• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORITIS"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

LANDASAN TEORITIS

2.1 Kajian Teoritis

2.1.1 Hakikat Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, ketrampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai pendidikan nasional. Pendidikan jasmani merupakan satu mata ajar yang diberikan di suatu jenjang sekolah tertentu yang merupakan salah satu bagian dari pendidikan keseluruhan yang mengutamakan aktivitas jasmani dan pembinaan hidup sehat untuk bertumbuh dan perkembangan jasmani, mental, sosial dan emosional yang serasi, selaras dan seimbang.

Menurut Sukintaka (2000: 2) pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan total yang mencoba mencapai tujuan mengembangkan kebugaran jasmani, mental, sosial, serta emosional bagi masyarakat dengan wahana aktivitas jasmani.

Menurut Wawan S. Suherman (2004: 23) Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang

(2)

motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, dan sikap sportif, kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotor, kognitif, dan afektif setiap siswa.

Menurut Engkos Kosasih (1992: 4) mengemukakan bahwa pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan ialah pendidikan yang mengaktualisasikan potensi aktivitas manusia yang berupa sikap tindak dan karya untuk diberi bentuk isi dan arah menuju kebulatan kepribadian sesuai dengan cita-cita kemanusiaan.

Dikemukakan juga arti pendidikan jasmani didalam Depdiknas (2003: 6) Pendidikan Jasmani merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani dan direncanakan secara sistematik bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, sosial dan emosional.

Nassir Rosyidi (1983: 10-11) pendidikan jasmani adalah pendidikan yang mengaktualisasikan potensi aktivitas manusia yang berupa sikap tindak dan karya untuk diberi bentuk, isi, arah menuju kebulatan kepribadiannya sesuai dengan cita-cita kemanusiaan. Selanjutnya Nasir Rosyidi mengatakan bukan hanya pendidikan jasmani saja yang dipentingkan. Tetapi pendidikan menuju arah sportivitas harus dijaga dan ditanamkan pada anak. Dapat juga diuraikan bahwa arti pendidikan jasmani itu meliputi :

1. Gerak badan, gerak badan ialah menggerakkan anggota tubuh baik sengaja atau tidak, biasanya untuk menyegarkan badan.

2. Pendidikan Jasmani ialah pendidikan yang bertitik tolak atau bertitik pangkal pada jasmani dan manusia keseluruhan menjadi tujuan.

3. Pendidikan Olahraga, pendidikan olahraga ialah mengolahraga melalui cabang olahraga.

(3)

Menurut Nadisah (1992:15) mengemukakan bahwa pendidikan jasmani adalah bagian dari pendidikan (secara umum) yang berlangsung melalui aktivitas yang melibatkan mekanisme gerak tubuh manusia dan menghasilkan pola-pola prilaku individu yang bersangkutan.

Menurut Rusli (1998: 13) pada awalnya olahraga pendidikan adalah suatu kawasan olahraga yang spesifik yang diselenggarakan dilingkungan pendidikan formal. Aktivitas jasmani pada umumnya atau olahraga pada khususnya dipakai sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Olahraga pendidikan direncanakan sedemikian rupa untuk mencapai perkembangan peserta didik secara keseluruhan, baik fisik, intelegensi, emosi, sosial, moral maupun spiritual.

Menurut uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Pendidikan Jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan, penalaran, penghayatan nilai (sikap, mental, emosional, spiritual, sosial) dan pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan serta perkembangan yang seimbang dalam rangka sistem pendidikan nasional. Dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani guru diharapkan mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan dan olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportifitas, jujur, kerjasama, dan lain-lain) serta pembiasaan pola hidup sehat. Pelaksanaannya bukan melalui pengajaran konvensional di dalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun melibatkan unsur fisik mental, intelektual, emosi dan sosial. Aktivitas yang diberikan dalam pengajaran harus sentuhan didaktik-metodik, sehingga aktivitas yang yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengajaran.

(4)

2.1.2 Hakikat Belajar dan Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2006:10) Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar, menilai proses, dan hasil belajar, kesemuanya termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru. Jadi, hakikat belajar adalah perubahan. Djamarah menjelaskan lagi (2006:38) Belajar pada hakikatnya adalah „‟perubahan‟‟ yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. Walaupun pada kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar. Misalnya, perubahan fisik, mabuk, gila, dan sebagainya.

Menurut teori Behavioristik dalam buku Asri Budiningsih (2012:20) Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuanya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya. Dalam interaksi belajar-mengajar guru akan senantiasa diobservasi, dilihat, didengar,ditiru semua perilakunya oleh para siswanya. Dari proses observasi siswa mungkin juga menirukan perilaku gurunya, sehingga diharapkan terjadi proses internalisasi yang dapat menumbuhkan proses penghayatan pada setiap diri siswa untuk kemudian diamalkan. Jadi intinya, tujuan belajar itu adalah ingin mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap mental/ nilai-nilai. Pencapaian tujuan belajat berarti akan menghasilkan, hasil belajar. (Sardiman,2011:28).

(5)

Menurut Thorndike dalam buku Budiningsih (2012:21) Menjelaskan bahwa belajar adalah suatu proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indra. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/ tindakan.

Sedangkan menurut Arif S. Sadiman, dkk. (2008:2) belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).

Menurut Dini Rosdiani (3013:112) Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi transaksional yang bersifat timbale balik, antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Komunikasi transaksional adalah bentuk komunikasi yang dapat diterima, dipahami, dan disepakati oleh pihak terkait dalam proses pembelajaran.

Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses komunikasi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa atau suatu proses perubahan tingkah laku diri seseorang dengan interaksi antara stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran dan perasaan, dan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar.

(6)

2. Hasil Belajar

Hasil belajar dapat di defenisikan sebagai perubahan yang terjadi dalam individu akibat dari usaha yang dilakukan atau interaksi individu dengan lingkungannya. Hasil belajar dapat dilihat dari hasil evaluasi yang di lakukan secara bertahap selama proses belajar mengajar itu berlangsung. Evaluasi dapat di lakukan pada awal pelajaran, selama pelajaran berlangsung atau pada akhir pelajaran.

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Seperti yang di ungkapkan Dimyanti dan Mudjiono (2006:200) bahwa : ”Hasil belajar merupakan penentuan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan pengukuran dari proses belajar.” Dengan adanya hasil belajar, guru dapat melihat dan mengetahui tingkat kemajuan yang dicapai siswa setelah melakukan aktifitas belajar, seperti yang diungkapkan Dimyanti dan Mudjono (2006:2000) : “Tujuan utama dari hasil belajar adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran.”

Rendahnya hasil belajar siswa sangat bergantung kepada guru sebagai pendidik. Jika guru kurang paham dalam memilih metode pengajaran dalam sebuah proses belajar mengajar maka hasil belajar tidak akan maksimal. Untuk menciptakan proses belajar mengajar yang menarik guru harus aktif, kreatif, dan inovatif agar tujuan pembelajaran dapat tercapai, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa akan mencapai target yang ditetapkan.

Muhibbin Syah (2010:274) mengatakan : “Apabila metode mengajar yang digunakan guru dalam mengelola PMB tepat, maka peluang memperoleh hasil pembelajaran para siswa yang sesuai dengan harapan pun akan lebih besar.” Dapat ditarik kesimpulan dalam pendidikan jasmani guru sebagai faktor utama dari faktor eksternal siswa, maka guru penjas dalam mengelola proses belajar mengajar mesti relevan dengan kebutuhan belajar siswa, dan

(7)

hal ini tentu hanya dapat dilakukan oleh guru pendidikan jasmani dan tidak dapat diganti oleh guru bidang studi lain jika mengharapkan hasil belajar siswa yang sesuai dengan harapan.

Proses kegiatan belajar dapat pula dikatakan efisien apabila dengan usaha belajar tertentu memberikan prestasi belajar tinggi. Untuk mendapat hasil belajar yang baik maka yang paling berperan adalah guru sebagai pendidik dan siswa itu sendiri yang sedang belajar. Keberhasilan dalam belajar yang dicapai oleh siswa di sekolah merupakan salah satu ukuran terhadap penguasaan materi pelajaran yang di sampaikan. Peran guru dalam menyampaikan materi pelajaran dapat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.

Menurut Slameto (2010) “Belajar itu adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”

Slameto (2010) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa untuk berhasil ada dua yaitu :

Faktor Internal yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri, meliputi :

1) Jasmaniah yaitu, keadaan kesehatan, keadaan fisik,

2) Psikologis, intelegensi, perhatian, minat, bakat, motifasi, kematangan, kesiapan.

Faktor Eksternal yang berasal dari luar siswa, meliputi :

1) Faktor Keluaraga seperti cara orangtua mendidik, relasi antara anggota keluaraga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluaraga, pengertian orangtua, latar belakang kebudayaan.

2) Faktor Sekolah seperti metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah.

(8)

3) Faktor Masyarakat sperti kegiatan siswa dengan masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

Sudjana (1989) mengemukakan di samping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain yaitu :

1. Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar)

Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih baik ditekankan pada faktor dari dalam individu. Adapun faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor psikologis, antara lain : motivasi belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Adapun pengaruh dari dalam diri siswa merupakan hal yang logis dan wajar, sebab hakekat belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang diniati dan disadarinya, siswa harus merasakan adanya suatu kebutuhan untuk belajar dan berprestasi. Ia harus mengerahkan daya dan upaya untuk mencapainya.

2. Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar)

Pencapaian tujuan belajar perlu di ciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah sarana dan prasarana belajar, lingkungan masyarakat, lingkungan keluarga, dan sebagainya.

Dengan demikian, keberhasilan yang dapat diraih masih juga bergantung dari lingkungan, artinya ada faktor-faktor yang berada di luar dirinya yang dapat menentukan dan mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Salah satu lingkungan pelajaran yang dominan mempengaruhi keberhasilan belajar di sekolah adalah kualitas pengajaran. Yang dimaksud kualitas pengajaran ialah tinggi rendahnya atau pun efektif tidaknya proses belajar mengajar

(9)

dalam mencapai tujuan pengajaran. Oleh sebab itu, keberhasilan belajar siswa di sekolah di pengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pengajaran.

Dalam pendidikan formal yaitu sekolah, hasil belajar yang dimaksud dapat dilihat melalui tes yang dibuat oleh guru. Demikian dengan hasil belajar pendidikan jasmani pada umumnya dinyatakan dalam bentuk nilai (angka atau huruf), sehingga akan dapat dilihat sebagaimana hasil belajar pendidikan jasmani yang dicapai. Jika siswa memperoleh nilai tinggi, maka siswa tersebut hasil belajarnya baik dan siswa yang nilainya rendah maka siswa tersebut hasil belajarnya kurang baik. Proses penilaian dalam pendidikan jasmani dan pada mata pelajaran lainnya meliputi penilaian kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan gerak).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami aktivitas belajar. Hasil belajar dapat berfungsi sebagai cermin untuk melihat kembali apakah tujuan yang ditetapkan telah tercapai dan apakah proses belajar mengajar telah berlangsung efektif untuk memperoleh hasil belajar di samping itu hasil belajar juga berfungsi sebagai alat untuk mengetahui ketercapaian tujuanpendidikan melalui proses belajar mengajar.

2.1.3 Hakikat Permainan Tenis Meja 2.2 Pengertian Permainan Tenis Meja

Menurut A.M. Bandi Utama, dkk (2004: 5), “pada dasarnya bermain tenis meja adalah kemampuan menerapkan berbagai kemampuan dan keterampilan teknik, fisik, dan psikis dalam suatu permainan tenis meja.” Permainan tenis meja adalah suatu permainan dengan menggunakan fasilitas meja dan perlengkapannya serta raket dan bola sebagai alatnya. Permainan ini diawali dengan pukulan pembuka ( service) yaitu bola dipantulkan di meja sendiri lalu melewati atas net lalu memantul di meja lawan, kemudian bola tersebut di

(10)

pukul melalui atas net harus memantul ke meja lawan sampai meja lawan tidak bisa mengembalikan dengan sempurna. Pemain berusaha untuk mematikan pukulan lawan agar memperoleh angka dari pukulan.

Menurut Chairuddin Hutasuhud (1988: 4) tenis meja adalah suatu jenis olah raga yang dimainkan diatas meja dimana bola dibolak-balikkan segera dengan memakai pukulan.Permainan tenis meja boleh dimainkan dengan ide menghidupkan bola selama mungkin dan boleh juga dimainkan dengan ide secepat mungkin mematikan permainan lawan, tergantung dari tujuan permainan sendiri.

Dari beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa permainan tennis meja adalah suatu permainan dengan menggunakan meja sebagai tempat untuk memantulkan bola yang di pukul dengan menggunakan bet / raket diawali dengan pukulan pembuka (service) harus mampu menyeberangkan bola dan mengembalikan bola ke daerah lawan setelah bola itu memantul di daerah permainan sendiri. Angka diperoleh apabila lawan tidak dapat mengembalikan dengan baik.

Sutarmin ( 2007 : IV )Tenis meja merupakan cabang olah raga yang dimainkan didalam ruangan tertutup atau didalam gedung ( Indor game ) yang dimainkan oleh dua dan empat pemain. Cara memainkannya dengan menggunakan bet Celluloid melewati jarung yang tergantung diatas meja, yang dikaitkan pada dua tiang jaring. Permainan tenis meja lebih dikenal dengan pimpong merupakan suatu cabang olah raga yang unik dan bersifat kreatif ( Muhajir, 2007 : 26 ) cara memainkannya dengan menggunakan bet Celluloid melewati jaring yang tergantung diatas meja, yang dikaitkan pada dua tiang jaring. Berkaitan dengan aktifitas bermain, Mahendra ( 2007 ) mengemukakan bahwa bermain pada intinya adalah aktivitas yang digunakan sebagai hiburan meskipun bermain tidak harus selalu bersifat fisik.

(11)

Bermain bukanlah berarti olah raga dan pendidikan jasmani, meskipun elemen dari bermain dapat ditemukan didalam keduanya.”Tenis meja merupakan permainan yang dilakukan dengan cara berhadapan dengan lawan”. Bola yang dating begitu cepat dan berubah-ubah arahnya, sehingga permainan ini cukup membutuhkan konsentrasi yang tinggi.

Menurut Guoliang ( dalam kertamanah 2003 : 8 ) Tenis meja adalah olah raga dengan tubuh sambil bergerak sambil memukul bola. Pertama menggerakkan tubuh bagian pinggang kemudia gerak langkah kaki bersamaan dengan gerak tangan memukul bola. Cara pergerakan yang harmonis merupakan salah satu jaminan yang sangat kuat melancarkan serangan bertubi-tubi hingga mencetak angka.

Selanjutnya menurut Suprapto ( 2002 : V ) “ Tenis Meja adalah suatu permainan yang menggunakan meja sebagai lapangan yang dibatasi oleh jaring net yang menggunakan bola kecil yang terbuat dari celluloid dan permainannya menggunakan pemukul atau yang disebut Bet.

Menurut Singgih D. Gunarsa (2004: 3-5) ada tiga faktor mental yang menjadi penentu keberhasilan seorang atlet, dan kita menyadari bahwa penampilan seorang atlet dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Faktor fisik terdiri dari stamina, kekuatan, fleksibilitas, dan koordinasi. Jika membicarakan mengenai faktor fisik, maka tidak perlu adanya proses untuk membentuk suatu kondisi fisik menjadi seperti apa yang ditargetkan. Hal ini dicapai melalui prosedur latihan yang baik, teratur, sistematis dan terencana sehingga dapat membentuk kondisi yang siap untuk bertanding atau berpenampilan sebaik-baiknya. 2. Faktor teknik merupakan penampilan seorang atlet yang harus dikembangkan menjadi

(12)

3. Faktor psikis tidak mungkin mencapai prestasi yang luar biasa apabila tidak memiliki dorongan yang kuat dari dalam dirinya untuk berprestasi sebaik-baiknya.

Sehubungan dengan kemampuan bermain tenis meja maka diperlukan keterampilan dasar yang baik dan benar selain didukung pula oleh faktor -faktor lain yang menentukan keberhasilannya.

Menurut A.M. Bandi Utama,dkk (2004: 2) Keterampilan tenis meja antara lain: 1. pegangan ( grips ),

2. Sikap atau posisi bermain (stance), 3. jenis-jenis pukulan (stroke),

4. Kerja kaki (footwork).

Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut sebelumnya , maka dapat disimpulkan bahwa permainan tenis meja merupakan suatu permainan yang dilakukan dengan cepat oleh dua atau empat orang pemain dengan berbagai macam teknik guna memukul bolakian kemari melewati atas net yang terbentang pada permukaan meja. 3.2 Perlengkapan Permainan Tenis meja

1. Meja

Dengan ukuran : Panjang : 2,74 meter ; lebar 1,525 meter ; tinggi meja: 760 mm/ 76 cm ; warna meja hijau

Gambar 1. Lapangan Tenis meja

(13)

2. Rakitan Net

Rakitan net (net assembly) harus terdiri dari jaring (net), gantungan jaring (Suspension) dan tiang penopang (supporting Posts), termasuk penjepit- penjepit (clamps) yang dilekatkan ke meja. Jaring net harus digantung – regang ( suspended ) dengan batang (cord ) di setiap ujung nya yang dilekatkan tegak lurus bersama penyangga ( post ) setinggi 15,25 cm, bats ukuran tiang luar penyangga berjarak 15,25 cm dari luar garis tepi ( side line )

3. Bola

1) Bola dibuat denga diameter 40 mm

2) Berat boal harus 2,7 gram

3) Bola harus dibuat dari bahan celluloid atau jenis bahan plastik, harus berwarna putih atau orange, dan pudar tidak mengkilap.

Gambar 2. Bola tenis meja

Sumber:http://www.teknikdasartenismeja.com 2014

1. Bet

1) Ukuran berat bentuk Bet tidak di tentukan tetapi daun bet harus datarr dan kaku 2) Ketebalan daun bet minimal 85 % harus terbuat dari kayu alam dapat dilapisi dengan

(14)

yang dipadatkan. Bahan tersebut tidak lebih dari 7,5 % dari total ketebalan 0,35 mm, adalah merupakan bagian yang sangat sedikit / tipis

3) Sisi daun bet yang digunakan untuk memukul bola harus ditutupi dengan karet berbintik biasa, atau bet berbintik yang menonjol keluar, namun memiliki ketebalan termasuk lapisan lem perekat tidak lebih dari 2 mm, atau karet datar ( bukan berbintik keluar ) dengan karet berbintik kedalam harus memiliki ketebalan tidak melebihi dari 4 mm termasuk lem perekat.

Gambar 3. Bet tenis meja

Sumber:http://www.teknikdasartenismeja.com 2014

5. Sepatu

Untuk dapat bermain tenis meja secara optimal, hendaknya sepatu yang dipakai adalah sepatu kets yang memudahkan bergerak.

6. Pakaian

Untuk bermain tenis meja sebaiknya gunakan celana dan kaos yang terbuat dari kain yang menyerap keringat.Selain itu, sebaiknya kaos tersebut berlengan pendek untuk memudahkan gerakan.

(15)

7. Asesoris

dan pengikat lengan.asesoris hendaknya bersifat fungsional.pengikat kepala dan pengikat lengan misalnya berfungsi menyerap keringat supaya tidak mengganggu permainan.Setiap pemain tenis meja diperbolehkan memakai asesoris, misalnya pengikat kepala

3.3 Teknik Dasar Permainan Tenis Meja

1. Teknik Memegang Bet

Teknik inidapat mempengaruhi kualitas tenis meja karena setiap pemain tenis meja harus menguasai teknik dasar memegang raket (bet), Adapun macam-macam memegang bet sebagai berikut :

1) Shakehands Grip

`Pegangannya seperti orang berjabat tangan. Teknik ini sangat digemari oleh atlet -atlet tenismeja di negara Eropa, karena bersifat multi guna.dengan teknik ini pemain tenis meja dapat menggunakan dua sisi bet sehingga mudah memukul bola baik secara forehand maupun backhand.

2) Penholp Grip

Pegangan tangkai pena hanya digunakan untuk satu sisi atau permukaan bet saja, pukulan forehand pada pegangan ini lebih baik digunakan daripada pukulan backhand. Teknik pukulan ini dalam permainan hanya mampu bertahan dari serangan lawan.

(16)

Gambar 4. Teknik pegangan bet tenis meja Sumber:http://www.teknikdasartenismeja.com 2014

2. Service

Service yaitu memukul bola untuk menyajikan bola pertama. Caranya bola dipukul dengan memantulkan sekali dimeja sendiri kemudian melewati di atas permukaan net / jaring dan akhirnya bola jatuh dimeja lawan.

1) Peraturan service

Adapun peraturan melakukan service adalah sebagai berikut : a. Bola diletakkan diatas kepala

b. Jari-jari tangan dirapatkan, sedangkan ibu jari terpisah c. Telapak tangan dalam keadaan datar dan diam

d. Bet dan tangan yang bebas berada diatas meja belakang garis

e. Sebelum dipukul, bola dilambungkan setinggi 16 cm atau lebih tinggi f. Pada saat turun bola dipukul

g. Pukulan service bola memantulkan sekali kedua sisi meja ( sisi meja sendiri dan sisi meja lawan).

(17)

2) Jenis-jenis service

a. Service forehand top spin b. Service backhand top spin c. Service forehend Backspin d. Service backhand backspin

3.4 Teknik Gerakan Kaki

Footwork dalam tenis meja pada garis besarnya dibedakan untuk nomor tunggal dan ganda. Footwork yang digunakan dalam permainan tunggal sudah otomatis digunakan dalam permainan ganda. Jika dilihat dari banyaknya langkah Footwork untuk tunggal dapat dibedakan : satu langkah, duan langkah, dan tiga langkah atau lebih. Arah pergerkannya bisa kedepan, kebelakang, kesamping kiri, kesamping kanan atau diagonal. Penggunaan disesuaikan dengan jarak yang harus diantisipasi antara bola yang dating dengan posisi pemain jika jaraknya sangat dekat, mungkin tidak usah melangkahkan kaki atau hanya satu langkah saja. Jika jarak antara bola yang jarak antara bola yang datang dengan posisi pemain agak jauh dengan dua langkah sudah cukup akan tetapi, jika jaraknya cukup jauh dan meja harus dicapai dengan tiga langkah atau lebih.

(18)

3.5 Teknik Pukulan

Selanjutnya menurut muhajir ( 2007 : 30 – 31 ) terdapat beberapa teknik pukulan dasar dalam permainan tenis meja antara lain :

1. Push

Push adalah teknik memukul bola dengan gerakan mendorong dan sikap bet terbuka. Push biasanya digunakan untuk mengembalikan pukulan push dan pukulan chop lawan.

2. Drive

Drive adalah teknik pukulan yang dilakukan dengan gerakan bet dari bwah dan serong keatas dan sikap bet tertutup. Drive digunakan sebagai pukulan serangan atau dapat juga kita control sesuai dengan keinginan.

3. Block

Block adalah teknik memukul bola dengan gerakan menghentikan atau membendung bola dengan sikap bet tertutup. Block biasanya digunakan untuk mengembalikan bola drive atau bola dengan putaran atas ( Top spin ).

4. Chop

Chop adalah teknik memukul bola dengan gerakan seperti menebang pohon dengan kapak atau disebut dengan gerkan membacok. Pukulan chop dapat digunakan untuk mengembalikan pukulan bola yang bermacam – macam.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut sebelumnya , maka dapat disimpulkan bahwa permainan tenis meja merupakan suatu permainan yang dilakukan dengan cepat oleh

(19)

dua atau empat orang pemain dengan berbagai macam teknik guna memukul bola kian kemari melewati net yang terbentang di permukaan meja.

2.1.4 Hakikat Forehand drive

“Drive adalah teknik pukulan yang dilakukan dengan gerakan bet dari bawah serong ke atas dan sikap bet tertutup”. (Damiri Achmad dan Kusmaedi Nurlan, 1992:79). Besarnya sudut yang diakibatkan oleh kemiringan bet bervariasi, sesuai dengan arah jatuhnya bola, kecepatan datangnya bola, putaran bola yang datang dari lawan dan tujuan dari pemukul (driver) itu sendiri. Drive dapat digunakan sebagai pukulan serangan atau dapat juga dikontrol sesuai dengan keinginan.

Ketepatan dalam mengantisipasi gerak bola ditentukan oleh mata dan kemampuan koordinasi gerak,artinya,mata sebagai penerima stimulus berupa bola yang bergerak dan bet sebagai alat untuk merespon berupa gerak memukul.

Kemampuan koordinasi yang didukung oleh ketajaman melihat suatu obyek ikut menentukan ketepatan dalam pengambilan jarak antara posisi badan dengan datangnya bola/pantulan bola.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan teknik pukulan drive, seperti dikemukakan oleh Damiri Achmad dan Kusmaedi Nurlan (1992:79) sebagai berikut:

1) Perhatikan arah jatuhnya bola dan segera mengambil posisi sesuai dengan arah jatuhnya bola.

(20)

3) Dengan bergerak maju atau mundur ke samping, bet menyentuh bola pada waktu bola berada pada titik ketinggiannya. Pukulan diperkuat dengan perputaran tubuh dari tungkai dan kaki, dan pingang ke atas.

4) Lanjutkan gerakan lengan setelah perkenaan pada bola (follow through) sampai bet berada di samping kiri depan kepala (untuk pukulan tangan kanan), dan sebaliknya untuk pukulan tangan kiri.

5) Kembali ke posisi siap sedia, siap menerima pengembalian bola berikutnya.

6) Untuk backhand drive, posisi kaki lebih terbuka sedikit dibandingkan dengan forehand drive.

Memukul bagian belakang bola dengan pukulan mengarah keatas akan mengakibatkan bola berputar mengarah keatas disebut topspin. Jika bola yang dipukul pada bagian belakang bola dengan pukulan mengarah ke bawah akan mengakibatkan bola berputar mengarah ke bawah disebut backspin atau underspin. Dan apabila bola dipukul pada bagian belakang bola dengan pukulan mengarah kesamping akan mengakibatkan bola berputar kesamping seperti piringan hitam disebut sidespin.

Spin yang maksimum dibuat dengan hanya menyerempet bola. Semakin kuat bola diserempet dan semakin cepat bet bergerak saat terjadinya kontak, semakin kuat spin yang ditimbulkan. Menurut Simpson Peter (1981:7) drive stroke (pukulan drive) merupakan teknik pukulan yang paling mendasar dalam permainan tenis meja. Drive merupakan teknik pukulan yang menghasilkan sedikit putaran bola keatas (topspin). Hal ini dikarenakan teknik pukulan yang dilakukan dengan gerakan bet dari bawah serong ke atas dengan sikap bet yang tertutup.

Jika pukulan drive ini dilatih dengan sungguh-sungguh, akan mempermudah dan mempercepat berlatih jenis pukulan topspin, pelaksanaannya dapat dimainkan dengan cara

(21)

forehand dan backhand. Forehand drive biasanya lebih kuat dari backhand drive karena tubuh tidak menghalangi saat pemain harus mengayunkan tangan (backswing) dan otot yang digunakan lebih kuat.

Jika forehand drive dilakukan dengan kecepatan penuh maka akan terjadi pukulan yang sangat kuat (smash forehand).Pukulan forehand merupakan drive yang paling umum dilakukan dalam tenis meja. Pukulan forehand merupakan pukulan yang dilakukan di sebelah sisi kanan pemain dan pada pemain kidal di sebelah sisi kirinya. Pukulan forehand merupakan jenis pukulan tenis meja yang mempunyai peran penting untuk meraih kemenangan.

Menurut Larry Hodges (1997: 32) pukulan forehand dianggap pukulan yang penting karena tiga alasan, yaitu:

1) Anda memerlukan pukulan forehand untuk menyerang dengan sisi forehand. 2) Pukulan forehand bisa menjadi pukulan utama untuk melakukan serangan. 3) Pukulan forehand merupakan pukulan yang paling sering digunakan untuk

melakukan smash.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, pukulan forehand tenis meja merupakan pukulan yang paling sering digunakan untuk melakukan smash. Di samping itu juga, pukulan forehand lebih kuat jika dibandingkan dengan pukulan backhand. Hal ini karena, tubuh tidak menghalangi saat melakukan ayunan ke belakang (backswing) dan otot yang digunakan biasanya kuat.

Menurut Tomoliyus (2012: 9) Drive adalah stroke top spin ringan yang menghasilkan lintasan bola rendah. Penguasaan baik forehand dan backhand drive adalah penting karena tidak memberi kesempatan lawan untuk memilih dan menggunakan stroke menyerang

(22)

Gambar teknik forehand drive sebagai berikut:

Gambar 1. Teknik Forehand Drive Sumber: Tomoliyus ( 2012 : 9 )

Deskripsi Forehand Drive

1. Sikap awal

 Posisi siap, deskripsi seperti diatas.

 Berdiri seimbang dengan kaki kiri sedikit didepan dan tiitk berat badan di tengah. 2. Backswing

 Putar pinggang ke kanan kebelakang dan lengan mengikuti kebelakang ke posisi jam 3.

 Menggeser berat badan ke kaki kanan.  lihat bola.

3. Swing Ke depan

 Putar pingang kedepan, disertai ayunan lengan dan bet kedepan sedikit keatas.  Gunakan siku sebagai pivot point, tetapi tidak harus bergerak begitu banyak

naik turun, tetapi juga harus diperbolehkan untuk bergerak sedikit ke depan dalam tindak lanjut.

(23)

 Pada saat bet kena bola, kekuatan cekeraman bet ditambah. 4. Gerak lanjutan

 Bet sejajar dengan bahu kiri dengan posisi sedikit tertutup pada jam 9.  Segera kembali ke posisi siap.

2.1.5 Hakekat Metode latihan Multiball 2.2 Metode Latihan Multiball

Metode dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cara teratur yang diperlukan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki. Sedangkan metode dalam olahraga ialah cara melakukan sesuatu dengan runtut untuk menguasai bahan latihan agar menjadi otomatis gerakannya (Suharno, 1980: 1). Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa metode adalah suatu cara yang telah dipilih secara sistematis berdasarkan analisis, pengalaman dengan membandingkan beberapa cara, sehingga didapat suatu kebulatan yang cocok untuk mencapai suatu tujuan yang efisien dan efektif.

Menurut Suharno (1980: 2) metode drill (metode latihan siap) merupakan metode yang lazim dipergunakan untuk menguasai gerakan- gerakan secara otomatis untuk mencapai kecakapan, keterampilan sesuatu cabang olahraga. Dalam teori connectionism oleh Thorndike yang dikutip oleh Suharno (1980: 2) yang ada hubungannya dengan metode drill menyatakan bahwa dengan latihan yang terus menerus, hubungan antara rangsang dan jawaban menjadi otomatis.

Metode latihan yang dapat meningkatkan kemampuan teknik seorang pemain cukup bervariasi. Menurut Larry Hodges (2007: 2) terdapat 5 metode latihan dalam tenis meja, yang

(24)

masing-masing mempunyai keuntungan dan kerugian. Metode latihan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Berlatih dengan pemain lain.

Metode ini mungkin akan menjadi metode yang paling sering pemain lakukan, dan juga merupakan metode paling sederhana. Pemain dan pemain lainnya dapat bergantian dalam memilih latihan. Dalam buku ini, diperkirakan pemain memiliki teman untuk berlatih.

2) Berlatih dengan pelatih

Metode ini mungkin merupakan cara paling baik untuk berlatih, karena pemain akan lebih mampu berkonsentrasi pada kelemahan pemain daripada memikirkan lawan pemain, dan karena pemain akan diberi petunjuk oleh pelatih pada saat yang bersamaan.

Kerugiannya adalah pemain harus mencari dan mungkin membayar pelatih.

1) Berlatih sendiri

Pemain dapat melakukan beberapa pukulan teknik tanpa menggunakan bola, tapi seolah-olah ada. Pemain juga dapat menggunakan sekeranjang bola dan berlatih melakukan service.

2) Mesin

Memiliki sebuah mesin meja sam artinya mempunyai orang yang akan memberikan umpan dengan bola banyak. Mesin ini dapat diatur kecepatan, putaran dan arahnya dengan keinginan pemain. Mesin ini mungkin mahal, tapi akan menjadi teman latihan yang tidak pernah lelah dan salah.

(25)

3) Multiball

Ini adalah metode latihan di mana satu pemain berlatih sedang pemain yang lainnya mengumpankan bola. Pemain akan membutuhkan sekeranjang bola. Pemberi umpan berdiri di pinggir meja, memungut dan memukul bola berturut-turut dalam berbagai kecepatan, putaran, dan arah yang pemain butuhkan.

Metode ini merupakan cara yang tepat untuk mempelajari pukulan, tapi kerugiannya adalah hanya satu orang yang dapat berlatih pada saat itu. Metode ini sering digunakan oleh pelatih yang bertindak sebagai pengumpan. Tingginya frekuensi dengan teknik multiball diharapkan dapat membuat mahasiswa terbiasa melakukan pukulan. Selama ini latihan dengan menggunakan metode multiball menjadi salah satu latihan yang digunakan guru atau pelatih. Salah satu tujuan latihan multiball tersebut adalah untuk meningkatkan kemampuan ketepatan forehand drive siswa.

Multiball adalah teknik pelatihan yang dilakukan dengan satu pelatih dan satu pemain, yang menggunakan beberapa bola. Dengan menggunakan satu bola dan melakukan latihan sebagai bagian memperlihatkan kemampuan, pelatih menggunakan bola terpisah untuk setiap pukulan, maka dinamakanlah multiball.

 Cara melakukan multiball

Pada latihan multiball, seorang guru akan berdiri di samping meja dekat net, dengan kotak penuh bola tenis meja yang diletakkan diatas kursi disampingnya, sehingga mempermudah saat guru akan mengambil satu bola atau lebih dan tidak membuang-buang waktu. Siswa yang selesai memukul bola, segera mengambil bola yag telah di pukulnya dan langsung kembali kebarisan. Sementara siswa yang lain mengambil posisi untuk bersiap memukul bola. Dan begitu seterusnya sampai seluruh siswa dapat giliran melakukannya.

(26)

Gambar 2. Cara Melakukan Multiball Sumber:http//Ih4.googleusercontent.com/proxy/

2.2 Kerangka Berfikir

Pentingnya peranan seorang siswa dalam berlatih ketepatan menempatkan ke sasaran, tidak terlepas dari metode latihan yang diberikan oleh guru. Metode latihan multiball merupakan salah satu bentuk dari variasi latihan untuk meningkatkan ketepatan sasaran. Siswa yang mempunyai tingkat ketepatan yang tinggi, dengan mudah menempatkan ke sasaran yang dituju. Disamping itu, bentuk variasi latihan yang salah satunya yaitu metode latihan multiball, untuk melatih ketepatan, agar disaat mendapat tugas dari guru yang berbentuk sasaran dapat dilakukan dengan baik dan tepat. Ketepatan adalah kemampuan mengarahkan sesuatu dengan sadar kepada objek yang dikehendaki.Ketepatan sangat penting dimiliki seorang siswa karena menunjang perannya dalam berkiprah dan berprestasi khususnya dalam cabang olahraga tenis meja.

Cabang olahraga tenis meja merupakan olahraga permainan yang dimainkan oleh 2 orang (single) atau 4 orang (double) yang menggunakan bed sebagai pemukul dan bola sebagai yang dipukul ke bidang meja yang dipisahkan oleh net. Dalam tenis meja diperlukan

(27)

pukulan yang tepat sasaran, sehingga siswa dapat menempatkan bola dengan baik. Keberhasilan dalam menempatkan bola ke sasaran tergantung dari metode yang dilatih atau yang diberikan oleh guru, salah satunya untuk meningkatkan ketepatan dalam tenis meja yaitu metode latihan multiball. Metode multiball merupakan metode latihan di mana satu pemain berlatih, sedangkan pemain yang lainnya mengumpankan bola. Latihan multiball ini sangat menunjang dalam latihan ketepatan sasaran, salah satu tekniknya yaitu forehand drive. Teknik forehand drive merupakan teknik dalam tenis meja yang perlu dikuasai oleh siswa. Teknik ini bahkan menjadi satu teknik wajib yang harus dimiliki para pemain tenis meja. Keberhasilan dalam

menempatkan pukulan forehand drive ke sasaran tergantung dalam intensitas saat melakukan latihan pukulan forehand drive yang berupa latihan multiball di sekolah.

Sebagai siswa yang masih dalam tahap pengenalan atau pemula dan dengan pengalaman mengikuti perlombaan minim,siswa, seharusnya melakukan latihan di sekolah atau diluar sekolah. Siswa SMP Negeri 2 Medan yang mengikuti mata pelajaran tenis meja yang masih dalam tahap pengenalan atau tingkat pemula, memiliki ketepatan forehand drive yang kurang baik, Sehingga dibutuhkan bentuk latihan yang dapat meningkatkan kemampuan ketepatan forehand drive, salah satunya dengan metode latihan multiball. Latihan multiball menuntut siswa dalam melakukan pukulan forehand drive ke sasaran dengan intensitas yang banyak, sehingga dengan begitu dapat meningkatkan kemamapuan ketepatan forehand drive.

Penelitian ini diharapakan mampu mengetahui pengaruh latihan multiball terhadap kemampuan ketepatan forehand drive pada siswa SMP Negeri 2 Medan sehingga akan bermanfaat pula bagi siswa agar mengetahui betapa pentingnya latihan multiball untuk meningkatkan kemampuan ketepatan forehand drive.

Gambar

Gambar 1. Lapangan Tenis meja
Gambar 2. Bola tenis meja
Gambar 3. Bet tenis meja
Gambar 4. Teknik pegangan bet tenis meja  Sumber:http://www.teknikdasartenismeja.com 2014
+3

Referensi

Dokumen terkait

Diajukan pada laporan akhir kasus Longitudinal MS-PPDS I IKA FK-UGM Yogyakarta 9 Manfaat bagi rumah sakit antara lain dengan melakukan pemantauan dan tatalaksana yang

Microbial Fuel Cells (MFC) adalah suatu teknologi alternatif pengolahan air limbah secara anaerob atau disebut dengan sel elektrokimia berbasis mikroba (Ibrahim 2017), yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan debt default terhadap penerimaan opini audit going concern pada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh nyata pada perlakuan macam media terhadap tinggi tanaman pada 14 hst sampai 35 hst, media tumbuh selain

Peran tutor sebagai fasilitator pada peserta didik di LBB Primanesa sudah menjadi fasilitator yang baik dengan memberikan bimbingan kepada peserta didik sehingga peserta

Ali bin Abi Thalib, berkata, "Ketahuilah, kamu tidak akan memperoleh ilmu kecuali dengan bekal enam perkara, yaitu: cerdas, semangat, bersabar, memiliki bekal,

Berdasarkan hasil inspeksi/penilaian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa dari 13 unit kapal penumpang yang telah diinspeksi rata-rata kondisi dapur telah memenuhi