1 1 LABORATORIU
LABORATORIUM DASAM DASAR TEKNR TEKNIK KIMIK KIMIA IIIA II
LAPORAN RESMI
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA II
PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA II
MATERI :
MATERI :
PROTEIN
PROTEIN
OLEH : OLEH : 1. KEVIN AULIA ARDIAN1. KEVIN AULIA ARDIAN 2103011413012421030114130124 2. RAFIDHA HAPSARI
2. RAFIDHA HAPSARI 21030113122103011312 3. RIZKI NOORANJAS
3. RIZKI NOORANJAS SEPTIANISASEPTIANISA 21030113142103011314
LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II
LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II
TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
SEMARANG
2015
2015
1 1 LABORATORI
LABORATORIUM DUM DASAR TEKASAR TEKNIK KINIK KIMIA IIMIA II
LAPORAN RESMI
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA II
PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA II
MATERI :
MATERI :
PROTEIN
PROTEIN
OLEH : OLEH : 1. KEVIN AULIA ARDIAN1. KEVIN AULIA ARDIAN 2103011413012421030114130124 2. RAFIDHA HAPSARI
2. RAFIDHA HAPSARI 210301131210301131
3. RIZKI NOORANJAS
3. RIZKI NOORANJAS SEPTIANISASEPTIANISA 210301131210301131
LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II
LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II
TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
SEMARANG
2015
2015
1 1 LABORATORI
LABORATORIUM DUM DASAR TEKASAR TEKNIK KINIK KIMIA IIMIA II
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
Judul Praktikum Praktikum : : ProteinProtein Disusun
Disusun oleh oleh : : Kelompok Kelompok VII VII / / Rabu Rabu SiangSiang Nama / NIM
Nama / NIM ::
1.
1. Kevin Aulia Ardian / Kevin Aulia Ardian / 2103011413012210301141301244 2.
2. Rafidha Hapsari /Rafidha Hapsari / 3.
3. Rixki Nooranjas Septianisa /Rixki Nooranjas Septianisa /
Semarang,
Semarang, Mei Mei 20152015 Asisten Laboratorium PDTK II Asisten Laboratorium PDTK II
YOSIA NICO WIJAYA YOSIA NICO WIJAYA NIM. 2103011
1 LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II
KATA PENGANTAR
Pertama – tama kami panjatkan puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena dengan berkat dan anugerah-Nya, kami dapat menyelesaikan Laporan yang berjudul “Protein”. Laporan resmi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat menyelesaikan mata kuliah Praktikum Dasar Teknik Kimia II tahun 2014
Terselesaikannya laporan resmi ini tidak lepas dari bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, kami menyampaikan terimakasih kepada :
1. Penanggung jawab Laboratorium Dasar Teknik Kimia II Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Ir. C. Sri Budiyarti, M.T.
2. Asisten Pembimbing, Laboratorium Dasar Teknik Kimia II yang dengan sabar membimbing kami dalam menyelesaikan laporan protein, Yosia Nico Wijaya
3. Orang tua kami yang mendukung kami dengan doa dan kasih. 4. Teman – teman Dedikatif yang selalu membantu dan berdedikasi.
5. Laboran Laboratorium Dasar Teknik Kimia, Bapak Rustam dan Ibu Dini yang sudah membantu kami selama praktikum.
Laporan resmi ini kami buat dengan sebaik-baiknya dan dengan segenap hati agar laporan kami dapat bermanfaat dan dapat memberi dampak yang positif bagi para pembaca. Laporan ini tidak jauh dari kekurangan yang ada, oleh sebab itu kritik dan saran akan sangat membangun kami dalam menulis laporan kami yang berikutnya.
.
Semarang, Mei 2015
1 LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II
INTISARI
Protein merupakan sumber asam amino yang mengandung unsur C,H,O,N,S, dan P dalam ikatan kimianya. Tujuan dari praktikum ini adalah menentukan kadar nitrogen, protein, dan air dalam ikan tenggiri menggunakan metode kjedahl berbasis kering oven. Metode kjedahl dilakukan dalam 3 tahap yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. Sampel yang digunakan adalah ikan tenggiri karena ikan tenggiri memiliki kadar protein yang tinggi sebesar 27,097 %. Dengan kadar yang tinggi, maka analisa protein dapat dilakukan.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan tenggiri 20 gram, Na2SO4 anhidris 10 gram, H2SO4 pekat 25 ml, HCl 0,1 N 100ml, NaOH 20
gram, CuSO4.5H20 5gram, aquadest 100 ml, MO, serbuk Zn 4 gram, dan H3BO3 jenuh 100ml. Alat yang digunakan adalah labu kjedahl, labu destilasi, pendingin
leibig, adaptor, kompor listrik, beaker glass, gelas ukur, erlenmeyer, pipet tetes, cawan porselen, statif, klem, dan corong pemisah. Tahapan uji nitrogen dan protein yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. Baru melakukan uji kadar air.
Kadar protein rata-rata yang ditemukan sebesar 8,30025%. Lebih besar dari kadar teoritis sebesar 20,097%. Hal ini dikarenakan kurang sempurnanya tahap destruksim protein mengalami denaturasi, dan pengendapan protein. Sedangkan kadar air praktis sebesar 43,3307. Lebih besar dari kadar teoritis sebesar 7,9568% karena adanya galat selama pembakaran dalam oven.
1 LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II
1 LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Lembar Pengesahan... ii
Kata Pengantar ...iii
Daftar Isi ... iv Daftar Tabel... v Daftar Gambar ... vi Intisari...viii Summary ... ix BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang ... 1
I.2 Tujuan Percobaan ... 3
I.3 Manfaat Percobaan ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Protein ... 4
II.2 Metode Kjeldahl... 4
II.3 Hal – Hal yang Perlu Diperhatikan ... 6
II.4 Fungsi Tiap Reagen ... 6
BAB III METODE PRAKTIKUM III.1 Alat dan Bahan ... 9
III.2 Gambar alat... 10
III.3 Cara Kerja ... 11
BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil Percobaan ... 13
IV.2 Pembahasan ... 13
BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan ... 18
V.2 Saran ... 18
DAFTAR PUSTAKA ... 19 DATA HASIL PERCOBAAN ... A-1 LEMBAR PERHITUNGAN ... B-1
1 LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II
LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN...C-1 LEMBAR KUANTITAS REAGEN ... D-1 REFFERENSI...E-1
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Faktor Konversi Kandungan Nitrogen dari Berbagai Bahan Pangan ... 5 Tabel 4.1 Tabel Kadar Nitrogen, Protein, dan Air ... 13
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Rangkaian Alat Destruksi ... 10 Gambar 3.2 Rangkaian Alat Destilasi ... 10 Gambar 3.3 Rangkaian Alat Titrasi ... 11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Protein merupakan salah satu komponen utama yang terdapat pada bahan pangan selain lemak dan karbohidrat. Protein merupakan sumber asam amino
yang mengandung unsur-unsur C, H, O , N , S dan P dalam ikatan kimianya. Fungsiutama protein dalammakhluk hidup adalah sebagai zat pembentuk sel atau jaringan baru dan mempertahankan sel atau jaringan yang sudah ada agar tidak mudah rusak. Makhluk hidup membutuhkan protein dari bahan pangan yang bisa diperoleh dari biji-bijian, daging, ikan maupun sayuran. Kandungan protein dalam bahan pangan tersebut pada umumnya diwakili oleh dan atau
dinyatakan sebagai unsur nitrogennya. Semakin besar kandungan nitrogennya, menunjukkan semakin banyak kandungan protein dalam bahan. Analisis protein dalam bahan pangan maupun analisa nitrogen dalam sampel selain bahan pangan (pupuk, limbah, tanah) dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode kuantitatif dan kualitatif. Analisis protein dapat dilakukan antara lain dengan metode Kjeldahl, Lowry, Biuret, Bradford, turbidimetri dan titrasi formol. Analisia yang akan digunakan adalah metode Kjeldahl. Metode ini paling banyak digunakan karena penggunaannya mudah dan kesalahannya tidak terlalu besar. Protein yang diperoleh dengan cara ini biasanya dinyatakan sebagai total Nitrogen (N, mg/kg bahan). Prinsip dari metode Kjeldahl adalah destruksi bahan pangan maupun non pangan dengan menggunakan asam sulfat dan katalis. Prosentase kandungan protein dalam bahan dapat dinyatakan berdasar basis keringangin (born dry basis) maupun basis kering oven (oven dry basis).
Kami memakai ikan tenggiri sebagai sampel karena kadar protein yang terkandung dalam ikan tenggiri tinggi, yaitu sebesar 27,097 %. Dengan kadar nya yang tinggi, maka analisa protein bisa dilakukan dengan menggunakan ikan tenggiri
2 1.2 Tujuan Praktikum
1. Menentukan kadar nitrogen dalam ikan tenggiri berbasis kering dengan metode Kjeldahl.
2. Menentukan kadar protein dalam ikan tenggiri berbasis kering oven. 3. Menentukan kadar air dalam ikan tenggiri.
1.3 Manfaat Praktikum
1. Mahasiswa mampu menentukan kadar nitrogen dan atau protein dalam ikan tenggiri dengan menggunakan metode Kjeldahl.
2. Mahasiswa mampu memahami makna kadar nitrogen /protein dalam ikan tenggiri berbasis kering (angin maupun oven).
2 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Protein merupakan suatu senyawa polimer dengan bobot molekul yang sangat besar, susunannya sangat kompleks serta tersusun dari rangkaian asam amino. Ikatan utama asam amino yang satu dengan yang lain terjadi karena adanya ikatan peptida, sehingga protein sering disebut polipeptida. Protein terdiri dari unsur-unsur C, H, O, dan N serta kadang-kadang dijumpai S dan P. Bila protein dihidrolisa dengan menggunakan larutan asam atau bantuan enzim, menghasilkan asam amino.
Protein mempunyai berbagaikegunaan, diantaranya sebagai zat pembangun, pengganti sel-sel yang rusak, zat pengemulsi, zat penghasil energi, pembentukan enzim, buffer untuk mempertahankan pH tubuh, danpenghasil wol dan sutera sintetis pada industri tekstil. Disamping mengandung protein, bahan pangan biasanya juga mengandung mineral Natrium, Kalium, Kalsium, Magnesium, zat Besi maupun mineral lainnya. Keberadaan mineral-mineral (dalam bentuk oksidanya) tersebut dapat diketahui dari kandungan abunya.
Asam amino merupakan asam organik yang mempunyai guguskarboksil – COO – yang bersifat asam dan juga gugus – NH3+ yang bersifat basa. Di dalam asam amino tersebut, baik gugus asamnya maupun basanya bersifat lemah.
Protein dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk molekulnya, komponen, penyusunnya, asalnya maupun fungsinya.
1. Berdasarkan bentuk molekul meliputi: Globular, Fibrosa, Konjugasi.
2. Berdasarkan komponen penyusun meliputi: Protein sederhan, Protein Majemuk/kompleks.
3. Berdasarkan sumbernya meliputi: Nabati, Hewani.
4. Berdasarkan fungsi biologis meliputi: Enzim, Hormon, Pembangun, Kontraktil, Pengangkut.
2 Metode Kjeldahl
Metode ini (AOAC,2000) paling banyak digunakan karena penggunaannya mudah dan kesalahannya tidak terlalu besar. Metode ini tidak dapat langsung digunakan untuk mengetahui banyaknya protein atau asam amino suatu zat, karena hasilnya dinyatakan sebagai nitrogen . Untuk mengetahui kadar proteinnya biasanya kadar nitrogen yang telah diperoleh dari analisa Kjeldhal dikalikan faktor konversi. Faktor ini berbeda pada berbagai zat namun diambil rata-ratanya.Untuk berbagai jenis bahan makanan, faktor konversi N ke protein sebesar 6,25 (jones factor). Umumnya kandungan Nitrogen dalam protein sekitar 16%., sedang kadar protein dari berbagai biji- bijian (padi, jagung, sorgum, gandum, lamtoro, kacang kedele, kacang tanah, kacang hijau) berkisar antara 9,8-42,9% basis kering.Beberapa faktor konversi kandungan N ke bahan pangan (specific jones factor) dapat dilihat pada tabel berikut: BahanPangan Faktor 1. Telur 6,25 2. Daging 6,25 3. Susu 6,38 4. Gandum 5,83 5. Beras 5,95 6. Kacang Tanah 5,71 7. Kedelai 5,46
Sumber: Merril& Watt, 1973.
Analisa kadar N dengan metoda Kjeldahl dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: 1) Destruksi
Sampeldidestruksi dengan H2SO4 di dalam labu Kjeldahl dengan menjaga agar tidak banyak uap yang keluar dari labu. Mula-mula cairan dalam labu menjadi hitam yaitu sewaktu zat-zat terurai menghasilkan karbon.Ketika larutan akan menjadi jernih yang berarti destruksi telah selesai.
2 NH3+ O
R – CH – C – H + H2SO4 + H2O → R – CH2 – COOH + NH4HSO4 O
R – CH2 – C – OH + H2SO4→ CO2 + H2O + SO2 O
2) Destilasi
Destilasi dilakukan dengan menambahkan larutan NaOH ke dalam larutan hasil destruksi protein yang sudah dikonversi menjadi amonium sulfat. Tujuan penambahan NaOH adalah agar nitrogennya terlepas sebagai amoniak seperti pada reaksi berikut:
NH4HSO4 + 2NaOH → Na2SO4 + NH3 + 2H2O
Amoniak yang terbentuk dialirkan ke larutan asam boraks agar terikatsebagai ammonium borat seperti reaksi reaksi :
3NH3 + H3BO3 → (NH4)3BO3
3) Titrasi
Amonium borat yang terbentuk dititrasi dengan HCl. Kebutuhan HCl setara dengan amonium borat yang ada dalam larutan. Kandungan nitrogen dapat dihitung berdasar kesetaraan ini.Untuk mengetahui kandungan proteinnya , maka nilai nitrogennya dikalikan dengan faktornya dari jenis bahannya.
2 Fungsi Reagen
1. H2SO4 Pekat : Bersifat oksidatif kuat dan akan mendestruksi sampel menjadi unsur-unsurnya.
2. Na2SO4 anhidrid : Sebagai katalisatoragar titik didih asam sulfat tinggi sehingga destruksi berjalan cepat
3. Cu2SO4.5H2O : Sebagai katalisator untuk mempercepat oksidasi serbuk Zn agar selama destilasi tidak terjadi bumping atau muncul gelembung yang besar
4. NaOH : Untuk memberikan suasaan basa, karena reaksi yang terjadi adalah reaksi netralisasi.
5. H3BO3 Jenuh : Untuk menangkap anomia yang dilepaskan saat proses.
6. Indikator MO : Sebagai indikator saat titrasi dalam kondidi asam ( pH3,1 -4,4 )
7. Zn : Mencegah terjadinya percikan atau bumping ketika proses destilasi.
8. HCL : Sebagai titrat dalam tahap titrasi uji protein metode Kjedahl yang akan mendenaturasikan protein sehingga membentuk endapan
2 BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Bahan Yang Digunakan 1. Ikan Tenggiri 20gr 2. Serbuk Zn 4gr 3. HCl 0,1 N 100 ml 4. NaOH 5 N 100 ml 5. H2SO425 ml
6. Indikator Metyl Oranye ( MO ) @ 3 tetes 7. CuSO4.5.H2O 5gr
8. Asam Borat jenuh 150 ml 9. Na2SO4 anhidrid 10gr
10. Air Suling 100 ml 3.2 Alat Yang Digunakan
1. Labu Kjeldahl 2. Labu Destilasi 3. Pendingin Liebig 4. Adaptor 5. Kompor listrik 6. Beaker glass 7. Gelas ukur 8. Erlenmeyer 9. Pipet tetes 10. Cawan porselen 11. Statif dan klem 12. Corong pemisah
2 Gambar Rangkaian Alat
Gambar 3.1. Gambar Rangkaian Alat Destruksi
Gambar 3.2. Gambar Rangkaian Alat Destilasi
Gambar 3.3. Gambar rangkaian Alat Titrasi
Keterangan : 1. Klem 2. Statif 3. LabuKjeldahl 4. Komporlistrik Keterangan : 1.Klem 2.Statif 3.Buret 4.Erlenmeyer Keterangan : 1. Klem 2. Statif 3. LabuDestilasi 4. Komporlistrik 5. CorongPemisah 6. PendinginLeibig 7. Adaptor 8. Erlenmeyer
2 3.3 Cara Kerja
Uji Kadar N & Protein
1. Menimbang 5 gr ikan tenggiri yang sudah dalam keadaan halus dan kering oven, lalu masukkan dalam labu Kjeldahl.
2. Tambahkan 10 gr Na2SO4 anhidrid, 5gr CuSO4.5.H2O dan 25 ml H2SO4 pekat
3. Rangkai labu Kjeldahl dengan memanfaatkan statif, klem dan kaca arloji, tempatkan diatas kompor listrik.
4. Panaskan campuran tersebut pelan-pelan sampai tidak terbentuk percikan lagi, kemudian pemanasan diteruskan dengan cepat sampai destruksi sempurna yaitu larutan menjadi jernih. Biasanya destruksiataudigestion membutuhkan waktu dua jam dan selama prosesnya, labu Kjeldahl (digester) sering diputar-putar agar tidak terjadi pemanasan setempat. 5. Dinginkan labu dan tambahkan air suling secukupnya, masukkan dalam
labu destilasi. Tambahkan 4 gr serbuk Zn untuk mencegah terjadinya bumping serta percikan.
6. Pasang rangkaian peralatan untuk destilasi lengkap dengan pendingin Leibig serta adaptor yang tercelup dalam larutan Asam Borat.
7. Kedalam labu destilasi ditambahkan sedikit demi sedikit 100 ml larutanNaOH 5 N dalam corong pemisah dan ditempatkan diatas labu. Panaskan diatas kompor listrik. Destilat (kondensat) yang terbentuk ditampung dalam erlenmeyer yang berisi asam borat jenuh 150 ml. Lakukan destilasi hingga NaOH habis. Ukur volume destilat dan asam borat dalam erlenmeyer (V larutan).
8. Titrasi sejumlah volume tertentu destilat (V2) yang diperoleh dengan menggunakan HCl dengan normalitas N. Catat kebutuhan titran (V1). 9. Hitung kadar nitrogen dan atau protein dalam bahan dengan mengalikan
kadar nitrogen yang diperoleh dengan faktor konversi.
, % =(1.)
2
, % = Kadar Nitrogen × Faktor Bahan Pangan
Uji Kadar Air
1. Cawan kering dipanaskan terlebih dahulu dalam oven 105 ºC selama 1 jam dan didinginkan dalam desikator.
2. Letakkan 3 gram ikan tenggiri di atas cawan tersebut kemudian timbang beratnya. Pengeringan hingga suhu 105ºC (kering oven) hanya dilakukan jika bahan tidak rusak karena suhu tinggi. Sebagai catatan, untuk bahan yang rusak pada suhu diatas 100 ºC, dikeringkan pada kondisi hampa, sedang untuk bahan yang berminyak menggunakan cara destilasi.
3. Masukkan cawan berisi ikan tenggiri dalam oven dengan suhu 105oC selama 1,5-2 jam, pastikan oven telah panas dan siap untuk mengeringkan ikan tenggiri. Untuk mencegah perbedaan suhu cawan dengan ruang oven, maka cawan beserta ikan tenggiri bisa dipanaskan secukupnya terlebih dahulu diatas kompor listrik.
4. Setelah selesai di oven, masukkan cawan berisi ikan tenggiri kedalam desikator untuk pendinginan sekaligus menghindari penyerapan uap air oleh ikan tenggiri dengan suhu lingkungan.
5. Ulangi langkah 3 dan 4 hingga berat cawan beserta isinya konstan
= ( ℎ ) ( ) ( ℎ ) ( )
2 BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
IV.1. HASIL PERCOBAAN
Tabel 4.1. Hasil Percobaan Uji Kadar Nitrogen, Protein,dan Air Ikan Tenggiri
Kadar yang Dicari Kadar Praktis Kadar Teoritis
Nitrogen 1,32804% 4,3356%
Protein 8,30025% 27,097%
Air 43,38% 7,9568%
IV.2. PEMBAHASAN
1V.2.1. Kadar Protein yang Ditemukan Lebih Kecil dari Kadar Teoritis A. Denaturasi Protein
Adanya protein yang terdenaturasi selama proses destruksi mengakibatkan kadar yang ditemukan lebih kecil. Denaturasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu suhu, ph, dan adanya logam berat. (Annisa,2009). Denaturasi akibat panas menyebabkan molekul-molekul yang menyusun protein bergerak cepat dan memutus ikatan hidrogen di dalamnya. Hal ini mengacaukan ikatan yang ada dan membuat protein berdenaturasi.
Menurut refernsi yang didapat, suhu protein dapat berdenaturasi sekitar 70-75 ͦ C. (Annisa,2009). Sedangkan pada percobaan kami menggunakan suhudiatas dari suhu tersebut sehingga protein terdenaturasi pada suhu tersebut.
B. Kurang Sempurnanya Tahap Destruksi
Pada tahap ini, sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat, sehingga terjadi destruksi menjadi unsur-unsurnya. Elemen karbon dan hidrogen teroksidasi menjadi CO, CO2, dan H2O. sedangkan N berubah menjadi NH4SO4. Proses ini berlangsung selama ikan tenggiri ditambah dengan Na2SO4 anhidris dan
2 selama 4-8 jam sampai larutan jernih yang menunjukkan bahwa semua partikel padat bahan telah terdestruksi menjadi bentuk partikel yang larut tanpa ada partikel yang tersisa.
Dalam Percobaan yang telah kami lakukan, hasil destruksi dari ikan tenggiri selama dua jam belum menghasilkan larutan jernih. Hal ini menandkan bahwa proses destruksi belum berlangsung secara sempurna. Dengan demikian, masih terdapat partikel NH4+ yang belum larut dan belum terurai menjadi unsur-unsur C,H,O,N,P, dan S yang membuat kadar yang kami temukan lebih kecil dari kadar teoritis. (D.D.R Ningsih, 2011)
C. Pengendapan Protein Akibat Logam Berat
Reaksi yang terjadi dengan garam logam berat asam menggakibatkan terbentuknya garam protein logam yang tidak larut (Ophart CE, 2003). Protein akan mengalami presipitasi bila bereaksi dengan ion logam berat (CuSO4.5H2O) yang ditambahkan akan mengakibatkan presipitasi (pengendapan) protein oleh Cu2+.
Ion Cu2+ akan membentuk senyawa kompleks dengan gugus – CO dan – NH. Reaksi pembentukan senyawa kompleks adalah sebagai berikut,
Gambar 4.1. Reaksi Presipitasi Logam Cu2+
Dengan terjadinya reaksi pengendapan, maka kadar protein yang ditemukan pun lebih kecil.
IV.2.2. Kadar Air yang Ditemukan Lebih Besar dari Kadar Teoritis
Pada percobaan uji kadar air pada ikan tenggiri yang kami lakukan, kadar air yang ditemukan lebih besar dari kadar teoritis, hal ini dikarenakan akibat adanya galat selama proses pembakaran. Galat selain dari penghilangan seluruh air atau elektrolit-elektrolit pada ikan tenggiri yang mudah menguap dapat terjadi selama pembakaran. Galat-galat pada proses pembakaran diakibatkan dari absorpsi kembali air atau karbondioksida pada saat proses pendinginan di dalam desikator. Sehingga ikan tenggiri yang telah selesai dalam proses pendinginan
2 akan membawa kandungan air atau karbondioksida ketika ditimbang. Hal inilah yang menyebabkan kadar air yang kami temukan lebih besar dari kadar teoritis. (R.A.Day,JR dan A.L. Underwood, 2002)
IV.2.3. Hasil Destruksi Ikan tenggiri Masih Berwarna Hitam
Dalam analisa kadar protein yang kami lakukan, larutan hasil destruksi masih berwarna hitam, padahal untuk mendapatkan kadar protein yang akurat, larutan hasil destruksi harus berwarna jernih. Hal ini dikarenakan belum sempurnanya prose destruksi partikel NH4+ yang ada di dalam ikan tenggiri menjadi unsur-unsur C,H,O,N,S, dan P. Destruksi secara umum dilakukan pada suhu 400 C-500 C selama 4-8 jam (Chrisna, G.P, 1984). Sedangkan waktu destruksi yang kami lakukan hanya berlangsung selama 2 jam. Waktu destruksi yang tidak ideal inilah yang menyebabkan masih adanya gugus NH4+ yang menyebabkan larutan masih berwarna hitam.
2 BAB V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
1. Kadar nitrogen praktis sebesar 1,32804 %. 2. Kadar protein praktis sebesar 8,30025 %. 3. Kadar air praktis sebesar 43, 3807 %.
V.2. Saran
1. Penetesan NaOH pada saat destilasi diusahakan sebanding dengan laju penguapan destilat bawah agar memperoleh kadar protein yang sesuai dengan
kadar teoritisnya.
2. Berhati-hati dalam melakukan proses destilasi, usahakan tidak ada celah antara labu destilasi, pendingin leibig, dan adaptor agar destilat yang diperoleh maksimal.
3. proses destruksi seharusnya dilakukan sampai larutan benar-benar jernih, agar semua senyawa NH4+ terdestruksi sempurna.
4. Usahakan desikator tertutup rapat saat pendinginan sampel pada uji kadar air. 5.Sebelum dan sesudah praktikum, hendaknya praktikan memeriksa
2 DAFTAR PUSTAKA
AOAC, 2000, (Association of Official Agricultural Chemist): Official Methods of Analysis 17th ed. Gaithersburg, Maryland, USA.
Archintya, Rizky,dkk, 2013, Ekstraksi Gelatin dari tulang ikan tenggiri melalui proses hidrolisi menggunakan larutan basa.
Ardiana, Dwi, 2005, Kinetika Asam Formiat dengan Etanol Pada Variasi Suhu dan Konsentrasi Katalis.
Baldwin J., “Experimental Organic Chemistry”, 2nd ed., Kagakusha Company, Ltd., Tokyo. .Fessenden & Fessenden, 1986, “Organic Chemistry”.
Christian,G.D, 1994, ITS-Undergraduate-10632-1498100055.Chapter 1
Griffin, R.W., 1969, “Modern Organic Chemistry”, McGraw-Hill, Kogakusha, Ltd., Tokyo Merril, A.L and Watt BK, 1973, Energy value of food: basis and deriration, Agriculture Handbook, Washington.
Ophardt, 2003, Pengeringan Pasta Susu kedelai Menggunakan Pengering Unggun Terfluidakan partikel inert.
Vogel, A.I., 1975, “Qualitative Organics Analysis”, 2nd ed. William Clowers& Sons Limited London.
2
DATA HASIL PRAKTIKUM
LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
MATERI :Protein
I. BAHAN DAN ALAT
Bahan Alat
1. Ikan tenggiri 20gr 1. Beaker Glass
2. Serbuk Zn 4gr 2. Labu Destilasi
3. HCl 0,1 N 100ml 3. Labu Kjeldahl
4. NaOH 5N 100ml 4. Pendingin Leibig
5. H2SO4 25ml 5. Adaptor
6. MO @3tetes 6. Kompor Listrik
7. CuSO4.5H2O 5gr 7. Erlenmeyer
8. H3BO3 jenuh 150ml 8. Pipet Tetes
9. Na2SO4anhidris 10gr 9. Cawan Porselen
10. Aquadest 100ml 10. Statif & Klem
2 II. CARA KERJA
Uji Kadar N & Protein
1. Menimbang 5 gr ikan tenggiri yang sudah dalam keadaan halus dan kering oven, lalu masukkan dalam labu Kjeldahl.
2. Tambahkan 10 gr Na2SO4 anhidrid, 5gr CuSO4.5.H2O dan 25 ml H2SO4 pekat
3. Rangkai labu Kjeldahl dengan memanfaatkan statif, klem dan kaca arloji, tempatkan diatas kompor listrik.
4. Panaskan campuran tersebut pelan-pelan sampai tidak terbentuk percikan lagi, kemudian pemanasan diteruskan dengan cepat sampai destruksi sempurna yaitu larutan menjadi jernih. Biasanya destruksiataudigestion membutuhkan waktu dua jam dan selama prosesnya, labu Kjeldahl (digester) sering diputar-putar agar tidak terjadi pemanasan setempat. 5. Dinginkan labu dan tambahkan air suling secukupnya, masukkan dalam
labu destilasi. Tambahkan 4 gr serbuk Zn untuk mencegah terjadinya bumping serta percikan.
6. Pasang rangkaian peralatan untuk destilasi lengkap dengan pendingin Leibig serta adaptor yang tercelup dalam larutan Asam Borat.
7. Kedalam labu destilasi ditambahkan sedikit demi sedikit 100 ml larutanNaOH 5 N dalam corong pemisah dan ditempatkan diatas labu. Panaskan diatas kompor listrik. Destilat (kondensat) yang terbentuk ditampung dalam erlenmeyer yang berisi asam borat jenuh 150 ml. Lakukan destilasi hingga NaOH habis. Ukur volume destilat dan asam borat dalam erlenmeyer (V larutan).
8. Titrasi sejumlah volume tertentu destilat (V2) yang diperoleh dengan menggunakan HCl dengan normalitas N. Catat kebutuhan titran (V1). 9. Hitung kadar nitrogen dan atau protein dalam bahan dengan mengalikan
kadar nitrogen yang diperoleh dengan faktor konversi.
, % =(1.)
2
, % = Kadar Nitrogen × Faktor Bahan Pangan
Uji Kadar Air
1. Cawan kering dipanaskan terlebih dahulu dalam oven 105 ºC selama 1 jam dan didinginkan dalam desikator.
2. Letakkan 3 gram ikan tenggiri di atas cawan tersebut kemudian timbang beratnya. Pengeringan hingga suhu 105ºC (kering oven) hanya dilakukan jika bahan tidak rusak karena suhu tinggi. Sebagai catatan, untuk bahan yang rusak pada suhu diatas 100 ºC, dikeringkan pada kondisi hampa, sedang untuk bahan yang berminyak menggunakan cara destilasi.
3. Masukkan cawan berisi ikan tenggiri dalam oven dengan suhu 105oC selama 1,5-2 jam, pastikan oven telah panas dan siap untuk mengeringkan ikan tenggiri. Untuk mencegah perbedaan suhu cawan dengan ruang oven, maka cawan beserta ikan tenggiri bisa dipanaskan secukupnya terlebih dahulu diatas kompor listrik.
4. Setelah selesai di oven, masukkan cawan berisi ikan tenggiri kedalam desikator untuk pendinginan sekaligus menghindari penyerapan uap air oleh ikan tenggiri dengan suhu lingkungan.
5. Ulangi langkah 3 dan 4 hingga berat cawan beserta isinya konstan
= ( ℎ ) ( ) ( ℎ ) ( )
× 100%
III. Hasil Percobaan
Penentuan Kadar Nitrogen dan Protein
Volume Larutan : 225 ml Volume Titrasi : 10 ml Volume Titran 1 : 18,6 ml Volume Titran 2 : 17,8 ml Volume Titran 3 : 19,4 ml
2 , % =(1.)
V2 titrasi x Berat sampel x 1000 × 100% = 1, 32804 %
, % = Kadar Nitrogen × Faktor Bahan Pangan = 8, 30025 %
Penentuan Kadar Air
Berat cawan : 31,73 gr
Berat sampel basah + cawan : 35,25 gr Berat sampel kering + cawan : 33,723 gr
= ( ℎ ) ( ) ( ℎ ) ( ) × 100% = 43, 3807 % PRAKTIKAN MENGETAHUI ASISTEN
Uji Kadar Nitrogen dan Protein
Percobaan Berat Sampel (gr) Volume Titran (ml)
1 5 18,6
2 5 17,8
3 5 19,4
, % = (.)
× 100 % , % = Kadar Nitrogen × Faktor Bahan Pangan
Percobaan 1. , % = (8,6 .,). .55 .5 . × 100 % = 1,32804 % Kadar Protein = 1,32804 % . 6,25 = 8,30025 % Percobaan 2. , % = (7,8 .,). .55 .5 . × 100% = 1, 27092 % Kadar Protein = 1, 27092 % . 6,25 = 7, 94325 % Percobaan 3. , % = (9, .,). .55 .5 . × 100 = 1,38516 % Kadar Protein = 1,38516 % . 6,25 = 8, 65725 %
Kadar nitrogen rata-rata :,38+,79+,3856
3 = 1,32804 %
Kadar Protein rata-rata :8,35+7,935+8,6575
=
35,5−33,7335,5−3,73
x 100%
1. HCl 0,01 N 100 ml V HCl . N HCl = V HCl pekat . N HCl pekat 100 . 0,01 = V HCl pekat . 0,1 V HCl pekat = 10 ml 2. NaOH 5 N 100 ml N = M . Valensi 5 = M . 1 M = 5 M =
5 =
,
n = 0,5 mol n =
0,5 =
40
M NaOH = 20 gramPRAKTIKUM KE : 5
MATERI : PROTEIN
HARI/TANGGAL : SENIN / 13 APRIL
KELOMPOK : VII RABU SIANG
NAMA : 1. KEVIN AULIA ARDIAN
2. RAFIDHA HAPSARI
3. RIZKI NOORANJAS SEPTIANISA
ASISTEN : YOSIA NICO WIJAYA
KUANTITAS REAGEN
NO JENIS REAGEN KUANTITAS
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Na2SO4 anhidris H2SO4 pekat HCl 0,01N NaOH 5 N CuSO4 . 5H2O Aquadest MO Zn
H3BO3 jenuh (8-9 gram) Sampel (ikan tenggiri)
10 gr 25 ml 100 ml 100 ml 5 gr 100 ml @ 3 tetes 4gr 150 ml TUGAS TAMBAHAN :
CATATAN : SEMARANG, 13 APRIL 2015
ASISTEN ASISTEN
YOSIA NICO YOSIA NICO WIJAYA
NIM. 21030111140170 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
- Faktor konversi nitrogen pada ikan tenggiri
- Kadar protein, kadar air, kadar abu pada ikan tenggiri
Titrasi 3x @ 10 ml Destruksi 2 jam
terjadinya pemecahan ikatan kovalen atau peptida. Perubahan ini disebut dengan denaturasi protein. Denaturasi protein melibatkan rusaknya struktur sekunder dan tersier namun tidak cukup kuat untuk memecahkan ikatan peptida, sehingga struktur primer protein (rangkaian asam amino) tetap sama.
Denaturasi protein dapat terjadi dengan berbagai macam perlakuan, antara lain dengan perlakuan panas, pH, garam dan tegangan permukaan. Suhu mulai terjadinya denaturasi sebagan besar protein terjadi berkisar antara 70-75oC. Setelah mengalami denaturasi, protein akan mengendap, karena gugus-gugus yang bermuatan positif dan negatif dalam jumlah yang sama atau netral atau dalam keadaan titik isoelektrik. Oleh karena itu, kita bisa mengamati adanya presipitasi atau koagulasi protein. Terjadi pemutusan ikatan hidrogen, interaksi hidrofobik dan ikatan garam sehingga molekul protein tidak memiliki lipatan lagi. Protein yang mengalami denaturasi juga akan mengalami perubahan seperti naiknya viskositas (karena mol menjadi asimetris dan hilangnya lipatan) dan meningkatnya rotasi optis larutan protein (Ophardt, 2003).
Karbohidrat
Karbohidrat adalah polihidroksil-aldehid atau polihidroksil-keton. Bentuk molekul karbohidrat paling sederhana terdiri dari satu molekul gula sederhana yang disebut monosakarida, misalnya glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Banyak karbohidrat merupakan polimer yang tersusun dari molekul gula yang terangkai menjadi rantai yang panjang serta dapat pula bercabang, disebut dengan polisakarida, misalnya pati, kitin, dan selulosa. Selain monosakarida dan polisakarida, terdapat pula disakarida (rangkaian dua monosakarida) dan oligosakarida (rangkaian beberapa monosakarida). Selama perlakuan panas, seperti blanching, pendidihan, atau pengalengan bahan makanan, kandungan karbohidrat dengan berat molekul rendah (yaitu mono dan disakarida) di dalamnya akan menurun, seperti juga mikronutrien (Fox dkk., 2008).
zat ini disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki lemak atau karbohidrat. Molekul protein mengandung pula fosfor, belerang, dan jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga (Winarno, 1991). Sampel yang dipergunakan dalam analisa kadar protein adalah Produk kerupuk udang yang banyak beredar di pasaran. Dan metode yang dipakai untuk analisa protein ini berdasarkan pada SNI 01-2891-1992 yaitu semimikro kjeldahl. Dari namanya dapat diketahui bahwa metode semimikro kjeldahl dalam analisanya menggunakan sampel yang cukup kecil, yaitu 0,51 g. Metode semimikro kjeldahl adalah penentuan jumlah protein melalui penentuan jumlah N, sehingga total hasilnya disebut jumlah protein kasar atau Crude Protein
1. Tahap Dekstruksi
Sampel yang telah ditimbang saat pengujian adalah kode A 0,5029 g dan kode B 0,05003. Setelah itu dimasukan dalam labu kjeldahl 100 mL. dan ditambahkan 2 g campuran selen dan 25 ml H2SO4 pekat, dan dipanaskan.
Pada tahap ini, sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi penguraian sampel menjadi unsur-unsurnya yaitu unsur-unsur C, H, O, N, S, dan P. Unsur N dalam protein ini dipakai untuk menentukan kandungan protein dalam suatu bahan. 0.51 gram sampel yaitu kerupuk udang ditambah dengan katalisator N 0,5-1 gram dibungkus dengan kertas saring untuk memudahkan dalam memasukkan ke dalam tabung reaksi besar, karena jika tidak sampel dan katalisator akan tercecer. Selain itu kertas saring juga berfungsi untuk menyaring filtrat dengan residu. Katalisator berfungsi untuk mempercepat proses destruksi dengan menaikkan titik didih asam sulfat saat dilakukan penambahan H2SO4 pekat serta mempercepat kenaikan suhu asam sulfat, sehingga destruksi berjalan
lebih cepat. Katalisator N terdiri dari campuran K2SO4 dan HgO dengan perbandingan 20 : 1. Tiap 1 gram K2SO4 dapat menaikkan titik didih 30C (Sudarmadji, dkk., 1996). Karena titik didih tinggi maka asam sulfat akan membutuhkan waktu yang lama untuk menguap. Karena hal ini kontak asam
katalisator N dan 3 ml H2SO4 agar analisa lebih tepat. Blanko ini berfungsi sebagai faktor koreksi dari adanya senyawa N yang berasal dari reagensia yang digunakan.
Setelah ditambah katalisator N, sampel dimasukkan dalam tabung reaksi besar kemudian ditambah dengan 3 ml H2SO4 pekat. H2SO4 pekat yang dipergunakan untuk destruksi diperhitungkan dari adanya bahan protein. Asam sulfat yang bersifat oksidator kuat akan mendestruksi sampel menjadi unsurunsurnya. Untuk mendestruksi 1 gram protein diperlukan 9 gram asam sulfat. Penambahan asam sulfat dilakukan dalam ruang asam untuk menghindari S yang berada di dalam protein terurai menjadi SO2 yang sangat berbahaya. Setelah penambahan asam sulfat larutan menjadi keruh.
Tabung reaksi besar yang berisi sampel kemudian ditempatkan dalam alat destruksi (destruktor) dan ditutup. Setelah siap alat di-ON-kan sehingga terjadi pemanasan yang mengakibatkan reaksi berjalan lebih cepat. Sampel didestruksi hingga larutan berwarna jernih yang mengindikasikan bahwa proses destruksi telah selesai. Selama destruksi, akan terjadi reaksi sebagai berikut :
HgO + H2SO4 HgSO4 + H2O
2 HgSO4 Hg2SO4 + SO2 + 2 O2
Hg2SO4 + 2 H2SO4 2 HgSO4 + 2 H2O + SO2 (CHON) + O2 + H2SO4 CO2 + H2O + (NH4)2SO4 (Sudarmadji, 1996)
analisa kuantitatif besi adalah Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Metode ini cukup peka untuk analisis logam besi dalam jumlah renik, pelaksanaannya relatif praktis, cepat dan dapat digunakan untuk berbagai mac am bentuk cuplikan, baik itu cuplikan cair maupun material biologis. Kelebihan lain SSA adalah spesifik untuk analisis besi dalam campuran dengan unsur logam lain tanpa diperlukan pemisahan pendahuluan.
Preparasi cuplikan sangat menentukan keberhasilan analisis SSA. Preparasi cuplikan dapat dilakukan dengan destruksi kering dan destruksi basah. Pada destruksi kering suhu pengabuan harus diperhatikan karena banyak elemen abu yang dapat menguap pada suhu tinggi, selain itu suhu pengabuan juga dapat menyebabkan dekomposisi senyawa tertentu. Oleh karena itu suhu pengabuan untuk setiap bahan berbeda-beda bergantung komponen yang ada dalam bahan tersebut (Anderson, Richard, 1991). Menurut Christian, G.D (1994), destruksi kering secara umum dilakukan pada suhu antara 400-550 ° C selama 4 sampai 8 jam untuk mendestruksi senyawa organik dan bahan lain yang ada dalam c uplikan
sehingga kadar logam yang akan dianalisis dapat ditetapkan dengan cara SSA setelah cuplikan dilarutkan dengan asam kuat. Menurut ASTM (1994) dan Elmer (1982) penentuan Fe dilakukan dengan pengabuan pada suhu 500°C. Menurut Lee, K (1980) pengabuan dilakukan pada suhu 525°C selama 12-24 jam untuk penentuan Fe.