• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. ke hari. Di setiap lini kehidupan masyarakat yang tinggal di kota tidak ada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. ke hari. Di setiap lini kehidupan masyarakat yang tinggal di kota tidak ada"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Kondisi Umum Kota Medan

Persaingan ekonomi di daerah perkotaan memang semakin sengit dari hari ke hari. Di setiap lini kehidupan masyarakat yang tinggal di kota tidak ada satupun yang tidak memperhatikan aktifitas ekonominya dan di seluruh kota-kota besar di Indonesia pada saat ini sudah mulai bergerak secara bersamaan menuju kearah kemandirian ekonomi. Hal tersebut tidak terlepas dari sedikitnya campur tangan dari pemerintah dalam mengatur kehidupan ekonomi masyarakatnya, salah satu kota yang mengalami hal tersebut adalah Kota Medan.

Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di Provinsi Sumatera Utara, kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis secara regional. Bahkan sebagai Ibukota Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah daerah.

Secara geografis, Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara, sehingga relatif dekat dengan kota-kota/negara yang lebih maju seperti Pulau Penang Malaysia, Singapura dan lain-lain.

Demikian juga secara demografis Kota Medan diperkirakan memiliki pangsa pasar barang jasa yang relatif besar. Hal ini tidak terlepas dari jumlah penduduknya yang relatif besar dimana tahun 2007 diperkirakan telah mencapai

(2)

2.083.156 jiwa. Demikian juga secara ekonomis dengan struktur ekonomi yang didominasi sektor tertier dan sekunder, Kota Medan sangat potensial berkembang menjadi pusat perdagangan dan keuangan regional dan nasional.

Secara administratif wilayah Kota Medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur. Sepanjang wilayah Utaranya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia.

Kabupaten Deli Serdang yang merupakan salah satu daerah kaya dengan Sumber Daya alam (SDA), Khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya secara geografis Kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya Sumber Daya Alam seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan Kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.

Kehadiran Kota Medan sebagai suatu bentuk kota memiliki proses perjalanan yang panjang dan kompleks, hal ini dibuktikan dengan berkembangnya daerah yang dinamakan sebagai “Medan” ini menuju pada bentuk kota metropolitan. Hari lahir kota Medan adalah 1 Juli 15907

Keberadaan Kota Medan saat ini tidak lepas dari historis yang panjang, , sampai saat ini usia kota Medan telah mencapai 424 Tahun.

7  Perbedaan pendapat mengenai hari lahir Kota Medan tidak dibahas dalam konteks ini,

penulis mengutip pernyataan mengenai hari lahir Kota Medan berdasarkan keterangan yang disampaikan oleh pihak berwenang, dalam hal ini Pemerintahan Kota Medan sebagaimana yang tercantum dalam buku “Medan Dalam Angka” maupun situs elektronik Pemerintahan Kota Medan.

(3)

dimulai dari dibangunnya Kampung Medan Puteri tahun 1590 oleh Guru Patimpus, Kota Medan berkembang semenjak Guru Patimpus membangun kampung tersebut, Guru Patimpus adalah seorang putra Karo bermarga Sembiring Pelawi dan beristrikan seorang puteri Datuk Pulo Brayan.

Dalam bahasa Karo kata Guru berarti “Tabib“ atau “Orang Pintar“, kemudian kata “Pa“ merupakan sebutan untuk seorang Bapak berdasarkan sifat atau keadaan seseorang, sedangkan kata “Timpus” berarti bundelan., bungkus atau balut. Dengan demikian, maka nama Guru Patimpus bermakna sebagai seorang tabib yang memiliki kebiasaan membungkus sesuatu dalam kain yang diselempangkan di badan untuk membawa barang bawaannya. (http//id.wikipedia.org/wiki/Medan diakses pada 15/November/2014)

Berkembang menjadi Kesultanan Deli pada tahun 1669 yang diproklamirkan oleh Tuanku Perungit yang memisahkan diri dari Kesultanan Aceh. Perkembangan Kota Medan selanjutnya ditandai dengan perpindahan Ibukota Residen Sumatera Timur dari Bengkalis menuju Medan tahun 1887, sebelum akhirnya status diubah menjadi Gubernemen yang dipinpin oleh seorang Gubernur pada tahun 1915.

Secara historis, perkembangan Kota Medan sejak awal memposisiskannya menjadi jalur lalu lintas perdagangan. Posisinya yang terletak di dekat pertemuan Sungai Deli dan Batubara, serta adanya kebijakan Sultan Deli yang mengembangkan perkebunan tembakau dalam awal perkembangannya, yang telah mendorong berkembangnya Kota Medan sebagai Pusat Perdagangan sejak masa lalu.

(4)

Keberadaan Kota Medan tidak lepas dari peran para pendatang asing yang datang ke Medan sebagai pedagang ataupun lainnya, peranan Nienhuys sebagai pemilik modal perkebunan tembakau yang berkawasan di daerah Marylan telah menjadi cikal-bakal pertumbuhan Kota Medan. Nienhuys pada proses perkembangan perkebunan tembakau telah memindahkan pusat peragangan tembakau miliknya ke Medan Putri, yang pada saat sekarang ini dikenal sebagai Kawasan Gaharu.

Proses perpindahan ini telah dapat menciptakan perkembangan di Kota Medan seperti saat sekarang ini, sedangkan dijadikannya Medan menjadi Ibukota dari Deli juga telah mendorong Kota Medan berkembang menjadi pusat pemerintahan. Sampai saat ini selain merupakan suatu wilayah kota juga sekaligus Ibukota Sumatera Utara.

Gambaran Kota Medan merupakan sekilas penjelasan mengenai keberadaan kota Medan sebagai kawasan yang menjadi fokus lokasi penelitian ini, sebagai pusat pemerintahan kota Medan yang memiliki 21 daerah kecamatan dan 151 daerah kelurahan (http://id.wikipedia.org/wiki/Medan diakses pada 15/November/2014). Dari 21 kecamatan tersebut, hanya satu kecamatan saja yang dipilih menjadi fokus lokasi penelitian yakni Kecamatan Medan Baru. Pemilihan tersebut dikarenakan lokasi pasar tradisional dan Carrefour yang letaknya ada di Kecamatan Medan Baru.

(5)

2.1.1 Kelurahan Titi Rantai

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Titi Rantai. Kelurahan Titi Rantai merupakan salah satu Kelurahan di Kecamatan Medan Baru Kota Medan.

Adapun batas – batas Kelurahan Titi Rantai adalah :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru,

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Padang Bulan Selayang II, Kecamatan Medan Selayang,

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia,

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Beringin, Kecamatan Medan Selayang.

Luas wilayah Kelurahan Titi Rantai Kecamatan Medan Baru Kota Medan adalah 106 Ha. Luas ini digunakan penduduk dalam berbagai fungsi seperti pertanian sawah, pemukiman, perkantoran sarana umum, tempat ibadah dan lain sebagainya.

Kelurahan Titi Rantai didiami oleh 8.903 Jiwa, terdiri atas 1.643 kepala keluarga, penduduk yang berjumlah 8.903 jiwa, jenis kelamin yang mendominasi di kelurahan Titi Rantai Ini adalah perempuan yaitu sebanyak 4.771 jiwa perempuan atau sebesar 53,6% dan sebanyak 4.132 laki-laki atau sebesar 46,4%.

(6)

Tab el 1

Penduduk Kelurahan Titi Rantai Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

Laki-laki 4.132 Jiwa 46,4

Perempuan 4.771 Jiwa 53,6

Jumlah 8.903 Jiwa 100

Sumber : Data Kependudukan Kelurahan Titi Rantai Tahun 2011.

Adapun distribusi mata pencaharian masyarakat Kelurahan Titi Rantai sebagaimana terdapat dalam data kependudukan tahun 2011 mencakup :

Tab el 2

Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)

Pegawai Negeri Sipil (PNS) Petani Pegawai Swasta Polisi/ABRI Pedagang Pensiunan Jasa Lainnya 425 Jiwa 745 Jiwa 495 Jiwa 240 Jiwa 1.126 Jiwa 195 Jiwa 635 Jiwa 11 19.2 12.8 6.2 29.1 5.3 16.4 Jumlah 3,861 Jiwa 100

Sumber : Data Kependudukan Kelurahan Titi Rantai Tahun 2011.

Berdasarkan data distribusi penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kelurahan Titi Rantai didapatkan keterangan bahwa sebanyak 1.126 Jiwa penduduk Kelurahan Titi Rantai memiliki mata pencaharian sebagai pedagang.

Sedangkan data kependudukan masyarakat Kelurahan Titi Rantai berdasarkan etnis adalah :

(7)

Tab el 3

Distribusi Penduduk Berdasarkan Etnis

Etnis/Suku Bangsa Jumlah Persentase (%)

Batak Melayu Jawa Minang Lainnya 4500 Jiwa 510 Jiwa 159 Jiwa 50 Jiwa 2874 Jiwa 55.6 6.3 2 0.6 33.5 Jumlah 8093 Jiwa 100

Sumber : Data Kependudukan Kelurahan Titi Rantai Tahun 2011.

Kelurahan Titi Rantai berdasarkan data penduduk berdasarkan etnis, mayoritas adalah suku Batak dengan jumlah 4500 Jiwa.

2.2 Pajak Sembada

Awal mula berdirinya Pajak8

Sebagai pasar tradisional, keberadaan Pajak Sembada yang terletak di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Kota Medan ini cukup strategis untuk dikunjungi masyarakat karena memiliki daya aksebilitas yang memadai diantaranya: dari segi keterhubungan fasilitas dengan jalan raya yang Sembada merupakan keinginan atau aspirasi yang berawal dari pihak kompleks kaveleri (perumahan tentara saat itu) yang ingin mendapatkan akses pasar yang dekat dengan pemukiman mereka, agar istri-istri para tentara tidak jauh untuk berbelanja, dan pihak kavaleri kemudian menyerahkan tanah dari salah seorang masyarakat di daerah tersebut untuk didirikan pasar. Inilah awal terbentuknya pasar Sembada yang berlangsung sekitar ±40 tahun yang lalu yaitu sekitar tahun 1973.

8

Istilah pajak atau pasar dipergunakan sebagai kata tunjuk terhadap lokasi penelitian, yakni Pajak Sembada/Pasar Sembada. Kata pajak merupakan istilah yang merujuk pada lokasi berjualan atau berdagang dan tempat bertemunya antara penjual dan pembeli, dalam penelitian ini pada umumnya masyarakat menyebut kata “pajak” dibandingkan kata “pasar”. Kedua kata tersebut akan dipergunakan secara bergantian dalam penelitian ini.

(8)

memudahkan jenis transportasi untuk menjangkau masyarakat dari berbagai wilayah yang ingin pergi ke pasar ini, saranan angkutan umum juga ramai melintas di lokasi Pajak Sembada ini.

Pajak Sembada merupakan salah satu pajak tradisional non-inpres yang pengelolaannya dilakukan secara swasta yang terdapat di Jalan Jamin Ginting, Kota Medan. Adapun jenis barang yang diperdagangkan terdiri dari bahan-bahan pokok seperti sembako (sembilan bahan pokok), sayur-sayuran, ikan, daging, bumbu dan rempah, barang kelontong, makanan dan minuman, buah-buahan dan juga beragam kebutuhan sandang seperti pakaian, tas, sepatu, perhiasan, barang pecah-belah dan sebagainya.

Tab el 4

Jenis-jenis Pasar dan Jumlahnya di Kota Medan

No Jenis Pasar Jumlah (unit)

1 Pasar Non Inpres 43

2 Pasar Inpres 11

Total 54

Sumber : Perusahaan Dagang (PD) Pasar Kota Medan (tahun 2011).

Lokasi penelitian ini terdapat di Kelurahan Titi Rantai, Kecamatan Medan Baru. Adapun yang mencakup lokasi penelitian dalam hal ini adalah keberadaan Pasar Sembada dan pusat perbelanjaan Carrefour (atau biasa dikenal dengan istilah Carrefour Citra Garden) beserta dengan kelengkapannya yang menjadi fokus perhatian penelitian ini.

Sebenarnya Pasar Tradisional seperti Pasar Sembada ini mempunyai peran strategis dalam hal penyerapan tenaga kerja. Survey yang dilakukan BPS pada tahun 2012 menunjukkan bahwa sektor ritel mampu menyerap 23,4 juta tenaga

(9)

kerja9 atau sekitar 21,3% dari total tenaga kerja Indonesia10

9

Nengah Toya, “Pasar Tradisional Versus Pasar Modern”, dikutip dalam situs http://diskominfo.karangasemkab.go.id/index.php/id/artikel/18-pasar-tradisional-versus-pasar-modern, diakses 28 November 2013.

10

Firmansyah dan Rizal E. Halim, “Strategi Revitalisasi Pasar Tradisional”, dalam Chatib Basri, dkk, 2012, Rumah Ekonomi Rumah Budaya: Membaca Kebijakan Perdagangan Indonesia, Gramedia Pusaka Utama, Jakarta, hlm. 113.

. Dengan jumlah tersebut, penyerapan tenaga kerja di sektor ritel menempati urutan kedua setelah sektor pertanian yang menampung 39,3 juta tenaga kerja atau sekitar 35,8% dari total tenaga kerja Indonesia. Khusus sektor ritel di Pasar Tradisional sendiri, Kementerian Perindustrian dan Perdagangan mencatat bahwa terdapat 13.450 Pasar Tradisional di seluruh Indonesia dengan 12,6 juta pedagang yang melayani kebutuhan sehari-hari dari hampir 60% populasi Indonesia.

Pengalaman menunjukkan bahwa pasar tradisional juga memiliki peran penting dalam menjaga perekonomian sektor riil paling bawah di negeri ini. Dari seluruh pelaku ekonomi yang terlibat di dalamnya sebagian besar merupakan golongan masyarakat menengah ke bawah. Peran pasar tradisional melalui para pelaku ekonomi mikro tersebut setidaknya telah menjadikan Indonesia memiliki daya tahan yang sangat baik terhadap krisis sehingga terhindar dari krisis ekonomi global yang terjadi pada 2008-2009 dan krisis global yang melanda Eropa beberapa waktu lalu. Konsumsi masyarakat yang dibelanjakan di dalam negeri menjadi kekuatan yang cukup besar meskipun nilai ekspor mengalami penurunan. Hal tersebut merupakan sebuah kekuatan ekonomi yang patut diperhitungkan mengingat jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 240 juta jiwa, telah mencakup 40% dari pangsa pasar di kawasan ASEAN.

(10)

2.2.1 Karakteristik Pedagang Pajak Sembada

Secara umum karakteristik pedagang Pajak Sembada dapat digolognkan pada beberapa jenis tempat berjualan diantaranya :

a. Pedagang yang menempati kios, umumnya berada di pinggir jalan pasar hingga ke dalam pasar. Pedagang yang berjualan di kios ini biasanya berjualan sembako seperti beras, minyak makan, gula dan bumbu-bumbu saset.

b. Pedagang yang menempati meja atau lapak. Para pedagang yang menempati meja atau lapak umumnya hanya berada di pinggir-pinggir jalan pasar. Para pedagang harus memanfaatkan secara maksimal keterbatasan tempat yang dialaminya untuk menaruh barang yang dijual. Selain itu meja atau lapak antara pedagang sangat berdekatan letaknya. Hingga terkadang mempersulit penjual dan pembeli untuk melakukan aktifitas jual belinya.

c. Pedagang informal. Pedagang ini berjualan di bagian trotoar atau pinggiran pasar yang berhadapan langsung dengan jalan raya. Para pedagang informal ini adalah pedagang liar yang ada di sekitar Pasar Sembada dan mereka di bawah naungan Pasar Sembada, para pedagang ini hanya menggunakan lapak terpal atau tenda-tenda payung saja. Jumlah pedagang informal yang banyak dan tidak tertata rapi terkadang mengganggu para pembeli ketika berjalan memasuki pasar.

2.2.2 Kondisi Pajak Sembada

Kondisi pembangunan atau renovasi pasar tradisional cenderung diserahkan kepada pihak pengembang, investor ataupun agen pasar. Dalam hal ini termasuk kondisi Pajak Sembada, misalnya saja pada beberapa lapak yang telah

(11)

diperbaiki oleh para agen pasar tersebut dikenakan biaya yang lebih mahal untuk ditempati. Agen pasar juga telah memonopoli sebagian lapak para pedagang dengan cara membeli lapak berupa kios dari pedagang dengan harga murah yang kemudian diperbaiki dan disewakan kembali kepada pedagang yang ingin menempati dengan harga yang lebih mahal.

Pada akhirnya, konsumen juga lah yang akhirnya dirugikan karena harga barang yang dijual akan relatif lebih mahal untuk mengimbangi biaya sewa kios yang harus ditanggung pedagang. Kondisi demikian terjadi di Pasar Sembada selama kurun waktu empat tahun belakangan ini. Hal ini berbarengan dengan masalah mereka dengan tempat perbelanjaan modern yang mengambil sebagian pelanggan mereka yakni Carrefour.

Tab el 5

Jumlah Pedagang yang Menempati Kios dan Meja Lapak di Pasar Sembada Tahun 2004 – November 2013

Tahun Jumlah Kios Lapak/Meja

2004 60 300 2005 60 320 2006 62 322 2007 58 330 2008 55 315 2009 55 305 2010 57 300 2011 55 310 2012 55 290 2013 53 285

Sumber: PD Pasar Kota Medan, 2013.

Keterangan atas tabel 5 menunjukkan jumlah pedagang yang menempati kios dan lapak/meja yang berada di Pasar Sembada mengalami penurunan secara bersamaan pada tahun 2013. Sementara itu pada lokasi berjualan yang berjenis

(12)

kios telah terjadi penurunan jumlah sejak tahun 2007. Faktor utama yang menyebabkan menurunnya jumlah konsumen adalah karena berdirinya pasar modern Carrefour yang berada tepat di samping pasar.

Selain dikarenakan faktor persaingan antara keberadaan pasar tradisional dan pasar modern, kondisi Pajak Sembada juga turut dipengaruhi oleh keberadaan para pedagang tradisional secara umum memiliki kesadaran yang rendah terhadap kedisiplinan, kebersihan dan ketertiban. Pedagang sering tidak menempatkan barang dagangannya sesuai dengan luas kios dan meja. Sehingga menjadi tidak teratur, akibatnya kualitas barangnya terkesan kurang bersih. Para pedagang sering diberikan teguran dan arahan dari pihak pengelola yang bertujuan agar dapat memperbaiki kondisi ini, namun dikarenakan tingkat apatisme yang tinggi terkadang membuat para pedagang tidak terlalu memperdulikan hal tersebut.

Pemahaman pedagang terhadap perilaku konsumen masih rendah, sehingga kurang memahami selera konsumen. Konsumen yang semakin kritis tidak diimbangi dengan kemampuan pedagang memahami konsumen yang cepat berubah. Hal ini dikarenakan kualitas barang yang umumnya level dua serta disajikan dengan cara ditumpuk di lapak. Hal ini tentu mempersulit para pembeli dalam hal memilih barang yang ingin dibelinya. Hal ini juga lah yang membuat sebagian para pedagang memaksakan untuk menjual barang yang tidak laku atau sudah tidak segar lagi pada keesokkan harinya.

Pasar Sembada merupakan pasar yang terletak di pinggir Jalan Jamin Ginting, yang kawasan sekitarnya merupakan kawasan yang padat penduduk. Namun, yang sangat disayangkan adalah fasilitas yang ada di pasar sangat tidak

(13)

mengakomodir setiap kepentingan para pembeli dan penjual. Contohnya saja jalan di dalam pasar yang berlubang dan juga dipenuhi dengan sampah para pedagang yang membuat rasa tidak nyaman bagi para pembeli ketika hendak berbelanja. Belum lagi bila terjadi hujan lebat, maka jalan-jalan di pasar akan tergenang air yang berwarnah hitam keruh dan menimbulkan bau yang tidak sedap.

Keberadaan toilet di Pasar Sembada juga sangat sedikit dan juga sulit untuk ditemukan. Hal ini tentu sangat menyulitkan bagi para pembeli yang hendak pergi ke toilet. Belum lagi kebersihan toilet yang sungguh sangat memperihatinkan membuat setiap orang yang memasukinya akan merasa sangat tidak nyaman.

Untuk kebersihan Pasar Sembada hanya memiliki beberapa petugas pengangkut sampah untuk mengangkut sampah-sampah pasar. Bahkan petugas kebersihan tadi hanya mengangkut sampah pada saat pagi hari dan sore hari, sementara jumlah sampah yang dihasilkan pasar sangat banyak. Keberadaan tempat sampah juga sangat sedikit, tempat sampah hanya berbentuk anyaman keranjang bambu yang tidak mengklasifikasikan jenis sampah organik maupun non-organik, artinya setiap jenis sampah terkumpul di dalam tempat sampah tersebut.

Keamanan pasar juga sangat lah buruk karena hampir tidak ada petugas yang berjaga-jaga baik siang maupun malam. Sehingga tidak heran bila sering terjadi pencurian di dalam lokasi pasar. Di malam hari yang menjaga pasar adalah para OKP yang berkuasa di daerah tersebut. Namun, mirisnya OKP yang dibayar oleh para pedagang untuk menjagai barang dagangan mereka tersebut terkadang

(14)

malah mencuri barang-barang dagangan para pedagang, hal ini di katakana sendiri oleh pedagang yang berjualan di Pasar Sembada tersebut.

2.3 Super Market

Supermarket di Indonesia semuanya milik swasta dan izinnya dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Deperindag). Pemda umumnya tidak berwewenang untuk menolak izin yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat, meskipun beberapa Pemda mensyaratkan agar supermarket mengajukan izin lokal. Sebagai contoh, Pemda Depok mensyaratkan agar supermarket memiliki Izin Usaha Pasar Modern (IUPM), yang dikeluarkan oleh Depdag dan Izin Prinsip Pembangunan Pasar Modern (IP3M), yang dikeluarkan oleh Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Depok. Selain izin yang dikeluarkan secara terpusat, supermarket biasanya harus mendapatkan izin lokal lainnya yang diperlukan oleh setiap usaha pribadi, seperti Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan Izin Gangguan (HO). Keadaan ini mirip dengan yang terjadi di Bandung, meskipun Pemda Bandung telah menyiapkan rancangan peraturan tentang usaha ritel modern.

Supermarket11

11

Suryadarma, Daniel. Dampak Supermarket terhadap Pasar dan Pedagang Ritel Tradisional di Perkotaan di Indonesia. 2008. Lembaga Penelitian SMERU.

pertama di Indonesia dibuka pada 1970-an, dan jumlahnya meningkat dengan pesat antara 1977 dan 1992—dengan rata-rata pertumbuhan 85% setiap tahunnya. Hipermarket muncul pertama kali pada 1998, dengan pembukaan pusat belanja Carrefour dan Continent (yang kemudian diambil alih oleh Carrefour) di Jakarta. Dari 1998 hingga 2003, hipermarket bertumbuh rata-rata 27% per tahun, dari 8 menjadi 49 toko. Kendati tidak mudah memastikan jumlah supermarket dan hipermarket di seluruh Indonesia, sejak 2003, sekitar

(15)

200 supermarket dan hipermarket merupakan milik dari 10 pemilik ritel terbesar (PricewaterhouseCoopers, 2004). Pertumbuhan supermarket dalam hal pangsa pasar juga mengesankan. Laporan World Bank (2007) menunjukkan bahwa pada 1999 pasar modern hanya meliputi 11% dari total pangsa pasar bahan pangan. Menjelang 2004, jumlah tersebut meningkat tiga kali lipat menjadi 30%. Terkait dengan tingkat penjualan, studi tersebut menemukan bahwa jumlah penjualan di supermarket bertumbuh rata-rata 15%, sementara penjualan di ritel tradisional menurun 2% per tahun. PricewaterhouseCoopers (2004) memperkirakan bahwa penjualan di supermarket akan meningkat 50% antara 2004 dan 2007, dengan penjualan di hipermarket yang meningkat 70% pada periode yang sama.

Menurut laporan AC Nielsen Asia Pacific Retail and Shopper Trend 2005, kecenderungan publik untuk berbelanja di pasar-pasar tradisional telah mengalami penurunan rata-rata 2% per tahun. Meski pertumbuhan jumlah supermarket di Indonesia terbilang pesat, penduduk yang tinggal di luar Jakarta dan beberapa kota kecil lainnya di Jawa relatif belum tersentuh—86% hipermarket berada di Jawa. Profil lima jaringan supermarket terbesar di Indonesia dibahas berikut ini.

Dari kelimanya, jaringan Carrefour dan Superindo menyertakan perusahaan asing sebagai pemegang saham terbesar. Jaringan-jaringan besar ini beroperasi di kota-kota besar di Indonesia, baik di Jawa maupun di luar Jawa. Tiga dari lima jaringan terbesar membuka supermarket dan hipermarket, Carrefour secara khusus mengoperasikan hipermarket, sedangkan Superindo hanya mengoperasikan supermarket. Selain jaringan-jaringan besar tersebut,

(16)

terdapat jaringan supermarket yang lebih kecil, terutama yang beroperasi di luar Jakarta dan berfokus di satu wilayah tertentu. Daftar usaha ritel utama didiskusikan di bawah ini, dimulai dari yang tertinggi hingga terendah berdasarkan angka penjualan.

Matahari, usaha ritel terbesar di Indonesia, pertama kali membuka tempat belanjanya (department store) pada 1958. Supermarket pertama dibuka pada 1995. Pada 2002, Matahari mendirikan dua entitas bisnis terpisah, yang satu mengelola department store, yang lain mengelola supermarket. Matahari kemudian membuka hipermarket pertamanya, yang diberi nama Hypermart, pada 2004. Nilai penjualan yang tergabung dalam jaringan Matahari pada 2005 mencapai Rp7 triliun (Matahari Putra Prima 2006). Pada akhir 2005, Matahari telah memiliki 37 supermarket dan 17 Hypermart, dan masih banyak lagi yang direncanakan di masa depan.

Usaha ritel terbesar kedua adalah yang salah satu yang termuda di Indonesia. Carrefour masuk Indonesia pada 1998, dan menjadi pioner hipermarket di Indonesia bersama dengan Continent, yang diambil alih Carrefour pada 2000. Pada 2004 Carrefour memiliki 15 hipermarket. Total nilai penjualan pada 2004 mencapai Rp4,9 triliun (PricewaterhouseCoopers 2004).

Pemain utama ketiga adalah Hero, jaringan supermarket domestik terbesar dan tertua di Indonesia. Jaringan ini mulai beroperasi pada 1970-an, dan pada 2005 Hero telah memiliki 99 supermarket. Saat ini, sekitar 30% saham Hero dikuasai oleh Dairy Farm International (DFI), sebuah perusahaan yang berbasis di Hong Kong. Pada 2002, Hero turut meramaikan “boom” hipermarket di Indonesia

(17)

dengan membuka Giant, merek usaha ritel Malaysia yang juga dikuasai oleh DFI. Pada 2004 terdapat 10 hipermarket Giant di Indonesia. Total penjualan yang tergabung dalam Hero pada 2004 mencapai Rp3,8 triliun. (PricewaterhouseCoopers 2005).

Pemain peringkat empat, Alfa, mulai beroperasi pada 1989 dan pada 2004 memiliki 35 supermarket dan hipermarket di seluruh Indonesia. Total nilai penjualan pada 2004 mencapai Rp3,3 triliun (PricewaterhouseCoopers 2004).

Terakhir, usaha ritel terbesar kelima adalah Superindo, yang mulai beroperasi pada 1997 dan pada 2003 memiliki 38 supermarket. Superindo adalah perusahaan pribadi, dan Delhaize, sebuah perusahaan ritel Belgia, memiliki proporsi saham terbesar. Total nilai penjualan Superindo pada 2003 mencapai Rp985 miliar (PricewaterhouseCoopers 2003). Yang tidak kalah pentingnya untuk dibahas secara singkat adalah praktik bisnis supermarket. Barang yang dijual supermarket relatif merupakan barang-barang bermutu tinggi, dengan harga pasti, harga yang bersaing, dan kadang-kadang ditawarkan diskon borongan. Telebih lagi, mereka menawarkan aneka pilihan pembayaran, mulai dari tunai dan kartu kredit hingga pendanaan untuk barang-barang yang lebih besar. Tempat pembelanjaan juga terang, bersih, dan memiliki fasilitas yang berfungsi dengan baik, seperti toilet dan tempat makan.

(18)

2.4. Carrefour

Carrefour12

12

http://id.wikipedia.org/wiki/Carrefour (diakses pada 30 Desember 2014).

ialah sebuah kelompok supermarket internasional, berkantor pusat di Perancis. Carrefour adalah kelompok ritel kedua terbesar setelah Wal

-Mart. Gerai Carrefour pertama dibuka pada 3 Juni, 1957, di Annecy di dekat

sebuah persimpangan (carrefour, dalam Bahasa Perancis). Kelompok ini didirikan oleh Marcel Fournier dan Louis Deforey. Hingga kini, gerai pertama ini adalah gerai Carrefour terkecil di dunia.

Kelompok usaha Carrefour memperkenalkan konsep hipermarket untuk pertama kalinya, sebuah supermarket besar yang mengombinasikan department

store ("toko serba ada"). Mereka membuka hipermarket pertamanya pada 1962 di

Sainte-Geneviève-des-Bois, dekat Paris, Perancis.

Carrefour di Indonesia hadir sejak tahun 1996 dengan membuka gerai

pertama di Cempaka Putih pada bulan Oktober 1998. Pada saat yang sama,

Continent, sebagai perusahaan ritel Prancis, membuka gerai pertamanya di Pasar

Festival. Pada tahun 1999, Carrefour dan Promodes (sebagai pemegang saham utama dari Continent) menggabungkan semua kegiatan usaha ritel di seluruh dunia dengan nama Carrefour. Hal tersebut menjadikan Carrefour sebagai ritel terbesar kedua di dunia. Sebagai bagian dari perusahaan global, PT. Carrefour Indonesia berusaha untuk memberikan standar pelayanan kelas dunia dalam industri ritel Indonesia. Carrefour Indonesia memperkenalkan konsep hipermarket dan menyediakan alternatif belanja baru di Indonesia bagi pelanggan Carrefour Indonesia.

(19)

Carrefour menawarkan konsep “One-Stop Shopping” yang menawarkan

tempat pilihan dengan produk yang beragam, harga murah, dan juga memberikan pelayanan terbaik sehingga melebihi harapan pelanggan.

Saat ini, Carrefour sudah beroperasi di 84 gerai dan tersebar di 28 kota/kabupaten di Indonesia. 72 juta pelanggan telah mengunjungi Carrefour pada tahun 2010, naik dari 62 juta pelanggan pada tahun sebelumnya. Dalam menunjang jumlah pelanggan maka Carrefour sendiri menawarkan lebih dari 40.000 item produk.

Di Kelurahan Padang Bulan sendiri Carrefour berdiri pada tahun 2009 mengikuti berdirinya Carrefour lainnya di Kota Medan. Keberadaan Carrefour sebagai salah satu ritel pasar modern yang kini telah beroperasi di lokasi yang berdekatan dengan Pasar Sembada dapat dikatakan merupakan ancaman terbesar bagi para pedagang tradisional di Pasar Sembada. Hal ini didasarkan pada menurun drastisnya jumlah pembeli yang datang untuk berbelanja ke Pasar Sembada semenjak berdirinya Carrefour tepat disebelah Pasar Sembada.

2.4.1 Kondisi Pedagang di Carrefour

Carrefour sebagai unit usaha hipermarket tentu memiliki kondisi pedagang

yang berbeda dengan kondisi di pasar tradisional, hal ini dimungkinkan karena

Carrefour merupakan lokasi transaksi pedagang yang tergolong pada jenis pasar

modern.

Sebagai bagian dari pasar modern, Carrefour tidak hanya melengkapi usahanya dengan beragam jenis pedagang dan barang dagangan melainkan juga

(20)

turut pula menyediakan kenyamanan bagi para pembeli yang berkunjung. Beragam jenis dagangan, seperti kebutuhan pokok atau primer dan juga kebutuhan sandang tersedia lengkap di Carrefour dengan sistem transaksi tanpa tawar-menawar seperti halnya transaksi di pasar tradisional.

Salah satu hal yang paling mencolok dari perbedaan antara pasar tradisional sembada dengan Carrefor adalah letak kios yang sangat teratur. Kios-kios yang menjual aneka perlengkapan rumah tangga, alat kosmetik, souvenir dan makanan cepat saji semuanya berjejer rapi dari sudut ke sudut ruangan. Lokasi berjualan juga sangat bersih dan juga nyaman untuk dikunjungi oleh para pembeli, sehingga wajar saja jika banyak pembeli yang mau berlama-lama menghabiskan waktu untuk berbelanja di Carrefour. Lokasi adalah faktor terpenting dalam pemasaran ritel. Pada lokasi yang tepat, sebuah gerai akan lebih sukses dibandingkan gerai lainnya yang berlokasi kurang strategis, meskipun keduanya menjual produk yang sama dengan pramuniaga yang sama terampilnya dan mempunyai citra toko yang bagus.

Perbedaan lainnya yang mencolok antara Pasar Sembada dengan Carrefour adalah dari tampilan para penjualnya. Jika penjual di Pasar Sembada terkesan lusuh dan kumuh maka untuk penjual di Carrefour semuanya berpakaian rapi dan menggunakan seragam sehingga pembeli dapat membedakan penjual barang yang satu dengan penjual barang yang lainnya. Strategi pemasaran yang baik juga harus didukung dengan kualitas pelayan yang baik. Menurut Christopher H. Lovelock (1996) menyatakan bahwa kualitas pelayanan merupakan bentuk pelayanan yang harus disesuaikan dengan harapan dan kepuasan konsumen didalam memenuhi

(21)

kebutuhan dan keinginan mereka.

Salah satu cara perusahaan untuk tetap dapat unggul bersaing dengan memberikan pelayanan dengan kualitas yang lebih tinggi dari pesaingnya secara konsisten. Harapan konsumen dibentuk oleh pengalaman masa lalunya, pembicaraan dari mulut kemulut serta promosi yang dilakukan kemudian dibandingkannya. Menurut Payne (2000) membentuk model kualitas pelayanan yang menyoroti syarat-syarat utama memberikan kuliatas pelayanan diantaranya adalah :

• Kesenjangan antara harapan konsumen dengan persepsi management • Kesenjangan antara persepsi management terhadap harapan konsumen

dengan spesifikasi terhadap kualitas pelayanan.

• Kesenjangan antara spesifikasi kualitas pelayanan dan penyampaian pelayanan.

• Kesenjangan antara pelayanan yang dirasakan dan pelayanan yang diharapkan.

Menurut Zeithaml and Bitner (2003), kualitas pelayanan mencerminkan evaluasi persepsi konsumen tentang elemen-elemen jasa (kualitas interaksi, kualitas lingkungan fisik, dan kualitas hasil), kemudian elemen-elemen jasa akan dievaluasi berdasarkan dimensi kualitas pelayanan yang spesifik, antara lain : kehandalan, daya tangkap, jaminan, kemudahan dalam melakukan hubungan, dan bukti langsung.

(22)

Fasilitas di dalam Carrefour Sembada juga sangat lengkap. Dimulai dari tempat pembayaran atau kasir yang cukup banyak sehingga para pembeli tidak perlu mengantri terlalu lama. Toilet yang ada juga sangat terjaga kebersihannya dan juga gratis, tidak seperti di Pasar Tradisional Sembada yang mewajibkan penggunanya membayar Rp. 1000, fasilitas Anjungan Tunai Mandiri (ATM) juga tersedia di Carrefour ini. Pembeli tidak perlu repot-repot membawa banyak uang ke Carrefour, karena dengan melakukan tarik tunai akan lebih memudahkan.

Referensi

Dokumen terkait

Pokja ULP/Panitia Pengadaan pada Satker Deputi Bidang KB dan KR BKKBN Pusat akan melaksanakan Pelelangan Ulang Sederhana dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan

7) Pada wanita hamil dengan sifilis lanjut atau tahap sifilis yang tidak. diketahui, pedoman WHO STI

Dari perangkat mana pun yang berada dalam segmen jaringan yang sama seperti data embedded system yang dikelola dapat dikirim ke embedded system tanpa

Pembelajaran yang terjadi masih monoton, penyampaian materi dalam pembelajaran masih menggunakan metode ceramah dengan bantuan media cetak, berupa buku pegangan guru dan

3 Pasal 49 ayat (3) UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Menyebutkan Dana Pendidikan dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk satuan pendidikan

Hendro Gunawan, MA

Pola Kemitraan Dan Kelayakan Usahatani Buncis Perancis Antara Petani Dengan PT.Bumi Sari Lestari Di Desa Ngawonggo Kecamatan Kaliangkrik Kab Magelang. Teori Motivasi

Radang pada Telinga Luar adalah radang pada kulit atau kartilago aurikula, liang telinga atau lapisan epitel membran timpani yang disebabkan oleh bakteri, jamur dan virus..