POLA PARTISIPASI MAHASISWA DALAM
SISTEM PENDIDIKAN KESEHATAN DI INDONESI
CIMSA | ISMKI | PSMKGI | ILMIKI | IMABI | ISMAFARSI | ISMKMI | ILMAGI
Didukung oleh:
Health Professional Education Quality
Direktorat Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional RI
LAPORAN KAJIAN
PARTISIPASI MAHASISWA DALAM PENATAAN
SISTEM PENDIDIKAN KESEHATAN DI INDONESI
CIMSA | ISMKI | PSMKGI | ILMIKI | IMABI | ISMAFARSI | ISMKMI | ILMAGI
Health Professional Education Quality (HPEQ) Project
Direktorat Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional RI
PENATAAN
SISTEM PENDIDIKAN KESEHATAN DI INDONESIA
2 POLA PARTISIPASI MAHASISWA DALAM PENATAAN SISTEM
PENDIDIKAN KESEHATAN DI INDONESIA RANGKUMAN
Latar Belakang: Partisipasi mahasiswa dalam sistem pendidikan sangat dibutuhkan karena mahasiswa merupakan komponen utama penentu kesuksesan sistem pendidikan tersebut. Penelitian di Eropa menyimpulkan bahwa hampir setiap negara telah memiliki ketentuan hukum yang mengatur perwakilan mahasiswa dalam penataan sistem pendidikan, namun seringkali pemenuhannya belum ideal, misal: jumlah perwakilan mahasiswa yang masih kurang; atau dalam beberapa kasus, meskipun telah ada perwakilan mahasiswa, fungsinya masih belum sempurna karena terdapat keterbatasan hak suara maupun perbedaan tingkat kompetensi. Hingga saat ini, di Indonesia, belum ada data yang dapat menggambarkan pola partisipasi mahasiswa dalam sistem pendidikan.
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola partisipasi mahasiswa dalam penataan sistem pendidikan ilmu kesehatan di tingkat fakultas dan institusi.
Manfaat Penelitian: Memberikan masukan bagi pengambil kebijakan dalam bidang pendidikan kesehatan di Indonesia, serta diharapkan dapat menjadi langkah awal bagi mahasiswa untuk melakukan penelitian terkait partisipasi yang berkelanjutan di masa yang akan datang.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode potong lintang. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa ilmu kesehatan, dari program studi ilmu keperawatan, ilmu gizi, pendidikan dokter, pendidikan dokter gigi, kebidanan, kesehatan masyarakat, dan farmasi di Indonesia yang dipilih secara simple random sampling. Sampel merupakan individu dari institusi pendidikan kesehatan yang memiliki perwakilan di organisasi mahasiswa kesehatan, dan dapat merupakan mahasiswa yang mewakili organisasi mahasiswa (senat mahasiswa, badan eksekutif mahasiswa, himpunan profesi, dan lain-lain) atau mahasiswa yang tidak mewakili organisasi mahasiswa. Penelitian ini dilaksanakan pada September hingga November 2011. Pendekatan kuantitatif menggunakan kuesioner adaptasi dari Steering Committee on Higher Education and Research di Uni Eropa yang akan divalidasi terlebih dahulu. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pola partisipasi mahasiswa dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi sistem pendidikan kesehatan di tingkat fakultas dan institusi.
Hasil: Sebagian besar responden (64%) menyatakan bahwa institusi pendidikan mereka memiliki peraturan yang mengatur keterlibatan mahasiswa dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi sistem pendidikan. Sebagian besar responden (83%) juga menyatakan adanya perwakilan mahasiswa di institusi mereka yang menjalankan fungsi tersebut di atas. Namun demikian, sebagian besar responden menyatakan bahwa perwakilan mahasiswa yang ada tidak dimintai pendapat oleh institusi dalam proses perencanaan (74%), seperti
3 perencanaan jadwal akademik (74%), metode pembelajaran (53%), sasaran pembelajaran (59%), pembangunan sarana/prasarana (45%), dan sistem evaluasi program (36%). Seluruh responden menyatakan bahwa perwakilan mahasiswa dilibatkan dalam evaluasi metode belajar, metode asesmen, kinerja pengajar, dan learning atmosphere. Namun, sebagian besar menyatakan bahwa evaluasi tersebut tidak diikuti tindak lanjut, seperti evaluasi metode pengajaran (56%), evaluasi metode asesmen (58%), evaluasi kinerja pengajar (52%) dan evaluasi learning atmosphere (60%). Sebagian besar mahasiswa mengakui keterlibatan perwakilan mahasiswa dalam proses penjaminan mutu internal dan eksternal (61%), yaitu sebagai responden. Sebagian besar mahasiswa menganggap komunikasi 2 arah antara mahasiswa dan institusi berlangsung cukup baik, namun lebih banyak yang merasa bahwa opini mahasiswa masih kurang atau tidak berpengaruh dalam pengambilan kebijakan oleh institusi (42%). Bentuk komunikasi yang dilakukan lebih banyak berupa diskusi terbuka dan buku panduan.
4 INFORMASI UMUM
JUDUL: Pola Partisipasi Mahasiswa dalam Penataan Kelola Sistem Pendidikan Kesehatan di Indonesia
NAMA PENELITI:
1. dr. Rahmad Sarwo Bekti, M.Ed 2. Saskia Piscesa
3. Candrika Dini 4. Endah Sulistyowati 5. Fatia Nur Masriati
6. Fitri Arkham Fauziah, S.Kep 7. Lafi Munira
8. Maryam Afifah
9. Mawar Putri Julica, S.KG 10. Nurita Aryakhiyati, S.Kep 11. Redho Meisudi
12. dr. Samuel Josafat Olam
NAMA INSTITUSI: Kementerian Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi; Alamat: Gedung Victoria Lantai 2, Jl. Sultan Hasanuddin Kav. 47 – 51, Jakarta Selatan 12160; Telepon: 021 7279 1384; 021 3417 3304/05/06, Fax. 021 7279 1388; Website:www.hpeq.dikti.go.id; Email:hpeq@dikti.go.id
SUMBER PENDANAAN: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional RI
5 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mahasiswa profesi kesehatan dituntut menjadi profesional yang handal di masa depan. Sistem pendidikan profesi kesehatan harus memberikan pendidikan profesionalisme sejak dini, sehingga jiwa profesionalisme sebagai profesi kesehatan telah terbentuk sejak masa pendidikan. Institusi pendidikan dituntut pula untuk senantiasa meningkatkan kualitasnya, termasuk pengembangan profesionalisme para pengampu kebijakan dan pendidik pada institusi tersebut. Profesionalisme ini tentunya tidak menjadi bagian kurikulum dari sistem pendidikan tersebut, karena pada hakekatnya sistem pendidikan dituntut untuk menghasilkan profesi kesehatan yang handal, bukan profesionalisme sebagai pengampu kebijakan dan pendidik.1 Padahal, tata kelola sistem pendidikan ditentukan oleh para pengampu kebijakan bersama pendidik.
Partisipasi mahasiswa dalam sistem pendidikan sangat dibutuhkan karena mahasiswa merupakan komponen utama penentu kesuksesan sistem pendidikan tersebut. Partisipasi ini telah menjadi poin utama dalam Deklarasi Mahasiswa Ilmu Kesehatan Indonesia tentang Peran Mahasiswa Ilmu Kesehatan dalam Pendidikan Ilmu Kesehatan.
“Kami, mahasiswa ilmu kesehatan Indonesia, meyakini bahwa kesuksesan sebuah sistem pendidikan dipengaruhi oleh kerja sama yang baik antara mahasiswa dengan pendidik. Di samping peran utamanya sebagai objek dari sistem pendidikan, mahasiswa perlu didorong untuk berperan dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi. Pemberdayaan mahasiswa dengan melibatkan mahasiswa dalam pengambilan keputusan meningkatkan kualitas pendidikan dan membangun rasa tanggung jawab di dalam diri mahasiswa terhadap pendidikan mereka sendiri.
1
6 Kami, mahasiswa ilmu kesehatan Indonesia, menekankan
pentingnya pendekatan multidisiplin dalam advokasi mahasiswa ilmu kesehatan Indonesia dalam bidang pendidikan ilmu kesehatan. Kolaborasi antar disiplin ilmu kesehatan yang berkesinambungan dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, harus selalu menjadi perhatian utama.
Dengan ini, Kami, mahasiswa ilmu kesehatan Indonesia, menghimbau setiap pihak yang menaruh perhatian dalam pendidikan ilmu kesehatan di Indonesia untuk senantiasa dengan bijaksana mendukung peran mahasiswa ilmu kesehatan dalam pengembangan pendidikan ilmu kesehatan dengan tindakan-tindakan yang progresif di tatanan lokal, nasional, dan internasional, serta menjamin pengakuan dan penghormatannnya yang universal dan efektif.”
Pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional diatur tentang peran mahasiswa dalam tata kelola sistem pendidikan nasional. Mahasiswa merupakan peserta didik yang didefinisikan pada pasal 1 poin 4, “Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.” Sebagai anggota masyarakat, mahasiswa memiliki hak sebagaimana yang diatur pada pasal 8, “Masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan.”
World Federation for Medical Education (WFME) pada bukunya yang berjudul Basic Medical Education WFME Global Standards for Quality Improvement menekankan pentingnya partisipasi mahasiswa dalam tata kelola sistem pendidikan. Setiap fakultas kedokteran harus memiliki aturan tentang perwakilan dan peran yang tepat bagi mahasiswa dalam mendesain, mengelola, dan mengevaluasi kurikulum, serta hal-hal yang berhubungan dengan kemahasiswaan. Setiap aktivitas dan organisasi kemahasiswaan harus didukung dan difasilitasi termasuk kegiatan internal organisasi kemahasiswaan, perwakilan
7 mahasiswa pada komite pendidikan, serta badan-badan yang terkait khususnya pada kegiatan-kegiatan sosial.
Pada tahun 2003 Steering Committee on Higher Education and Research (CD-ESR) mempublikasikan penelitiannya yang berjudul Student Participation in the Governance of Higher Education in Europe. Penelitian ini berupa survey dengan tiga kelompok responden, yaitu mahasiswa dari berbagai cabang ilmu, perwakilan institusi, dan pemerintah. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi hasil pergerakan mahasiswa pada 30 tahun sebelumnya dalam memperjuangkan regulasi tentang perwakilan mahasiswa dalam tata kelola sistem pendidikan mulai dari tingkat fakultas hingga tingkat nasional. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa hampir setiap negara telah memiliki ketentuan hukum yang mengatur perwakilan mahasiswa dalam tata kelola sistem pendidikan, namun seringkali pemenuhannya belum ideal, misal: jumlah perwakilan mahasiswa yang masih kurang; atau dalam beberapa kasus, meskipun telah ada perwakilan mahasiswa, fungsinya masih belum sempurna karena terdapat keterbatasan hak suara maupun perbedaan tingkat kompetensi.
Partisipasi mahasiswa dalam sistem pendidikan di beberapa negara telah tersistematis dengan baik. Di Amerika Serikat dan Kanada, partisipasi mahasiswa dalam tata kelola sistem pendidikan diatur dalam dokumen resmi yang dikeluarkan oleh Liaison Committee on Medical Education (LCME). Dokumen ini menjelaskan proses akreditasi oleh mahasiswa melalui beberapa tahap sebagai berikut:
1. Peringatan dekan terhadap organisasi mahasiswa terkait survey akreditasi yang akan dilaksanakan pada saat kunjungan dari LCME
2. Pemilihan mahasiswa yang akan menjadi bagian dari komite akreditasi 3. Analisis oleh mahasiswa secara mandiri
4. Interaksi mahasiswa dengan mahasiswa dari institusi lain 5. Partisipasi mahasiswa selama kunjungan dari LCME 6. Keluhan mahasiswa
Dokumen ini juga menjelaskan keterlibatan mahasiswa dalam LCME berupa: 1. Keanggotaan mahasiswa dalam LCME
8 Namun, di Indonesia partisipasi mahasiswa belum tersistematis dengan baik, padahal telah diatur pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini didukung pula oleh pernyataan dari Robert F Woollard (2010), mahasiswa adalah agen perubahan dan mereka memiliki perspektif dari sudut pandang yang berbeda, sehingga pemberian fasilitas kepada mahasiswa untuk terlibat perlu didukung melalui sesi mahasiswa pada setiap proses akreditasi. Oleh karena itu, sistem yang telah diterapkan di Amerika Serikat dan Kanada ini menjadi tujuan utama dilakukannya kajian ini.
Pada saat ini, pola partisipasi mahasiswa dalam tata kelola sistem pendidikan belum ada. Padahal, untuk mencapai tujuan di atas, diperlukan adanya pengembangan kualitas partisipasi mahasiswa dalam sistem pendidikan. Oleh karena itu, sebagai langkah awal pengembangan, melalui program Health Professional Education Quality ini, Kami para mahasiswa ilmu kesehatan Indonesia akan melakukan penelitian tentang pola partisipasi mahasiswa ilmu kesehatan Indonesia dalam tata kelola sistem pendidikan ilmu kesehatan.
B. Perumusan Masalah
Partisipasi mahasiswa kesehatan Indonesia dalam tata kelola pendidikan ilmu kesehatan telah terlaksana namun belum tersistematis dengan baik. Padahal partisipasi mahasiswa dalam tata kelola pendidikan telah diatur pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini didukung pula oleh pernyataan dari Robert F Woollard, mahasiswa adalah agen perubahan dan mereka memiliki perspektif dari sudut pandang yang berbeda, sehingga pemberian fasilitas kepada mahasiswa untuk terlibat perlu didukung melalui sesi mahasiswa pada setiap proses akreditasi.
Namun, pola partisipasi mahasiswa dalam tata kelola sistem pendidikan belum ada. Padahal, untuk mencapai tujuan di atas, diperlukan adanya pengembangan kualitas partisipasi mahasiswa dalam sistem pendidikan. Oleh karena itu, sebagai langkah awal pengembangan, melalui program Health Professional Education Quality ini, penelitian tentang pola partisipasi mahasiswa ilmu kesehatan Indonesia dalam tata kelola sistem pendidikan ilmu kesehatan merupakan sesuatu hal yang penting untuk dilaksanakan.
9 C. Tujuan Penelitian
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola partisipasi mahasiswa dalam penataan sistem pendidikan ilmu kesehatan di tingkat fakultas dan institusi. Secara khusus, penelitian ini memiliki tujuan:
1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi mahasiswa dalam penataan sistem pendidikan ilmu kesehatan.
2. Mengetahui model partisipasi mahasiswa dalam penataan sistem pendidikan ilmu kesehatan secara langsung dan tidak langsung (melalui perwakilan mahasiswa).
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi para pengambil kebijakan dan penyusun kurikulum pendidikan tinggi ilmu kesehatan baik di tingkat nasional maupun institusi untuk memperhatikan partisipasi mahasiswa dalam tata kelola sistem pendidikan tinggi ilmu kesehatan di Indonesia. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi langkah awal bagi mahasiswa untuk melakukan penelitian terkait partisipasi yang berkelanjutan di masa yang akan datang.
E. Kerangka Pemikiran
Perlu adanya pengembangan kualitas partisipasi mahasiswa dalam sistem pendidikan. Oleh karena itu, sebagai langkah awal pengembangan, melalui penelitian pola partisipasi mahasiswa ilmu kesehatan Indonesia dalam penataan sistem pendidikan ilmu kesehatan merupakan sesuatu hal yang penting untuk dilaksanakan.
Selain itu, untuk merintis pembentukan sistem partisipasi mahasiswa (khususnya mahasiswa kesehatan) di Indonesia, diperlukan adanya penelitian tentang pola partisipasi mahasiswa dalam sistem pendidikan sebagai gambaran bagi para pengambil kebijakan dan penyusun kurikulum tentang faktor yang mepengaruhi partisipasi mahasiswa dalam penataan sistem pendidikan dan bagaimana pola partisipasi tersebut.
10 F. Pertanyaan Penelitian
a. Apakah terdapat faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi partisipasi mahasiswa dalam penataan sistem pendidikan?
b. Apakah terdapat pola partisipasi mahasiswa ilmu kesehatan dalam tata kelola sistem pendidikan ilmu kesehatan?
G. Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai pola partisipasi mahasiswa dalam penataan sistem pendidikan tinggi ilmu kesehatan di Indonesia belum pernah dilakukan sebelumnya di Indonesia.
11 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Partisipasi Mahasiswa dalam Penataan Pendidikan di Indonesia
Berdasarkan Strategi Pendidikan Tinggi Jangka Panjang Tahun 2003-2010, semua perguruan tinggi terikat pada satu tujuan sebagaimana dirumuskan dalam Visi 2010 Pendidikan Tinggi Indonesia, yaitu pada tahun 2010 telah dapat diwujudkan sistem pendidikan tinggi, termasuk perguruan tinggi yang sehat, sehingga mampu memberikan kontribusi pada daya saing bangsa, dengan ciri: a. Berkualitas
• • •
• Pendidikan tinggi berorientasi pada pemenuhan kebutuhan mahasiswa, sehingga mampu mengembangkan kapabilitas intelektual mahasiswa untuk menjadi warganegara yang bertanggungjawab, dan mampu berkontribusi pada daya saing bangsa.
• • •
• Kegiatan penelitian dan program pascasarjana mampu berfungsi sebagai inkubator yang membantu pengembangan:
- Sistem ekonomi berbasis ilmu pengetahuan yang mampu beradaptasi
dan berkelanjutan
- Pengintegrasian teknologi termaju untuk memak-simalkan akses dan
penerapan ilmu pengetahuan mutakhir; •
• •
• Sistem yang digunakan mampu berkontribusi pada pengembangan masyarakat demokratis, beradab, terbuka, dan memenuhi kriteria akuntabilitas publik
• • •
• Struktur keuangan yang komprehensif yang ditopang oleh partisipasi stakeholders, agar mampu melakukan investasi untuk pengembangan melalui anggaran rutin dan anggaran pengembangan.
b. Memberi akses dan berkeadilan
Sistem pendidikan tinggi yang mampu: •
• •
• Memberikan kesempatan kepada semua warga-negara untuk mengikuti proses pembelajaran yang tak berbatas;
12 •
• •
• Mengilhami dan memungkinkan individu mengem-bangkan dirinya sampai pada peringkat tertinggi sepanjang hidupnya;
Dengan demikian, mereka dapat tumbuh secara intelektual dan emosional, terampil untuk bekerja, mampu berkontribusi kepada masyarakat, dan mampu memenuhi kebutuhan pribadinya.
c. Otonomi •
• •
• Desentralisasi kekuasaan pemerintah pusat dan memberikan lebih banyak otonomi yang akuntabel pada perguruan tinggi;
• • •
• Peraturan perundang-undangan, struktur keuangan dan proses manajemen yang mendorong pembaharuan, efisiensi, dan keunggulan.
Selanjutnya, Visi 2010 Pendidikan Tinggi Indonesia perlu diturunkan dalam rumusan visi institusional masing-masing perguruan tinggi sesuai dengan kesiapan, kemampuan, serta situasi dan kondisi dimana perguruan tinggi tersebut berada.
Uraian di atas dengan jelas menuntut partisipasi semua elemen dalam sistem pendidikan termasuk dalam mencapai tujuan pendidikan tinggi Indonesia. Selanjutnya, dijelaskan bahwa dalam peningkatan kualitas proses pembelajaran, perguruan tinggi perlu secara kreatif mengembangkan konsep-konsep pendidikan baru yang lebih komprehensif sekaligus kompetitif. Hal ini dapat dilakukan dengan pembaharuan metode pembelajaran yang lebih fleksibel, dengan menempatkan mahasiswa sebagai subyek (student-centered learning), dibandingkan sebagai obyek pendidikan. Konsep pendidikan juga perlu didesain untuk menumbuhkan semangat kewirausahaan dan peningkatan soft skills serta success skills, sehingga lulusan perguruan tinggi akan mempunyai karakter percaya diri yang tinggi, memiliki kearifan terhadap nilai-nilai sosial dan kultural bangsa, kemandirian serta jiwa kepemimpinan yang kuat.
Perguruan tinggi harus mampu mengembangkan kurikulum yang holistik, sehingga proses pendidikan tinggi tidak hanya menekankan pengembangan potensi dan kecerdasan intelektual (IQ), tetapi juga kecerdasan emosional (EQ) dan spiritual (SQ) secara harmonis. Kurikulum holistik yang dimaksud harus dirancang dengan pendekatan yang kontekstual sehingga mampu memunculkan
13 niche tanpa mengurangi sasaran keilmuan atau keterampilan pokok pada bidang keilmuan masing-masing.
Strategi Jangka Panjang Pendidikan Tinggi telah menjadi fokus utama oleh semua pengampu kebijakan. Tetapi, saat ini, partisipasi mahasiswa belum tersistematis dengan baik. Hal ini dikarenakan sistem partisipasi mahasiswa belum menjadi perhatian utama untuk dirintis. Pembentukan sistem hendaklah melihat kondisi kekinian seperti pola partisipasi mahasiswa yang telah ada.
B. Penelitian Terkait Partisipasi Mahasiswa Kesehatan dalam Penataan Pendidikan di Eropa
Di Eropa, telah dilaksanakan penelitian tentang Student Participation in the Governance of Higher Education in Europe bertujuan untuk mengetahui peran dan pengaruh positif mahasiswa dalam sistem pendidikan tinggi di Eropa. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner dengan responden mahasiswa, perwakilan institusi, dan kementerian (pendidikan tinggi). Kesimpulannya adalah partisipasi perwakilan mahasiswa di tingkat nasional (pemerintah/legislatif) tidak sekuat di institusi, baik secara formal maupun informal; hubungan formal pada tiap tingkat perlu mendapat perhatian; dukungan yang diterima mahasiswa dari berbagai stakeholder dalam perguruan tinggi; kurangnya partisipasi dalam pemilihan perwakilan mahasiswa dalam perguruan tinggi masih sangat kurang. Saran terhadap pihak penyelenggara pendidikan harus lebih fokus untuk menyebarkan informasi tentang hak dan kewajiban mahasiswa dalam sistem pendidikan dan bagaimana mereka dapat terlibat dengan pemerintah dalam pengambilan keputusan.
14 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Model penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Berikut adalah bagan cara pengambilan data:
Gambar 1 Diagram alir cara pengambilan data
Proses pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner, yang disebarkan melalui Google Spreadsheet. Sebelum disebarkan, dilakukan validasi kuesioner terhadap mahasiswa ilmu kesehatan yang dipilih secara acak. Validasi juga dilakukan dengan melibatkan akademisi di institusi dan/atau fakultas yang memiliki program studi ilmu kesehatan untuk mengisi kuesioner. Tahap
Kuesioner, yang diadaptasi dari kajian serupa yang pernah dilaksanakan di beberapa negara lain, seperti di wilayah Eropa
Validasi kuesioner mahasiswa dan akademisi
Penyebaran dan pengisian kuesioner melalui Google Spreadsheet
Tabulasi dan pengolahan data dalam bentuk data deskriptif
Pembuatan report
Presentasi di 2nd HPEQ Conference
Input dan feedback hasil kajian
15 selanjutnya adalah penyebaran kuesioner. Kuesioner diisi oleh sampel yaitu mahasiswa yang mengambil program studi ilmu kesehatan (kedokteran umum, kedokteran gigi, keperawatan, kebidanan, gizi, farmasi, dan kesehatan masyarakat). Kuesioner berisi pertanyaan tertutup (dengan pilihan) dan pertanyaan terbuka (esai), yang meliputi data pribadi dan pertanyaan-pertanyaan terkait pola partisipasi mahasiswa dalam tata kelola pendidikan pada institusi dan/atau fakultas. Setelah jawaban didapatkan, diambil beberapa responden dari institusi yang dipilih secara acak untuk diwawancara secara mendalam. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh penjelasan dengan lebih detail.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian pendekatan kuantitatif ini akan dilakukan pada bulan September 2011 di beberapa institusi pendidikan kesehatan di Indonesia yang memiliki 7 program studi sesuai dengan responden pada penelitian ini, yaitu kedokteran, kedokteran gigi, ilmu keperawatan, kebidanan, farmasi, ilmu gizi, dan kesehatan masyarakat.
Tabel 1 Rencana kegiatan penelitian
Kegiatan September Oktober November
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Pertemuan konsolidasi internal tim
peneliti
Persiapan pelatihan asisten penelitian
Penyebaran dan pengisian kuisioner
Pengolahan data dan penyusunan kajian
Pertemuan pembahasan draft laporan
Proses editing draft
Presentasi laporan kepada pimpinan HPEQ Dikti
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini adalah mahasiswa ilmu kesehatan program studi ilmu keperawatan, ilmu gizi, pendidikan dokter, pendidikan dokter gigi, kebidanan, kesehatan masyarakat, dan farmasi di Indonesia dengan kriteria inklusi sebagai berikut:
16 1. Mahasiswa program studi ilmu kesehatan yang institusinya tergabung ke dalam ikatan organisasi mahasiswa seprofesi (IOMS) nasional bidang kesehatan masing-masing bidang.
2. Mahasiswa program studi ilmu kesehatan yang sedang mengikuti proses pembelajaran tahap akademik (tidak sedang dalam masa cuti). Peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel sesuai dengan rekomendasi dari World Health Organization (WHO) Sampling Guidelines tahun 2011 dengan sistem simple random sampling. Disebutkan bahwa sampel minimal untuk penelitian terkait kajian sistem kesehatan yang menggunakan kuesioner untuk individu berjumlah 96 orang.
Penelitian ini menggunakan individu sebagai sampel, yang diklasifikasikan menjadi 2 yaitu mahasiswa yang mewakili organisasi mahasiswa (senat mahasiswa, badan eksekutif mahasiswa, himpunan profesi, dan lain-lain) dan mahasiswa yang tidak mewakili organisasi mahasiswa. Jumlah sampel adalah 2 orang dari kedua klasifikasi di atas; yang merupakan representatif dari ±240 institusi di Indonesia. Sehingga, jumlah sampel total akan berjumlah 960 orang. Sesuai dengan WHO (2011), jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini tergolong valid karena jumlahnya > 96 orang.
D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah beberapa variabel tunggal, yaitu: 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi mahasiswa dalam tata
kelola sistem pendidikan ilmu kesehatan.
2. Pola partisipasi mahasiswa dalam tata kelola sistem pendidikan ilmu kesehatan secara langsung dan tidak langsung (melalui perwakilan mahasiswa).
E. Definisi Operasional
1. Partisipasi mahasiswa kesehatan adalah keikutsertaan mahasiswa dalam proses perencanaa, pelaksanaan, dan evaluasi sistem pendidikan kesehatan.
17 2. Pola partisipasi mahasiswa kesehatan adalah pola keikutsertaan mahasiswa dalam proses perencanaa, pelaksanaan, dan evaluasi sistem pendidikan kesehatan.
3. Tata kelola sistem pendidikan ilmu kesehatan adalah rangkaian proses, kebiasaan, kebijakan, dan aturan dalam suatu institusi, yang mempengaruhi pengarahan, pengelolaan, serta pengontrolan sistem pendidikan kesehatan.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian pada tahap ini adalah dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner yang digunakan diadaptasi dari beberapa sumber seperti Student Participation in the Governance of Higher Education in Europe dan International Federation of Medical Students Association (IFMSA), yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1. Keberadaan peraturan yang mengatur tentang perwakilan mahasiswa dalam institution governance
2. Eksekusi peraturan tentang perwakilan mahasiswa 3. Hak perwakilan mahasiswa
4. Kenetralan perwakilan mahasiswa dan organisasi mahasiswa 5. Pemilihan perwakilan mahasiswa
6. Kinerja perwakilan mahasiswa
7. Kontak antara perwakilan mahasiswa dan pemerintah
G. Rencana Analisis Data
Analisis data dilakukan adalah analisis data kuantitatif dengan tabulasi data dan klasifikasi agar data sehingga lebih mudah untuk diteliti lebih lanjut menggunakan statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono 2007).
18 Partisipasi anda dalam penelitian ini sangat diperhatikan keamanannya sesuai dengan kode etik penelitian bahwa catatan dan data anda bersifat rahasia. Peneliti akan memberikan perlindungan kepada anda terhadap kemungkinan buruk yang mungkin akan terjadi setelah anda berpartisipasi dalam penelitian ini.
I. Keberlanjutan Penelitian
Penelitian terkait pola partisipasi mahasiswa kesehatan dalam tata kelola pendidikan ini merupakan penelitian yang baru pertama kali dilakukan di Indonesia. Hal ini membuka kesempatan bagi dilaksanakannya penelitian lanjutan menggunakan hasil pada penelitian ini. Penelitian lanjutan dapat berupa kajian mengenai pola partisipasi mahasiswa kesehatan pada tata kelola pendidikan di tingkat nasional atau minat mahasiswa kesehatan terhadap keterlibatannya dalam tata kelola pendidikan di Indonesia.
J. Antisipasi Permasalahan
Permasalahan yang akan muncul dalam pelaksanaan penelitian ini diperkirakan bersifat teknis pada saat pengambilan data, penjelasannya pada tabel berikut:
Tabel 2 Permasalahan dan penyelesaian
Permasalahan Penyelesaian
Kesulitan mengumpulkan sampel penelitian
Membentuk tim research assistant sebagai koordinator sampel pada suatu wilayah
Kesulitan pengambilan data
menggunakan kuesioner dalam bentuk hardcopy
Pengambilan data melalui Google Spreadsheet
K. Manajemen Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan oleh sebuah tim peneliti yang beranggotakan 11 orang dengan pembagian tugas sebagai berikut:
Tabel 3 Peran dan pembagian tugas tim peneliti
19
No Nama Peran Deskripsi Tugas
1 dr. Rahmad. S Bekti, M.Ed
Ketua pelaksana/Peneliti utama
Bertanggungjawab atas semua hal yang berkaitan dengan penelitian
2 Saskia Piscesa Koordinator mahasiswa
Bertanggungjawab atas pembagian kerja dalam penelitian
3 dr. Samuel
Josafat Olam Sekretaris
Mengatur surat menyurat dan proposal
4 Mawar Putri
Julica, S.KG Bendahara
Mengatur keuangan
5 Maryam Afifah Koordinator survey
Mengatur penyebaran dan pengisian kuesioner 6 Endah
Sulistyowati Tim survey 7 Lafi Munira Tim survey
8 Redho Meisudi Koordinator penyusunan laporan
Mengatur penyusunan laporan hasil penelitian 9 Fitri Arkham
Fauziah, S.Kep Tim penyusun laporan
10
Nurita Aryakhiyati, S.Kep
Tim penyusun laporan
11 Fatia Nur
Masriati Tim penyusun laporan
11 Candrika Dini Dokumentasi
Mengatur dokumentasi dari mulai sebelum, saat, dan setelah penelitian
L. Etika
Penelitian ini akan dilaksanakan setelah mendapat persetujuan etik dari KEPK-BPPK Indonesia. Sebelum pengambilan data dilaksanakan, peneliti atau akan memberikan penjelasan yang memadai secara tertulis dengan bahasa atau
20 cara yang mudah dimengerti kepada semua subjek, untuk meminta persetujuan dari setiap subjek yang akan diikutsertakan sebagai subjek penelitian. Data pribadi subjek akan dirahasiakan.
M. Keuangan
Keuangan atau pendanaan penelitian ini diberikan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional.
21 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pendidikan adalah salah satu bentuk interaksi manusia, sekaligus tindakan sosial yang dimungkinkan berlaku melalui suatu jaringan hubungan kemanusiaan melalui peranan-peranan individu di dalamnya yang diterapkan melalui proses pembelajaran. Belajar dan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Dengan belajar manusia dapat mengembangkan potensipotensi yang dibawanya sejak lahir. Tanpa belajar manusia tidak mungkin dapat memenuhi kebutuhannya (Farkhana 2010).
Pengambilan data untuk kajian ini dilakukan pada bulan Oktober tahun 2011 minggu ketiga sampai bulan November tahun 2011 minggu kedua. Pengambilan data dilakukan setelah dinyatakan lulus ethical clearance oleh Komisi Etik dan Penelitian Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Indonesia pada tanggal 24 Oktober 2011. Pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner online melalui Google Spreadsheet. Tabulasi data dilakukan menggunakan Microsoft Excel for Windows 2011 dan penyusunan laporan dilakukan mulai bulan November tahun 2011 minggu ketiga.
Responden pada kajian ini terdiri dari mahasiswa ilmu kesehatan program studi ilmu keperawatan, ilmu gizi, pendidikan dokter, pendidikan dokter gigi, kebidanan, kesehatan masyarakat, dan farmasi di Indonesia yang institusinya tergabung ke dalam organisasi mahasiswa nasional bidang kesehatan masing-masing bidang. Selain itu, responden juga adalah mahasiswa program studi ilmu kesehatan yang sedang mengikuti proses pembelajaran tahap akademik (tidak sedang dalam masa cuti).
Gambar 2 Sebaran responden menurut jenis kelamin
Menurut hasil tabulasi data, r ini berjumlah 1046 orang
responden sesuai tahun pendidikan mayoritas diisi oleh mahasiswa yang berada pada tahun ketiga pendidikannya (34%), diikuti oleh tahun
kedua (20%), tahun pertama (13%), tahun kelima (6%), dan di atas tahun keenam (2%). Hal ini diduga disebabkan oleh tahun ketiga pendidikan merupakan masa di mana mahasiswa banyak mengikuti kegiatan kemahasiswaan dengan aktif sehingga memungkinkan keterlibatan mahasiswa tersebut dalam berbagai kegiatan, salah satunya tata kelola sistem pendidikan.
Gambar 3 Sebaran responden menurut tahun pendidikannya 60%
24%
Gambar 2 Sebaran responden menurut jenis kelamin
Menurut hasil tabulasi data, responden pada yang mengisi kuesioner kajian ini berjumlah 1046 orang, yang terdiri dari 40% pria dan 60% wanita. Sebaran responden sesuai tahun pendidikan mayoritas diisi oleh mahasiswa yang berada pada tahun ketiga pendidikannya (34%), diikuti oleh tahun keempat (24%), tahun kedua (20%), tahun pertama (13%), tahun kelima (6%), dan di atas tahun keenam (2%). Hal ini diduga disebabkan oleh tahun ketiga pendidikan merupakan masa di mana mahasiswa banyak mengikuti kegiatan kemahasiswaan dengan aktif emungkinkan keterlibatan mahasiswa tersebut dalam berbagai kegiatan, salah satunya tata kelola sistem pendidikan.
Gambar 3 Sebaran responden menurut tahun pendidikannya 40% 60%
Jenis Kelamin
Pria Wanita 13% 20% 34% 24% 6% 2%Tahun Pendidikan
1st 2nd 3rd 4th 5th >6th 22 yang mengisi kuesioner kajian , yang terdiri dari 40% pria dan 60% wanita. Sebaran responden sesuai tahun pendidikan mayoritas diisi oleh mahasiswa yang berada keempat (24%), tahun kedua (20%), tahun pertama (13%), tahun kelima (6%), dan di atas tahun keenam (2%). Hal ini diduga disebabkan oleh tahun ketiga pendidikan merupakan masa di mana mahasiswa banyak mengikuti kegiatan kemahasiswaan dengan aktif emungkinkan keterlibatan mahasiswa tersebut dalam berbagaiBerdasarkan jenis
kuesioner dapat dikatakan merata sebab semua perwakilan dari berbagai jenis ilmu kesehatan mengisi kuesioner. Persentase jumlah responden terbesar berasal dari program studi kesehatan masyarakat (21%), kemudian diikuti oleh
studi pendidikan dokter gigi (18%), pendidikan dokter (17%), farmasi (14%), ilmu gizi (12%), ilmu keperawatan (11%), dan kebidanan (7%). Program studi kesehatan masyarakat, pendidikan dokter gigi, dan pendidikan dokter menempati posisi tiga terbanyak. Hal in diduga disebabkan oleh ketiga program studi tersebut memiliki jumlah institusi yang terbanyak yang tergabung di dalam
mahasiswa dibandingkan dengan program studi yang lainnya.
Gambar 4 Sebaran responden menurut program studi
Sebaran responden berdasarkan jenis organisasi mahasiswa yang diikuti oleh responden, persentase terbesarnya (21%) adalah badan eksekutif mahasiswa (BEM) yang berada di tingkat fakultas masing
disebabkan oleh informasi mengenai jaringan organisasi mahasiswa
BEM. Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Seluruh Indonesia (ISMAFARSI), Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (ISMKMI), da
Senat Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia (PSMKGI) menempati urutan berikutnya dengan persentase masing
selanjutnya diikuti oleh himpunan profesi (himpro) sebesar 9%, Ikatan Lembaga Mahasiswa Gizi Indonesia
7% 17%
18%
Berdasarkan jenis program studi, sebaran responden yang mengisi kuesioner dapat dikatakan merata sebab semua perwakilan dari berbagai jenis ilmu kesehatan mengisi kuesioner. Persentase jumlah responden terbesar berasal dari program studi kesehatan masyarakat (21%), kemudian diikuti oleh
studi pendidikan dokter gigi (18%), pendidikan dokter (17%), farmasi (14%), ilmu gizi (12%), ilmu keperawatan (11%), dan kebidanan (7%). Program studi kesehatan masyarakat, pendidikan dokter gigi, dan pendidikan dokter menempati yak. Hal in diduga disebabkan oleh ketiga program studi tersebut memiliki jumlah institusi yang terbanyak yang tergabung di dalam
dibandingkan dengan program studi yang lainnya.
Gambar 4 Sebaran responden menurut program studi
an responden berdasarkan jenis organisasi mahasiswa yang diikuti oleh responden, persentase terbesarnya (21%) adalah badan eksekutif mahasiswa (BEM) yang berada di tingkat fakultas masing-masing institusi. Hal ini diduga disebabkan oleh informasi mengenai pengisian kuesioner ini disebarkan melalui jaringan organisasi mahasiswa di masing-masing institusi yang terdapat di dalam BEM. Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Seluruh Indonesia (ISMAFARSI), Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (ISMKMI), dan Persatuan Senat Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia (PSMKGI) menempati urutan berikutnya dengan persentase masing-masing 12%, 11%, dan 11%. Persentase selanjutnya diikuti oleh himpunan profesi (himpro) sebesar 9%, Ikatan Lembaga Mahasiswa Gizi Indonesia (ILMAGI) sebesar 8%, Ikatan Lembaga Mahasiswa
14% 12% 11% 21% 18%
Program Studi
Farmasi Ilmu Gizi Ilmu Keperawatan Kesehatan Masyarakat Pendidikan Bidan Pendidikan Dokter Pendidikan Dokter Gigi23 , sebaran responden yang mengisi kuesioner dapat dikatakan merata sebab semua perwakilan dari berbagai jenis ilmu kesehatan mengisi kuesioner. Persentase jumlah responden terbesar berasal dari program studi kesehatan masyarakat (21%), kemudian diikuti oleh program studi pendidikan dokter gigi (18%), pendidikan dokter (17%), farmasi (14%), ilmu gizi (12%), ilmu keperawatan (11%), dan kebidanan (7%). Program studi kesehatan masyarakat, pendidikan dokter gigi, dan pendidikan dokter menempati yak. Hal in diduga disebabkan oleh ketiga program studi tersebut memiliki jumlah institusi yang terbanyak yang tergabung di dalam organisasi
an responden berdasarkan jenis organisasi mahasiswa yang diikuti oleh responden, persentase terbesarnya (21%) adalah badan eksekutif mahasiswa masing institusi. Hal ini diduga disebarkan melalui masing institusi yang terdapat di dalam BEM. Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Seluruh Indonesia (ISMAFARSI), Ikatan n Persatuan Senat Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia (PSMKGI) menempati urutan masing 12%, 11%, dan 11%. Persentase selanjutnya diikuti oleh himpunan profesi (himpro) sebesar 9%, Ikatan Lembaga (ILMAGI) sebesar 8%, Ikatan Lembaga Mahasiswa
Ilmu Keperawatan Kesehatan Masyarakat Pendidikan Bidan Pendidikan Dokter Pendidikan Dokter Gigi
Keperawatan Indonesia (ILMIKI) sebesar 8%,
Students Activity (CIMSA) sebesar 7%, Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI), dan Ikatan Mahasiswa Kebidanan Indonesia (IMAB
Gambar 5 Sebaran responden menurut organisasi mahasiswa yang diikuti
Pertanyaan di dalam
dalam tata kelola sistem pendidikan ilmu kesehatan. mengetahui pola partisipasi mahasis
kesehatan di tingkat fakultas dan institusi.
utama, yaitu keberadaan peraturan yang mengatur tentang keterlibatan mahasiswa dalam tata kelola sistem pendidikan, pemilihan p
peraturan tentang perwakilan mahasiswa, serta komunikasi dan penyaluran pendapat. Seluruh topik dijabarkan ke dalam 15 poin
11% 21%
Apakah mahasiswa mengetahui keberadaan peraturan di tingkat nasional tentang keterlibatan mahasiswa dalam penataan
Keperawatan Indonesia (ILMIKI) sebesar 8%, Centre of Indonesian Medical (CIMSA) sebesar 7%, Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI), dan Ikatan Mahasiswa Kebidanan Indonesia (IMAB
Gambar 5 Sebaran responden menurut organisasi mahasiswa yang diikuti
dalam kuesioner berkaitan dengan partisipasi mahasiswa dalam tata kelola sistem pendidikan ilmu kesehatan. Hal ini bertujuan untuk pola partisipasi mahasiswa dalam tata kelola sistem pendidikan ilmu kesehatan di tingkat fakultas dan institusi. Pertanyaan terdiri dari 4 (empat) utama, yaitu keberadaan peraturan yang mengatur tentang keterlibatan mahasiswa dalam tata kelola sistem pendidikan, pemilihan perwakilan mahasiswa, eksekusi peraturan tentang perwakilan mahasiswa, serta komunikasi dan penyaluran
Seluruh topik dijabarkan ke dalam 15 poin pertanyaan. 7% 7% 11% 6% 8% 12% 8% 11% 21% 9%
Organisasi
CIMSA ISMKI PSMKGI ILMIKI IKAMABI ISMAFARSI ILMAGI ISMKMI 43% 56%Apakah mahasiswa mengetahui keberadaan peraturan di tingkat nasional tentang keterlibatan mahasiswa dalam penataan
pendidikan?
Ya Tidak
24 Centre of Indonesian Medical (CIMSA) sebesar 7%, Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI), dan Ikatan Mahasiswa Kebidanan Indonesia (IMABI).
Gambar 5 Sebaran responden menurut organisasi mahasiswa yang diikuti
partisipasi mahasiswa Hal ini bertujuan untuk wa dalam tata kelola sistem pendidikan ilmu (empat) topik utama, yaitu keberadaan peraturan yang mengatur tentang keterlibatan mahasiswa erwakilan mahasiswa, eksekusi peraturan tentang perwakilan mahasiswa, serta komunikasi dan penyaluran
25 Gambar 6 Pendapat responden mengenai keberadaan peraturan yang mengatur
tentang keterlibatan mahasiswa dalam tata kelola sistem pendidikan
Topik pertama, yaitu keberadaan peraturan yang mengatur tentang keterlibatan mahasiswa dalam tata kelola sistem pendidikan. Berdasarkan tabulasi data, 56% responden menyatakan mengetahui keberadaan peraturan yang mengatur keterlibatan mahasiswa dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi sistem pendidikan di tingkat nasional. Responden menyatakan mengetahui keberadaan peraturan tersebut adalah UU Sisdiknas Tahun 2003 No.20. Responden menyatakan mengetahui hal tersebut melalui media informasi (internet, koran, dan lain-lain) dan program HPEQ.
“Saya mengetahui ada undang-undang Sisdiknas karena membaca koran, setalah itu search di internet jadinya tahu sedikit lah. Setelah itu ada kuesioner ini, jadi tahu tentang HPEQ dan bikin saya pengen tahu lebih tentang Sisdiknas itu. Kita
harus aware tentang adanya undang-undang ini karena kita kan mahasiswa sebagai objek pendidikan.”
Peraturan tentang keterlibatan mahasiswa dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi sistem pendidikan di tingkat institusi atau fakultas dibenarkan keberadaannya oleh sebagian besar responden (64%). Responden menyatakan adanya peraturan tersebut dalam bentuk tidak tertulis, namun dapat terlihat bahwa mahasiswa dilibatkan dalam berbagai jenjang proses.
“Iya, ada peraturan tapi tidak tertulis. Tapi ada perwakilan mahasiswanya kalau di kampus saya. Mahasiswanya aktif, kelihatan suka ditanya-tanya dan ngobrol
sama dosen. Ngobrolnya ya tentang macam-macam, setahu saya ya tentang pendapat temen-temen mahasiswa tentang suatu hal yang berkaitan sama
Gambar 7 Pendapat
keterlibatan mahasiswa
Topik kedua dalam kuesioner adalah
Sebaran responden sesuai dengan tabulasi data adalah sebesar 76% responden menyatakan keberadaan
pelaksanaan, pengawasan, dan evalua
kelompok atau lembaga khusus di dalam BEM, sena menyatakan tidak ada perwakilan mahasiswa (16%) da mahasiswa dalam bentuk perorangan (7%).
Gambar 8 Pendapat
Responden menyatakan juga bahwa pemilihannya dilakukan melalui organisasi mahasiswa dengan pemilihan umum (41%), melalui organisasi
Apakah institusi Anda memiliki peraturan tentang keterlibatan mahasiswa dalam
Apakah institusi Anda memiliki perwakilan mahasiswa dalam proses penataan
Pendapat responden mengenai keberadaan peraturan keterlibatan mahasiswa di tingkat institusi atau fakultas
Topik kedua dalam kuesioner adalah pemilihan perwakilan mahasiswa Sebaran responden sesuai dengan tabulasi data adalah sebesar 76% responden menyatakan keberadaan perwakilan mahasiswa dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi sistem pendidikan dalam bentuk kelompok atau lembaga khusus di dalam BEM, senat, atau himpro. Sisanya menyatakan tidak ada perwakilan mahasiswa (16%) dan ada perwakilan
a dalam bentuk perorangan (7%).
Pendapat responden mengenai bentuk perwakilan mahasiswa
Responden menyatakan juga bahwa pemilihannya dilakukan melalui organisasi mahasiswa dengan pemilihan umum (41%), melalui organisasi
64% 35%
Apakah institusi Anda memiliki peraturan tentang keterlibatan mahasiswa dalam
penataan pendidikan? Ya Tidak 7% 76% 16%
Apakah institusi Anda memiliki perwakilan mahasiswa dalam proses penataan
pendidikan?
Perorangan Kelompok Tidak
26 responden mengenai keberadaan peraturan tentang
pemilihan perwakilan mahasiswa. Sebaran responden sesuai dengan tabulasi data adalah sebesar 76% responden perwakilan mahasiswa dalam proses perencanaan, kan dalam bentuk t, atau himpro. Sisanya ada perwakilan
perwakilan mahasiswa
Responden menyatakan juga bahwa pemilihannya dilakukan melalui organisasi mahasiswa dengan pemilihan umum (41%), melalui organisasi
mahasiswa dengan kriteria tertentu (33%), dipilih melalui mekanisme pemilihan lainnya (17%), dan dipilih langsung oleh pihak fakultas atau institusi (9%).
Gambar 9 Pendapat
Topik ketiga menjelaskan tentang mahasiswa. Sistem penataan
perencanaan pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi. Tahap perencanaan diklasifikasikan menjadi beberapa hal yaitu p
penentuan metode pembelajaran pembangunan sarana dan prasarana
responden menyatakan tidak dilibatkan dalam proses perencanaan tersebut.
Gambar 10 Pendapat perencanaan
41%
Bagaimana mekanisme pemilihan
11% 15%
Sejauh mana keterlibatan perwakilan mahasiswa dalam perencanaan penyusunan jadwal akademik?
mahasiswa dengan kriteria tertentu (33%), dipilih melalui mekanisme pemilihan ilih langsung oleh pihak fakultas atau institusi (9%).
Pendapat responden mengenai pemilihan perwakilan mahasiswa
Topik ketiga menjelaskan tentang eksekusi peraturan tentang perwakilan penataan sistem pendidikan dibagi menjadi 4 tahap, yaitu perencanaan pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi. Tahap perencanaan kan menjadi beberapa hal yaitu penyusunan jadwal akademik enentuan metode pembelajaran, rancangan dan sasaran pembelajaran embangunan sarana dan prasarana, dan sistem evaluasi program. Sebagian besar responden menyatakan tidak dilibatkan dalam proses perencanaan tersebut.
Pendapat responden mengenai keterlibatan mahasiswa dalam perencanaan penyusunan jadwal akademik
9%
33% 41%
17%
Bagaimana mekanisme pemilihan perwakilan mahasiswa tersebut?
Fakultas Kelompok Pemilihan Umum Lainnya 74% 15%
Sejauh mana keterlibatan perwakilan mahasiswa dalam perencanaan penyusunan jadwal akademik?
Tidak Dimintai Pendapat
Dimintai Pendapat Tanpa Tindak Lanjut Dimintai Pendapat Dengan Tindak Lanjut
27 mahasiswa dengan kriteria tertentu (33%), dipilih melalui mekanisme pemilihan
ilih langsung oleh pihak fakultas atau institusi (9%).
perwakilan mahasiswa
eksekusi peraturan tentang perwakilan sistem pendidikan dibagi menjadi 4 tahap, yaitu perencanaan pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi. Tahap perencanaan enyusunan jadwal akademik, ancangan dan sasaran pembelajaran, Sebagian besar responden menyatakan tidak dilibatkan dalam proses perencanaan tersebut.
responden mengenai keterlibatan mahasiswa dalam Dimintai Pendapat
Tanpa Tindak Lanjut Dimintai Pendapat Dengan Tindak Lanjut
Dalam hal penyusunan jadwal akademik, responden yang menyatakan dimintai pendapat lisan atau tulisan tanpa tindak lanjut (11%) dan dengan tindak lanjut (15%). Bentuk tindak lanjutnya adalah mahasiswa dilibatkan apabila ada pengaturan ulang jadwal
bidang akademik. Namun fakultas atau institusi.
“Keterlibatan mahasiswa soal jadwal sudah cukup jadwal, difloorkan ke mahasiswa kalau
Biasanya keluhan akan ditampung, terus tunggu tanggapan dari kampus (fakultas atau program studi) dan waktu yang disediakan untuk diskusi atau rapat bersama. Tapi seringnya habis itu gak ada kelanjutannya, kita tinggal keputusannya saja deh.
jadwal jadinya kita bisa kasih tahu temen yang lain, ya supaya bisa jadi sumber
Gambar 11 Pendapat
Pada penentuan metode pembelajaran, persentase responden yang menyatakan dimintai pendapat lisan atau tulisan tanpa tindak lanjut (21%) dan dengan tindak lanjut (26%).
menyatakan lebih sering d
penentuan metode atau sistematika 21%
26%
Sejauh mana keterlibatan perwakilan mahasiswa dalam penentuan metode
Dalam hal penyusunan jadwal akademik, responden yang menyatakan dimintai pendapat lisan atau tulisan tanpa tindak lanjut (11%) dan dengan tindak lanjut (15%). Bentuk tindak lanjutnya adalah mahasiswa dilibatkan apabila ada jadwal akademik (jika ada yang bermasalah), melalui rapat
amun walaupun begitu, keputusan tetap berada
Keterlibatan mahasiswa soal jadwal sudah cukup. (Bagian) akademik bikin kan ke mahasiswa kalau ada yang keberatan bisa disampaika Biasanya keluhan akan ditampung, terus tunggu tanggapan dari kampus (fakultas
atau program studi) dan waktu yang disediakan untuk diskusi atau rapat bersama. Tapi seringnya habis itu gak ada kelanjutannya, kita tinggal
keputusannya saja deh. Keuntungan dilibatkan dalam perencanaan penyusunan jadwal jadinya kita bisa kasih tahu temen yang lain, ya supaya bisa jadi sumber
informasi.”
Pendapat responden mengenai keterlibatan mahasiswa dalam penentuan metode pembelajaran
Pada penentuan metode pembelajaran, persentase responden yang menyatakan dimintai pendapat lisan atau tulisan tanpa tindak lanjut (21%) dan dengan tindak lanjut (26%). Dalam penentuan metode pembelajaran, responden menyatakan lebih sering dilibatkan oleh pihak fakultas atau institusi mengenai penentuan metode atau sistematika penyelenggaraan praktikum atau praktik
53% 26%
Sejauh mana keterlibatan perwakilan mahasiswa dalam penentuan metode
pembelajaran?
Tidak Dimintai Pendapat
Dimintai Pendapat Tanpa Tindak Lanjut Dimintai Pendapat Dengan Tindak Lanjut
28 Dalam hal penyusunan jadwal akademik, responden yang menyatakan dimintai pendapat lisan atau tulisan tanpa tindak lanjut (11%) dan dengan tindak lanjut (15%). Bentuk tindak lanjutnya adalah mahasiswa dilibatkan apabila ada emik (jika ada yang bermasalah), melalui rapat tetap berada di tangan
kademik bikin ada yang keberatan bisa disampaikan. Biasanya keluhan akan ditampung, terus tunggu tanggapan dari kampus (fakultas
atau program studi) dan waktu yang disediakan untuk diskusi atau rapat bersama. Tapi seringnya habis itu gak ada kelanjutannya, kita tinggal tahu
Keuntungan dilibatkan dalam perencanaan penyusunan jadwal jadinya kita bisa kasih tahu temen yang lain, ya supaya bisa jadi sumber
responden mengenai keterlibatan mahasiswa dalam
Pada penentuan metode pembelajaran, persentase responden yang menyatakan dimintai pendapat lisan atau tulisan tanpa tindak lanjut (21%) dan , responden ilibatkan oleh pihak fakultas atau institusi mengenai um atau praktik
laboratorium daripada mengenai metode lainnya. diskusi dengan koordinator mata kuliah atau bidang atau saran dari mahasiswa.
sarannya diterima dan diterapkan dalam proses belajar mengajar.
“Metode pembelajaran maksudnya kan sistem belajar kayak kuliah atau praktikum kan? Yang sering si
atau apakah ada perbaikan dari yang lalu. Kalau kuliah sih biasa aja, mungkin ga ada bedanya sama kampus lain deh.
dengan terlibat urusan rencana penentuan metode pembelajaran.
mengasih masukan gimana sebaiknya metode belajar yang diterapkan, supaya sesuai sama kemampuan, nilai jadi maksimal.
Gambar 12 Pendapat perencanaan
Dalam hal rancangan dan sasaran pembelajaran, responden yang menyatakan dimintai pendapat lisan atau tulisan tanpa tindak lanjut (20%) dan dengan tindak lanjut (22%). Bentuk tindak l
masukan mahasiswa terkait rancangan
menyatakan ada yang tindak lanjutnya berupa ikut sertanya mahasiswa dalam forum diskusi mengenai proses pembelajaran yang membahas rancangan dan sasaran pembelajaran.
20% 22%
Sejauh mana keterlibatan perwakilan mahasiswa dalam perencanaan rancangan dan
daripada mengenai metode lainnya. Bentuk tindak lanjutnya adalah diskusi dengan koordinator mata kuliah atau bidang akademik jika ada masukan atau saran dari mahasiswa. Adapun yang menyatakan bahwa masukan atau sarannya diterima dan diterapkan dalam proses belajar mengajar.
“Metode pembelajaran maksudnya kan sistem belajar kayak kuliah atau praktikum kan? Yang sering sih tentang praktikum, ditanya maunya seperti apa atau apakah ada perbaikan dari yang lalu. Kalau kuliah sih biasa aja, mungkin
ga ada bedanya sama kampus lain deh. Menurut saya, ada keuntungannya dengan terlibat urusan rencana penentuan metode pembelajaran. Mahasiswa bisa
mengasih masukan gimana sebaiknya metode belajar yang diterapkan, supaya sesuai sama kemampuan, nilai jadi maksimal.”
Pendapat responden mengenai keterlibatan mahasiswa dalam perencanaan rancangan dan sasaran pembelajaran
Dalam hal rancangan dan sasaran pembelajaran, responden yang menyatakan dimintai pendapat lisan atau tulisan tanpa tindak lanjut (20%) dan dengan tindak lanjut (22%). Bentuk tindak lanjutnya adalah diterimanya saran dan masukan mahasiswa terkait rancangan dan sasaran pembelajaran. Responden juga menyatakan ada yang tindak lanjutnya berupa ikut sertanya mahasiswa dalam forum diskusi mengenai proses pembelajaran yang membahas rancangan dan
59% 22%
Sejauh mana keterlibatan perwakilan mahasiswa dalam perencanaan rancangan dan
sasaran pembelajaran?
Tidak Dimintai Pendapat
Dimintai Pendapat Tanpa Tindak Lanjut Dimintai Pendapat Dengan Tindak Lanjut
29 Bentuk tindak lanjutnya adalah akademik jika ada masukan Adapun yang menyatakan bahwa masukan atau
“Metode pembelajaran maksudnya kan sistem belajar kayak kuliah atau h tentang praktikum, ditanya maunya seperti apa atau apakah ada perbaikan dari yang lalu. Kalau kuliah sih biasa aja, mungkin
Menurut saya, ada keuntungannya Mahasiswa bisa mengasih masukan gimana sebaiknya metode belajar yang diterapkan, supaya
responden mengenai keterlibatan mahasiswa dalam
Dalam hal rancangan dan sasaran pembelajaran, responden yang menyatakan dimintai pendapat lisan atau tulisan tanpa tindak lanjut (20%) dan diterimanya saran dan dan sasaran pembelajaran. Responden juga menyatakan ada yang tindak lanjutnya berupa ikut sertanya mahasiswa dalam forum diskusi mengenai proses pembelajaran yang membahas rancangan dan
“Saya kurang paham maksudnya rancangan dan sasar
kalau yang dimaksud adalah input dan output dari apa yang kita pelajari sebaiknya mahasiswa dilibatkan. Soalnya yang langsung jadi objek kan
mahasiswanya. Jadi bisa sekalian tahu prosesnya.”
Gambar 13 Pendapat perencanaan
Pada pembangunan sarana dan prasarana, persentase responden yang menyatakan dimintai pendapat lisan atau tulisan tanpa tindak lanjut (25%) dan dengan tindak lanjut (30%). Bentuk tind
kerja pengembangan sarana dan prasa yang disarankan oleh mahasiswa.
“Sarana (dan prasarana) pendidikan kan yang menikmati hampir seluruhnya mahasiswa, jadi mahasiswa
tentu sangat berguna, supaya mahasiswa bisa belajar dengan baik dan enjoy karena ngerasa nyaman saat kegiatan belajar mengajar.
Dalam proses perencanaan
menyatakan dimintai pendapat lisan atau tulisan tanpa tindak lanjut (29%) dan dengan tindak lanjut (35%). Bentuk tindak lanjutnya adalah diskusi dengan bagian akademik atau kemahasiswaan di fakultas atau institusi.
“Setiap habis selesai satu mata kuliah, selalu ada
terlalu tahu gimana prosesnya sampai bisa ada alat untuk evaluasi itu. 25%
30%
Sejauh mana keterlibatan perwakilan mahasiswa dalam perencanaan pembangunan
Saya kurang paham maksudnya rancangan dan sasaran pembelajaran, tapi kalau yang dimaksud adalah input dan output dari apa yang kita pelajari
sebaiknya mahasiswa dilibatkan. Soalnya yang langsung jadi objek kan mahasiswanya. Jadi bisa sekalian tahu prosesnya.”
Pendapat responden mengenai keterlibatan mahasiswa dalam perencanaan pembangunan sarana dan prasarana
Pada pembangunan sarana dan prasarana, persentase responden yang menyatakan dimintai pendapat lisan atau tulisan tanpa tindak lanjut (25%) dan dengan tindak lanjut (30%). Bentuk tindak lanjutnya adalah dilibatkan dalam rapat ngan sarana dan prasarana, serta diwujudkannya saran dan prasana yang disarankan oleh mahasiswa.
“Sarana (dan prasarana) pendidikan kan yang menikmati hampir seluruhnya mahasiswa, jadi mahasiswa perlu dilibatkan dari mulai perencaaannya.
tentu sangat berguna, supaya mahasiswa bisa belajar dengan baik dan enjoy karena ngerasa nyaman saat kegiatan belajar mengajar.”
proses perencanaan sistem evaluasi program, responden yang dimintai pendapat lisan atau tulisan tanpa tindak lanjut (29%) dan dengan tindak lanjut (35%). Bentuk tindak lanjutnya adalah diskusi dengan bagian akademik atau kemahasiswaan di fakultas atau institusi.
“Setiap habis selesai satu mata kuliah, selalu ada evaluasi. Tapi kita nggak terlalu tahu gimana prosesnya sampai bisa ada alat untuk evaluasi itu.
45% 25%
Sejauh mana keterlibatan perwakilan mahasiswa dalam perencanaan pembangunan
sarana dan prasarana?
Tidak Dimintai Pendapat
Dimintai Pendapat Tanpa Tindak Lanjut Dimintai Pendapat Dengan Tindak Lanjut
30 an pembelajaran, tapi kalau yang dimaksud adalah input dan output dari apa yang kita pelajari,
sebaiknya mahasiswa dilibatkan. Soalnya yang langsung jadi objek kan
eterlibatan mahasiswa dalam
Pada pembangunan sarana dan prasarana, persentase responden yang menyatakan dimintai pendapat lisan atau tulisan tanpa tindak lanjut (25%) dan ak lanjutnya adalah dilibatkan dalam rapat , serta diwujudkannya saran dan prasana
“Sarana (dan prasarana) pendidikan kan yang menikmati hampir seluruhnya perlu dilibatkan dari mulai perencaaannya. Hal ini tentu sangat berguna, supaya mahasiswa bisa belajar dengan baik dan enjoy
sistem evaluasi program, responden yang dimintai pendapat lisan atau tulisan tanpa tindak lanjut (29%) dan dengan tindak lanjut (35%). Bentuk tindak lanjutnya adalah diskusi dengan bagian
valuasi. Tapi kita nggak terlalu tahu gimana prosesnya sampai bisa ada alat untuk evaluasi itu. Pernah
sih ditanyain (diajak berbicara) tentang bagaimana akan dilakukan proses atau perencanaan evaluasinya,
Hanya saja, yang pasti
Gambar 14 Pendapat perencanaan
Selain itu, 55% responden menilai tingkat transparansi pemberian informasi mengenai sistem penilaian hasil belajar tergolong memuaskan, sedangkan 81% menilai tingkat transparansi alokasi keuangan tidak memuaskan.
35%
Sejauh mana keterlibatan perwakilan mahasiswa dalam perencanaan sistem evaluasi
45%
institusi/fakultas Anda dalam memberikan informasi mengenai sistem penilaian hasil
sih ditanyain (diajak berbicara) tentang bagaimana akan dilakukan proses atau perencanaan evaluasinya, yah sedikit dilibatkan dalam proses perencanaannya
saja, yang pasti kita selalu dilibatkan untuk melakukan evaluasi.”
Pendapat responden mengenai keterlibatan mahasiswa dalam perencanaan sistem evaluasi program
Selain itu, 55% responden menilai tingkat transparansi pemberian mengenai sistem penilaian hasil belajar tergolong memuaskan, sedangkan 81% menilai tingkat transparansi alokasi keuangan tidak memuaskan.
36%
29%
Sejauh mana keterlibatan perwakilan mahasiswa dalam perencanaan sistem evaluasi
program?
Tidak Dimintai Pendapat
Dimintai Pendapat Tanpa Tindak Lanjut Dimintai Pendapat Dengan Tindak Lanjut
55% 45%
Bagaimana tingkat transparansi institusi/fakultas Anda dalam memberikan
informasi mengenai sistem penilaian hasil belajar?
Memuaskan Tidak Memuaskan
31 sih ditanyain (diajak berbicara) tentang bagaimana akan dilakukan proses atau
dilibatkan dalam proses perencanaannya. batkan untuk melakukan evaluasi.”
responden mengenai keterlibatan mahasiswa dalam
Selain itu, 55% responden menilai tingkat transparansi pemberian mengenai sistem penilaian hasil belajar tergolong memuaskan, sedangkan 81% menilai tingkat transparansi alokasi keuangan tidak memuaskan.
Gambar 15 Pendapat responden mengenai transparansi
“Informasi tentang sistem penilaian hasil belajar baik kok, di kampus kami ada semacam deadline yang dibuat, jadi hasil belajar harus dibagikan eh maksud kami disosialisasikan kepada kami
tidak paham, kami tidak dilibatkan secara ak
“Persoalan keuangan sebenernya nggak tahu gimana yang bisa disebut transparan yang seperti apa. Saya sebagai mahasiswa merasa sudah cukup memuaskan dengan yang sudah ada. Karena persoalan keuang
Tahap selanjutnya adalah evaluasi. pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu
komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan seba bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan
evaluasi diklasifikasikan menjadi beberapa hal yaitu dan metode penilaian hasil belajar
program pendidikan. Responden menyatakan dilibatkan dalam setiap poin yang ditanyakan, namun dengan tindak lanjut yang berbeda.
81%
institusi/fakultas Anda dalam memberikan informasi mengenai alokasi keuangan?
responden mengenai transparansi penilaian hasil belajar dan alokasi keuangan
tentang sistem penilaian hasil belajar baik kok, di kampus kami ada semacam deadline yang dibuat, jadi hasil belajar harus dibagikan eh maksud kami disosialisasikan kepada kami secepatnya setelah ujian. Keuangan tidak paham, kami tidak dilibatkan secara aktif jadi menurut kami transparansi
termasuk tidak memuaskan.”
“Persoalan keuangan sebenernya nggak tahu gimana yang bisa disebut transparan yang seperti apa. Saya sebagai mahasiswa merasa sudah cukup memuaskan dengan yang sudah ada. Karena persoalan keuangan kan bukan
menjadi wewenang kita.”
Tahap selanjutnya adalah evaluasi. Evaluasi pendidikan adalah kegiatan penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan seba bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan (Sisdiknas 2003) evaluasi diklasifikasikan menjadi beberapa hal yaitu metode pengajaran dan metode penilaian hasil belajar, kinerja pengajar, learning atmosphere
esponden menyatakan dilibatkan dalam setiap poin yang ditanyakan, namun dengan tindak lanjut yang berbeda.
19%
81%
Bagaimana tingkat transparansi institusi/fakultas Anda dalam memberikan
informasi mengenai alokasi keuangan?
Memuaskan Tidak Memuaskan
32 penilaian hasil belajar dan
tentang sistem penilaian hasil belajar baik kok, di kampus kami ada semacam deadline yang dibuat, jadi hasil belajar harus dibagikan eh
secepatnya setelah ujian. Keuangan tif jadi menurut kami transparansi
“Persoalan keuangan sebenernya nggak tahu gimana yang bisa disebut transparan yang seperti apa. Saya sebagai mahasiswa merasa sudah cukup
an kan bukan
Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai (Sisdiknas 2003). Tahap etode pengajaran, sistem earning atmosphere, esponden menyatakan dilibatkan dalam setiap poin yang
Gambar 16 Pendapat responden mengenai evaluasi Dalam hal evaluasi
dimintai pendapat lisan atau tulisan tanpa tindak lanjut (56%) d lanjut (44%). Salah satu b
mengajar yang sesuai dengan saran atau masukan dari mahasiswa. Selain itu juga dengan adanya metode pengajaran yang
diskusi antara mahasiswa dan pihak fakultas atau institusi.
“Mahasiswa banyak dilibatkan dalam evaluasi, karena kan memang mahasiswa yang merasakan output dari proses belajar.
mahasiswa kan belum tentu sesuai dengan apa yang diatur sama dosennya. Jadi kita harus bisa menyuarakan apa yang kita inginkan. Kalau awalnya gak
dilibatin, manfaatkan waktu evaluasinya.
Gambar 17 Pendapat responden mengenai evaluasi 44%
Sejauh mana keterlibatan perwakilan mahasiswa dalam evaluasi metode
42%
Sejauh mana keterlibatan perwakilan mahasiswa dalam evaluasi s
Gambar 16 Pendapat responden mengenai evaluasi metode pengajaran evaluasi metode pengajaran, responden yang menyatakan lisan atau tulisan tanpa tindak lanjut (56%) dan dengan tindak lanjut (44%). Salah satu bentuk tindak lanjutnya adalah adanya proses belajar mengajar yang sesuai dengan saran atau masukan dari mahasiswa. Selain itu juga dengan adanya metode pengajaran yang lebih nyaman karena merupakan hasil diskusi antara mahasiswa dan pihak fakultas atau institusi.
Mahasiswa banyak dilibatkan dalam evaluasi, karena kan memang mahasiswa yang merasakan output dari proses belajar. Sistem (metode) belajar yang disukai
swa kan belum tentu sesuai dengan apa yang diatur sama dosennya. Jadi kita harus bisa menyuarakan apa yang kita inginkan. Kalau awalnya gak
dilibatin, manfaatkan waktu evaluasinya.”
Gambar 17 Pendapat responden mengenai evaluasi sistem dan metode penilaian hasil belajar
56% 44%
Sejauh mana keterlibatan perwakilan mahasiswa dalam evaluasi metode
pengajaran? Evaluasi Tanpa Tindak Lanjut Evaluasi Dengan Tindak Lanjut 58%
Sejauh mana keterlibatan perwakilan mahasiswa dalam evaluasi sistem dan
metode penilaian hasil belajar?
Evaluasi Tanpa Tindak Lanjut Evaluasi Dengan Tindak Lanjut 33 etode pengajaran , responden yang menyatakan
an dengan tindak adanya proses belajar mengajar yang sesuai dengan saran atau masukan dari mahasiswa. Selain itu juga lebih nyaman karena merupakan hasil
Mahasiswa banyak dilibatkan dalam evaluasi, karena kan memang mahasiswa (metode) belajar yang disukai swa kan belum tentu sesuai dengan apa yang diatur sama dosennya. Jadi kita harus bisa menyuarakan apa yang kita inginkan. Kalau awalnya gak