PENGARUH PEMBERIAN MINUMAN CINCAU HIJAU
(
Premna oblongifolia Merr.
) TERHADAP PENURUNAN
TEKANAN DARAH PADA WANITA DEWASA PENDERITA
HIPERTENSI RINGAN DAN SEDANG
FITRIANA SUNDARI
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pemberian Minuman Cincau Hijau (Premna oblongifolia Merr.) terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Wanita Dewasa Penderita Hipertensi Ringan dan Sedang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2014 Fitriana Sundari NIM I4114026
ABSTRAK
FITRIANA SUNDARI. Pengaruh Pemberian Minuman Cincau Hijau
(Premna Oblongifolia Merr.) terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Wanita
Dewasa Penderita Hipertensi Ringan dan Sedang. Dibimbing oleh LEILY AMALIA FURKON dan KARINA RAHMADIA EKAWIDYANI.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh minuman cincau hijau (Premna oblongifolia Merr) terhadap penurunan tekanan darah pada wanita dewasa penderita hipertensi ringan dan sedang di wilayah Bogor Tengah. Formula intervensi terbagi menjadi dua yaitu Formula A terdiri dari cincau hijau dan gula merah serta Formula B terdiri dari cincau hijau dan gula merah nonkalori. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari 25 wanita dewasa berusia di atas 45 tahun yang dibagi lima kelompok, yaitu satu kelompok kontrol dan empat kelompok perlakuan. Formula A diintervensikan kepada P1 (frekuensi konsumsi setiap hari) dan P2 (frekuensi konsumsi dua hari sekali). Formula B diintervensikan seperti Formula A kepada kelompok P3 dan P4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa P1 secara nyata (p<0.05) mengalami penurunan tekanan darah sistolik dengan rata-rata penurunan sebesar 20-25 mmHg. Kelompok P1 dan P3 juga terbukti secara nyata (p<0.05) mengalami penurunan tekanan darah diastolik dengan rata-rata penurunan sebesar 14-15 mmHg setelah dua minggu perlakuan.
Kata kunci: minuman cincau hijau (Premna oblongifolia Merr), hipertensi, flavonoid, wanita dewasa.
ABSTRACT
FITRIANA SUNDARI. Influence of Green Grass Jelly Drink (Premna oblongifolia Merr.) Intervention on Reduction of Blood Pressure among Adult Women Suffered from Mild and Moderate Hypertension. Supervised by LEILY AMALIA FURKON and KARINA RAHMADIA EKAWIDYANI.
This study was aimed to analyze the effect of green grass jelly drink (Premna oblongifolia Merr.) on reducion of blood pressure among adult women suffered from mild and moderate hypertension in Central Bogor Region. There were two intervention formulas, namely Formula A consisted of green grass jelly and brown sugar and Formula B consisted of green grass jelly and non calori brown sugar. Subjects consisted of 25 adult women aged over 45 years old and divided into 5 groups, namely one control and four experimental groups. Formula A was intervented into 2 groups, P1 (received intervention everyday) and P2 (intervention every two days). Formula B had the same pattern with the Formula A (P3 and P4). The result shows that the systolic blood pressure of P1 decreased significantly (p<0.05) by 20-25 mmHg. In addition, the diastolic blood pressure on groups of P1 and P3 decreased significantly (p<0.05) by 14-15 mmHg after the two weeks intervention.
Keywords: green grass jelly drink (Premna oblongifolia Merr.), hypertension, flavonoid, adult women.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi
dari Progam Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat
PENGARUH PEMBERIAN MINUMAN CINCAU HIJAU
(
Premna oblongifolia Merr.
) TERHADAP PENURUNAN
TEKANAN DARAH PADA WANITA DEWASA PENDERITA
HIPERTENSI RINGAN DAN SEDANG
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014
Judul Skripsi :
Nama : Fitriana Sundari NIM : I14114026
Disetujui oleh
Leily Amalia Furkon, STP Msi Pembimbing I
dr Karina Rahmadia E, S Ked Msc Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Rimbawan Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
Pengaruh Pemberian Minuman Cincau Hijau (Premna
oblongifolia Merr.) terhadap Penurunan Tekanan Darah pada
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanallahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Desember 2013 hingga Juni 2014 dengan judul Pengaruh Minuman Cincau Hijau (Premna oblongifolia Merr.) terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Wanita Dewasa Penderita Hipertensi Ringan dan Sedang.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Leily Amalia Furkon, S.TP, M.Si selaku pembimbing skripsi utama dan Ibu dr. Karina Rahmadia Ekawidyani, S Ked, M.Sc selaku dosen pembimbing dua serta kepada Ibu Dr. Tiurma Sinaga, MFSA selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan serta saran pada karya ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Rimbawan selaku kepala Departemen Gizi Masyarakat, para Dosen Pengajar atas ilmu yang telah diberikan selama masa perkuliahan serta kepada Bapak Mashudi dan Mbak Ine selaku laboran dan teknisi yang telah banyak memberi saran dan bantuan dalam penelitian ini. Terima kasih juga kepada Ibu dr. Dina Sita Dewi, S Ked sebagai dokter penanggung jawab, Ibu Eneng Surtiningsih, AMKep dan Ibu Yeni Andrilya, AMKep selaku tenaga medis yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk membantu pelaksanaan penelitian, serta kepada para responden penelitian di Posbindu Kecamatan Bogor Tengah atas kerjasama yang telah diberikan selama pengumpulan data.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman Alihjenis Gizi Masyarakat 5 dan Gizi Masyarakat 47 atas bantuan pikiran, tenaga, doa, dan motivasinya. Tak lupa penulis haturkan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak Drs. Asep Amir dan Ibu Eli Susilawati selaku orangtua tersayang serta Muhammad Rizal Sundawan selaku adik tersayang yang telah memberikan dukungan moral, materi, motivasi, dan doa, serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari terdapat kekurangan dalam penulisan karya ilmiah ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan penulisan selanjutnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Oktober 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL ix DAFTAR LAMPIRAN ix PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 2 Tujuan 2 Hipotesis 3 Manfaat Penelitian 3 METODE 3
Desain, Tempat dan Waktu 3
Bahan dan Alat 3
Subjek dan Cara Pemilihan Subjek 4
Tahapan Penelitian 4
Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6
Pengolahan dan Analisis Data 7
HASIL DAN PEMBAHASAN 10
Karakteristik Subjek 10
Status Hipertensi Sebelum Intervensi 11
Asupan dan Tingkat Kecukupan Gizi 12
Frekuensi Konsumsi Pangan Sumber Flavonoid 15
Kepatuhan Konsumsi Pangan Intervensi 15
Status Hipertensi setelah Intervensi 16
Efektivitas Pemberian Pangan Intervensi 16
SIMPULAN DAN SARAN 18
Simpulan 18
Saran 19
DAFTAR PUSTAKA 19
LAMPIRAN 22
DAFTAR TABEL
1. Jenis data, metode, dan instrumen 7
2. Sebaran subjek menurut usia dan status gizi 10
3. Sebaran subjek menurut pendidikan dan pekerjaan 11
4. Sebaran subjek menurut tingkat aktivitas 11
5. Sebaran subjek menurut status hipertensi sebelum intervensi 12 6. Asupan zat gizi rata-rata subjek menurut kelompok 12 7. Tingkat kecukupan zat gizi makro rata-rata dan sebaran subjek menurut
tingkat kecukupan 13
8. Tingkat kecukupan zat gizi mikro rata-rata dan sebaran subjek menurut
tingkat kecukupan 14
9. Rata-rata frekuensi konsumsi pangan sumber flavonoid subjek 15 10. Tingkat kepatuhan konsumsi pangan intervensi subjek 16 11. Sebaran subjek menurut status hipertensi setelah intervensi 16 12. Rata-rata dan perubahan tekanan sistolik dan diastolik subjek 17
DAFTAR LAMPIRAN
1. Sertifikat Ethical Clereance 23
2. Form Informed Consent 24
3. Cara pembuatan minuman cincau hijau 25
4. Lembar food recall 26
5. Form kepatuhan konsumsi pangan intervensi subjek 27
6. Hasil uji one-way ANOVA karakteristik subjek 27
7. Hasil uji one-way ANOVA aktivitas fisik subjek 27 8. Hasil uji one-way ANOVA status hipertensi sebelum intervensi 28 9. Hasil uji one-way ANOVA konsumsi pangan sehari subjek 28 10. Frekuensi dan hasil uji oney-way ANOVA pangan sumber flavonoid 29
11. Hasil uji one-way ANOVA kepatuhan subjek 31
12. Hasil uji paired T-test dan uji Duncan tekanan darah sistolik subjek 31 13. Hasil uji paired T-test dan uji Duncan tekanan darah diastolik subjek 32
14. Dokumentasi penelitian 33
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hipertensi merupakan penyakit yang mengawali berbagai penyakit degeneratif dan kardiovaskuler. Menurut Tuminah dan Rahajeng (2009), resiko hipertensi akan meningkat seiring bertambahnya usia. Hal ini terjadi karena fungsi organ jantung yang mulai menurun, yaitu katup jantung yang menjadi menebal dan kaku. Hal tersebut menjadikan kemampuan jantung dalam memompa darah menurun 1% setiap tahun. Mubarak et al. (2009) menyatakan bahwa berkurangnya kemampuan jantung merupakan respons terhadap penurunan elastisitas pembuluh darah, sementara kenaikan tekanan darah merupakan akibat dari meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
Data Kemenkes (2012) menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 25.8% pada populasi di atas usia 18 tahun. Dari jumlah tersebut, sebanyak 7% penderita hipertensi akhirnya menderita stroke, sisanya berkembang menjadi penyakit jantung (1.5%), gagal jantung (0.13%), dan gagal ginjal (0.2%). Hipertensi juga merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah tuberkulosis, yakni mencapai 6.7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia.
Peningkatan intensitas pelaksanaan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) yang merupakan salah satu program dari Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) menunjukkan peningkatan perhatian terhadap kalangan usia dewasa tua dan usia lanjut. Tujuan pelaksanaan posbindu adalah sebagai langkah awal dalam upaya pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan peningkatan kesehatan (promotif), khususnya bagi penderita hipertensi ringan dan sedang. Upaya dalam pelaksanaan tindakan kuratif, pihak posbindu akan merujuk pasien atau penderita hipertensi pada khususnya kepada puskesmas untuk bertemu dokter secara langsung. Penderita hipertensi akan diberikan terapi menggunakan obat anti-hipertensi sesuai dengan tingkatan dosisnya. Peningkatan dosis disesuaikan dengan tingkat keparahan hipertensinya, jika dosis telah sampai maksimal ditingkatkan namun tekanan darah belum menurun, maka dilakukan kombinasi antara beberapa jenis obat. Hal tersebut yang dapat menyebabkan penderita hipertensi enggan untuk mengonsumsi obat hipertensi. Oleh karena itu, perlu ada food based therapy (terapi berbasis pangan) yang dapat menjadi salah satu alternatif untuk penyembuhan penyakit yang bersifat aman, murah serta mempunyai daya terima tinggi. Salah satu tanaman yang banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia khususnya masyarakat di pulau Jawa adalah tanaman cincau hijau (Premna oblongifolia Merr.) sebagai tanaman obat.
Penelitian Nurdin S et al. (2005) menyatakan kandungan serat pektin dan aktivitas antioksidan dalam daun cincau hijau sangat tinggi yang dapat mencegah terjadinya gangguan pencernaan dan dapat menangkal radikal bebas di dalam tubuh. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Miladiyah dan Siregar (2011) menunjukkan bahwa daun cincau hijau dapat melindungi permukaan lambung mencit yang diinduksi oleh aspirin, sehingga dapat disimpulkan daun cincau juga memiliki aktivitas anti radang lambung. Hal ini dapat menjadi salah satu keuntungan bagi penderita hipertensi yang umumnya juga memiliki masalah
2
pencernaan. Menurut Katrin et al. (2012), tanaman cincau hijau kaya akan zat aktif flavonoid dan alkaloid. Penelitian Lokesh dan Amitsankar (2012) menyatakan bahwa kandungan zat aktif flavonoid menunjukkan hubungan nyata sebagai anti-hepatotoksik, anti-HIV 1, anti-tumor, anti-inflamasi dan dapat memberikan efek vasodilatasi terhadap pembuluh darah yang membantu melindungi fungsi jantung. Penelitian terhadap tekanan darah juga telah banyak dilakukan diantaranya penelitian Haber dan Gallus (2012) yang membuktikan bahwa flavonoid pada coklat hitam dapat memperlancar aliran darah pada arteri brachialis. Selain itu, penelitian Trimarco et al. (2012) menyatakan bahwa kumis kucing juga dapat dijadikan alternatif penurun tekanan darah. Penelitian Adepapo et al. (2009) menyebutkan bahwa ekstrak biji jinten hitam juga berpotensi untuk menurunkan tekanan darah. Penelitian pra-klinis dilakukan oleh Hodgson (2006), yang menyatakan bahwa flavonoid teh dapat memperbaiki struktur pembuluh darah tikus putih hipertensi dan menurunkan tekanan darah pada tikus putih hipertensi.
Kandungan flavonoid yang tinggi dalam tanaman cincau hijau diharapkan dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Oleh karena itu, penelitian ini perlu dilakukan untuk mendapatkan informasi secara ilmiah tentang efektivitas komponen zat aktif cincau hijau, khususnya flavonoid dalam menurunkan tekanan darah. Bahan intervensi yang digunakan adalah minuman cincau hijau (Premna oblongifolia Merr.) yang telah umum dikonsumsi oleh masyarakat yaitu dengan tambahan saus gula merah.
Rumusan Masalah
Kandungan serat dan khususnya zat aktif flavonoid dalam minuman cincau hijau (Premna oblongifolia Merr.) diharapkan dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi ringan dan sedang. Penelitian dilakukan pada subjek wanita berusia di atas 45 tahun (usia dewasa tua dan lanjut usia) dengan karakteristik mengalami hipertensi ringan dan sedang. Dari penelitian ini apakah minuman cincau hijau dapat menurunkan tekanan darah pada subjek yang mengalami hipertensi?
Tujuan Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis efektivitas minuman cincau hijau (Premna oblongifolia Merr.) terhadap penurunan tekanan darah subjek wanita dewasa penderita hipertensi ringan dan sedang.
Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi karakteristik subjek.
2. Mengkaji konsumsi pangan dan frekuensi pangan sumber flavonoid subjek. 3. Mengkaji aktivitas fisik subjek.
4. Menganalisis pengaruh pemberian minuman cincau hijau (Premna
3 Hipotesis
Hipotesis 0 (H0) : Intervensi minuman cincau hijau (Premna oblongifolia Merr.) tidak berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah.
Hipotesis 1 (H1) : Intervensi minuman cincau hijau (Premna oblongifolia Merr.) berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai manfaat pemberian minuman cincau hijau (Premna oblongifolia Merr.) terhadap penurunan tekanan darah wanita dewasa penderita hipertensi ringan dan sedang. Penelitian ini juga diharapkan memberikan informasi mengenai alternatif produk pangan tinggi klorofil, flavonoid, serat dan antioksidan yang dapat mencegah penyakit hipertensi. Selain itu minuman cincau hijau ini diharapkan dapat meningkatkan daya terima masyarakat terhadap produk berbahan dasar cincau hijau (Premna oblongifolia Merr.) yang jumlahnya berlimpah di lingkungan masyarakat.
METODE
Desain, Tempat dan Waktu
Penelitian ini merupakan penelitian lapang (field experiment) dengan pre-post test control group design. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Posbindu Puskesmas Bogor Tengah, Kota Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive dengan pertimbangan posbindu yang memiliki prevalensi hipertensi cukup tinggi, serta kemudahan dalam akses dan perizinan. Penelitian dilaksanakan selama dua periode, yaitu periode pertama pada Desember 2013 untuk tahapan pendahuluan dan periode kedua pada Mei 2014 hingga Juni 2014 yaitu untuk tahapan utama. Tahapan pendahuluan ditujukan untuk penjajakan posbindu dengan prevalensi hipertensi yang cukup tinggi. Penelitian utama dilakukan untuk pengumpulan data primer dan intervensi minuman cincau hijau.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan untuk pembuatan minuman cincau hijau diantaranya daun cincau hijau (Premna oblongifolia Merr.), air minum dalam kemasan, gula merah dan gula merah non kalori. Bahan untuk intervensi dibagi ke dalam dua kelompok yaitu Formula A yang terdiri dari daun cincau hijau, air minum dalam kemasan dan gula merah biasa serta Formula B yang terdiri dari daun cincau hijau, air minum dalam kemasan dan gula merah non kalori.
Alat yang digunakan untuk mempersiapkan minuman cincau hijau diantaranya wadah alumunium, gelas ukur, timbangan digital, sendok, saringan, baskom, kemasan berbentuk cup dan plastik wrap. Alat yang digunakan untuk
4
pengukuran tekanan sistolik dan diastolik subjek adalah tensimeter digital merk OMRON. Pengukuran status gizi dilakukan menggunakan timbangan berat badan dan knee height calliper (alat pengukur tinggi lutut).
Subjek dan Cara Pemilihan Subjek
Subjek adalah wanita dewasa berusia 45 tahun ke atas yang mengalami hipertensi tingkat ringan dan sedang. Metode pemilihan subjek yaitu dengan metode purposive sampling. Kriteria inklusi yang harus dipenuhi oleh subjek diantaranya sebagai berikut:
1. Telah menderita hipertensi ringan dan sedang minimal selama enam bulan. 2. Tidak dan belum menerima intervensi yang serupa sebelumnya.
3. Tidak menderita penyakit lainnya, seperti penyakit jantung, stroke dan diabetes melitus.
4. Tidak sedang mengonsumsi obat hipertensi.
5. Bersedia secara sukarela mengikuti jalannya penelitian dengan menandatangani informed consent.
Subjek dikelompokkan menjadi lima kelompok, yaitu kelompok kontrol (K), kelompok intervensi Formula A sehari sekali (P1), kelompok intervensi Formula A setiap dua hari sekali (P2), kelompok intervensi Formula B sehari sekali (P3) serta kelompok intervensi Formula B setiap dua hari sekali (P4). Pemberian dengan selang waktu dua hari sekali mengacu pada penelitian Hassellund et al. (2012) yang meneliti kaitan antara antosianin (subflavonoid) terhadap tekanan darah pada pria dewasa. Jumlah subjek minimum yang dibutuhkan dihitung berdasarkan rumus Federer dalam Supranto J (2000) dengan formulasi sebagai berikut.
( n – 1) (t – 1) > 15 Keterangan:
n = jumlah replikasi (jumlah anggota dalam satu kelompok) t = banyaknya kelompok perlakuan
Berdasarkan rumus tersebut, maka diperoleh jumlah subjek minimal adalah sebanyak 5 orang untuk satu kelompok perlakuan. Pengelompokkan subjek dilakukan dengan simple random allocation. Secara keseluruhan jumlah subjek minimal yang diperlukan adalah 25 orang. Dengan mempertimbangkan cadangan satu orang setiap kelompok maka jumlah subjek yang dibutuhkan dalam penelitian berjumlah 30 orang.
Tahapan Penelitian
Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap yaitu tahap pendahuluan dan tahap utama. Tahap pendahuluan terdiri dari pengurusan ethical clereance yang ditujukan kepada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, kemudian seleksi subjek yang dilanjutkan dengan pengelompokan subjek ke dalam kelompok kontrol dan kelompok intervensi (P1, P2, P3, dan P4). Pengumpulan data primer subjek berupa data karakteristik subjek, data konsumsi pangan subjek, data aktivitas fisik subjek serta data pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum intervensi (baseline). Tahapan penelitian utama terdiri dari pembuatan minuman cincau hijau sebagai bahan yang diintervensikan,
5 pemberian minuman cincau hijau, pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolik pada saat intervensi (midline) dan setelah intervensi (endline), serta pengumpulan data konsumsi pangan dan aktivitas fisik subjek saat intervensi. Penelitian ini telah memenuhi persyaratan etik dan telah mendapat persetujuan dari Komisi Etik Penelitian, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Semarang dengan nomor No. 242/EC/FKM/2014 (Lampiran 1).
Tahapan pendahuluan diawali dengan pemilihan dan pengelompokan subjek. Pemilihan subjek dilakukan dengan cara mencari data penderita hipertensi ringan dan sedang di Posbindu yang dilaksanakan oleh Puskesmas Bogor Tengah. Setelah itu, dipilih subjek yang sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan dan kemudian dikelompokkan. Setelah subjek terpilih, subjek kemudian mendapat penjelasan latar belakang, tujuan dan manfaat penelitian serta aturan-aturan yang harus dipatuhi selama penelitian berlangsung. Subjek menandatangani surat persetujuan (informed consent) sebagai tanda bahwa subjek sukarela menjalani penelitian (Lampiran 2).
Tahapan utama subjek dimulai dengan tahapan pembuatan minuman cincau hijau (Premna oblongifolia Merr.). Komposisi cincau hijau yang digunakan didasarkan pada komposisi cincau hijau yang dijual dan dikonsumsi oleh masyarakat umumnya. Pembuatan minuman cincau hijau diawali dengan pemilihan daun cincau yang sesuai yaitu daun cincau hijau berwarna hijau tua yang diperoleh dari kebun petani kelurahan Carapulang, Dramaga, Bogor.
Menurut Pitojo et al. (2005) cara pembuatan minuman cincau hijau yaitu pertama-tama daun cincau hijau segar dipilih, ditimbang sebanyak 20 g, dicuci kemudian diblanching dan ditiriskan. Setelah itu, daun cincau hijau ditempatkan di dalam wadah dan ditambahkan air sebanyak 100 ml. Daun cincau tersebut diremas-remas sekitar 2 sampai 3 menit sehingga diharapkan zat aktif dan klorofil dalam daun cincau keluar. Setelah itu ampas daun dipisahkan dari air dengan cara disaring. Ekstrak daun cincau ditempatkan ke dalam cup plastik dan dibiarkan sampai teksturnya menjadi padat seperti jelly. Cara penyajian terhadap responden adalah menggunakan cara masyarakat pada umumnya mengonsumsi cincau hijau yaitu dengan di tambahkan saus gula merah atau gula merah non kalori. Kemasan ditutup rapat agar kualitas dari minuman cincau hijau tetap terjaga. Pembuatan minuman cincau hijau ini dapat dilihat pada Gambar 1 dan Lampiran 3.
Gambar 1 Alur pembuatan cincau hijau
Daun cincau hijau (Premna oblongifolia Merr.) 20 g
Ditambahkan air sebanyak 100 ml dan diremas-remas selama 2-3 menit
Disaring dan dituangkan ke dalam cup dan didinginkan
Ditambahkan saus gula merah atau gula merah non kalori
6
Setelah pembuatan minuman cincau hijau, kemudian dilakukan intervensi minuman cincau hijau. Kelompok subjek intervensi dikumpulkan untuk diberi penjelasan tentang manfaat dari cincau hijau terhadap kesehatan. Hal ini dilakukan agar subjek dapat termotivasi untuk mengonsumsi minuman cincau hijau selama masa intervensi. Selain diberi penjelasan, pada pertemuan pertama ini dilakukan pengambilan data awal penelitian subjek.
Subjek kelompok intervensi (P1, P2, P3, dan P4) diberikan minuman cincau hijau sesuai perlakuan setiap kelompok. Subjek kelompok kontrol hanya diberikan agar berwarna hijau 10 g dengan tambahan sirup non kalori. Pemberian agar-agar berwarna hijau ini diharapkan mampu menjadi pembanding dari pangan intervensi yang diberikan. Pengukuran tekanan darah pada masing-masing kelompok dilakukan pada awal sebelum intervensi, pertengahan intervensi, dan akhir intervensi. Konsumsi minuman cincau hijau serta pengukuran tekanan darah diteruskan sampai penelitian berakhir yaitu selama 14 hari. Kepatuhan subjek diukur setiap hari dengan mengisi form kepatuhan. Selain itu dilakukan pula pemantauan terhadap konsumsi pangan sehari, frekuensi pangan sumber flavonoid dan aktivitas fisik subjek. Pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolik dilakukan oleh tenaga medis puskesmas setempat.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data primer meliputi data karakteristik subjek (usia, pendidikan, pekerjaan, dan status gizi), data konsumsi pangan sehari subjek, data frekuensi konsumsi pangan sumber flavonoid subjek, data aktivitas fisik subjek (jenis aktivitas dan durasi), data kepatuhan konsumsi subjek dan data tekanan darah subjek (Tabel 1). Data sekunder meliputi data kandungan gizi daun cincau hijau
(Premna oblongifolia Merr.).
Data karakteristik subjek, konsumsi pangan dan aktivitas fisik diperoleh melalui wawancara terstruktur dengan subjek menggunakan kuesioner. Data antropometri meliputi berat badan dan tinggi lutut subjek diperoleh melalui penimbangan dan pengukuran secara langsung. Data berat badan diperoleh menggunakan timbangan berat badan dengan ketelitian 0.1 kg dan data tinggi lutut diukur dengan menggunakan alat knee height calliper dengan ketelitian 0.1 cm. Data konsumsi pangan subjek diperoleh dengan metode food recall 2x24 jam (Lampiran 4) yang dilakukan pada hari sebelum intervensi dan pada saat intervensi hari ke tujuh. Data frekuensi konsumsi pangan sumber flavonoid diperoleh menggunakan Food Frequency Quationare (FFQ) yang setiap golongan bahan pangan dikonversi ke dalam satuan kali/minggu. Kepatuhan konsumsi pangan intervensi subjek diukur setiap hari dengan mengisi form kepatuhan (Lampiran 5) yang dilakukan oleh peneliti dengan cara wawancara langsung dengan subjek serta keluarga subjek.
Data tingkat aktivitas fisik subjek diperoleh melalui metode recall activity 2x24 jam pada waktu sebelum intervensi dan saat intervensi. Jenis dan durasi aktivitas merupakan hal yang utama yang di-recall. Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan menggunakan tensimeter digital oleh tenaga medis. Tekanan
7 darah diukur sebanyak tiga kali yaitu sebelum intervensi (hari ke-0), pada saat intevensi (hari ke-7) dan setelah intervensi (hari ke-14).
Kalibrasi alat pengukur tekanan darah yaitu dengan cara diterra (di nol-kan). Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan kondisi sesuai yang disarankan oleh tenaga medis, yaitu duduk di kursi dengan sandaran punggung untuk menyangga badan, kaki menapak di lantai, lengan diluruskan ke depan setinggi jantung di atas meja. Angka tekanan darah sistolik sangat sensitif terhadap perubahan gerakan tubuh. Oleh karena itu, ketika hasil pengukuran pertama dan kedua tidak jauh berbeda (5 sampai 10 mmHg), maka angka tekanan darah akan dirata-ratakan. Namun demikian, ketika hasil pengukuran pertama dan kedua berbeda nyata (>10mmHg), maka pengukuran diulang hingga didapatkan angka tekanan darah yang tidak terlalu berbeda dengan pengukuran sebelumnya.
Tabel 1 Jenis data, metode, dan instrumen
Data Metode Instrumen
Karakteristik subjek
Usia Wawancara Kuesioner
Tingkat pendidikan Wawancara Kuesioner
Pekerjaan Wawancara Kuesioner
Status gizi Pengukuran Timbangan badan dan
knee height calliper Konsumsi pangan
Frekuensi konsumsi Jenis bahan pangan Jumlah bahan pangan
Food recall 2x24 jam Kuesioner
Frekuensi konsumsi pangan sumber flavonoid
Food Freaquency Quationare (FFQ)
kuesioner Aktivitas fisik Recall activity 2x24 jam Kuesioner Tekanan darah sistolik dan
diastolik
Pengukuran langsung Tensimeter digital
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah terkumpul diperiksa kembali agar diperoleh data sesuai tujuan penelitian. Tahapan pengolahan data dimulai dari verifikasi, entry, coding, cleaning, dan analisis. Verifikasi dilakukan untuk mengecek kembali kelengkapan informasi. Pemberian kode dilakukan sebagai panduan untuk tahap entry dan pengolahan data dan kemudian dilakukan entry data. Setelah itu dilakukan cleaning data untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam entry data. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Office Excel 2007.
Karakteristik Subjek
Data karakteristik subjek diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel 2007. Data karakteristik subjek diuji beda dengan menggunakan one-way ANOVA untuk melihat pengaruh perbedaan setiap karakteristik subjek antar kelompok terhadap intervensi yang diberikan serta terhadap tekanan darah. Data
8
tinggi lutut diolah untuk mendapatkan estimasi tinggi badan subjek. Hal ini dikarenakan sebagian besar lansia mempunyai struktur tulang punggung yang telah membungkuk, sehingga tidak dapat diukur langsung dengan mictrotoise . Estimasi tinggi badan dari pengukuran tinggi lutut menurut Ritz (2004), dirumuskan sebagai berikut:
TB Perempuan = 84.88 + (1.83 x (tinggi lutut (cm)) – (0.24 x umur (th)) Status gizi subjek ditentukan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT dihitung berdasarkan rumus : berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan kuadrat yang diperoleh dari konversi tinggi lutut (m2). Setelah dilakukan perhitungan kemudian IMT dikelompokkan berdasarkan WHO (2007) menjadi lima kategori yaitu sangat kurus (<16.5), kurus (<18.5), normal (18.5-24.9), lebih (25.0-29.9), obes (30.0-39.9).
Konsumsi Pangan
Data konsumsi pangan berupa jenis dan jumlah makanan dalam gram atau URT. Jumlah makanan dalam bentuk gram atau URT dikonversi menjadi energi dan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) 2010 dan Nutrisurvey 2006 untuk mineral kalium dan natrium. Perhitungan tingkat kecukupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat dengan membandingkan konsumsi aktual subjek dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG). Rumus umum yang digunakan untuk mengetahui kandungan zat gizi makanan yang dikonsumsi adalah:
Kgij = [(Bj/100) x Gij x (BDDj/100)] Keterangan:
Kgij = Kandungan zat gizi-i dalam bahan makanan-j yang dikonsumsi (g) Bj = Berat bahan makanan-j yang dikonsumsi (g)
Gij = Kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD bahan makanan-j BDDj = Bahan makanan yang dapat dimakan (%BDD)
Tingkat kecukupan meliputi Tingkat Kecukupan Energi (TKE), Tingkat Kecukupan Protein (TKP), Tingkat Kecukupan Lemak (TKL), Tingkat Kecukupan Karbohidrat (TKK), Tingkat Kecukupan Natrium (TKNa), Tingkat Kecukupan Kalium (TKKal), Tingkat Kecukupan Kalsium (TKCa), Tingkat Kecukupan Zat Besi (TKFe), dan Tingkat kecukupan vitamin A (TKVA) dan vitamin C (TKVC). Cara menghitung tingkat kecukupan energi dan zat gizi subjek normal menggunakan perhitungan yang dikoreksi dengan berat badan aktual sehat (dari semua kelompok usia) dengan rumus sebagai berikut:
AKGI=(Ba/Bs) x AKG Keterangan:
AKGI = Angka kecukupan gizi Ba = Berat badan aktual sehat (kg) Bs = Berat badan acuan (kg)
AKG = Angka kecukupan gizi yang dianjurkan WNPG (2013)
Subjek dengan status gizi kurus dan gizi lebih, dalam perhitungan tersebut tidak dikoreksi dengan berat badan aktual sehat tetapi berdasarkan berat badan ideal sehingga tingkat kecukupan gizinya sesuai dengan AKG, hal ini dimaksudkan agar subjek kurus dan gizi lebih dapat mencapai berat badan idealnya.
9 Tingkat kecukupan energi dan zat gizi diperoleh dengan cara membandingkan jumlah asupan energi dan zat gizi tersebut dengan kecukupannya. Menurut Supariasa et al. (2001), tingkat kecukupan gizi subjek dihitung dengan rumus sebagai berikut:
TKGI = (Ki/AKGI) x 100% Keterangan:
TKGI = Tingkat kecukupan energi atau zat gizi subjek Ki = Asupan energi atau zat gizi subjek
AKGI = Angka kecukupan energi atau zat gizi subjek
Tingkat kecukupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat dikategorikan berdasarkan Depkes (1996), yaitu defisit tingkat berat (<70%), defisit tingkat sedang (70-79%), defisit tingkat ringan (80-89%), normal (90-119%), dan lebih (≥120%). Tingkat kecukupan kalium, zat besi, vitamin A, vitamin C dan kalsium dikategorikan menjadi kurang (<77%) dan cukup (>77%) (Gibson 2005). Menurut Soetardjo dan Soenardi (2004), konsumsi garam di Indonesia umumnya masih cukup tinggi yaitu 10 kali lipat dari ambang batas yang dianjurkan. Konsumsi garam umumnya berkisar 30-40 g dalam sehari yang setara dengan 12-16 g natrium.
Menurut Sankari et al. (2014), flavonoid banyak ditemukan terutama dalam buah-buahan, biji-bijian, sayur-sayuran, akar, bunga, teh, anggur merah, dan batang tumbuhan. Dengan demikian, konsumsi pangan sumber flavonoid subjek dikelompokan menjadi sayur-sayuran, buah-buahan, serta minuman dan coklat. Data konsumsi pangan sehari dan frekuensi pangan sumber flavonoid diolah dengan mocrosoft Excell 2007 dan diuji dengan one-way ANOVA.
Aktivitas Fisik
Data aktivitas fisik subjek yang diperoleh adalah jenis kegiatan dan durasi setiap kegiatan. FAO/WHO/UNU (2001) menyatakan bahwa aktivitas fisik adalah variabel utama setelah angka metabolisme basal dalam perhitungan pengeluaran energi. Besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam dinyatakan dalam PAL (Physical Activity Level) atau tingkat aktivitas fisik. PAL merupakan besarnya energi yang dikeluarkan (kkal) per kilogram berat badan dalam 24 jam PAL per orang ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
PAL =PAR 𝑥 alokasi waktu tiap aktivitas 24 jam
Keterangan:
PAL = Physical Activity Level (tingkat aktivitas fisik)
PAR = Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk jenis aktivitas fisik tertentu per satuan waktu tertentu)
Perhitungan nilai PAL seseorang perlu diketahui nilai PAR (Physical Activity Ratio) dari aktivitasnya. Nilai PAR berbeda untuk setiap aktivitas fisik yang dilakukan. Nilai PAR tersebut kemudian dikalikan dengan alokasi waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas fisik tersebut selama 24 jam sehingga diperoleh nilai PAL. Berdasarkan nilai PAL tersebut, maka diketahui kategori tingkat aktivitas fisik seseorang. Tingkat aktivitas fisik dibedakan menjadi sangat ringan (<1.4), ringan (1.4-1.69), sedang (1.7-1.99), dan berat (>1.99).
10
Kepatuhan Konsumsi
Tingkat kepatuhan digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu rendah (<60%), sedang (60-80%), dan tinggi (>80%). Tingkat kepatuhan ini diperoleh dari persentasi yang dikonsumsi terhadap total yang diberikan (Briawan 2008). Data kepatuhan dianalisis dengan menggunakan one-way ANOVA.
Tekanan Darah
Data tekanan darah dikategorikan menurut SIGN (2011), terdiri dari normal (<140/<90), hipertensi ringan (140 – 159/90 – 99), hipertensi sedang (160 – 179/100-109) dan hipertensi berat (≥180/≥110). Data sistolik dan data diastolik diuji beda dengan menggunakan Statistical Product and Service Solution (SPSS) dan uji Analysis of Varian (ANOVA). Apabila terdapat perbedaan signifikan dilakukan uji lanjut Duncan. Uji SPSS yang digunakan adalah uji paired T-test untuk menganalisis adanya pengaruh waktu setiap kelompok subjek.
Uji ANOVA dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara beberapa atau lebih dari dua variabel. Variabel yang diukur dalam uji ANOVA diantaranya pengukuran angka tekanan darah sistolik dan angka tekanan darah diastolik. Uji ANOVA ini dilakukan pada selisih antara angka tekanan darah sistolik serta diastolik awal dengan angka tekanan sistolik dan diastolik akhir. Perbandingan dilakukan antara masing-masing kelompok intervensi dengan kelompok kontrol.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Subjek
Sebagian besar subjek (60%) berada pada kelompok lanjut usia. Usia terendah adalah 45 tahun pada kelompok P1 dan tertinggi 76 tahun pada kelompok P4 (Tabel 2). Subjek kelompok usia dewasa tua berjumlah 10 orang dan kelompok lanjut usia sebanyak 15 orang. Sebanyak 60% subjek penelitian tergolong ke dalam status gizi normal (Tabel 2), selain itu terdapat pula subjek yang memiliki status gizi lebih (40%). Menurut Nadimin (2011), status gizi berhubungan dengan aktivitas fisik dan pola konsumsi.
Tabel 2 Sebaran subjek menurut usia dan status gizi Karakteristik Kelompok K P1 P2 P3 P4 Total n % n % n % n % n % n % Usia (tahun)* 58.6±9.76 56.4±8.62 63.2±9.76 64.2±8.93 61.8±12.89 60.8±9.69 45-59 2 40 3 60 2 40 1 20 2 40 10 40 60-79 3 60 2 40 3 60 4 80 3 60 15 60 Status Gizi (kg/m2)* 24.6±3.4 25±3.3 24.2±4.1 23.6±2.1 22.6±6.5 24±3.9 Normal 3 60 3 60 4 80 3 60 2 40 15 60 Gizi lebih 2 40 2 40 1 20 2 40 3 60 10 40 *
11 Sebanyak 56% subjek pada masing-masing kelompok memiliki tingkat pendidikan terakhir adalah tamat Sekolah Dasar (SD). Tingkat pendidikan tertinggi subjek adalah tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan terendah tidak tamat sekolah. Pekerjaan subjek pada masing-masing kelompok sebagian besar adalah ibu rumah tangga (76%). Selain itu adapula subjek yang bekerja sebagai buruh dan wirausaha (Tabel 3). Nadimin (2011) menyatakan bahwa gaya hidup merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan yang dapat ditimbulkan dari gaya hidup yang salah. Gaya hidup dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor sosial adalah jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan, pengeluaran pangan, pendidikan dan pengetahuan. Berdasarkan hasil uji One-way ANOVA, menunjukkan tidak terdapat perbedaan nyata (p>0.05) pada karakteristik subjek antar kelompok subjek (Lampiran 6).
Tabel 3 Sebaran subjek menurut pendidikan dan pekerjaan Kategori Kelompok K P1 P2 P3 P4 Total N % n % n % n % n % n % Pendidikan Tidak tamat SD 1 20 0 0 0 0 0 0 1 20 2 8 SD/Sederajat 3 60 3 60 3 60 3 60 2 40 14 56 SMP/Sederajat 1 20 1 20 1 20 2 40 0 0 5 20 SMA/Sederajat 0 0 1 20 1 20 0 0 2 40 4 16 Pekerjaan Buruh 0 0 0 0 0 0 0 0 1 20 1 4 Wiraswasta 0 0 1 20 2 40 1 20 1 20 5 20
Ibu rumah tangga 5 100 4 80 3 60 4 80 3 60 19 76
Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang berkaitan dengan terjadinya penyakit degeneratif. Sebagian besar (64%) subjek memiliki aktivitas fisik ringan (Tabel 4). Hal tersebut dikarenakan sebagian besar subjek terutama kelompok lansia melakukan aktivitas sehari-hari yang tergolong ringan seperti duduk-duduk, menonton televisi, masak dan istirahat. Hal ini sesuai dengan penelitian Sallis (2000) yang menyatakan bahwa aktivitas fisik akan menurun seiring dengan menurunnya usia. Prevalensi aktivitas fisik menurut Riskesdas Kemenkes (2012) secara nasional menunjukkan tergolong kurang aktif yaitu mencapai 26.1%. Hasil uji one-way ANOVA menunjukkan tidak terdapat perbedaan nyata (p>0.05) pada aktivitas fisik antar kelompok (Lampiran 7).
Tabel 4 Sebaran subjek menurut tingkat aktivitas Kategori Kelompok K P1 P2 P3 P4 Total n % n % n % n % n % N % Aktivitas Fisik* 2.4±0.55 2.4±0.55 2.4±0.55 2.4±0.55 2.2±0.44 2.3±0.49 Ringan 3 60 3 60 3 60 3 60 4 80 16 64 Sedang 2 40 2 40 2 40 2 40 1 20 9 36 * menunjukkan rata-rata±SD
Status Hipertensi Sebelum Intervensi
Tekanan sistolik subjek sebelum intervensi sebagian besar berada pada kategori hipertensi sedang, sedangkan untuk tekanan diastolik subjek rata-rata tergolong ke dalam hipertensi ringan (Tabel 5). Menurut penelitian Picon et al.
12
(2013), prevalensi hipertensi di daerah kota Brazil lebih banyak menyerang orang dewasa tua dan lanjut usia. Penelitian Chinnakali et al. (2012) menyebutkan bahwa prevalensi hipertensi di India lebih banyak ditemukan pada usia lanjut dengan jenis kelamin wanita dibandingkan dengan usia lanjut pria. Hasil uji one-way ANOVA menunjukkan bahwa status hipertensi sebelum intervensi tidak berbeda nyata (p>0.05) antar kelompok (Lampiran 8).
Tabel 5 Sebaran subjek menurut status hipertensi sebelum intervensi Status Hipertensi Kelompok K P1 P2 P3 P4 Total n % n % n % n % n % n % Sistolik (mmHg) Ringan 1 20 0 0 2 40 1 20 1 20 5 20 Sedang 4 80 5 100 3 60 4 80 4 80 20 80 Diastolik (mmHg) Ringan 2 40 4 80 4 80 3 60 4 80 17 68 Sedang 3 60 1 20 1 20 2 40 1 20 8 32
Asupan dan Tingkat Kecukupan Gizi
Berdasarkan rata-rata kelompok, asupan energi tertinggi terdapat pada kelompok P2 (2249.6±359.7 kkal), sedangkan asupan energi terendah terdapat pada kelompok P4 (1527.2±496.3 kkal). Kelompok P1 memiliki rata-rata asupan protein tertinggi (58.4±18 g), sedangkan kelompok P4 memiliki rata-rata asupan protein terendah (45±11.2 g). Kelompok P1 memiliki rata-rata asupan lemak tertinggi (57.2±16.9 g), dan kelompok yang memiliki rata-rata asupan lemak terendah (33.6±14.4g) adalah kelompok P4. Kelompok P2 memiliki rata-rata asupan karbohidrat tertinggi (481.2±173.2 g), sedangkan kelompok P3 memiliki rata-rata asupan karbohidrat terendah (252.2±129.6 g). Berdasarkan hasil uji one-way ANOVA, rata-rata asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat subjek tidak berbeda nyata (p>0.05) antar kelompok.
Tabel 6 Asupan zat gizi rata-rata subjek menurut kelompok
Zat gizi Kelompok
K P1 P2 P3 P4 Energi (kkal) 1826±208.7 2126±400.4 2249.6±359.7 1716.4±843.7 1527.2±496.3 Protein (g) 52.6±8.4 58.4±18 56.4±12.3 55±29.6 45±11.2 Lemak (g) 39.4±6.4 57.2±16.9 40.6±23.4 52±25.6 33.6±14.4 Karbohidrat (g) 328±70.2 397.6±183.7 481.2±173.2 252.2±129.6 273±92.6 K (mg) 1176±463.9 1295±270.5 1140±229.7 1110.4±336.8 870.2±128.4 Na (mg) 236.4±150 740±786 194.4±124.4 796.2±882.6 320.2±329.3 Fe (mg) 16.4±8.6 21±7.8 19±12.3 16.2±6.5 10.6±2.5 Vitamin A (RE) 467.6±382 708.6±498.6 1157±1397 644±405 500.4±312.7 Vitamin C (mg) 60.2±46.3 45.4±32.8 82.4±81.8 29.2±14.1 29.2±19.1 Ca (mg) 715.8±595.6 693.4±708 657.8±711 139.9±62.6 685±426.9
Asupan mineral kalium tertinggi (1295±270.5 mg) terdapat pada kelompok P1 yang sebagian besar berasal dari nasi putih, tahu, dan tempe. Asupan kalium terendah terdapat pada kelompok P4 (870.2±128.4 mg). Kelompok P3 memiliki rata-rata asupan natrium tertinggi (796.2±882.6 mg) yang sebagian besar berasal dari ikan tongkol, ikan asin, kecap, dan susu. Asupan natrium terendah terdapat pada kelompok P2 (194.4±124.4 mg). Rata-rata asupan zat besi subjek
13 kelompok P1 tergolong paling tinggi (21±7.8 mg) yang banyak diperoleh dari konsumsi tempe, oncom dan jeroan. Asupan zat besi terendah berada pada kelompok P4 (10.6±2.5 mg). Asupan rata-rata vitamin A (1157±1397 RE) dan vitamin C (82.4±81.8 mg) subjek tertinggi pada kelompok P2. Sumber pangan yang menyumbang banyak vitamin A yang paling sering dikonsumsi subjek adalah minyak kelapa sawit, sawi putih dan bayam. Sumber vitamin C yang paling sering dikonsumsi subjek yaitu sawi putih, kangkung, dan daun singkong. Rata-rata asupan kalsium tertinggi pada kelompok kontrol (715.8±595.6 mg) yang banyak diperoleh dari tahu, telur dan susu (Tabel 6). Konsumsi zat besi terendah pada kelompok P3 (139.9±62.6 mg). Penelitian Yaswir dan Ferawati (2012), menyatakan bahwa fungsi dari kalium dan natrium ini adalah melakukan pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit serta keseimbangan asam dan basa di dalam tubuh. Selain itu fungsi kalium bersama kalsium diantaranya berperan dalam transmisi saraf dan relaksasi otot. Berdasarkan hasil uji one-way ANOVA, rata-rata asupan kalium, natrium, zat besi, vitamin C, vitamin A, dan kalsium subjek tidak berbeda nyata (p>0.05) antar kelompok (Lampiran 9).
Tabel 7 Tingkat kecukupan zat gizi makro rata-rata dan sebaran subjek menurut tingkat kecukupan Kategori Kelompok K P1 P2 P3 P4 Total n % n % n % n % n % n % Energi (kkal)* 108±52.8 113.4±27 127±18.3 102±39.9 90.6±26 108.3±34 Defisit berat 1 20 0 0 0 0 1 20 1 20 3 12 Defisit sedang 1 20 1 20 0 0 1 20 0 0 3 12 Defisit ringan 1 20 0 0 0 0 1 20 3 60 5 20 Normal 0 0 2 40 2 40 1 20 0 0 5 20 Lebih 2 40 2 40 3 60 1 20 1 20 9 36 Protein (g)* 101.8±16.6 101.8±31 100±22.1 104.2±50 88.6±24 99.3±29 Defisit berat 0 0 1 20 0 0 2 40 1 20 4 16 Defisit sedang 0 0 0 0 0 0 0 0 1 20 1 4 Defisit ringan 1 20 2 40 3 60 1 20 1 20 8 32 Normal 3 60 0 0 1 20 1 20 1 20 6 24 Lebih 1 20 2 40 1 20 1 20 1 20 6 24 Lemak (g)* 85±23 111.4±39 79.4±44.5 115.6±53 72.2±26.3 92.7±39.8 Defisit berat 2 40 1 20 2 40 0 0 4 80 9 36 Defisit sedang 0 0 0 0 1 20 2 40 0 0 3 12 Defisit ringan 0 0 0 0 0 0 1 20 0 0 1 4 Normal 3 60 2 40 1 20 0 0 0 0 6 24 Lebih 0 0 2 40 1 20 2 40 1 20 6 24 Karbohidrat (g)* 98±46.4 139.2±66.2 171.2±72.5 97.2±39.7 105±35.7 122.2±57.5 Defisit berat 1 20 1 20 0 0 1 20 0 0 3 12 Defisit sedang 0 0 0 0 0 0 0 0 1 20 1 4 Defisit ringan 1 20 0 0 0 0 2 40 2 40 5 20 Normal 2 40 1 20 1 20 1 20 0 0 5 20 Lebih 1 20 3 60 4 80 1 20 2 40 11 44 *
menunjukkan rata-rata±SD setiap variabel
Sebagian besar subjek memiliki tingkat kecukupan energi (36%) dan karbohidrat (44%) berada pada kategori lebih, sedangkan tingkat kecukupan protein (32%) subjek berada pada kategori defisit ringan. Tingkat kecukupan lemak subjek sebagian besar tergolong pada defisit berat (36%), namun adapula yang tergolong lebih (24%) (Tabel 7). Sebagian besar subjek memiliki tingkat
14
kecukupan energi tergolong lebih karena sebagian subjek mengonsumsi makanan selingan sebanyak dua kali sehari berupa biskuit, bihun goreng dan lontong. Kebutuhan protein sebagian besar diperoleh dari tempe dan tahu. Hasil uji one-way ANOVA menunjukkan tidak terdapat perbedaan nyata pada tingkat kecukupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat subjek antar kelompok (p>0.05).
Tabel 8 Tingkat kecukupan zat gizi mikro rata-rata dan sebaran subjek menurut tingkat kecukupan Kategori Kelompok K P1 P2 P3 P4 Total n % n % n % n % n % n % Kalium (mg)* 25±10 27.6±5.6 24.2±4.8 23.6±6.9 18.6±2.8 23.8±6.6 Cukup 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang 5 100 5 100 5 100 5 100 5 100 25 100 Natrium(mg)* 18.4±11.5 54.6±59.8 15±9.8 62.2±67.8 25.6±27.5 35.2±43.8 Cukup 0 0 3 60 0 0 3 60 1 20 6 24 Kurang 5 100 2 40 5 100 2 40 4 80 19 76 Zat besi (mg)* 101.6±116 165.2±82 152.8±107.2 151.2±57.9 73.6±17.1 128.9±84.8 Cukup 2 40 4 80 4 80 5 100 3 60 18 72 Kurang 3 60 1 20 1 20 0 0 2 40 7 28 Vitamin A (RE)* 1033±1645 138.8±98.5 225±264.8 135.8±82.8 105±58 327.5±772.9 Cukup 4 80 3 60 4 80 2 40 2 40 15 60 Kurang 1 20 2 40 1 20 3 60 3 60 10 40 Vitamin C (mg)* 111.2±92 59.2±38 107.8±103.3 41.8±17.4 42.2±23.8 72.4±67.6 Cukup 4 80 1 20 2 40 0 0 0 0 7 28 Kurang 1 20 4 80 3 60 5 100 5 100 18 72 Kalsium (mg)* 61±30.9 68.8±71 65.8±72.6 22.2±13.5 78.8±56.1 59.3±53.2 Cukup 1 20 1 20 1 20 0 0 2 40 5 20 Kurang 4 80 4 80 4 80 5 100 3 60 20 80 *
menunjukkan rata-rata±SD setiap variabel
Tingkat kecukupan kalium (100%) dan natrium (76%) sebagian besar subjek termasuk dalam kategori kurang (Tabel 8). Kekurangan zat gizi kalium pada subjek disebabkan konsumsi yang rendah pada pangan sumber kalium seperti
buah-buahan dan sayuran (Almatsier 2009). Konsumsi kalium kurang disebabkan karena
subjek tidak mengetahui banyak tentang sumber dan manfaat kalium. Berdasarkan penelitian Chowdhury et al. (2013), untuk pencegahan dalam menurunkan angka hipertensi salah satu strateginya adalah meningkatkan pengetahuan populasi subjek usia lanjut untuk meningkatkan kepedulian pada tekanan darah khususnya untuk wanita dewasa dan tinggal di kota atau area regional yang beresiko terkena hipertensi. Kebutuhan natrium dan kalium akan terpenuhi apabila makanan dengan menu seimbang yaitu tiga sampai empat kali konsumsi sayur dan dua sampai tiga kali konsumsi buah telah terpenuhi setiap hari. Asupan natrium yang kurang pada subjek disebabkan karena sebagian besar subjek telah menyadari bahwa konsumsi tinggi natrium dapat memperparah hipertensi. Perhitungan jumlah natrium berdasarkan pangan yang dikonsumsi dengan penambahan natrium yang berasal dari penambahan garam rata-rata konsumsi garam masyarakat sehari yaitu 16 g natrium. Tingkat kecukupan natrium sebagian besar subjek yang defisit menunjukkan bahwa kejadian hipertensi pada subjek
15 penelitian dapat dipengaruhi oleh faktor lain selain konsumsi garam, seperti penurunan fungsi pembuluh darah jantung seiring dengan meningkatnya usia (Tuminah dan Rahajeng 2009). Asupan zat besi (Fe) subjek (72%) tergolong pada kategori cukup, asupan vitamin A subjek (60%) tergolong kategori cukup, asupan vitamin C subjek (72%) tergolong kategori cukup dan asupan kalsium subjek (80%) tergolong kategori cukup. Hasil uji one-way ANOVA menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat kecukupan kalium, natrium, zat besi, vitamin A, vitamin C dan kalsium subjek antara kelompok (p>0.05).
Frekuensi Konsumsi Pangan Sumber Flavonoid
Kelompok pangan sumber flavonoid yang paling tinggi dikonsumsi subjek adalah kelompok bumbu. Frekuensi konsumsi bumbu tertinggi terdapat pada kelompok P2 yaitu 4.63 kali/minggu (Tabel 9). Jenis bumbu yang dikonsumsi dengan frekuensi tertinggi adalah bawang merah dan bawang putih. Frekuensi konsumsi sayur-sayuran subjek tertinggi terdapat pada kelompok P4 yaitu sebanyak 1.72 kali/minggu. Jenis sayuran yang dikonsumsi dengan frekuensi tertinggi adalah ketimun dan tomat. Frekuensi konsumsi buah-buahan subjek tertinggi terdapat pada kelompok P4 dengan frekuensi 0.46 kali/minggu. Jenis buah yang dikonsumsi subjek dengan frekuensi tertinggi adalah pisang dan jeruk. Frekuensi tertinggi jenis minuman dan coklat berada pada kelompok P3 yaitu sebesar 2.53 kali/minggu. Jenis minuman yang paling sering dikonsumsi subjek adalah teh. Berdasarkan penelitian Liu (2013) kandungan flavonoid pada bawang merah lebih besar dibandingkan dengan bawang putih. Jumlah flavonoid pada ketimun paling rendah dibandingkan kadar flavonoid sayuran dan buah lainnya. Kandungan flavonoid yang terdapat dalam bumbu tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Hal ini dikarenakan dalam satu kali konsumsi jumlah bumbu yang digunakan sedikit. Hasil uji one-way ANOVA menunjukkan tidak terdapat perbedaan nyata (p>0.05) antar konsumsi sayur-sayuran, buah-buahan, minuman dan coklat, serta bumbu antar kelompok (Lampiran 10).
Tabel 9 Rata-rata frekuensi konsumsi pangan sumber flavonoid subjek
Golongan Rata-rata frekuensi (kali/minggu) Total
K P1 P2 P3 P4
Sayur-sayuran 1.55±0.62 1.62±0.43 1.5±0.46 1.53±0.59 1.72±0.33 1.58±0.46
Buah-buahan 0.35±0.21 0.39±0.39 0.31±0.19 0.43±0.23 0.46±0.21 0.38±0.24 Minuman dan coklat 2.33±1.17 1.8±0.89 2.35±2.32 2.53±1.33 2.01±1.12 2.21±1.35
Bumbu 4.45±0.45 4.25±0.73 4.96±0.98 4.65±0.72 4.82±0.88 4.63±0.75
Kepatuhan Konsumsi Pangan Intervensi
Tingkat kepatuhan subjek semua kelompok tergolong tinggi (>80%). Sebesar 10% subjek yang tidak mengonsumsi pangan intervensi, antara lain karena alasan sedang berada di luar rumah sampai malam dan kemudian lupa untuk mengonsumsi serta terdapat beberapa subjek yang mengeluh bosan pada waktu akhir intervensi (Tabel 10). Kepatuhan subjek dengan konsumsi tertinggi berada pada kelompok P1 (97.1%) dan terendah pada kelompok P4 (88.6%). Kelompok P1 dan P3 total pemberian pangan intervensi sebanyak 14 kali dan kelompok P2 dan P4 sebanyak 7 kali.
16
Tabel 10 Tingkat kepatuhan konsumsi pangan intervensi subjek
Konsumsi pangan intervensi Kelompok
P1 P2 P3 P4
Tidak konsumsi (%) 3.9 5.7 10 11.4
Konsumsi (%) 97.1 94.3 90 88.6
Terdapat keluhan pusing pada satu orang subjek di kelompok P1 dan P2 yang disebabkan tekanan darah sistolik subjek telah mencapai tekanan normal. Oleh karena itu, konsumsi pangan intervensi dihentikan pada hari ke-10 untuk subjek kelompok P1 dan pada hari ke-13 untuk subjek kelompok P2. Pemberhentian intervensi dilakukan hanya satu hari karena pada keesokan harinya berdasarkan keterangan dari subjek tidak terdapat keluhan pusing. Adapun keuntungan lain yang diperoleh subjek selama masa intervensi yaitu memperlancar buang air besar. Berdasarkan hasil uji one way ANOVA menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05) pada tingkat konsumsi pangan intervensi subjek antar kelompok (Lampiran 11).
Status Hipertensi setelah Intervensi
Tekanan sistolik subjek setelah intervensi sebagian besar berada pada kategori hipertensi sistolik ringan dan sedang. Sebagian kecil subjek (16%) ada yang mencapai tekanan sistolik normal. Tekanan diastolik subjek rata-rata tergolong normal.Sejalan dengan penelitian Lestari dan Rahayuningsih (2012) jus tomat juga kaya akan flavonoid yang signifikan menurunkan tekanan darah sistolik 11.76 mmHg dan tekanan diastolik 8.82 mmHg selama 7 hari intervensi. Dari hasil uji one-way ANOVA diperoleh bahwa status hipertensi tidak berbeda signifikan (p>0.05) antar kelompok (Tabel 11).
Tabel 11 Sebaran subjek menurut status hipertensi setelah intervensi Status Hipertensi Kelompok K P1 P2 P3 P4 Total n % n % n % n % n % n % Sistolik (mmHg) Normal 1 20 1 20 0 1 20 1 20 4 16 Ringan 0 0 3 60 3 60 2 40 2 40 10 40 Sedang 4 80 1 20 2 40 2 40 2 40 11 44 Diastolik (mmHg) Normal 1 20 5 100 4 80 3 60 3 60 16 64 Ringan 0 0 0 80 1 20 1 20 2 40 4 16 Sedang 4 80 0 20 0 0 1 20 0 0 5 20
Efektivitas Pemberian Pangan Intervensi
Tekanan darah sistolik subjek sebelum intervensi rata-rata tergolong ke dalam hipertensi sistolik sedang. Pemberian pangan intervensi belum menghasilkan penurunan tekanan darah yang signifikan pada hari ke tujuh intervensi (midline). Hal ini diduga oleh kinerja dari flavonoid yang belum optimal menurunkan tekanan darah.
17 Setelah menerima intervensi selama 14 hari, masing-masing kelompok intervensi mengalami penurunan tekanan sistolik rata-rata 20 sampai 25 mmHg. Selisih tekanan darah sistolik pre-intervensi dengan post-intervensi terbesar terdapat pada kelompok P1 sebesar 25.2 mmHg dan terkecil pada kelompok P3 sebesar 10.2 mmHg. Kelompok kontrol mengalami peningkatan tekanan darah sistolik (Tabel 12). Hasil uji paired T-test pada tekanan darah sistolik pre-intervensi dengan post-pre-intervensi pada masing-masing kelompok menunjukkan bahwa kelompok P2 memiliki tekanan darah sistolik post-intervensi yang berbeda nyata dengan tekanan darah sistolik pre-intervensi (p=0.061).
Berdasarkan uji lanjut Duncan yang dilakukan pada selisih antara tekanan darah sistolik post-intervensi dan pre-intervensi antar kelompok menunjukkan terdapat perbedaan nyata antara kelompok kontrol dengan kelompok P1 (p=0.024). Hasil uji statistik dapat dilihat pada Lampiran 12.
Tabel 12 Rata-rata dan perubahan tekanan sistolik dan diastolik subjek
Kategori Kelompok
K P1 P2 P3 P4
Tekanan Sistolik
Pre-intervensi 180.8±18.5a 172±14.2a 165.2±7.5a 172.4±20.2a 167.4±17.3a Post-intervensi 182.8±14.7a 146.8±17.1a 148.2±10.8b 162.2±21.7a 147.4±16.8a Penurunan tekanan sistolik
Selisih tekanan sistolik +2±5.051 -25.2±26.32 -17±13.41.2 -10.2±19.11.2 -20±17.31.2 Tekanan Diastolik
Pre-intervensi 102.4±8.3a 94±9.4a 88.2±11.4a 91.8±12.3a 91.2±6.6a
Post-intervensi 101.2±10a 79±5.4b 82.4±9.1a 77.2±21.2b 85.2±4.6a
Penurunan tekanan diastolik
Selisih tekanan diastolik -1.2±7.31 -15±11.62 -5.8±91.2 -14.6±10.12 -6±5.51.2
ab
Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata antar waktu (p<0.05).
12
Angka yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata antar perlakuan (p<0.05).
Tekanan darah diastolik subjek sebelum intervensi rata-rata tergolong ke dalam hipertensi diastolik ringan. Setelah menerima intervensi minuman cincau hijau selama 14 hari, masing-masing kelompok intervensi mengalami penurunan rata-rata 6 sampai 15 mmHg (Tabel 12). Selisih tekanan pre-intervensi dengan post-intervensi terbesar terdapat pada kelompok P1 sebesar 15 mmHg dan terkecil pada kelompok P2 sebesar 5.8 mmHg. Kelompok kontrol mengalami penurunan tekanan darah sebesar 1.2 mmHg. Hasil uji paired T-test pada tekanan darah diastolik pre-intervensi dengan post-intervensi pada masing-masing kelompok menunjukkan bahwa kelompok P1 dan P3 memiliki tekanan darah diastolik post-intervensi yang berbeda nyata dengan tekanan darah diastolik pre-post-intervensi (p=0.044 dan p=0.032). Berdasarkan uji lanjut Duncan yang dilakukan pada selisih tekanan darah diastolik post-intervensi dan pre-intervensi antar kelompok menunjukkan terdapat perbedaan nyata antara kelompok kontrol dengan kelompok P1 dan P3 (p=0.025, p=0.028). Hasil uji statistik dapat dilihat pada Lampiran 13.
Penurunan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik diduga disebabkan oleh sinergi antara kandungan kalium, serat, dan senyawa aktif khususnya flavonoid dari minuman cincau hijau yang dikonsumsi secara rutin yaitu setiap
18
hari. Penggunaan gula merah biasa tidak menganggu komponen zat aktif yang terdapat pada cincau hijau, sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian tambahan komponen lain pada konsumsi minuman cincau hijau tidak menurunkan efektivitas dari zat aktifnya. Penelitian Lakhanpal dan Rai (2007) menyatakan bahwa flavonoid yang terdapat dalam tanaman obat mempunyai keuntungan meningkatkan kesehatan diantaranya meningkatkan kesehatan jantung, penyakit mata, alergi, dan kanker. Berdasarkan penelitian Katrin et al. (2012) aktivitas antioksidan yang paling kuat terdapat pada daun cincau hijau ini dideteksi merupakan komponen alkaloid dan flavonoid yang banyak terdapat dalam klorofil daun cincau. Menurut penelitian Nurdin et al. (2009), kadar klorofil tertinggi terdapat pada daun cincau hijau (Premna oblongifolia Merr.) dibandingkan daun pegagan, katuk, dan murbei dan dapat digunakan sebagai pencegahan penyakit aterosklerosis. Pada proses penyembuhan aterosklerosis, diduga peran zat aktif pada klorofil cincau hijau dapat memperbaiki pembuluh darah dan menurunkan kadar kolesterol darah. Penurunan kolesterol dalam darah dapat menurunkan terjadinya aterosklerosis, sehingga elastisitas pembuluh darah akan meningkat dan resistensi pembuluh darah akan menurun sehingga tekanan darah akan menurun.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar subjek adalah wanita dewasa (25 orang) dengan usia terendah 45 tahun dan tertinggi 76 tahun. Status gizi subjek sebagian besar tergolong normal (60%). Tingkat pendidikan subjek sebagian besar adalah tamat SD (56%). Mayoritas pekerjaan subjek adalah ibu rumah tangga (76%). Setiap karakteristik subjek tidak menunjukkan perbedaan nyata antar kelompok (p>0.05).
Sebagian besar tingkat kecukupan energi dan karbohidrat subjek tergolong lebih, tingkat kecukupan protein subjek tergolong defisit ringan, dan tingkat kecukupan lemak subjek tergolong defisit berat. Tingkat kecukupan zat gizi mikro yaitu zat besi dan vitamin A tergolong cukup, namun tingkat kecukupan kalium, natrium, vitamin C dan kalsium subjek sebagian besar tergolong defisit. Asupan zat gizi makro (energi, protein, lemak dan karbohidrat) dan zat gizi mikro (natrium, kalium, zat besi, vitamin A, vitamin C dan kalsium) subjek tidak berbeda nyata antar kelompok (p>0.05).
Frekuensi konsumsi pangan sumber flavonoid yang paling tinggi antar kelompok subjek adalah kelompok bumbu yaitu 4.63 kali/minggu. Jenis bumbu yang paling sering dikonsumsi adalah bawang merah dan bawang putih. Konsumsi pangan sumber flavonoid subjek tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (p>0.05).
Tingkat aktivitas fisik subjek tergolong ringan (64%). Sebagian besar aktivitas sehari-hari subjek adalah duduk-duduk, menonton televisi, masak dan istirahat. Aktivitas fisik subjek tidak berbeda nyata antar kelompok (p>0.05).
19 Tekanan sistolik post-intervensi dengan pre-intervensi subjek berbeda nyata pada kelompok P2 (p=0.047).. Selisih tekanan sistolik kelompok P1 menunjukan perbedaan nyata terhadap tekanan sistolik kelompok kontrol (p=0.024). Penurunan tekanan sistolik selama intervensi 14 hari adalah sebesar 20 sampai 25 mmHg. Terdapat perbedaan nyata antara tekanan diastolik post-intervensi dan pre-intervensi subjek pada kelompok P1 dan P3 (p=0.044 dan p=0.032). Selisih tekanan diastolik kelompok P1 dan P3 menunjukkan perbedaan nyata dengan tekanan diastolik kelompok kontrol (p=0.025 dan p=0.028). Penurunan tekanan diastolik selama intervensi selama 14 hari adalah sebesar 14 sampai 15 mmHg.
Frekuensi optimal konsumsi minuman cincau hijau dalam menurunkan tekanan darah selama 14 hari adalah konsumsi setiap hari. Konsumsi minuman cincau hijau lebih efektif menurunkan tekanan darah diastolik menjadi normal. Penggunaan gula yang berbeda tidak menunjukkan perbedaan nyata, namun penggunaan dengan gula merah biasa lebih efisien dibandingkan gula merah non kalori.
Saran
Diperlukan penelitian lanjutan dengan penambahan jumlah daun cincau hijau dan lama pemberian, agar diperoleh jumlah daun cincau hijau yang tepat dari minuman cincau hijau dalam menurunkan tekanan darah dengan waktu yang relatif lebih efektif. Penggunaan minuman cincau hijau untuk menjadi food based therapy haruslah diuji terhadap obat anti-hipertensi, maka perlu penelitian lanjutan untuk membandingkan efektivitas minuman cincau hijau dengan obat anti-hipertensi tersebut. Selain itu perlu diperhatikan, ditangani bahkan diminimalisir lebih lanjut lagi faktor-faktor pengganggu seperti keadaan stres subjek yang secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap tekanan darah.
DAFTAR PUSTAKA
Adedapo Aduragbenro DA, Osude YO, Adedapo Adeolu A, Moody JO, Adeagbo AS, Olajide OA, dan Makinde JM. 2009. Blood Pressure Lowering Effect of Adenanthera pavonina Seed Extract on Normotensive Rats. Academy of Chemistry of Globe. 3(2): 82-89.
Almatsier S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.
Briawan D. 2008. Efikasi Suplementasi Besi-Multivitamin terhadap Perbaikan Status Besi Remaja Wanita [disertasi]. Bogor (ID): Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Chinnakali P, Mohan B, Upadhyay RP, Singh AK, Srivastava R, Yadav K. 2012. Hypertension in the Elderly. NAJMS. 4(11) : 558-562.
Chowdhury EK, Owen A, Krum H, Wing LMH, Ryan P, Nelson MR, Reid CM. 2013. Barriers to Achieving Blood Pressure Treatment Targets in Elderly Hypertensive Individuals. Journal of Human Hypertension 27:545-551.
20
[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1996. Pedoman Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah. Jakarta (ID): Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. [FAO] Food And Nutrition Technical Report Series. 2001. Human
EnergyRequirements. Roma : FAO/WHO/UNU.
Gibson RS. 2005. Principal of Nutritional Assesment. Oxford : Oxford University Press.
Haber SL, Gallus K. 2012. Effects of Dark Chocolate on Blood Pressure in Patients with Hypertension. Am J Health-Sys Pharm 69(15)1287-1293. Hassellund SS, Flaa A, Sandvik L, Kjeldsen SE, Rostrup M. 2012. Effects of
Anthocyanins on Blood Pressure and Stress Reactivity. Journal of Human Hypertension. 26: 396-404.
Hodgson JM. 2006. Effects of Tea and Tea Flavonoids on Endothelial Function and Blood Pressure. Clinical and Experimental Pharmacology and Physiology. 33: 838-841.
Katrin, Elya B, Shodiq AM. 2012. Aktivitas antioksidan ekstrak dan fraksi daun cincau hijau serta identifikasi golongan senyawa dari fraksi paling aktif. Jurnal Bahan Alam Indonesia. (8): 118-124.
[Kemenkes] Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Riset Kesehatan Dasar; Prevalensi Tekanan Darah Tinggi dan Tingkat Aktivitas Fisik Nasional. Jakarta (ID): Riskesdas Indonesia.
Lakhanpal P, Rai DK. 2007. A versatile flavonoid. Intr of Medical Jour. 2(2):22-37.
Lestari AP, Rahayuningsih HM. 2012. Pengaruh Pemberian Jus Tomat (Lycopersicum commune) Terhada Tekanan Darah Wanita Postmenopause Hipertensif. Journal of Nutrition College. 1(1): 414-420.
Liu RH. 2013. Dietary Bioactive Compounds and Their Health Implications. J Food Sci. (7)8:S1.
Lokesh D, Amitsankar D. 2012. Pharmacognostical Evaluation and Establishment of Quality Parameters of Medical Plants of North-East India Used by Folklore Healers for Treathment of Hypertension. Pharmacognosy Journal. 4: 27.
Miladiyah I, Siregar IM. 2011. Protective effects of Cyclea Barbata Miers leaves againts aspirin-induced gastric ulcer in mice. Universa Medicine journal. 30(2):27-32.
Mubarak WL, Nurul C, Bambang AS. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas, Konsep dan Aplikasi. Jilid 2. Jakarta (ID): Salemba Medika.
Nadimin. 2011. Pola makan, aktivitas fisik, dan status gizi pegawai Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan. Media Gizi Pangan. 9 :1- 6.
Nurdin, Kusharto CM, Tanziha I, dan Januwarti M. 2009. Kandungan Klorofil Berbagai Jenis Daun Tanaman dan Cu-Turunan Klorofil serta Karakteristik Fisiko-Kimianya. JGP. (1): 13 – 19.
21 Nurdin SU, Zuidar AS, Suharyono. 2005. Dried extract from green cincau leaves
as potential fibre sources for food enrichment. ACSS. 7:655-658.
Picon RV, Fuchs Flavio D, Moreira LB, Fuchs Sandra C. 2013. Prevalence of Hypertension Among Elderly Persons in Urban Brazil. American Journal of Hypertension. 26(4): 541-548.
Pitojo, Setyo dan Zumiyati. 2005. Cincau : Cara Pembuatan Dan Variasi Olahannya. Tanggerang (ID): PT. AgroMedia Pustaka.
Ritz P. 2004. Validity of Measuring Knee Height As an Estimate in Diseased French Elderly Person. J Nutr Health Aging. 8: 386-8.
Sallis JF. 2000. Age-related decline in physical activity: a synthesis of human and animal studies. Medicine and Science in Sports Exercise. 32(9): 1598-1600. Sankari SL, Babu NA, Rani V, Priyadharsini C, Masthan KMK. 2014.
Flavonoid-Cinical effects and applications ini dentistry. Journal of Pharmacy and Biollied Sciences. 6:S26-9.
[SIGN] Scottish Intercollegiate Guidelines Network. 2011. Hypertension in Older People. Royal College of Physicians: Edinburgh.
Soetardjo S, Soenardi T. 2003. Hidangan Sehat untuk Penderita Hipertensi. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.
Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta (ID): Buku Kedokteran EGC.
Supranto J.2000. Teknik Sampling untuk survei dan eksperimen. Jakarta (ID): PT Rineka Cipta.
Trimarco V, Cimmino CS, Santoro M, Pagnano G, Manzi MV, Piglia A, Giudice CA, Luca ND, Izzo R. 2012. Nutraceuticals J for Blood Pressure 19 (3):117-122.
Tuminah S, Rahajeng E. 2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia. Maj Kedokt Indon.15(29) : 580-587.
[WHO] World Health Organization. 2007. Cut off point nutritional status. [Internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. [Diunduh 2014 Ags 20].
Yaswir R, Ferawati I. 2012. Fisiologi dan Gangguan Keseimbangan Natrium, Kalium dan Klorida serta Pemeriksaan Laboratorium. Jurnal Kesehatan Andalas. 1(2): 80-85
22
23 Lampiran 1 Sertifikat Ethical Clereance