• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI STABILITAS FISIK GEL EKSTRAK LIDAH BUAYA (Aloe vera L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UJI STABILITAS FISIK GEL EKSTRAK LIDAH BUAYA (Aloe vera L.)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

79

Nur Ida dan Sitti Fauziah Noer

Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Makassar Email : nurida_said@yahoo.co.id

ABSTRACT

Telah dilakukan penelitian berjudul Uji stabilitas fisik Gel Ekstrak Lidah Buaya (Aloe vera L). yang bertujuan untuk menentukan jenis basis gel yang menghasilkan kualitas sediaan yang efektif untuk ekstrak Lidah Buaya sebagai dasar pengembangan menjadi gel antiseptik luka bakar berdasarkan stabilitas fisik sediaan. Metode penelitian meliputi liofilisasi daging daun lidah buaya dengan Freeze drier ,Formulasi gel dengan dua jenis basis CMC dan Karbopol, dan uji kestabilan fisik pada penyimpanan dipercepat suhu 5oC dan 35oC secara bergantian setiap 48 jam (1 siklus) selama 10 siklus. . Hasil pengamatan dan analisis data statistik menunjukkan bahwa Ekstrak lidah buaya dapat di buat gel dengan basis CMC 1,5% dan Karbopol 0,5%, yang stabil secara fisik, serta basis yang paling efektif untuk ekstrak lidah buaya adalah Karbopol 0,5%.

Kata kunci : uji stabilitas fisik, lidah buaya, gel

PENDAHULUAN

Lidah buaya (Aloe vera L.) merupakan tanaman yang fungsional karena semua bagian dari tanaman dapat dimanfaatkan. Lendir lidah buaya kaya akan nutrisi serta zat pelembab dan mengandung kurang lebih 96% air, aloektin B yang menstimulasi sistem imun dan memberikan lapisan perlindungan pada bagian kulit yang rusak serta mempercepat tingkat penyembuhan. Antrakuinon dan kuinonnya memiliki efek untuk menghilangkan rasa sakit (analgetik). Saponin lidah buaya ber-peran sebagai pembersih sekaligus antiseptik. Kandungan polisakarida (terutama glukomannan) yang bekerja sama dengan asam-asam amino, enzim oksidase, enzim katalase, lipase, dan pro-tease memecah jaringan kulit yang sakit akibat kerusakan dan membantu memecah bakteri, se-hingga lendir bersifat antibiotik dan penggati sel yang rusak (1,2).

Tanaman ini mendapat julukan medical

plant (Tanaman obat) atau master healing plant

(tanaman penyembuh utama) karena memiliki ba-nyak manfaat bagi kehidupan manusia. Salah satu khasiatnya adalah membantu penyembuhan luka. Khasiat ini didukung oleh berbagai penelitian yang dilakukan pada tahun 1990-an yang menunjukkan bahwa luka bakar yang sederhana hingga parah dapat disembuhkan selama enam hari dengan se-lalu mengoleskan lendir lidah buaya, berbeda de-ngan luka yang hanya dibalut dede-ngan pembalut kasa.

Publikasi American Pediatric Medical Associ-ation menunjukkan bahwa pengolesan krim yang mengandung 25% lendir lidah buaya pada per-mukaan luka selama 6 hari dapat mengurangi

ukuran luka sebesar 51%. Sedangkan berdasar-kan hasil penelitian Junaid (3) konsentrasi ekstrak lidah buaya dalam bentuk serbuk yang digunakan untuk luka bakar adalah 0,2 %.

Berdasarkan hal tersebut lidah buaya sa-ngat potensial untuk diformulasi menjadi sediaan topikal. Salah satu bentuk sediaan yang efektif untuk terapi topikal adalah gel. Gel lebih disukai karena pada pemakaian meninggalkan lapisan tembus pandang, elastis, pelepasan obatnya baik dan penampilan sediaan yang menarik. Senyawa-senyawa pembentuk gel yaitu polimer alam (seper-ti alginat, tragakan, gom arab, pek(seper-tin, karagenan, dan lain-lain), polimer akrilik (seperti karbomer 934 P dan karbopol 934 P), derivat selulosa, polietilen, padatan koloidal terdispersi, surfaktan dan bahan pen-gel lain seperti beeswax (4).

Komponen aktif bahan alam seperti lidah buaya sangat kompleks dan belum diketahui de-ngan jelas sifat kimia fisikanya, oleh karenanya kemungkinan interaksi pada saat pengembangan formulasi mungkin terjadi, oleh karena itu perlu di-lakukan pengembangan formulasi menggunakan beberapa jenis basis gel, dan pengujian stabilitas fisika setelah penyimpanan pada waktu tertentu.

METODE PENELITIAN Alat dan bahan

Alat-alat yang digunakan antara lain, alat-alat gelas, lumpang dan stamfer, tangas air, timbangan analitik, viskometer (Brookfield), termo-meter, dan alat-alat lain yang lazim digunakan di laboratorium.

(2)

Bahan-bahan yang digunakan antara lain sampel lidah buaya (Aloe vera Linn.), gliserin, metil paraben, natrium karboksimetil selulosa (natrium CMC), karbopol, trietanolamin, propilenglikol dan air suling.

Pengambilan dan Pengolahan Sampel

Sampel lidah buaya diperoleh dari Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Daun Lidah buaya dicuci, dikupas kulitnya, dagingnya dikerok dan dihancurkan dengan menggunakan blender, lalu dikeringkan dengan menggunakan pengering beku (freeze drier), hingga dihasilkan ekstrak dalam bentuk serbuk.

Optimasi Konsentrasi Basis Gel

Optimasi konsentrasi basis gel dilakukan dengan membuat basis gel tanpa bahan aktif yang mengandung natrium CMC dengan variasi kon-sentrasi 1,5%, 2%, 3% dan 4%; dan karbopol 0,3%, 0,5%, 1% dan 1,5%. Pengamatan organo-leptik dan viskositas dilakukan, kemudian dipilih satu konsentrasi dari masing-masing jenis basis berdasarkan sifat fisik yang paling mendekati basis kontrol (sediaan gel luka bakar yang telah beredar di pasaran), selanjutnya dibuat gel luka bakar. Pembuatan Gel Ekstrak Lidah Buaya

Metil paraben (0,2%) dilarutkan dalam air suling dengan memanaskan hingga suhu 70oC, selanjutnya ditambahkan pembentuk gel (Natrium CMC atau karbopol) diaduk hingga mengembang membentuk gel, kemudian ditambahkan bahan lain seperti gliserin (10%), propilenglikol (10%) sebagai humektan, trietanolamin (5%) platisizer dan pe-netral pH trietanolamin. Ekstrak lidah buaya ditam-bahkan ke dalam basis gel yang telah terbentuk, diaduk hingga homogen. Pada penelitian ini di buat 4 formula, yaitu formula gel dengan basis natrium CMC (F1), formula dengan basis karbopol (F2), formula kontrol 1 dengan basis basis natrium CMC tanpa bahan aktif ekstrak (KF1) dan formula kontrol 2 dengan basis karbopol tanpa bahan aktif ektrak (KF2). Formula selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1.

Evaluasi Kestabilan Gel

Setiap jenis evaluasi dilakukan sebelum dan setelah kondisi penyimpanan dipercepat yaitu penyimpanan pada suhu 5oC dan 35oC secara bergantian setiap 48 jam (1 siklus) selama 10 siklus

Pemeriksaan organoleptis

Pemeriksaan organoleptis meliputi peng-amatan kejernihan, warna dan bau. Gel yang stabil harus menunjukkan karakter yang sama berupa

warna, bau dan kejernihan yang sama setelah penyimpanan dipercepat.

Homogenitas

Sediaan gel yang dihasilkan dioleskan pada sekeping kaca kemudian diamati apakah ter-dapat bagian-bagian yang tidak tercampurkan dengan baik. Gel yang stabil harus menunjukkan susunan yang homogen baik sebelum maupun setelah penyimpanan dipercepat.

Pengukuran viskositas

Viskositas diukur dengan menggunakan viskometer Brookfield, spindel no 6 dengan kece-patan 50 putaran per menit (rpm).

Sineresis

Uji sineresis dilakukan dengan mengamati apakah terbentuk lapisan cairan di permukaan gel setelah penyimpanan dipercepat. Gel yang stabil tidak boleh menunjukkan sineresis.

Tabel 1. Rancangan formula gel ekstrak lidah buaya

No. Bahan

Konsentrasi bahan dalam Formula (%) F2 F2 KF2 KF2 1 Ekstrak Lidah buaya 0,2 0,2 - - 2 Gliserin 10 10 10 10 3 Metil paraben 0,2 0,2 0,2 0,2 4 Na CMC 1,5 - 1,5 - 5 Karbopol - 0,5 - 0,5 6 Trietanolamin - 1 - 1 7 Propilenglikol 10 10 10 10

8 Air Suling hingga 100 100 100 100

Ket :F=formula, K=kontrol

Pengumpulan dan Pengolahan Data

Data dari hasil evaluasi kestabilan gel di-kumpulkan, ditabulasi, dan dianalisis statistik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Formulasi Gel Ekstrak Lidah Buaya

Formulasi gel mengandung bahan alam seperti daun lidah buaya diawali dengan meng-ekstraksi senyawa aktif yang terkandung dalam daun lidah buaya tersebut. Ekstraksi ini dimaksud-kan untuk mengurangi volume bahan alam itu sendiri, menghilangkan zat-zat yang tidak dibutuh-kan, juga dari sisi penyimpanan dan pengangkutan ekstrak lebih efisien karena tidak membutuhkan

(3)

ruang yang luas. Ekstraksi yang dipilih tergantung sifat simplisia (batang, daun, akar), kandungan zat aktifnya mudah menguap atau tidak. Daun lidah buaya sebagian besar tersusun atas daging daun yang mengandung banyak air, sehingga untuk memperoleh ekstrak kering dibutuhkan metode pe-narikan air yang maksimal dari simplisia basahnya. Untuk menjaga zat-zat yang mungkin rusak oleh pemanasan maka dipilih metode penghilangan air tanpa pemanasan dengan metode Liofilisasi atau

Freeze Drying (pengeringan beku).

Pada proses awal penghancuran daging daun menggunakan penghancur elektrik (Blender) tampak bahwa campuran yang terbentuk meng-hasilkan buih. Hal ini disebabkan karena kandung-an saponin dari daun lidah buaya ykandung-ang mem-bentuk buih pada proses pengadukan mekanik. Buih ini segera dapat dihilangkan ketika sampel ditempatkan dalam lemari pendingin.

Viskositas atau kekentalan gel luka bakar sangat penting untuk diperhatikan karena daerah kulit yang mengalami luka bakar sangat sensitif terhadap iritasi dari luar atau bahan-bahan yang melekat padanya. Viskositas gel tergantung jenis basis dan konsentrasi yang digunakan, oleh karena itu perlu terlebih dahulu dilakukan optimasi konsentrasi basis yang digunakan. Sebagai pem-banding, digunakan gel luka bakar yang telah teruji dan beredar di pasaran. Optimasi basis natrium CMC dengan konsentrasi 1,5%, 2%, 3% dan 4% menunjukkan kekentalan yang sangat berbeda, dan yang paling mendekati karakter basis kontrol (viskositas 10,3 poise) adalah gel dengan konsen-trasi natrium CMC 1,5% dengan kekentalan 6,8 poise, meskipun berdasarkan literatur konsentrasi natrium CMC untuk sediaan gel adalah 3 – 6 %.

Konsentrasi basis karbopol untuk sediaan gel yang dianjurkan pada literatur adalah 0,1 – 4%, oleh karena itu dilakukan optimasi pada konsen-trasi 0,3%, 0,5%, 1%, dan 1, 5%. Pengamatan dan pengukuran viskositas menunjukkan bahwa sentrasi yang paling mendekati karakter basis kon-trol adalah 0,5 % dengan kekentalan 7,3 poise. Hasil selengkapnya pada tabel 2

Tabel 2. Viskositas basis gel ekstrak daun lidah buaya untuk optimasi konsentrasi

Basis Kosentrasi (%) Viskositas

(poise) Natrium CMC 1,5 6,8 2 15,8 3 32 4 84 Karbopol 0,3 3,33 0,5 7,3 1 39,5 1,5 53,5 Kontrol 10,3

Ekstrak kering lidah buaya hasil liofilisasi selanjutnya diformulasi menjadi sediaan gel de-ngan basis natrium CMC 1,5% (F1) dan karbopol

0,5% (F2). Sebagai pembanding untuk mengontrol pengaruh ekstrak terhadap kestabilan sediaan gel maka dibuat formula kontrol KF1 dan KF2 tanpa bahan aktif ekstrak untuk masing-masing jenis basis. Hasil pengembangan formula di atas meng-hasilkan gel yang stabil, baik yang mengandung ekstrak maupun kontrol dengan ciri-ciri organolep-tik, homogenitas, viskositas dan pH seperti yang di uraikan pada tabel 3 sampai tabel 6.

Tabel 3. Hasil Pengamatan Organoleptis Gel Ekstrak Daun Lidah Buaya Sebelum dan Sesudah penyimpanan Dipercepat Formula Kondisi Jenis Pemeriksaan Warna Bau Formula 1 (Basis Natrium CMC) Sebelum Hijau kekuningan Khas aromatis Sesudah Hijau kekuningan Khas aromatis Formula 2 (Basis Karbopol) Sebelum Hijau kekuningan Khas aromatis Sesudah Hijau kekuningan Khas aromatis Kontrol Formula 1

Sebelum Putih jernih Khas aromatis Sesudah Putih jernih Khas

aromatis Kontrol

Formula 2

Sebelum Putih jernih aromatis Khas Sesudah Putih jernih Khas

aromatis

Tabel 4 . Hasil Pengamatan Homogenitas Gel Ekstrak Daun Lidah Buaya Sebelum dan Sesudah penyimpanan Dipercepat.

Formula

Kondisi

Sebelum Sesudah

Formula 1 (Basis

Natrium CMC) Homogen Homogen

Formula 2 (Basis

Karbopol) Homogen Homogen

Kontrol Formula 1 Homogen Homogen

Kontrol Formula 2 Homogen Homogen

Tabel 5. Hasil Pengukuran Rata-rata Viskositas (poise) Gel Ekstrak Daun Lidah Buaya Sebelum dan Sesudah penyimpanan Dipercepat.

Formula

Viskositas Rata-rata

(poise) Perubahan viskositas (poise) Sebelum Sesudah Formula 1 (Basis Natrium CMC) 24,7 13,0 -11,7 Formula 2 (Basis Karbopol) 45,0 40,3 -4,7 Kontrol Formula 1 32,7 43,0 - 10,3 Kontrol Formula 2 53,0 56,3 +3,3

(4)

Berdasarkan data viskositas pada tabel 5, gel yang mengandung ekstrak umumnya memiliki viskositas lebih rendah daripada gel kontrol tanpa bahan aktif untuk semua jenis basis. Hal ini meng-indikasikan bahwa ekstrak lidah buaya cenderung menurunkan viskositas basis.

Tabel 5. Hasil Pengukuran pH Gel Ekstrak Daun Lidah Buaya Sebelum dan Sesudah penyimpanan Dipercepat.

Formula Nilai pH Perubahan

nilai pH Sebelum Sesudah Formula 1 (Basis Natrium CMC) 6,68 6,65 - 0,03 Formula 2 (Basis Karbopol) 7,83 7,75 -0,08 Kontrol Formula 1 6,89 6,68 -0,21 Kontrol Formula 2 7,86 7,75 -0,11 Ekstrak Lidah Buaya 6,44

Berbeda halnya dengan viskositas, pada pengukuran pH tampak bahwa penambahan eks-trak justru menurunkan pH, sehingga dapat dikata-kan bahwa ekstrak kemungkinan bersifat asam yang memberi nilai keasaman pada sediaan jadi.

Hasil uji sineresis menunjukkan bahwa se-mua formula, baik yang mengandung ekstrak mau-pun kontrol tidak menampakkan sineresis. Sinere-sis terjadi ketika cairan gel keluar dan berkumpul di permukaan sehingga pada pengamatan visual ter-bentuk lapisan cairan di permukaan gel, yang mengindikasikan tidak stabilnya sediaan gel akibat turunnya konsentrasi polimer (14).

Uji Stabilitas Fisik Sediaan gel

Setiap sediaan farmasi yang telah dikem-bangkan harus melewati tahap pengujian untuk melihat kestabilannya pada penggunaan ataupun penyimpanan jangka panjang, termasuk menentu-kan umur simpan. Pengujian kestabilan tersebut dapat berupa pengujian kestabilan secara fisika, kimia dan mikrobiologi. Pada penelitian ini dilaku-kan uji kestabilan fisik sediaan dengan menyimpan sediaan pada perbedaan suhu dan kelembaban yang ekstrim pada rentang waktu tertentu secara bergantian selama 10 siklus. Proses ini diharapkan menjadi simulasi penyimpanan jangka panjang yang dikenal dengan istilah penyimpanan diperce-pat. Pada penelitian ini pengujian kestabilan dari produk yang diformulasi dilakukan dengan cara penyimpanan dipercepat pada suhu antara 5°C dan 35°C secara bergantian, dengan tiap siklus selama 48 jam.

Kestabilan fisika sediaan gel ditetapkan melalui pengamatan kembali terhadapa sifat orga-noleptis, homogenitas, viskositas, dan pH serta ada tidaknya sineresis yang merupakan pengujian spesifik pada sediaan gel setelah penyimpanan di-percepat. Jika terjadi perubahan bermakna secara

statistik atau melampaui batas persyaratan buku resmi maka sediaan ini dapat dikatakan tidak stabil secara fisik.

Berdasarkan data uji kestabilan fisik, tam-pak bahwa indikator organoleptik dan homogenitas tidak mengalami perubahan atau stabil dari sisi tampilan. Indikator lain yang diamati yaitu pH. Penurunan pH terjadi pada semua formula terma-suk kontrol, maka kemungkinan penyebabnya bu-kan karena pengaruh ekstrak, namun pengaruh lingkungan seperti gas-gas di udara yang bersifat asam yang masuk dalam sediaan gel. Secara visual perbedaan atau selisih penurunan bahkan lebih besar pada formula kontrol dibandingkan formula ekstrak, yang dapat mengindikasikan bah-wa ekstrak kemungkinan memiliki kapasitas dapar. pH formula dengan basis karbopol berada pada kondisi di atas batas yang dipersyaratkan untuk kulit yakni antara 4,5 – 6,5. Besarnya nilai pH bu-kan karena pengaruh ekstrak (pH ekstrak 6,44) na-mun karena pengaruh basis ini sendiri. Karbopol pada penggunaannya sebagai basis gel harus di-tambahkan trietanolamin. Penambahan inilah yang menyebabkan besarnya nilai pH dari basi gel. Oleh karena itu penyesuaian pH pada gel berbasis kar-bopol dapat dilakukan dengan mengontrol konsen-trasi trietanolamin.

Pengukuran viskositas menunjukkan bahwa terjadi penurunan hampir di setiap formula setelah perlakuan kondisi penyimpanan dipercepat kecuali formula kontrol basis karbopol tanpa ekstrak. Penurunan viskositas lebih besar terjadi pada basis natrium CMC dibandingkan basis karbopol, yang mengindikasikan bahwa basis karbopol lebih stabil dibanding basis natirum CMC. Hasil optimasi basis berdasarkan nilai viskositas menggunakan basis tunggal diharapkan juga menghasilkan nilai viskositas yang sama dengan formula, namun tampak bahwa setelah penambahan bahan-bahan lain seperti propilenglikol dan gliserin yang konsis-tensinya cair, viskositas sediaan justru meningkat. Hal ini membuktikan bahwa kedua bahan tersebut mempunyai pengaruh dalam membentuk viskosi-tas, sehingga dalam optimasi seharusnya tetap di-perhitungkan sebagai basis tambahan.

Secara statistik perubahan pada viskositas dan pH formula ini tidak signifikan perbedaannya baik karena pengaruh kondisi maupun pengaruh jenis basis dibuktikan pada tabel ANAVA dari F hitung < F tabel (α5% dan α1%). Oleh karena itu setiap formula dapat dikatakan stabil secara fisika. Pemilihan Basis Yang Paling Efektif Untuk Gel Ekstrak Lidah Buaya

Basis yang efektif untuk suatu ekstrak ada-lah basis yang interaksinya paling minimal, yang dibuktikan pada evaluasi sediaan dengan perubah-an yperubah-ang paling minimal setelah kondisi penyim-panan dipercepat. Pada pengembangan formula dengan dua jenis basis di atas secara statistik tidak berbeda nyata, yang berarti bahwa kedua basis tersebut bisa digunakan untuk ekstrak Lidah

(5)

buaya, namun secara visual perbedaan minimal terjadi pada basis karbopol, oleh karena itu yang lebih efektif sebagai basis untuk ekstrak lidah buaya adalah basis karbopol 0,5%

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data secara statistik maka dapat disimpulkan bahwa

1. Ekstrak lidah buaya dapat diformulasi menjadi sediaan gel.

2. Berdasarkan uji stabilitas pada penyimpanan di percepat dan evaluasi data secara statisik gel ekstrak lidah buaya yang dihasilkan stabil secara fisik.

3. Basis gel yang menghasilkan sediaan dengan kualitas yang paling optimal untuk ekstrak lidah buaya adalah karbopol dengan konsentrasi 0,5%.

DAFTAR PUSTAKA

1. Gage, D. dan Tara, E. 2008. Buku Pintar Terapi

Aloe vera,Taramedia &Restu Agung, Jakarta,15

2. Furnawanthi, I. 2002, Khasiat dan manfaat

Lidah Buaya si Tanaman Ajaib, PT. Agro Media

Pustaka, Jakarta. 9-14.

3. Junaid, I. 2005, Uji Kestabilan Fisis Krim Luka

Bakar Dari Ekstrak Pegagan (Centella asiatica

L. Urba) dan Serbuk Lidah Buaya (Aloe vera L. Burm) Menggunakan Emulgator Anionik, Sripsi Farmasi, Universitas Hasanuddin

4. Lieberman, H.A., 1996, Pharmaceutical Dosage

Forms, Vol.2, Marcel Dekker Inc, New York,

400.

5. Allen, V.L. 1998, The Art, Science, and

Tech-nology of Pharmaceutical Compounding.

Ameri-can Pharmaceutical Assosiation, Washington D.C.

6. Anief, M. 1997. Formulasi Obat Topikal, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

7. Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Owen, S.C. (eds), 2006, Pharmaceutical Excipients. Phar-maceutical Press and American Pharmacists Association. Electronic version.

8. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1979, Farmakope Indonesia, ed.3, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

9. Boyland, C.J. 1986, Handbook of

Pharmaceuti-cal Excipients, American PharmaceutiPharmaceuti-cal

Asso-ciation, Washington DC USA.

10. Gennaro, A.R. 1990, Remington’s Pharmaceu-tical Science, 18th ed., McPublishing Co., Penn-sylvania.

11. Howard, A.C. 1989, Pengantar Bentuk Sediaan

Farmasi, ed.4, UI Press, Jakarta

12. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995, Farmakope Indonesia, ed.4, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

13. Lachman, L. 1994, Teori dan Praktek Industri

Farmasi II, ed.3. UI-Press, Jakarta.

14. Astawan, M. 2004, Mari Kita Santap Lidah

Buaya, www.DarfaHerba.net, diakses tanggal

19 November 2008.

15. Padmadisastra, Y. 2003. Formulasi Sediaan

Cair Gel Lidah Buaya (Aloe vera Linn.) Sebagai Minuman Kesehatan), Fakultas Farmasi,

Uni-versitas Padjajaran. Bandung.

16. Perdanakusuma , D.S., 2008, Anatomi Fisiologi

Kulit dan Penyembuhan Luka, Departemen

(6)

Gambar

Tabel  2.  Viskositas  basis  gel  ekstrak  daun  lidah  buaya  untuk optimasi konsentrasi
Gambar 1. Sediaan gel ekstrak lidah buaya yang telah dibuat

Referensi

Dokumen terkait

BPU Rosalia Indah siap bersaing dengan banyak perusahaan penyedia jasa serupa yang ada saat ini dengan dukungan dari seluruh komponen perusahaan terutama bagian

Citra ALOS AVNIR-2 yang digunakan merupakan citra yang diakuisisi pada 17 Juli 2009, sehingga umur tanaman kelapa sawit yang diinterpretasi merupakan kelas umur 0 tahun, 4 tahun,

Kondisi dalam wadah kultur dalam mikropropagasi fotoautotrofik diatur menggunakan pompa udara agar memiliki konsentrasi CO 2 yang tinggi, kelembaban udara yang lebih

berdasarkan Keputusan Rektor Universitas Negeri Malang Nomor 116 Tahun 2012 tanggal 30 Januari 2OL2, telah diangkat dalam jabatan Ketua Jurusan Sastra lndonesia

Pemohon berpendapat bahwa hak-hak konstitusional yang secara tidak langsung diberikan oleh norma Pasal 1 ayat (3) dan Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945, itu

Desa Poto merupakan salah satu desa yang berada di wilayah kecamatan Moyo Hilir, Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Desa Poto merupakan dataran

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

Digital Elevation Models play a crucial role for determining hydrological system of Wadis and secondly acts as a key feature in defining flow channels in Wadis for