalisme Islam oleh Islam fundemantalis tersebut pada hakikinya adalah lokal Arab yang diusung untuk