• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LOCUS OF CONTROL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH LOCUS OF CONTROL"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LOCUS OF CONTROL, RELATIVISM, KOMITMEN ORGANISASI, KINERJA DAN TURNOVER INTENTION TERHADAP

DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOR

(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Jawa Tengah) Oleh :

Novida Dwi Rachmawati Ardiani Ika Sulistyawati

Fakultas Ekonomi Universitas Semarang ABSTRAKSI

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris dan menganalisa variabel locus of control, relativism, komitmen organisasional, kinerja, dan turnover intention yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi penerimaan auditor terhadap perilaku disfungsional. Dalam penelitian ini menggunakan populasi responden auditor yang bekerja pada kantor akuntan publik di Jawa Tengah pada tahun 2010. Sedangkan Penentuan sampel dilakukan untuk tiap kota berdasarkan kemudahan (convenience sampling). Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah equation modeling (SEM). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kelima variabel yang diteliti yaitu locus of control, relativism, komitmen organisasional, kinerja dan turnover intention secara langsung dan tidak langsung berpengaruh signifikan terhadap penerimaan dysfunctional audit behavior.

Kata Kunci : dysfunctional audit behavior, locus of control, relativism, komitmen organisasional, kinerja, turnover intention

ABSTRACT

The goal of this research is to empirically examine and analyze the variables locus of control, relativism, organizational commitment, performance, and turnover intention that directly or indirectly influence the auditor of dysfunctional behavior. In this study using a population of respondents auditors who work in public accounting firms in Central Java in 2010. While the determination of the sample conducted for each city based on convenience (convenience sampling). The analytical tool used in this study is equation modeling (SEM). Based on research results indicate that the five variables studied were locus of control, relativism, organizational commitment, performance and turnover intention directly and indirectly have a significant effect on the acceptance of audit dysfunctional behavior.

Keywords : audit dysfunctional behavior, locus of control, relativism, organizational commitment, performance, turnover intention

(2)

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pelanggaran yang dilakukan para akuntan dan para auditor pada dasarnya terjadi dalam penyalahgunaan ataupun penyelewengan fungsi (dysfunctional) dan pelanggaran kode etik profesi. Auditor dituntut dapat melaksanakan pekerjaannya secara profesional sehingga laporan audit yang dihasilkan akan berkualitas. Kualitas pekerjaan auditor berhubungan dengan kualitas keahlian, ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan, kecukupan bukti pemeriksaan, dan sikap independensinya terhadap klien (Christina, 2003 dalam Maryanti, 2005).

Robbins (1996) dalam Utaminingsih (2004) menyebutkan bahwa kemerosotan etika moral diduga karena nilai-nilai personil yang dimiliki tidak sesuai dengan nilai-nilai etis. Pokok persolan etis yang besar dan umum dihadapi auditor berdasarkan hasil penelitian (Leung dan Cooper, 2005 dalam Srimindarti, 2010) mengemukakan menyangkut persoalan tentang konflik kepentingan (Conflict Of Interest), usul para klien untuk memanipulasi laporan keuangan dan usul para klien untuk menghindarkan pajak. Pokok-pokok persoalan ini dapat dianalogikan sebagai kecenderungan perilaku disfungsional. Setiap profesi – terutama yang memberikan jasanya pada masyarakat- memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus dan setiap profesianya diharapkan mempunyai kualitas pribadi tertentu (Fatt, 1995 dalam Srimindarti, 2010).

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang masalah, maka permasalahan dapat dirumuskan dalam bentuk pernyataan sebagai berikut :

1. Apakah locus of control, relativism, kinerja, dan turnover intentions berpengaruh secara langsung terhadap dysfunctional audit behavior.

2. Apakah locus of control, relativism, komitmen organisasional, kinerja, dan turnover intentions berpengaruh secara tidak langsung terhadap dysfunctional audit behavior.

(3)

TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Contingency Theory

Otley (1980) yang dikutip oleh Silaban (2009) menekankan bahwa desain sistem pengendalian dan perencanaan adalah keadaan khusus; tidak ada ketentuan umum mengenai apa yang seharusnya dilakukan dalam situsi khusus; ada ketidakpastian atau kontinjensi (Contingency) dari aktivitas dan teknik membangun sistem pengendalian dan sistem perencanaan. Perilaku audit disfungsional terjadi sebagai akibat dari reaksi lingkungan seperti system pengendalian (control system), gaya kepegawaian (super vissory style) yang kaku dan tekanan (pressure) serta akibat dari ketidakpuasan, ketidakadilan organissional, promosi dan ada tidaknya reward (Donnelly et al, 2003 dalam Sitanggang, 2007).

Pengaruh Langsung Dengan Perilaku Disfungsional

Hubungan Locus of Control dan Penerimaan Auditor atas Dysfunctional Audit Behavior

Locus of control mempengaruhi penerimaan perilaku disfungsional audit maupun perilaku disfungsional audit secara aktual, kepuasan kerja, komitmen organisasional dan turnover intention (Reed et al., 1994 dalam Maryanti, 2005). Rotter (1966) dalam Donnelly et al. (2003) menyarankan individu untuk mengembangkan sebuah ekspektasi umum berhubungan dengan apakah kesuksesan mengatasi situasi yang terjadi tergantung dari perilaku individu atau ditentukan oleh faktor luar. Teori locus of control menggolongkan individu apakah termasuk dalam locus internal atau eksternal. Mereka yang yakin dapat mengendalikan tujuan mereka dikatakan memiliki internal locus of control, sedangkan yang memandang hidup mereka dikendalikan oleh kekuatan pihak luar disebut memiliki external locus of control (Robbins, 1996 dalam Ardiansah, 2003) dan berusaha memecahkan masalah dengan keyakinan mereka yang tinggi. Sebaliknya individu dengan locus of control eksternal lebih mudah merasa terancam dan tidak berdaya. Dalam konteks auditing, manipulasi atau kecurangan akan muncul dalam bentuk perilaku disfungsional. Perilaku tersebut dilakukan oleh auditor untuk memanipulasi proses audit dalam rangka meraih target kinerja

(4)

individu auditor. Menurutnya kualitas audit yang diakibatkan perilaku tersebut dipandang auditor sebagai pengorbanan seperlunya agar dapat bertahan dalam lingkungan audit.

H1 : Locus of control memiliki pengaruh signifikan terhadap penerimaan

dysfunctional audit behavior

Hubungan Relativism dan Penerimaan Auditor atas Dysfunctional Audit Behavior

Leung dan Cooper (2005) dalam Sitanggang (2007) menyebutkan bahwa pokok-pokok persoalan etis yang besar dan umum dihadapi, adalah konflik kepentingan (Conflict of Interest), usul para klien untuk memanipulasi laporan keuangan dan usul para klien untuk menghindarkan pajak. Pokok-pokok persoalan ini dapat diidentikkan sebagai implementasi dari perilaku non etis auditor didalam hal perilaku Prematur Sign-Off, Altering Replaceement Of Audit Procedures dan Gathering non Sufficient. Samsul Ulum (2005) menjelaskan bahwa apabila auditor bersifat relativis, maka dia akan menolak prinsip yang bersifat universal (prinsip-prinsip audit berkualitas), sehingga dia cenderung melakukan Prematur Sign-Off Audit Procedure. Leung dan Cooper (2006) dalam Sitanggang (2007) menjelaskan perilaku etis dipengaruhi oleh orientasi etis individu. Jadi diharapkan semakin tinggi sifat relativisme auditor, maka semakin tinggi terjadinya Prematur Sign-Off Audit Procedures.

H2 : Relativism memiliki pengaruh signifikan terhadap penerimaan

dysfunctional audit behavior

Hubungan Kinerja dan Penerimaan Auditor atas Dysfunctional Audit Behavior

Performance atau kinerja merupakan hasil dari perilaku anggota organisasi, dimana tujuan aktual yang dicapai adalah dengan adanya perilaku. Menurut Lee (2000) dalam Indri dan Provita (2007) bahwa orang akan menyukai pekerjaan mereka jika mereka termotivasi untuk pekerjaan itu, dan secara psikologis bahwa pekerjaan yang dilakukan adalah berarti, ada rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan yang dilakukan dan pengetahuan mereka tentang hasil pekerjaan akan meningkatkan motivasi, kepuasan dan kinerja. Terdapat dukungan teoritis bahwa perilaku disfungsional lebih mungkin terjadi pada situasi ketika

(5)

persepsi pribadi (self-perception) individu atas kinerjanya rendah. Gable dan Dangello (1994) dalam Donnelly et al. (2003) menyatakan bahwa perilaku disfungsional terjadi pada situasi ketika individu merasa dirinya kurang mampu mencapai hasil yang diharapkan melalui usahanya sendiri. Oleh karena itu, auditor yang memiliki persepsi rendah atas kinerjanya diperkirakan menunjukan penerimaan atas perilaku disfungsional yang lebih tinggi.

H3 : Kinerja memiliki pengaruh signifikan terhadap penerimaan

dysfunctional audit behavior

Hubungan Turnover Intentions dan Penerimaan Auditor Atas Dysfunctional Audit Behavior

Turnover intentions mengacu pada niat karyawan untuk mencari alternatif pekerjaan lain dan belum terwujud dalam bentuk perilaku nyata (Pasewark dan Strawser, 1996 dalam Ardiansah 2003). Tinggi rendahnya turnover karyawan pada organisasi berakibat secara langsung pada biaya perekrutan, seleksi, dan pelatihan yang harus ditanggung organisasi (Mercer, 1988 dalam Sitanggang, 2007). Dampak positif turnover adalah jika menimbulkan kesempatan untuk menggantikan individu yang kinerjanya tidak optimal dengan individu yang berketrampilan dan bermotivasi tinggi (Dalton dan Todor, 1981 dalam Ardiansah, 2003). Malone dan Roberts (1996) dalam Donnelly et al. (2003) menyatakan, auditor yang memiliki keinginan berpindah kerja lebih mungkin terlibat dalam perilaku disfungsional karena adanya penurunan rasa takut dari kondisi yang mungkin terjadi bila perilaku tersebut terdeteksi. Jadi, auditor yang memiliki keinginan berpindah kerja lebih tinggi, diduga akan lebih menerima perilaku disfungsional.

H4 : Turnover intentions memiliki pengaruh signifikan terhadap penerimaan

dysfunctional audit behavior.

Pengaruh Tidak Langsung Dengan Perilaku Disfungsional Locus of Control dan Kinerja

Seseorang yang ber-locus of control eksternal cenderung meyakini bahwa usahanya nampak atau mengarah kepada reward (Spector, 1982; Majumder et al., 1977; Phares, 1976 dalam Donnelly et al., 2003). Locus of control diidentifikasi

(6)

sebagai moderator pada hubungan antara partisipasi-kinerja dalam penelitian mengenai anggaran partisipasi (Brownell, 1981; Licata et al, 1986 dalam Otley dan Pierce, 1996). Hyatt dan Prawitt (2001) dalam Donnelly et al. (2003) menemukan bahwa ada hubungan negatif antara external locus of control dengan kinerja. Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Maryanti (2005) bahwa semakin tinggi eksternal locus of control, maka semakin rendah kinerja cenderung mendukung dan menerima perilaku disfungsional.

H5 : Locus of control memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja.

Locus of Control dan Turnover Intentions

Beberapa penelitian telah menemukan hubungan yang signifikan antara locus of control internal dan masa jabatan (job tenure), menunjukan tingkat turnover internal lebih kecil daripada eksternal (Andrisani dan Nestle, 1976; Organ dan Greene, 1974; Harvey, 1971 dalam Donnelly et al., 2003). Dihipotesiskan bahwa perbedaan yang melekat antara internal dan eksternal akan tampak dalam profesi audit melalui keinginan berpindah kerja. Secara spesifik, eksternal diperkirakan menunjukan tingkat keinginan mengundurkan diri (berpindah kerja) yang lebih tinggi dari pada internal. Donnelly et al. (2003) sependapat dengan Maryanti (2005) yang mendukung bahwa eksternal locus of control mempunyai pengaruh yang signifikan dengan turnover intention.

H6 : Locus of control memiliki pengaruh signifikan terhadap turnover

intentions

Locus of control dan Komitmen Organisasional

Mowday et al. (1987) dalam Ardiansah (2003) menyatakan komitmen organisasional sebagai : 1) keinginan yang kuat seseorang untuk mempertahankan keanggotaannya dalam suatu organisasi, 2) kesediaan untuk meningkatkan upaya yang lebih baik sebagai bagian dalam organisasi, 3) keyakinan dan penerimaan terhadap nilai dan tujuan organisasi. Secara teori, karyawan yang memiliki komitmen akan bekerja lebih giat, tetap tinggal dalam organisasi, dan memberikan kontribusi yang lebih efektif pada organisasi (Mowday et al., 1979 dalam Donnelly et al., 2003). Internal merasa bahwa mereka mempunyai lebih banyak

(7)

peluang daripada eksternal (Spector, 1982 dalam Donnelly et al., 2003). Ketika internal bergabung dengan perusahaan, mereka cenderung memiliki komitmen yang lebih tinggi daripada eksternal (Luthans et al., 1987 dalam Donnelly et al., 2003). Hipotesis yang diajukan adalah

H7 : Locus of control memiliki pengaruh signifikan terhadap komitmen

organisasional

Relativism dan Komitmen Organisasi

Komitmen Organisasi merupakan suatu kekuatan relatif menjelaskan individual terhadap suatu organisasi dan keterlibatannya dalam organisasi tersebut (Modway dan Boulin, 1974 dalam Fransiskus, 2005). Tett dan Mayor (1993); Hackett et al. (1994) dalam Setiawan dan Zein (2005) menyebutkan intensi keluar adalah sebagai suatu kesadaran dan kesengajaan untuk meninggalkan organisasi. Shaub et al (1993) dalam Chan dan Leung (2006), menjelaskan bahwa orientasi etis para auditor tidak hanya mempengaruhi sensitivitas etis mereka, tetapi juga orientasi mereka terhadap komitmen organisasi dan komitmen profesi. Rest (1986) dalam Chan dan Leung (2006) menjelaskan bahwa berperilaku etis dan non etis dipengaruhi oleh orientasi etis individu dan orientasi etis tidak lepas dari diri sendiri (Self). Maka hipotesis penelitian dibuat sebagai berikut:

H8 : Relativism memiliki pengaruh signifikan terhadap komitmen

organisasi.

Komitmen Organisasi dan Kinerja

Beberapa penelitian telah menentukan bahwa komitmen organisasi sebagai anteseden terhadap kinerja (Randall, 1990) dalam Donnelly et al. (2003). Mowday et al. (1974) dalam Donnelly et al. (2003) menyatakan bahwa karyawan yang mempunyai komitmen lebih tinggi akan menunjukkan kinerja yang lebih baik daripada karyawan yang memiliki komitmen yang lebih rendah. Dalam penelitian yang hampir sama mengenai penentu kinerja auditor, Nouri dan Parker (1998) dalam Donnelly et al. (2003) menemukan bahwa komitmen organisasi secara positif mempengaruhi kinerja. Dalam penelitian baru-baru ini, karyawan dengan

(8)

komitmen yang lebih tinggi diharapkan akan menunjukkan kinerja yang lebih baik. Hal itu dapat dihipotesiskan sebagai berikut

H9 : Komitmen organisasi memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja

Komitmen Organisasi dan Turnover Intentions

Hasil penelitian yang memakai variabel ganda (bivariat), menemukan bahwa variabel yang secara konsisten memiliki hubungan langsung sebagai penyebab turnover intentions adalah kepuasan kerja dan komitmen organisasional. Luthans (1997) dalam Ardiansah (2003) yang sejalan dengan hasil Mowday et al. (1982) dalam Donnelly et al. (2003) bahwa konsekuensi komitmen organisasional yang paling kuat dan paling bisa ditebak adalah rendahnya tingkat turnover. Reed et al. (1994), dan Dwi Cahyono (2001) dalam Ardiansah (2003:26) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara komitmen organisasional dan turnover intentions. Hal tersebut dihipotesiskan sebagai berikut

H10 : Komitmen organisasional memiliki pengaruh signifikan terhadap

turnover intentions Kinerja dan Turnover Intention

Hasil penelitian McEvoy dan Cascio (1987) dalam Maryanti (2005) menemukan, tingkat turnover paling rendah terjadi diantara karyawan yang kinerjanya baik (good performers). Sehingga auditor yang menunjukkan tingkat kinerja tinggi akan dipromosikan, sedangkan auditor yang tidak mampu mencapai standar kinerja minimum akan dikeluarkan dari organisasi. Sehingga diduga bahwa kinerja mempunyai hubungan terbalik dengan turnover intentions.

(9)

2.4. Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel eksogen dalam penelitian ini adalah variabel locus of control, relativism, komitmen organisasi, kinerja, dan turnover intention. Variabel endogen dalam penelitian ini adalah penerimaan dysfunctional audit behavior. Definisi Operasional Variabel

Locus of Control

Locus of control diukur menggunakan 16 item pertanyaan Spector (1988) dalam Donnelly et al. (2003). Responden diminta untuk mengidentifikasi hubungan antara reward / outcomes dan penyebabnya menggunakan 7 point skala Likert. Skor yang tinggi menunjukkan individu dengan locus of control eksternal dan sebaliknya skor yang rendah menunjukan individu dengan locus of control internal.

Relativism

Relativisme diukur dengan 10 item pertanyaan yang dikembangkan oleh Forsyth (1980) dalam Chan dan Leung (2006). Variabel atau konstruk relativisme diukur dengan menggunakan 7 skala Likert. Angka yang paling rendah

(10)

mengidentifikasikan sifat relativisme yang rendah, sedangkan angka yang paling tinggi mengidenfikasi sifat relativisme yang tinggi.

Komitmen Organisasi

Komitmen organisasi diukur dengan 9 item pertanyaan yang dikembangkan oleh Mowday et al. (1979) dalam Donnelly et al. (2003). Pengukuran menggunakan format 7 point skala Likert dengan 1 (sangat tidak setuju) sampai 7 (sangat setuju). Skor 7 mengindikasikan tingkat komitmen organisasional yang tinggi.

Kinerja

Kinerja diukur menggunakan versi modifikasi dari Mahoney et al. (1963, 1965) dalam Donnelly et al. (2003) yang terdiri dari 7 item pertanyaan. Pengukuran menggunakan 7 point skala Likert dengan 1 (di bawah rata-rata) dan 7 (di atas rata-rata).

Turnover Intentions

Turnover intention menggunakan pendekatan periode multiwaktu ini didukung oleh literatur sebelumnya (Scandura dan Viator, 1994; Rasch dan Harrell, 1990; Aranya dan ferris, 1984 dalam Donnelly et al., 2003). Pengukuran menggunakan 7 point skala Likert. Point yang rendah mengindikasikan keinginan berpindah kerja tinggi, sebaliknya point tinggi mencerminkan keinginan berpindah kerja yang rendah.

Penerimaan Dysfunctional Audit Behavior

Penelitian ini akan menginvestigasi tiga tipe utama perilaku disfungsional yang dapat menurunkan kualitas audit, yaitu: premature sign-off, underreporting of time audit, dan penggantian prosedur audit (Rhode, 1978 dalam Donnelly et al., 2003). Terdapat 12 item pertanyaan Pengukuran menggunakan 7 point skala Likert dengan 1 (sangat tidak setuju) dan 7 (sangat setuju).

Obyek Penelitian dan Unit sampel

Obyek penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik di Jawa Tengah. Yaitu KAP yang berada di Semarang, Solo, Surakarta dan Purwokerto. Unit sampel penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik yang terdiri

(11)

dari auditor junior, auditor senior dan supervisor. Alasannya karena merupakan profesi yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian negara.

Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Jawa Tengah, dengan pertimbangan bahwa penelitian ini menggunakan alat statistik Structural Equation Model (SEM) yang mengharuskan ukuran sampel yang diambil 100 sampai 200 (Hair et al., 1998 dalam Maryanti 2005). Pemilihan sampel auditor berdasarkan kerangka KAP yang terdaftar pada Direktori KAP 2010. Penentuan sampel menggunakan metode pemilihan sampel non probabilitas berdasarkan kemudahan (convenience sampling).

Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang berasal dari jawaban kuesioner yang dikembalikan oleh responden. Pengumpulan data kuesioner melalui contact person dengan menjadikan individu sebagai jaringan untuk menyebarkan kuesioner pada responden yang lain. Pengiriman melalui pos dilakukan jika pada KAP tersebut tidak terdapat contact person, kedua cara dilakukan untuk mengharapkan tingkat kembali (response rate) kuesioner yang tinggi.

Metode Analisis

Uji Non Respon Bias (Non Response Bias Test)

Uji response bias dilakukan dengan alat uji statistik uji t (t-test). Jika menggunakan SEM atau AMOS adalah dengan memperhatikan hasil Standardized Regression Weight pada kolom Critical Ratio Skwenes. Jika t ≥ 0,05 maka tidak ada perbedaan antara jawaban responden antara jawaban responden yang terlambat dengan jawaban responden yang tidak mengembalikan kuesioner (non response).

Uji Reliabilitas

Dalam aplikasi menggunakan AMOS maka uji reliabilitas dilakukan dengan memperhatikan nilai koefisien Cronbach Alpha, dan jika menggunakan AMOS, maka uji reliabilitas dilakukan dan diperoleh dengan menghitung Constracted Reliability dan Variance Extracted. Cut of Value untuk menyatakan

(12)

reliabel adalah nilai koefisien Cronbach Alpha ≥ 0,60; Constracted Reliability ≥ 0,70, dan Variance Extracted ≥ 0,50 (Ghozali, 2005 dalam Sitanggang 2007). Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur konsistensi indikator untuk mengukur konstruk.

Uji Validitas (Validity Test)

Dalam aplikasi menggunakan AMOS maka uji validitas dilakukan dan diperoleh dengan mempertimbangkan nilai dari Confirmatory Factor Analysis (CFA), dimana nilai yang ditoleransi adalah jika nilai CFA ≥ 0,50 (Ghozali 2005 dalam Silaban, 2009). Uji validitas dilakukan untuk mengukur sejauh mana suatu indikator secara akurat mengukur suatu konstruk.

Teknik Pengujian Hipotesis

Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan alat analisis structural equation modeling (SEM). Alat analisis tersebut digunakan karena memiliki kemampuan untuk menggabungkan measurement model dan structural model secara simultan dan efisien bila dibandingkan dengan teknik-teknik multivariat lain (Hair et al., 1998 dalam Maryanti, 2005). Model persamaan struktural dilakukan dengan perangkat Analysis of Momen Structure (AMOS 6).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modeling (SEM). Evaluasi terhadap model SEM juga akan dianalisis mendapatkan dan mengevaluasi kecocokan model yang diajukan. Setelah diketahui semua hasil pengolahan data, selanjutnya akan dibahas dan menarik kesimpulan yang didasarkan pada hasil analisis hasil tersebut.

Analisis Data Penelitian Uji Non Response Bias

Pengujian non-response bias dilakukan dengan maksud untuk melihat apakah kharakteristik responden yang mengembalikan jawaban kuesioner yang tepat waktu dan yang tidak tepat waktu mengembalikan sama atau tidak sama untuk memperoleh gambaran jawaban responden yang tidak memberikan jawaban (non response). Penelitian ini mendapatkan sebanyak 138 responden dalam

(13)

penyebaran kuseioner selama 2 tahap yaitu tahap pertama pada minggu kedua November 2010 dan tahap kedua minggu keempat Novembar 2010.

Tabel 1

Hasil Uji Non Response Bias

Variabel T stat Prob Keterangan

Locus of control 1.045 0.298 Tidak berbeda

Relativism -1.868 0.064 Tidak berbeda

Komitmen Organisasional -0.721 0.472 Tidak berbeda

Kinerja 0.508 0.612 Tidak berbeda

Turnover Intention -0.084 0.933 Tidak berbeda Penerimaan perilaku Disfungsional -0.582 0.561 Tidak berbeda Data primer yang diolah, 2010

Hasil pengujian menunjukkan bahwa response terhadap semua variabel tidak menunjukkan adanya kestabilan respon dari reponden.

Analisis Full Model Structural Equation Modelling (SEM)

Setelah dilakukan analisis terhadap tingkat unidimensionalitas dari indikator-indikator pembentuk variabel laten yang diuji dengan confirmatory factor analysis, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis Structural Equation Model (SEM) secara full model.

Evaluasi Asumsi SEM Evaluasi Normalitas Data

Evaluasi normalitas dilakukan dengan menggunakan critical ratio skewness value dan kurtosis value, dimana diketahui tidak terdapat nilai C.R. untuk skewness yang berada diluar rentang +2.58 sehingga dapat dikatakan bahwa data penelitian telah terdistribusi normal. Uji normalitas secara multivariate diperoleh nilai CR sebesar 1,505 yang lebih kecil dari 2,58 yang menunjukkan berdistribusi normal.

Evaluasi Outlier

Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda dengan data lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim, baik untuk variabel tunggal maupun kombinasi (Hair, et al, 1995).

(14)

Evaluasi atas Multicollinearity dan Singularity

Indikasi adanya multikolinearitas dan singularitas dapat diketahui melalui nilai determinan matriks kovarians yang benar-benar kecil, atau mendekati nol. Dari hasil pengolahan data nilai determinan matriks kovarians sampel adalah 1.012. Hasil pengujian mendapatkan bahwa nilai determnan mastriks kovarian tidak sama dengan 0. Hal ini berarti tidak ada masalah singularitas.

Evaluasi Terhadap Nilai Residual

Pada tahap ini akan dilakukan interpretasi model dan memodifikasi model yang tidak memenuhi syarat pengujian. Setelah model diestimasi, residualnya haruslah kecil atau mendekati nol dan distribusi frekwensi dari kovarian residual harus bersifat simetrik. Hasil pengujian menunjukkan beberapa data residual yang menunjukkan tidak ada nilai yang lebih besar dari +2,58 yang masih menunjukkan persentase yang kecil. Untuk itu model SEM tersebut tidak perlu dilakukan modifikasi.

Reliability dan Variance Extract

Hasil pengujian reliabiliy dan variance extract terhadap masing-masing variabel laten atas dimensi-dimensi pembentuknya menunjukkan bahwa semua variabel menunjukkan sebagai suatu ukuran yang reliabel karena masing-masing memiliki reliability yang lebih besar dari 0,70. Hasil pengujian variance extract juga sudah menunjukkan bahwa masing-masing variabel laten merupakan hasil ekstraksi yang cukup besar dari dimensi-dimensinya. Hal ini ditunjukkan dari nilai variance extract dari masing-masing variabel adalah lebih dari 0,50.

Pengujian Hipotesis

(15)

Gambar 2

Hasil Pengujian Full Model Structural Equation Model (SEM)

LOC .52 loc15 e9 .72 .52 loc13 e8 .72 .66 loc11 e7 .81 .71 loc8 e6 .84 .78 loc7 e5 .88 .66 loc4 e4 .81 .63 loc3 e3 .79 .69 loc2 e2 .83 .78 loc1 e1 .89 Rel .63 rel9 e14 .79 .64 rel7 e13 .80 .70 rel4 e12 .84 .72 rel3 e11 .85 .69 rel2 e10 .83 .45 KIN .66 k1 e20 .73 k2 e21 .64 k4 e22 .80 k5 e23 .70 k7 e24 .81 .85 .90 .84.80 .52 KO .67 ko9 e19 .61 ko6 e18 .74 ko5 e17 .63 ko2 e16 .62 ko1 e15 .82 .78 .86 .80 .79 .57 TI .66 ti1 e25 .81 .78 ti2 e26 .89 .56 ti3 e27 .75 .63 PPD .78 ppd1 e28 .88 .67 ppd2 e29 .82 .67 ppd4 e30 .82 .69 ppd5 e31 .83 .69 ppd6 e32 .83 .64 ppd8 e33 .80 .66 ppd9 e34 .81 .71 ppd12 e35 .84 .24 .19 -.21 .29 -.48 .32 -.48 -.29 .24 -.31 -.23 .74 z2 z1 z3 z4 Chi square = 582.427 (df = 548) Prob = .149 RMSEA = .021 Chi square / df = 1.063 GFI = .812 AGFI = .784 TLI = .990 CFI = .991 Tabel 2

Hasil Pengujian Kelayakan Model Structural Equation Model (SEM) Goodness of Fit

Indeks Cut-off Value Hasil Analisis

Evaluasi Model

Chi – Square < 603,547 582.427 Baik

Probability  0.05 0.149 Baik RMSEA  0.08 0.021 Baik GFI  0.90 0.812 Baik AGFI  0.90 0.784 Marginal CMIN / DF  2.00 1.063 Baik TLI  0.95 0.990 Baik CFI  0.95 0.991 Baik

Setelah semua asumsi dapat dipenuhi, selanjutnya akan dilakukan pengujian hipotesis sebagaimana diajukan pada bab sebelumnya. Dengan adanya model yang sudah fit maka pengujian parameter sebagaimana yang dihipotesiskan dapat diinterpretasikan. Hasil pengujian parameter diperoleh sebagai berikut :

(16)

Tabel 3

Regression Weight Structural Equational

Estimate S.E. Sdt. Est C.R. P

KO <--- LOC -0.568 0.139 -0.484 -4.076 0.000 KO <--- Rel -0.281 0.111 -0.286 -2.524 0.012 KIN <--- LOC -0.555 0.133 -0.478 -4.158 0.000 KIN <--- KO 0.241 0.107 0.244 2.246 0.025 TI <--- LOC 0.307 0.112 0.318 2.755 0.006 TI <--- KO -0.255 0.089 -0.310 -2.856 0.004 TI <--- KIN -0.192 0.082 -0.231 -2.344 0.019 PPD <--- LOC 0.291 0.143 0.240 2.044 0.041 PPD <--- Rel 0.198 0.098 0.194 2.015 0.044 PPD <--- KIN -0.219 0.092 -0.209 -2.394 0.017 PPD <--- TI 0.368 0.123 0.292 2.988 0.003

Analisis Pengaruh Langsung, Tidak Langsung dan Total Pengaruh

Model penelitian ini memiliki bentuk pengaruh langsung maupun tidak langsung dari variabel locus of control terhadap turnover intention dan penerimaan dysfunctional audit behavior dengan dan tanpa melalui komitmen organisasional dan kinerja auditor. Perincian besarnya pengaruh langsung, tidak langsung dan total pengaruh diperoleh sebagai berikut :

KO KIN TI PPD Langsung Tidak Langsung Langsung Tidak Langsung Langsung Tidak Langsung Langsung Tidak Langsung LoC -0.484 -0.478 -0.118 0.318 -0.016 0.24 0.145 KO 0.253 -0.310 -0.056 KIN -0.231 -0.209 -0.0675

Koefisien pengaruh langsung locus of control terhadap komitmen organisasional, kinerja, turnover intention maupun disfungsional audit cenderung lebih besar dari pengaruh tidak langsungnya.

Koefisien Determinasi

Penelitian ini memiliki 4 model persamaan, sehingga akan memiliki nilai 4 koefisien determinasi masing-masing sebagai berikut :

(17)

Variabel Koef. Determinasi (R2)

KO 0.521

KIN 0.450

TI 0.565

PPD 0.633

Sumber : Data primer yang diolah (2010)

Pembahasan Hipotesis 1

Hasil pengujian hipotesis 1 diatas memberikan bukti empiris yang mendukung hasil penelitian Donnelly et. al., (2003); Wijayanti (2007) dan Sitanggang (2007), dan tidak mendukung hasil penelitian Maryanti (2005) yang menyatakan locus of control tidak berpengaruh signifikan terhadap dysfunctional audit behavior. Hasil penelitian ini menjelaskan dan mengindikasikan bahwa auditor yang memiliki internal locus of control yang tinggi, maka auditor menunjukan kecenderungan yang rendah untuk mendukung dan menerima perilaku disfungsional audit.

Pembahasan Hipotesis 2

Hasil pengujian hipotesis 2 diatas memberikan bukti empiris yang mendukung hasil penelitian Donnelly et. al., (2003); Maryanti (2005); dan Wijayanti (2007). Hasil penelitian ini menjelaskan dan mengindikasikan bahwa auditor yang tingkat kinerjanya berada dibawah harapan supervisor memiliki kemungkinan yang lebih besar terlibat dalam perilaku disfungsional karena menganggap dirinya tidak mempunyai kemampuan untuk bertahan dalam organisasi melalui usahanya sendiri.

Pembahasan Hipotesis 3

Hasil pengujian hipotesis 3 diatas memberikan bukti empiris yang mendukung hasil penelitian Maryanti (2005); Wijayanti (2007) dan Sitanggang (2007), dan tidak mendukung hasil penelitian Donnelly et. al., (2003) yang menjelaskan dan mengindikasikan bahwa auditor yang memiliki keinginan yang tinggi untuk menarik diri dari organisasi, maka auditor tersebut memiliki kecenderungan yang tinggi untuk mendukung dan menerima perilaku disfungsional dalam audit.

(18)

Pembahasan Hipotesis 4

Hasil pengujian hipotesis 4 diatas memberikan bukti empiris yang mendukung hasil penelitian Maryanti (2005) dan Sitanggang (2007). Hasil penelitian ini menjelaskan dan mengindikasikan bahwa auditor yang ber-locus of control eksternal tinggi maka aditor tersebut cenderung memiliki kinerja yang tinggi dalam lingkungan audit. Berbeda dengan penelitian Srimindarti (2010) yang tidak mendukung tindakan audit disfungsional. Sikap ini disebabkan karena tidak ada ketakutan menerima sanksi atasas tindakan audit disfungsional (Malone Robert dalam Srimindarti, 2010).

Pembahasan Hipotesis 5

Hasil pengujian hipotesis 5 diatas memberikan bukti empiris yang mendukung hasil penelitian Maryanti (2005) dan Sitanggang (2007). Hasil penelitian ini menjelaskan dan mengindikasikan bahwa auditor yang ber-locus of control internal yang tinggi maka auditor tersebut menunjukan kecenderungan yang rendah untuk mengundurkan diri. Berbeda dengan Donnelly (2003) Srimindarti (2010) mengemukakan bahwa eksternal locus of control tidak berpengaruh terhadap turnover intention (tidak memiliki pengaruh terhadap keinginan untuk keluar dari organisasi auditor).

Pembahasan Hipotesis 6

Hasil pengujian hipotesis 6 diatas memberikan bukti empiris yang mendukung hasil penelitian (2005); Maryanti (2005) dan Sitanggang (2007). Hasil penelitian ini menjelaskan dan mengindikasikan bahwa auditor yang memiliki tingkat kinerja yang tinggi maka auditor tersebut menunjukan kecenderungan yang rendah untuk mengundurkan diri. McEvoy dan Cascio (1987) dalam Srimindarti (2010) menemukan bahwa tingkat turnover paling rendah terjadi diantara karyawan yang kinerjanya baik (good performers).

Pembahasan Hipotesis 7

Hasil pengujian hipotesis 7 diatas memberikan bukti empiris yang mendukung hasil penelitian Maryanti (2005) dan Sitanggang (2007) dan Srimindarti (2010). Hasil penelitian mengindikasikan bahwa auditor yang ber-locus of control eksternal yang tinggi maka auditor tersebut memiliki komitmen

(19)

yang rendah terhadap tempatnya bekerja. Mowday et al., (1979) dalam Donnelly et al., (2003) menyatakan karyawan yang memiliki komitmen akan bekerja lebih giat, tetap tinggal dalam organisasi, dan memberikan kontribusi yang lebih efektif pada organisasi.

Pembahasan Hipotesis 8

Hasil pengujian hipotesis 8 diatas memberikan bukti empiris yang mendukung hasil penelitian Maryanti (2005) dan Sitanggang (2007). Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa auditor yang memiliki komitmen organisasional yang tinggi maka auditor tersebut menunjukan kecenderungan memiliki kinerja yang tinggi dalam lingkungan audit.

Pembahasan Hipotesis 9

Hasil pengujian hipotesis 9 diatas memberikan bukti empiris yang mendukung hasil penelitian Mowday et al. (1982) dalam Donnelly et al. (2003)Maryanti (2005) dan Sitanggang (2007). Hasil penelitian ini menjelaskan dan mengindikasikan bahwa auditor yang memiliki komitmen organisasional yang tinggi maka auditor tersebut menunjukan kecenderungan yang rendah untuk mengundurkan diri dari organisasi.

Pembahasan Hipotesis 10

Hasil pengujian hipotesis 10 diatas memberikan bukti empiris yang mendukung hasil penelitian Maryanti (2005) dan Sitanggang (2007). Hasil penelitian ini menjelaskan dan mengindikasikan bahwa auditor yang memiliki komitmen organisasional yang tinggi maka auditor tersebut menunjukan kinerja yang tinggi. Hal tersebut membuktikan bahwa terdapat kesamaan hasil dan mendukung hasil hipotesis tersebut.

Pembahasan Hipotesis 11

Hasil pengujian hipotesis 11 diatas memberikan bukti empiris yang mendukung hasil penelitian Maryanti (2005) dan Sitanggang (2007). Hasil penelitian ini menjelaskan dan mengindikasikan bahwa auditor yang memiliki kinerja yang dengan menunjukan turnover intentions yang tinggi. Hal tersebut membuktikan bahwa terdapat kesamaan hasil dan mendukung hasil hipotesis

(20)

tersebut. Berbeda dengan SrimindartI (2010), membuktikan bahwa kinerja auditor akan menunjukkan turnover intentions yang rendah.

PENUTUP

Kesimpulan Penelitian

Dari hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa ariabel locus of control (eksternal Locus of control), relativism, kinerja, turnover intention berpengaruh signifikan terhadap penerimaan perilaku disfungsional. Berdasar analisis pengaruh langsung dan tidak langsung dapat disimpulkan bahwa dampak karakteristik personal auditor akan berpengaruh terhadap penerimaan dysfunctional audit behavior. Selain itu eoefisien pengaruh langsung karakteristik personal auditor terhadap penerimaan dysfunctional audit behavior cenderung lebih besar dari pengaruh tidak langsungnya.

Saran-saran

Kantor Akuntan Publik (KAP) diharapkan dapat mengetahui karakteristik personal auditor yang dapat menunjang kesuksesan personal dan membawa kesuksesan bagi KAP dalam menjalankan fungsinya karena auditor dituntut dapat melaksanakan pekerjaannya secara profesional sehingga laporan audit yang dihasilkan akan berkualitas. Langkah-langkah yang dapat dilaksanakan oleh KAP adalah melakukan seleksi pada saat merekrut, member program pelatihan dan pengembangan untuk peningkatan profesionalisme auditor. Selain itu sangat penting bagi KAP untuk menekankan pada semua personel audit untuk bekerja secara profesional dengan memberi prioritas yang tinggi dalam evaluasi kinerja, kompensasi, promosi, dan keputusan untuk mempertahankan pegawai.

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan yang mungkin mempengaruhi hasil diantaranya adalah (1) Penelitian ini hanya menguji variabel karakteristik personal auditor mengacu pada penelitian Donnelly et. al., (2003), dan (2) Penelitian ini menggunakan data berupa jawaban responden yang diajukan pada kuesioner penelitian dan pengumpulan data pada masa sibuk auditor di KAP yaitu bulan November-Desembar. Sehingga responden munigkin memberikan

(21)

jawaban yang tidak sesuai dengan tindakan-tindakan yang mereka lakukan pada pelaksannaan prosedur audit.

Implikasi Penelitian Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan memasukkan variabel personal lainnya (Ceacilia Srimindarti, 2010) terhadap dysfunctional audit behavior dengan menggunakan sampel yang lebih luas. Interaksi karakteristik individual auditor dgn faktor-faktor situasional terhadap perilaku audit disfungsional (RKA dan URT). Menarik dilakukan pengujian secara serentak pengaruh variabel-variabel karakteristik internal individual pada penelitian ini dan variabel-variabel situasional yg ditemukan pada penelitian-penelitian terdahulu.

DAFTAR PUSTAKA

Ardiansah, Muhammad N., 2003, “Pengaruh Gender dan Locus of Control terhadap Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasional, dan Keinginan Berpindah Kerja Auditor (Studi pada Auditor KAP di Pulau Jawa)”, Tesis S2, UNDIP, Semarang.

Basuki dan Krisna Y.M., 2006, “Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu Terhadap Perilaku Disfungsional Auditor Dan Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik Di Surabaya”, Maksi, Vol. 6, No. 2, 203-223.

Donnelly, David. P., et al., 2003, “Auditor Acceptance of Dysfunctional Audit Behavior: An Explanatory Model Using Auditors’ Personal Characteristic”, Behavioral Research in Accounting, Vol. 15, 87-110.

Frucot, V., and W.T. Shearon., 1991, “Budgetary Participation, Locus of Control, and Mexican Managerial Performance and Job Satisfaction”, The Accounting Review, Vol. 66, No. 1, 80-99.

Ghozali, Imam. 2005. Model Persamaan Struktural Konsep dan Aplikasi Dengan Program AMOS Ver. 5.0. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta. Irwandi, Soni Agus, 2002, “Pengaruh Prediktor Job Insecurity terhadap Turnover

(22)

Kartika, Indri dan Provita Wijayanti, 2007, “Locus Of Control Sebagai Anteseden Hubungan Kinerja Pegawai Dan Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit (Studi pada Auditor Pemerintah Yang Bekerja pada Bpkp di Jawa Tengah dan DIY)”, Simposium Nasional Akuntansi X, AUEP-5, 1-37.

Maryanti, Puji, 2005, “Analisis Penerimaan Auditor Atas Dysfunctional Audit Behavior: Pendekatan Karakteristik Personal Auditor (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jawa)”, Tesis S2, UNDIP, Semarang.

, 2005, “Analisis Penerimaan Auditor Atas Dysfunctional Audit Behavior: Pendekatan Karakteristik Personal Auditor (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jawa)”, Maksi, Vol. 5, No. 2, 213-226.

Otley, D., and B. Pierce, 1996 . Auditor Time Budget Pressure; Consequencec and Antecedents. Accounting, Auditing and Accountability Journal, Vol 9, p. 65-84

Samsul Ulum, A., 2005. ”Pengaruh Orientasi etika terhadap Hubungan antara Time Pressure dengan Perilaku Prematur Sign-off Prosedur Audit”. Jurnal Maksi Undip, Vol. 5, No. 2 p. 190-212

Silaban, Adanan, 2009, “Perilaku Disfungsional Aditor dalam Pelaksanakan Program Audit (Studi Empiris di KAAfiliasi dan Non-Afiliasi)”, Disertasi S3, UNDIP, Semarang

Sitanggang, Abdonsius, 2007, “Penerimaan Auditor Terhadap Perilaku Audit Disfungsional : Suatu Model Penjelasan Dengan Menggunakan Karakteristik Personal Auditor (Studi Empiris Pada Auditor Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta)”, Tesis S2, UNDIP, Semarang.

Srimindarti, Ceacilia, 2010, “Penerimaan Perilaku Audit Disfungsional Berdasarkan Pada faktor Internal Individu Auditor (Studi Empiris Pada Auditor Kantor Akuntan Publik )”, Disertasi S3, UNDIP, Semarang.

Wijayanti, Provita, 2007, “Pengaruh Karakteristik Auditor Terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit (Studi Empiris Pada Auditor Pemerintah yang Bekerja di BPKP di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta)”, Tesis S2, UNDIP, Semarang.

Referensi

Dokumen terkait

Berkaitan dengan hal tersebut, banyak pendapat yang berkembang mengenai kepemimpinan pendidikan yang dilakukan oleh kaum perempuan dalam wacana pemikiran Islam klasik dan sangat

Konsep insaniah tercermin dari usaha pemberdayaan secara horizontal memberikan manfaat bagi manusia dan makhluk lainnya melalui tolong menolong, kekeluargaan dalam satu

Berdasarkan paparan dan pembahasan menyimpulkan bahwa: 1) makna denotasi yang ada pada iklan adalah adanya hubungan keluarga antara anak dan orang tua khususnya anak dan ayah,

Program atau aplikasi yang akan dibangun akan mengubah atau lebih tepatnya melakukan konversi format text DOS ke dalam bentuk ANSI dalam sistem operasi windows, sehingga dapat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran yang digunakan oleh guru memiliki komponen pembelajaran khusus, yaitu: praktek dan review, kesulitan kontrol dan pengerjaan

PERHITUNGAN KEBUTUHAN PEMBAYARAN TUNJANGAN PROFESI GURU RA/MADRASAH 2014 KANTOR KEMENTERIAN AGAMA

Diagnosa banding apendisitis akut bergantung pada 4 faktor mayor: lokasi anatomis dari apendiks yang meradang, tahapan dari proses (tanpa atau dengan komplikasi), usia, dan

menunjukan bahwa iklim sekolah dan efikasi diri bersama-sama memberikan konstribusi yang cukup signifikan terhadap motivasi kerja guru, dimana semakin tinggi iklim