• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah AKPI - Pancing Tonda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah AKPI - Pancing Tonda"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan Sebagai Tugas Mata Kuliah Alat Dan Kapal

Penangkapan Ikan

Dosen : Prof. Dr. Ir. H. Dulmiad Iriana

PANCING TONDA

DISUSUN OLEH :

1. Alya Mirza

( 230110140016 )

2. Fakhrizal Dwi R

( 230110140140 )

3. M. Ihsan Fadhyllah

( 230110140157 )

4. Dedeh Priyatna S

( 230110140169 )

5. Dwi Ari

( 230110140183 )

6. Nita Ulfah K

( 230110140196 )

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2015

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Alat dan Kapal Penangkapan Ikan ini dengan judul “Pancing Tonda”.

Makalah ini dikerjakan guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Alat dan Kapal Penangkapan Ikan, UNPAD. Terwujudnya makalah ini tentunya tidak lepas dari dorongan dan bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun pemikiran. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Dulmiad Iriana selaku Dosen Mata Kuliah Alat dan Kapal Penangkapan Ikan yang telah memberikan tugas mengenai makalah ini sehingga pengetahuan kami dalam penulisan Makalah ini semakin bertambah.

2. Teman-teman tim penulis yang telah memberikan semangat dan dukungan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

3. Pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, yang turut membantu penyusunan makalah ini.

Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian makalah ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi perbaikan-perbaikan ke depan. Semoga isi makalah ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan dan juga dapat dijadikan sebagai salah satu sumber referensi bagi peneliti selanjutnya yang berminat meneliti hal yang sama.

Jatinangor, 13 Oktober 2015 Tim Penulis,

(4)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...ii BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan Masalah...2 BAB II...3 PEMBAHASAN...3

2.1 Definisi dan Klasifikasi Pancing Tonda...3

2.2 Konstruksi Pancing Tonda...3

2.3 Gambar Pancing Tonda...4

2.4 Bahan Masing-masing Perangkat...6

2.5 Jumlah Nelayan dan Pekerjaannya...7

2.6 Ukuran, Dimensi dan Gambar Kapal...8

2.7 Alat Bantu Pancing Tonda...12

2.8 Umpan Pancing Tonda...17

2.9 Metode Pengoperasian Pancing Tonda...17

2.10 Daerah Pengoperasian...19 2.11 Hasil Tangkapan...19 BAB III...23 PENUTUP...23 3.1 Kesimpulan...23 3.2 Saran...23 DAFTAR PUSTAKA...24

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki sekitar 17.508 pulau, panjang garis pantai kurang lebih 81.000 km memiliki luas wilayah laut 5,8 juta km2 dengan dugaan potensi perikanan sebesar 6,1 juta ton per tahun. Tingkat pemanfaatan potensi ini diduga telah mencapai sekitar 60 % (Nikijuluw, 2002). Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang perikanan, tujuan pembangunan perikanan tangkap yaitu : (1) meningkatkan kesejahteraan nelayan; dan (2) menjaga kelestarian sumberdaya ikan dan lingkungannya. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, DKP (2004) mencantumkan sasaran pembangunan sub-sektor perikanan tangkap yang ingin dicapai pada akhir 2009 sebagai berikut : (1) tercapainya produksi perikanan tangkap sebesar 5,472 juta ton; (2) meningkatnya pendapatan nelayan rata-rata menjadi Rp 1,5 juta/bulan; (3) meningkatnya nilai eksport hasil perikanan menjadi US$ 5,5 milyar; (4) meningkatnya konsumsi dalam negeri menjadi 30 kg/kapita/tahun dan (5) penyerapan tenaga kerja perikanan tangkap (termasuk nelayan) sekitar 4 juta orang. Usaha pengembangan penangkapan ikan menghadapi beberapa kendala yang unik dan tidak ditemui pada produksi sektor pertanian lainnya, seperti : (1) sumberdaya berada dalam air dan bergerak; (2) produknya mudah sekali rusak; (3) mempunyai zona kritis; (4) milik umum dan (5) adanya pengaruh-pengaruh kondisi alami dalam eksploitasinya seperti adanya musim, arus, dan gelombang. Dengan demikian dalam pengembangan usaha penangkapan ikan sangat diperlukan adanya pertimbangan-pertimbangan biologi, teknik, ekonomi dan sosial. Salah satu jenis sumberdaya ikan laut, yang mempunyai nilai ekonomis penting dan mempunyai prospek yang baik adalah ikan cakalang. Potensi ikan pelagis besar di wilayah pengelolaan perikanan (WPP 4) yaitu di Selat Makassar dan Laut Flores sebesar 193,60 (103 ton/tahun) dan produksinya sebesar 85,10 (103 ton/tahun), dengan tingkat pemanfaatan sebesar 43,96 %. (DKP RI, 2004). Teknologi penangkapan yang umum digunakan di Indonesia untuk memanfaatkan 2 potensi sumberdaya ikan cakalang adalah purse

(6)

seine dan pancing ( pole and line,pancing tonda, pancing ulur dan long line), (Monintja, 1999)

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana definisi dan klasifikasi Pancing Tonda ?

2. Bagaimana konstruksi Pancing Tonda ? 3. Apa saja bahan masing-masing perangkat ?

4. Berapa jumlah nelayan dan bagaimana pembagian pekerjaannya ? 5. Bagaimana ukuran, dimensi dan gambar kapal ?

6. Apa saja alat bantu Pancing Tonda ?

7. Apa jenis umpan yang dipakai untuk Pancing Tonda ? 8. Bagaimana metode pengoperasian Pancing Tonda ? 9. Dimana daerah pengoperasian Pancing Tonda ? 10. Apa saja hasil tangkapan Pancing Tonda ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Definisi dan klasifikasi Pancing Tonda.

2. Konstruksi Pancing Tonda. 3. Bahan masing-masing perangkat. 4. Jumlah nelayan dan pekerjaannya. 5. Ukuran, dimensi dan gambar kapal. 6. Alat bantu Pancing Tonda.

7. Umpan yang dipakai untuk Pancing Tonda. 8. Metode pengoperasian Pancing Tonda. 9. Daerah pengoperasian Pancing Tonda. 10. Hasil tangkapan Pancing Tonda.

BAB II

PEMBAHASAN

(7)

Gambar 1. Ilustrasi Kapal dengan Pancing Tonda

Pancing tonda dikenal dengan nama “kap Tunda”,”pancing Irid”,”pancing pengencer”,”pancing pemalesan”,“pancing klewer” dan masih banyak nama-nama daerah lainnya. Alat penangkap ikan pancing tonda termasuk aktif, terdiri dari tali, mata pancing, swivel dan umpan buatan yang juga berfungsi sebagai pemberat yang di tarik di atas kapal. Pancing tonda diklasifikasikan kedalam alat tangkap pancing (Subani dan Barus 1989).

2.2 Konstruksi Pancing Tonda

Gambar 2. Konstruksi Pancing Tonda

Alat tangkap ini terdiri atas line atau tali panjang, mata pancing, penggulung tali, dan pemberat (biasanya sekalian umpan buatan). Tali pancing terbuat dari bahan polyamide (PA) monofilament No 60, panjang 40 meter per unit. Mata pancing ukuran no 7 atau no 8 terbuat dari bahan besi sebanyak tiga buah yang

(8)

diikat menjadi satu dengan memakai tipe simpul double sheet band. Penggulung tali terbuat dari bahan plastik atau kayu. Pemasangan bagian-bagian pancing dimulai dengan mengikat tiga buah pancing yang berukuran sama menjadi satu, kemudian masukkan tali pancing pada umpan buatan dari benang sutera. Setelah itu pancing diikatkan ke mata pancing sehingga satu unit pancing tonda siap dioperasikan (Handriana 2007). Parameter utama alat tangkap ini adalah jumlah dan ukuran mata pancing yang di operasikan dalam kegiatan penangkapan.

2.3 Gambar Pancing Tonda

Pancing tonda terdiri dari 2 komponen utama, yaitu tali (line), mata pancing (hook), kili-kili (swivel), tali kawat (stainles steel), dan umpan. Tali pancing biasanya terbuat dari bahan benang katun, nylon, atau polyethylen. Mata pancing dibuat dari kawat baja, kuningan atau bahan lain yang anti karat. Jumlah mata pancing yang terdapat pada setiap perangkat pancing bisa tunggal atau ganda, tergantung jenis pancingnya. Ukuran mata pancing yang digunakan tergantung jenis pancingnya. (Subani dan Barus, 1989)

Mata pancing yang digunakan bernomor 4, 5, dan 6. Ukuran pancing nomor 4 tinggi 6,5 cm dengan lebar 2,8 cm. Mata pancing nomor 5 tinggi 5,6 cm dengan lebar 2,5 cm. Sedangkan untuk mata pancing nomor 6 tinggi 5,2 cm dengan lebar 2,2 cm. (Nugroho, 2002). Parameter utama dari pancing tonda adalah ukuran mata pancingnya.

(9)

Gambar 4. Pancing Tonda

Tabel 1. Beberapa Sifat

Pancing Tonda yang

Digunakan

Nelayan Di Beberapa Negara Indo-Pasifik

(10)

Gambar 5. Komponen Pancing Tonda

Menurut (Alam Ikan 3 ), pancing tonda terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu:

a. Tali pancing yang terbuat dari polyamide monofilament no.60 dengan panjang 50 – 100 meter.

Gambar 6. Polyamide

Monofilament no. 60

b. Mata pancing bisa tunggal atau ganda tetapi ada juga yang menggunakan mata pancing 3 buah yang diikat menjadi satu memakai simpul double sheet band yang berfungsi untuk menjerat ikan.

c. Penggulung tali dari bahan plastik dan kayu waru.

Gambar 7.

Bagian-bagian Penggulung

(11)

d. Kili – kili (swivel) yang dipakai agar tali tidak terbelit. Parameter pancing Tonda adalah banyaknya mata pancing yang digunakan.

Gambar 8. Swivel

2.5 Jumlah Nelayan dan Pekerjaannya

Gambar 9. Nelayan yang Mengoperasikan Pancing Tonda

Jumlah nelayan yang dibutuhkan untuk mengoperasikan pancing tonda sebanyak 4-6 orang. Terdiri dari 1 orang nahkoda merangkap sebagai fishing master, 1 orang juru mesin dan 2-4 orang ABK yang masing-masing mengioperasikan satu atau lebih pancing pada saat operasi penangkapan berlangsung.

2.6 Ukuran, Dimensi dan Gambar Kapal

Pancing tonda umumnya di operasikan dengan kapal pancing tonda berukuran sekitar 3-10 GT. Ukuran perahu di banda aceh panjangnya 15-20 m dengan mesin diesel dalam berkekuatan 33 HP yang menggunakan 15 pancing. Secara rinci spesifikasi perahu pancing tonda adalah sebagai berikut :

1. Jenis perahu inboard engine (mesin dalam).

2. Dimensi : panjang (LOA) 10,75-12 meter (m), lebar (B) 2,85-3,50 meter (m), tinggi (D) 1-1,5 meter (m).

(12)

3. Bahan : kayu jati (Tektona grandis) dan kayu ulin (Eusiderrixylon spp.) . 4. Mesin utama (Yanmar 22 PK) dan mesin cadangan (Jiondang 18 PK).

Rata-rata berkekuatan 20-40 PK. 5. Bahan bakar solar.

6. Tanki BBM sebanyak 2 buah dengan kapasitas tiap tangki 250 liter. 7. Palkah sebanyak 3 buah, bagian luar dan penutupnya dari kayu, bagian

dalamnya dari alumunium (Handriana 2007). Penangkapan pancing tonda dilakukan di siang hari, kegiatan penangkapan bisa menggunakan perahu layar, atau kapal motor (Subani dan Barus 1989).

Kecepatan perahu pada saat menonda mempengaruhi keberhasilan penangkapan sesuai dengan tujuan ikan sasaran. Perahu/kapal untuk menangkap ikan pelagis jenis ikan umpan, kecepatan menonda harus lambat (1-3 knot). Waktu penangkapan ikan cakalang dan tuna muda di pagi hari dengan kecepatan perahu sekitar 4-5 knot, dan pada siang hari kecepatan menonda sekitar 7-8 knot (Nugroho, 1992).

Gambar 10.Bagian-bagian Kapal Pancing Tonda

Gambar 11. Penampang Kapal dan Pancing Tonda Saat Beroperasi beserta Bagiannya

(13)

Kapal tonda yang dimiliki nelayan di Maluku dengan daerah penangkapan yang luas dan jauh dari tempat pendaratan memiliki beberapa kelemahan antara lain: 1) ukuran kapal yang relatif kecil (p x l x d = 7 – 8m x 0,80 m x 0,65 m) dengan daya tampung hasil tangkapan sebesar 0,5 ton, 2) kapal tidak dilengkapi dengan peralatan navigasi maupun peralatan keselamatan kerja di laut, 3) mesin yang digunakan berbahan bakar bensin, 4) kapal tidak dilengkapi dengan tempat penyimpanan hasil tangkapan (cool books) yang memadai sehingga penanganan hasil tangkapan tidak efisien akibat ukuran kapal terlalu kecil. Konstruksi kapal tonda seperti halnya konstruksi kapal ikan lainnya, harus dibuat sekuat mungkin karena pada waktu operasi penangkapan sering berhadapan dengan bermacam-macam peristiwa laut seperti topan, badai, gelombang dan sebagainya.

Spesifikasi lama Arahan penyempurnaan Kondisi yang diharapkan Ukuran senar terlalu kecil

(No. 800)

Type kail “J” Shapped Tidak menggunakan bahan

Mendesain prototipe alat pancing tonda untuk dikembangkan di perairan Maluku

Ukuran senar agak besar (No 1000-1500)

(14)

pelindung dekat senar Tidak menggunakan Swivel

Ikan yang terkait pada mata pancing mudah terlepas Menggunakan 1 mata pancing shapped No 1 Menggunakan bahan pelindung dekat senar Menggunakan Swwivel dekat mata pancing

Ikan yang terkait sukar untuk terlepas Dapat dioperasikan lebih dari 1 unit pancing

Tabel 2. Spesifikasi desain alat tangkap pancing tonda

Gambar 12. Desain pancing tonda yang dioperasikan nelayan saat ini di perairan Maluku

(15)

Gambar 13. Prototipe alat pancing tonda yang diusulkan untuk dikembangkan menangkap ikan tuna di perairan Maluku

Berdasarkan pada kelemahan tersebut, Maluku dengan spesifikasinya dapat maka diusulkan jenis prototipe kapal dilihat pada Tabel 2.tonda untuk dikembangkan di perairan

Gambar 14. Kapal pancing tonda yang dioperasikan di perairan Maluku saat ini

Spesifikasi lama Kelemahan Spesifikasi baru Kondisi positif yangdiharapkan

Ukuran kapal kecil Daya tampung 0,5 ton Tidak dilengkapi dengan peralatan Pekerjaan pelaksanaan Operasi penangkapan tidak efektif

Hasil tangkapan tidak maksimal Ukuran kapal diperbesar Daya tampung 0,8 ton Dilengkapi dengan peralatan Pelaksanaan operasi penangkapan dapat berjalan dengan lancar Hasil tangkapan dapat lebih banyak ditampungDapat

(16)

navigasi atau peralatan keselamatan kerja di laut Menggunakan bahan bakar bensin Tidak dilengkapi dengan peralatan penanganan hasil tangkapan yang efektif Jumlah ABK 2 orang Mesin 25 PK Dapat menyebabkan hilangnya nelayan di laut Biaya operasional besar Hasil tangkapan hanya untuk konsumsi lokal

Operasi penangkapan tidak efektif

Kecepatan kapal lebih lambat karena

disesuaikan dengan ukuran kapal

navigasi seperti life jacket dan kompas Menggunakan bahan bakar minyak tanah Dilengkapi dengan desain palka yang baru Jumlah ABK > 2 orang Mesin 40 PK membantu nelayan dalam keselamatan kerja di laut

Dapat menekan biaya operasional sehingga dapat menguntungkan nelayan Produk hasil tangkapan dapat di eksport Dapat menambah lapangan pekerjaan Kecepatan kapal lebih besar sehingga oleh gerak kapal lebih baik

Tabel 3. Spesifikasi dan kondisi positif yang diharapkan kapal pancing tonda di perairan Maluku

2.7 Alat Bantu Pancing Tonda

Alat bantu pancing tonda yaitu rumpon. Rumpon berfungsi untuk mengmpulkan ikan sehingga nelayan tidak susah untuk mencari ikan (Subani dan Barus 1989).

Rumpon biasa juga disebut dengan Fish Agregation Device (FAD), yaitu suatu alat bantu penangkapan yang berfungsi untuk memikat ikan agar berkumpul dalam suatu catchable area. Bahan dan komponen dari rumpon bermacam-macam, tetapi secara ringkas setiap rumpon terdiri dari beberapa komponen seperti pada Tabel 1. Di Indonesia, umumnya rumpon masih menggunakan bahan-bahan alami, sehingga daya tahannya juga sangat terbatas. Nelayan umumnya menggunakan pelampung dari bambu, sedangkan tali temalinya masih menggunakan bahan alamiah, biasanya dari rotan dan pemberatnya menggunakan batu sedangkan atraktornya daun kelapa. Rumpon jenis ini biasanya dipasang di perairan dangkal dengan tujuan untuk mengumpulkan ikan-ikan pelagis kecil.

(17)

Rumpon dalam bahasa kelautan adalah karang buatan yang dibuat oleh manusia dengan tujuan sebagai tempat berkumpul ikan. Rumpon merupakan rumah buatan bagi ikan di dasar laut yang dibuat secara sengaja dengan menaruh berbagai jenis barang di dasar laut seperti ban, dahan dan ranting dengan pohonnya sekaligus. Barang–barang tersebut dimasukkan dengan diberikan pemberat berupa beton, batu–batuan dan penberat lainnya sehingga posisi dari rumpon tidak bergerak karena arus laut. Barang–barang yang dimasukkan kedalam laut dapat terus ditambah secara berlanjut untuk menambah massa rumpon.

Pembuatan rumpon ikan sebenarnya adalah salah satu cara untuk mengumpulkan ikan, dengan membentuk kondisi dasar laut menjadi mirip dengan kondisi karang-karang alami, rumpon membuat ikan merasa seperti mendapatkan rumah baru. Meski untuk mengetahui keberhasilanya dibutuhkan waktu yang tidak sedikit sekitar 3- 6 bulan namun usaha pembuatan rumpon ini merupakan solusi terbaik meningkatkan hasil perikanan di laut

Agar kepemilikkan rumpon tidak tertukar atau hilang, maka diberi tanda, misalnya dengan bendera, pelampung, cermin atau tanda lain sesuai keinginan pemiliknya. Pembuatan rumpon selain untuk diambil hasil ikannya untuk keperluan sendiri, dapat juga disewakan kepada para pemancing laut yang memang mencari kesenangan mencari ikan di lokasi yang banyak ikannya. Para pemancing yang memang membutuhkan hot spot memancing yang bagus dapat menyewa pemilik rumpon ini sebagai alternatif memancing yang cukup mudah.

Jenis-jenis Rumpon

Terdapat 3 jenis rumpon, yaitu:

 Rumpon Perairan Dasar adalah alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dan ditempatkan pada dasar perairan laut.

(18)

 Rumpon Perairan Dangkal adalah alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dan ditempatkan padaperairan laut dengan kedalaman sampai dengan 200 meter.

 Rumpon Perairan Dalam adalah alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dan ditempatkan pada perairan laut dengan kedalaman diatas 200 meter.

Penggunaan rumpon tradisional di Indonesia banyak ditemukan di daerah Mamuju (Sulawesi Setatan) dan Jawa Timur. Menurut Monintja (1993) rumpon banyak digunakan di Indonesia pada tahun 1980, sedangkan Negara yang sudah mengoperasikan rumpon diantaranya Jepang, Philipina, Srilanka, Papua Nugini dan Australia.

Beberapa alasan mengapa ikan sering ditemukan disekitar rumpon:

 Banyak ikan- ikan kecil dan plankton yang berkumpul disekitar rumpon dimana ikan dan plankton tersebut merupakan sumber makanan bagi ikan besar.

 Ada beberapa jenis ikan seperti tuna dan cakalang yang menjadikan rumpon sebagai tempat untuk bermain sehingga nelayan dapat dengan mudah untuk menangkapnya.

 Nelayan dapat mengetahui banyak ikan di daerah rumpon dengan beberapa ciri yang khas yaitu: Banyaknya buih-buih atau gelembung udara dipermukaan air. Warna air akan terlihat lebih gelap dibandingkan dengan warna air disekitarnya karena banyak ikan yang bergerombol.

(19)

Gambar 15. Rumpon

Adanya ikan di sekitar rumpon berkaitan pula dengan pola rantai makanan dimana rumpon menciptakan suatu arena makan dan dimulai dengan tumbuhnya bakteri dan mikroalga ketika rumpon mulai dipasang. Selanjutnya mahluk renik dan hewan-hewan kecil akan menarik ikan-ikan yang berukuran lebih besar yang memangsa ikan-ikan berukuran kecil. Berdasarkan hasil analisa isi perut dari ikan-ikan yang berada di sekitar rumpon didapatkan bahwa ikan-ikan kecil yang berkumpul di sekitar rumpon tidak memakan daun-daun rumpon tetapi memakan jenis-jenis plankton yang berada di sekitar rumpon. Konstruksi Rumpon

Bahan dan Komponen Rumpon Setiap rumpon terdiri dari beberapa komponen. Di Indonesia rumpon masih menggunakan bahan alami seperti daun kelapa, tali plastik yang sudah pasti kekuatannya sangat terbatas.

Di Jawa Barat konstruksi rumpon masih sederhana sekali, pada umumnya pelampungnya dari bambu dan tali temalinya dari bahan plastik atau rotan, pemberatnya dari batu gunung atau batu karang sedangkan atraktornya menggunakan daun kelapa. Rumpon jenis ini banyak dioperasikan di laut yang dangkal dengan tujuan untuk rnengumpulkan ikan pelagis yang kecil – kecil. Untuk perairan yang mempunyai kedalaman sampai ribuan meter digunakan tali.

Di negara maju seperti Jepang dan Philipina rumpon yang dipasang selalu dilengkapi alat pendeteksi ikan yang dapat memonitor dari kapal penangkapannya.

(20)

No. Komponen Bahan

1 Float Bambu, Plastik

2 Tali Tambat (mooring line) Tali,Wire, Rantai, Swivel

3 Pemikat ikat (atractor) Daunkelapa, Jaring bekas

4 Pemberat (bottom sinker) Batu, Beton

Tabel 4. Komponen pokok dan bahan dari sebuah rumpon Sumber: Sudirman, 2004

Tidak semua ikan ditemukan disekitar rumpon. Ikan jenis pelagis merupakan ikan dominan yang sering ditemukan di dalam rumpon. Jenis-jenis Ikan yang Sering Berasosiasi dengan Rumpon, (Monintia, 1993):

Cakalang – Skipjack- Katsuwonus pelamis

Tongkol – Frigate Tuna- Auxis thazard

Tongkol Pisang-Frigate Tuna- Euthynnus affinis

Tenggiri- King Mackeret- Scomberomorus sp

Madidihang -Yellow Fin Tuna- Thunnus albacares

(21)

Japuh Rainbow -Sardin -Dussumeria hosselti

2.8 Umpan Pancing Tonda

Umumnya ikan mendeteksi mangsa melalui reseptor yang dimilikinya, dan hal ini bergantung pada jenis reseptor tertentu yang mendominasi pada jenis ikan tersebut. Pemilihan umpan disesuaikan dengan kesukaan makan ikan sasaran, dengan mempertimbangkan kemampuan ikan mendeteksi makanan (Gunarso, 1998).

Umumnya pancing tonda menggunakan umpan tiruan (imitation bait), ada pula yang menggunakan umpan benar (true bait). Umpan tiruan tersebut bisa dari bulu ayam (chicken feaders), bulu domba (sheep wools), kain-kain berwarna menarik, bahan dari plastik berbentuk miniatur menyerupai aslinya (misalnya: cumi-cumi, ikan layang, kembung, bandeng, belanak, lemuru dan tembang dan lain-lainnya) (Subani & Barus, 1989). Umpan merupakan satu-satunya perangsang bagi ikan untuk mendekati mata pancing dalam pengoperasian pancing tonda. Ukuran umpan tergantung ukuran mata pancing, pancing ukuran 10 menggunakan ukuran umpan 2,5 cm; pancing ukuran 9 menggunakan umpan 6,5 cm; pancing ukuran 5-7 menggunakan umpan ukuran 10,5 cm (Nurani, 2010).

2.9 Metode Pengoperasian Pancing Tonda

 

Gambar 16. Ilustrasi Pengoperasian Pancing Tonda ; Macam-macam Umpan 1. Persiapan melakukan operasi penangkapan

(22)

Persiapan dibagi 2 tahap yaitu persiapan didarat dan persiapan dilaut. Pengecekan dan pengisian bahan bakar, pengecakan perahu dan mesin, pengecekan alat tangkap dan alat bantu pangkapan dan lain-lain merupakan tahap persiapan pengoperasian didarat. Persiapan pengoperasiaan dilaut meliputi pengaturan tali pancing dan gulungan pada posisi yang telah ditentukan. Tahap metode pengoperasiaan yang biasa dilakukan adalah tahap awal siapkan perahu dan segala alat yang dibutuhkan, perahu menuju daerah penangkapan, pancing diturunkan, kemudiaan ditarik. Lama penarikan tergantung dari ada tidaknya hasil tangkapan, apabila diketahui ada ikan yang kena pancing, kemudian pancing ditarik, hasil tangkapan diambil, lalu pancing diturunkan lagi. Tahap ini dilakukan berulang kali. (Departemen Kelautan dan Perikanan. 2003) Kapal melakukan satu kali trip selama 7 hari sesuai perbekalan yang dibawa. Dalam satu hari dapat melakukan setting dan hauling, untuk pancing tonda sendiri dua kali. Untuk operasi penangkapan dengan alat tangkap pancing tonda dilakukan dua kali dalam sehari yaitu: pertama dilakukan pagi hari sekitar pukul 05.00 WIB dan berakhir paling lama sekitar pukul 08.00 WIB, yang kedua dilakukan sekitar pukul 16.00 WIB dan berakhir sekitar pukul 17.00 WIB.

2. Setting

Setting yang pertama dilakukan adalah melempar (casting) mata pancing yang telah diberi umpan. Proses penurunan pancing tonda dilakukan satu per satu agar posisi setiap pancing tonda bisa diatur dan mencegah pembelitan antar pancing tondanya. Setelah umpan terlempar ke air maka benang senar yang merupakan tali utama pancing (main line) ikut terulur sampai pada senar tali pegangan. Bila tali pancing terulur sampai tali pegangan, langkah selanjutnya adalah menambatkan ujung tali pegangan pada tongkat untuk pancing yang berada di samping kapal dan pada buritan kapal untuk pancing yang dioperasikan di belakang kapal ( Nurchaya 2014 ).

3. Hauling

(23)

kapal. Kecepatan kapal saat hauling ditambah menjadi 3,5 -4,5 knot. Proses ini dilakukan dengan cara menarik pancing secara cepat setelah ikan memakan umpan. Penarikan dilakukan oleh ABK secara cepat yang bertujuan agar pancing berikutnya bisa diturunkan lagi perairan. Ikan hasil tangkapan tadi dilepaskan dari mata pancing dan langkah selanjutnya dilakukan penanganan pasca tangkap. Penarikan pancing tonda dimulai dari penarikan benang senar untuk pegangan kemudian penarikan senar utama. Setelah penarikan tali utama sudah selesai maka ikan dapat diangkat ke atas dek dan ikan dilepas dari kait. Untuk pancing tonda yang terpasang di samping kapal yaitu di tongkat, penarikan dimulai dari tali utama yang terkait dengan snap yang berada di tali pegangan (Nurchaya 2014). Apabila tali utama yang berada pada tali pegangan tertarik dan mendekati perahu langkah selanjutnya adalah menarik pancing seperti penarikan pancing tonda di buritan kapal. Proses hauling memerlukan waktu antara 2-3 menit. Ikan yang terlepas dari kail akan dimasukkan ke dalam wadah yang berada di dek belakang kapal (buritan). Wadah ini bersifat sementara yang berfungsi untuk mempermudah dalam pengemasan dalam palkah atau cool box tempat pengawetan ikan.

2.10 Daerah Pengoperasian

Menurut Hetharuca diacu dalam handriana 2007, daerah penangkapan ikan dengan menggunakan pancing tonda merupakan daerah dimana oprasi penangkapan ikan berlangsung yang diduga tempat ikan-ikan bergerombol, biasanya daerah yang menjadi sasaran tangkapan adalah daearh dimana terdapat ikan tuna yaitu pertemuan antara 2 arus yang terjadi, tempat terjadinya Upwelling, konvergensi, dan divergensi yang merupakan daearh berkumpulnya plankton, perairan yang memiliki salinitas 34%, temperatur optimum berkisar anatar 150C-300C pancing tonda juga di operasikan di daerah tempat ikan-ikan pelagis. Pancing tonda dioprasikan dibeberapa daerah seperti india, pelabuhan ratu, teluk lampung, banda aceh dan lain-lain.

2.11 Hasil Tangkapan

Menurut Monintja dan Martasuganda 1994 diacu dalam handriana 2007, secara umum hasil tangkapan utama pancing tonda adalah ikan pelagis yang

(24)

bernilai ekonomis tinggi seperti ikan tuna (Katsuonus sp.) dan ikan cakalang. Selain ikan-ikan tersebut pancing tonda dipergunakan untuk menangkap ikan yellowfin, skipjock, swordfish, dorado dan ikan pelagis lainnya.

Jenis-jenis ikan ekonomis penting yang dapat ditangkap dengan tonda diantaranya adalah tongkol (Thunnus tonggol ; Bleeker, 1851), Lemadang (Coryphaena hippurus (Linn ).ȇ

a. Tongkol

Tongkol menghindari perairan yang sangat keruh dan perairan bersalinitas rendah seperti estuari. Tongkol hidup mengumpul (schoolling) dengan ukuran individu berbeda. Bergerak lincah disekitar rumpon, Memakan berbagai jenis ikan, cumi, dan krustasea, khususnya stomatopod larva dan udang (Collette, B.B dalam Carventer, 1999).

b. Lemadang

Ikan pelagis, hidup di perairan terbuka hingga tepi pantai. Senang mengikuti kapal dan berkumpul di bawah benda-benda apung yang hanyut di laut. Menyebar hampir di seluruh perairan tropis hingga sub tropis.

c. Layaran, Marlin dan Todak

Gambar 17. Blue marlin; Makaira mazara (Jordan & Sneider)

(25)

Gambar 19. Penumbuk; Tetraptulus brevirostris (Lac p de)ȇ ȇ

Gambar 20. Layaran; Histiophorus orientalis (Temmick & Schlegel)

Gambar 21. Alu-alu; Sphyraena forsteri (Cuvier & Valencienes)

Gambar 22. Cucut ronggeng; Sphyrna lewini (Griffith).

(26)

Gambar 24. Todak; Xiphias gradius (Linn )ȇ

(27)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pancing Tonda merupakan alat tangkap ikan tradisional yang bertujuan untuk menangkap ikan-ikan jenis pelagis. Pancing Tonda dikelompokan ke dalam alat tangkap pancing. Pengoperasian Pancing Tonda dilakukan oleh 4-6 orang dan sebaiknya dilakukan siang hari karena menggunakan umpan tiruan untuk mengelabuhi penglihatan ikan. Pancing tonda dikenal dengan nama “kap Tunda”, “pancing Irid”, “pancing pengencer”, “pancing pemalesan”, atau “pancing klewer”. Pancing Tonda terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu: tali pancing yang terbuat dari monofilament no.50 dan 100 dengan panjang antar 60-200 m. Mata pancingntunggal atau ganda. Daerah penangkapan ikan dengan menggunakan pancing tonda merupakan daerah dimana operasi penangkapan ikan berlangsung ditempat/titik yang diduga tempat berkumpulnya ikan-ikan. Secara umum hasil tangkapan utama pancing tonda adalah ikan pelagis yang bernilai ekonomis tinggi seperti ikan tuna (Katsuonus sp) dan ikan cakalang. Selain ikan-ikan tersebut pancing tonda dipergunakan untuk menangkap ikan-ikan yellowfin, skipjock, swordfish, dorado dan ikan pelagis lainnya.

3.2 Saran

Meskipun Pancing dan Kapal Tonda lebih terkenal dan lebih terpakai dikawasan Maluku, ada baiknya jika lebih disebar lagi atau diperbanyak lagi jenis-jenis pancing tonda diseluruh wilayah Indonesia. Karena bukan saja di Maluku terdapat titik-titik perkumpulan ikan. Bisa dibilang pancing tonda adalah alat sederhana. Tapi dapat dilihat hasilnya cukup menguntungkan, dan tidak membahayakan populasi ikan-ikan disana. Tidak ada eksploitasi. Mungkin juga perbesaran kapal dan penambahan awak kapal bisa mencapai hasil yang maksimal.

(28)

DAFTAR PUSTAKA

http://www.iftfishing.com

( Diakses pada 3 Oktober 2015 @20:15 WIB )

http://himafarin.lk.ipb.ac.id/files/2014/04/MPI-INDONESIA-BAGIAN-DUA.pdf ( Diakses pada 3 Oktober 2015 @21:56 WIB )

https://www.scribd.com/doc/93934728/Pancing-tonda-supardi ( Diakses pada 5 Oktober 2015 @16:13 WIB )

http://www.academia.edu/9777482/PERNGOPERASIAAN_PANCING_TONDA ( Diakses pada 7 Oktober 2015 @20:12 WIB )

https://id.wikipedia.org/wiki/Rumpon

( Diakses pada 11 Oktober 2015 @12:03 WIB )

http://www.alamikan.com/2015/05/pengoperasian-alat-tangkap-pancing-tonda.html

( Diakses pada 11 Oktober 2015 @15:43 WIB )

http://www.damandiri.or.id/file/andiheryantirukkaipbbab4.pdf ( Diakses pada 11 Oktober 2015 @15:43 WIB )

Gambar

Gambar 1. Ilustrasi Kapal dengan Pancing Tonda
Gambar 3. Komponen Pancing Tonda
Gambar 4. Pancing Tonda
Gambar 5. Komponen Pancing Tonda
+7

Referensi

Dokumen terkait

tersebut diatas maka Pokja Barang ULP kepulauan Aru memutuskan bahwa Lelang Pengadaan Sarana Penangkapan Pancing Tonda (Trolling Lines) 25 Unit dinyatakan lelang G A

BELANJA SARANA PERIKANAN TANGKAP KAPAL IKAN UKURAN 1,5 GT ( FIBER GLASS) DENGAN ALAT TANGKAP PANCING TONDA PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN ARU. UNIT LAYANAN PENGADAAN KELOMPOK

Sehubungan dengan pekerjaan BELANJA SARANA PERIKANAN TANGKAP KAPAL IKAN UKURAN 1,5 GT ( FIBER GLASS) DENGAN ALAT TANGKAP PANCING TONDA pada DINAS PERIKANAN dan Berdasarkan Berita

Adapun kegiatan administrasi keluar masuk kapal pancing tonda di Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi di mulai dari Nakhoda atau pengurus kapal mengurus Surat Tanda

Cukup banyak digunakannya pancing tonda menjadikan alat tangkap ini sebagai alat tangkap yang cukup penting pada usaha penangkapan ikan pelagis besar di Laut Banda.. Sehubungan

pada siang hari, pengoperasian pancing tonda dilakukan dengan cara ditarik di belakang perahu atau kapal yang bergerak maju secara horizontal menelusuri lapisan permukaan air

Kenaikan jumlah trip penangkapan dan jumlah kapal yang beroperasi seiring dengan meningkat jumlah rumpon yang dipasang di selatan Pelabuhan Ratu yaitu dari 4 unit pada tahun

Sebagian besar unit perikanan tonda dengan rumpon milik nelayan Sendang Biru tidak memiliki dokumen kapal yang lengkap untuk memanfaatkan sumberdaya pada wilayah