• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembangunan Gedung Gereja

Bab IV , menguraikan mengenai implikasi dari kehadiran Gereja Kristen Jawa terhadap kehidupan masyarakat, yang akan membicarakan pengaruhnya dalam

PERKEMBANGAN GEREJA KRISTEN JAWA AMBARUKMO

A. Pembangunan Gedung Gereja

Gereja Kristen Jawa Ambarukmo sebagai Gereja dewasa dalam melaksanakan tugas mewartakan karya penyelamatan Allah dan memelihara keselamatan, GKJ Ambarukmo juga ditempa kemurnian imannya, sehingga mengalami pasang surut kehidupan, seiring dengan kepekaan dan ketaatan pada pimpinan Roh kudus. Namun tentunya kita semua mengakui dan menyakini bahwa Tuhan Yesus Kristus Raja Gereja tetap setia dan dengan sabar mendampingi, membimbing dan melindungi semua orang yang berjuang dalam iman untuk tetap taat dan setia berusaha memenuhi tugas panggilannya sebagai Gereja dewasa.

Sampai dengan tahap akhir tahun 1980, ruang lingkup pelayanan GKJ Ambarukmo didukung warga yang terbagi dalam tujuh (7) wilayah untuk mempermudah koordinasi pelayanan gerejawi. Wilayah I meliputi Mrican- Pringgondani-Klebengan dan sekitarnya. Wilayah 2 Barat meliputi Demangan (utara) Jl. Laksda. Adisucipto). Wilayah 2 Timur meliputi Papringan. Wilayah 3 meliputi Sapen dan Demangan (selatan Laksda. Adisucipto). Wilayah 4 meliputi Gendeng, Timoho dan sekitarnya. Wilayah 5 Barat meliputi Gowok, Sorowajan lama, Sorowajan Baru-Gedong Kuning. Wilayah 5 tengah meliputi Karangbendo dan sekitarnya. Wilayah 5 Timur meliputi Janti dan sekitarnya. Wilayah 6 meliputi Ambarukmo, Nologaten, Samsat (Saren, Mundu, dan Tempel),

33 Kledokan, Pringwulung, Pringgolayan, Seturan, Babarsari, Tambakbayan, Ngenthak- Janti dan sekitarnya. Wilayah 7 meliputi Perumnas Condongcatur dan Karangasem26.

a. Pembangunan Gedung Gereja I di Papringan

Warga jemaat Gereja Kristen Jawa Amabrukmo sudah sejak lama ingin meliliki gedung gereja sendiri. Atas semangat dan kerja keras dari setiap warga jemaat dan majelis yang bertugas, maka dapat membeli sebidang tanah di desa Papringan. Tanah seluas 1250M² dibeli dari mantan Lurah di desa Papringan. Pembangunan gedung gereja mendapat bantuan dari GKJ Gondokusuman berupa material bangunan. Dengan pembangunan tersebut maka warga jemaat yang sebelumnya menumpang di Panti Asuhan Reksa Putra pindah ke gedung baru di desa Papringan.

Pada tahun 2004, majelis mengupayakan untuk merenovasi Gedung 1 Papringan dengan SD BOPKRI Demangan III milik Gereja, yang bekerjasama warga GKJ Ambarukmo,Yayasan Petra Surabaya, UKDW (Universitas Kristen Duta Wacana) Yogyakarta dan banyak pihak yang memberikan dukungan pembangunan tersebut hingga dapat digunakan untuk ibadah dan kegiatan Gerejawi. Khusus untuk kelangsungan pembangunan sekolah dasar, didukung oleh dana Debswap dari Jerman, berkenan dengan bantuan pasca gempa bumi 27 Mei 2006.

26Majelis Jemaat Gereja Kristen Jawa Ambarukmo Yogyakarta,

Ibadah Raya dan Gelar Budaya Perayaan Jubelium HUT Emas Gereja Kristen Jawa Ambarukmo Yogyakarta, Yogyakarta, 2014, hlm.13.

b. Pembangunan Gedung Gereja II di Karangbendo

Adanya pembangunan gedung kedua GKJ Ambarukmo adalah mengingat bila kebaktian pada sore hari di Gereja Papringan penuh hingga harus menambah kursi di luar gedung gereja. Maka hal itu menggerakkan warga mempersembahkan tanah berupa sawah untuk dapat didirikan gedung gereja, sekaligus memudahkan warga yang ada di sekitar Janti, Karangbendo dan Gowok untuk beribadah bila benar-benar dapat dibangun gedung gereja. Warga yang dimaksud adalah Bapak Drs. Toekidjo Wijisantoso dan Bapak Mayor (Purn) TNI Hardiyono Yoram yang masing-masing mempersembahkan tanah sawah seluas 200 meter persegi dengan didukung dua warga yakni Bapak Handoko Murwitosusanto dan Bapak Samuel Suharto yang mempersembahkan beberapa meter tanah untuk akses jalan menuju ke gereja dan pembangunan SMA BOPKRI Banguntapan dahulu SMA BOPKRI III Yogyakarta.

Pembangunan gedung gereja juga dilakukan dengan semangat bergotong royong mulai dari pengukuran tanah dari persembahan kendaraan angkut material dari warga yang bekerja di DPU dan persembahan lainnya dengan konsep bangunan menggunakan filosofi ke-Jawa-an27. Sebab bangunan gereja dibuat dengan atap mengerucut dan dinding terbuka, sebagaimana sikap orang Jawa yang manyembah satu titik pusat kehidupan namun toleran terhadap siapa saja. Ditambah dengan topangan delapan pilar yang merefleksikan simbol heksagonal yang digunakan bangsa Israel. Perancang bangunan gedung gereja dilakukan oleh warga sendiri yang dikoordinir oleh Bapak Ir. Prawatya Widyanto. Tanggal 1 Agustus 1984 P dt. M Harjosuwarno memasuki masa emiritus, sehingga untuk

27

35 menjalankan kelengkapan kemajelisan berdasarkan keputusan sidang klasis Yogyakarta Timur, diangkatnya Pdt. Imam Sukarjo, S.Th. Beberapa bulan kemudian dipersiapkan pemanggilan pendeta, untuk menggantikan pendeta pertama, lalu terpilihlah Bapak Bambang Subagyo, Sm.Th. yang layak tahbis dalam ujian kependetaan pada persidangan Klasis Yogyakarta Timur di GKJ Patalan Bantul dan ditahbiskan pada tanggal 15 J uli 1987 di gedung 2 Karangbendo, yang kemudian menugasi Pdt. Bambang Subagyo, Sm.Th. melanjutkan studi untuk menempuh program SI Theologia, dan lulus pada tahun 1992. Berkaitan dengan pemanggilan Bapak Bambang Subagyo, Sm.Th, majelis jemaat bersama warga jemaat menyediakan pastori, yang dibangun di sebelah utara gedung 2 Karangbendo. Pembangunan dimulai awal bulan Mei 1987, menghabiskan dana Rp. 10.000.000, - dan diresmikan bersamaan dengan penahbisan Bapak Bambang Subagyo, Sm.Th sebagai pendeta.

Pembangunan yang memakan waktu lama karena terkendala biaya akhirnya selesai dan diresmikan pada tanggal 17 September 1987 dengan menghabiskan biaya ± Rp. 25.000.000,00 da n bersamaan dengan ditahbiskan pendeta mahasiswa yaitu Yusri S.Th. Dalam perkembangannya sekarang Gereja Karangbendo sudah menjadi mandiri pada tahun 2008.

c. Pembangunan Gedung Gereja Ambarukmo III

Dalam perkembangan kegiatan gerejawi, majelis dan warga jemaat juga mendapat dukungan dari Yayasan Pendidikan Agama Kristen yakni PGAAK/Protestan di Nologaten dan memperkenankan ruangan-ruangan kelas untuk digunakan beribadah, jemaat meminta ijin dari pengurus Yayasan

Pendidikan Kristen Marturia untuk melaksankan ke baktian minggu di kampus. Pengurus yayasan memberikan ijin selama tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar, sehingga mempermudah warga yang ada di sekitar Nologaten, Mundu, Saren, Tempel, Pringwulung, Kledokan Ngenthak-Janti maupun Babarsari dan sekitarnya untuk beribadah mulai tanggal 1 Maret 1986.

Majelis dan warga jemaat berupaya memilki tanah untuk membangun gereja, namun situasi belum memungkinkan pada waktu itu. Kabar baik bagi majelis GKJ Ambarukmo, warga yang ada di Nologaten dan sekitarnya bahwa ada sebuah yayasan yang semula mengelola PGAAK/P kemudian menjadi Yayasan Pendidikan Kristen Marturia (milik Klasis-klasis) GKJ Se- DIY memberikan sebidang tanah di komplek IAKM (sekarang STAKM Yogyakarta) dapat didirikan bangunan gedung gereja untuk kepentingan bersama. Surat perjanjian kerjasama antara GKJ Ambarukmo dengan Yayasan Pendidikan Kristen Marturia ditandatangani pada tanggal 4 Juni 1993 dengan disaksikan para utusan gereja se- Klasis Yogyakarta Utara GKJ. Setelah mendapatkan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dari Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman, acara peletakan batu pertama diselenggarakan pada tanggal 12 J uni 1993 pukul 10.00 W IB, oleh Bupati Sleman, Drs. H. Arifin Ilyas. Meskipun pembangunan gedung 3 Nologaten belum selesai 100%, namun atas kehendak warga Wilayah 6, dan atas ijin Majelis Gereja, mulai hari Minggu, 9 April 1995, g edung tersebut dipakai untuk beribadah. Setelah pembangunan gedung gereja Nologaten selesai, jumlah jemaat yang beribadah meningkat dari jumlah awal yaitu jumlah jemaat 359 (183 dewasa

37 dan 186 anak-anak), menjadi 566 dengan rincian jumlah jemaat dewasa 349 dan jemaat anak 217.

d. Pepanthan Condongcatur

Wilayah 7 kemudian hari menjadi gereja mandiri yang setelah menjadi Pepanthan Condongcatur kemudian didewasakan oleh GKJ Ambarukmo pada tanggal 5 Juli 1984 menjadi GKJ Condongcatur. Pada saat pendewasaan jumlah jemaat adalah 356 jiwa terdiri dari 168 warga dewasa dan 188 warga anak-anak. Gedung gereja dibangun sebelum pendewasaan pepanthan, seiring dengan pembangunan Perumnas Condongcatur yang memberi fasilitasi sepetak tanah seluas 500 M² yang dapat didirikan tempat ibadah bagi warga Kristiani. Majelis GKJ Ambarukmo menindaklanjuti pembangunan gedung gereja dengan semangat gotong-royong.

Dengan semakin berkembangnya jumlah warga jemaat, maka diputuskan untuk mencari seorang pendeta lagi. Setelah melalui proses pencalonan, maka pada tanggal 27 Juli 1995 telah terpilih Sdr. Purwantoro Kurniawan, S.Th sebagai calon pendeta di GKJ Ambarukmo. Ujian kependetaan dilaksanakan pada sidang Kontrakta Klasis Yogyakarta utara GKJ pada tanggal 30 Oktober 1996 di GKJ Ambarukmo dan dinyatakan lulus serta layak untuk ditahbiskan menjadi pendeta. Penahbisan dilaksanakan pada hari Jumat, 17 Januari 1997 b ersamaan dengan peresmian Gedung 3 GKJ Ambarukmo di Nologaten oleh Bapak Bupati Sleman Drs. H. Arifin Ilyas, yang kemudian disebut dengan Gedung 3 GKJ Ambarukmo di Nologaten.

Pada Tahun 2000 Majelis dan warga jemaat menyepakati dilakukannya peminjaman tanpa bunga untuk membeli sebidang tanah serta rumah pastori ke-2 di Jl. Lampar 1/3 Papringan, mengingat kondisi Gedung Induk yang masih menggunakan bangunan lama, maka majelis kemudian berencana melakukan renovasi. Majelis dan warga jemaat kemudian memutuskan untuk membangun gedung baru di sisi barat serta membangun sekolah dasar BOPKRI Demangan III di sisi timur yang bertujuan untuk mengedepankan pelayanan masyarakat di bidang pendidikan.

Rancangan pembangunan gedung gereja dikoordinasi oleh Bapak Ir. Prawatya Widyanto mulai tahun 2004 yang dilaksanakan oleh panitia yang ditugasi majelis. Untuk kelancaran kegiatan belajar-mengajar, maka gedung gereja digunakan untuk SD BOPKRI Demangan III pada hari Senin-Sabtu dan pada Minggu untuk ibadah seperti biasa. Majelis dan panitia pembangunan memikirkan untuk kenyamanan belajar mengajar sekolah, maka menemui Ibu Sri Prihartini Suwarjo untuk memperkenankan tanahnya dipergunakan sebagai tempat penyelenggaraan kegiatan SD. Ibu Sri Prihartini Suwarjo beserta keluarga memperkenankan majelis menggunakan tanahnya sebagai bangunan sekolah sementara, sampai dengan selesainya pembangunan gedung sekolah yang baru. Ada pihak yang mendukung dan peduli pada SD dan Gereja yakni Yayasan Petra Surabaya dan UKDW Yogyakarta. P ada tahun 2006 terjadi gempa bumi besar yang melanda Yogyakarta dan puji Tuhan bangunan Gereja Induk yang baru dibangun, Gereja 2 K aranngbendo dan Gedung Gereja 3 N ologaten tidak mengalami kerusakan yang berarti (kecuali gedung Nologaten yang gentingnya

39 runtuh semua). Namun kemudian ada kepedulian dari seorang warga jemaat lain yang bekerja di Pemda. Kabupaten Sleman bekerjasama dengan beberapa warga jemaat dan panitia untuk mengupayakan pengajuan proposal dan pembangunan pasca gempa dari Jerman. Maka terwujudlah bangunan SD dengan rancangan tiga lantai, namun baru dibangun dua lantai (saat ini sedang dibangun di lantai tiga untuk ruang perpustakaan dari pemerintah dan laboraturium biologi dari Bank Mandiri). Dalam perkembangan berikut penyebutan status Gerejawi dengan tempat aktivitas di Gedung 1,2, dan 3 mengalami perubahan seiring dengan perubahan status menjadi gereja induk dan pepanthan. Hal itu didasarkan pada keinginan wilayah 5 Barat dan 5 Timur untuk menjadi pepanthan. Maka pada bulan maret 2008, di putuskan GKJ Ambarukmo terdiri dari gereja induk dan pepanthan, yakni gedung induk meliputi wilayah 1, 2 B arat, 2 T imur, 3 dan 4, pepanthan Karangbendo meliputi 5 (Ba rat, Tengah, Timur) dan pepanthan Nologaten meliputi wilayah 6. Sampai dengan tahun 2012 jumlah warga jemaat 2.926 jiwa yang terdiri dari 2.032 warga dewasa dan 894 warga anak. Anggota majelis yang melayani ada 73 ora ng. Setelah pepanthan Karangbendo dipersiapkan dengan latihan mandiri mulai tahun 2010, maka pada hari senin, 17 September 2012 didewasakan menjadi GKJ Karangbendo Banguntapan Bantul28.

Perkembangan fisik gedung gereja dengan fasilitasnya terus diupayakan, yakni pembangunan rumah koster dan fasilitas pergudangan dengan rancangan Bapak Slamet Anambyah, ST.

28

Dokumen terkait