• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN PANGAN ANTIOKSIDAN TERHADAP KADAR MALONDIALDEHID DAN PROFIL LIPID DARAH PADA MAHASISWI PENGONSUMSI GORENGAN INTI MAKARYANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN PANGAN ANTIOKSIDAN TERHADAP KADAR MALONDIALDEHID DAN PROFIL LIPID DARAH PADA MAHASISWI PENGONSUMSI GORENGAN INTI MAKARYANI"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN PANGAN ANTIOKSIDAN

TERHADAP KADAR MALONDIALDEHID DAN PROFIL LIPID

DARAH PADA MAHASISWI PENGONSUMSI GORENGAN

INTI MAKARYANI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pemberian Pangan Antioksidan terhadap Kadar Malondialdehid dan Profil Lipid Darah pada Mahasiswi Pengonsumsi Gorengan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014 Inti Makaryani NIM I14090068

*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

(4)
(5)

ABSTRAK

INTI MAKARYANI. Pengaruh Pemberian Pangan Antioksidan terhadap Kadar Malondialdehid dan Profil Lipid Darah pada Mahasiswi Pengonsumsi Gorengan. Dibimbing oleh LEILY AMALIA.

Konsumsi makanan yang digoreng dapat meningkatkan malondialdehid (MDA), trigliserida, kolesterol total, dan kolesterol LDL namun menurunkan kolesterol HDL dalam plasma darah. Pangan antioksidan seperti minuman cincau hijau, jus tomat, pepaya dan teh tawar dapat menjadi alternatif untuk menurunkan dampak negatif tersebut. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh pangan antioksidan (minuman cincau hijau, jus tomat, pepaya dan teh tawar) terhadap kadar MDA dan profil lipid darah pada mahasiswi pengonsumsi gorengan. Penelitian dilakukan dengan pre-post test control design. Pangan antioksidan diberikan satu takaran saji per hari selama 21 hari. Seluruh subjek, pengonsumsi gorengan memiliki kadar MDA plasma di atas normal saat pre-intervensi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kadar MDA pada kelompok minuman cincau hijau menurun secara nyata (p<0.05). Uji statistik pada profil lipid plasma juga menunjukkan hasil signifikan pada peningkatan kolesterol LDL pada kelompok minuman cincau hijau dan kolesterol HDL pada kelompok jus tomat (p<0.05). Selanjutnya, terdapat penurunan kolesterol total dan kolesterol LDL pada kelompok teh tawar secara signifikan (p<0.05). Tidak terdapat pengaruh pemberian pepaya pada kadar MDA dan profil lipid.

Kata kunci: pangan antioksidan, MDA, profil lipid, pengonsumsi gorengan

ABSTRACT

INTI MAKARYANI. Effect of Antioxidant Foods on Malondialdehyde and Lipid Profile of Coed Consuming Fried Foods. Supervised by LEILY AMALIA.

Consumption of fried foods can increase malondialdehyde (MDA), triglycerides, total cholesterol, and LDL cholesterol but decrease HDL cholesterol in blood plasma. Antioxidant foods such as green grass jelly drinks, tomato juice, papaya and tea can be an alternative to reduce those negative impacts. The objective of this study was to analyze the effect of antioxidant foods (green grass jelly drinks, tomato juice, papaya and black tea) on blood levels of MDA and lipid profile of coed consuming fried foods. The study was conducted with pre-post test control design. The antioxidant foods were given in a single serving size per day during 21 days. All of the subjects who consumed fried foods had high MDA levels in pre-intervention. The results of this study showed that MDA level in the group of green grass jelly drink decreased significantly (p<0.05). The statistical test of lipid profile levels also showed significantly increasing in LDL cholesterol in green grass jelly drinks group and HDL cholesterol in tomato juice group (p<0.05). Furthermore, total cholesterol and LDL cholesterol in tea group declined significantly (p<0.05). There was no effect of papaya intervention in MDA and lipid profile levels.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

PENGARUH PEMBERIAN PANGAN ANTIOKSIDAN

TERHADAP KADAR MALONDIALDEHID DAN PROFIL LIPID

DARAH PADA MAHASISWI PENGONSUMSI GORENGAN

INTI MAKARYANI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Pengaruh Pemberian Pangan Antioksidan terhadap Kadar Malondialdehid dan Profil Lipid Darah pada Mahasiswi Pengonsumsi Gorengan

Nama : Inti Makaryani NIM : I14090068

Disetujui oleh

Leily Amalia, S.TP., M. Si. Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Rimbawan Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret hingga Agustus 2013 ini ialah malondialehid dan profil lipid, dengan judul ‘Pengaruh Pemberian Pangan Antioksidan terhadap Kadar Malondialdehid dan Profil Lipid Darah pada Mahasiswi Pengonsumsi Gorengan’. Terima kasih penulis ucapkan kepada

1 Leily Amalia, STP, M. Si. selaku dosen pembimbing akademik, pembimbing skripsi, dan pembimbing (Program Kreativitas Mahasiswa) PKM yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis dari awal perkuliahan hingga terselesaikannya karya ilmiah ini

2 Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan demi hasil karya ilmiah yang lebih baik

3 Direktorat Pendidikan Tinggi (DIKTI) yang telah memberikan bantuan dana dalam penelitian ini melalui kegiatan PKM

4 Dr. Ir. Budi Setiawan, MS selaku kepala Departemen Gizi Masyarakat periode 2009/2013 dan Bapak Gigih atas pesan moral dan bantuan yang diberikan ketika penulis memperoleh hambatan dalam penelitian

5 dr. Karina Rahmadia Ekawidyani, M.Sc. dan dr. Naufal Muharram Nurdin selaku dosen sekaligus tenaga medis yang telah meluangkan waktu dan tenaganya serta memberikan kritik dalam penelitian ini

6 Pak Mashudi, Ibu Titi dan Ibu Rizqy selaku teknisi dan laboran Departemen Gizi Masyarakat yang telah membimbing, memotivasi dan mendengarkan keluh kesah penulis

7 Bapak Mulyadi dan Ibu Sumiyati, ayahanda dan ibunda tersayang yang telah memberikan dukungan moral dan materi demi pendidikan yang terbaik untuk penulis, serta kakak dan adik tercinta, Septiyati Ganjarsari dan Bagas Rizkiyanto atas do’a dan semangat yang telah diberikan

8 Para responden selaku subjek penelitian, rekan tim PKMP (Novi Rizqy, Karina, Dessy Dwi, Indah Widia), dan Bapak Usman, yang telah memberikan sampel darah, pikiran dan tenaganya selama penelitian berlangsung

9 Sahabat-sahabat tercinta di Depok (Ashma, Henny, Rensita, Emi, Novita, Ani) dan di Bogor (Riska, Aisyah, Ilyatun, Grevi, Dian, Mega Seasty), teman-teman seperjuangan di laboratorium (Dewi, Wiwi, Sonia, Dini, Kak Saeful, Yohanes, Rujito, Estu), Pak Karya, Kak Gian, Kak Mely, Kak Ismi, Nurayu, Wulan, Avliya, Evi serta rekan-rekan GM 46, 47, 48 dan 49 atas bantuan pikiran, tenaga, do’a dan motivasinya

10 Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu

Penulis menyadari terdapat kekurangan dalam penulisan karya ilmiah ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan penulisan selanjutnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2014 Inti Makaryani

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 3

METODE 3

Desain, Waktu dan Tempat 3

Bahan 3

Alat 4

Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek 4

Metode Intervensi 5

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data 5

Rancangan Percobaan 8

Pengolahan dan Analisis Data 8

Definisi Operasional 9

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Karakteristik Individu Subjek 9

Kandungan Gizi dan Aktivitas Antioksidan Pangan Intervensi 11

Konsumsi Gorengan 13

Konsumsi Makanan 14

Malondialdehid (MDA) 17

Profil Lipid 19

SIMPULAN DAN SARAN 25

Simpulan 25

Saran 26

DAFTAR PUSTAKA 26

LAMPIRAN 31

(14)

DAFTAR TABEL

1 Kategori tingkat kecukupan energi, protein, vitamin dan mineral 7 2 Sebaran subjek menurut departemen dan usia antarkelompok intervensi 10 3 Rata-rata uang makan, berat badan, tinggi badan dan IMT subjek tiap

kelompok intervensi 10

4 Kandungan zat gizi pangan intervensi per takaran saji 11

5 Aktivitas antioksidan pangan intervensi 12

6 Frekuensi rata-rata konsumsi gorengan pada tiap kelompok (kali/hari) 13 7 Konsumsi rata-rata minyak terserap dari gorengan pada tiap kelompok

(g/hari) 14

8 Asupan zat gizi subjek (dengan intervensi) per kelompok perlakuan 15 9 Tingkat kecukupan gizi subjek (dengan intervensi) per kelompok

perlakuan 16

DAFTAR GAMBAR

1 Rata-rata dan selisih kadar MDA darah subjek antarkelompok (µmol/L) 18

2 Struktur trigliserida 19

3 Rata-rata dan selisih kadar trigliserida plasma subjek antarkelompok

(mg/dl) 20

4 Struktur kolesterol 21

5 Rata-rata dan selisih kadar kolesterol total plasma subjek antarkelompok

(mg/dl) 22

6 Kolesterol HDL 22

7 Rata-rata dan selisih kadar kolesterol HDL plasma subjek

antarkelompok (mg/dl) 23

8 Kolesterol LDL 24

9 Rata-rata dan selisih kadar kolesterol LDL plasma subjek

antarkelompok (mg/dl) 25

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner kebiasaan konsumsi gorengan dan antioksidan pada

mahasiswi IPB 31

2 Informed consent 35

3 Kuesioner konsumsi makanan sehari (food record) 39

4 Pembuatan pangan intervensi 40

5 Prosedur uji aktivitas antioksidan pangan intervensi 41

6 Prosedur uji malondialdehid (MDA) 42

7 Prosedur uji profil lipid 43

8 Hasil uji statistik karakteristik responden 46

9 Hasil uji statistik konsumsi gorengan subjek saat sebelum dan selama

intervensi 46

10 Hasil uji statistik asupan makanan subjek 48

(15)

12 Standar MDA yang digunakan dalam penelitian 50 13 Kadar MDA plasma subjek saat pre dan post-intervensi 51 14 Kadar trigliserida plasma subjek saat pre dan post-intervensi 52 15 Kadar kolesterol total plasma subjek saat pre dan post-intervensi 53 16 Kadar kolesterol HDL plasma subjek saat pre dan post-intervensi 54 17 Kadar kolesterol LDL plasma subjek saat pre dan post-intervensi 55

18 Hasil uji statistik MDA plasma 56

19 Hasil uji statistik trigliserida plasma 58

20 Hasil uji statistik kolesterol total plasma 59

21 Hasil uji statistik kolesterol HDL plasma 61

22 Hasil uji statistik kolesterol LDL plasma 63

(16)
(17)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Lipid merupakan salah satu zat gizi makro yang penting bagi tubuh manusia. Lipid diperlukan tubuh sebagai sumber energi dengan kandungan energi tinggi (9 Kal/g), penyusun komponen struktural tubuh, komponen fungsional berbagai proses metabolik, pembawa asupan vitamin larut lemak, dan bantalan tubuh di bawah kulit (Barasi 2009). Penelitian Djuwita (2007) menunjukkan bahwa secara kuantitas konsumsi lipid masyarakat Indonesia sudah cukup baik tetapi dari segi kualitas masih tergolong kurang baik. Hal ini terutama disebabkan oleh meningkatnya konsumsi lipid dari makanan yang diolah dengan suhu tinggi dan mengalami oksidasi seperti makanan siap saji dan gorengan. Freire et al. (2013) mengemukakan bahwa restoran cepat saji lebih sering menggunakan shortening. Selain itu, kandungan lino-elaidic acid yang merupakan bentuk isomer trans juga ditemukan dalam makanan siap saji asupan asam lemak trans yang tinggi dikaitkan dengan hiperkolesterolemia (Otemuwiya dan Adewusi 2013).

Gorengan merupakan jajanan yang paling disukai di Indonesia (Suleeman dan Sulastri 2006). Sebagian besar (80-90%) sumber lemak yang biasa dikonsumsi masyarakat Indonesia adalah makanan yang digoreng (Sartika 2009). Makanan yang digoreng banyak digemari oleh berbagai kelompok masyarakat, termasuk mahasiswi. Makanan ini cukup mengenyangkan dan dapat memberikan asupan energi sehingga seringkali menjadi pilihan mahasiswi sebagai makanan selingan atau menu sarapan. Mahasiswi merupakan orang yang belajar di perguruan tinggi dan termasuk golongan dewasa dini (Hurlock 2004). Penelitian Amalia dan Nurohmi (2012) tentang kebiasaan konsumsi makanan jajanan gorengan di kalangan mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) menunjukkan bahwa dalam satu bulan mahasiswa rata-rata mengonsumsi gorengan 89.5 g/hari dengan total minyak terserap 14.6 g/hari.

Gorengan umumnya digoreng dengan metode deep frying, yaitu seluruh bahan pangan terendam dalam minyak goreng dengan suhu 150ºC hingga 190ºC (Paramitha 2012). Ketika makanan digoreng secara deep frying, terjadi reaksi kimia antara lain hidrolisis minyak (ester trigliserida yang dipecah menjadi diacylglycerol, monoacylglycerol, gliserol dan asam lemak bebas), oksidasi minyak, dan polimerisasi minyak (produk penguraian minyak goreng adalah senyawa polar non-volatil dan dimer serta polimer triasilgliserol). Dimerisasi dan polimerisasi merupakan sebuah reaksi radikal (Choe dan Min 2007). Selain itu, gorengan yang dikonsumsi umumnya mengandung minyak goreng yang telah mengalami berkali-kali pemanasan. Oksidasi pada minyak akan menghasilkan senyawa-senyawa radikal bebas dan akan berikatan dengan asam lemak tidak jenuh yang merupakan unsur utama dari membran sel (Kendall 2005). Menurut Pendit (1999), proses ini membentuk peroksida lipid yang bersifat tidak stabil dan akan terurai menghasilkan sejumlah senyawa antara lain malondialdehid (MDA).

Malondialdehid darah manusia dapat diukur sebagai akibat konsumsi minyak dan makanan yang mengalami oksidasi lipid. Menurut Adam et al. (2008), konsumsi minyak kelapa sawit yang telah mengalami lima kali pemanasan dapat meningkatkan kadar kolesterol total secara nyata dan cenderung meningkatkan

(18)

2

trigliserida, kolesterol low-density lipoprotein (LDL) serta menurunkan kolesterol high-density lipoprotein (HDL).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa antioksidan telah terbukti secara ilmiah dapat menurunkan kadar MDA dan profil lipid darah. Hasil penelitian Ramatina (2011) menunjukkan bahwa pemberian suplemen vitamin C, vitamin E dan multivitamin-mineral selama seminggu dapat menurunkan kadar MDA darah (26.5±8.53 nmol/L menjadi 15.6±6.45 nmol/L). Cincau hijau merupakan tanaman yang tumbuh di Asia Tenggara. Penelitian Kusharto et al. (2008) dalam Nurdin et al. (2008) menunjukkan bahwa daun cincau mempunyai kadar klorofil tertinggi (1709 ppm) dibandingkan daun tanaman lainnya. Penelitian Addina (2012) menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun cincau hijau dan vitamin E terbukti dapat mencegah peningkatan kadar MDA plasma darah tikus putih yang diinduksi CCl4. Tikus Sprague Dawley dislipidemia yang diberi sari daun cincau hijau dosis 5.4 ml memberikan respon peningkatan kolesterol HDL secara bermakna 22.29±4.82 mg/dl menjadi 27.29±3.82 mg/dl (Astirani 2012), penurunan trigliserida 102.86±20.07 mg/dl menjadi 84.14±23.75 mg/dl, dan peningkatan kolesterol dengan peningkatan 20.29±10.84 mg/dl (Budiyono dan Candra 2013).

Penelitian Wahyuni et al. (2008) memberikan hasil bahwa sumber antioksidan berupa kombinasi vitamin C dan bioflavonoid serta buah tomat menunjukkan penurunan kadar MDA plasma. Individu dewasa sehat yang diberikan diet jus tomat dan saus tomat, terdapat penurunan plasma kolesterol total sebesar 5.9% dan kolesterol LDL sebesar 12.9%, namun tidak terdapat perubahan signifikan pada konsentrasi kolesterol HDL dan trigliserida (Silaste et al. 2007). Pemberian pepaya selama 6 minggu dapat menurunkan trigliserida, kolesterol total, dan kolesterol LDL, serta meningkatkan kolesterol HDL pada kelinci albino (Kumar et al. 1993).

Terdapat kelompok bahan penyegar seperti teh yang memiliki antioksidan dengan senyawa katekin. Senyawa katekin berfungsi untuk menghambat terjadinya proses oksidasi dan lebih baik jika dibandingkan dengan antioksidan sintetis yang sudah banyak digunakan (Hartoyo 2003). Meskipun demikian, penelitian yang menganalisis efektivitas minuman cincau hijau, jus tomat, pepaya dan teh tawar terhadap kadar MDA dan profil lipid dengan mempertimbangkan nilai kadar MDA sebagai akibat dari konsumsi gorengan belum pernah dilakukan sehingga diperlukan penelitian mengenai pengaruh pemberian pangan antioksidan terhadap kadar malondialdehid dan profil lipid darah pada mahasiswi pengonsumsi gorengan.

Tujuan Penelitian Tujuan Umum

Penelitian ini memiliki tujuan umum untuk menganalisis pengaruh pemberian pangan antioksidan (minuman cincau hijau, jus tomat, pepaya, dan teh tawar) terhadap kadar MDA dan profil lipid darah pada mahasiswi pengonsumsi gorengan.

(19)

3

Tujuan Khusus

Penelitian ini memiliki tujuan khusus untuk: 1 Mengidentifikasi karakteristik subjek

2 Menganalisis aktivitas antioksidan gel cincau hijau, tomat, pepaya dan teh 3 Menganalisis konsumsi gorengan subjek

4 Menganalisis asupan dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi rata-rata subjek per hari

5 Menganalisis kadar MDA plasma subjek saat pre dan post-intervensi serta membandingkan antara sebelum dan setelah di antara kelompok perlakuan 6 Menganalisis kadar profil lipid (trigliserida, kolesterol total, kolesterol HDL

dan kolesterol LDL) plasma subjek saat pre dan post-intervensi serta membandingkan antara sebelum dan setelah di antara kelompok perlakuan.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan baru kepada masyarakat terutama pengonsumsi gorengan mengenai pengaruh konsumsi pangan antioksidan berupa minuman cincau hijau, jus tomat, pepaya dan teh tawar (sesuai yang digunakan dalam penelitian ini) terhadap kadar MDA dan profil lipid plasma. Selain itu juga, penelitian ini diharapkan dapat menginformasikan pangan antioksidan yang efektif untuk menurunkan MDA dan profil lipid plasma.

METODE

Desain, Waktu dan Tempat

Penelitian ini merupakan experimental study dengan pre-post test control design dan dilaksanakan pada Maret sampai dengan September 2013. Penyebaran kuesioner Food Frequency Questionare (FFQ) dilakukan di lingkungan IPB. Pembuatan dan pemberian pangan intervensi selama 21 hari dilakukan di Laboratorium Pengolahan Pangan, Departemen Gizi Masyarakat, IPB. Analisis aktivitas antioksidan pangan intervensi dilakukan di Laboratorium PAU, Departemen Ilmu Teknologi Pangan dan Laboratorium Analisis Zat Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, IPB. Pengambilan darah dan analisis kadar MDA dan profil lipid plasma subjek dilakukan di Laboratorium Biokimia, Departemen Gizi Masyarakat, IPB. Penelitian ini telah direview oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro dengan dikeluarkannya Ethical Clearance No. 268/EC/FKM/2013.

Bahan

Bahan yang digunakan terdiri atas pangan intervensi, plasma darah subjek, bahan kimia untuk analisis. Bahan-bahan dalam pangan intervensi antara lain: 1 Minuman cincau hijau: gel cincau hijau (cincau perdu Premna oblongifolia

Merr.) dan gula cair (gula merah, gula pasir, air) 2 Jus tomat : tomat merah buah, gula pasir, dan air

(20)

4

3 Pepaya : pepaya (jenis Calina) 4 Teh tawar : teh celup dan air.

Plasma darah subjek diambil saat pre dan post-intervensi. Bahan kimia untuk analisis aktivitas antioksidan antara lain metanol, heksana teknis, dan 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH). Analisis MDA plasma menggunakan pereaksi trichloroacetic acid (TCA), thiobarbituric acid (TBA), larutan HCl 1 N dan larutan tetraetoksipropan (TEP). Analisis profil lipid plasma menggunakan pereaksi kit merk DiaSys (Diagnostic Systems GmbH) yang terdiri atas kit trigliserida, kit kolesterol, HDL precipitant, dan LDL precipitant.

Alat

Peralatan yang digunakan terdiri atas peralatan untuk membuat pangan intervensi, analisis aktivitas antioksidan pangan intervensi, mengambil darah subjek, analisis MDA dan profil lipid plasma. Pembuatan pangan intervensi menggunakan blender, timbangan digital, kompor gas, dan peralatan masak lainnya. Pengambilan darah subjek menggunakan jarum suntik 23 G, spuit 5 ml, sensi gloves, vacutainer dengan ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA) 3 ml, tourniquet, dan cool box. Plasma didapatkan dengan alat sentrifuge, pipet mikro dan microtube. Analisis aktivitas antioksidan pangan intervensi menggunakan alat freeze dryer, vortex, rotary evaporator dan peralatan lain yang umum digunakan di laboratorium. Analisis MDA dan profil lipid plasma menggunakan hot plate magnetic stirer, pipet mikro 100 µL dan 1000 µL serta spektrofotometer.

Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek

Subjek dibagi ke dalam lima kelompok, yaitu (1) minuman cincau hijau, (2) jus tomat, (3) pepaya, (4) teh tawar dan (5) kontrol. Jumlah subjek minimal yang diperlukan diambil berdasarkan rumus berikut: (t-1) (r-1) ≥ 15 dengan t = banyaknya kelompok sehingga diperoleh r (subjek minimal) = 5 orang (Supranto 2000). Penelitian ini menggunakan prediksi drop out (f) sebesar 15% dengan menggunakan rumus: N = n/(1-f), maka diperoleh jumlah subjek minimal adalah 6 orang untuk tiap kelompok. Penelitian ini melibatkan lima kelompok sehingga subjek yang dibutuhkan adalah 30 subjek. Pengambilan subjek terpilih (30 orang) dilakukan dengan mengambil subjek dari 64 orang (2 kali lipat jumlah subjek yang diperlukan).

Tahapan awal yang dilakukan adalah menyebar kuesioner ‘Kebiasaan Konsumsi Gorengan dan Antioksidan pada Mahasiswi IPB’ kepada 64 mahasiswi IPB. Penyebaran kuesioner dilakukan dengan metode purposive sampling dengan kriteria inklusi:

1 status gizi normal (IMT 18.5 kg/m2 sampai dengan 25 kg/m2 (Depkes 2006) Rumus Indeks Massa Tubuh (IMT): Berat badan (kg)

Tinggi badan (m2) 2 usia mulai 19 sampai dengan 22 tahun

3 biasa mengonsumsi gorengan 4 sehat

(21)

5 5 tidak sedang mengonsumsi suplemen dan obat

6 bersedia mengisi informed consent dan berpartisipasi dalam penelitian hingga akhir

Kriteria eksklusi subjek adalah sebagai berikut: 1 menderita sakit parah dalam satu bulan terakhir 2 memiliki riwayat penyakit keluarga

3 mengonsumsi obat.

Pola konsumsi gorengan dari 64 orang diurutkan menurut frekuensi konsumsi gorengan kemudian 30 orang yang memiliki frekuensi konsumsi gorengan tertinggi diambil untuk menjadi subjek penelitian. Sebanyak 30 subjek tersebut diberikan informed consent untuk mengetahui perlakuan yang akan diberikan selama penelitian dan sebagai bentuk kesepakatan antara peneliti dengan subjek (Lampiran 2). Jumlah akhir subjek yang terlibat dalam penelitian ini adalah 25 orang karena terdapat drop out 15% dari 30 orang tersebut.

Metode Intervensi

Masing-masing subjek memperoleh satu jenis pangan intervensi dalam satu takaran saji selama 21 hari. Pemberian pangan intervensi dilakukan setiap hari pada hari kuliah dan hari libur. Saat hari kuliah, pangan intervensi diberikan kepada subjek di Laboratorium Pengolahan Pangan lantai 2, Departemen Gizi Masyarakat dan saat hari libur, pemberian pangan intervensi dilakukan di Gedung GMSK lantai 1 (kantin gizi). Setiap kali intervensi, beberapa subjek mengonsumsi pangan intervensi di tempat dan disaksikan oleh peneliti, namun beberapa lainnya mengonsumsi pangan intervensi di perjalanan. Meskipun demikian, peneliti meyakinkan kepada subjek untuk menghabiskan pangan intervensi tersebut.

Jenis pangan intervensi yang diberikan menurut kelompok perlakuan adalah sebagai berikut. Pembuatan pangan intervensi terdapat pada Lampiran 4. 1 Minuman cincau hijau: 162 g gel cincau hijau dan 14 g gula cair

2 Jus tomat : 190 g tomat merah buah, 20 g gula pasir, dan 100 ml air

3 Pepaya : 100 g pepaya

4 Teh tawar : 1 kantung teh celup (2 g) dan 200 ml air.

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Seluruh data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. 1 Karakteristik Subjek

Karakteristik subjek yang diamati adalah program studi, usia, uang makan, berat dan tinggi badan serta IMT. Data karakteristik subjek diperoleh melalui wawancara dan kuesioner (Lampiran 1).

2 Aktivitas Antioksidan Pangan Intervensi

Aktivitas antioksidan diperoleh melalui uji laboratorium yaitu dengan metode DPPH (Lampiran 4). Metode ini sering digunakan karena cepat dan memiliki sensitivitas yang baik. Penurunan absorbansi pada pembacaan DPPH

(22)

6

dan sampel menunjukkan adanya peningkatan aktivitas penangkal radikal bebas dari sampel yang diuji. Perhitungan presentase aktivitas antioksidan dapat ditentukan sebagai berikut (Geokocekuos 2011).

% aktivitas antioksidan = absorbansi kontrol – absorbansi larutan uji x 100 absorbansi kontrol

AEAC (mg vit. C/100 g) = ቂ(% ௔௞௧௜௩௜௧௔௦ ௔௡௧௜௢௞௦௜ௗ௔௡ି௕)/௔ ଵ଴଴଴ ቃ × ܨܲ ×௕௘௥௔௧ ௦௔௠௣௘௟ଵ଴଴ Keterangan:

Absorbansi kontrol = absorbansi DPPH tanpa larutan sampel

Absorbansi larutan uji = absorbansi hasil reaksi antara DPPH dengan larutan sampel

a,b = nilai pada persamaan y: ax+b yang diperoleh dari kurva standar

FP = faktor pengenceran

3 Konsumsi Gorengan

Data konsumsi gorengan subjek diperoleh melalui kuesioner ‘Kebiasaan Konsumsi Gorengan dan Antioksidan pada Mahasiswi IPB’ yang terdiri atas identitas responden, kebiasaan konsumsi makanan (Food Frequency Questionare), dan preferensi responden terhadap antioksidan yang akan diberikan (Lampiran 1). Pola konsumsi gorengan mahasiswi sebagai sumber peroksida lipid dapat diketahui melalui Food Frequency Questionare (FFQ). FFQ didisain untuk menyediakan data mengenai pola konsumsi pangan secara deskriptif kualitatif dan bertujuan untuk menilai frekuensi pangan atau kelompok pangan yang dikonsumsi pada selang waktu tertentu (Gibson 2005).

4 Konsumsi Makanan Sehari

Subjek diberikan kuesioner ‘Konsumsi Makanan Sehari (Food Record 1 x 24 Jam)’ sebanyak 2 kali pada hari ke-1 dan hari ke-21 intervensi dengan tujuan melihat konsumsi makanan maupun minuman yang dikonsumsi subjek (Lampiran 3). Menurut Gibney (2008), food record dapat digunakan untuk mengetahui kuantitas dan jenis semua makanan yang dikonsumsi subjek.

Makanan dan minuman yang dicatat subjek dalam satuan Ukuran Rumah Tangga (URT) kemudian dikonversikan ke dalam satuan gram. Zat gizi yang dihitung dalam penelitian ini adalah energi, protein, vitamin A, vitamin C, vitamin E, Calsium (Ca) dan Ferrum (Fe). Informasi mengenai kandungan energi, protein, vitamin A, vitamin C, Ca dan Fe dalam bahan makanan atau pangan mengacu pada Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) sedangkan zat gizi berupa vitamin E mengacu pada United States Department of Agriculture (USDA) Nutrient Database for Standard Reference-Release (SR) 24. Asupan zat gizi setiap subjek yang diperoleh dari konsumsi makanan sehari kemudian dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) 2013 sehingga diperoleh tingkat kecukupan gizi. Berikut ini merupakan rumus perhitungan tingkat kecukupan zat gizi.

TKG = (K/AKGi) x 100% Keterangan:

TKG : Tingkat kecukupan zat gizi K : Konsumsi zat gizi subjek

(23)

7 Pengkategorian tingkat kecukupan zat gizi makro berbeda dengan zat gizi mikro. Pengkategorian tingkat kecukupan zat gizi makro dan mikro dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Kategori tingkat kecukupan energi, protein, vitamin dan mineral

Kategori Persentase (%)

Energi dan proteina

Di atas kebutuhan >120

Normal 90-119

Defisit ringan 80-89

Defisit sedang 70-79

Defisit berat <70

Vitamin dan Mineralb

Cukup ≥65%

Kurang <65%

a

Depkes (1996), bGibson (2005)

5 Pengambilan Darah saat Pre dan Post-Intervensi

Pengambilan darah subjek dilakukan dua kali yaitu pre dan post-intervensi. Sebelum pengambilan darah dilakukan, subjek diharuskan berpuasa selama 10 jam yaitu subjek hanya boleh mengonsumsi air putih selama waktu tersebut. Darah subjek diambil melalui vena cubiti sebanyak 5 ml oleh tenaga medis. Darah dimasukkan ke dalam tabung vacutainer yang berisi EDTA agar darah tidak membeku kemudian ditempatkan dalam cool box sebelum disentrifuge. Darah disentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 15 menit. Plasma yang telah terpisah dari bagian padat darah segera dipindahkan ke dalam microtube untuk selanjutnya dianalisis MDA dan profil lipid.

6Malondialdehid (MDA) Plasma

Malondialdehid dan profil lipid plasma subjek ditentukan melalui uji laboratorium. Pengukuran peroksida lipid dilakukan melalui deteksi aldehida (MDA) yang didasarkan pada deteksi produk akhir peroksida lipid atau degradasi lipid. Metode ini menggunakan pengukuran peroksida lipid dengan TBA (Lampiran 5). Dua molekul TBA bereaksi dengan satu molekul MDA untuk menghasilkan kromofor yang menyerap panjang gelombang (λ) 532 sampai 535 nm (Castell dan Gmez-Lechn 2001). Standar MDA yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 12. Kadar MDA dalam plasma darah ditentukan dengan rumus sebagai berikut.

Kadar MDA = (absorbansi – b)/a volume sampel Keterangan:

Absorbansi larutan uji = absorbansi hasil reaksi antara TBA dengan sampel a,b = nilai pada persamaan y: ax+b dari kurva standar Volume sampel = volume plasma darah yang digunakan

7 Profil Lipid Plasma

Uji profil lipid plasma meliputi uji kadar trigliserida, kolesterol total, kolesterol HDL dan kolesterol LDL. Uji profil lipid plasma menggunakan

(24)

8

pereaksi kit merk DiaSys (Diagnostic Systems GmbH) dan absorbansi larutan dibaca pada λ 500 nm (Lampiran 6). Perhitungan kadar profil lipid plasma dapat dilihat pada rumus berikut ini.

Trigliserida = absorbansi sampel x konsentrasi standar (mg/dl) absorbansi sandar

Kolesterol total = absorbansi sampel x konsentrasi standar (mg/dl) absorbansi standar

Kolesterol HDL = absorbansi sampel x konsentrasi standar (mg/dl) absorbansi standar

Kolesterol supernatan = absorbansi sampel x konsentrasi standar (mg/dl) absorbansi standar

Kolesterol LDL = kolesterol total (mg/dl) – kolesterol dalam supernatan (mg/dl)

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap dengan Yij = µ + τi + Ԑij dimana:

Yij = hasil pengamatan perlakuan ke-i (dari intervensi minuman cincau hijau; jus tomat; pepaya; teh tawar; kontrol) dan ulangan ke-j

µ = rerata umum

τi = penyimpangan hasil dari nilai µ yang disebabkan oleh pengaruh perlakuan ke-i (dari intervensi minuman cincau hijau; jus tomat; pepaya; teh tawar; kontrol)

Ԑij = pengaruh acak yang masuk ke dalam percobaan.

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data meliputi coding, entry, cleaning dan grouping. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan statistik inferensia. Analisis deskriptif dilakukan pada data karakteristik responden (asal program studi yang sedang ditempuh), kandungan zat gizi pangan intervensi, dan aktivitas antioksidan pangan intervensi. Analisis statistik inferensia dilakukan pada data karakteristik responden (usia, uang makan per bulan, berat badan, tinggi badan, dan IMT), konsumsi gorengan subjek saat sebelum dan selama intervensi, konsumsi makanan dan tingkat kecukupan gizi subjek selama intervensi, kadar MDA serta profil lipid plasma darah subjek. Analisis statistik inferensia menggunakan beberapa uji antara lain uji Paired-Samples T Test, One-Way Analysis of Variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan bila terdapat perbedaan nyata di antara kelompok intervensi berdasarkan uji ANOVA (Winarsi et al. 2003). Pengolahan dan analisis data dilakukan menggunakan software Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16.0 for Windows.

(25)

9

Definisi Operasional

Pangan Antioksidan adalah makanan atau minuman yang mengandung antioksidan dan menjadi bahan intervensi dalam penelitian ini. Makanan yang diberikan adalah buah pepaya dan tomat buah (tomat diberikan dalam bentuk jus), sedangkan minuman berupa minuman cincau hijau dan teh tawar.

Malondialdehid (MDA) adalah produk akhir peroksida lipid dan menjadi indikator terdapatnya stress oksidatif dalam tubuh. Malondialdehid dinilai kadarnya melalui plasma darah. Satuan analisis adalah µmol/L.

Profil Lipid adalah status lipid dalam darah yang diketahui dengan menilai kadar trigliserida, kolesterol total, kolesterol HDL, dan kolesterol LDL dalam plasma. Satuan analisis adalah mg/dl.

Mahasiswi adalah individu berjenis kelamin perempuan yang sedang menempuh suatu program studi di Institut Pertanian Bogor.

Gorengan adalah makanan yang diolah dengan metode deep frying yang dikelompokkan menjadi gorengan sebagai jajanan, makanan sepinggan dan lauk pauk.

Subjek adalah mahasiswi pengonsumsi gorengan yang telah memenuhi kriteria inklusi penelitian ini.

Sampel adalah plasma darah yang dianalisis kadar MDA dan profil lipidnya. Intervensi adalah memberikan perlakuan kepada subjek penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Individu Subjek

Subjek penelitian sebagian besar berasal dari program studi Gizi Masyarakat dengan persentase 72% (Tabel 2). Subjek sebagian besar (40%) berusia 19 tahun namun rata-rata subjek adalah berusia 20 tahun. Usia subjek termasuk ke dalam kelompok usia dewasa awal. Usia dewasa awal (early adulthood) berada pada usia 19-35 tahun (Greca et al. 1992). Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata pada usia antara kelompok (p>0.05; p=0.395).

Uang makan per bulan subjek memiliki rata-rata sebesar Rp734 000±249 466 (Tabel 3). Rata-rata uang makan per bulan tertinggi terdapat pada kelompok intervensi pepaya (Rp880 000±178 885) sedangkan rata-rata terendah terdapat pada kelompok intervensi jus tomat (Rp620 000±44 721). Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa uang makan per bulan antarkelompok tidak berbeda nyata (p>0.05; p=0.573). Hasil uji ANOVA dapat dilihat pada Lampiran 8.

Rata-rata berat badan subjek adalah 51.7±4.7 kg (Tabel 3). Rata-rata berat badan tertinggi terdapat pada kelompok intervensi teh tawar (55.6±5.0 kg) sedangkan rata-rata terendah terdapat pada kelompok kontrol (48.6±1.1 kg). Uji ANOVA memberikan hasil bahwa berat badan antarkelompok tidak berbeda nyata (p>0.05; p=0.06). Seluruh subjek memiliki tinggi badan rata-rata 155.4±5.6 cm. Rata-rata tinggi badan tertinggi terdapat pada kelompok intervensi teh tawar (160.2±4.4 cm) sedangkan rata-rata terendah terdapat pada kelompok intervensi

(26)

10

minuman cincau hijau (152.0±4.5 cm). Hasil uji ANOVA menunjukkan tidak terdapat perbedaan nyata pada tinggi badan antarkelompok (p>0.05; p=0.176).

Tabel 2 Sebaran subjek menurut departemen dan usia antarkelompok intervensi

Karakteristik

Kelompok Minuman

cincau hijau

Jus tomat Pepaya Teh tawar Kontrol Total

n % n % n % n % n % n % Departemen1 GM 3 60 4 80 5 100 4 80 2 40 18 72 IKK 1 20 0 0 0 0 1 20 0 0 2 8 MSP 1 20 1 20 0 0 0 0 0 0 2 8 FKH 0 0 0 0 0 0 0 0 1 20 1 4 IES 0 0 0 0 0 0 0 0 1 20 1 4 AGH 0 0 0 0 0 0 0 0 1 20 1 4 Total 5 100 5 100 5 100 5 100 5 100 25 100 Usia (tahun) 19 3 60 2 40 1 20 1 20 3 60 10 40 20 0 0 1 20 0 0 1 20 1 20 3 12 21 2 40 2 40 2 40 2 40 0 0 8 32 22 0 0 0 0 2 40 1 20 1 20 4 16 Total 5 100 5 100 5 100 5 100 5 100 25 100 Rata-rata 19.8±1.1a 20.0±1.0a 21.0±1.2a 20.6±1.1a 19.8±1.3a 20.2±1.2 1

GM: Gizi Masyarakat, IKK: Ilmu Keluarga dan Konsumen, MSP: Manajemen Sumberdaya Perairan, FKH: Fakultas Kedokteran Hewan, IES: Ilmu Ekonomi Syariah, AGH: Agronomi dan Holtikultura. aHuruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak terdapat perbedaan nyata (p>0.05).

Menurut WHO (2013), IMT merupakan indeks sederhana untuk berat badan terhadap tinggi badan yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan status gizi orang dewasa. Rata-rata IMT subjek adalah 21.4±1.5 kg/m2. Rata-rata IMT tertinggi terdapat pada kelompok intervensi minuman cincau hijau (22.3±1.2 kg/m2) sedangkan yang terendah terdapat pada kelompok kontrol (20.4±1.3 kg/m2). Uji ANOVA menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata pada IMT antarkelompok (p>0.05; p=0.205). Nilai IMT dapat digunakan sebagai salah satu penentu status gizi seseorang. Seluruh subjek dalam penelitian ini adalah wanita sehingga subjek dikatakan berstatus gizi normal apabila subjek memiliki IMT antara 18.5 kg/m2 sampai 25 kg/m2 (Depkes 2006). Seluruh subjek dalam setiap kelompok memiliki status gizi normal.

Tabel 3 Rata-rata uang makan, berat badan, tinggi badan dan IMT subjek tiap kelompok intervensi

Karakteristik

Kelompok Minuman

cincau hijau Jus tomat Pepaya Teh tawar Kontrol Total Uang makan per

bulan (Rp) 680 000± 460 435a 620 000± 44 721a 880 000± 178 885a 720 000± 164 317a 770 000± 228 035a 734 000± 249 466 Berat badan (kg) 51.5±4.9a 53.8±5.1a 48.9±3.0a 55.6±5.0a 48.6±1.1a 51.7±4.7 Tinggi badan (cm) 152.0±4.5a 156.2±4.3a 153.8±7.7a 160.2±4.4a 154.6±4.5a 155.4±5.6 IMT (kg/m2) 22.3±1.2a 22.1±1.9a 20.7±0.9a 21.7±1.8a 20.4±1.3a 21.4±1.5 a

(27)

11

Kandungan Gizi dan Aktivitas Antioksidan Pangan Intervensi

Berat pangan intervensi yang diberikan kepada subjek dalam satu kali pemberian pangan intervensi mengacu pada satu takaran saji pada DKBM sehingga ukuran pangan intervensi yang diberikan adalah menurut kebiasaan. Penelitian ini menggunakan jenis cincau Premna oblongifolia Merr. dan merupakan sejenis jelly yang terbuat dari daun tanaman cincau hijau. Cincau hijau yang digunakan dikonsumsi dalam bentuk minuman sehingga dalam penyajiannya menggunakan gula cair (gula merah dan gula pasir). Kandungan zat gizi berupa energi dan karbohidrat pada minuman cincau hijau sebagian besar berasal dari gula cair yang terdiri atas gula merah 3 g (11.42 Kal; 2.85 g) dan gula pasir 6 g (21.84 Kal; 5.64 g) dapat dilihat pada Tabel 4.

Jus tomat mengandung gula pasir karena intervensi dibuat menurut kebiasaan konsumsi jus di kalangan mahasiswi. Jus tomat memiliki kandungan energi tertinggi (101.30 Kal). Sebagian besar energi dan karbohidrat jus tomat berasal dari gula pasir yang digunakan sebanyak 20 gram (72.80 Kal; 18.8 g). Jus tomat mengandung vitamin A (171 RE) dan vitamin E (1.03 mg) yang lebih tinggi dibandingkan dengan pangan intervensi lain (Tabel 4).

Pepaya dalam penelitian ini menggunakan jenis Calina. Menurut Rahmadi (2003), pepaya Calina merupakan hasil pengembangan bibit pepaya lokal oleh ilmuwan Institut Pertanian Bogor. Pepaya mengandung Ca (23 mg), Fe (1.70 mg), dan vitamin C (78 mg) tertinggi dibandingkan dengan pangan intervensi yang lain (Tabel 4).

Komoditas teh dihasilkan dari pucuk daun tanaman teh (Camellia sinensis). Teh celup menjadi pilihan untuk menjadi bahan utama dalam pangan intervensi teh tawar karena jenis teh ini paling banyak dikonsumsi oleh mahasiswi (berdasarkan kuesioner FFQ). Teh celup termasuk ke dalam golongan teh hitam berdasarkan penilaian perubahan fisik dan kimia yang dijabarkan Hartoyo (2003). Teh hitam dibuat dengan memanfaatkan proses oksidasi enzimatis terhadap katekin teh. Konsumsi teh dalam penelitian ini tidak memakai gula karena mengikuti kebiasaan konsumsi teh pada masyarakat di Jawa Barat. Teh tawar hanya mengandung sedikit zat gizi (protein, lemak, karbohidrat, Ca, dan Fe) dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Kandungan zat gizi pangan intervensi per takaran saji Pangan intervensi

Zat gizi per takaran saji Energi (Kal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Ca (mg) Fe (mg) Vit. A (RE)a Vit. C (mg) Vit. E (mg) Minuman cincau hijau 51.42 0.91 0.15 12.44 17.75 0.60 0.00 2.58 0.00 Jus tomat 101.30 1.90 0.38 25.45 14.30 0.78 171.00 19.00 1.03 Pepaya 46.00 0.50 0.00 12.20 23.00 1.70 56.00 78.00 0.30 Teh tawar 2.53 0.37 0.01 1.30 13.77 0.23 0.00 0.00 0.00 a

RE: Retinol Equivalents.

Hasil uji aktivitas antioksidan yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan total minuman cincau hijau adalah 0.06 mg AEAC/100 g yang berarti 100 gram gel cincau hijau mampu mereduksi

(28)

12

radikal bebas DPPH yang setara dengan kemampuan vitamin C sebanyak 0.06 kali (Tabel 5). Satu takaran saji minuman cincau hijau memiliki aktivitas antoksidan 0.10 mg AEAC. Daun Premna oblongifolia Merr. memiliki kandungan klorofil tertinggi (1708.8 mg/kg) dibandingkan daun pegagan, katuk dan murbei (Nurdin et al. 2009). Antioksidan lain dalam cincau hijau adalah flavonoid dan vitamin A (Hatta 1995 dalam Djam’an 2008).

Jus tomat memiliki aktivitas antioksidan tertinggi yaitu 8.85 mg AEAC/100 g. Setiap kali pemberian jus tomat terdapat aktivitas antioksidan sebesar 16.82 mg AEAC (Tabel 5). Nilai aktivitas antioksidan ini lebih tinggi dibandingkan penelitian Damayanthi et al. (2010) yang memiliki nilai sebesar 1.87 mg AEAC/100 g. Jenis antioksidan tomat dari kandungan tertinggi hingga terendah adalah polifenol, likopen dan tokoferol total (Pinela et al. 2012).

Likopen merupakan senyawa karotenoid yang paling banyak terdapat pada tomat dan tersusun dari delapan unit isoprene. Isoprene tersebut adalah senyawa poliisoprenoid C40 yang mengandung 13 ikatan rangkap. Ikatan rangkap yang terkandung dalam tomat (11 ikatan rangkap terkonjugasi dan 2 non-terkonjugasi) membuat tomat bersifat antioksidan dan lebih efektif dibandingkan dengan jenis antioksidan lainnya seperti betakaroten, alfakaroten, dan alfatokoferol (Kohlmeier et al. 1997 dalam Ross et al. 2011). Likopen merupakan senyawa yang larut lemak sehingga lemak dapat meningkatkan penyerapan (Ross et al. 2011). Likopen memiliki kemampuan potensial untuk meredam oksigen tunggal dua kali lebih baik daripada betakaroten dan sepuluh kali lebih baik daripada alfa-tokoferol (Sanjiv dan Rao 2000). Likopen berperan melindungi sel darah putih dari kerusakan membran oleh radikal bebas (Shi dan LeMaguer 2000).

Pepaya memiliki aktivitas antioksidan 0.41 mg AEAC/100 g dan setiap kali pemberian pepaya terkandung aktivitas antioksidan sebesar 0.41 mg AEAC (Tabel 5). Antioksidan dalam pepaya adalah golongan vitamin (A, C, dan E) dan senyawa karotenoid (terutama betakaroten). Pepaya memiliki karoten lebih banyak (karoten total 2740 µm) dibandingkan dengan buah-buahan lain (apel dan jambu) yang berfungsi mencegah radikal bebas (Krishna et al. 2008).

Aktivitas antioksidan total teh tawar cukup tinggi yaitu 8.28 mg AEAC/100 g. Setiap kali pemberian teh celup terkandung aktivitas antioksidan sebesar 16.57 mg AEAC (Tabel 5). Teh hitam memiliki komponen terbesar theaflavin dan thearubigin yang merupakan produk oksidasi dari quinon dan flavol. Kandungan senyawa katekin (golongan flavonol) teh hitam seperti epicatechin (EC), epicatechin gallate (ECG), epigallocatechin (EGC), dan epigallocatechin gallate (EGCG) paling rendah dibandingkan dengan kandungan katekin pada teh hijau dan teh oolong. Katekin total pada teh hitam adalah 6.12% sedangkan teh hijau dan teh oolong adalah 45.98% dan 47.08% (Yang et al. 2001).

Tabel 5 Aktivitas antioksidan pangan intervensi

Pangan intervensi AEACa (mg/100 g) AEACa (mg/takaran saji)

Minuman cincau hijau 0.06 0.10

Jus tomat 8.85 16.82

Pepaya 0.41 0.41

Teh tawar 8.28 16.57

a

(29)

13

Konsumsi Gorengan

Frekuensi konsumsi gorengan subjek selama satu bulan sebelum intervensi menunjukkan bahwa subjek memiliki rata-rata konsumsi gorengan sebanyak tiga kali dalam sehari dengan frekuensi konsumsi tertinggi (4 kali/hari) pada kelompok intervensi pepaya (Tabel 6). Uji ANOVA menunjukkan tidak terdapat perbedaan nyata frekuensi konsumsi gorengan subjek di antara kelompok saat sebelum intervensi (p>0.05; p=0.194). Selama intervensi, subjek mengonsumsi gorengan sebanyak dua kali dalam sehari. Frekuensi konsumsi gorengan tertinggi (3 kali/hari) terdapat pada kelompok intervensi pepaya dan teh tawar. Tidak terdapat perbedaan nyata frekuensi konsumsi gorengan subjek di antara kelompok selama intervensi (p>0.05; p=0.089). Terdapat penurunan frekuensi rata-rata konsumsi gorengan subjek namun secara statistik tidak terdapat perubahan frekuensi konsumsi gorengan subjek antara sebelum dan selama intervensi (p>0.05). Hasil uji statistik dapat dilihat pada Lampiran 9.

Tabel 6 Frekuensi rata-rata konsumsi gorengan pada tiap kelompok (kali/hari)

Kelompok Minuman

cincau hijau Jus tomat Pepaya Teh tawar Kontrol Rata-rata Sebelum intervensi 2a1 2a1 4a1 3a1 2a1 3

Selama intervensi 2a1 2a1 3a1 3a1 2a1 2

a

Huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak terdapat perbedaan nyata antarkelompok (p>0.05). 1Angka yang sama dalam kolom yang sama menunjukkan tidak terdapat perbedaan nyata antara sebelum dan selama intervensi (p>0.05).

Saat sebelum dan selama intervensi, rata-rata kontribusi tertinggi konsumsi minyak terserap pada gorengan berasal dari gorengan sebagai makanan jajanan (11.8±9.7 g/hari). Penelitian Amalia dan Nurohmi (2012) menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi minyak terserap yang berasal dari jajanan gorengan (tahu, bakwan, tempe, risol dan sejenisnya) adalah 14.6 g dan menyumbang sekitar 63.2% terhadap konsumsi minyak penduduk Indonesia per kapita jika dibandingkan dengan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2011. Rata-rata total konsumsi minyak terserap dari gorengan baik saat sebelum maupun selama intervensi adalah 22.8±13.8 g/hari dan 16.1±7.0 g/hari (Tabel 7). Data Susenas (2012) menunjukkan bahwa konsumsi minyak goreng per kapita/hari adalah 25.6 g/hari (Gatti 2013). Konsumsi minyak goreng yang lebih rendah oleh subjek dalam penelitian ini karena minyak goreng yang dihitung adalah minyak goreng terserap yang berasal dari makanan yang digoreng dengan metode deep frying sehingga penggunaan minyak pada pengolahan pangan lain (seperti penumisan) tidak dihitung.

Uji ANOVA memberikan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan nyata total konsumsi minyak terserap dari gorengan di antara kelompok intervensi saat sebelum intervensi (p>0.05; p= 0.661) begitu pula selama intervensi berlangsung (p>0.05; p= 0.109). Selain itu, menurut uji T-Test tidak terdapat perbedaan nyata antara konsumsi minyak goreng terserap dari gorengan oleh subjek saat sebelum intervensi dengan selama intervensi pada tiap kelompok (p>0.05). Hasil uji statistik dapat dilihat pada Lampiran 9.

(30)

14

Tabel 7 Konsumsi rata-rata minyak terserap dari gorengan pada tiap kelompok (g/hari)

Minyak terserap pada jenis gorenganb

Kelompok Minuman

cincau hijau Jus tomat Pepaya Teh tawar Kontrol Rata-rata Sebelum intervensi Jajanan 9.7±12.1 13.1±9.3 16.8±14.4 13.3±4.7 6.3±4.6 11.8±9.7 Sepinggan 5.0±4.2 3.0±3.6 3.9±3.9 2.8±1.9 3.7±3.9 3.7±3.4 Lauk Pauk 6.5±6.9 10.7±10.2 10.9±4.9 5.0±3.8 11.7±11.1 9.0±7.7 Total 21.3±16.3a118.6±13.0a131.5±18.8a1 21.1±4.1a1 21.7±14.7a1 22.8±13.8 Selama intervensi Jajanan 7.3±3.4 6.1±2.3 11.6±7.6 5.4±3.5 8.2±3.5 7.7±4.6 Sepinggan 1.8±1.8 1.5±1.4 2.0±1.9 3.3±4.2 0.9±1.3 1.9±2.3 Lauk Pauk 5.6±4.1 4.2±3.3 9.6±3.7 7.0±2.2 6.1±2.8 6.5±3.5 Total 14.6±2.5a1 11.8±4.8a123.1±11.7a1 15.7±4.9a1 15.2±3.6a1 16.1±7.0 a

Huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak terdapat perbedaan nyata antarkelompok (p>0.05). 1Angka yang sama dalam kolom yang sama menunjukkan tidak terdapat perbedaan nyata antara sebelum dan selama intervensi (p>0.05). bMinyak terserap pada gorengan sebagai makanan jajanan, sepinggan dan lauk pauk.

Konsumsi Makanan

Menurut rata-rata kelompok, asupan energi subjek tertinggi terdapat pada kelompok intervensi jus tomat (1839.5±340.3 Kal), sedangkan asupan terendah terdapat pada kelompok intervensi teh tawar (1552.0±264.8 Kal) yang dapat dilihat pada Tabel 8. Asupan energi rata-rata yang lebih tinggi pada kelompok intervensi jus tomat dibandingkan dengan kelompok lain disebabkan kontribusi energi dalam pangan intervensi jus tomat lebih tinggi dibandingkan dengan pangan intervensi yang lain (101.3 Kal/takaran saji). Perbedaan rata-rata asupan energi antarkelompok tidak berbeda nyata menurut uji ANOVA (p>0.05; p=0.616). Kelompok intervensi jus tomat memiliki asupan protein tertinggi (49.5±5.7 g), sedangkan kelompok kontrol memiliki asupan terendah (38.2±12.3 g), namun rata-rata asupan protein tidak berbeda nyata antarkelompok (p>0.05; p=0.159). Hasil uji statistik dapat dilihat pada Lampiran 10.

Kelompok intervensi minuman cincau hijau memiliki asupan Ca tertinggi (460.0±344.1 mg) yang sebagian besar dikontribusikan dari agar-agar dan kopi. Asupan Ca terendah terdapat pada kelompok intervensi teh tawar (292.1±120.5 mg). Hasil uji ANOVA menunjukkan tidak terdapat perbedaan nyata asupan Ca antarkelompok (p>0.05; p=0.554).

Asupan rata-rata Fe dan vitamin A tertinggi terdapat pada kelompok intervensi jus tomat (20.3±11.0 mg dan 1117.6±216.9 RE). Kontribusi Fe yang lebih tinggi disebabkan asupan hati ayam oleh beberapa subjek selama intervensi. Rata-rata asupan vitamin A kelompok intervensi jus tomat tertinggi karena adanya kontribusi vitamin A dari jus tomat. Rata-rata asupan Fe terendah terdapat pada kelompok kontrol (10.2±3.0 mg) sedangkan rata-rata asupan vitamin A terendah terdapat pada kelompok intervensi minuman cincau hijau (566.7±209.4 RE). Meskipun demikian, uji ANOVA menunjukkan tidak terdapat perbedaan nyata pada asupan Fe dan vitamin A antarkelompok (p>0.05; p=0.137 dan p=0.154).

(31)

15 Asupan vitamin C tertinggi terdapat pada kelompok intervensi pepaya (102.6±13.2 mg). Asupan terendah terdapat pada kelompok intervensi teh tawar (21.5±22.6 mg). Uji ANOVA menunjukkan tidak terdapat perbedaan nyata asupan vitamin C antarkelompok (p>0.05; p= 0.536).

Asupan vitamin E tertinggi terdapat pada kelompok intervensi jus tomat (4.9±2.6 mg) karena terdapat subjek yang mengonsumsi almond dalam dietnya dan juga terdapat kontribusi dari jus tomat. Kandungan vitamin E dalam almond adalah 23.8 mg/100 gram kacang almond yang dipanggang berdasarkan database USDA. Kelompok dengan asupan vitamin E terendah adalah minuman cincau hijau (1.4±0.6 mg). Uji ANOVA menunjukkan terdapat perbedaan nyata asupan vitamin E diantara lima kelompok (p<0.05; p=0.008). Uji lanjut Duncan menunjukkan kelompok intervensi jus tomat memiliki rata-rata vitamin E yang berbeda dengan kelompok lainnya. Sebesar 50% dari rata-rata konsumsi vitamin E pada kelompok intervensi jus tomat berasal dari jus tomat (2.05 mg).

Tabel 8 Asupan zat gizi subjek (dengan intervensi) per kelompok perlakuan

Zat gizi

Kelompok Minuman

cincau hijau Jus tomat Pepaya Teh tawar Kontrol

Energi (Kal) 1600.9±317.9a 1839.5±340.3a 1698.3±259.0a 1552.0±264.8a 1569.7±411.5a Protein (g) 39.0±4.5a 49.48±5.7a 44.3±9.1a 40.0±3.4a 38.2±12.3a Ca (mg) 460.0±344.1a 397.2±118.5a 451.1±217.8a 292.1±120.5a 296.3±138.2a Fe (mg) 12.3±6.5a 20.3±11.0a 14.0±4.7a 10.9±3.6a 10.2±3.0a Vit. A (RE) 566.7±209.4a 1117.6±216.9a 848.5±226.8a 738.6±304.2a 796.8±547.0a Vit. C (mg) - pangan intervensi1 54.3±69.9a 43.8±12.6a 24.6±13.2a 21.5±22.6a 30.2±16.3a + pangan intervensi1 56.9±69.9ab 62.8±12.6ab 102.6±13.2b 21.5±22.6a 30.2±16.3a Vit. E (mg) 1.4±0.6a 4.9±2.6b 2.9±0.8a 1.9±0.4a 2.2±1.4a ab

Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan terdapat perbedaan nyata. 1Perhitungan zat gizi: tanpa pangan intervensi (-); dengan pangan intervensi (+).

Sebagian besar tingkat kecukupan energi (32%) subjek berada pada kategori defisit berat sedangkan tingkat kecukupan protein (36%) berada pada kategori defisit sedang. Sebagian kecil subjek (12%) memiliki tingkat kecukupan energi dan protein kategori defisit ringan (Tabel 9). Subjek memiliki tingkat kecukupan energi dan protein kategori defisit berat dan sedang karena subjek hanya mengonsumsi makanan sepinggan satu atau dua kali dalam sehari dan tidak disertai dengan selingan. Tidak terdapat perbedaan nyata pada tingkat kecukupan energi dan protein di antara kelompok (p>0.05; p=0.487 dan p=0.261). Hasil uji statistik terdapat pada Lampiran 11.

Tingkat kecukupan zat gizi mikro yaitu Ca, Fe dan vitamin E pada sebagian besar subjek berada pada kategori kurang. Kekurangan zat gizi Ca pada subjek penelitian disebabkan konsumsi yang rendah pada pangan sumber kalsium seperti susu dan produk olahannya (Almatsier 2009). Subjek yang tidak mengonsumsi susu minimal 1 gelas setiap hari dan juga tidak diimbangi dengan asupan kalsium dari sumber lain seperti produk olahan susu ataupun sumber hewani yang dikonsumsi dengan tulangnya. Asupan Fe yang kurang pada subjek disebabkan kurangnya jumlah konsumsi pangan hewani (daging, ayam, dan ikan).

(32)

16

Defisiensi vitamin E subjek disebabkan oleh konsumsi biji-bijian yang sedikit. Hasil uji ANOVA menunjukkan terdapat perbedaan nyata pada tingkat kecukupan vitamin E (p<0.05; p=0.008), namun tidak terdapat perbedaan pada tingkat kecukupan Ca dan Fe (p>0.05; p=0.554 dan p=0.137). Uji lanjut Duncan menunjukkan kelompok intervensi jus tomat memiliki tingkat kecukupan vitamin E paling berbeda dibandingkan dengan keempat kelompok lainnya.

Sebagian besar subjek memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan C yang cukup. Asupan vitamin A subjek sebagian besar berasal dari minyak kelapa sawit dan sayuran (sawi dan wortel). Minyak kelapa sawit secara tidak langsung dikonsumsi subjek melalui gorengan. Hasil penelitian Martianto et al. (2009) menunjukkan bahwa pengulangan penggorengan pada minyak goreng curah dapat menurunkan retensi vitamin A yaitu penggorengan pertama 81%-94%, penggorengan kedua 64%-77%, dan penggorengan ketiga 51-63%, namun dalam penelitian ini, peneliti mengasumsikan bahwa minyak kelapa sawit yang digunakan dalam gorengan merupakan minyak kelapa sawit yang masih berkualitas baik karena data kandungan zat gizi diperoleh melalui DKBM. Tingkat kecukupan vitamin C pada kelompok intervensi pepaya paling berbeda dengan kelompok kontrol, namun tidak terdapat perbedaan nyata di antara lima kelompok pada tingkat kecukupan vitamin A.

Tabel 9 Tingkat kecukupan gizi subjek (dengan intervensi) per kelompok perlakuan

Kategori

Kelompok Minuman

cincau hijau Jus tomat Pepaya Teh tawar Kontrol Total

n % n % n % n % n % n % Energi Defisit berat 2 40 1 20 1 20 2 40 2 40 8 32 Defisit sedang 1 20 1 20 1 20 3 60 1 20 7 28 Defisit ringan 1 20 1 20 1 20 0 0 0 0 3 12 Normal 1 20 2 40 2 40 0 0 2 40 7 28 Di atas kebutuhan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Total 5 100 5 100 5 100 5 100 5 100 25 100 Rata-rata (%) 74.6±13.1a 83.6±21.5a 83.6±13.5a 67.1±10.4a 77.6±20.5a 77.3±16.2 Protein Defisit berat 1 20 0 0 1 20 2 40 2 40 6 24 Defisit sedang 3 60 1 20 1 20 3 60 1 20 9 36 Defisit ringan 1 20 2 40 0 0 0 0 0 0 3 12 Normal 0 0 2 40 3 60 0 0 2 40 7 28 Di atas kebutuhan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Total 5 100 5 100 5 100 5 100 5 100 25 100 Rata-rata (%) 73.8±12.0a 89.3±13.4a 87.5±18.4a 69.8±8.0a 75.8±24.1a 79.2±16.7 Ca Cukup 1 20 0 0 0 0 0 0 0 0 1 4 Kurang 4 80 5 100 5 100 5 100 5 100 24 96 Total 5 100 5 100 5 100 5 100 5 100 25 100 Rata-rata (%) 41.8±31.3a 36.1±10.8a 41.0±19.8a 26.6±11.0a 26.9±12.6a 34.5±18.4 Fe Cukup 1 20 2 40 1 20 0 0 0 0 4 16 Kurang 4 80 3 60 4 80 5 100 5 100 21 84

(33)

17

Kategori

Kelompok Minuman

cincau hijau Jus tomat Pepaya Teh tawar Kontrol Total

n % n % n % n % n % n % Total 5 100 5 100 5 100 5 100 5 100 25 100 Rata-rata (%) 47.2±25.0a 78.0±42.3a 53.7±18.0a 42.1±13.8a 39.0±11.5a 52.0±26.7 Vit.A Cukup 5 100 5 100 5 100 5 100 4 80 24 96 Kurang 0 0 0 0 0 0 0 0 1 20 1 4 Total 5 100 5 100 5 100 5 100 5 100 25 100 Rata-rata (%) 113.3±41.9a 223.5±43.4a 169.7±45.4a 147.7±60.8a 159.4±109.4a 162.7±70.0 Vit. C Cukup 2 40 5 100 5 100 1 20 1 20 14 56 Kurang 3 60 0 0 0 0 4 80 4 80 11 44 Total 5 100 5 100 5 100 5 100 5 100 25 100 Rata-rata (%) 75.9±93.2ab 83.7±16.8ab 136.8±17.6b 28.7±30.1a 40.3±21.7a 73.1±57.3 Vit.E Cukup 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang 5 100 5 100 5 100 5 100 5 100 25 100 Total 5 100 5 100 5 100 5 100 5 100 25 100 Rata-rata (%) 9.6±4.0a 32.9±17.7b 19.2±5.6a 12.3±2.5a 14.5±9.2a 17.7±12.1 ab

Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (p<0.05)

Malondialdehid (MDA)

Peroksida lipid merupakan kerusakan oksidatif dari lipid tidak jenuh ganda yang melibatkan reactive oxygen species (ROS) dan ion logam transisi. Peroksida lipid adalah mekanisme kerusakan sel molekular yang dapat memunculkan berbagai produk sitotoksik yaitu aldehida seperti malondialdehid (MDA) dan 4-hydroxynonrnal (HNE). Keadaan tersebut akan menyebabkan stres oksidatif bila tidak diimbangi dengan kadar antioksidan yang cukup dalam tubuh (Hogg et al. 1961; Cao et al. 1966 dalam Shalaby dan Shanab 2013). Dengan demikian, malondialdehid merupakan produk peroksidasi lipid yang menjadi respon adanya kerusakan seluler oksidatif dan menjadi penanda stres oksidatif.

Menurut Amirkhizi et al. (2007), kadar normal MDA plasma wanita sehat 20-45 tahun dengan IMT normal (19-25 kg/m2) adalah <1.4±0.3 µmol/L. Rata-rata kadar MDA pre-intervensi subjek adalah di atas normal. Hal tersebut diduga karena subjek memiliki kebiasaan mengonsumsi gorengan. Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata kadar MDA plasma antarkelompok saat pre-intervensi (p>0.05; p=0.800), sedangkan saat post-intervensi menunjukkan hasil berbeda nyata (p<0.05; p=0.006). Perbedaan tersebut diduga disebabkan adanya perlakuan yang berbeda pada tiap kelompok dalam penelitian ini.

Keempat kelompok dengan intervensi menunjukkan penurunan kadar MDA darah saat post-intervensi. Kelompok kontrol menunjukkan peningkatan kadar MDA plasma (Gambar 1). Hasil uji T pada kadar MDA darah pre-intervensi dengan post-intervensi yang dilakukan pada masing-masing kelompok menunjukkan bahwa kelompok intervensi minuman cincau hijau dan jus tomat

(34)

18

memiliki kadar MDA darah

MDA darah pre-intervensi (p<0.05; p=0.026 dan p=0.045). Hasil uji statisti dapat dilihat pada Lampiran 18

Penurunan kadar MDA sesuai dengan penelitian Bub

dewasa sehat dan diintervensi selama 2 minggu dengan pemberian 330 ml jus/hari, namun penurunan MDA dalam pen

MDA post-intervensi akibat konsumsi minuman cincau hijau dalam penelitian ini didukung oleh hasil penelitian

oblongifolia Merr. dapat meningkatkan kapasitas antioksidan limfosi

dapat menangkal radikal bebas karena adanya sel tumor yang ditransplantasikan. Tidak terdapatnya perubahan secara

intervensi dibandingkan pre-intervensi pada kelompok tawar disebabkan konsumsi gorengan pada

lebih tinggi. Selain itu, aktivitas antioksidan dalam jenis pepaya yang digunakan dalam penelitian ini tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan

yang lain.

Penelitian O’Reilly et a

hitam (3.3 g dalam 300 ml air) selama 14 hari pada dewasa sehat mengakibatkan penurunan MDA-LDL autoantibody titer

plasma merupakan salah satu penanda terjadinya peroksida lipid dalam tubuh namun penurunan tersebut tidak signifikan. Studi Rietveld dan Wiseman (2003) juga menunjukkan terdapat kecenderungan penurunan peroksidasi lipid secara in vivo akibat konsumsi teh namun penurunan tersebut

statistik.

Keterangan: abcHuruf yang berbeda

perbedaan nyata antarkelompok perlakuan (p<0.05). satu kelompok menunjukkan perbedaan nyata antara Gambar 1 Rata-rata dan selisih

Perhitungan selisih kadar MDA dimaksudkan untuk melihat pola MDA pada keadaan post-intervensi

ANOVA memberikan hasil bahwa terdapat perbedaan nyata pada selisih (delta) kadar MDA plasma antarkelompok (p<0.05; p=0.026). Tanda

kelompok kontrol berarti peningkatan kadar MDA dengan pre-intervensi (Gambar 1

perbedaan kadar MDA yang nyata dibandingkan dengan kelompok kontrol sedangkan kelompok intervensi pepaya, teh tawar dan jus tomat menunjukkan

0 2 Minuman cincau hijau Jus tomat 1.981a 1.202a K a d ar M D A m o l/ L ) Pre

post-intervensi yang berbeda nyata dengan kadar (p<0.05; p=0.026 dan p=0.045). Hasil uji statisti 18.

runan kadar MDA post-intervensi pada kelompok intervensi jus tomat Bub et al. (2000) yang dilakukan pada subjek laki dewasa sehat dan diintervensi selama 2 minggu dengan pemberian 330 ml jus/hari, namun penurunan MDA dalam penelitian ini lebih tinggi. Penurunan intervensi akibat konsumsi minuman cincau hijau dalam penelitian ini hasil penelitian Setiawati (2003) bahwa pemberian teh Premna

dapat meningkatkan kapasitas antioksidan limfosit mencit dapat menangkal radikal bebas karena adanya sel tumor yang ditransplantasikan.

Tidak terdapatnya perubahan secara nyata kadar MDA plasma post intervensi pada kelompok intervensi pepaya dan teh tawar disebabkan konsumsi gorengan pada subjek di kelompok intervensi pepaya aktivitas antioksidan dalam jenis pepaya yang digunakan dalam penelitian ini tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan pangan intervensi

et al. (2001) memberikan hasil bahwa intervensi teh dalam 300 ml air) selama 14 hari pada dewasa sehat mengakibatkan autoantibody titer plasma. MDA-LDL autoantibody titer

satu penanda terjadinya peroksida lipid dalam tubuh namun penurunan tersebut tidak signifikan. Studi Rietveld dan Wiseman (2003) menunjukkan terdapat kecenderungan penurunan peroksidasi lipid secara in vivo akibat konsumsi teh namun penurunan tersebut tidak signifikan secara

Huruf yang berbeda pada kelompok yang berbeda dalam satu waktu menunjukkan perbedaan nyata antarkelompok perlakuan (p<0.05). 12Angka yang berbeda

menunjukkan perbedaan nyata antara pre dan post-intervensi (p<0.05). dan selisih kadar MDA darah subjek antarkelompok (µmol/L) Perhitungan selisih kadar MDA dimaksudkan untuk melihat pola MDA

intervensi yang dibandingkan dengan pre-intervensi. Uji ANOVA memberikan hasil bahwa terdapat perbedaan nyata pada selisih (delta) kadar MDA plasma antarkelompok (p<0.05; p=0.026). Tanda positif kelompok kontrol berarti peningkatan kadar MDA post-intervensi dibandingkan

(Gambar 1). Intervensi minuman cincau hijau memiliki perbedaan kadar MDA yang nyata dibandingkan dengan kelompok kontrol sedangkan kelompok intervensi pepaya, teh tawar dan jus tomat menunjukkan

Jus tomat Pepaya Teh tawar Kontrol 1.891a 1.791a 1.901a 1.821a

2a 1.452ab 1.741bc 1.741bc 1.861c

Kelompok

Pre-intervensi Post-intervensi

intervensi yang berbeda nyata dengan kadar (p<0.05; p=0.026 dan p=0.045). Hasil uji statistik jus tomat laki-laki dewasa sehat dan diintervensi selama 2 minggu dengan pemberian 330 ml elitian ini lebih tinggi. Penurunan intervensi akibat konsumsi minuman cincau hijau dalam penelitian ini Premna mencit yang dapat menangkal radikal bebas karena adanya sel tumor yang ditransplantasikan.

kadar MDA plasma post-pepaya dan teh di kelompok intervensi pepaya aktivitas antioksidan dalam jenis pepaya yang digunakan pangan intervensi a intervensi teh dalam 300 ml air) selama 14 hari pada dewasa sehat mengakibatkan autoantibody titer satu penanda terjadinya peroksida lipid dalam tubuh namun penurunan tersebut tidak signifikan. Studi Rietveld dan Wiseman (2003) menunjukkan terdapat kecenderungan penurunan peroksidasi lipid secara in tidak signifikan secara

menunjukkan Angka yang berbeda dalam intervensi (p<0.05).

(µmol/L) Perhitungan selisih kadar MDA dimaksudkan untuk melihat pola MDA intervensi. Uji ANOVA memberikan hasil bahwa terdapat perbedaan nyata pada selisih (delta) pada intervensi dibandingkan . Intervensi minuman cincau hijau memiliki perbedaan kadar MDA yang nyata dibandingkan dengan kelompok kontrol sedangkan kelompok intervensi pepaya, teh tawar dan jus tomat menunjukkan

(35)

19 tidak terdapat perbedaan nyata dengan kelompok kontrol berdasarkan uji lanjut Duncan. Penurunan MDA post-intervensi pada kelompok jus tomat tidak berbeda nyata dengan kelompok intervensi pepaya dan teh tawar diduga disebabkan oleh jumlah subjek yang minimal, sama seperti hasil penelitian oleh Briviba et al. (2004).

Profil Lipid

Klasifikasi lipid berdasarkan fungsi biologik di dalam tubuh terbagi atas (1) lemak simpanan terutama terdiri atas trigliserida dan (2) lemak struktural terutama terdiri atas fosfolipid dan kolesterol (Almatsier 2009). Profil lipid yang diamati dalam penelitian ini adalah trigliserida, kolesterol total, kolesterol HDL dan kolesterol LDL yang terdapat dalam plasma darah.

Trigliserida

Komponen trigliserida terdiri atas satu molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak (Gambar 2). Trigliserida terbentuk dari reaksi kondensasi antara satu atom hidrogen (H) dari gliserol dengan satu gugus hidroksil (OH) dari sebuah molekul asam lemak (Whitney dan Rolfes 2008). Trigliserida dalam plasma berasal dari lipid yang diperoleh dari makanan atau dibuat di dalam tubuh dari sumber energi lain seperti karbohidrat (Welson 2006).

Gambar 2 Struktur trigliserida

Penelitian ini memberikan hasil bahwa nilai rata-rata kadar trigliserida pre-intervensi tertinggi terdapat pada kelompok intervensi pepaya (98.40±18.50 mg/dl) sedangkan terendah terdapat pada kelompok intervensi teh tawar (78.35±19.79 mg/dl). Nilai rata-rata kadar trigliserida seluruh kelompok berada pada kategori normal yaitu <200 mg/dl (Gambar 3). Hasil uji ANOVA menunjukkan tidak terdapat perbedaan kadar trigliserida pre-intervensi antara kelima kelompok (p>0.05; p=0.262).

Nilai rata-rata kadar trigliserida post-intervensi tertinggi terdapat pada kelompok intervensi teh tawar (115.15±52.12 mg/dl) sedangkan terendah terdapat pada kelompok intervensi jus tomat (89.15±12.79 mg/dl). Nilai rata-rata kadar trigliserida tiap kelompok berada pada kategori normal (Gambar 3). Uji ANOVA memberikan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan pada kadar trigliserida post-intervensi antarkelompok (p>0.05; p=0.717). Hasil uji statistik dapat dilihat pada Lampiran 19.

Terdapat perubahan kadar trigliserida antara keadaan pre dan post-intervensi namun menurut uji T perubahan tersebut tidak signifikan, sehingga dapat dikatakan tidak terjadi peningkatan maupun penurunan kadar trigliserida pada keadaan pre dan post-intervensi untuk tiap kelompok (p>0.05). Tidak

Gambar

Tabel 1 Kategori tingkat kecukupan energi, protein, vitamin dan mineral
Tabel 2 Sebaran subjek menurut departemen dan usia antarkelompok intervensi  Karakteristik
Tabel  7  Konsumsi  rata-rata  minyak  terserap  dari  gorengan  pada  tiap  kelompok  (g/hari)
Tabel  9  Tingkat  kecukupan  gizi  subjek  (dengan  intervensi)  per  kelompok  perlakuan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Indonesia merupakan sebuah Negara yang memiliki beranekaragam suku dan budaya. Kebudayaan di indonesia sangat di junjung tinggi karena merupakan sebuah

3) Menilai lokasi penelitian, melihat bagaimana kondisi lapangan yang di gunakan untuk penelitian dan menyiapkan format pertanyaan wawancara yang akan di ajukan

Dalam bukunya, Ibnu Khaldun juga mengemukakan tentang sistem pemerintahan, dan dijelaskan seperti apa pemerintahan itu dibentuk dan pejabat apa saja yang harus diangkat

Penulis berharap aplikasi enkripsi dan dekripsi data file pada ponsel berbasis Android menggunakan algoritma serpent dapat membantu pengguna dalam menjaga keamanan

Pulau kenanga atau pulau Cemeti ini adalah sebuah bangunan tinggi/ yang berfungsi sebagai tempat untuk beristirahat/ dan tempat untuk mengintai apabila musuh datang// Sumur

[r]

As hypothesized, in this study, the Mass-media Delivered Uncontrollable Communication (MUC) was found to have a significant role towards the brand attitude development.. of so many

3. Standar memberikan informasi dasar tentang technologi know-how  yang dikembangkan oleh industri maju, terutama dikaitkan dengan keputusan investasi dan penggunaan sumberdaya