• Tidak ada hasil yang ditemukan

Arsitektur Kristen Awal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Arsitektur Kristen Awal"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KELOMPOK 5 | ARSITEKTUR KRISTEN AWAL i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan

Hinayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah kami tentang “Arsitektur Kristen

Awal” ini. Sebab karena penyertaan-Nya, kami mampu menyelesaikan makalah kami ini dengan baik,

meskipun melalui berbagai hambatan.

Dalam penyusunannya, kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu kami

mengucapkan terima kasih kepada setiap pihak yang meberi bantuan pada kami, khusunya Ibu

Afifah

Harisah,ST.MT.,Ph.D,

selaku dosen mata kuliah Perkembangan Arsitektur II atas bimbingan yang

diberikan. Sehingga makalah ini dapat kami selesaikan.

Harapan kami semoga materi ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para

pembaca, khusunya mengenai “Arsitektur Kristen Awal”. Sehingga, setiap informasi dan pengetahuan yang

didapat dari makalah ini dapat menjadi bekal bagi para pembaca agar dapat berkarya dengan desain yang

inovatif dan lebih baik lagi.

Mengingat kapasitas kami sebagai manusia biasa, tentu dalam makalah ini masih terdapat banyak

kekurangan. Kami selaku penulis mohon maaf dan mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak agar

tugas selanjutnya bisa lebih baik.

Gowa, 31 Agustus 2015

(3)

KELOMPOK 5 | ARSITEKTUR KRISTEN AWAL ii

Daftar ISI

Kata Pengantar ...

i

Daftar Isi ...

ii

Bab I Pendahuluan ...

1

1.1. Latar Belakang ...

1

1.2. Rumusan Masalah ...

2

1.3. Maksud dan Tujuan ...

2

1.4 Manfaat ...

2

1.5. Metode Penelitian ...

2

Bab II Pembahasan ...

3

2.1. Sejarah Perkembangan Masa Kristen Awal ...

3

2.1.1. Periode Pengejaran ...

3

2.1.2. Periode Pengakuan ...

5

2.1.3. Perpecahan Kekaisaran Romawi ...

6

2.1.4. Situasi Masyarakat pada Masa Kristen Awal ...

7

2.2. Konsep Arsitektur Masa Kristen Awal ...

8

2.2.1. Arsitektur Kristen Awal Tipe Basilika ...

9

2.2.2. Arsitektur Kristen Awal Tipe Alternatif (Memusat) ...

16

2.2.2.1. Tipe Denah Melingkar atau Oktogonal ...

16

2.2.2.2. Tipe Memusat dengan Tonjolan Segi Empat

atau Pentagon ...

21

(4)

KELOMPOK 5 | ARSITEKTUR KRISTEN AWAL iii

Bab III Penutup ...

25

3.1. Kesimpulan ...

25

3.2. Saran ...

26

(5)

KELOMPOK 5 | ARSITEKTUR KRISTEN AWAL 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Arsitektur sangat berpengaruh di kehidupan kita dimulai dari sebelum masehi atau sesudah masehi baik sadar maupun tidak sadar. Seiring dengan berkembangnya zaman, arsitektur pun juga semakin berkembang baik dan memiliki ciri khas masing-masing yang dapat menjadi sejarah pada masanya. Selain ciri khas ataupun sejarah, arsitektur dapat menjadi symbol suatu kaum. Dibelahan bumi ini setiap daerah memiliki ciri khas arsitektur masing-masing, ciri khas dapat dipengaruhi oleh iklim, sumber alam, geografis suatu daerah sehingga itulah yang mebuat arsitektur dibelahan bumi ini berbeda-beda.

Salah satu jenis arsitektur yang sangat berpengaruh besar yaitu Arsitektur Eropa Klasik. Dimana awal mula terbentuknya Arsitektur Eropa Klasik dari beberapa kaum maupun suatu agama yang memiliki ciri khas khusunya pada bangunan di zaman mereka. Di makalah ini kami akan membahas lebih rinci mengenai Arsitektur Eropa Klasik khususnya Arsitektur Kristen Awal.

Sejak munculnya, Arsitektur Kristen Awal sangat dikenal dengan bangunan gereja ataupun makam mereka. Walaupun muncul pada saat di zaman Romawi, arsitektur Kristen awal tetap memiliki ciri khas yang sangat menandakan keberadaan mereka. Kemunculan arsitektur Kristen awal dapat ditemukan dari berbagai gereja yang masih utuh yang dapat kita temukan dibagian Eropa. Penulisan makalah ini, kami akan mencoba memaparkan sejarah berkembangnya arsitektur Kristen awal. Dan mengkaji segala ciri khas arsitektur Kristen awal pada bangunan yang didirikan pada masa tersebut antara lain bangunan seperti gereja dan makam. Harapannya, penulisan makalah ini dapat mengulas bahasan kali ini dengan jelas dan tepat tanpa mengurangi esensi dari tulisan dari berbagai sumber yang telah digunakan.

(6)

KELOMPOK 5 | ARSITEKTUR KRISTEN AWAL 2

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana awal sejarah berkembangnya Arsitektur Kristen Awal?

2. Bagaimana struktur dari gereja pada masa Arsitektur Kristen Awal?

3. Apa saja material yang digunakan dalam membangun gereja pada masa Arsitektur

Kristen Awal?

4. Apa saja kegunaan-kegunaan dari setiap bagian gereja pada masa Arsitektur

Kristen Awal?

5. Ornamen-ornamen apa saja dan gaya (art) apa saja yang diterapkan dalam

membangun gereja yang berciri khas Arsitektur Kristen Awal?

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN

1. Mengetahui historikal atau asal-usul berkembangnya agama Kristen dan suasana

lingkungan sekitar masyarakat di Eropa pada abad pertengahan, sehingga mempengaruhi pola pikir arsitekturalnya.

2. Mengkaji segala unsur yang menyusun pembangunan gereja pada masa Kristen

Awal, dimulai dari material, struktur dan utilitas, ornamen, gaya (art), serta

pengaruh lingkungan sekitar sehingga, gereja pada masa Arsitektur Kristen Awal memiliki ciri khas tersendiri.

1.4 MANFAAT

1. Dapat dijadikan sebagai sumber informasi terkait arsitektur rumah adat tradisonal

dan referensi terkait ciri khas dari Arsitekur Abad Pertengahan, khususnya pada masa Kristen Awal.

2. Dapat dijadikan sebagai proses pembelajaran di dalam penulisan ilmiah.

1.5 METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah literatur dari perpustakaan dan jurnal dari internet yang berkaitan dengan Arsitektur Abad Pertengahan, khususnya arsitektur pada masa Kristen Awal.

(7)

KELOMPOK 5 | ARSITEKTUR KRISTEN AWAL 3

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Sejarah Perkembangan Masa Kristen Awal

Secara keseluruhan, masa perkembangan Kristen Awal terbagi menjadi 3 periode, antara lain:

a. Periode Pengerjaran (0-285 M)

b. Periode Pengakuan (285 M-395M)

c. Perpecahan Kekaisaran Romawi (395 M)

Masa Kristen Awal terjadi pada abad pertengahan, sedangkan Perkembangan Yunani dan Romawi terjadi pada zaman klasik. Nilai-nilai yang terkandung pada zaman klasik diantaranya:

• Penghargaan terhadap nilai-nilai fisik, nilai-nilai manusiawi dan bersifat rasional. • Karya arsitekturnya memiliki skala manusia

• Karya seni menggambarkan kehidupan manusia pada waktu itu.

• Munculnya nilai-nilai demokrasi. • Menghargai nilai-nilai yang bersifat manusiawi, seperti munculnya karya-karya

arsitektur yang monumental.

Pada zaman Kristen awal mulai terjadi perubahan nilai. Manusia mulai memikirkan hal-hal yang bersifat ukhrawi atau kehidupan dunia sesudah kematian. Hal ini setidaknya terlihat pada ciri-ciri sebagai berikut :

• Manusia cenderung berintrospeksi pada diri sendiri

• Karya arsitekturnya bersifat religius (tempat-tempat ibadah), contohnya tempat pembabtisan, kuburan, gereja dan biara-biara.

• Karya seni lebih ditonjolkan untuk kepentingan agama.

Dalam proses perkembangannya, beberapa sumber kebenaran berasal dari seorang Pendeta (sosok yang menjadi panutan dalam kehidupan beragama, meskipun punya kesalahan). Namun, karena ada pendeta yang menggunakan jabatannya untuk kepentingan pribadi, maka sering terjadi kesalahpahaman antara jemaat dan pendetanya. Pola pikir yang dianut menunjukkan kepercayaan terhadap ajaran Kristen yang dogmatik (yaitu peraturan-peraturan yang dibuat oleh para pendeta sendiri) ini berlanjut kurang lebih selama 1000 tahun sampai dengan zaman

Gotik. Zaman ini disebut juga zaman gelap (dark ages) karena kebudayaan dan

peradaban Barat tidak berkembang.

2.1.1. Periode Pengejaran

Hingga memasuki abad ke-6, kahidupan penduduk daerah Barat Eropa masih berupa kelompok-kelompok kesukuan. Eropa Barat didominasi oleh suku Celtic, termasuk Britania yang masih didominasi suku Angle dan Saxon. Sementara itu, Eropa Utara didominasi oleh suku Germanic yang selanjutnya bermigrasi ke Eropa Barat lalu berasimilasi dengan suku Celtic. Bangsa Romawi menyebut mereka bangsa “Barbar”

(8)

KELOMPOK 5 | ARSITEKTUR KRISTEN AWAL 4 karena sistem sosial dan teknologi mereka lebih sederhana dari yang dikembangkan

bangsa Romawi (Sopandi : 2013)[1].

Umat Kristiani mengalami perlakuan yang kejam dari bangsa Romawi. Rakyat menjadi korban dan perburuan untuk mangsa binatang-binatang buas pada kekaisaran di bawah kepemimpinan Kaisar Nero. Namun demikian kondisi ini tidak membuat umat menjadi takut dan bertambah sedikit tetapi justru makin bertambah banyak dan membawa pengaruh yang besar bagi penduduk terutama dari kalangan tertindas.

Nilai rohani dan introspeksi diri menjadi dasar kepribadian bangsa Eropa selama masa pemerintahan Kaisar Nero. Sehingga, melalui kedua dasar itulah mereka menolak kegiatan pemujaan terhadap Kaisar Romawi. maka banyak bangunan bawah tanah yang dibuat secara darurat dan sederhana. Ruang berbentuk lorong yang difungsikan sebagai tempat tinggal, kuburan dan tempat berdoa. Letak tersembunyi dengan jalan masuk rahasia agar tidak ditemukan oleh tentara Kaisar Romawi.

Sebagai aplikasi ajaran ini adalah adanya kebutuhan terhadap ruang yang digunakan untuk upacara keagamaan seperti kuburan korban penindasan yang diletakkan di bawah tanah (catacomb) dan tempat berdoa atau pemujaan kepada Tuhan. Ajaran ini dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi untuk menghindari kejaran pemerintah waktu itu. Slogan yang sering dicanangkan oleh kaum Nasrani pada

waktu itu adalah “one god, one religion, and one church”, sedangkan slogan yang

digunakan oleh kaisar Romawi adalah “one state, one ideal, and one emperor”.

(a) (b)

Gambar 2.1.1. | Ruang bawah tanah yang digunakan untuk upacara Kristen (a);

Suasana upacara Kristen di ruang bawah tanah (b)

(Sumber : www.google.com (a); dan modul.mercubuana.ac.id (b), diakses pada 27 Agustus 2015, pukul 17.11 WITA)

(9)

KELOMPOK 5 | ARSITEKTUR KRISTEN AWAL 5

2.1.2. Periode Pengakuan

Seiring dengan ekspansi kekuasaan ke barat dan utara, bangsa Romawi melakukan represi dan upaya pembudayaan terhadap suku-suku ini, diawali dengan pembangunan kota-kota Romawi. Kegiatan yang dilakukan bangsa Romawi ini tidak berjalan dengan mudah, sebab bangsa Romawi mendapat banyak perlawanan balik dari suku-suku bangsa dari utara selama kurun 100-500 M, antara lain Visigot, Ostrogoth, Goth, Vandal, Hun, dan Frank; hingga kekaisaran Romawi akhirnya mulai memudar sejak abad ke-1 M.

Agama Kristen akhirnya diakui sebagai agama negara oleh kaisar Constantine, sehingga banyak unsur-unsur Romawi yang masuk dalam agama Kristen. Karena semakin banyak umatnya dan diakui oleh negara nilai-nilai kemanusiaan terhadap kaum nasrani diangkat dan instrospe.ksi lebih mementingkan nilai-nilai spiritual.

Pada era kaisar Constantine inilah menjadi awal dari perkembangan Kristen Awal di Eropa. Kemudian pada tahun 285 M, wilayah kekaisaran Romawi terpecah menjadi 2 wilayah seiring dengan kekaisaran Romawi yang memasuki masa kepudarannya. Perpecahan kekaisaran Romawi ini membagi wilayahnya menjadi

Wilayah Timur yang berpusat di Byzantium dan Wilayah Barat yang berpusat di

Roma. Wilayah Barat inilah yang menjadi tempat di mana era Kristen Awal muncul dan berkembang.

Gambar 2.1.2. | Peta Wilayah Kekaisaran Romawi dan Pembagian Wilayahnya (Sumber : modul.mercubuana.ac.id; diakses tanggal 27 Agustus 2015, Pukul

(10)

KELOMPOK 5 | ARSITEKTUR KRISTEN AWAL 6 Kebutuhan ruang untuk tempat ibadah bersama (misa), tempat pembabtisan dan mousoleum (kuburan di atas tanah). Kebanyakan bangunan yang digunakan untuk fungsi ini diambil dari ruang yang sudah ada dengan mengganti fungsinya, sehingga bentuk yang dipakai sama seperti arsitektur Romawi namun fungsi, isi dan

maknanya berbeda. Contohnya bangunan ”Basilika yang pada zaman Romawi

digunakan untuk ruang pengadilan (Soemantyo, 2010 : 55)[2]. Namun pada zaman

perkembangan Kristen, istilah itu digunakan pada gereja dengan menghilangkan kolom berupa patung dan hal-hal yang bersifat duniawi (materi) menjadi suasana

tempat peribadatan yang bersifat non materi atau biasanya disebut dematerialized[3].

2.1.3. Perpecahan Kekaisaran Romawi

Dimulai dari Jaman Constantine, hingga Charlemagne (800 M). Serbuan Huns yaitu orang-orang Mongol ke Eropa sekitar 376 M, berhasil menguasai Wilayah Eropa hingga Italia. Pada 410 M Roma jatuh ketangan orang-orang Goth di bawah Alaric.

Peperangan tersebut hanya bagan keil daru berbagai konflik di Eropa. Pada 584 M orang-orang Lombard, menguasai hampir seluruh wilayah Itali hingga sekitar dua abad.

Sejak dinobatkannya Charlemagne menjadi emperor oleh Paus dari Roma pada 800 M, kekaisaran menyatu dalam sistem pemerintahan dengan tahta suci Romawi, berlangsung hingga 1806 M. Sejak tahun 800 M hingga 1000 M Roma tidak lagi mendominasi budaya dan arsitektur Kristen, selain karena timbulnya regionalisme, juga pengaruh Romanesque menjadi lebih kuat.

Constantine memindah pusat pemerintahan dari Roma ke Istanbul di wilayah Byzantine yang namanya kemudian diubah menjadi Constantinople. Sistem

pemerintahan juga diubah menjadi kekuasan mutlak (absolute monarch) hingga

kematiannya pada 337 M. Hal itu menyebabkan kekutan Kristen menjadi goyah sehngga kekaisaran Romawi terpecah menjadi dua wilayah yaitu: wilayah barat dan wailayah timur.

Suatu rangkaian emperium di barat berakhir pada 476 M, setelah emperium barat dan timur diruntuhkan oleh Zeno yang memerintah di Constantinople. Kembali lagi terjadi perubahan kekuasaan, menjadi Theodoric dan Goth yang memerintah Itali (493-526), dan pada saat itu tercapai masa puncak kedamaian dan kemakmuran. Pada jaman kebangkitan ini, budaya dan seni Byzantine banyak mendapat pengaruh dari jaman kristen awal.

[2] Soemantyo, Yulianto. 2010. Arsitektur Klasik Eropa. Yogyakarta: Gajahmada Press [3] raziq_hasan.staff.gunadarma.ac.id (diakses tanggal 30 Agustus pukul 17. 21 WITA)

(11)

KELOMPOK 5 | ARSITEKTUR KRISTEN AWAL 7

2.1.4. Situasi Masyarakat Setempat pada Masa Kristen Awal

Melihat kembali sejarah perkembangan Kristen Awal secara kronologis, dapat dilihat berbagai keadaan masyarakat saat itu ditinjau dari berbagai sektor (politik, ekonomi, sosial, budaya, serta pertahanan dan keamanan).

POLITIK

Pada masa menjelang munculnya Kristen Awal di Wilayah Kekaisaran Romawi, kehidupan masyarakat berada di bawah pemerintahan Kaisar Nero. Kemudian seiring berjalannya waktu, kekaisaran Romawi memasuki masa pemerintahan kaisar Constantine. Sehingga, pada 285 M, terjadi perpecahan antara Wilayah Timur dan Wilayah Barat kekaisaran Romawi. Pada masa ini, agama Kristen mulai berkembang, bahkan ditetapkan menjadi agama negara. Hal inilah yang mempengaruhi arsitektur masyarakat saat itu untuk membangun bangunan beribadah yang mengadopsi berbagai pengaruh masa Romawi.

EKONOMI

Kehidupan masyarakat Romawi, bahkan hampir seluruh masyarakat Eropa masih sederhana hingga abad ke-6. Hal tersebut dapat dilihat dari kehidupan mereka yang masih terbagi atas suku-suku, serta penggunaan bahan dan teknologi yang mereka gunakan masih sederhana. Bangsa-bangsa di Eropa saat itu cenderung menggunakan bahan-bahan yang ada di sekitarnya saja sebagai material bangunan, seperti kayu dan batu marmer. Namun, teknologi mulai maju pada masa Romawi, di mana hal ini dibuktikan dengan adanya bangunan yang menggunakan konstruksi beton.

SOSIAL

Karena banyaknya kekejaman yang dilakukan kaisar Nero terhadap umat Kristiani pada saat itu, maka umat Kristiani tersebut menyediakan tempat tersembunyi agar dapat melaksanakan setiap ritual ibadahnya dengan aman dan lancar, yaitu melakukan upacara keagamaan di ruang bawah tanah. Namun, kedaannya semaikin membaik setelah memasuki masa pemerintahan kaisar Constantine, karena sudah banyak bangunan keagamaan yang dibangun dengan konsep Romawi, sehingga bangunan kegamaan saat itu besar dan megah.

(12)

KELOMPOK 5 | ARSITEKTUR KRISTEN AWAL 8

BUDAYA

Kehidupan budaya masyarakat saat itu sangat dipengaruhi oleh situasi fisik maupun nonfisik yang terdapat di sekitar lingkungan yang mereka huni. Hal ini, nampak dari penggunaan material. Kayu dan batuan lokal (batu marmer contohnya) merupakan bahan asli perkampungan masyarakat saat itu sehingga menjadi material utama dalam pembangunan gedung saat itu. Selain itu,

pembangunan gedung ibadah seperti gereja, baptistery, dan makam

menggunakan bentuk dan pola konstruksi yang khas dengan yang diterapkan arsitektru Romawi.

HANKAM (PERTAHANAN & KEAMANAN)

Pada zaman sebelum pemerintahan kaisar Constantine, Kekaisaran Romawi kurang mendapat serangan atau ancaman dari luar. Namun, semenjak terjadi perpecahan wilayah kekaisaran Romawi menjadi Wilayah Barat dan Wilayah Timur, banyak serangan dari luar yang datang. Pemerintahan kekaisaran di Wilayah Barat yang menjadi tempat berkembangnya agama Kristen (masa Kristen Awal), akhirnya jatuh ke tangan orang-orang Goth, di situlah menjadi runtuhnya kekaisaran Romawi Wilayah Barat.

2.2. Konsep Arsitektur Masa Kristen Awal

Seiring dengan berjalannya waktu dari masa ke masa, kebudayaan berkembang tanpa disadari. Apa yang berkembang di masa sekarang adalah wujud ekspresi atau pembaruan dari masa sebelumnya. Proses seperti itu juga terjadi pada seni, maupun arsitektur. Apa yang berubah atau dikatakan baru di masa sekarang

adalah bentuk penyempurnaan dari masa lalu (Soemantyo, 2010 : 54)[4].

Pertemuan kebaktian orang-orang Kristen mula-mula (masa pemerintahan Kaisar Nero) diadakan di tempat-tempat rahasia, seperti rumah-rumah penduduk dan di lorong-lorong bawah tanah. Karya seni, lukisan dan mosaik gaya ini berasal dan abad pertama (V dan VI), banyak ditemukan di lorong-lorong bawah tanah atau yang

biasa disebut catacomb, yang pada awal masa Kristen merupakan tempat

pemakaman. Catacomb dan bangunan-bangunan lainnya kebanyakan dibangun di

luar perbatasan kota karena faktor keamanan dan harga tanah. Akibat perkembangan umat Kristiani yang terus bertambah maka kebutuhan ruang ibadah semakin besar.

Kebutuhan akan ruang yang besar itu pun mulai terwujud sejak Kaisar Constantine meresmikan agama Kristen sebagai agama resmi negara melalui Deklarasi Milan.

(13)

KELOMPOK 5 | ARSITEKTUR KRISTEN AWAL 9 Sejak saat itu mulai banyak tempat beribadah (gereja) yang dibangun di seluruh wilayah negara. Pada pertengahan (abad ke-3) sudah ada lebih dari 40 buah rurnah ibadah di Roma.

Para pengrajin dan seniman di masa Kristen Awal adalah penerus tradisi Romawi juga. Namun, karena menurunnya kemakmuran mereka akibat kekuasaan Romawi semakin pudar, membuat pembangunan mereka lebih memerhatikan pada

kebutuhan ruang dan ketersediaan material.

Pada awalnya gereja mempunyai aturan yang berbeda dibandingkan dengan kuil hedonisme zaman Romawi. Gereja merupakan tempat pertemuan para pengikut Kristen. Bagian dalam bangunan yang diletakkan secara terpisah, terdapat ruang yang disucikan dan dipercaya sebagai tempat bersemayam Tuhan yang tidak kelihatan. Umat memuja dan berdoa melalui perantara pendeta atau imam. Karenanya letak altar dan pendeta harus berhadapan dengan umat, maka bentuk gereja membutuhkan denah memanjang, seperti bangunan Basilika zaman Romawi.

Jika dilihat secara keseluruhan, perkembangan arsitektur di masa Kristen Awal pada gereja-gereja yang terdapat di seluruh wilayah kekuasaan Kekaisaran Romawi memiliki dua macam konsep utama sebagai dasar untuk merancang bentuk bangunannya. Kedua macam konsep tersebut antara lain:

a. Konsep Basilika

b. Konsep Alternatif (Terpusat)

2.2.1. Arsitektur Masa Kristen Awal Tipe Basilica

Bangunan di masa Kristen Awal (abad IV s.d. abad VIII), mempunyai nilai yang sangat menekankan penyelesaian masalah konstruksinya. Konsep-konsep yang menyusun arsitektur gereja Basilikan ini mengadopsi konsep-konsep yang menyusun gedung Basilika peninggalan dari bangsa Romawi.

Basilika (Basilica) telah disebutkan di depan, yaitu gedung yang digunakan

oleh bangsa Romawi sebagai gedung pengadilan. Lalu, nama Basilika ini melekat pada gereja-gereja yang dibangun pada masa Kristen Awal karena kemegahan dari gedung ini, sehingga para arsitek yang berperan membangun tempat beribadah pada zaman itu kerap menjadikannya sebagai inspirasi. Sehingga, istilah gereja basilika digunakan untuk menyebut gereja yang terbesar di lingkungannya.

Penggunaan nama Basilika ini bukan semata untuk mengalihkan fungsi

bangunan pengadilan ke bangunan peribadatan (gereja). Namun, penggunaan nama Basilika seperti yang telah dijelaskan (karena kemegahan), maka inspirasi yang

diambil oleh setiap arsitek pembangun gereja diterapkan ke pengolahan tataruang,

struktur, dan material yang digunakan. Sehingga Basilika memiliki dua makna

(pengadilan pada masa Romawi dan gereja pada masa Kristen Awal), bukan

pengalihan fungsi[5].

[5] https://id.wikipedia.org/wiki/Basilika (diakses pada tanggal 12 Oktober 2015 Pukul 20:35

(14)

KELOMPOK 5 | ARSITEKTUR KRISTEN AWAL 10 Gereja-gereja Basilikan cenderung didominasi oleh bentuk persegi panjang sebagai bentuk utama bangunannya dilihat (dilihat dari denahnya). Selain itu, gaya arsitektur dari gereja tipe Basilikan ini memiliki beranekaragam ciri khas yang membuat gereja-gereja ini dikenali sebagai gereja Basilikan, baik dari segi material,

struktur, utilitas, gaya (art), serta ornamen-ornamen yang terdapat dalam gereja jenis

ini. Semua unsur tersebut akan dijelaskan selanjutnya.

STRUKTUR DAN UTILITAS

Gereja-gereja Basilika memiliki denah berbentuk segi empat dengan pembagian ruangan menjadi dua bagian bangunan, yaitu bagian utama dan bagian peralihan.

Bagian peralihan terdiri dari atrium, yang merupakan halaman depan gereja

yang dikelilingi oleh portico, yaitu semacam gang yang satu sisinya berupa deretan

kolom yang terbuka ke arah atrium dan sisi lainnya berupa dinding. Sebelum masuk

ke bagian utama gereja, terdapat narthex, gang yang menjadi perantara bagian

peralihan dan bagian utama dari suatu gereja masa Kristen Awal. Selain itu, di

tengah-tengah atrium, terdapat air mancur (atau biasanya berupa bak pembersihan

yang disebut dengan cantharus[5], digunakan untuk upacara ritual pembersihan yang

dilaksanakan di atrium suatu gereja pada masa Kristen Awal. Sebelum masuk ke

atrium, terdapat 2 menara kembar yang mengapit pintu masuk. Gerbang masuk ini

dapat dicapai dengan melalui tangga yang lebarnya hampir selebar gereja.

Bagian utama terdiri dari nave, yaitu ruang umat utama sebagai pusat sebuah

gereja yang memanjang dari narthex ke choir atau mimbar gereja dan biasanya diapit

oleh aisle. Aisle merupakan pembagian longitudinal sebuah gereja, yang mengapit

nave dan terpisahkan oleh barisan kolom atau pier. Setelah melalui nave, terdapat

bema yang menjadi pemisah antara nave dan apse. Apse sendiri merupakan proyeksi

setengah lingkaran atau polygonal sebuah bangunan yang biasanya berkubah,

biasanya apse terdapat pada rumah sakit atau ujung Timur sebuah gereja. Pada apse

terdapat tribun sebagai takhta uskup dan sanctuary yang merupakan tempat yang

dianggap suci karena terdapat altar, yang merupakan meja dalam gereja Kristen di

mana Eucharist (sakramen yang meperingati kematian Kristus) dirayakan. Biasanya

altar disebut meja komuni[6].

[6] Ching, Francis D. K. 2012. Kamus Visual Arsitektur. Jakarta: Erlangga [7] Ching, Francis D. K. 2012. Kamus Visual Arsitektur. Jakarta: Erlangga

(15)

KELOMPOK 5 | ARSITEKTUR KRISTEN AWAL 11

Gambar 2.1.2.1. | Denah Gereja Basilikan St. Peter (Sumber : modul.mercubuana.ac.id; diakses tanggal 27 Agustus 2015, Pukul 17.11 WITA)

Gambar 2.1.2.2. | Bagian-Bagian Gereja Basilikan St. Peter (Sumber : Ching, Francis D. K. 2012. Kamus Visual Arsitektur. Jakarta: Erlangga)

GAYA DAN ORNAMEN

Bentuk denah segi empat merupakan ciri khas paling utama dari gereja-gereja tipe Basilika. Selain itu, gereja basilikan memiliki kolom-kolom yang dipasang dengan

jarak yang lebar menjaga entablaur ataupun pelengkung untuk mendapatkan

bentangan yang lebih lebar. Pemasangan kolom-kolom ini hampir terdapat pada

keseluruhan bagian gereja, seperti pada di sepanjang portico dan narthex, serta untuk

(16)

KELOMPOK 5 | ARSITEKTUR KRISTEN AWAL 12

(b)

(a)

Gambar 2.1.2.3. | Denah Gereja St. Paolo Feuri le Mura (a); dan Denah gereja St. Clemente (b) (Sumber : Soemantyo, Yulianto. 2010. Arsitektur Klasik Eropa. Yogyakarta: UGM Press)

Selain itu, pada bagian utama gereja, nave selalu berada di tengah dan diapit

aisle baik di sebelah kiri, maupun sebelah kanan dari nave. Namun, biasanya jumlah

lajur aisle yang mengapit nave berbeda pada tiap-tiap gereja pada masa Kristen Awal.

Sebagai contoh, gereja Basilikan St. Peter (313 M) memiliki aisle dengan dua lajur

pada sisi kiri dan kanan dari nave (380 M). Namun, berbeda halnya dengan gereja S.

Apolliniare in Classe, yang memiliki aisle dengan satu lajur saja. Gereja tipe Basilikan

juga selalu memiliki proyeksi setengah lingkaran yang disebut apse.

Dinding kiri-kanan nave, tinggi, dan lebar ditumpu oleh deretan kolom yang

bercorak Korintien dan menyangga pelengkung-pelengkung. Atap yang berada di

atas nave berupa kuda-kuda kayu ditutup atap yang bersisi miring dua. Sementara

atap yang berada di atas aisle merupakan konsturksi setengah kuda-kuda, sehingga

ditutupi atap bersisi miring satu, serta letaknya berada di bawah atap yang menutupi

nave. Seluruh kuda-kuda kayu hasil konstruksi atap untuk ruang dalam tidak ditutup

(17)

KELOMPOK 5 | ARSITEKTUR KRISTEN AWAL 13

(a) (b)

Gambar 2.1.2.4. | Potongan Gereja S. Appolinare in Classe dengan satu lajur aisle (a); dan Denah gereja Basilikan St. Peter dengan dua lajur aisle (b) (Sumber : Soemantyo, Yulianto. 2010. Arsitektur Klasik Eropa. Yogyakarta: UGM Press)

Pada dinding bagian atas nave (dinding yang tepat berada di atas atap yang

menaungi aisle), terdapat deretan jendela yang masing-masing ambangnya

lengkung. Bentuk ambangnya yang lengkung merupakan ciri khas yang selalu ditemui pada gereja-gereja yang ada di masa Kristen Awal.

Di samping itu, beberapa gereja juga membuat suatu variasi seperti pada gereja Saint Paolo Fouri le Mura (380 M) yang sudah dibangun ulang, di mana membuat pandangan gereja ini dari depan menjadi tidak simetris dengan

menambahkan menara Campanil (menara lonceng) di sisi utara (sebelah kiri gedung

jika dilihat dari denah). Hal serupa juga terjadi pada gereja Basilikan St. Peter yang

(a)

(b)

Gambar 2.1.2.4. | Perspektif Gereja S. Appolinare in Classe (a); dan Perspektif gereja St. Paolo Fouri le Mura (b) (Sumber : Soemantyo, Yulianto. 2010. Arsitektur Klasik Eropa. Yogyakarta: UGM Press)

(18)

KELOMPOK 5 | ARSITEKTUR KRISTEN AWAL 14 menambahkan unit kembar lingkaran pada denahnya. Unit tersebut terletak di sebelah selatan (di sebelah kiri bangunan pada denah). Unit kembar tersebut digunakan sebagai makam Honorius, dan yang lain untuk gereja kecil.

(b)

(a)

Gambar 2.1.2.5. | Denah Lengkap Gereja Basilikan St. Peter (a); dan Denah gereja St. S. Appolinare in Classe (b) (Sumber : Soemantyo, Yulianto. 2010. Arsitektur Klasik Eropa.

Yogyakarta: UGM Press)

Terdapat pula beberapa ornamen di dalam gereja, antara lain pada bagian

atas dari masing-masing pilar yang terdapat di portico yang dihias dengan mosaik,

molding, dan relief; di bagian utama gereja, dapat ditemui berbagai macam ragam

hias di sekeliling ruangan dan di altar. Hal ini ditunjukkan oleh gereja S. Clemente di

(19)

KELOMPOK 5 | ARSITEKTUR KRISTEN AWAL 15

(a) (b)

(c)

Gambar 2.1.2.5. | Ragam hias pada kolom gereja (a); kolom-kolom pada portico (b); dan ragam hias pada altar dan ruang dalam gereja (c) (Sumber : Soemantyo, Yulianto. 2010. Arsitektur Klasik Eropa. Yogyakarta: UGM Press)

MATERIAL

Material yang digunakan untuk membangun diambil dari berbagai benda yang tersedia di sekitar lingkungannya, seperti batu dan marmer. Terdapat pula bahan-bahan lain seperti mozaik dan patung sebagai material penghias gereja. Penggunaan kaca warna disertai dengan mosaik banyak digunakan sebagai lukisan yang dipasang pada bagian dalam kubah.

Selain itu, material kayu juga berperan penting khususnya dalam konstruksi kuda-kuda. Pengerjaan material kayu ini juga didukung oleh teknologi yang dimiliki oleh bangsa Romawi yang saat itu sudah menerima dan meresmikan agama Kristen sebagai agama negera.

(20)

KELOMPOK 5 | ARSITEKTUR KRISTEN AWAL 16

2.2.2. Arsitektur Masa Kristen Awal Tipe Alternatif (Memusat)

Gereja tipe Basilika, merupakan jenis yang sangat sering dijumpai pada gereja-gereja yang terdapat di wilayah kekuasaan Romawi pada zaman Kristen Awal. Namun, bukan berarti bentuk segi empat adalah satu-satunya bentuk yang digunakan penduduk zaman Kristen Awal dalam membangun gereja sebagai tempat beribadahnya. Semakin berjalannya masa Kristen Awal ini, bentuk (konsep) yang digunakan penduduk setempat sudah mulai menggunakan banyak bentuk lain dengan berbagai variasi dalam konstruksi gereja.

Konsep arsitektur yang digunakan dalam gereja ini tergolong dalam jenis

yang disebut dengan Tipe Alternatif atau Tipe Memusat. Secara umum, gereja-gereja

zaman Kristen Awal yang tidak menggunakan konsep dari Tipe Basilika, menggunakan konsep ini dengan menentukan salah titik atau posisi dari keseluruhan gereja sebagai pusat dari bangunan.

Jika diamati secara keseluruhan, konsep arsitektur pada masa Kristen Awal dibedakan lagi menjadi dua jenis, antara lain :

a. Tipe Memusat Denah Melingkar atau Oktagonal

b. Tipe Memusat dengan Tonjolan Pentagon atau Bujur Sangkar

Untuk lebih jelasnya, kedua jenis konsep arsitektur yang mewakili Tipe Memusat ini akan dijelaskan selanjutnya.

2.2.2.1. Tipe Memusat Denah Melingkar atau Oktagonal

Gereja jenis ini, cederung menggunakan denah melingkar, sehingga pusat dari ruangan menjadi fokus dalam pelaksanaan upacara keagamaan dan cenderung

dikelilingi oleh ruang yang berupa sirkulasi melingkar yang disebut ambulatory.

STRUKTUR DAN GAYA

Di Roma, gereja S. Stefano Rotondo adalah salah satu gereja yang terkenal dengan strukturnya yang memusat. Gereja ini tercatat sebagai gereja berdenah lingkaran terbesar dengan diameter 64 M. Sirkulasi lingkarannya terdiri atas lingkaran

luar dan lingkaran dalam. Lingkaran (ambulatory) dibagi menjadi 8 segmen, untuk

empat buah kapel (gereja kecil). Masing-masing kapel mempunyai pintu langsung,

denahnya radial, bagian dari lingkaran. Di setiap kapel terdapat apse berdenah

(21)

KELOMPOK 5 | ARSITEKTUR KRISTEN AWAL 17

Gambar 2.2.2.1. | Denah gereja St. Stefano Rotondo (Sumber : Soemantyo, Yulianto. 2010.

Arsitektur Klasik Eropa. Yogyakarta: UGM Press)

Pusat dari bangunan merupakan tempat diletakkannya altar utama, tepatnya

pada lingkaran dalam dengan diameter 23,17 M. Lingkaran ini dikelilingi 22 kolom

silindris model Korintien yang menyangga pelengkung dan entablature berbentuk

cincin. Di atas entablature terdapat tambour, dari sebuah atap yang sangat tinggi,

sekitar 23 M dati permukaan lantai. Pada bagian atas terdapat deretan jendela yang ambang atasnya melengkung. Atap lingkaran tengah dulunya berbentuk kubah, namun sekrang menjadi bentuk kerucut yang tidak terlalu runcing dengan konsturksi kuda-kuda kayu dan ditutup atap genting.

Gambar 2.2.2.2. | Altar gereja St. Stefano Rotondo (Sumber :

modul.mercubuana.ac.id diakses 27 Agustus 2015 pukul 17.11 WITA)

Lingkaran pusat dikelilingi oleh gang melingkar (ambulatory) yang dikelilingi

deretan kolom silindris Korintien. Atap dari ambulatory tersebut membentang

melingkar dengan satu sisi miring. Atapnya menggunakan konstruksi kuda-kuda kayu ditutup genting dan posisinya lebih rendah dari atap kerucut yang menutupi lingkaran pusat.

(22)

KELOMPOK 5 | ARSITEKTUR KRISTEN AWAL 18

(a) (b)

Gambar 2.2.2.2. | Potongan gereja St. Stefano Rotondo (a) dan (b) (Sumber : Soemantyo, Yulianto. 2010. Arsitektur Klasik Eropa. Yogyakarta: UGM Press)

Struktur sama juga ditemui pada makam S. Constanza di Roma (330 M). Makam ini dibangun oleh Constantine untuk makam adiknya, Constantia. Pintu

masuknya berupa porch, berdinding tanpa tiang, dengan tiga pintu masuk, pintu

masuk terbesar berada di tengah diapit kembar kiri-kanan dengan ukuran lebih kecil. Ketiga pintu ini berambang melengkung, sangat khas Kristen Awal.

Ruang dalam terdiri dari bagian tengah berdenah lingkaran dengan diameter

12,20 M, dikelilingi oleh semacam nave yang melingkar, lebarnya 5 M. Gang semacam

nave melingkar tersebut terbentuk oleh dinding luar dan deretan kolom granit

posisinya pada keliling lingkaran, sebanyak12 buah, masing-masing ganda dan kembar.

Gambar 2.2.2.3. | Denah makam St. Constanza (Sumber : Soemantyo, Yulianto. 2010. Arsitektur Klasik Eropa. Yogyakarta: UGM Press)

(23)

KELOMPOK 5 | ARSITEKTUR KRISTEN AWAL 19 Penampang atap gang, berupa pelengkung setengah lingkaran. Kolom-kolom menjadi tumpuan dari pelengkung, yang juga posisinya melingkar. Pada bagian atas,

diameter dinding mengecil, menjadi tambour, menumpu atap berbentuk kubah. Di

sekeliling tambour terdapat deretan jendela atas berambang lengkung setengah

lingkaran, sesuai dengan konstruksi bangunan zaman Romawi. Kubah bangunan ini ditutup atap berbentuk piramidal. Sehingga, konstruksi kubah ini berperan sebagai

plafond.

(a) (b)

Gambar 2.2.2.4. | Potongan makam St. Constanza (a) Tampak makam St. Constanza (b) (Sumber : Soemantyo, Yulianto. 2010. Arsitektur Klasik Eropa. Yogyakarta: UGM Press)

Konsep arsitektur ini juga terdapat pada baptistery, bangunan yang dibangun

terpisah dari gereja atau kapel, yang digunakan khusus untuk upacara pembaptisan. Salah satunya pada Baptistery Constantine di Roma (432-440). Baptistery ini adalah salah satu yang tertua di Italia, sehingga kemungkinan besar baptistery lain menggunakan konsepnya.

Denah bagian utama berbentuk oktagonal, terdiri dari lingkaran dalam,

dikelilingi oleh lingkaran luar dari sebuah ambulatory jarak antara dua dinding pada

sisi yang berhadapan 19,2 M. Dari kedua lingkaran satu di dalam, lainnya di luar terbentuk oleh delapan kolom pada setiap titik sudut segi delapan dalam, dan dinding.

(24)

KELOMPOK 5 | ARSITEKTUR KRISTEN AWAL 20

Gambar 2.2.2.5. | Denah Baptistery Roma (Sumber : Soemantyo, Yulianto. 2010.

Arsitektur Klasik Eropa. Yogyakarta: UGM Press)

Lantai dari lingkaran dalam turun tiga trap (seperti anak tangga) dari lantai

lingkaran luar. Kolom terbuat dari marmer dan menumpu entablature, berbentuk

cincin dan di atasnya terdapat kolom yang posisi dan bentuknya sama dengan yang

di bawahnya yang juga menumpu entablature berbentuk cincin, di atasnya lagi

terdapat dinding pada setiap sisi. Pada setiap dinding tersebut terdapat jendela atas

yang berbentuk lingkaran yang disebut dengan mata sapi (oculus/bull’s eye).

Bagian lantai yang berbentuk lingkaran ditutup oleh ceruk kubah yang

berperan sebagai plafond. Bentuk kubah tersebut bukan dari bentuk setengah bola,

melainkan dari patah-patahan delapan buah yang posisi dan jumlahnya disesuaikan denah hexagonal. Atapnya piramida tumpul ditutup genting.

(a) (b)

Gambar 2.2.2.4. | Tampak Baptistery Roma (a) Potongan Baptistery Roma (b) (Sumber : Soemantyo, Yulianto. 2010. Arsitektur Klasik Eropa. Yogyakarta: UGM Press)

(25)

KELOMPOK 5 | ARSITEKTUR KRISTEN AWAL 21

2.2.2.2. Tipe Memusat dengan Tonjolan Segi Empat atau Pentagon

Jika dibandingkan dengan tipe memusat dengan denah melingkar atau oktagonal, gereja yang menggunakan tipe memusat yang satu ini lebih jarang ditemui.

STRUKTUR

Makam Galla Placidia, Ravenna (425) salah satu bangunan masa Kristen Awal yang menggunakan konsep terpusat pada denahnya, namun tidak menggunakan denah berbentuk lingkaran ataupun oktagonal. Makam ini menggunakan bentuk salib sebagai denahnya.

Pada kedua lengan salib, kepala, dan tengah-tengah yang membentuk ruang segi empat terhadap makam. Pintu masuk berada pada bagian kaki salib. Makam ini mengggunakan atap pelana pada kedua lengan dan kepala salib (dilihat dari denah). Ruang tengah (persilangan kedua lengan, kepala, dan kaki salib) memiliki denah bujur sangkar dengan dikelilingi oleh empat pelengkung. Ruang tengah tersebut dindingnya tinggi beratap kubah , serta dilapisi oleh atap piramidal. Karena denahnya bujur sangkar, maka kubah tidak seutuhnya berbentuk setengah bola karena setiap sisinya terpotong bidang vertikal dari dindingnya.

Gambar 2.2.2.5. | Denah makam Galla Placidia di Ravena (Sumber : Soemantyo, Yulianto. 2010. Arsitektur Klasik Eropa.

Yogyakarta: UGM Press)

GAYA DAN MATERIAL

Seluruh dinding merupakan hasil konstruksi batu-bata. Pada sisi luar dihias

dengan pelengkung mati. Hiasan luar hanya berupa molding dan cornice yang

membentuk garis-garis tebal horisontal dan miring mengikuti kemiringan atap. Pada dinding ruang tengah yang tinggi, masing-masing terdapat jendela atas. Pada ruang dalam terdapat banyak hiasan, antara lain dekorasi pada pelengkung, termasuk lukisan dinding.

(26)

KELOMPOK 5 | ARSITEKTUR KRISTEN AWAL 22 (a)

(b)

Gambar 2.2.2.5. | Konsep kubag makam Galla Placidia (a); gambar potongan makam Galla Placidia (b) dan (c) makam Galla Placidia, Ravena (Sumber : Soemantyo, Yulianto. 2010. Arsitektur Klasik Eropa. Yogyakarta: UGM Press)

(c)

2.2.3. Aneka Dekorasi Gereja Masa Kristen Awal

Karena masa Kristen Awal muncul di zaman Romawi (setelah zaman Yunani), maka dekorasi-dekorasi arsitektur yang digunakan pada bangunan-bangunan seperti

gereja, baptisery, atau makam semuanya merupakan perkembangan dari bangsa

(27)

KELOMPOK 5 | ARSITEKTUR KRISTEN AWAL 23 Dekorasi yang ada, bukan hanya berupa relief saja, tetapi sudah ada juga yang berupa mozaik dan lukisan dinding.

Pengaruh zaman Yunani yang masih ada pada arsitektur masa Kristen Awal

dapat dilihat dari Order yaitu konstruksi kolom dan balok yang dihias (entablature).

Yang paling banyak ditemui di gereja-gereja yaitu Order khas Korintien. Ciri khas

Order ini berupa hiasan floral pada kepalanya (capital). Pada bangunan-bangunan

masa Kristen Awal juga terdapat banyak hiasan geometrik, antara lain pada lantai, dinding, ukiran pada pintu dan jendela. Beberapa contohnya dapat dilihat berikut ini.

(28)

KELOMPOK 5 | ARSITEKTUR KRISTEN AWAL 24 Keterangan gambar :

A : Mosaik S. Agnese, Roma L : Jendela

B : Mosaik S. Francessa M : Jendela

D : Capital Corak Daun Q : Lantai pada S. Lorenzo, Roma

E : Kepala dan Pelengkung S. Apollinare R : Ambang pintu makam Theod

G : Kolom Korintien S. Paolo, Roma Theodoric

H : Kolom S. Appolinare S : Mosaik dari Parenso

K : Pintu Marmer di S. Maria in Valle, T : Mosaik S. Giovannie Paolo,

(29)

KELOMPOK 5 | ARSITEKTUR KRISTEN AWAL 25

BAB III PEMBAHASAN

3.1. KESIMPULAN

Zaman Kristen Awal adalah zaman awal di mana agama Kristen berkembang di Eropa, di mana masyarakat setempat saat itu berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Romawi. Masyarakat setempat yang menganut agama Kristen sering menjadi korban dan perburuan untuk mangsa binatang-binatang buas pada era kekuasaan Romawi di bawah pimpinan Kaisar Nero. Namun bukannya padam, semangat mereka pun tetap bertambah. Hingga akhirnya Kaisar Constantine memegang kekuasaan Romawi, mulai terjadi perpecahan wilayah Romawi dan akhirnya menjadi awal diterimanya agama Kristen sebagai agama negara.

Berkembangnya agama Kristen di zaman Romawi ini, memicu dibangunnya begitu banyak gereja yang tersebar dari wilayah Barat hingga wilayah Timur

kekuasaan Romawi. Bukan hanya gereja, juga dibangun berupa makam dan baptistery

(tempat baptisan). Secara konsep arsitekturalnya, gereja-gereja di masa Kristen Awal terbagi menjadi dua, yaitu gereja tipe Basilikan dan gereja tipe memusat (alternatif).

Gereja tipe basilikan cenderung memiliki denah segi empat, dengan memiliki

atrium sebagai taman, yang dikelilingi portico di sebelah kiri dan kanan. Setelah

melalui atrium, terdapat narthex sebagai gang perantara portico dengan bagian

dalam gereja. Bagian dalam gereja sendiri terdiri atas nave sebagai sirkulasi utama,

yang diapit oleh aisle di samping kiri dan kanan. Terdapat bema sebagai transept

setelah melalui nave dan teradapat altar sebagai meja perjamuan suci sehingga

disebut sebagai sanctuary. Di akhir bema terdapat apse yang berbentuk setengah

lingkaran.

Sementara gereja tipe memusat (alternatif) memiliki denah yang memusat. Ada yang berbentuk lingkaran atau oktagonal yang banyak ditemui pada gereja dan

batistery, di mana pusat dari gereja, dikelilingi oleh nave, dan nave dikelilingi oleh

ambulatory. Pada pusat dari gereja dikelilingi deretan kolom yang beratapkan kubah

sebagai plafond, dan di atas kubahnya ditutup oleh atap genting berbentuk kerucut. Terdapat juga bentuk terpusat lainnya yaitu dengan membuat tonjolan-tonjolan berbentuk bujur sangkar atau pentagonal. Biasanya bentuk seperti ini banyak digunakan pada makam. Seperti halnya makam Galla Placidia, yang mengambil bentuk salib dan membagi ruangan-ruangannya menjadi bentuk bujur sangkar, di mana bujur sangkarnya yang terletak di pusat bangunan dijadikan tempat menaruh

(30)

KELOMPOK 5 | ARSITEKTUR KRISTEN AWAL 26 Bangunan arsitektur zaman Kristen Awal memiliki ciri khas, yaitu konstruksi pintu atau jendela dengan ambang yang lengkung (khas Kristen Awal). Selain itu, bangunan masa Kristen Awal, terutama yang mengambil bentuk segi empat, cenderung menggunakan atap genteng yang melapisi konstruksi kuda-kuda kayu. Sedangkan, untuk bangunan berdenah memusat, ruangan yang menjadi pusat cenderung ditutup kubah, lalu dilapisi oleh atap genting. Semua bangunan khas Kristen Awal mengadopsi budaya romawi yang cenderung memasang deretan kolom untuk memisahkan ruang-ruang yang terdapat dalam bangunan. Serta, menggunakan berbagai dekorasi seperti relief (adopsi dari zaman Yunani), mosaik,

penggunaan capital pada kepala kolom bangunan, pintu dan jendela yang

menggunakan marmer, serta hiasan geometrik yang terdapat di lantai, dinding, pintu, dan jendela bangunan.

3.2. SARAN

Adapun saran dari penulisan makalah ini kepada pembaca agar dapat menambah wawasannya melalui belajar mengenai konsep arsitektur masa Kristen Awal. Hal ini ditujukan kepada setiap pribadi yang ingin berkecimpung dalam dunia arsitektur, khususnya dalam mengetahui perkembangan konsep arsitektur yang terjadi di berbagai dunia, khusunya Eropa. Karena arsitektur Eropa itu sendiri merupakan arsitektur yang membangun berdasarkan situasi yang terjadi di sekitar lingkungannya, yang memiliki nilai-nilai tersendiri pertahankan sifat keaslian bangunannya dan gaya arsitekturnya, namun nilai-nilai ini juga bisa menjadi refleksi bagi setiap arsitek untuk berinovasi melalui karya arsitektural yang fungsional, memberi keamanan dan kenyamanan bagi penggunanya, serta memiliki nilai keindahan (estetika) yang lebih tersendiri.

Selain itu penulis memohon maaf bila terdapat kesalahan karena kami masih dalam proses pembelajaran. Dan diharapkan dengan adanya makalah ini dapat menjadi wacana yang membuka pola pikir pembaca dan memberi saran yang sifatnya

(31)

KELOMPOK 5 | ARSITEKTUR KRISTEN AWAL 27

Daftar Pustaka

SUMBER BUKU

Ching, Francis D. K. 2012.

Kamus Visual Arsitektur Edisi Kedua

. Jakarta:

Penerbit Erlangga

Ching, Francis D. K. 2011.

A Global History of Architecture Second Edition

.

New Jersey: John Wiley & Sons, Inc

Hamlin, Alfred D. F. 1906.

History of Architecture.

New York: Longmans,

Greens, and CO.

Soemantyo, Yulianto. 2010.

Arsitektur Klasik Eropa.

Yogyakarta

:

UGM Press

Sopandi, Setiadi. 2013.

Sejarah Arsitektur: Sebuah Pengantar.

Jakarta

:

UPH Press

SUMBER INTERNET

modul.mercubuana.ac.id/modul/Fakultas%20Teknik/Teknik%20Arsitektur/A

lvin%20Hadiwono%20-%20Sejarah%20Arsitektur%20Dunia%20%5B12067%SD/PPT%20Sejarah%

20Arsitektur%20%5BTM4%5D.pdf

raziq_hasan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/14068/KRISTEN+AWA

L.pdf

https://id.wikipedia.org/wiki/Basilik

Gambar

Gambar 2.1.1. | Ruang bawah tanah yang digunakan untuk upacara Kristen (a);
Gambar 2.1.2. | Peta Wilayah Kekaisaran Romawi dan Pembagian Wilayahnya  (Sumber : modul.mercubuana.ac.id; diakses tanggal 27 Agustus 2015, Pukul
Gambar 2.1.2.1. | Denah Gereja Basilikan St. Peter (Sumber : modul.mercubuana.ac.id;
Gambar 2.1.2.3. | Denah Gereja St. Paolo Feuri le Mura (a); dan Denah gereja St. Clemente (b)  (Sumber : Soemantyo, Yulianto
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada masa kekuasaan Romawi, hukum internasional tidak mengalami perkembangan Hal ini disebabkan karena adanya Imperium Romawi Suci (Holly Roman Empire), yang

Skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan tiga permasalahan pokok, yaitu: 1) Latar belakang berdirinya Gereja Kristen Jawa (GKJ) Ambakurmo; 2) Perkembangan Gereja Kristen

2.3.3 Sejarah Perkembangan Gereja Kristen Indonesia di Yogyakarta Saat ini di Yogyakarta memiliki empat Gereja Kristen Indonesia. Gereja- gereja tersebut adalah GKI Ngupasan,

Islam masuk wilayah Afrika Utara pada saat daerah itu berada di bawah kekuasaan kekaisaran Romawi, sebuah imperium yang amat luas yang melingkupi

Wujud elemen dan ornamen yang diterapkan pada bangunan Gereja Kristen Pniel Blimbingsari Bali ini dengan mengambil unsur unsur ragam hias budaya dan arsitektur tradisional

Sejak komunitas pengikut Kristus disebut Kristen, maka ada tantangan gereja yang terbesar adalah penguasa Romawi. Berbeda dengan Yesus justru tantangan terbesar

 Sejarawan seni seperti Gottfried Richter pada abad ke 20 di kenali sebagai arsitektur inovasi roma dari Triumphal Arch dan bisa kita lihat dari bagaimana simbol dari bumi diubah

Pendekatan yang dilakukan berlandas pada teori Konsep Asta Kosala Kosali Bali, Arsitektur Gereja Kristen, dan archetypes dalam arsitektur yang dikolaborasikan dengan aspek