• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LOCUS OF CONTROL, TURNOVER INTENTION

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH LOCUS OF CONTROL, TURNOVER INTENTION"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

OLEH

EDWIN JONATHAN PANJAITAN 177017034

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)

PENGARUH LOCUS OF CONTROL, TURNOVER INTENTION DAN KINERJA AUDITOR TERHADAP DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOR DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI

VARIABEL MODERASI PADA AUDITOR DI KANTOR AKUNTAN PUBLIK WILAYAH MEDAN

DAN PEKANBARU

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Magister Ilmu Akuntansi

OLEH

EDWIN JONATHAN PANJAITAN 177017034

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(3)
(4)

TIM PENGUJI TESIS

Judul Tesis : Pengaruh Locus Of Control, Turnover Intention Dan Kinerja Auditor Terhadap Dysfunctional Audit Behavior Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderasi Pada Auditor Di Kantor Akuntan Publik Wilayah Medan Dan Pekanbaru

Nama Mahasiswa : Edwin Jonathan Panjaitan

NIM : 177017034

Program Studi : Magister Ilmu Akuntansi

Telah diuji dan dinyatakan lulus pada tanggal 15 agustus 2019 didepan tim penguji

Nama Penguji: Posisi Jabatan:

Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak, CA, CMA Ketua Penguji/Pembimbing Dr. Yeni Absah, SE, M.Si Anggota Penguji/Pembimbing Dr. Iskandar Muda, SE, M.Si, Ak Anggota Penguji

Prof. Dr. HB. Tarmizi, SU Anggota Penguji

Dr. Rujiman, MA Anggota Penguji

(5)

“PENGARUH LOCUS OF CONTROL, TURNOVER INTENTION DAN KINERJA AUDITOR TERHADAP DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOR DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI PADA AUDITOR DI KANTOR AKUNTAN PUBLIK WILAYAH MEDAN DAN PEKANBARU”

Tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar kerja sama di suatu perguruan tinggi lain dan tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulisan aslinya. Apabila dikemudian hari saya terbukti melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, gelar dan ijazah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Medan, 15 Agustus 2019 Penulis

Edwin Jonathan Panjaitan 177017034

(6)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademi Universitas Sumatera Utara, Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama Mahasiswa : Edwin Jonathan Panjaitan

NIM : 177017034

Program Studi : Magister Ilmu Akuntansi Jenis Karya : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara hak bebas royalti non ekslusif (non exclusive royalty free right) atas tesis saya yang berjudul:

“PENGARUH LOCUS OF CONTROL, TURNOVER INTENTION DAN KINERJA AUDITOR TERHADAP DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOR DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI PADA AUDITOR DI KANTOR AKUNTAN PUBLIK WILAYAH MEDAN DAN PEKANBARU”

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan) dengan hak bebas royalti non ekslusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan dalam bentuk database, merawat dan mempublikasikan tesis saya tanpa meminta izin dari saya sebagai penulis dan sebagai pemilik hak cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Medan, 15 Agustus 2019 Penulis

Edwin Jonathan Panjaitan

(7)

BEHAVIOR DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI PADA AUDITOR DI KANTOR

AKUNTAN PUBLIK WILAYAH MEDAN DAN PEKANBARU

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Locus of Control, Turnover Intention, Kinerja Auditor terhadap Dysfunctional Audit Behavior. Indikator yang digunakan untuk mengukur Dysfunctional Audit Behavior adalah premature sign off, underreporting of time audit, penggantian prosedur audit. Penelitian ini mengambil sampel pada Kantor Akuntan Publik perwakilan Medan dan Pekanbaru yang terdaftar pada Institut Akuntan Publik Indonesia tahun 2019. Metode yang digunakan adalah metode Purposive Sampling. Analisis data dilakukan dengan uji kualitas data dan pengujian hipotesis yang digunakan dengan metode regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga variabel independen, yaitu Locus of Control, Turnover Intention dan Kinerja Auditor secara simultan berpengaruh terhadap Dysfunctional Audit Behavior, pada P < 0,05 (P = 0,000).

Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa Locus of Control berpengaruh positif dan signifikan terhadap Dysfunctional Audit Behavior, pada P<0,05 (P = ,015) dengan pengaruh sebesar (ß = 0,280). Turnover Intention berpengaruh positif dan signifikan terhadap Dysfunctional Audit Behavior, pada P<0,05 (P = ,011) dengan pengaruh sebesar (ß = 0,726). Kinerja Auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap Dysfunctional Audit Behavior, pada P<0,05 (P = ,003) dengan pengaruh sebesar (ß = 0,328). Variabel Moderasi pada penelitian ini yaitu Komitmen Organisasi mampu memoderasi secara parsial Locus of Control dengan signifikansisebesar 0,010 , Turnover Intention dengan signifikansisebesar 0,026 dan Kinerja Auditor dengan signifikansi sebesar 0,033 terhadap Dysfunctional Audit Behavior.

Kata Kunci: Dysfunctional Audit Behavior, Locus of Control, Turnover Intention, Kinerja Auditor, Komitmen Organisasi.

(8)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF LOCUS OF CONTROL, TURNOVER INTENTION AND AUDITOR PERFORMANCE ON DYSFUNCTIONAL AUDIT

BEHAVIOR WITH ORGANIZATIONAL COMMITMENT AS A MODERATING VARIABLE ON AUDITORS IN PUBLIC

ACCOUNTING FIRMS IN MEDAN AND PEKANBARU

This study aims to examine the influence of Locus of Control, Turnover Intention, Auditor Performance on Dysfunctional Audit Behavior. The indicators used to measure the Dysfunctional Audit Behavior are premature sign off, underreporting of time audits, replacement of audit procedures. This study took a sample at the Public Accountant Firms representing Medan and Pekanbaru which was registered with the Indonesian Institute of Certified Public Accountants in 2019. The method used was the Purposive Sampling method. Data analysis was carried out by data quality test and hypothesis testing used by multiple linear regression methods. The results of this study indicate that the three independent variables, namely Locus of Control, Turnover Intention and Auditor Performance simultaneously influence the Dysfunctional Audit Behavior, at P <0.05 (P = 0,000).

The results of the study partially indicate that Locus of Control has a positive and significant effect on the Dysfunctional Audit Behavior, at P <0.05 (P = .015) with an effect of (ß = 0.280). Turnover Intention has a positive and significant effect on the Dysfunctional Audit Behavior, at P <0.05 (P = .011) with an effect of (ß = 0.726). Auditor performance has a positive and significant effect on the Dysfunctional Audit Behavior, at P <0.05 (P = .003) with an effect of (ß = 0.328).

Moderating variables in this study are Organizational Commitment capable of moderating partially Locus of Control with a significance of 0.010, Turnover Intention with a significance of 0.026 and Auditor Performance with a significance of 0.033 to Dysfunctional Audit Behavior.

Keywords: Dysfunctional Audit Behavior, Locus of Control, Turnover Intention, Auditor Performance, Organizational Commitment.

(9)

Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas segala berkat dan anugerah-Nya lah maka penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul:

“Pengaruh Locus Of Control, Turnover Intention Dan Kinerja Auditor Terhadap Dysfunctional Audit Behavior Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderasi Pada Auditor Di Kantor Akuntan Publik Wilayah Medan Dan Pekanbaru”

Penulisan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Magister Science (M.Si) di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Dari awal pelaksanaan proses penyusunan hingga terselesainya tesis ini tidak terlepas dari bantuan pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan bantuan dan motivasi kepada penulis.

Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M. Hum. Selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE., MS. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof.Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak, CA, CMA. selaku Ketua Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara serta Dosen Pembimbing Utama penulis yang telah banyak memberikan bantuan dan masukan dalam menyusun tesis ini.

4. Ibu Dr. Yeni Absah, SE, M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah

(10)

5. Bapak Dr. Iskandar Muda, SE, M.Si, Ak, CA, Bapak Prof. Dr. HB.

Tarmizi, SU, dan Bapak Dr. Rujiman, MA selaku Dosen Pembanding yang telah memberikan banyak masukan dan saran kepada penulis dalam penyempurnaan tesis ini.

6. Seluruh Bapak/Ibu dosen serta Staf Administrasi di Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Medan, 15 Agustus 2019 Penulis,

Edwin Jonathan Panjaitan 177017034

(11)

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR ...ix

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Rumusan Masalah ...7

1.3 Pertanyaan Penelitian ...8

1.4 Tujuan Penelitian ...9

1.5 Kontribusi Penelitian ...10

1.6 Originalitas Penelitian ...11

BAB II : LANDASAN PUSTAKA DAN TELAAH LITERATUR 2.1 Landasan Teori ...13

2.1.1 Contingency Theory...13

2.2 Telaah Literatur ...15

2.2.1 Dysfunctional Audit Behavior ...15

2.2.2 Locus of Control ...16

2.2.3 Turnover Intention ...18

2.2.4 Kinerja Auditor ...19

2.2.5 Komitmen Organisasi ...21

BAB III : KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konseptual ...23

3.2 Hipotesis Penelitian ...23

3.2.1 Pengaruh Locus of Control terhadap Dysfunctional Audit Behavior ...24

3.2.2 Pengaruh Turnover Intention terhadap Dysfunctional Audit Behavior ...25

3.2.3 Pengaruh Kinerja Auditor terhadap Dysfunctional Audit Behavior ...26

3.2.4 Pengaruh Locus of Control terhadap Dysfunctional Audit Behavior dengan Komitmen Organisasi sebagai variabel moderating ...28

3.2.5 Pengaruh Turnover Intention terhadap Dysfunctional Audit Behavior dengan Komitmen Organisasi sebagai variabel moderating ...29

3.2.6 Pengaruh Kinerja Auditor terhadap Dysfunctional Audit Behavior dengan Komitmen Organisasi sebagai variabel moderating ...29

BAB IV : METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian ...31

(12)

4.3 Definisi Operasional ...31

4.3.1 Variabel Dependen ...31

4.3.1.1 Dysfunctional Audit Behavior ...31

4.3.2 Variabel Independen ...32

4.3.2.1 Locus of Control ...32

4.3.2.2 Turnover Intention ...33

4.3.2.3 Kinerja Auditor ...34

4.3.3 Variabel Moderasi ...35

4.3.3.1 Komitmen Organisasi ...35

4.4 Populasi dan Sampel ...37

4.4.1 Populasi ...37

4.4.2 Sampel ...37

4.5 Jenis dan Sumber Data ...38

4.6 Metode Analisis Data ...39

4.6.1 Uji Kualitas Data ...39

4.6.1.1 Uji Validitas ...40

4.6.1.2 Uji Reliabilitas ...40

4.6.2 Uji Regresi Linier Berganda ...41

4.6.2.1 Uji Simultan ...42

4.6.2.2 Uji Determinasi ...43

4.6.2.3 Uji Parsial ...43

BAB V : HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Penelitian ...45

5.2 Statistik Deskriptif ...47

5.3 Analisis Data ...53

5.3.1 Hasil Uji Kualitas Data ...53

5.3.1.1 Hasil Uji Validitas Data ...53

5.3.1.2 Hasil Uji Reliabilitas ...57

5.3.2 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ...58

5.3.2.1 Hasil Uji Simultan ...59

5.3.2.2 Hasil Uji Determinasi ...60

5.3.2.3 Hasil Uji Parsial ...60

5.3.3 Hasil Uji Regresi Linier Berganda Dengan Variabel Moderasi ..62

5.3.3.1 Hasil Uji Simultan Dengan Variabel Moderasi ...64

5.3.3.2 Hasil Uji Determinasi Dengan Variabel Moderasi...65

5.3.3.3 Hasil Uji Parsial Dengan Variabel Moderasi ...65

5.4 Pembahasan Hasil Penelitian ...67

5.4.1 Pengaruh Positif Locus of Control Terhadap Dysfunctional Audit Behavior (H1) ... 67

5.4.2 Pengaruh Positif Turnover Intention Terhadap Dysfunctional Audit Behavior (H2) ... 68

5.4.3 Pengaruh Negatif Kinerja Auditor Terhadap Dysfunctional Audit Behavior (H3) ... 69

5.4.4 Komitmen Organisasi Mampu Memoderasi Pengaruh Locus of Control Terhadap Dysfunctional Audit Behavior (H4) ... 71

(13)

6.1 Kesimpulan ...75

6.2 Keterbatasan ...75

6.3 Saran ...76

DAFTAR PUSTAKA ...78 LAMPIRAN

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Keterangan Hal

1.1 Originalitas Penelitian 11

4.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian 36

5.1 Data Demografi Responden 45

5.2 Deskriptif Frekuensi Dysfunctional Audit Behavior 48

5.3 Deskriptif Frekuensi Locus of Control 49

5.4 Deskriptif Frekuensi Turnover Intention 50

5.5 Deskriptif Frekuensi Kinerja Auditor 50

5.6 Deskriptif Frekuensi Komitmen Organisasi 51

5.7 Statistik Deskriptif 52

5.8 Hasil Uji Validitas Data Dysfunctional Audit Behavior 54

5.9 Hasil Uji Validitas Data Locus of Control 55

5.10 Hasil Uji Validitas Data Turnover Intention 55

5.11 Hasil Uji Validitas Data Kinerja Auditor 56

5.12 Hasil Uji Validitas Data Komitmen Organisasi 56

5.13 Hasil Uji Reliabilitas 57

5.14 Hasil Uji Regresi Linier Berganda 58

5.15 Hasil Pengujian Hipotesis 61

5.16 Hasil Uji Regresi Linier Berganda Dengan Variabel Moderasi 62 5.17 Hasil Pengujian Hipotesis Variabel Moderasi 66

(15)

2.1 Konsep Goals - Path 14

3.1 Model Penelitian 23

(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kemajuan ekonomi suatu bangsa tentunya didukung dari berbagai faktor yang bekerja didalamnya. Salah satu faktor tersebut datang dari auditor. auditor memiliki kualifikasi tertentu dalam melakukan audit atas laporan keuangan dan kegiatan suatu perusahaan atau organisasi. Kualifikasi tersebut berupa Integritas, Independensi serta Profesionalisme dalam performa kinerja. Melalui kualifikasi keprofesionalan dalam bekerja, membuat auditor memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan jaminan berupa pendapat atas laporan keuangan.

Pendapat auditor atas laporan keuangan akan digunakan sebagai acuan oleh pengguna laporan keuangan dalam mengambil keputusan.

Pendapat auditor yang dapat dijadikan acuan serta dapat dipercaya yaitu pendapat auditor yang disertakan dengan bukti kompeten yang cukup dan menerapkan semua tahapan audit secara menyeluruh. Ketidaksesuaian pendapat yang disajikan oleh auditor dengan kondisi klien akan dianggap sebagai informasi yang menyesatkan dan hal ini tergolong dalam dysfunctional audit behavior.

Dysfunctional audit behavior merupakan tindakan yang dilakukan auditor dalam pelaksanaan program audit yang dapat mereduksi atau menurunkan kualitas audit secara langsung (audit quality reduction behaviors) maupun tidak langsung (underreporting of time) (Kelley and Margheim, 1990; Otley and Pierce, 1996).

Perilaku reduksi kualitas audit (audit quality reduction behaviors) merupakan tindakan yang dilakukan auditor selama pelaksanaan prosedur audit yang

(17)

mereduksi efektivitas bukti-bukti audit yang dikumpulkan. Beberapa perilaku yang tergolong pada Reduksi Kualitas Audit (RKA) yaitu penghentian prematur prosedur audit, review yang dangkal atas dokumen klien, tidak menginvestigasi kesesuaian perlakuan akuntansi yang diterapkan klien, penerimaan atas penjelasan klien yang tidak memadai, mengurangi pekerjaan audit dari yang seharusnya dilakukan dan tidak memperluas scope pengauditan ketika terdeteksi transaksi atau pos yang meragukan (Pierce et al., 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Donnelly et al., (2003) menemukan bahwa merubah prosedur yang telah ditetapkan dalam melaksanakan audit dilapangan (replacing and altering original audit procedures) termasuk sebagai tindakan reduksi kualitas audit.

Perilaku under-reporting of time merupakan tindakan dysfunctional audit behavior secara tidak langsung yang terjadi ketika auditor melaporkan waktu audit yang lebih singkat dari waktu aktual yang dipergunakan untuk menyelesaikan tugas audit tertentu. Perilaku ini terbentuk atas keinginan auditor untuk menyelesaikan tugas audit dalam time budget pressure (Otley and Pierce, 1996).

Perilaku Under-Reporting of Time (URT) terjadi ketika auditor melaporkan waktu audit yang lebih singkat dari waktu aktual yang dipergunakan untuk menyelesaikan tugas audit tertentu. Perilaku URT juga terjadi akibat pemotivasian auditor itu sendiri untuk dapat menyelesaikan tugas audit dalam time budget pressure. Berbeda dengan perilaku RKA yang dapat mereduksi kualitas audit secara langsung, perilaku URT berpengaruh secara tidak langsung pada penurunan kualitas audit melalui keputusan yang mungkin salah dilakukan KAP. Laporan realisasi anggaran waktu digunakan KAP sebagai dasar pengambilan keputusan

(18)

3

seperti; penetapan anggaran waktu tahun berikutnya, evaluasi terhadap kinerja personal auditor dan penetuan fee audit (Otley and Pierce, 1996).

Dysfunctional audit behavior kembali menjadi perbincangan yang hangat.

Sabtu (16/9/17) melalui wartaekonomi.co.id, Priantara (2017) memaparkan kasus yang menimpa dua auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) terbesar di dunia yaitu KMPG dan PwC dikarenakan gagal dalam pengauditannya.

Kegagalan tersebut diakibatkan oleh auditor yang melakukan audit dibawah kualitas serta tidak melaksanakan standar audit sebagaimana mestinya. Akibat dari gagalnya auditor dalam pengauditan, maka sanksi yang dipikul KAP tersebut berupa sanksi denda, sanksi administratif seperti suspend jasa audit, sanksi berupa pidana maupun sanksi tidak tertulis berupa sanksi reputasi dan kepercayaan.

Permasalahan tersebut mampu memberikan dampak negatif kepada auditor dalam menjalankan profesi sebagai auditor yang profesional berupa pandangan buruk masyarakat terhadap kredibilitas auditor yang tidak melakukan dysfunctional audit behavior. Dysfunctional audit behavior terjadi dikarenakan pengaruh empat karakteristik, diantaranya melalui penelitian De Angelo (1981) dan Donnelly et al., (2003) memaparkan bahwa Kendali Lokus Eksternal (Locus of Control), Keinginan Untuk Berhenti Bekerja (Turnover Intention) dan Kinerja Auditor (Audit Performance) merupakan faktor timbulnya Dysfunctional Audit Behavior, serta Komitmen Organisasi (Organizational Commitment) menjadi faktor timbulnya Dysfunctional Audit Behavior melalui hasil penelitian Malone and Robert (1996), Otley and Pierce (1996), Donnelly et al., (2003).

(19)

Locus of control merupakan karakteristik yang penting dalam menjelaskan perilaku akuntan dari berbagai kondisi seperti pengambilan keputusan dalam dilema etis bahkan penerimaan perilaku disfungsional (Donnelly et al., 2003). Hal ini memperkuat penjelasan dari Spector (1988) yang menjabarkan sebagai cerminan dari sebuah kecenderungan seseorang untuk percaya bahwa orang tersebut memegang kendali peristiwa yang terjadi atas dirinya (Internal) atau kendali atas tersebut dari luar (Eksternal). Hasil Penelitian Donnelly et al., (2003) menemukan locus of control eksternal memiliki pengaruh signifikan terhadap dysfunctional audit behavior, namun hasil penelitian tersebut bertolak belakang dengan hasil penelitian Malone and Robert (1996) yang menjelaskan bahwa locus of control tidak memiliki pengaruh terhadap dysfunctional audit behavior dikarenakan auditor dengan locus of control internal meyakini bahwa keberhasilan atau kesuksesan dalam hidupnya berada dibawah kendalinya, sementara auditor yang memiliki locus of control eksternal menunjukkan bahwa keberhasilan dan kesuksesan dalam hidupnya berada diluar kendalinya.

Keinginan untuk berhenti bekerja (turnover intention) menjadi bagian yang dapat mempengaruhi dalam perilaku disfungsional seorang auditor, dikarenakan bahwa turnover intention merupakan kemauan seseorang dengan kesadaran serta pertimbangan untuk meninggalkan organisasi (Tett and Mayer, 1993). Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian Paino (2012) yang menunjukkan bahwasanya turnover intention memiliki pengaruh signifikan terhadap dysfunctional audit behavior, namun pada penelitian Harini et al., (2011) menunjukkan hasil yang

(20)

5

berbeda yaitu tidak ada pengaruh turnover intention terhadap dysfunctional audit behavior.

Variabel selanjutnya yaitu kinerja auditor yang merupakan gabungan perilaku dengan prestasi dari apa yang diharapkan dan pilihannya atau bagian syarat-syarat tugas yang ada pada masing-masing individu (auditor) dalam organisasi, hal tersebut sejalan dengan pemaparan dari Solar and Bruehl (1971) yang menjelaskan bahwa individu ataupun seorang auditor yang memiliki tingkat kinerjanya berada dibawah harapan supervisor ataupun pimpinan dan berada dibawah kemajuan auditor lainnya akan memicu kemungkinan yang lebih besar terlibat dalam perilaku disfungsional karena menganggap dirinya tidak mempunyai kemampuan untuk bertahan dalam organisasi melalui usahanya sendiri. Jadi, perilaku disfungsional dipandang sebagai hal yang perlu diambil karena tujuan individu maupun organisasi tidak dapat dicapai melalui tingkat kinerja sebagaimana mestinya. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maryanti (2005) yang menunjukkan adanya pengaruh signifikan pada tingkat kinerja seseorang terhadap dysfunctional audit behavior. Sedangkan Malone and Robert (1996) menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh signifikan.

Faktor terakhir yang menjadi fokus dalam penelitian ini yaitu komitmen organisasi yang dijelaskan oleh Mowday et al., (1979) sebagai keinginan yang kuat dari seseorang untuk mempertahankan kedudukannya dalam suatu organisasi, kesediaan untuk meningkatkan upaya yang lebih baik sebagai bagian dalam organisasi, bahkan keyakinan dan penerimaan terhadap nilai dan tujuan organisasi.

Teori tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang diperoleh oleh Paino et al.,

(21)

(2012) yang menjelaskan bahwa komitmen organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap dysfunctional audit behavior dikarenakan semakin tingginya sikap auditor dalam berkomitmen maka auditor tidak akan menerapkan perilaku yang memicu disfungsional dalam bekerja, bahkan paino menambahkan dalam penelitiannya bahwa auditor akan meningkatkan kinerjanya dikarenakan memiliki komitmen yang tinggi. Adapun dalam penelitian Maryanti (2005) memperoleh hasil yang tidak sejalan yakni komitmen organisasi tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan perilaku disfungsional yang disebabkan oleh sikap profesionalisme auditor yang tetap diterapkan.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian terdahulu yang dilakukan Anita (2016). Penelitian sebelumnya mengangkat judul yaitu Analisis Penerimaan Auditor Atas Dysfunctional Audit Behavior : Sebuah Pendekatan Karakteristik Personal Auditor (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Wilayah Sumatera). Hasil Penelitian Anita (2016) menunjukkan locus of control dan turnover intention berpengaruh positif terhadap penerimaan auditor atas dysfunctional audit behavior, serta kinerja auditor dan komitmen organisasi berpengaruh negatif terhadap penerimaan auditor atas dysfunctional audit behavior.

Adapun alasan yang dimiliki peneliti untuk mereplikasi penelitian terdahulu yaitu hasil penelitian Anita (2016) menunjukkan ketidak-konsistenan terhadap hasil penelitian-penelitian terdahulu yang mengaji seputar penerimaan auditor atas dysfunctional audit behavior. Perbedaan dari kedua penelitian ini terdapat pada penelitian peneliti menjadikan variabel komitmen organisasi sebagai variabel moderasi namun peneliti terdahulu tidak menggunakan variabel moderasi, serta

(22)

7

terdapat perbedaan pada lokasi penelitian, dimana peneliti menjadikan KAP Medan dan Pekanbaru yang terdaftar pada Institut Akuntan Publik Indonesia tahun 2019 sebagai Objek Penelitian. Namun peneliti terdahulu menggunakan seluruh KAP pada wilayah di seluruh Sumatera, sehingga peneliti ingin menunjukkan kefokusan penelitian pada dua wilayah ini atas penerimaan auditor atas dysfunctional audit behavior. Penelitian ini akan diberi judul “Pengaruh locus of control, turnover intention, kinerja auditor terhadap dysfunctional audit behavior dengan komitmen organisasi sebagai variabel moderasi pada auditor di kantor akuntan publik wilayah medan dan pekanbaru”

1.2 Rumusan Masalah

Auditor merupakan individu yang memiliki kemampuan untuk meninjau dan memverifikasi bahwa data akuntansi yang diberikan oleh perusahaan yang diaudit secara akurat sesuai dengan kegiatan yang telah diambil oleh perusahaan (reviso.com). Namun kasus yang ditemukan di Indonesia bahwa terdapat auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) terbesar di dunia yaitu KMPG dan PwC yang melakukan sikap dysfunctional audit behavior dikarenakan gagal dalam pengauditannya.

Hal tersebut mempengaruhi kinerja auditor yang dapat dipahami sebagai proses audit independen yang bertujuan untuk mengevaluasi langkah-langkah yang dilembagakan oleh manajemen atau kurangnya langkah-langkah ini untuk memastikan bahwa sumber daya telah diperoleh secara ekonomi dan dimanfaatkan secara efisien dan efektif.

(23)

Permasalahan yang akan peneliti angkat dalam tulisan ini akan membahas mengenai “Pengaruh locus of control, turnover intention dan kinerja auditor terhadap dysfunctional audit behavior dengan komitmen organisasi sebagai variabel moderasi pada auditor di kantor akuntan publik wilayah medan dan pekanbaru”

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah Locus of Control berpengaruh positif terhadap Dysfunctional Audit Behavior?

2. Apakah Turnover Intention berpengaruh positif terhadap Dysfunctional Audit Behavior?

3. Apakah Kinerja Auditor berpengaruh negatif terhadap Dysfunctional Audit Behavior?

4. Apakah Komitmen Organisasi mampu memoderasi pengaruh Locus of Control terhadap Dysfunctional Audit Behavior?

5. Apakah Komitmen Organisasi mampu memoderasi pengaruh Turnover Intention terhadap Dysfunctional Audit Behavior?

6. Apakah Komitmen Organisasi mampu memoderasi pengaruh Kinerja Auditor terhadap Dysfunctional Audit Behavior?

(24)

9

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh Locus of Control auditor terhadap Dysfunctional Audit Behavior.

2. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh Turnover Intention auditor terhadap Dysfunctional Audit Behavior.

3. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh Kinerja Auditor terhadap Dysfunctional Audit Behavior.

4. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh Locus of Control auditor terhadap Dysfunctional Audit Behavior dengan Komitmen Organisasi sebagai variabel moderasi.

5. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh Turnover Intention auditor terhadap Dysfunctional Audit Behavior dengan Komitmen Organisasi sebagai variabel moderasi.

6. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh Kinerja Auditor terhadap Dysfunctional Audit Behavior dengan Komitmen Organisasi sebagai variabel moderasi.

(25)

1.5 Kontribusi Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, antara lain:

1. Secara teoritis:

a. Memberikan sumbangan keilmuan khususnya bidang audit mengenai pengaruh Locus of Control, Turnover Intention, Kinerja Auditor terhadap Dysfunctional Audit Behavior dengan Komitmen Organisasi sebagai variabel moderasi.

b. Memberikan tambahan referensi atau rujukan bagi peneliti-peneliti lain yang berminat untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi Dysfunctional Audit Behavior.

2. Secara praktis:

a. Memberikan manfaat bagi penulis untuk menambah wawasan mengenai pengaruh Locus of Control, Turnover Intention, Kinerja Auditor terhadap Dysfunctional Audit Behavior dengan Komitmen Organisasi sebagai variabel moderasi yang terdapat di Kantor Akuntan Publik wilayah Medan dan Pekanbaru yang terdaftar pada Institut Akuntan Publik tahun 2019.

b. Sebagai masukan bagi Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), Kantor Akuntan Publik, Regulator dan pihak-pihak lain yang berkepentingan agar dapat mengambil kebijakan- kebijakan terkait dengan pengaruh Locus of Control, Turnover Intention, Kinerja Auditor terhadap Dysfunctional Audit Behavior dengan Komitmen Organisasi sebagai variabel moderasi.

(26)

11

1.6 Originalitas Penelitian

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Anita (2016) dengan beberapa perbedaan diantaranya dari segi tahun penelitian yang berbeda tiga tahun dari tahun penelitian terdahulu, peneliti terdahulu melakukan penelitian ditahun 2016 dan peneliti melakukan penelitian di tahun 2019, lokasi yang diteliti diperkecil dari lokasi peneliti terdahulu di Kantor Akuntan Publik seluruh Sumatera sehingga berfokus pada dua lokasi penelitian yaitu Medan dan Pekanbaru, serta alat uji yang digunakan peneliti pun berbeda dengan alat uji peneliti terdahulu, alat uji yang peneliti gunakan adalah SPSS dengan melihat hasil dari pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, namun peneliti terdahulu menggunakan SEM PLS dengan melihat hasil dari analisis variabel independen terhadap variabel dependen.

Tabel 1.1 Originalitas Penelitian

No Uraian Penelitian Terdahulu Penelitian Saat Ini

1 Variabel Independen

Locus of Control Turnover Intention

Kinerja Auditor Komitmen Organisasi

Locus of Control Turnover Intention

Kinerja Auditor

2 Variabel Dependen

Dysfunctional Audit Behavior

Dysfunctional Audit Behavior

3 Variabel Moderasi - Komitmen Organisasi

4 Waktu Penelitian 2016 2019

(27)

5 Lokasi Penelitian Seluruh KAP Sumatera

KAP Wilayah Medan dan Pekanbaru

6 Alat Uji SEM PLS SPSS

(28)

BAB II

LANDASAN TEORI DAN TELAAH LITERATUR 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Contingency Theory (Teori Kontinjensi)

Teori Kontinjensi yang dijelaskan oleh Fiedler (1964) didalam sebuah artikel yang berjudul a contingency model of leadership effectiveness merupakan teori organisasi yang mengklaim bahwa tidak ada cara terbaik untuk mengatur sebuah perusahaan, untuk memimpin sebuah perusahaan, atau untuk membuat keputusan.

Sebaliknya, tindakan yang optimal bergantung pada situasi internal dan eksternal.

Fiedler ingin menekankan bahwa proses kerja dalam sebuah organisasi, kepribadian pemimpin sangat dibutuhkan dan berkaitan erat dengan situasi dimana seseorang itu berkerja ataupun beroperasi.

Teori Kontinjensi menurut Fiedler (1964) dibagi atas dua gaya kepemimpinan yaitu task motivated (motivasi kerja) yang diartikan sebagai sikap yang menggambarkan gaya kepemimpinan yang berkaitan dengan menetapkan tujuan, menyusun tugas, dan mengukur kinerja. Pemimpin yang termotivasi oleh tugas akan fokus pada kegiatan seperti perencanaan, penjadwalan, mendefinisikan peran dan tanggung jawab, dan memberikan umpan balik yang berhubungan dengan kinerja (oxfordindex.oup.com). Gaya kepemimpinan yang berikutnya yaitu relationship motivated (motivasi hubungan/relasi) yang menggambarkan gaya kepemimpinan yang berkaitan dengan mempertahankan hubungan positif dalam kelompok, menghilangkan penyebab gesekan, dan mengangkat semangat kerja.

Pemimpin yang termotivasi hubungan akan menunjukkan kepercayaan bawahan,

(29)

menghormati ide-ide mereka, dan pertimbangan untuk perasaan mereka (oxfordindex.oup.com).

Otley (1980) menambahkan bahwa dalam pendekatan kontinjensi ini tidak ada sistem akuntansi yang berfungsi secara menyeluruh untuk semua organisasi.

Kesesuaian sistem akuntansi akan bergantung pada keadaan organisasi yang lebih spesifik. Pendekatan kontinjensi juga dijabarkan oleh Luthans (2006) melalui konsep Goals-Path sebagai berikut;

Gambar 2.1 Konsep Goals-Path

Luthans melanjutkan bahwa konsep teori kontinjensi goals path ini dapat digunakan atau secara aktual telah digunakan oleh seseorang yang memiliki jiwa kepemimpinan dalam segala situasi. Perkembangan seseorang yang memiliki jiwa kepemimpinan secara umum berorientasi mengenai apakah keberhasilan dalam situasi tertentu akan berkontinjensi pada perilaku pribadi mereka sendiri atau dikendalikan oleh kekuatan eksternal (Rotter, 1966).

(30)

15

2.2 Telaah Literatur

2.2.1 Dysfunctional Audit Behaviour (Perilaku Disfungsional Auditor) Perilaku Disfungsional Auditor terdiri dari tiga kata yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2016) memiliki arti kata tersendiri, yaitu perilaku yang diartikan tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan, disfungsi sebagai perihal tidak berfungsi secara normal atau terganggu fungsinya, kata terakhir yaitu auditor memiliki arti pengaudit. Pengertian ketiga kata tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2016) Perilaku Disfungsional Auditor merupakan reaksi seseorang yang bekerja dalam pengauditan terhadap lingkungan kerja diluar dari proses pengauditan seharusnya.

Literatur yang membahas perilaku disfungsional pada Auditor menjelaskan bahwa istilah perilaku disfungsional merupakan gambaran atas perilaku yang berkontribusi terhadap penurunan kualitas audit hingga berakhir pada kegagalan dalam melakukan pengauditan. (Otley and Pierce, 1996; Rhode, 1978; Alderman and Deitrick, 1978) dan mengubah atau mengganti langkah audit (Margheim and Pany, 1986). Perilaku disfungsional auditor dijelaskan oleh Otley dapat mempengaruhi kualitas audit baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pengaruh secara langsung yang disebabkan oleh perilaku disfungsional auditor dapat berupa prematur sign-off dari tahapan pengauditan tanpa menyelesaikan prosedur yang telah ditetapkan, kurangnya perolehan bukti audit oleh auditor, altering/replacing of audit procedure (Alderman and Deitrick, 1982), memproses audit yang kurang akurat (Mc. Daniel, 1990) serta kesalahan yang ditimbulkan

(31)

dalam pelaksanaan tahapan-tahapan audit (Margheim and Pany, 1986). Sementara perilaku disfungsional yang dipengaruhi secara tidak langsung dapat berupa underreporting of time.

Altering/replacing of audit procedure adalah penggantian prosedur audit yang telah ditetapkan dalam standar auditing. Hal ini berpengaruh secara langsung terhadap kualitas audit dan dapat mengubah hasil audit.

Premature sign off merupakan suatu keadaan yang menunjukkan auditor menghentikan satu atau beberapa langkah audit yang diperlukan dalam prosedur audit tanpa menggantinya dengan langkah lain. Suatu proses audit sering gagal karena penghapusan prosedur audit yang penting dari prosedur audit daripada prosedur audit tidak dilakukan secara memadai untuk beberapa item.

Underreporting of time terjadi ketika auditor melakukan tugas audit tanpa melaporkan waktu yang sebenarnya. Underreporting of time menyebabkan keputusan personel kurang baik, menutupi kebutuhan revisi anggaran, dan menghasilkan time pressure untuk audit di masa datang yang tidak diketahui (Kartika dan Wijayanti, 2007). Time budget yang disebabkan oleh Underreporting of time tahun sebelumnya dapat menyebabkan auditor gagal untuk mengumpulkan cukup bukti, penemuan yang signifikan, dan prosedur dokumen yang tidak mereka lakukan (Otley and Pierce 1996; Donnelly et al., 2003; Nor et al., 2009).

2.2.2 Locus of Control

Locus of control dijelaskan sebagai konsep psikologis yang mengacu pada seberapa kuat seseorang yakin terhadap diri mereka sendiri bahwa mereka memiliki kendali atas situasi dan pengalaman yang mempengaruhi kehidupan pribadi mereka

(32)

17

(edglossary.org). Rotter (1966) turut menjabarkan bahwa locus of control merupakan bagian yang dikendalikan dari luar maupun dikendalikan dari dalam yang tingkat dimana seseorang mengharapkan reinforcement atau hasil dari perilaku mereka bergantung pada perilaku mereka sendiri atau karakteristik personal mereka ataupun tingkat dimana seseorang beranggapan bahwa reinforcement atau hasil adalah fungsi dari kesempatan, keberuntungan atau takdir bahwa kendali yang lain atau tidak dapat diperkirakan.

Locus of control memainkan peran penting dalan kinerja dibidang akuntansi seperti pada anggaran partisipasi (Brownel, 1982; Frucot and Shearon, 1991) serta konflik pada audit (Tsui and Gul, 1996). Locus of control juga mempengaruhi dysfunctional audit behavior, komitmen organisasi, turnover intention dan job satisfaction (Reed et al., 1994; Donnelly et al., 2003).

Dua sisi locus of control yang dijabarkan oleh Rotter (1966) yaitu internal control yang diartikan oleh Lefcourt and Martin (1983) sebagai suatu keyakinan yang dihasilkan dari interaksi antara individu dan peristiwa-peristiwa yang terjadi didalam diri individu itu sendiri. Sisi internal control juga secara langsung berpengaruh terhadap outcome, individu yang memiliki sisi ini cenderung bekerja lebih efektif dalam lingkungan yang mengizinkan mereka untuk lebih mengendalikan tindakan mereka.

Rotter (1966) juga menyatakan bahwa sisi lainnya yaitu external control yang juga diartikan oleh Lefcourt and Martina (1983) sebagai keyakinan terhadap segala peristiwa yang terjadi karena alasan yang tidak ada hubungannya dengan tingkah laku individu dan dengan demikian diluar kemampuan individu untuk mengontrol.

(33)

Dengan demikian, individu yang memiliki locus of external control beranggapan bahwa peristiwa yang terjadi pada diri mereka dipengaruhi oleh faktor yang ada diluar dirinya seperti keberuntungan. Berdasarkan penelitian terdahulu, terdapat pengaruh locus of control terhadap dysfunctional audit behavior diantaranya melalui penelitian Donnelly et al., (2003), Harini et al., (2011), Anita (2016).

2.2.3 Turnover Intention

Keinginan yang timbul dengan kesadaran penuh dari dalam diri seseorang untuk keluar dari organisasi atau tempat orang tersebut bekerja merupakan pengertian dari turnover intention yang dijelaskan oleh Robbins (2011) pada buku yang dirilis dengan judul “Perilaku Organisasi”. Pengertian lain datang dari Setiawan dan Ghozali (2006) yang mengartikan bahwa turnover intention sebagai penghentian atau keluar dari organisasi atau lingkungan tempat kerja individu secara permanen, dapat sebagai pensiunan sukarela, atau tidak suka pemecatan.

Turnover intentions berfungsi jika karyawan meninggalkan organisasi adalah karyawan yang dianggap layak untuk keluar. Kondisi ini merupakan peluang bagi orang yang termotivasi atau mampu lebih tinggi, memberikan kesempatan untuk promosi, dan mengeluarkan ide-ide baru dan segar untuk organisasi (Setiawan dan Ghozali, 2006).

Turnover intention dijadikan sebagai elemen kunci dalam model tindakan turnover pegawai dan behavioral intention menjadi prediktor terbaik untuk turnover. Hal tersebut merupakan suatu model yang diidentifikasi sebagai prediktor tunggal terbaik dari perilaku individu untuk mengukur niat atau maksud untuk melakukan suatu tindakan pada awal pengembangan literatur behavioral intention

(34)

19

(Fishbein and Azjen, 1975). Maka dari itu turnover intention menjadi precursor terbaik terbaik untuk turnover (Michael and Spector, 1982). Berdasarkan penelitian terdahulu, terdapat pengaruh turnover intention terhadap dysfunctional audit behavior diantaranya melalui penelitian Maryanti (2005), Paino et al., (2012), Anita (2016).

2.2.4 Kinerja Auditor

Istilah Kinerja diartikan sebagai prestasi kerja individu setelah mengerahkan upaya yang diperlukan pada pekerjaan yang terkait melalui mendapatkan pekerjaan yang layak, profil yang terlibat, dan rekan kerja atau perusahaan disekitar yang dapat bekerjasama (Hellriegel, Jackson & Slocum, 1999; Karakas, 2010). Kinerja Auditor merupakan auditor yang melaksanakan penugasan pemeriksaan secara obyektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan (Mulyadi, 2002).

Kinerja Auditor terbagi atas dua bagian yang dimana dipengaruhi oleh beberapa faktor (Timpe, 1993) diantaranya faktor internal yang dihubungkan dengan sifat auditor seperti kinerja auditor yang baik dikarenakan kemampuan auditor yang tinggi serta bekerja keras, sedangkan pada auditor yang memiliki kinerja yang buruk lebih dominan dikarenakan kemampuan yang dimiliki begitu rendah serta upaya sedikit dalam meningkatkan kinerja. Adapun faktor eksternal (Timpe, 1993) yang dihubungkan dengan lingkungan ataupun kondisi diluar kendali auditor seperti kinerja auditor yang baik disebabkan oleh pekerjaan yang

(35)

mudah, situasi dan kondisi yang dialami auditor begitu mendukung dalam pelaksanaan tugas kerja, serta memiliki rekan kerja dan pimpinan yang mampu mendukung serta bekerjasama, sementar kinerja buruk yang dihasilkan auditor dipengaruhi oleh pekerjaan yang diberikan begitu berat, situasi dan kondisi yang dialami auditor yang tidak baik sehingga menurunkan kualitas kinerja auditor serta memiliki rekan kerja dan pemimpin yang begitu subjektif.

Timpe (1993) menjelaskan ada tiga tahapan penentu kinerja diantaranya:

1. Tingkat Keterampilan; dalam hal ini berkaitan terhadap pengetahuan, kemampuan, kecakapan interpersonal serta kecakapan teknis (skill dan ability).

2. Tingkat Upaya; karyawan yang hanya memiliki ketrampilan yang baik tidak akan dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik apabila tidak mempunyai upaya sama sekali. Pada intinya, karyawan harus memiliki motivasi dalam bekerja.

3. Kondisi-Kondisi Eksternal; sejauh mana kondisi-kondisi eksternal mendukung produktivitas karyawan (lingkungan kerja karyawan).

Berdasarkan job characteristic theory (Lee, 2000), seseorang akan dimotivasi oleh kepuasan diri yang diperoleh dari pelaksanaan tugas mereka. Ketika mereka menemukan bahwa pekerjaan mereka memiliki arti, orang akan menyukai pekerjaan mereka dan akan termotivasi untuk melaksanakan tugas mereka dengan baik. Tiga sikap psikologis yang ditemukan dalam pemaparan job characteristic theory yaitu perasaan bahwa pekerjaan yang dilakukan memiliki arti, rasa tanggung jawab terhadap hasil kerja dan pengetahuan akan hasil kerja akan meningkatkan

(36)

21

motivasi, kinerja serta kepuasan. Berdasarkan penelitian terdahulu, terdapat pengaruh Kinerja Auditor terhadap dysfunctional audit behavior diantaranya melalui penelitian Donnelly et al., (2012), Wahyudi (2013), Anita (2016).

2.2.5 Komitmen Organisasi

Komitmen Organisasi adalah keadaan karyawan yang berkomitmen untuk membantu pencapaian tujuan organisasi, serta melibatkan tingkat identifikasi, keterlibatan dan loyalitas karyawan (Caught and Shadur, 2000). Caught juga menjelaskan bahwa hal ini merupakan respons emosional yang dapat diukur melalui perilaku, keyakinan dan sikap orang serta dapat berkisar dari sangat rendah hingga sangat tinggi.

Meyer and Allen (1997) telah mengidentifikasi tiga jenis komitmen organisasi, diantaranya:

1. Komitmen afektif atau moral terjadi ketika individu sepenuhnya merangkul tujuan dan nilai-nilai organisasi. Mereka menjadi terlibat secara emosional dengan organisasi dan merasa secara pribadi bertanggung jawab atas tingkat keberhasilan organisasi. Orang-orang ini biasanya menunjukkan tingkat kinerja yang tinggi, sikap kerja yang positif, dan keinginan untuk tetap bersama organisasi.

2. Komitmen normatif terjadi ketika individu tetap dengan organisasi berdasarkan standar perilaku yang diharapkan atau norma sosial. Orang- orang ini menghargai kepatuhan, kewaspadaan, dan formalitas.

Penelitian menunjukkan bahwa mereka cenderung menampilkan sikap dan perilaku yang sama dengan mereka yang memiliki komitmen afektif.

(37)

Komitmen organisasi merupakan konsep yang telah lama dan banyak beranggapan bahwa konsep komitmen organisasi telah ketinggalan zaman, namun Meyer and Allen (1997) menegaskan bahwa meskipun komitmen organisasi merupakan konsep yang telah lama, namun konsep komitmen organisasi begitu penting. Meyer and Allen (1997) menyimpulkan dalam tiga alasan terkait pentingnya konsep komitmen organisasi, diantaranya sebagai berikut:

1. Organisasi tidak menghilang; mereka menjadi lebih ramping, dan organisasi yang lebih ramping membutuhkan fleksibilitas yang lebih besar dari karyawan mereka. Karena organisasi memiliki lebih sedikit manajer yang memberikan lebih sedikit pengawasan, karyawan harus melakukan tindakan yang benar sendiri. Komitmen karyawan terhadap organisasi dapat membantu memastikan kebenaran tindakan mereka.

2. Organisasi yang mengalihdayakan pekerjaan mereka bergantung pada kualitas pekerja sementara. Mungkin para pekerja ini tidak akan memiliki jenis komitmen yang akan dimiliki oleh pekerja permanen. Komitmen pekerja sementara akan diperlukan untuk menjaga kualitas.

3. Mengembangkan komitmen adalah respons alami untuk menjadi bagian dari suatu kelompok. Jika organisasi tidak memanfaatkan respons ini, mereka akan mendorong alienasi. Hasil dari alienasi merugikan organisasi.

Berdasarkan penelitian terdahulu, terdapat pengaruh komitmen organisasi sebagai pemoderasi terhadap dysfunctional audit behavior.

(38)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dibentuk untuk menunjukkan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh Locus of Control, Turnover Intention dan Kinerja Auditor terhadap Dysfunctional Audit Behavior dengan Komitmen Organisasi sebagai moderasi.

Maka model penelitian dari variabel yang akan diteliti yakni:

Variabel Independen: Variabel Dependen:

Variabel Moderasi:

Gambar 3.1 Model Penelitian 3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari pokok permasalahan yang akan diuji kebenarannya (Sugiyono, 2007:93). Berdasarkan pada rumusan masalah, tujuan penelitian, dan kajian teori yang relevan ataupun hasil penelitian sebelumnya, maka dapat dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

(39)

3.2.1 Pengaruh Locus of Control terhadap Dysfunctional Audit Behavior Locus of control digambarkan sebagai cerminan dari sebuah kecendrungan seorang individu untuk percaya bahwa dia mengendalikan peristiwa yang terjadi dalam hidupnya (internal) atau kendali atas peristiwa yang terjadi dalam hidupnya itu berasal dari hal lain, misalnya kuasa orang lain (eksternal) (Spector, 1988).

Locus of control menunjukkan tingkat keyakinan individu tentang sejauh mana mereka dapat mengendalikan kejadian-kejadian yang mempengaruhi kehidupan mereka (Rotter, 1996).

Otley and Pierce (1996) memiliki pemahaman yang sejalan dengan Kelley and Margheim (1990) terkait pengertian dysfunctional audit behavior yang dapat diartikan sebagai tindakan yang dilakukan oleh auditor selama pelaksanaan program audit yang dapat mereduksi kualitas audit baik secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku yang mereduksi kualitas audit secara langsung dilakukan melalui tindakan seperti penghentian prematur prosedur audit (premature sign-off) dan mengganti prosedur audit yang telah ditetapkan sebelumnya (altering of audit procedure).

Under reporting of time (URT) dijelaskan sebagai bagian dari dysfunctional audit behavior melalui penelitian Otley and Pierce (1996) dikarenakan prosedur ini dilakukan oleh auditor dengan sengaja memanipulasi catatan waktu audit dan tidak melaporkan waktu pengauditan yang sebenarnya atau menggunakan waktu pribadinya untuk meminimumkan anggaran waktu yang berlebihan.

Penelitian terdahulu yang mengaitkan locus of control terhadap dysfunctional audit behavior diantaranya Donnelly et al., (2003), Paino et al., (2012), Harini et

(40)

25

al., (2011), Pujaningrum dan Arifin (2012), Wahyudi (2013) dan Wijayanti (2009) yang menemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan, sementara Maryanti (2005) menjelaskan melalui penelitiannya bahwa tidak ditemukan pengaruh signifikan melalui locus of control terhadap dysfunctional audit behavior. Hasil korelasi positif yang menyatakan locus of control eksternal cenderung akan melakukan penipuan atau memanipulasi untuk meraih tujuan pribadi ditemukan melalui penelitian Gable and Dangello (1994), Comer (1985) serta Solar and Bruehl (1971) dengan penjelasan bahwa auditor yang memiliki locus of control eksternal cenderung akan melakukan perilaku yang menyimpang yang dalam aktifitas audit dikenal sebagai dysfunctional audit behavior.

Bukti empiris yang memberikan kesan hubungan positif antara locus of control eksternal dan perilaku dysfunctional audit behavior diutarakan oleh Donnelly et al., (2003) dan Shapeero et al., (2003) yang menemukan auditor dengan locus of control eksternal lebih menerima perilaku audit yang menyimpang dibandingkan auditor dengan locus of control internal. Maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1: Locus of control berpengaruh positif terhadap dysfunctional audit behavior.

3.2.2 Pengaruh Turnover Intention terhadap Dysfunctional Audit Behavior

Turnover intention merupakan keinginan auditor untuk berpindah dari satu tempat kerja ke tempat kerja yang lain (Aryanya and Ferrish, 1984), ataupun untuk mencari alternatif pekerjaan dan belum terwujud dalam bentuk nyata (Pasewark and Strawser, 1996). Pemahaman tersebut sejalan dengan penjelasan dari Malone

(41)

and Robert (1996) yaitu auditor dengan keinginan untuk meninggalkan perusahaan dapat dianggap lebih menunjukkan dysfunctional behavior karena berkurangnya ketakutan terhadap kemungkinan diberhentikan jika perilaku tersebut dideteksi.

Individu yang bermaksud meninggalkan perusahaan mungkin kurang memperhatikan pengaruh balik potensial dari dysfunctional audit behavior terhadap promosi dan penilaian kinerja, sehingga auditor yang mempunyai turnover intention yanga lebih tinggi akan menerima dysfunctional behavior juga.

Penelitian terdahulu yang menjelaskan adanya pengaruh yang berkorelasi positif antara turnover intention terhadap dysfunctional audit behavior diantaranya Donnelly et al., (2003), Maryanti (2005), Paino et al., (2012) serta Pujaningrum dan Arifin (2012) bahwa semakin tinggi keinginan seorang auditor untuk meninggalkan pekerjaannya maka kecenderungan untuk menerima dysfunctional audit behavior semakin tinggi, sebaliknya semakin kuat keinginan seorang auditor untuk bertahan dengan pekerjaannya, maka kecendrungan untuk tidak menerima dysfunctional audit behavior semakin tinggi. Maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2: Turnover intention berpengaruh positif terhadap dysfunctional audit behavior.

3.2.3 Pengaruh Kinerja Auditor terhadap Dysfunctional Audit Behavior Kinerja diartikan sebagai prestasi kerja individu setelah mengerahkan upaya yang diperlukan pada pekerjaan yang terkait melalui mendapatkan pekerjaan yang layak, profil yang terlibat, dan rekan kerja atau perusahaan disekitar yang dapat bekerjasama (Hellriegel et al., 1999; Karakas, 2010). Sedangkan untuk pemahaman di bagian audit sendiri dijelaskan melalui International Organization of Suprime

(42)

27

Audit Institution (IOSAI) yaitu Kinerja Auditor merupakan tindakan atau pelaksanaan tugas pemeriksaan yang telah diselesaikan auditor dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Dapat disimpulkan bahwa kinerja auditor hasil kerja yang dicapai auditor dalam jangka waktu tertentu guna mencapai tujuan dari organisasi tersebut.

Dysfunctional audit behavior merupakan tindakan yang dilakukan auditor selama pelaksanaan program audit yang dapat mereduksi kualitas audit baik secara langsung diantaranya premature sign off (prematur prosedur audit) dan (altering of audit procedure) melalui penelitian Kelley and Margheim (1990) maupun secara tidak langsung berupa under reporting of time (diluar waktu pelaporan) melalui penelitian Otley and Pierce (1996).

Penelitian yang menjelaskan hasil penelitian kinerja auditor berkorelasi negatif terhadap dysfunctional audit behavior diperoleh dari Donelly et al., (2003), Harini et al., (2011), Paino et al., (2012), Pujaningrum dan Arifin (2012) serta Wahyudi (2013). Sedangkan melalui penelitian Maryanti (2005) tidak ditemukan pengaruh kinerja auditor terhadap dysfunctional audit behavior.

Dalam penelitian serupa, Solar and Bruchi (1971) menyatakan bahwa individu yang menunjukkan tingkat kinerja dibawah harapan personal atau harapan supervisor cenderung melakukan dysfunctional ketika mereka tidak melihat diri mereka mencapai kekuatan yang diperlukan untuk bertahan dalam organisasi melalui usaha mereka sendiri. Maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:

H3: Kinerja auditor berpengaruh negatif terhadap dysfunctional audit behavior.

(43)

3.2.4 Pengaruh Locus of Control terhadap Dysfunctional Audit Behavior dengan Komitmen Organisasi sebagai variabel moderating

Locus of control merupakan suatu kecenderungan yang dimiliki seseorang dalam meyakini peristiwa yang terjadi dalam hidupnya merupakan kendalinya sendiri (internal) maupun atas kendali diluar dirinya sendiri (eksternal) (Spector, 1988). Locus of control ditemukan sebagai anteseden komitmen organisasi oleh Luthan et al., (1987) dan Kinichi and Vecchio (1994). Sementara komitmen organisasi diartikan sebagai kekuatan yang ada pada diri seseorang dalam mengaplikasikan dirinya untuk terlibat pada perusahaan (Porter et al., 1974).

Auditor yang memiliki locus of control internal akan merasa memiliki kesempatan yang lebih besar dalam perusahaan ataupun kantor akuntan publik dikarenakan memiliki komitmen organisasi yang tinggi dibandingkan auditor yang memiliki locus of control eksternal (Spector, 1988 dan Donelly et al., 2003). Hal ini mengindikasikan bahwa auditor yang memiliki komitmen organisasi yang kuat cenderung tidak menerima dysfunctional audit behavior, dan auditor yang memiliki komitmen organisasi yang rendah akan menerima dysfunctional audit behavior.

Oleh karena itu penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:

H4: Komitmen organisasi mampu memoderasi pengaruh Locus of control terhadap dysfunctional audit behavior.

(44)

29

3.2.5 Pengaruh Turnover Intention terhadap Dysfunctional Audit Behavior dengan Komitmen Organisasi sebagai variabel

moderating

Turnover intention merupakan keinginan auditor untuk berpindah dari satu tempat kerja ke tempat kerja yang lain namun belum terwujud dalam bentuk nyata (Aryanya and Ferrish (1984), Pasewark and Strawser, (1996)) , sementara komitmen organisasi dapat dipahami sebagai kekuatan yang ada pada diri seseorang dalam mengaplikasikan dirinya untuk terlibat pada perusahaan (Porter et al., 1974).

Auditor yang memiliki komitmen yang rendah untuk aktif dalam organisasi cenderung akan meningkatkan keinginan auditor tersebut untuk dapat pindah dari tempat auditor tersebut bekerja dan mencari tempat kerja baru yang diinginkan dan menimbulkan komitmen yang tinggi untuk bekerja didalamnya, sehingga menuntut auditor melakukan disfungsi dalam bekerja di tempat auditor bekerja sekarang.

Auditor yang memiliki komitmen yang tinggi untuk aktif dalam organisasi cenderung akan meminimalisir keinginan auditor tersebut untuk dapat berpindah dari tempat auditor bekerja dan menghindari tindakan disfungsi dalam bekerja.

Oleh karena itu penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:

H5: Komitmen organisasi mampu memoderasi pengaruh Turnover intention terhadap dysfunctional audit behavior.

3.2.6 Pengaruh Kinerja Auditor terhadap Dysfunctional Audit Behavior dengan Komitmen Organisasi sebagai variabel moderating

Kinerja merupakan sebuah prestasi kerja individu setelah mengerahkan upaya yang diperlukan pada pekerjaan yang terkait melalui mendapatkan pekerjaan yang

(45)

layak, profil yang terlibat, dan rekan kerja atau perusahaan disekitar yang dapat bekerjasama (Hellriegel et al., 1999; Karakas, 2010), sementara komitmen organisasi diartikan sebagai kekuatan yang ada pada diri seseorang dalam mengaplikasikan dirinya untuk terlibat pada perusahaan (Porter et al., 1974).

Auditor yang memiliki komitmen dalam organisasi ataupun perusahaan akan bekerja dengan profesional demi kemajuan perusahaan sesuai dengan visi dan misi yang telah dimiliki oleh perusahaan tersebut, sehingga auditor memperoleh kinerja yang baik berdasarkan usaha yang besar dilakukan untuk perusahaan tersebut.

Kinerja yang diperoleh auditor baik akan cenderung meminimalisir perilaku yang menyimpang dalam bekerja yang akan menurunkan reputasi perusahaan dan kredibilitasnya sebagai auditor. Oleh karena itu, penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:

H6: Komitmen organisasi mampu memoderasi pengaruh Kinerja Auditor terhadap penerimaan dysfunctional audit behavior.

(46)

BAB IV

METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif kausal dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian asosiatif kausal adalah penelitian yang mengidentifikasi hubungan yang bersifat sebab akibat antara satu atau lebih variabel independen maupun variabel moderasi dengan variabel dependen. Serta penelitian kuantitatif diartikan sebagai jenis penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan deduktif dan induktif. Hubungan yang diuji dalam penelitian ini adalah hubungan secara parsial dan simultan antara variabel independen yaitu locus of control, turnover intention, kinerja auditor dan variabel moderasi yaitu komitmen organisasi dengan variabel dependen dysfunctional audit behavior.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Akuntan Publik pada wilayah Medan – Sumatera Utara dan Pekanbaru – Riau. Waktu penelitian dimulai pada bulan Maret hingga Juli 2019.

4.3 Definisi Operasional 4.3.1 Variabel Dependen

4.3.1.1 Dysfunctional Audit Behavior

Perilaku audit disfungsional (dysfunctional audit behavior) merupakan variabel dependen yang diartikan sebagai setiap tindakan yang dilakukan auditor selama pelaksanaan program audit yang dapat mereduksi kualitas audit baik secara langsung maupun tidak langsung (Otley and Pierce, 1996; Kelley and Margheim,

(47)

1990). Variabel ini diukur melalui tiga indikator yang dapat mempengaruhi serta menurunkan kualitas seorang auditor dalam mengaudit yaitu premature sign-off, altering of audit procedure dan underreporting of time audit yang dikembangkan oleh Kelly and Margheim (1990) serta Donnelly et al., (2003) dengan instrumen pertanyaan yang telah di replikasi oleh Anita (2016) berjumlah dua belas pertanyaan.

Responden diminta menjawab tentang bagaimana persepsi mereka, memilih di antara lima jawaban mulai dari sangat setuju sampai ke jawaban sangat tidak setuju. Masing-masing item pernyataan tersebut kemudian diukur dengan menggunakan skala likert 5 poin, di mana poin 1 diberikan untuk jawaban yang mengindikasikan penerimaan perilaku disfungsional yang rendah, dan seterusnya poin 5 diberikan untuk jawaban yang berarti mengindikasikan penerimaan perilaku disfungsional yang tinggi.

4.3.2 Variabel Independen 4.3.2.1 Locus of Control

Locus of control didefinisikan oleh Spector (1988) sebagai cerminan dari sebuah kecendrungan seorang individu untuk percaya bahwa ia mengendalikan peristiwa yang terjadi dalam hidupnya (internal) atau kendali atas peristiwa yang terjadi dalam hidupnya itu berasal dari luar kendalinya ataupun dipengaruhi oleh orang lain (eksternal).

Variabel ini diukur menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Spector (1988) yang dimodifikasi oleh Donnelly et al., (2003) dan telah diterjemahkan oleh Silaban (2009) dan di replikasi oleh Anita (2016) dengan

(48)

33

indikator eksternal yakni kurang memiliki inisiatif, mudah menyerah, kurang menyari informasi, bersepsi berusaha tidak berkorelasi dengan kesuksesan, bergantung pada orang lain, dan internal diantaranya bekerja keras, memiliki inisiatif tinggi, berusaha menemukan solusi, berfikir seefektif mungkin, berpersepsi berusaha untuk sukses. Responden diminta menjawab tentang bagaimana persepsi mereka, memilih di antara lima jawaban mulai dari sangat setuju sampai ke jawaban sangat tidak setuju. Masing-masing item pernyataan tersebut kemudian diukur dengan menggunakan skala likert 5 poin, di mana poin 1 diberikan untuk jawaban yang berarti individu memiliki locus of control internal, dan seterusnya poin 5 diberikan untuk jawaban yang berarti individu memiliki locus of control eksternal.

Terdapat dua belas pertanyaan untuk mengukur variabel locus of control.

4.3.2.2 Turnover Intention

Turnover intention merupakan keinginan seorang auditor berpindah dari satu tempat kerja ketempat kerja yang lain (Aranya and Ferrish, 1984). Variabel ini diukur melalui empat indikator diantaranya tingkat keinginan berpindah kerja responden dalam waktu dekat (dua tahun), jangka waktu menengah (lima tahun), juga jangka panjang (sampai pensiun) serta alternatif pekerjaan lain.

Turnover intention diukur menggunakan instrumen pendekatan periode multi waktu yang didukung oleh literatur dari Aranya and Ferrish (1984) dan Donnelly et al., (2003) yang terbagi atas empat jenis pertanyaan diantaranya perencanaan auditor untuk bertahan dalam organisasi selama dua tahun, lima tahun, hingga pensiun, ataupun telah memiliki alternatif pekerjaan.

(49)

Responden diminta menjawab tentang bagaimana persepsi mereka, memilih di antara lima jawaban mulai dari sangat setuju sampai ke jawaban sangat tidak setuju. Masing-masing item pernyataan tersebut kemudian diukur dengan menggunakan skala likert 5 poin, di mana poin 1 diberikan untuk jawaban yang berarti individu memiliki rendahnya turnover intention, dan seterusnya poin 5 diberikan untuk jawaban yang berarti individu memiliki tingkat turnover intention yang tingi. Terdapat empat pertanyaan untuk mengukur variabel turnover intention.

4.3.2.3 Kinerja Auditor

Kinerja Auditor adalah tindakan atau pelaksanaan tugas pemeriksaan yang telah diselesaikan auditor dalam jangka waktu yang telah ditetapkan (Mulyadi, 2002). Indikator yang digunakan berjumlah empat indikator yang terdiri atas empat indikator personalitas, antara lain: kompetensi, komitmen profesional, motivasi, dan kepuasan kerja.

Variabel ini menggunakan instrumen yang direplikasi dari Trisnaningsih (2007) dengan sebelas jumlah pertanyaan. Responden diminta menjawab tentang bagaimana persepsi mereka, memilih di antara lima jawaban mulai dari sangat setuju sampai ke jawaban sangat tidak setuju. Masing-masing item pernyataan tersebut kemudian diukur dengan menggunakan skala likert 5 poin, di mana poin 1 diberikan untuk jawaban yang berarti individu memiliki rendahnya kinerja dalam perusahaan, dan seterusnya poin 5 diberikan untuk jawaban yang berarti individu memiliki tingkat kinerja yang tinggi dalam perusahaan.

(50)

35

4.3.3 Variabel Moderasi 4.3.3.1 Komitmen Organisasi

Mowday et al., (1979) memaparkan bahwa komitmen organisasi sebagai kekuatan individu dan keterlibatan dalam organisasi tertentu, serta Robbins (1996) menyimpulkan bahwa komitmen organisasi sebagai suatu keadaan dimana seorang karyawan ataupun auditor yang bekerja di perusahaan ataupun kantor akuntan publik memihak kepada perusahaan ataupun kantor akuntan publik tersebut.

Allen and Meyer (1991) menjelaskan bahwa komitmen organisasi terdiri dari tiga dimensi serta beberapa indikator didalamnya. Dimensi dari komitmen organisasi tersebut yakni komitmen afektif yang memiliki indikator berupa emosional, identifikasi, keterlibatan karyawan dalam organisasi. Dimensi kedua dari komitmen organisasi yaitu komitmen normatif yang memiliki indikator berupa kesetiaan yang diberikan dikarenakan pengaruh orang lain dan kewajiban yang harus diberikan kepada organisasi. Serta dimensi terakhir yakni komitmen berkelanjutan yang memiliki indikator berupa kerugian bila meninggalkan perusahaan, karyawan membutuhkan organisasi.

Variabel ini diukur menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Allen and Meyer (1991). Responden diminta menjawab tentang bagaimana persepsi mereka, memilih di antara lima jawaban mulai dari sangat setuju sampai ke jawaban sangat tidak setuju. Masing-masing item pernyataan tersebut kemudian diukur dengan menggunakan skala likert 5 poin, di mana poin 1 diberikan untuk jawaban yang berarti individu memiliki locus of control internal, dan seterusnya poin 5

Gambar

Tabel 1.1 Originalitas Penelitian
Gambar 2.1 Konsep Goals-Path
Gambar 3.1 Model Penelitian  3.2  Hipotesis Penelitian
Tabel 4.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi kerja dan locus of control berpengaruh terhadap kepuasan kerja auditor eksternal. Kata kunci : Motivasi Kerja, Locus of Control

Hasil penelitian menunjukkan bahwa auditor dengan locus of control internal memiliki kinerja yang lebih tinggi pada perusahaan yang tidak terstruktur.

Jadi variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini ialah kinerja auditor, locus of control eksternal, intensi turnover, tekanan anggaran waktu, serta

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas rahmat-Nya dan anugerah-Nya yang besarlah, penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Pengaruh Locus Of Control,

Penyebab Turnover Intention Namun, melihat angka turnover intention pada Kantor JNT Express Cabang Naskah KM 7 Palembang pada Tabel 1.2 diatas, maka peneliti akan melakukan penelitian

Pengaruh Locus of Control terhadap Kinerja Karyawan Hasil pengujian langsung antara locus of control terhadap kinerja karyawan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif dan

Keywords: Client Importance, Dysfunctional Audit Behavior, Locus of Control, Personality Type, Professional Commitment, Religious Control, Time Budget Pressure, Turnover Intention

3403150199 ABSTRAK Penelitian ini difokuskan pada pengaruh profesionalisme dan locus of control auditor internal terhadap kinerja auditor Suatu studi pada Kantor Inspektorat Daerah