BIOSFER 8 (1), 2015 / ISSN : 0853 2451
PENDAHULUAN
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah Menengah Pertama (SMP)
berorientasi pada kemampuan aplikatif,
pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu dan pengembangan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial dan alam. cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman bagi para peserta didik. Pengalaman belajar yang lebih menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual
akan menjadikan proses belajar lebih efektif (widhy, 2013).
IPA merupakan subjek yang sulit untuk dipelajari, terutama kesulitan dalam menemukan relasi antara topik IPA dengan hakikat topik secara umum (Diki, 2013).
Padahal untuk belajar IPA dengan efektif,
menurut Law & Lee dalam Diki (2013) siswa harus dapat memahami hubungan antara konsep sebelumnya dengan konsep-konsep berikutnya. Selain itu, siswa juga harus dapat
menjawab pertanyaan selama aktivitas
pembelajaran. kemampuan ini untuk PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN ANALOGI DALAM
PEMBELAJARAN IPA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP
The Effect of The-Teaching-With-Analogies Model Application on Learning Science to Creative Thinking Skill of Student on Junior High School
AULIA ASTARI JUSTICA, EKA PUTRI AzRAI, DAN ADE SURyANDA
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Jl. Pemuda No. 10 Rawamangun, Jakarta Timur. 13220. Indonesia
Email auliaastarijustica@ymail.com
aBSTRacT
The learning process in schools hasn’t been able to cultivate the habit of thinking in high levels, one of which is creative thinking. This skill can be improved by the-teaching-with-analogies model. The research aimed to know the effect of the-teaching-with-analogies model application to students creative thinking. This research was done at Labschool Jakarta Junior High School on May 2014. Samples in the research were VII A, VII B, VII E and VII F with purposive sampling. Samples were decided by simple random sampling, which had 30 students from each class. The methods used quasi experiment with posttest-only control design. Based on calculation, the average score of student in experiment class was 80 and the average score of student in control class was 72. Normality test was tested by Kolmogorov-Smirnov test and homogenity test was tested by F-test. Based on calculation, the data from experiment were normally distributed and homogeny. This research showed that implementation of the-teaching-with-analogies model has affected to creative thinking skills of student on junior high school.
memproduksi dan memvalidasi ide-ide siswa (Diki, 2013).
Proses pembelajaran di sekolah baru dilaksanakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran pada tingkat rendah, yaitu
mengetahui, memahami dan menggunakan, belum mampu menumbuhkan kebiasaan
berpikir tingkat tinggi, salah satunya yaitu berpikir kreatif (Kamdi dalam Mustaji, 2012).
Siswa harus dilatih untuk berpikir, menjelaskan
dan mengevaluasi konsep. Oleh karena
itu, siswa perlu berpikir kreatif, lantaran kreativitas adalah suatu kemampuan untuk
merumuskan masalah, menemukan jawaban, mengevaluasi dan menyebarluaskannya kepada yang lain (Torrance dalam Diki,
2013). Siswa yang mampu berpikir kreatif
mempunyai keunggulan untuk memahami konsep, karena mereka dapat mengevaluasi ide dan membuat solusi.
Berdasarkan penelitian pada kreativitas
dalam belajar IPA, Dunbar & Lawson dalam
Diki (2013) mengatakan model pembelajaran analogi sebagai cara untuk menghubungkan
berbagai ide dapat meningkatkan kreativitas
di antara siswa-siswa. Menggunakan model pembelajaran analogi untuk belajar IPA dapat digambarkan sebagai pengembangan konsep atau perubahan konsep atau keduanya (harrison & coll, 2013).
Guru menggunakan model pembelajaran
analogi untuk membangun jembatan konsep siswa antara apa yang diketahui (sebuah konsep analog) dan apa yang baru (sebuah konsep
target) (Glynn, 2008). Model pembelajaran analogi akan membantu siswa berpikir kreatif
dengan membangun pengetahuannya sendiri, siswa mampu memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan uraian di atas, maka
perlu dilakukan penelitian berkaitan dengan
penggunaan model pembelajaran analogi dalam pembelajaran IPA dan melihat
pengaruhnya terhadap kemampuan berpikir
kreatif siswa.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMP
Labschool Jakarta kelas VII semester genap tahun ajaran 2013/2014 pada bulan Mei 2014.
Metode penelitian yang digunakan ialah kuasi
ekperimen.
Populasi target dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa SMP Labschool Jakarta pada semester genap tahun ajaran 2013/2014. Populasi terjangkaunya adalah seluruh siswa kelas VII yang ditentukan dengan purposive sampling. kelas yang digunakan untuk
penelitian adalah 4 kelas yaitu kelas VII E dan
kelas VII F sebagai kelas eksperimen dan kelas VII A dan kelas VII B sebagai kelas kontrol.
Sampel penelitian dari masing-masing kelas
sebanyak 30 siswa, dengan teknik simple random sampling.
Teknik pengambilan data yang digunakan
adalah tes kemampuan berpikir kreatif dan
observasi keterlaksanaan pembelajaran. Tes
kemampuan berpikir kreatif digunakan untuk
memperoleh data hasil pembanding dari proses pembelajaran pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Tes ini dilakukan pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung
menggunakan analogi, peneliti melakukan
observasi untuk mengetahui keterlaksanaan penggunaan model pembelajaran analogi dalam pembelajaran IPA.
Analisis validitas instrumen tes
kemampuan berpikir kreatif menggunakan
rumus korelasi Product Moment dengan α = 0,05. Koefisien reliabilitas instrumen tes kemampuan berpikir kreatif dihitung dengan
rumus Alpha cronbach (Arikunto, 2010). Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini meliputi uji prasyarat dan uji hipotesis statistik. Uji prasyarat terdiri
dari uji normalitas dengan uji kolmogorov-Smirnov, uji homogenitas dengan uji F. Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis
statistik menggunakan uji-t pada α = 0,05.
Semua uji dilakukan dengan teknik analisis menggunakan program SPSS 16.0.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil tes pada kelas eksperimen dengan menggunakan model
pembelajaran analogi, diperoleh skor tertinggi
95 dan skor terendah 62 dengan rata-rata skor 80. Frekuensi skor terbanyak yang diperoleh siswa terdapat pada skor 86, yaitu 13 siswa. Skor terkecil diperoleh siswa terdapat pada skor 62 sebanyak 8 siswa.
Berdasarkan hasil tes pada kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran
discovery learning, diperoleh skor tertinggi 92
dan skor terendah 52 dengan rata-rata skor 72. Frekuensi skor terbanyak yang diperoleh siswa terdapat pada skor 70, yaitu 16 siswa. Skor terkecil diperoleh siswa terdapat pada skor 52 sebanyak 11 siswa.
Terdapat perbedaan rata-rata skor
kemampuan berpikir kreatif siswa kelas
eksperimen dengan kelas kontrol. rata-rata
skor kemampuan berpikir kreatif siswa kelas
eksperimen sebesar 80, sedangkan pada kelas kontrol sebesar 72. hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata skor kemampuan berpikir
kreatif siswa kelas eksperimen lebih besar
dibandingkan dengan kelas kontrol.
Kemampuan berpikir kreatif siswa pada
kelas eksperimen termasuk dalam kategori
tinggi pada rentang skor antara 61-80, yaitu sebanyak 30 siswa dan kategori sangat tinggi
pada rentang skor antara 81-100, yaitu sebanyak 30 siswa. Sedangkan kemampuan
berpikir kreatif siswa pada kelas kontrol
termasuk dalam kategori sedang pada rentang skor 41-60, yaitu sebanyak 13 siswa, kategori
tinggi, yaitu sebanyak 31 siswa dan kategori sangat tinggi, yaitu sebanyak 16 siswa.
kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa selama pembelajaran diobservasi dengan menggunakan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Persentase keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada kelas eksperimen diketahui 69,45% dan kelas kontrol 75%. Persentase keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa pada kelas eksperimen diketahui 80,56% dan kelas kontrol diketahui 77,78%.
hasil uji normalitas dengan kolmogorov-Smirnov didapatkan hasil bahwa pada kelas
eksperimen nilai p > α yaitu 0,077 > 0,05. Pada kelas kontrol nilai p > α yaitu 0,073 > 0,05 yang artinya data berdistribusi normal. Berdasarkan
hasil perhitungan uji homogenitas dengan uji Gambar 1. Distribusi Frekuensi Skor Berpikir Kreatif
Siswa kelas Eksperimen
Gambar 2. Distribusi Frekuensi Skor Berpikir Kreatif Siswa kelas kontrol
F, data skor tes kemampuan berpikir kreatif
siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
memiliki nilai p > α yaitu 0,123 > 0,05.
Berdasarkan kriteria perhitungan tersebut maka diketahui bahwa data homogen.
Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis (uji-t), didapatkan nilai p < 0,05 yaitu 0,00 < 0,05 maka tolak h0 yang berarti terdapat
pengaruh penggunaan model pembelajaran analogi dalam pembelajaran IPA terhadap
kemampuan berpikir kreatif siswa SMP.
Model pembelajaran analogi berpengaruh terhadap kemampuan
berpikir kreatif siswa. Hal ini dikarenakan model pembelajaran analogi melatih siswa
untuk berpikir dan membantu siswa untuk memahami suatu konsep, sesuai dengan yang dikemukakan oleh harrison (2013) bahwa
sangat penting untuk membantu siswa dalam
mempertimbangkan gagasan orisinil siswa
melalui model pembelajaran analogi.
Penggunaan model pembelajaran analogi sesuai untuk materi yang bersifat abstrak, salah satunya adalah materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan. Model pembelajaran analogi menekankan
pada proses kognitif siswa, menjembatani
pengetahuan yang telah diketahui siswa sebelumnya dengan pengetahuan yang baru.
Siswa dituntut untuk aktif berpikir, berdiskusi
dan bertukar pendapat.
hasil rata-rata skor kemampuan berpikir
kreatif siswa kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas kontrol. hal ini dikarenakan dalam pembelajaran ini pada
tahap mengidentifikasi sifat yang relevan
antara konsep analogi dan konsep target menekankan siswa pada proses berpikir. Siswa memiliki pengalaman dan pengetahuan pribadi, kemudian berusaha menemukan
upaya mengatasi setiap kesulitan dan
permasalahan yang muncul saat mencoba menggambarkan dan menjelaskan gagasan abstrak, sehingga merangsang rasa ingin tahu
siswa. Hasil penelitian pada kreativitas dalam
belajar IPA, Dunbar & Lawson dalam Diki (2013) mendukung pernyataan tersebut bahwa analogi sebagai cara untuk menghubungkan berbagai ide dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif di antara siswa-siswa.
hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa pada Gambar 3. Rata-rata Tes Skor kemampuan Berpikir
Kreatif Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas kontrol
Gambar 4. Perbandingan kategori kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Kelas Eksperimen dan kelas kontrol
Gambar 5. Grafik Keterlaksanaan Pembelajaran di kelas
kelas eksperimen diketahui 80,56% dan kelas kontrol diketahui 77,78% dengan demikian dapat dikatakan bahwa penggunaan model pembelajaran analogi dapat memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran menggunakan model discovery learning. hal ini juga sesuai dengan teori
konstruktivisme Piaget dalam Rahmawati
(2012) yaitu belajar merupakan sebuah rekonstruksi pengetahuan. Pembelajaran lebih bermakna, memberikan efek pada hasil
tes kemampuan berpikir kreatif lebih baik.
Pembelajaran ini menuntut siswa untuk lebih
aktif berdiskusi, bertukar pendapat, bertanya
dan menjawab pertanyaan.
Pembelajaran pada kelas kontrol dengan menggunakan model discovery learning
memperoleh rata-rata skor kemampuan
berpikir kreatif yang lebih rendah daripada kelas eksperimen. Guru memulai kegiatan
pembelajaran dengan memberi rangsangan
atau stimulasi, siswa dihadapkan pada sesuatu
yang menimbulkan kebingungannya, namun
guru tidak memberi penjelasan lebih lanjut, dengan maksud agar timbul keinginan untuk
menyelidiki sendiri. Siswa mencari tambahan informasi dari buku atau internet dan diberikan kesempatan untuk diskusi yang mengarah
pada pemecahan masalah. Stimulasi pada
tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi
bahan (Gultom, 2013).
Siswa hanya mengandalkan informasi dari buku dan internet tanpa melibatkan pengetahuan dan pengalaman pribadi yang sudah dimiliki, sehingga kemampuan siswa untuk memecahkan masalah dengan berpikir
kreatif dalam menganalisis konsep baru kurang terangsang. Hal ini didukung oleh Gultom
(2013) yang menyatakan bahwa kelemahan model pembelajaran discovery learning, yaitu menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan
pikiran untuk belajar. Siswa yang tidak siap
untuk belajar akan mengalami kesulitan abstrak atau berpikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga akan menimbulkan frustasi. Dengan
demikian, kemampuan berpikir kreatif siswa
pada kelas kontrol lebih rendah dibandingkan dengan kelas eksperimen.
Penggunaan model pembelajaran
analogi merupakan alternatif model pembelajaran berbasis konstruktivisme
yang dapat diterapkan di sekolah untuk mengembangkan kemampuan berpikir
kreatif siswa. Menurut Harrison & Coll
(2013), melalui model pembelajaran analogi dapat menumbuhkan rasa ingin tahu dan
mempertimbangkan gagasan orisinil siswa. williams dalam Munandar (2012) menyatakan siswa harus mengembangkan kemampuan
berpikir kreatif yang meliputi kelancaran,
keluwesan, keaslian dan penguraian, rasa ingin tahu, mengambil risiko, kompleksitas dan imajinasi.
Prinsip dasar pembelajaran pada
penelitian ini adalah proses pembelajaran
bukan sekadar transfer gagasan dari guru tetapi merupakan suatu proses pembelajaran yang bermakna, membangun pengetahuan baru yang dimiliki siswa, menganalogikan dengan kemampuan lama yang dimiliki siswa.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat
disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran analogi dalam pembelajaran IPA berpengaruh terhadap kemampuan
berpikir kreatif siswa SMP.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Diki, diki. 2013. Creativity for learning Biology in Higher Education. Lux: A Journal of Transdisciplinary Writing and Research from Claremont Graduate University. (Vol. 3), Iss. 1, Article: 3
Glynn, S.M. 2008. Making Science Concepts
Meaningful to Students: Teaching
with Analogies Model. University of
Georgia diakses melalui www.coe. uga.edu/twa/ pada 16 Februari 2014 pk. 11.12 WIB
Gultom, Syawal. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 SMP/ Mts Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan kementerian Pendidikan dan kebudayaan
Harrison, Allan G & Coll, Richard K. 2013. Analogi dalam Kelas Sains Panduan FAR Cara Menarik untuk Mengajar dengan Menggunakan Analogi.
Diterjemahkan oleh Akhlis Nursetiadi.
Jakarta: PT Indeks
Munandar, Utami. 2012. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Penerbit Rineka cipta
Mustaji. 2012. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif dalam Pembelajaran.http://pasca.tp.ac.id/
site/pengembangan-kemampuan- berpikir-kritis-dan-kreatif-dalam-pembelajaran diakses pada 31
Januari 2013 pk. 20.02 wIB
Rahmawati, Fitria. 2012. Penerapan Model Teaching with Analogies (TwA)
dalam Pembelajaran Fisika di MA.
Jurnal Pembelajaran Fisika. (Vol. 1), No. 2
widhy, Purwanti. 2013. Langkah
Pengembangan Pembelajaran IPA
pada Implementasi Kurikulum 2013. Disampaikan dalam Pelatihan Diklat
penyusunan worksheets integrated science process skills bagi guru IPA SMP kabupaten Sleman menyongong implementasi kurikulum 2013.