• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PROGRAM USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH (UKGS) DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KOTA PARIAMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI PROGRAM USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH (UKGS) DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KOTA PARIAMAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

46

Anses Warman

(Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang)

ABSTRACT

UKGS is an effort dental hygiene schools. This type of research is a qualitative research method of observation and in-depth interviews. The main informants is six dentists and six dental nurses, while the informant triangulation six heads of health centers and a section chief, Section of Maternal, Child and Elderly (Pariaman City Health Office). The results showed that the low achievement of the activities undertaken UKGS. The attention of local government is not optimal toward the implementation of UKGS, seen from the lack of sufficient funds to support the activities. The limited attention of the government and its business units related to the program UKGS, making implementation UKGS can not be run in accordance with what is expected. For the expected emergence of a shared vision of the implementation of that program UKGS prevention of dental disease in the community can be implemented and achieve its objectives.

Keywords : UKGS, Prevention, dental disease

ABSTRAK

UKGS merupakan upaya kesehatan gigi sekolah yang ditujukan bagi anak usia sekolah di lingkungan sekolah dari tingkat pelayanan promotif, promotif-preventif, hingga pelayanan paripurna, dengan sasaran semua anak sekolah tingkat pendidikan dasar yaitu dari usia 6 sampai 14 tahun, dan dapat diperluas sampai dengan usia 18 tahun 11 tahun. Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif dengan metode observasi dan wawancara mendalam. Informan utama adalah enam dokter gigi dan enam perawat gigi, sedangkan informan triangulasi enam kepala puskesmas dan satu kepala seksi, Seksi Kesehatan Ibu, Anak dan Lansia (Dinas Kesehatan Kota Pariaman). Hasil penelitian menunjukan bahwa masih rendahnya pencapaian dari kegiatan UKGS yang dilaksanakan. Belum optimalnya perhatian pemerintah daerah terhadap pelaksanaan UKGS, terlihat dari ketiadaan dana yang cukup untuk menunjang kegiatan. Masih rendahnya perhatian pemerintah dan satuan kerja terkait terhadap program UKGS, membuat pelaksanaan UKGS tidak dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Untuk diharapkan timbulnya persepsi yang sama tentang pelaksanaan UKGS sehingga program pencegahan terhadap penyakit gigi pada masyarakat dapat terlaksana dan mencapai tujuannya.

(2)

47

PENDAHULUAN

Prevalensi penduduk provinsi Sumatera Barat mempunyai masalah gigi dan mulut dalam 12 bulan terakhir

(potential demand) adalah 22,1%.

Diantara mereka, terdapat 35,3 % yang menerima perawatan dan pengobatan dari tenaga medis (perawat gigi, dokter gigi atau dokter gigi spesialis), sementara 64,7% lainnya tidak dilakukan perawatan. Secara keseluruhan keterjangkauan / kemampuan untuk mendapatkan pelayanan dari tenaga medis gigi/EMD hanya 7,8 %. Penduduk yang berobat gigi di provinsi Sumatera Barat dengan memanfaatkan dokter gigi spesialis sebesar 3,6 %, dokter gigi 42,1%, perawat gigi 12,8 %, paramedik lainnya 35,1%, tukang gigi 1,8 % dan tenaga kesehatan lainnya sebesar 10,2 %.

Proporsi penduduk propinsi Sumatera Barat ≥ 10 tahun (93,7%) menyikat gigi setiap hari. Sebagian besar penduduk juga menyikat gigi pada saat mandi pagi, yaitu sebesar 94,3 %. Sebagian besar penduduk juga menyikat gigi pada saat mandi sore, yaitu sebesar 73,5 %. Kebiasaan yang keliru hampir merata tinggi di seluruh kelompok umur. Kebiasaan benar menyikat gigi penduduk Sumatera Barat hanya 1,4 %. Indeks DMF-T menggambarkan tingkat keparahan kerusakan gigi. Indeks DMF-T

merupakan penjumlahan dari indeks

D-T,M-T, dan F-T. Indeks DMF-T ini

meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Indeks DMF-T Provinsi Sumatera Barat sebesar 6,2,

lebih tinggi dari angka Indonesia

sebesar 4,6 dengan nilai masing-masing : D-T=3,23; M-T=2,94; F-T=0,10; yang berarti kerusakan gigi penduduk Sumatera Barat 620 buah gigi per 100 orang.

Kota Pariaman merupakan salah satu dari 19 Kabupaten/Kota yang ada di Propinsi Sumatera Barat. Kota Pariaman diresmikan sebagai Kota Otonom dengan diberlakukannya UU Nomor 12 Tahun 2001. Secara geografis pada bagian pantai Barat Sumatera pada posisi 0°33 00‟„-01°0‟ 40‟‟43” Lintang Selatan dan 100° ‟ 33‟‟-100° 10‟ 55‟‟ Bujur Timur. Kota Pariaman terbentang pada jalur strategis Lintas Sumatera Bagian Barat yang menghubungkan Provinsi Sumatera Utara da Kota Pariaman dengan kira-kira 56 kilometer dari Padang, sekitar 1,5 jam perjalanan dengan bis dan kira-kira 25 kilometer dari Bandara Internasional Minang Kabau.

Luas daratan Kota Pariaman 73,54 km2 sedangkan luas Lautan 282,69 km2, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : a) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan V

(3)

48

Koto, b) Sebelah Selatan berbatasan dengan KKecamatan Nan Sabaris dan Kec. VII Koto, c) Sebelah Barat dengan Samudera Indonesia, d) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan VII Koto.

Berdasarkan Buku Pariaman Dalam Angka tahun 2010, tercatat jumlah penduduk Kota Pariaman sebanyak 77.201 jiwa yang terdiri dari 37.138 jiwa laki-laki dan 40.063 jiwa perempuan dengan kepadatan penduduk rata-rata 1054 jiwa per km2. Sex ratio 94. Berdasarkan usia, Usia Muda (0-14 th) berjumlah 27.071 jiwa, Usia Produktif (15-64 th) berjumlah 44.832 jiwa dan Usia Tua (>64th) 5.298 jiwa.

Indikator kinerja makro bidang ekonomi yang paling sering digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB ini merupakan jumlah nilai tambah barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Perkembangan Pembangunan bidang ekonomi Kota Pariaman cendrung mengalami peningkatan dari tahun ke 284 tahun. Sekarang sedang dibangun dermaga pelabuhan bertaraf Internasional di Ulakan sebelah barat Kota Pariaman yang akan meningkatkan taraf hidup masyarakat. Keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan terkait dengan daya beli

rendah juga menjadi hambatan besar dalam pemenuhan kebutuhan terhadap makanan yang sehat sehingga dapat melemahkan daya tahan tubuh yang dapat berdampak pada kerentanan untuk terserang penyakit-penyakit tertentu. Fenomena gizi buruk dan kurang seringkali dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang buruk jika merujuk pada fakta bahwa keterbatasan pemenuhan pangan dapat menyebabkan busung lapar, Kwashiorkor, penyakit kekurangan vitamin seperti Xeropthalmia, Scorbut,dan beri-beri. Disamping itu makin tingginya angka penyakit tidak menular.

Kesehatan Gigi dan Mulut, adalah program pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan Puskesmas kepada masyarakat baik didalam maupun diluar gedung (mengatasi kelainan atau penyakit rongga mulut dan gigi), bahkan fakta dijumpai bahwa penyakit gigi dan mulut merupakan salah satu dari 10 penyakit yang terbanyak di jumpai di Puskesmas di Pariaman. Namun dalam pelaksanaannya, program kesehatan gigi dan mulut merupakan program pengembangan puskesmas, bukan program utama. Sehingga dalam penganggaran biaya pelaksanaan program tidak mendapat

(4)

49

porsi yang memadai, hal ini terjadi

untuk seluruh wilayah di Indonesia. Berdasarkan SK Menkes RI No 128/MKes/SK/II/2004 tentang kebijakan dasar Pusat Kesehatan Masyarakat Depkes RI dinyatakan bahwa Usaha Kesehatan Sekolah dan salah satu program yang ada di dalamnya yaitu Usaha Kesehatan Gigi sekolah (UKGS) merupakan program pengembangan yang mana segala upaya peningkatan dan pengembangan kesehatan di sekolah diupayakan melalui Tim Pembina UKS pusat dan Tim Pembina UKS di daerah secara berjenjang. Usaha Kesehatan Gigi Sekolah adalah upaya kesehatan yang sangat relevan dalam pelaksanaan upaya pencegahan penyakit gigi dan mulut. UKGS ditujukan untuk memelihara, meningkatkan kesehatan gigi dan mulut seluruh peserta didik di sekolah yang ditunjang dengan upaya pelayanan kesehatan perseorangan (kuratif) yang meliputi pengobatan ringan dan pertolongan pertama untuk menghilangkan rasa sakit gigi di sekolah oleh guru UKS atau dokter kecil, pencabutan gigi sulung bagi yang yang memerlukan.

Program UKGS telah dilaksanakan sejak tahun 1951, tetapi dampak program UKGS terhadap status kesehatan gigi murid sekolah dasar di Kota Pariaman hingga saat ini

belum memuaskan. Berdasarkan pantauan di lapangan terdapat adanya permasalahan kejenuhan dan pesimis atas program UKGS dari tenaga kesehatan dan pihak sekolah.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif dengan metode observasi dan wawancara mendalam. Informan utama adalah enam dokter gigi dan enam perawat gigi,

sedangkan informan triangulasi enam kepala puskesmas, hasil penelitian juga dilengkapi dengan penelusuran kepustakaan.

HASIL PENELITIAN

Effective Medical Demand (EMD)

didefinisikan sebagai persentase penduduk yang bermasalah dengan gigi dan mulut dalam 12 bulan terakhir x persentase penduduk yang menerima perawatan atau pengobatan gigi dari tenaga medis (Dokter gigi spesialis, dokter gigi dan perawat gigi). Proporsi penduduk Kota Pariaman usia ≥ 10 tahun yang mengalami masalah dengan kesehatan gigi dan mulut adalah 16,3 %. Dari jumlah yang bermasalah tersebut menerima perawatan dari Dokter gigi Spesialis 4,1%, dokter gigi 39,2%, dan yang dilayani perawat gigi 1,8%. Dari paramedik lainnya 16,7%, Tukang Gigi

(5)

50

2,2% dan lainnya 40,6%. Effective

Medical Demand (EMD) untuk kota

Pariaman adalah 7,88.

Penyakit Gigi-Mulut merupakan Faktor Risiko dan Fokal Infeksi Penyakit Sistemik. Oleh sebab itu seseorang dikatakan tidak sehat bila tidak memiliki Gigi-Mulut yang sehat. Hampir seluruh masyarakat dunia menderita penyakit gigi dan mulut. Riskesdas 2013 melaporkan 75% penduduk Indonesia mengalami riwayat karies gigi; dengan tingkat keparahan gigi (indeks DMF-T) sebesar 5 gigi setiap orang. Kota Pariaman didapatkan data keparahan gigi (indeks DMF-T) sebesar 5,5 gigi setiap orang, dengan rincian Indeks D (Decay) 2,34, Indeks M (Missing) 3,12, dan Indeks F (Filling) sebesar 0,04. Sementara masyarakat yang bebas dari karies sebesar 65,1%. Dapat dibayangkan betapa besar beban pelayanan kesehatan gigi apabila masyarakat kota Pariaman menyadari penyakitnya dan datang berobat ke pelayanan.

Temuan selanjutnya yang mendukung adalah angka keperawatan yang sangat rendah, terjadinya keterlambatan perawatan yang tinggi, dan kerusakan gigi sebagian besar berakhir dengan pencabutan. Riskesdas 2013 juga melaporkan sebagian besar penduduk kota Pariaman (95,8%) berperilaku menyikat

gigi setiap hari, yang menggosok gigi setiap mandi pagi 92,8%, mandi sore 85,7%, sesudah makan pagi 1,5%, sesudah bangun pagi 13,0%, sebelum tidur malam 16,5%, mandi pagi dan sore 16,8%, namun perilaku yang benar baru mencapai 0,7% jauh dari pencapaian nasional 7%.

Kegiatan UKGS

Pada tahun 2005 jumlah puskesmas di Kota Pariaman sebanyak 4 buah dan meningkat menjadi 6 buah pada tahun 2007 (2 belum berfungsi), pada tahun 2008 puskesmas di Kota Pariaman meningkat menjadi 6 Puskesmas., dengan jumlah puskesmas perawatan sebanyak 1 buah. Secara konseptual, puskesmas menganut konsep wilayah dan diharapkan dapat melayani sasaran penduduk rata-rata 30.000 penduduk. Dengan jumlah Puskesmas tersebut berarti 1 puskesmas di Kota Pariaman rata-rata melayani sebanyak 20.288 jiwa. Puskesmas pembantu pada tahun 2007 berjumlah 9 buah. Pada tahun 2008 jumlah Puskesmas Pembantu sebanyak 13 buah. Rasio Puskesmas terhadap puskesmas pada tahun 2007 rata-rata 2.2 : 1 , artinya setiap puskesmas didukung oleh 2 sampai 3 Puskesmas Pembantu dalam memberikan pelayanan Kesehatan kepada masyarakat, selain itu dalam menjalankan tugas operasionalnya

(6)

51

didukung oleh Puskesmas keliling

sejumlah 14 buah.

Salah satu kegiatan Puskesmas adalah Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). UKGS di lingkungan tingkat pendidikan dasar mempunyai sasaran semua anak sekolah tingkat pendidikan dasar yaitu dari usia 6 sampai 14 tahun, sasaran UKGS dapat diperluas sampai dengan usia 18 tahun. Sasaran UKGS dalam wilayah kerja Puskesmas yaitu 100% SD melaksanakan pendidikan/ penyuluhan kesehatan gigi dan mulut sesuai dengan kurikulum Diknas, minimal 80% SD/MI (Madrasah Ibtidaiyah) melaksanakan sikat gigi masal, minimal 50% SD/MI

mendapatkan pelayanan medik gigi dasar atas permintaan, dan minimal 30% SD/MI mendapatkan pelayanan medik gigi dasar atas dasar kebutuhan Secara keseluruhan jumlah murid pada Sekolah-sekolah yang menyelenggarakan Pendidikan dasar ini berjumlah 11.246 murid, belajar pada 503 Kelas dan diajar oleh 799 orang Guru.

Dari data yang didapatkan terhadap pelaksanaan program UKGS di kota Pariaman, pencapaian untuk tahun 2013 masih jauh dari target nasional.

Tabel 1: Data Unit Sekolah Dasar Setingkat Kota Pariaman Tahun 2013

Unit Sekolah Jumlah

Sekolah Dasar Negeri 71

Sekolah Dasar Swasta 2

Madrasah Ibtidayah Negeri 2 Madrasah Ibtidayah Swasta 2

T o t a l 77

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pariaman

Tabel 2: Data Cakupan Pelaksanaan Program UKGS Puskesmas Wilayah Kerja Kota Pariaman Tahun 2013

Unit Sekolah Program UKGS (Target)

Tercapai Tidak Tercapai Jumlah Jml % Jml %

SD Negeri 25 35 46 65 71

SD Swasta - - 2 100 2

MIN - - 2 100 2

MIS - - 2 100 2

Sumber: Puskesmas – puskesmas Anggaran Pelaksanaan UKGS

Pembangunan kesehatan di Kota Pariaman diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,

dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud.

(7)

52

Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan pada perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia (lansia), dan keluarga miskin.

Dilihat dari data Riskesdas 2013 untuk kota Pariaman, banyak hal dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang belum mencapai sasaran bahkan masih jauh dari target ideal, padahal dampak karies gigi terhadap empat dimensi kualitas hidup, yaitu keterbatasan fungsi, rasa sakit, ketidaknyamanan psikis, dan disabilitas fisik. Di DKI Jakarta sendiri, hasil evaluasi karies gigi pada anak balita tahun 2010 menemukan bahwa 44,4% anak mengalami susah makan karena keluhan sakit gigi, dan hal ini berdampak 13,1% anak mempunyai status gizi di bawah normal (penelitian sejenis belum dilakukan di Sumatera Barat).

Kondisi ini tidak dapat dipungkiri dari kebijakan pembiayaan program kesehatan yang dilakukan di kota Pariaman. Tidak ditemukan sejak anggaran 2009 sampai dengan 2013 adanya dana yang disediakan khusus untuk kegiatan pengembangan program kesehatan gigi.

Berdasarkan wawancara dengan responden, dana untuk program kesehatan gigi hanya bisa diperoleh dari Dana Operasional yang disedaiakan untuk puskesmas. Tetapi persentase yang didapatkan juga sangatlah kecil, karena berdasarkan aturannnya 60% dana operasional puskesmas ditujukan untuk program yang berhubungan dengan pencapaian MDGS. Sisa dana 40% barulah bisa dipakai untuk program pengembangan lainnya Sehingga dapat dibayangkan bagaimana mungkin program kesehatan gigi dapat dijalankan secara optimal.

Sarana dan Prasarana

Sarana prasarana dengan pelaksanaan UKGS sangat berhubungan erat sehingga pelaksanaan program dapat berjalan sesuai dengan harapan. Jika sarana prasarana kurang lengkap maka pelaksanaan UKGS tidak dapat berjalan secara optimal. Namun apabila dibandingkan dengan sarana prasarana belum tersedia semua pada kegiatan program UKGS terutama pada transportasi, sarana penambalan, ruang UKGS dan dana operasional kesehatan gigi.

Banyak di puskesmas peralatan preventif seperti periodontal probe tidak tersedia atau tersebut dalam keadaan patah, berkarat pada ujung nya. Ini

(8)

53

dikarenakan pemeliharaan yang

kurang, sehingga alat tersebut tidak dapat dipakai lagi. Pada alat penambalan atau (konservasi) masih ditemui alat kurang lengkap, tumpul atau tidak ada sama sekali. Alat penambalan memang memiliki macam macam bentuk sesuai kebutuhannya. Begitu juga pada bahan penambalan yang ada terkadang tidak sesuai dengan permintaan dengan kebutuhan yang ada dilapangan sehingga pada saat diaplikasikan tidak begitu bagus. Dinas kesehatan Kota Pariaman lebih memilih untuk melaksanakan kebijakan pemerintah pusat yang panduan implementasinya juga ditetapkan oleh pemerintah pusat, dengan alasan bahwa sesuatu yang disebut sebagai panduan implementasi dalam hal ini adalah yang berlaku umum. Setelah ditelusuri lebih jauh, ternyata salah satu yang dimaksud adalah “standar pelayanan minimum” di bidang pelayanan kesehatan, yang diterima dan ditafsirkan oleh dinas kesehatan Kota sebagai “kewenangan wajib” yang dalam pelaksanaannya mengacu pada panduan implementasi yaitu “standar pelayanan minimum”.

PEMBAHASAN

Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) adalah salah satu usaha pokok Puskesmas yang termasuk dalam

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Program UKGS adalah pelaksanaan pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada murid - murid sekolah dasar, yaitu meliputi Dental Health Education dan pemeriksaan gigi dan mulut. UKGS merupakan salah satu program yang telah dilaksanakan Pemerintah dari beberapa program yang sudah dijalankan dan berjalan sampai sekarang. Program ini setidaknya dapat menjembatani akan pentingnya suatu kesehatan gigi dan merupakan langkah awal untuk kesejahteraan kesehatan gigi bagi masyarakat di Indonesia.

Tetapi pada kenyataannya pelaksanaan UKGS di Kota Pariaman lebih kepada pelaksanaan program sampingan, disamping tentunya ada kejenuhan. Keberhasilan program UKGS di Kota Pariaman tentunya tidak lepas dari dukungan dan peran serta pemerintah daerah. Pemerintah Daerah yang mendapat porsi tertinggi dalam penentuan keberlangsungan sebuah program, memiliki domain kebijakan yang luas dan tak terbatas, selain itu Pemerintah Daerah mempunyai hak dalam pengambilan keputusan dan kebijakan. Untuk Dana operasional kesehatan gigi didapat dari biaya operasional puskesmas dan berdasarkan kemampuan dari puskesmas itu sendiri. Dana

(9)

54

operasional harus berbagi dengan kegiatan yang lain sehingga pembiayaan tidak maksimal. Biaya operasional adalah hal yang dibutuhkan dalam penyelenggarakan pelayanan kesehatan. Dalam pelaksanaan UKGS pembiayaan didapat dari pemerintah atau sumber lain (Depkes, 2000) Dana operasional kesehatan dan sarana kesehatan perlu adanya motivasi dan kebijakan dari kepala puskesmas sebagai pengambil keputusan.

Pelayanan Kesehatan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum sebagai yang dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945. Pelayanan Kesehatan tersebut diselenggarakan dengan berdasarkan kepada Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yaitu suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya Bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Sebagai pelaku dari pada penyelenggaraan pembangunan kesehatan adalah masyarakat, pemerintah (pusat, provinsi,

kabupaten/kota), dengan demikian dalam lingkungan pemerintah baik Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah harus saling bahu membahu secara sinergis melaksanakan pelayanan kesehatan yang terencana, terpadu dan berkesinambungan dalam upaya bersama-sama mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 128 tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat bahwa Puskesmas didefenisikan sebagai unit pelaksana teknis di Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab melaksanakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah. Puskesmas melaksanakan kegiatan proses penyelenggaraan, pemantauan serta penilaian terhadap rencana kegiatan yang telah ditetapka, baik rencana upaya wajib maupun pengembangan dalam mengatasi masalah kesehatan yang ada di wilayahnya. Kebijakan kesehatan di Indonesia dirumuskan berdasarkan kebutuhan masyarakat, tetapi dalam proses implementasinya akan dipengaruhi oleh bentuk ekonomi, politik dan struktur birokrasi yang berlaku. Oleh karena itu, seperti dikemukakan oleh: Depkes (2000) pembangunan pelayanan kesehatan di suatau Negara tidak dapat dipisahkan

(10)

55

dari struktur sosial, ekonomi dan politik

yang ada di Negara tersebut, bahwa ada tidaknya hak dasar disetiap warga Negara dibidang kesehatan sangat dipengaruhi oleh struktur sosial, ekonomi geografis suatu daerah juga cukup mempengaruhi kebutuhan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan. Penerapan strategi pembangunan ekonomi yang cenderung berarah kapitalistik, penerimaan pendapat negara yang tidak stabil, privatisasi kesehatan dan perkembangan industri farmasi yang didominasi perusahaan asing, merupakan faktor yang berpengaruh kuat. Koerinti, (2006 memberikan pengertian tentang kebijakan sebagai perilaku dari sejumlah aktor (penjabat, kelompok, instansi pemerintah) atau serangkaian aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu. Kebijakan adalah suatu arah kegiatan yang tertuju kepada tercapainya beberapa tujuan.

Beberapa denifisi kebijakan tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan

KESIMPULAN DAN SARAN

Belum optimalnya perhatian pemerintah daerah terhadap pelaksanaan UKGS, terlihat dari ketiadaan dana yang cukup untuk menunjang kegiatan. Masih rendahnya perhatian pemerintah dan satuan kerja terkait terhadap program UKGS, membuat pelaksanaan UKGS tidak dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Untuk diharapkan timbulnya persepsi yang sama tentang pelaksanaan UKGS sehingga program pencegahan terhadap penyakit gigi pada masyarakat dapat terlaksana dan mencapai tujuannya.

DAFTAR PUSTAKA

Departermen Kesehatan RI. 2007. Pedoman Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta

________Pedoman Rujujkan Utama Kesehatan Gigi dan Mulut , 2000. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Jakarta.

______ Pedoman Upaya Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas.2000. Direktorat

Jenderal Pelayanan Medik. Jakarta.

Koeriati, Isnindiah.2006.Perkembangan Perawatan Gigi Masa Depan. Andalas University Press.Padang

Lamp.SK.Menkes 2005, Kebijakan Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga. Kemenkes 1415/Menkes/SK/X/2005

Srigupta, Aziz Achmad.2004. Perawatan Gigi dan Mulut .Prestasi.Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Upaya sanitasi berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 852 /Menkes /SK /IX /2008 yang disebut Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), meliputi 5 Pilar yaitu:

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka sebaiknya diadakan sosialisasi kepada pihak petugas UKGS, diharapkan kepada petugas UKGS untuk lebih mengkaji

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1121/Menkes/Sk/XII/2008 tentang Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik Dan Perbekalan Kesehatan Untuk Pelayanan Kesehatan

Permenkes No 81/MENKES/SK/I/2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan di Tingkat Propinsi, Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit..

Hasil penelitian menunjukkan adanya faktor penghambat dalam pelaksanaan program UKGS di UPTD Puskesmas Bantar yaitu pada tahap perencanaan petugas harus

Metode Penelitian ini merupakan metode baru dengan menggunakan Ebook Menjaga Kesehatan Gigi berbasis Android dalam upaya meningkatkan derajat kebersihan gigi dan

− Pencatatan dan pelaporan program OUTPUT: Status kesehatan gigi dan mulut murid di sekolah dasar dmf-t (Indeks Pengalaman Karies Gigi) Sampel 50 siswa/i kelas 2..

Menurut Depkes RI (2006), Pos UKK diperlukan karena: 1) makin meningkatnya jumlah pekerja dan sebagian besar belum mendapatkan pelayanan kesehatan kerja yang memadai, serta