• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Gereja Kristen Jawa Ambarukmo 1964-2010.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sejarah Gereja Kristen Jawa Ambarukmo 1964-2010."

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

 

ABSTRAK

SEJARAH GEREJA KRISTEN JAWA AMBARUKMO

1964-2010

Fenska

Universitas Sanata Dharma 2015

Skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan tiga permasalahan pokok, yaitu: 1) Latar belakang berdirinya Gereja Kristen Jawa (GKJ) Ambakurmo; 2) Perkembangan Gereja Kristen Jawa Ambarukmo; 3) Implikasi kehadiran Gereja Kristen Jawa Ambarukmo terhadap kehidupan masyarakat sekitar.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian historis, dengan menggunakan pendekatan sosial budaya. Model penulisan yang digunakan adalah deskriptif-analitis.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : 1) Berdirinya Gereja Kristen Jawa Ambarukmo dilatarbelakangi oleh bertambahnya jumlah jemaat Gereja Kristen Jawa Gondokusuman 2) Perkembangan GKJ Ambarukmo, dimulai dari masa pra pendewasaan, masa Gereja dewasa, program-program kerja Gereja dan pembangunan gedung gereja untuk peningkatan pelayanan Gereja 3) Implikasi dari hadirnya GKJ Ambarukmo terhadap kehidupan masyarakat terlihat dari berbagai aspek di dalam kehidupan masyarakat seperti, pada aspek sosial-ekonomi, kesehatan (pengobatan gratis), pemberian beasiswa dan pembangunan sekolah dasar. 

(2)

 

ABSTRACT

History of Ambarukmo Javanese Christian Chruch in 1964-2010

Fenska

Sanata Dharma University 2015

This thesis aims to describe three primary issue, namely: 1) The background of the founding of Ambarukmo Javanese Christian Chruch; 2) The development of background Javanese Christian Church; 3) The implications of the presence of Ambarukmo Javanese Christian Church on surrounding people’s life.

This study used the historical research with socio-cultural approach method. The writing methode used in this study is descriptive-analytic.

(3)

1964-2010

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh :

FENSKA

NIM : 091314038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

i

SEJARAH GEREJA KRISTEN JAWA AMBARUKMO

1964-2010

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh :

FENSKA

NIM : 091314038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan berkat dan rahmatnya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini,

2. Jemaat GKJ Ambarukmo yang telah memberikan ijin kepada saya untuk menulis Sejarah Gereja GKJ Ambarukmo,

3. Kedua orang tuaku terkasih, Bapak Fransis Hanny Pormes dan Ibu Jenny Mussa/Pormes, yang telah membesarkan ku de ngan penuh kasih sayang, membimbingku dengan penuh kesabaran, dan selalu memotivasiku untuk terus belajar,

4. Kakak dan adikku terkasih, Roy Pormes, Frenny Pormes, Rivaldo Pormes, Evergard Souhoka yang telah menjadi motivasiku untuk segera menyelesaikan skripsi ini,

5. Teman-teman seperjuangan, mahasiswa Pendidikan Sejarah angkatan 2009, trimakasih atas bantuan dan kerjasamanya selama ini,

(8)

v MOTTO

Jika ragu dalam melakukan sesuatu, sebaiknya tanya kepada diri sendiri, apa yang kita inginkan esok hari dari apa yang telah kita lakukan sebelumnya

(Jhon Lubbock)

Kita hidup untuk saat ini, kita bermimpi untuk masa depan, dan kita belajar untuk kebenaran abadi

(Chiang Kai Shek)

Pekerjaan hebat tidak dilakukan dengan kekuatan, tapi dengan ketekunan dan kegigihan

(9)
(10)
(11)

viii ABSTRAK

SEJARAH GEREJA KRISTEN JAWA AMBARUKMO 1964-2010

Fenska

Universitas Sanata Dharma 2015

Skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan tiga permasalahan pokok, yaitu: 1) Latar belakang berdirinya Gereja Kristen Jawa (GKJ) Ambakurmo; 2) Perkembangan Gereja Kristen Jawa Ambarukmo; 3) Implikasi kehadiran Gereja Kristen Jawa Ambarukmo terhadap kehidupan masyarakat sekitar.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian historis, dengan menggunakan pendekatan sosial budaya. Model penulisan yang digunakan adalah deskriptif-analitis.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : 1) Berdirinya Gereja Kristen Jawa Ambarukmo dilatarbelakangi oleh bertambahnya jumlah jemaat Gereja Kristen Jawa Gondokusuman 2) Perkembangan GKJ Ambarukmo, dimulai dari masa pra pendewasaan, masa Gereja dewasa, program-program kerja Gereja dan pembangunan gedung gereja untuk peningkatan pelayanan Gereja 3) Implikasi dari hadirnya GKJ Ambarukmo terhadap kehidupan masyarakat terlihat dari berbagai aspek di dalam kehidupan masyarakat seperti, pada aspek sosial-ekonomi, kesehatan (pengobatan gratis), pemberian beasiswa dan pembangunan sekolah dasar.

(12)

ix ABSTRACT

History of Ambarukmo Javanese Christian Chruch in 1964-2010 Fenska

Sanata Dharma University 2015

This thesis aims to describe three primary issue, namely: 1) T he background of the founding of Ambarukmo Javanese Christian Chruch; 2) T he development of background Javanese Christian Church; 3) The implications of the presence of Ambarukmo Javanese Christian Church on surrounding people’s life.

This study used the historical research with socio-cultural approach method. The writing methode used in this study is descriptive-analytic.

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan rahmat-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Sejarah Gereja Kristen Jawa Ambarukmo 1964-2010.”.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak mungkin dapat diselesaikan jika tanpa bantuan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 3. Drs. B. Musidi, M. Pd, selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar

membimbing, memberikan banyak pengarahan dan masukkan, serta saran selama proses penulisan dan penyusunan skripsi ini.

4. Seluruh dosen dan pihak sekretariat Program Studi Pedidikan Sejarah, yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama penulis menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.

5. Seluruh karyawan Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan pelayanan dan membantu penulis dalam memperoleh sumber penulisan skripsi ini.

6. Seluruh Jemaat GKJ Ambarukmo, terima kasih atas dukungan dan doanya. 7. Para pendeta GKJ Ambarukmo, trima kasih atas dukungannya melalui bantuan

data-data Gereja, saran-saran, serta doanya.

8. Seluruh keluargaku, terkhusus untuk kedua orang tuaku, Bapak Fransis Hanny Pormes dan Ibu Jenny Mussa/Pormes, dan kakak dan adik , Roy Pormes, Frenny Pormes, Rivaldo Pormes, Evergard Souhoka terima kasih atas dukungan, doa dan semangat yang selalu diberikan kepada penulis.

(14)
(15)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penulisan ... 5

D. Manfaat Penulisan ... 5

E. Tinjauan Pustaka ... 6

F. Landasan Teori... 8

G. Metode Penelitian ... 12

H. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA GEREJA KRISTEN JAWA AMBARUKMO ... 17

A. Gereja Kristen Jawa Ambarukmo masa pra pendewasaan ... 17

B. Gereja Kristen Jawa Ambarukmo Sebagai Gereja Mandiri... .. 19

(16)

xiii

1. Kehidupan Program Bidang Pembinaan Warga Gereja ... 25

2. Program Bidang Keesaan ... 26

BAB III PERKEMBANGAN GEREJA KRISTEN JAWA AMBARUKMO ... 32

A. Pembangunan Gedung Gereja ... 32

(17)

xiv

BAB V PENUTUP ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 68

LAMPIRAN ... 70

DAFTAR LAMPIRAN Silabus ... 71

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 76

Arsip ... 101

(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gereja-gereja Kristen Jawa (GKJ) tidak saja tumbuh dan berkembang di

dalam suatu masyarkat yang berlatarbelakang sosial tertentu, yaitu masyarakat

Jawa, bukan pula hanya tumbuh dan berkembang di dalam konteks sejarah

tertentu (kolonial-nasional) atau sejarah Gereja tertentu saja (Gereja-gereja

Belanda atau Jerman), juga tidak hanya dari sejarah badan zending tertentu,

melainkan merupakan “buah” dari pekerjaan Gereja-gereja Jawa sendiri (asli).

Masuknya agama Kristen di Yogyakarta diawali dari daerah pedesaan

menuju kota, masa ini adalah masa akhir dari masa sebelum timbulnya

Gereja-gereja di Jawa. Masa ketika Gereja Jawa dibentuk dan diarahkan menjadi Gereja

Dewasa berdasarkan tatanan Gereja-gereja Gereformeerd Belanda, yang

kemudian bernama Gereja-gereja Kristen Jawa Tengah Selatan (GKJTS) dan

kemudian menjadi Gereja-gereja Kristen Jawa. Pengajaran agama Kristen masuk

melalui daerah Bagelen, kemudian melalui orang-orang Kristen di desa Jelok dan

Bulu di wilayah Purworejo, agama Kristen disebarkan dan mulai tumbuh di

daerah kesultanan Yogyakarta1. Sementara dari daerah selatan kira-kira sekitar

1855, agama Kristen tumbuh dan berkembang melalui desa Selong dan Temon di

daerah Kulon Progo. Pada tanggal 13 Agustus 1889 di laksanakan sakramen

baptisan bagi seorang bernama Eliyah yang berasal dari desa Selong di rumah

1

(19)

bapak Raden Mas Suryohasmoro Nototaruno di kampung Paku Alaman2.

Baptisan dilaksanakan oleh pendeta Jacob Wilhelm dari Purworejo kepada 61

orang dewasa pribumi, tetapi saat melakukan baptisan pendeta Jacob Wilhelm

belum mendapat ijin melakukan pembaptisan di Yogyakarta. Baru setelah 21

Januari 1891 Pendeta Jacob Wilhelm mendapat ijin dari pemerintah Yogyakarta

untuk aktif dalam mengembangkan dan melaksanakan sakramen di Kesultanan

Yogyakarta.

Setelah daerah Yogyakarta terbuka bagi pekabaran injil, maka orang

Belanda ikut memberitakan Injil sesuai dengan ajaran dalam alkitab. Di negeri

Belanda pada tahun 1892 terjadi penyatuan jemaat-jemaat Gereformeer dengan

nama baru menjadi Gereformeerde Kerken in Nederland (GKN). Pada 1 J uni

1894 oleh de Gereformeerde Kerkenin Nederland bahwa semua pekerjaan

pekabaran injil di Indonesia menjadi kewajiban Jemaat dan bukan lagi kewajiban

dari Nederlandsche Gereformeerde Zendings Vereeniging (NGZV), oleh sebab

itu, semua tugas pekerjaan pemberitaan Injil di daerah Jawa Tengah Selatan dan

Yogyakarta diserahkan kepada jemaat.

Gereja Kristen Jawa Gondokusuman merupakan Gereja Kristen pertama di

Yogyakarta yang menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa resmi liturgi

bergereja dan merupakan gereja pertama yang diresmikan sebagai gereja dewasa

pada tanggal 23 November 1913, dengan diresmikannya Gereja Kristen Jawa

Gondokusuman maka sejarah berdiri dan dewasanya Gereja-gereja Kristen Jawa

di Yogyakarta tidak lepas dari s ejarah Gereja Kristen Jawa Gondokusuman,

begitu juga dengan Gereja Kristen Jawa Ambarukmo.

2

(20)

3

Pembangunan gedung Rumah Sakit Petronella (sekarang Rumah Sakit

Bethesda) dan sekolah-sekolah, secara tidak langsung memberi pengaruh dalam

perkembangan agama Kristen di Yogyakarta semakin berkembang di wilayah

Gereja Gondokusuman. Bentuk pelayanan terfokus pada lembaga pendidikan dan

kesehatan, bentuk pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan. Kelompok jemaat di

Gondokusuman terus bertambah banyak umatnya karena orang-orang atau pasien

yang berobat selain mendapatkan pengobatan untuk kesembuhan, mereka juga

mendapatkan penghiburan rohani dari penginjil. Dengan demikian semakin

bertambah warga Kristen, sehingga dibangunlah sebuah Gereja yaitu Gereja

Kristen Gondokusuman pada tahun 1904 dan kemudian didewasakan pada tanggal

23 November 1913.

Gereja Kristen Jawa Gondokusuman merupakan Gereja induk bagi jemaat

Kristen di Yogyakarta. Oleh karena itu Gereja Kristen Jawa Gondokusuman

memiliki wilayah yang cukup luas. Dalam hal ini majelis jemaat membagi daerah

dalam beberapa wilayah, diantarnya adalah wilayah sebelah Timur yang terdiri

dari daerah Demangan Selatan dan Ambarukmo. Wilayah timur inilah yang

kemudian menjadi pepanthan Ambarukmo.

Pada tahun 1904 umat kristen Gondokusuman mempunyai gedung gereja

sendiri yang dinamakan Gereja Kristen Jawa Gondokusuman, namun umat Gereja

Kristen Jawa Gondokusuman masih berada dalam pengawasan Gereja induk di

Amsterdam yaitu Jemaat Kristen Gereformeed Amsterdam karena belum

didewasakan. Pendewasaan Gereja Kristen Jawa Gondokusuman, mempengaruhi

(21)

Yogyakarta, yang kebanyakan adalah mahasiswa-mahasiswi. Dengan

bertambahnya jemaat tersebut gedung gereja tidak lagi bisa menampung seluruh

jemaatnya yang hadir dalam kebaktian. Oleh karena itu majelis Gereja

Gondokusuman mendirikan pepanthan-pepanthan (anak cabang dari Gereja

Gondokusuman) pada wilayah-wilayah tertentu yang dianggap mempunyai warga

jemaat Kristen yang sudah banyak.

Gereja Kristen Jawa Ambarukmo yang merupakan wilayah timur sebagai

Pepanthan Gondokusuman, sejak menjadi Pepanthan Ambarukmo, warga a tau umat yang ikut beribadah sudah cukup banyak karena sebagian adalah warga

jemaat Gereja Gondokusuman. Bagian selatan dan bagian timur jalan Solo

dianjurkan untuk mengikuti ibadah di pepanthan Ambarukmo. Pada saat

didewasakan, jumlah warga adalah 359 jiwa, terdiri dari 183 warga dewasa dan

186 warga anak-anak dan dilayani oleh 4 ora ng penatua dan 2 ora ng diaken.

Pendeta Marlam Hardjosuwarno, adalah pendeta pertama Gereja Kristen Jawa

Ambarukmo yang diteguhkan pa da tanggal 17 Mei 1964. Didirikannya

pepanthan tersebut bertujuan untuk memperluas gedung Gereja Gondokusuman dan juga diharapkan dengan adanya pepanthan dapat menambah banyak jemaat

Kristen yang telah ada dan untuk memperluas penyebaran agama Krsiten.

Dengan mencermati fakta dan berbagai argumentasi yang ada, penulis

termotivasi untuk meneliti dan mengkaji lebih mendalam tentang “Sejarah Gereja

Kristen Jawa Ambarukmo 1964-2010”. Hasil dari penelitian yang penulis lakukan

(22)

5

B. Rumusan masalah

1. Bagaimanakah latar belakang berdirinya Gereja Kristen Jawa Ambakurmo?

2. Bagaimana perkembangan Gereja Kristen Jawa Ambarukmo?

3. Bagaimanakah implikasi kehadiran Gereja Kristen Jawa Ambarukmo

terhadap kehidupan masyarakat sekitar?

C. Tujuan dan Manfaat Tujuan Penelitian :

1) Mendeskripisikan latar belakang berdirinya Gereja Kristen Jawa Ambarukmo

2) Mendeskripsikan perkembangan Gereja Kristen Jawa Ambarukmo

3) Menguraikan implikasi dari kehadiran Gereja Kristen Jawa Ambarukmo

terhadap kehidupan masyarakat sekitar.

Manfaat Penelitian :

a. Bagi Lembaga Pendidikan (USD khususnya Prodi Pendidikan Sejarah)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambahkan koleksi perpustakaan

khususnya karya ilmiah dan dapat menjadi bahan referensi bagi mahasiswa

lain dalam melakukan penelitian historis tentang peristiwa-peristiwa sejarah

Indonesia.

b. Bagi Pihak Gereja

Penulisan ini diharapkan membantu jemaat di Gereja Kristen Jawa

Ambarukmo untuk memperoleh informasi tentang sejarah perkembangan

tempat mereka beribadah dan memberi pengaruh untuk perkembangan

(23)

c. Bagi Peneliti

Penulisan ini sangat bermanfaat bagi peneliti karena memberikan

pengetahuan yang sangat berharga dan berguna dalam mengetahui sejarah

Gereja Kristen Jawa Ambarukmo. Selain itu penulis juga berharap dapat

menerapkan ilmu yang didapat selama mengikuti perkuliahan menjadi karya

ilmiah yang dapat berguna bagi sesama.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan Sejarah Gereja dengan judul “Sejarah Gereja Kristen

Jawa Ambarukmo (1964-2010)”. Dibawah ini beberapa buku yang selama ini membicarakan sejarah gereja di Indonesia, yang akan berguna untuk membantu

dalam penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut:

Pertama, Empat puluh tahun Jemaat Kristen Gondokusuman, terbitan

Gereja Kristen Jawa Gondokusuman, dalam buku ini berisi tentang peringatan empat puluh tahun Gereja Kristen Jawa Gondokusuman dan awal mula berdirinya

Gereja Kristen Jawa Gondokusuman pada zaman Belanda hingga usianya ke

empat puluh tahun terhitung sejak pertama kali Gereja didewasakan.

Kedua, Tujuh puluh lima tahun jemaat Kristen Jawa Sawokembar

Gondokusuman Yogyakarta, diterbitkan oleh Majelis Gereja Kristen Jawa Sawokembar Gondokusman Yogyakarta. Buku ini berisi tentang peringatan 75

tahun jemaat Kristen Gondokusman pada tanggal 23 November 1988. Dari buku

ini dapat diketahui bagaimana mula-mula benih agama kristen berkembang di

wilayah Yogyakarta, sampai benih-benih itu berubah menjadi jemaat-jemaat

(24)

7

Ketiga, Gereja-Gereja Kristen Jawa : Benih yang Tumbuh dan

Berkembang di Tanah Jawa. Buku ini menceritakan tentang awal mula masuknya Agama Kristen di Jawa. Selain itu juga dijelaskan bagaimana kehidupan Gereja

Kristen Jawa dalam melakukan berbagai upaya sehingga wajah konkret Gereja

Kristen Jawa dinampakkan melalui pemilihan dan penyusunan ajaran, tata gereja,

sistem pemerintahan, ketenagaan serta pelayanan dan kesaksian kepada

masyarakat dan bangsa dan negara langsung maupun tidak langsung.

Keempat, Sejarah Gereja-gereja Kristen Jawa: Di Bawah Bayang-Bayang

Zending 1858-1948. Buku ini menjelaskan bagaimana gambaran tentang Pulau Jawa, keaadaan masyarakat, keadaan lingkungan (geografis) pada saat itu serta

bagaimana agama Kristen masuk dan berkembang di Pulau Jawa yang kemudian

meluas dan muncul Gereja-gereja Kristen Jawa.

Kelima, Sejarah Gereja di Indonesia 1 1500-1860 (Ragi Cerita. Buku ini

berisi tentang sejarah gereja di Indonesia dari tahun 1500-1860, yang menjelaskan

hal-hal mengenai agama asli masyarakat Indonesia, kedatangan bangsa Barat ke

Indonesia, pengaruh agama luar terhadap masyarakat Indonesia. Dalam buku ini

juga dijelaskan sejak permulaan tarikh Masehi, Kepulauan Nusantara menduduki

tempat yang terkemuka dalam lalu lintas perdagangan Asia. Saudagar-saudagar

dari luar datang ke Indonesia untuk berdagang. Selain berdagang, mereka juga

membawa serta agama mereka masing-masing, seperti : agama Hindu, Budha,

Kristen, dan Islam, yang selanjutnya agama-agama inilah yang dijadikan sebagai

(25)

E. Landasan Teori

Dalam penulisan ini, ada beberapa konsep yang digunakan, yaitu konsep

sejarah, konsep gereja dan konsep gereja kristen.

1. Sejarah

Kata “sejarah” berasal dari bahasa Arab, yaitu syajara yang berarti terjadi,

syajarah yang berarti pohon, syajarah an-nasab berarti pohon s ilsilah3. Menurut

bahasa Arab, sejarah sama artinya dengan sebuah pohon yang terus berkembang

dari tingkat sederhana, ke tingkat yang lebih maju.

Dalam bahasa Inggris, kata “sejarah” (history) berarti masa lampau umat

manusia. Menurut definisi yang paling umum, kata history berarti masa lampau

umat manusia4. Kata sejarah juga dapat diartikan sebagai : (1) Kejadian dan

peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau, (2) Pengetahuan atau uraian

tentang peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi di masa lampau5. Dengan

demikian, pengertian sejarah sebagai ilmu adalah suatu ilmu tentang segala

sesuatu yang telah dialami oleh manusia dari waktu yang lampau dan yang telah

meninggalkan jejak-jejaknya pada saat ini, dimana perhatiannya lebih ditekankan

pada aspek peristiwanya sendiri, yang kemudian urutan perkembangan disusun

sebagai suatu cerita sejarah, sehingga sejarah tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan manusia dan bahkan terus berkembang sesuai dengan perkembangan

kehidupan manusia dari tingkat yang sederhana ke tingkat yang lebih maju.

3Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta, PT Bentang Pustaka, 1995, hlm 1. 4Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, UI Press, Jakarta,1975, hlm.103

(26)

9

2). Gereja

Istilah gereja berasal dari bahasa Portugis yaitu igreya, yang berarti

kawanan domba yang dikumpulkan oleh gembala. Sampai dengan saat ini, kata

igreya merupakan bentuk terjemahan dari bahasa Yunani yaitu kyriake, yang

berarti sebutan bagi orang-orang yang menjadi milik Tuhan. Artinya, mereka yang

percaya dalam iman yang sungguh kepada Yesus Kristus sebagai Juru Selamat.

Dalam bahasa Yunani, ada suatu kata lain yang berarti “Gereja” yaitu “ekklesia”

yang berarti mereka yang dipanggil, kaum, golongan6.

Kumpulan orang yang dipanggil ke luar dari dunia memiliki beberapa arti:

Arti pertama ialah ‘umat’ atau lebih tepat persekutuan orang Kristen. Arti ini

diterima sebagai arti pertama bagi orang Kristen. Jadi, Gereja pertama-tama

bukanlah sebuah gedung. Arti kedua adalah sebuah perhimpunan atau pertemuan

ibadah umat Kristen. Bisa bertempat di rumah kediaman, lapangan, ruangan di

hotel maupun tempat rekreasi. Arti ketiga ialah aliran atau denominasi (kelompok

keagaaman di bawah satu nama atau struktur) dalam agama Kristen, Gereja

Katholik maupun Gereja Protestan7.

Gereja adalah suatu kehidupan religius yang berpusat pada penyelamatan

Allah dalam Tuhan Yesus. Kehidupan bersama dibentuk oleh orang-orang yang

atas pertolongan Roh Kudus menerima dengan percaya terhadap penyelamatan

Allah di dalam Tuhan Yesus. Pengertian ini menunjukkan bahwa Gereja memiliki

segi ilahi dengan segi manusiawi. Segi ilahi Gereja adalah sebagai buah

penyelamatan Allah, pemilik dan penguasa Gereja adalah Allah. Segi manusiawi

(27)

Gereja sebagai kehidupan bersama religius, yang oleh pertolongan Roh Kudus

diciptakan dan diselenggarakan secara lembagawi oleh manusia8.

3). Gereja Kristen

Gereja adalah suatu persekutuan atau perkumpulan orang-orang yang

beriman kepada Yesus Kristus dalam karya Roh Kudus. Oleh karena Gereja

adalah persekutuan orang-orang yang beriman, di dalam gereja tidak ada lagi

pemisahan berdasarkan status atau derajat, tidak ada lagi perbedaan suku, negara

atau pun ras, tidak ada lagi diskriminasi antara sesama makhluk Tuhan karena

semua yang menjadi bagian dari Gereja, yang dibaptis di dalam Kristus, dengan

sendirinya mengakui Kristus adalah kepala gereja dan di dalam Dia, semua

manusia sama, tidak ada perbedaan. Demikianlah, Gereja tidak hanya bisa

dipahami sebatas pada sebuah bangunan untuk melakukan ibadah pada Tuhan,

tetapi Gereja terdiri dari manusia, yang yakin dan percaya akan adanya Yesus

Kristus, sehingga Gereja merupakan kesatuan yang utuh tentang Tubuh Kristus.

Demikian bahwa Gereja Kristen merupakan kesatuan yang sesungguhnya

sejak semula sudah ada dalam diri Yesus Kristus dan bukan kesatuan yang

dibentuk atau terjadi oleh kehendak beberapa orang atau banyak orang. Gereja

adalah Tubuh Kristus dan Yesus Kristus adalah Kepalanya. Oleh karena itu, kuasa

yang ada dalam Gereja adalah Kuasa dari Tuhan. Kekuasaan itu mutlak atas

Gereja melalui firman-Nya, dan tidak dapat diwakilkan kepada seseorang atau

beberapa orang. Ini berarti hanya ada satu Gereja yang Kudus. Dengan demikian

kehadiran Gereja itu tampak dalam kehidupan Gereja-gereja di berbagai wilayah,

dan kemudian melembaga sebagai organisasi gerejawi dalam masyarakat. Hal itu

8Sinode Gereja Kristen Jawa,

(28)

11

lebih jelas dalam kehidupan jemaat-jemaat, di mana jemaat-jemaat tersebut harus

dipahami sebagai bagian yang utuh dari sebuah Gereja Kristen.

Gereja Kristen Protestan merupakan hasil dari pembaruan keagamaan pada

akhir abad XVI di Jerman oleh Martin Luther, adalah seorang Imam Katolik dari

Ordo Agustinus. Luther mengingat ajaran Agustinus tentang "Anugerah" yang

pernah dibacanya. Doktrin "Anugerah" yang pernah dituliskan Agustinus dalam

buku "Pengakuan-pengakuan" (Confessions) adalah salah satu ajaran penting

yang telah begitu lama dilupakan Gereja. Sederhananya, doktrin ini meyakini

bahwa tidak ada satupun manusia berdosa mampu menyelamatkan dirinya. Hanya

Allah yang dapat mengampuni manusia dalam kedaulatan-Nya. Pengampunan

inilah yang disebut anugerah, suatu rahmat yang sebenarnya tidak layak diberikan

kepada manusia. Bahkan iman pun a dalah pemberian Allah, bukan usaha dan

keputusan manusia. Ada dua hal utama yang diperlihatkan oleh gerakan ini, yaitu

“1). Pengetahuan langsung dan tanpa pengantara tentang sabda Allah, tanpa

pengantara insani, 2). Penghiburan lantaran mendengar dan mengetahui

pengampunan yang berasal dari Allah”9.

Konsep Gereja Kristen berbeda dengan konsep Gereja Katolik. Gereja

Kristen merupakan hasil dari pekerjaan Badan atau Lembaga Zending

(Gereformeed, Salatiga) yang pada saat itu berada di Indonesia, dalam

memberitakan Injil, mereka memberitakan melalui orang-orang pribumi. Gereja

Kristen menganut ajaran yang berbeda-beda, yaitu ajaran Calvin (kelompok

Gereformeed), ajaran Martin Luther dan sebagainya. Gereja-gereja Kristen yang

(29)

telah terbentuk misalnya Gereja Kristen Jawa (GKJ), Gereja Kristen Indonesia

(GKI), Gereja Batak (HKBP) sedangkan Gereja Katholik merupakan Gereja yang

secara konteks eklesiologi tidak mempunyai masalah dan telah menjadi anggota

Gereja Katolik Roma. Secara umum Gereja Katholik merujuk pada Gereja Katolik

Roma, karena Gereja Katolik mengakui Paus yang berkedudukan di kota Roma.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan di dalam penulisan Sejarah Gereja

dengan judul “Sejarah Gereja Kristen Jawa Ambarukmo 1964-2010” merupakan

penelitian historis. Penelitian historis ini bertujuan untuk mendeskripsikan apa

saja yang telah terjadi pada masa lampau. Proses tersebut terdiri dari

penyelidikan, pencatatan, analisis, dan menginterpretasikan peristiwa-peristiwa

masa lalu guna menemukan generalisasi-generalisasi. Metode penelitian sejarah

merupakan proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan penggalan

masa lalu berdasarkan data yang di peroleh dengan proses penulisan atau

historiografi. Penelitian sejarah memiliki beberapa tahapan10, yaitu:

1. Pemilihan Topik

Menurut Kuntowijoyo ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam

pemilihan topik, yaitu kedekatan emosional, kedekatan intelektual, dan rencana

penelitian. Dalam proses penelitian, peneliti dapat memakai acuan

pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan a) where, menunjuk pada daerah mana yang

menjadi objek penelitian, b) when, menunjuk pada waktu yang dipilih, c) who,

menunjuk pada siapa saja yang terlibat didalamnya, d) what, menunjuk pada apa

10Kuntowijoyo,

(30)

13

yang dilakukan oleh pelaku, e) why, menunjuk pada pertanyaan mengapa pelaku

melakukan perbuatan itu, f) how, menunjuk pada pertanyan bagaimana terjadinya

peristiwa itu11.

Penulisan ini dilakukan oleh peneliti karena adanya kedekatan emosional

dan kedekatan intelektual peneliti dengan topik Sejarah Gereja Kristen Jawa

Ambarukmo Yogyakarta dari tahun 1964-2010. Kedekatan emosional dapat

dilihat dari peneliti yang tumbuh besar dilingkungan keluarga Kristen, hal ini

membuat peneliti tertarik menulis sejarah Gereja Kristen Jawa Ambarukmo.

Kedekatan intelektual dapat dilihat dari penulis yang sering membaca buku

mengenai agama Kristen. Dengan demikian diharapkan pengetahuan penulis

dapat membantu mengulas sejarah Gereja Kristen Jawa.

2. Pengumpulan data (Heuristik)

Data yang digunakan dalam penulisan sejarah ini haruslah benar adanya,

maksudnya tidak direkayasa. Oleh karena itu, penulis mengumpulkan data dengan

melakukan: Studi Pustaka, yaitu dengan pengumpulan data-data dari dokumen

milik Gereja Kristen Jawa yang berhubungan dengan penelitian. Selain itu,

penulis juga menggunakan buku yang relevan dengan topik yang diajukan.

Wawancara, yaitu pengumpulan data secara lisan dengan cara melakukan tanya

jawab dengan orang-orang yang terkait dengan topik penelitian.

3. Verifikasi

Setelah dikumpulkan sumber-sumber yang diperlukan, langkah berikutnya

adalah melakukan kritik atas sumber atau verifikasi. Tujuan dari kritik sumber

yang dilakukan adalah untuk mengetahui kebenaran informasi atau untuk

(31)

menguji otentisitas dan kredibilitasnya. Kritik sumber terdiri dari dua macam,

yaitu kritik ekstern yang berguna untuk menguji keaslian sumber dan kritik intern

yang digunakan untuk mendapatkan keabsahan dari sebuah sumber12. Kritik

intern digunakan untuk memperoleh nilai kebenaran dari suatu data agar data

tersebut dapat dipercaya atau tidak. Kritik intern dilakukan dengan cara

membandingkan berbagai sumber untuk mendapatkan data yang jelas dan

lengkap. Sedangkan pada kritik ekstern pengujian dilakukan dengan meneliti data

dalam dokumen yang akan digunakan, melalui gaya bahasa yang digunakan, cara

penulisannya, dan lain sebagainya.

4. Interpretasi (penafsiran)

Interpretasi yaitu penetapan makna dan saling keterkaitan berbagai fakta

yang diperoleh. Interpretasi merupakan suatu langkah yang ditempuh oleh penulis

dalam menafsirkan fakta-fakta yang telah diuji dan untuk menganalisis sumber

supaya dapat menghasilkan suatu fakta yang kebenarannya dapat

dipertanggungjawabkan. Dalam interpretasi terdapat dua kegiatan pokok yang

harus dilalui, yaitu analasis (menguraikan) dan sintesis (menyatukan) data atau

fakta-fakta yang telah dikumpulkan13.

Dalam tahap interpretasi ini, analasis sumber yang dilakukan juga untuk

mengurangi subyektifitas dalam penulisan sejarah. Penulisan sejarah tentunya

tidak dapat lepas dari unsur subyektifitas, seperti adanya pengaruh dari jiwa,

12 Kuntowijoyo, op.cit., hlm.101.

(32)

15

kebudayaan, pendidikan, lingkungan sosial, dan agama, penulisnya14 karena bisa

berpengaruh pada tulisan sejarah yang dihasilkan.

5. Pendekatan

Langkah yang terakhir dalam penulisan ini adalah penentuan pendekatan.

Pengertian pendekatan dalam penelitian sejarah adalah pola pikir atau cara

pandang dari penulis terhadap suatu kejadian atau peristiwa sejarah dari sudut

tertentu. Pendekatan diperlukan sebagai cara pandang penulis untuk memandang

suatu peristiwa atau kejadian. Pendekatan membantu penulis dalam menentukan

berbagai ilmu sosial mana yang perlu digunakan dan aspek-aspek yang tepat

diungkapkan dalam penulisan. Pendekatan menjadi satu hal yang sangat penting

bagi penulisan sejarah, karena hasil penulisan sejarah yang baik sangat ditentukan

oleh jenis pendekatan yang dipakai.

Pendekatan yang dipakai oleh penulis adalah pendekatan sosial – historis

dan budaya. Secara kronologis penulis menguraikan hal-hal yang

melatarbelakangi berdirinya Gereja Kristen Jawa Ambarukmo di Yogyakarta.

Melalui pendekatan sosial, penulis menganalisa hubungan sosial-historis baik

dalam maupun dari luar Gereja, serta masalah-masalah sosial yang muncul

disekitar Gereja. Pendekatan historis digunakan untuk melihat kronologis berdiri

dan berkembangnya gereja dari tahun 1964-2010. Sedangkan melalui pendekatan

budaya penulis berusaha mendapatkan gambaran yang tepat mengenai

kebudayaan Jawa dan hubungannya dengan Gereja.

(33)

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi tentang Sejarah Gereja Kristen Jawa

Ambarukmo 1964-2010, Yogyakarta adalah sebagai berikut:

Bab I, memuat pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode

penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II, menjelaskan latar belakang berdirinya Gereja Kristen Jawa Ambarukmo, dalam masa pra pendewasaan sampai menjadi gereja mandiri.

Bab III, memaparkan perkembangan Gereja Kristen Jawa Ambarukmo.

Bab IV, menguraikan mengenai implikasi dari kehadiran Gereja Kristen Jawa terhadap kehidupan masyarakat, yang akan membicarakan pengaruhnya dalam

berbagai bidang kehidupan (sosial,budaya,ekonomi,kesehatan dan pendidikan)

(34)

17 BAB II

LATAR BELAKANG BERDIRINYA

GEREJA KRISTEN JAWA AMBARUKMO

A. Gereja Kristen Jawa Ambarukmo masa pra pendewasaan

Gereja Kristen Jawa Ambarukma adalah salah satu Gereja dari ribuan

Gereja dewasa yang ada di Indonesia umumnya atau Daerah Istimewa Yogyakarta

(DIY) khususnya, dan GKJ Gondokusuman adalah salah satu Gereja dalam

sejarah kebersamaan Sinode GKJ, yang melahirkan banyak Gereja dewasa di

Yogyakarta. Wilayah-wilayah yang berkembang menjadi pepanthan, kemudian

didewasakan menjadi Gereja mandiri, salah satunya yaitu Gereja Kristen Jawa

Ambarukmo15.

Sebagai salah satu pepanthan yang ada di bagian timur wilayah pelayanan

GKJ Gondokusuman, anggota majelis dan warga jemaat mengajukan diri untuk

menjadi pepanthan. Dari tahap pepanthan lantas mewujudkan permohonan

menjadi Gereja dewasa. Setelah dipersiapkan dengan baik dan atas kesungguhan

dari warga jemaat maka, pada tanggal 17 Mei 1964 dilaksanakan pendewasaan

dengan nama Gereja Kristen Jawa Ambarukmo, dengan wilayah pelayanan bagian

timur dari jalan. Munggur-Gejayan sampai Janti dan sekitarnya.

Gereja Kristen Jawa Gondokusuman merupakan Gereja induk bagi jemaat

kristen di Yogyakarta, sehingga dari waktu ke waktu semakin bertambah banyak

jumlah jemaat, baik dari dalam (warga asli) maupun dari luar yang merupakan

15Majelis Jemaat G ereja Kristen Jawa Ambarukmo Yogyakarta,

(35)

pendatang (mahasiswa). Gereja Kristen Gondokusuman memiliki wilayah yang

cukup luas, majelis jemaat membagi ke dalam beberapa wilayah. Di antaranya

wilayah sebelah timur: Demangan baru, Sapen, Ambarukmo, dan Gendeng.

Wilayah ini yang kemudian menjadi wilayah pepanthan Ambarukmo16. Hal ini

yang menyebabkan gedung gereja tidak lagi bisa menampung seluruh jemaat yang

hadir untuk beribadah. Majelis jemaat memutuskan untuk medirikan pepanthan

(anak cabang) yang bertujuan menampung jemaat yang ingin beribadah di

wilayah tertentu yang sudah mempunyai jemaat yang cukup banyak.

Pepanthan ini diharapkan dapat menambah banyak jemaat Kristen yang

telah ada untuk memperluas penyebaran agama Kristen. Pada tahun 1964

didewasakanlah Pepanthan Ambarukmo dan sekarang menjadi Gereja Kristen

Jawa Ambarukmo. Pepanthan Ambarukmo sudah cukup banyak memiliki jemaat

sehingga jemaat yang berada di daerah dekat Pepanthan Ambarukmo bisa

beribadah Minggu di pepanthan Ambarukmo. Pepanthan yang pada saat itu masih

meminjam Panti Asuhan Reksa Putra (panti asuhan yang didirikan oleh Gereja

Gondokusuman) yang bertujuan untuk menampung dan mendidik anak-anak

kristen yang orang tuanya tidak mampu untuk membiayai sekolah dan membantu

sesama.

Dalam perkembangannya Gereja Kristen Ambarukmo, ada warga sekitar

gereja yang ingin belajar tentang agama kristen. Kegiatan pertama yang mereka

lakukan yaitu berdoa sebelum makan malam di rumah. Keluarga tersebut

merasakan adanya kedamaian di hati dan ketenangan ketika melakukan doa.

16

(36)

19

Mendengar keputusan dari keluarga Prawiro Utomo untuk belajar agama kristen,

bapak Suwandi bersedia untuk mengajarkan tentang ajaran agama kristen,

kemudian dilakukan katekisasi oleh Pendeta Wiyoto Hardjopawiro sebagai

pembimbingnya17. Pada tanggal 25 D esember 1961 di pepanthan Ambarukmo

dilaksanakan baptisan kudus untuk pertama kali bagi keluarga atau orang-orang

yang sudah menjalankan katekisasi. Dengan adanya jemaat baru maka keberadaan

pepanthan Ambarukmo dalam masa ini (pra pendewasaan) bisa diterima oleh

masyarakat sekitar, terbukti dari adanya baptisan dan katekisasi yang telah

dilaksanakan oleh pepanthan Ambarukmo dan juga gedung gereja baru untuk

beribadah.

B. Gereja Kristen Jawa Ambarukmo Sebagai Gereja Mandiri

Dalam perkembangannya, pembangunan kampus IAIN Sunan Kalijaga di

Ngentak Sapen, memberi pengaruh dalam penyelenggaraan ibadah yang masih

menumpang di ruangan Panti Asuhan. Majelis dan warga jemaat kemudian

menemui Bapak Lurah Papringan pada waktu itu, yang mana rumah beliau pernah

digunakan untuk penyelenggaraan SD BOPKRI Demangan III, sehingga

diperkenankan untuk membeli tanah, di mana Gereja Induk sekarang berdiri yakni

di Jl. Ampel 4 Papringan, satu komplek dengan SD BOPKRI Demangan III, yang

lebih dahulu memiliki bangunan sekolah, sehingga majelis dan warga jemaat

dapat membeli tanah seluas 1.250 m² di dusun Papringan (sekarang Jalan Ampel 4

Papringan), kemudian dibangun gedung gereja (sekarang gedung induk) yang

diresmikan pemakainnya pada tanggal 17 Mei 1975.Pembangunan gedung gereja,

17Evi Dewajanti,

(37)

diwujudkan dengan persembahan berupa material bangunan dan juga tenaga

melalui gotong royong. Majelis GKJ Gondokosuman memberikan dukungan

dengan menyumbangkan daun pintu serta jendela yang semuanya dari kayu jati

dari bangunan toko buku taman pustaka kristen lama dan bisa digunakan pada

tahun 1975.

Pada tanggal 14 Mei 1975 diresmikan tempat ibadah untuk warga di

sekitar dusun Karangasem, Dero dan Condongcatur (wilayah 7) yang berjumlah

150 jiwa. Pelayanan Gerejawi berkembang hingga sekitar dusun Karangaem

Condongcatur. Karena letaknya yang cukup jauh dan jumlah warga yang cukup

banyak, majelis Gereja memandang perlu untuk mengangkat pembantu pendeta

yaitu Sdr.Yusuf Sutarman, S.Th yang ditetapkan kedudukannya sebagai pembantu

pendeta pada tanggal 23 September 1979. Dalam perkembangannya, ada tawaran

melalui perumnas Condongcatur yang telah menyediakan tanah seluas 500 m²

untuk segera dibangun sebuah gereja. Hal tersebut ditanggapi dengan baik oleh

majelis GKJ Ambarukmo, yang kemudian membangun sebuah gedung gereja

dengan dana yang berasal dari swadaya warga jemaat. Meskipun pembangunan

belum selesai 100% namun atas kehendak majelis gereja dan warga jemaat serta

kesepakatan Klasis GKJ Yogyakarta timur, Wilayah 7 (Condong catur dan

sekitarnya) pada tanggal 5 Juli 1984, didewasakan dan diberi nama GKJ

Condongcatur, dengan warga sejumlah 356 jiwa terdiri dari 168 warga dewasa

dan 188 anak-anak.

Dalam perkembangan pelayanan Gerejawi, untuk memenuhi kebutuhan

(38)

21

menerima permohonan kerjasama dari (Badan Kerjasama Persatuan Gereja

Indonesia) BKS PGI Wilayah DIY-GMKI cabang Yogyakarta untuk pemanggilan

pendeta pelayanan mahasiswa. Setelah rekomendasi persidangan Klasis

Yogyakarta Timur, calon pendeta dari Bapak Yusri Panggabean, S.Th, yang

dinyatakan layak tahbis. Sedangkan penahbisan dilakukan pada tanggal 17

September 1986 bertempat di gedung gereja yang selesai dibangun di

Karangbendo dan sekaligus dilakukan peresmian sebagai gedung gereja kedua.

Pembangunan gedung gereja kedua GKJ Ambarukmo, di dusun Karangbendo

bermula dari gedung induk yang sudah tidak bisa menampung jumlah jemaat saat

melaksanakan ibadah dan adanya 2 keluarga yaitu keluarga Drs. Toekidjo

Widjisantosa dan Kel. Hardiyanto Yoram mempersembahkan tanah yang letaknya

bersebelahan seluas 1850 m ² untuk dapat dibangun gereja, sedangkan keluarga

Handoko Murwitosusanto dan Bapak Samuel Suharto mempersembahkan

tanahnya untuk jalan masuk, seluas 5 meter dan panjang 60 meter18. Peletakan

batu pertama pembangunan gereja dilaksanakan pada tanggal 2 Oktober 1983.

Meskipun pembangunan gedung gereja belum selesai seluruhnya, atas usul warga

jemaat, gedung gereja mulai digunakann untuk ibadah Minggu pada tanggal 16

Agustus 1985. Bersamaan dengan itu ditahbiskan Bapak Yusri Panggabean, S.Th

sebagai pendeta dengan penugasan pelayanan mahasiswa atas prakasa Badan

Kerja Sama Persekutuan Gereja Indonesia Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia

(BKS PGI GMKI Cabang Yogyakarta).

18

(39)

Salah satu wilayah GKJ Ambarukmo adalah wilayah 6 (Nologaten) yang

mempunyai daerah yang cukup luas yang kebetulan adalah lembaga pendidikan

Kristen yaitu sekolah PGAK/P (sekarang Kampus STAK Marturia) melalui

pengurus Yayasan Pendidikan Kristen Marturia, mengijinkan tiga ruangan kelas

dapat digunakan untuk beribadah dan dapat digunakan mulai tanggal 1 Maret

1986 mulai minggu pukul 08.30 WIB. GKJ Ambarukmo bekerjasama dengan

pengurus YPK Marturia Yogyakarta untuk membangun gedung gereja di lokasi

kampus STAK Marturia di Dusun Nologaten. Setelah mendapatkan ijin prinsip

dan ijin mendirikan bangunan (IMB) dari Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman,

acara peletakan batu pertama diselenggarakan pada tanggal 12 J uni 1993 ol eh

Bupati Sleman Drs. H. Arifin Illyas. Pada tanggal 27 Juli 1995 telah terpilih Sdr.

Purwantoro Kurniawan, S.Th sebagai pendeta jemaat ketiga dan dithabiskan hari

Jumat, 17 Januari 1997 bersamaan dengan peresmian Gedung 3 GKJ Ambarukmo

di Nologaten oleh Bupati Sleman Drs. H. Arifin Illyas.

Gereja Kristen Jawa Amabrukmo mempunyai 3 gedung gereja, yaitu

gedung gereja 1 di Papringan, Gedung 2 di Karangbendo dan gedung 3 di

Nologaten, namun sejak bulan maret 2008, penyebutan gedung 1 P apringan,

Gedung 2 Karangbendo dan gedung 3 Nologaten diganti menjadi Gedung Induk

Papringan, Pepanthan Karangbendo dan Pepanthan Nologaten.

C. Program-program Kerja Gereja Kristen Jawa Ambarukmo

Gereja Kristen Jawa Ambarukmo yang mempunyai visi “Terwujudnya

warga Kristen Jawa Ambarukmo yang damai sejahtera sebagai kawan sekerja

(40)

23

program yang berhubungan dalam pelaksaan kegiatan-kegiatan dalam beribadah.

Program-program ini bertujuan untuk peningkatan dalam pelayanan Gereja

kedepan19. Misi adalah program kegiatan untuk mencapai/mewujudkan visi yang

telah ditetapkan, dengan memberdayakan warga jemaat yang dilandasi semangat

kebersamaan dan kerjasama serta peran aktif segenap warga jemaat melaksanakan

kesaksian dan pelayanan dalam kehidupan bergereja dan bermasyarakat, maka

rumusan misi adalah sebagai berikut:

1. Menjadikan dan mewujudkan kehidupan warga Gereja yang aman, tentram, rukun da n peduli terhadap sesama yang dijiwai semangat kebersamaan dan kerjasama,

2. Mewujudkan pemberdayaan seluruh warga Gereja untuk berkarya secara profesional,

3. Menjadikan dan mewujudkan warga Gereja untuk melaksanakan/kesaksian dan pelayanan dalam kehidupan bergereja dan bermasyarakat yang dilandasi kasih,

4. Mewujudkan warga Gereja dalam kehidupan bergereja yang dilandasi iman Kristen dan menumbuhkankembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi,

5. Mewujudkan warga Gereja dalam kehidupan bermasyarakat yang dilandasi cinta kasih terhadap sesama, kebersamaan dan kegotongroyongan tanpa memandang perbedaan agama, suku, maupun golongan,

6. Mewujudkan sarana dan prasarana dan pemanfaatan serta penatalayanan dalam mendukung pelaksanaan organisasi dan tata laksana Gereja Kristen Jawa Ambarukmo20.

Tujuan : hasil yang akan dicapai dalam waktu 5 tahunan atau 25 tahunan: 1. Meletakkan kerangka prioritas semua program dan kegiatan,

2. Merupakan fokus dari arah semua program dan kegiatan dalam pelaksanaan misi GKJ Ambarukmo,

3. Mampu menjawab kesenjangan yang terjadi selama ini, saat sekarang dan waktu yang akan datang21.

19

Majelis Jemaat Gereja Kristen Jawa Ambarukmo Yogyakarta, Data Gereja Kristen Jawa Ambarukmo, Yogyakarta, 2004, hlm.4.

20Majelis Jemaat G ereja Kristen Jawa Ambarukmo Yogyakarta,

Program Kerja Majelis GKJ Ambarukmo. Yogyakarta, 2014, hlm. 2.

(41)

Sasaran : yang harus dilaksanakan dalam jangka waktu 1 tahun, semesteran, triwulan, bulanan, disebut juga tujuan antara (intermediate goal):

1. Meningkatnya kehidupan warga Gereja yang harmonis dalam persekutuan Tuhan Yesus dan sesama warga,

2. Meningkatnya pemberdayaan warga Gereja secara optimal dan profesional dalam bidangnya,

3. Meningkatnya kesaksian dan pelayanan dalam kehidupan bergereja dan bermasyarakat,

4. Meningkatnya kehidupan warga Gereja yang merupakan satu tubuh dalam kehidupan bergereja,

5. Meningkatnya hubungan yang harmonis antara sesama manusia, lintas agama, golongan dalam kehidupan bermasyarakat,

6. Terpenuhinya sarana dan prasarana dan pemanfaatannya serta penatalayanan dalam mendukung pelaksanaan Organisasi dan Tata Laksana Gereja22.

Strategi: untuk mewujudkan sasaran dan tujuan dibutuhkan rencana menyeluruh dan terpadu yang mencakup:

1. Memberdayakan Majelis, Badan-badan Pembantu Majelis, kantor Gereja sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang ditetapkan dalam susunan Organisasi dan Tata Laksana yang berlaku.

2. Memberdayakan seluruh warga Gereja agar berperan aktif dalam menumbuhkembangkan semangat kebersamaan dan kerjasamanya dalam kehidupan bergereja dan bermasyarakat.

3. Menggali potensi warga Gereja yang ada untuk pengembangan kehidupan jemaat,

4. Membangun komunikasi dan kebersmaan antara warga Gereja, Badan-badan Pembantu Majelis dan lintas agama/golongan dalam kehidupan bergereja dan bermasyarakat,

5. Optimalisasi pemanfaatan sarana dan prasarana dengan peningkatan penatalayanan untuk mendukung kegiatan Gereja dalam kehidupan bergereja dan bermasyarakat23.

Berikut adalah program-program tersebut : Program Umum

Rangkuman kegiatan yang nyata, sistematis, terencana, terpadu serta

terkoordinasikan dalam mencapai sasaran dan tujuan yang sudah ditetapkan

dengan meperhatikan potensi, kondisi dan permasalahan serta analisis SWOT (

22Ibid., hlm. 3.

23

(42)

25

metode perencanaan strategi yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman dalam suatu proyek) secara kualitatif24,

kemudian ditetapkan program dalam bidang-bidang yang disesuaikan dengan

susunan organisasi yang telah ada sebagai berikut:

a. Program Bidang Pembinaan Warga Gereja

1. Bidang pembinaan warga jemaat sesuai tugas pokok da n fungsinya

merencanakan dan mengkoordinir serta mendampingi pembinaan warga jemaat

secara katergorial berdasarkan umur dan pembinaan warga jemaat secara umum

dengan tugas tersebut bidang pembinaan warga jemaat mempunyai program untuk

memberdayakan warga jemaat secara utuh menurut kategorial usia, fungsi

maupun profesi dan potensi yang ada dalam rangka mengembangkan iman dan

kebersamaan dalam kehidupan bergereja melalui berbagai kegiatan. Kegiatan

bidang pembinaan warga jemaat selanjutnya dalam pelaksaannya dibagi dalam

komisi-komisi yang meliputi:

a) Komisi Anak

Komisi anak merencanakan 8 kegiatan yaitu : pengadaan materi (bahan ajar

sekolah minggu), bantuan transport pengasuh komisi anak, forkom pengasuh KA,

kebaktian anak gabungan, gelar ekspresi anak, kegiatan klasikal dan administrasi

sekretariat.

24

(43)

b). Komisi Remaja

Komisi remaja merencanakan 8 kegiatan yaitu: rapat rutin, pendalaman alkitab

gabungan, olahraga, pemeliharaan sarana prasarana, kegiatan klasikal dan

adminitrasi sekretariat.

c). Komisi Pemuda

Komisi pemuda merencanakan 7 kegiatan yaitu: Pendalaman alkitab gabungan,

rapat rutin komisi atau sekretariat, retreat, perawatan alat musik, lomba antar

Gereja dan pelatihan dasar kepemimpinan.

d). Komisi Dewasa

Komisi dewasa merencanakan 10 kegiatan yaitu; Persekutuan doa akhir bulan,

kebaktian oikumene HANNA, pelayanan kasih ke panti asuhan Wreda HANNA,

kunjungan pasca sripah, kunjungan orang sakit, paduan suara wilayah, perayaan

Paskah, wisata, persekutuan doa kawasan wajib doa se-klasis dan penggalangan

dana.

e). Komisi Adiyuswa

Komisi adiyuswa merencankan 7 kegiatan, yaitu: Pendalaman alkitab, senam dan

taman gizi, paduan suara adiyuswa, kegiatan klasikal dan sinodal, retreat/wisata

rohani, kunjungan warga adiyuswa (yang sudah jompo) dan ceramah kesehatan.

b. Program Bidang Keesaan

Bidang Keesaan mempunyai tugas dan fungsi merencanakan dan

mengkoordinir kegiatan-kegiatan untuk mewujudkan keesaan, yaitu hubungan

antar warga jemaat, antar wilayah, pokja, anggota majelis dan hubungan antar

(44)

27

mewujudkan kebersamaan dan kerjasama antar warga jemaat di antar wilayah,

antar kelompok kerja, antar anggota majelis melalui urusan dalam. Kebersamaan

dan kerjasama ke luar Gereja baik melalui berklasis dan bersinode dengan

lembaga-lembaga Kristen maupun lembaga lain /pemerintah/swadaya masyarakat

dan membangun hubungan komunikasi dan kebersamaan dengan berbagai

kegiatan melalui urusan luar25.

a. Sub Bidang Dalam

Pembekalan anggota majelis, pergantian anggota majelis, penatua dan diaken

yang meliputi sub kegiatan persiapan, pengenalan, pemilihan, pelepasan dan

penyegaran, pelatihan kepemimpinan dan kegiatan selanjutnya adalah sidang

majelis, rapat koordinasi bidang, komisi dan sidang majelis terbuka.

b. Sub Bidang Luar

Menjalin relasi eksternal berupa kepedulian terhadap lembaga/perorangan lain

(bantuan) dan partisipasi terhadap lembaga/perorangan lain (utusan)

c. Kajian minat warga jemaat dalam beribadah dan bergereja serta susunan

organisasi dan tata kerja.

c. Program Bidang Kesaksian dan Pelayanan

Merencanakan dan mengkordinir kegiatan kesaksian dan pelayanan bagi

warga jemaat maupun masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan

sosial lahir batin. Dengan ketugasan tersebut bidang kesaksian dan pelayanan

mempunyai program memberdayakan warga jemaat dalam kehidupan bergereja

dan bermasyarakat untuk memberitakan keselamatan dan berperan serta

25

(45)

mewujudkan kesejahteraan warga jemaat dan masyarakat melalui kegiatan

pelayanan kasih (diakonia), pelayanan pendididkan serta kesaksian dan pelayanan

pekabaran injil dan komunikasi masa. Kegiatan bidang kesaksian dan pelayanan

selanjutnya dalam pelaksanaannya dibagi dalam komisi-komisi yang meliputi:

a. Sub Bidang Diakonia

Kegiatan Diakonia dilaksanakan oleh anggota majelis, diaken, melaksanakan

pelayanan kasih diakonia melalui berbagai kegiatan untuk warga jemaat yang

kurang mampu serta penghiburan bagi warga jemaat yang sedang kesusahan.

Diakonia juga mengelola dana jemaat peduli untuk dana bantuan insidental bagi

warga jemaat yang tekena musibah dan masyarakat umum (bencana, sakit,

perbaikan rumah, dll) dan PB Palma.

b. Komisi Beasiswa

Persiapan pendirian Play group/TK, pertemuan rutin, pertemuan pembinaan guru,

studi banding guru, subsidi dana rutin/ honorarium guru, perayaan natal dan

pentas, bingkisan natal, promosi sekolah, perbaikan fasilitas siswa serta pekan

pendidikan kristen.

c. Komisi Pendidikan

Pengumuman beasiswa/pengambilan formulir, pengumpulan formulis

permohonan, koordinasi pencarian dana, pencarian dana/pembaharuan donatur,

Seleksi calon penerima beasiswa, pengumuman dan pembagian SK, pelaksanaan

pembagian beasiswa, laporan tri wulan, kunjungan sosial ke sekolah binaan, rapat

koordinasi, penyusunan laporan akhir tahun dan evaluasi serta keakraban

(46)

29

d. Komisi Psikomas

Bantuan transport guru pendidikan Agama Kristen Tidak Tetap (GATT); latihan

dan pentas seni antara lain macapat, keroncong, karawitan; pemeliharaan alat dan

latihan rutin dan pengembangan kembali paduan suara gabungan GKJ

Ambarukmo serta pemberdayaan paduan suara anak, remaja, pemuda.

d. Program Bidang Penatalayanan

Bidang penatalayanan sesuai dengan fungsinya mengkoordinir

pengelolaan kekayaan Gereja untuk mendukung kegiatan Gereja secara

menyeluruh dengan ketugasan tersebut bidang penatalayanan mempunyai

program pengadaan, pengololaan dan pemeliharaan kekayaan Gereja dengan

kegiatan merencanakan, melaksanakan/memanfaatkan, mengawasi dan menyusun

laporan yang meliputi uang dan barang serta mempertanggungjawabkan secara

transparan dan akuntabel. Kegiatan bidang penatalayaan selanjutnya dalam

pelaksanaan dibagi dalam 2 sub bidang yaitu:

a. Sub Bidang Keuangan

Biaya tenaga, biaya kesehatan, jaminan kesehatan, pustaka, Iuran dana

kemandirian klasis, bantuan YPK Marturia, Investasi/tabungan, kerumahtanggaan,

administrasi, pengembalian pinjaman investasi.

b. Sub Bidang Sarana dan Prasarana

Inventaris peralatan kantor, pemeliharaan gedung dan inventaris, pemeliharaan

kendaraan, pengembangan/renovasi gedung, pembangunan fasilitas gedung

gereja, pengadaan tanah pepanthan nologaten, inventasris kekayaan gereja dan

(47)

e. Program Bidang Ibadah

Melaksankan perencanaan ibadah dan liturgi untuk persiapan kebaktian dan

sakramen serta berbagai kegiatan yang berhubungan dengan perayaan hari besar.

f. Program Bidang Pengawasan

Melakukan pengawasan dan pemeriksaan keuangan yang dikelola

bendahara, sub bidang keuangan, komisi, panitia, dan satuan pelaksanaan

anggaran lainnya. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan sarana dan prasarana

milik gereja baik yang ada di gereja maupun yang ada pada satuan pelaksanaan

anggaran dan pembinaan penertiban pelaksanaan program seluruh bagian yang

sudah disahkan oleh sidang majelis. Mereview sistem dan prosedur pencatatan

keuangan 4 kali setahun, pemeriksaan ketaatan sistem dan prosedur, pemeriksaan

laporan keuangan gereja dan pemeriksaan inventaris gereja.

g. Penugasan Khusus

Panitia pengadaan tanah GKJ Ambarukmo untuk gereja d i pepanthan

Nologaten (gedung gereja 2). Panitia bekerja berdasarkan keputusan sidang

majelis untuk kepemilikan tanah, sehingga tidak hanya kepemilikan hak guna

bangunan panitia ini membantu program sekaligus program kegiatan sub bidang

sarana prasarana bidang penatalayanan. Panitia pembangunan rumah koster,

gedung induk GKJ Ambarukmo. Panita bekerja berdasarkan keputusan sidang

majelis untuk mengelola kegiatan pembangunan rumah koster di gedung induk

GKJ Ambarukmo. Tim penyusun liturgi, membantu pelaksanaan kegiatan

(48)

31

Pendewasaan GKJ Ambarukmo diharapkan bisa memberi dampak positif

bagi warga sekitar khususnya dalam hal spiritual dan sosial. Sejak

didewasakannya GKJ Ambarukmo dapat dilihat bahwa pelayanan dan kegiatan

gereja yang semakin hari terus berkembang agar dapat memperluas pelayanan

(49)

32 BAB III

PERKEMBANGAN GEREJA KRISTEN JAWA AMBARUKMO

A. Pembangunan Gedung Gereja

Gereja Kristen Jawa Ambarukmo sebagai Gereja dewasa dalam

melaksanakan tugas mewartakan karya penyelamatan Allah dan memelihara

keselamatan, GKJ Ambarukmo juga ditempa kemurnian imannya, sehingga

mengalami pasang surut kehidupan, seiring dengan kepekaan dan ketaatan pada

pimpinan Roh kudus. Namun tentunya kita semua mengakui dan menyakini

bahwa Tuhan Yesus Kristus Raja Gereja tetap setia dan dengan sabar

mendampingi, membimbing dan melindungi semua orang yang berjuang dalam

iman untuk tetap taat dan setia berusaha memenuhi tugas panggilannya sebagai

Gereja dewasa.

Sampai dengan tahap akhir tahun 1980, ruang lingkup pelayanan GKJ

Ambarukmo didukung warga yang terbagi dalam tujuh (7) wilayah untuk

mempermudah koordinasi pelayanan gerejawi. Wilayah I meliputi

Mrican-Pringgondani-Klebengan dan sekitarnya. Wilayah 2 Barat meliputi Demangan

(utara) Jl. Laksda. Adisucipto). Wilayah 2 Timur meliputi Papringan. Wilayah 3

meliputi Sapen dan Demangan (selatan Laksda. Adisucipto). Wilayah 4 meliputi

Gendeng, Timoho dan sekitarnya. Wilayah 5 Barat meliputi Gowok, Sorowajan

lama, Sorowajan Baru-Gedong Kuning. Wilayah 5 tengah meliputi Karangbendo

dan sekitarnya. Wilayah 5 Timur meliputi Janti dan sekitarnya. Wilayah 6

(50)

33

Kledokan, Pringwulung, Pringgolayan, Seturan, Babarsari, Tambakbayan,

Ngenthak- Janti dan sekitarnya. Wilayah 7 meliputi Perumnas Condongcatur dan

Karangasem26.

a. Pembangunan Gedung Gereja I di Papringan

Warga jemaat Gereja Kristen Jawa Amabrukmo sudah sejak lama ingin

meliliki gedung gereja sendiri. Atas semangat dan kerja keras dari setiap warga

jemaat dan majelis yang bertugas, maka dapat membeli sebidang tanah di desa

Papringan. Tanah seluas 1250M² dibeli dari mantan Lurah di desa Papringan.

Pembangunan gedung gereja mendapat bantuan dari GKJ Gondokusuman berupa

material bangunan. Dengan pembangunan tersebut maka warga jemaat yang

sebelumnya menumpang di Panti Asuhan Reksa Putra pindah ke gedung baru di

desa Papringan.

Pada tahun 2004, majelis mengupayakan untuk merenovasi Gedung 1

Papringan dengan SD BOPKRI Demangan III milik Gereja, yang bekerjasama

warga GKJ Ambarukmo,Yayasan Petra Surabaya, UKDW (Universitas Kristen

Duta Wacana) Yogyakarta dan banyak pihak yang memberikan dukungan

pembangunan tersebut hingga dapat digunakan untuk ibadah dan kegiatan

Gerejawi. Khusus untuk kelangsungan pembangunan sekolah dasar, didukung

oleh dana Debswap dari Jerman, berkenan dengan bantuan pasca gempa bumi 27

Mei 2006.

26Majelis Jemaat Gereja Kristen Jawa Ambarukmo Yogyakarta,

(51)

b. Pembangunan Gedung Gereja II di Karangbendo

Adanya pembangunan gedung kedua GKJ Ambarukmo adalah mengingat

bila kebaktian pada sore hari di Gereja Papringan penuh hingga harus menambah

kursi di luar gedung gereja. Maka hal itu menggerakkan warga

mempersembahkan tanah berupa sawah untuk dapat didirikan gedung gereja,

sekaligus memudahkan warga yang ada di sekitar Janti, Karangbendo dan Gowok

untuk beribadah bila benar-benar dapat dibangun gedung gereja. Warga yang

dimaksud adalah Bapak Drs. Toekidjo Wijisantoso dan Bapak Mayor (Purn) TNI

Hardiyono Yoram yang masing-masing mempersembahkan tanah sawah seluas

200 meter persegi dengan didukung dua warga yakni Bapak Handoko

Murwitosusanto dan Bapak Samuel Suharto yang mempersembahkan beberapa

meter tanah untuk akses jalan menuju ke gereja dan pembangunan SMA BOPKRI

Banguntapan dahulu SMA BOPKRI III Yogyakarta.

Pembangunan gedung gereja juga dilakukan dengan semangat bergotong

royong mulai dari pengukuran tanah dari persembahan kendaraan angkut material

dari warga yang bekerja di DPU dan persembahan lainnya dengan konsep

bangunan menggunakan filosofi ke-Jawa-an27. Sebab bangunan gereja dibuat

dengan atap mengerucut dan dinding terbuka, sebagaimana sikap orang Jawa yang

manyembah satu titik pusat kehidupan namun toleran terhadap siapa saja.

Ditambah dengan topangan delapan pilar yang merefleksikan simbol heksagonal

yang digunakan bangsa Israel. Perancang bangunan gedung gereja dilakukan oleh

warga sendiri yang dikoordinir oleh Bapak Ir. Prawatya Widyanto. Tanggal 1

Agustus 1984 P dt. M Harjosuwarno memasuki masa emiritus, sehingga untuk

27

(52)

35

menjalankan kelengkapan kemajelisan berdasarkan keputusan sidang klasis

Yogyakarta Timur, diangkatnya Pdt. Imam Sukarjo, S.Th. Beberapa bulan

kemudian dipersiapkan pemanggilan pendeta, untuk menggantikan pendeta

pertama, lalu terpilihlah Bapak Bambang Subagyo, Sm.Th. yang layak tahbis

dalam ujian kependetaan pada persidangan Klasis Yogyakarta Timur di GKJ

Patalan Bantul dan ditahbiskan pada tanggal 15 J uli 1987 di gedung 2

Karangbendo, yang kemudian menugasi Pdt. Bambang Subagyo, Sm.Th.

melanjutkan studi untuk menempuh program SI Theologia, dan lulus pada tahun

1992. Berkaitan dengan pemanggilan Bapak Bambang Subagyo, Sm.Th, majelis

jemaat bersama warga jemaat menyediakan pastori, yang dibangun di sebelah

utara gedung 2 Karangbendo. Pembangunan dimulai awal bulan Mei 1987,

menghabiskan dana Rp. 10.000.000, - dan diresmikan bersamaan dengan

penahbisan Bapak Bambang Subagyo, Sm.Th sebagai pendeta.

Pembangunan yang memakan waktu lama karena terkendala biaya

akhirnya selesai dan diresmikan pada tanggal 17 September 1987 dengan

menghabiskan biaya ± Rp. 25.000.000,00 da n bersamaan dengan ditahbiskan

pendeta mahasiswa yaitu Yusri S.Th. Dalam perkembangannya sekarang Gereja

Karangbendo sudah menjadi mandiri pada tahun 2008.

c. Pembangunan Gedung Gereja Ambarukmo III

Dalam perkembangan kegiatan gerejawi, majelis dan warga jemaat juga

mendapat dukungan dari Yayasan Pendidikan Agama Kristen yakni

PGAAK/Protestan di Nologaten dan memperkenankan ruangan-ruangan kelas

(53)

Pendidikan Kristen Marturia untuk melaksankan ke baktian minggu di kampus.

Pengurus yayasan memberikan ijin selama tidak mengganggu kegiatan belajar

mengajar, sehingga mempermudah warga yang ada di sekitar Nologaten, Mundu,

Saren, Tempel, Pringwulung, Kledokan Ngenthak-Janti maupun Babarsari dan

sekitarnya untuk beribadah mulai tanggal 1 Maret 1986.

Majelis dan warga jemaat berupaya memilki tanah untuk membangun

gereja, namun situasi belum memungkinkan pada waktu itu. Kabar baik bagi

majelis GKJ Ambarukmo, warga yang ada di Nologaten dan sekitarnya bahwa ada

sebuah yayasan yang semula mengelola PGAAK/P kemudian menjadi Yayasan

Pendidikan Kristen Marturia (milik Klasis-klasis) GKJ Se- DIY memberikan

sebidang tanah di komplek IAKM (sekarang STAKM Yogyakarta) dapat

didirikan bangunan gedung gereja untuk kepentingan bersama. Surat perjanjian

kerjasama antara GKJ Ambarukmo dengan Yayasan Pendidikan Kristen Marturia

ditandatangani pada tanggal 4 Juni 1993 dengan disaksikan para utusan gereja

se-Klasis Yogyakarta Utara GKJ. Setelah mendapatkan Ijin Mendirikan Bangunan

(IMB) dari Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman, acara peletakan batu pertama

diselenggarakan pada tanggal 12 J uni 1993 pukul 10.00 W IB, oleh Bupati

Sleman, Drs. H. Arifin Ilyas. Meskipun pembangunan gedung 3 Nologaten belum

selesai 100%, namun atas kehendak warga Wilayah 6, dan atas ijin Majelis

Gereja, mulai hari Minggu, 9 April 1995, g edung tersebut dipakai untuk

beribadah. Setelah pembangunan gedung gereja Nologaten selesai, jumlah jemaat

(54)

37

dan 186 anak-anak), menjadi 566 dengan rincian jumlah jemaat dewasa 349 dan

jemaat anak 217.

d. Pepanthan Condongcatur

Wilayah 7 kemudian hari menjadi gereja mandiri yang setelah menjadi

Pepanthan Condongcatur kemudian didewasakan oleh GKJ Ambarukmo pada

tanggal 5 Juli 1984 menjadi GKJ Condongcatur. Pada saat pendewasaan jumlah

jemaat adalah 356 jiwa terdiri dari 168 warga dewasa dan 188 warga anak-anak.

Gedung gereja dibangun sebelum pendewasaan pepanthan, seiring dengan

pembangunan Perumnas Condongcatur yang memberi fasilitasi sepetak tanah

seluas 500 M² yang dapat didirikan tempat ibadah bagi warga Kristiani. Majelis

GKJ Ambarukmo menindaklanjuti pembangunan gedung gereja dengan semangat

gotong-royong.

Dengan semakin berkembangnya jumlah warga jemaat, maka diputuskan

untuk mencari seorang pendeta lagi. Setelah melalui proses pencalonan, maka

pada tanggal 27 Juli 1995 telah terpilih Sdr. Purwantoro Kurniawan, S.Th sebagai

calon pendeta di GKJ Ambarukmo. Ujian kependetaan dilaksanakan pada sidang

Kontrakta Klasis Yogyakarta utara GKJ pada tanggal 30 Oktober 1996 di GKJ

Ambarukmo dan dinyatakan lulus serta layak untuk ditahbiskan menjadi pendeta.

Penahbisan dilaksanakan pada hari Jumat, 17 Januari 1997 b ersamaan dengan

peresmian Gedung 3 GKJ Ambarukmo di Nologaten oleh Bapak Bupati Sleman

Drs. H. Arifin Ilyas, yang kemudian disebut dengan Gedung 3 GKJ Ambarukmo

Gambar

gambar tentang sejarah
•gambar.  Siswa bertanya dan menyampaikan pendapatnya.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1), Kondisi Gereja Kristen Jawa Purbalingga pada masa Pendudukan Jepang tahun 1942-1945, (2), Sikap Gereja Kristen Jawa

Pokok-pokok Ajaran Gereja Kristen Jawa Edisi 2005 , Salatiga: Sinode GKJ, 2005.. Purwoatmodjo, Efrayim,

Dalam rangka pemeliharaan iman Warga Gereja di masa pandemi Covid-19 ini, maka mulai bulan Juni 2020 Komisi Pembinaan Warga Gereja GKJ Kabluk akan mengadakan persekutuan

2.3.3 Sejarah Perkembangan Gereja Kristen Indonesia di Yogyakarta Saat ini di Yogyakarta memiliki empat Gereja Kristen Indonesia. Gereja- gereja tersebut adalah GKI Ngupasan,

Oleh karena tidak ada keberatan sah ( panyaruwe ) yang diajukan kepada Sidang Majelis Gereja Kristen Jawa Kabluk hingga hari Selasa, 10 Desember 2019, maka Saudara-saudara

Berdasarkan penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa Gereja Kristen Jawa Bantul merupakan salah satu anggota dari Persatuan Gereja Indonesia yang menganut faham reformasi,

ABSTRAK Penelitian yang disusun dalam karya tulis ilmiah ini mencoba menganalisis aliran musik religi’ yang disebut Langen Sekar Pamuji di Gereja Kristen Jawa GKJ Margoyudan

Gedung Gereja yang Ramah Bagi Insani Dengan Disabilitas: Kajian Teologis Disabilitas Terhadap Gedung GKJ Baki, Sukoharjo, Solo, Jawa Tengah.. Salatiga: Universitas Kristen Satya