32
UJI EFEKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR EKSTRAK ETANOL BUAH KAWISTA (Limonia acidissima L.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR YANG
DIINDUKSI CCl4
Sri Rahmawati1, Titi Hariyati1, Eri Fitrianingsih Rama Danti1
1
Politeknik Medica Farma Husada Mataram
Abstrak
Buah Kawista (Limonia acidissima L.) mengandung flavonoid. Penelitian ini untuk menguji efek hepatoprotektor dari ekstrak buah kawista pada tikus putih jantan yang diinduksi dengan CCL4. Lima belas tikus dibagi dalam lima kelompok secara acak terdiri dari kelompok
kontrol negatif, kelompok control CCL4, kelompok dosis 1 (4,55 mb/gr BB), Kelompok dosis
2 (9,09 mg/gr BB), kelompok dosis 3 (18,19 mg/ gr BB) diberikan ekstrak etanol yang diekstraksi dari buah kawista selama 10 hari. Data dianalisis dengan Kruskal-Wallis. Hasil menunjukkan CCL4 dapat menyebabkan hepatotoksisitas dengan meningkatnya kadar AST
dan ALT. Hasil juga menunjukkan bahwa ekstrak etanol buah kawista memiliki aktivitas hepatoprotektif yaitu dosis 3 (18,19 mg/gr BB) mampu mengurangi jumlah SGOT dan SGPT dalam jumlah besar.
Kata Kunci: Buah Kawista, CCL4, SGOT, SGPT
THE EFFECTIVITY TEST OF HEPATOPROTEKTOR OF ETHANOL EXTRACT OF KAWISTA (Limonia acidissima L.) ON CCI4 INDUCED MALE WISTAR STRAIN
WHITE RATS
Abstract
Fruit Kawista (Limonia acidissima L.) contains flavonoid. This research was to examine hepatoprotector effect from fruit kawista extract of white male rats induced with CCl4.
Fifteen rats were divided into five groups randomly, which are control group of negative, control group of CCl4 (2 mg/ kgBW), group of dose I (4.55 mg/ gr BW), II (9.09 mg/ gr BW)
and III (18.19 mg/ gr BW) were given extract of ethanol extracted from fruit kawista for ten days. The data was analyzed Kruskal-Wallis. The results showed that CCl4 can cause
hepatotoxicity which increase AST and ALT. The results also showed that ethanol extract from fruit kawista has hepatoprotective activity, which dose III (18.19 mg/ gr BW) of ethanol extract from fruit kawista showed the most decrease levels of SGOT and SGPT. Keyword: Fruit Kawista, CCl4, SGOT, SGPT
33 Pendahuluan
Kanker merupakan salah satu penyakit penyebab utama kematian di seluruh dunia. Menurut data Depkes RI (2010), kanker merupakan penyebab kematian ke-5 di Indonesia dan mengalami peningkatan secara bermakna1
Karbon tetraklorida (CCl4)
merupakan xenobiotik yang lazim digunakan untuk menginduksi peroksidasi lipid dan keracunan. Dalam endoplasmik retikulum hati CCl4 dimetabolisme oleh
sitokrom P450 2EI (CYP2EI) menjadi radikal bebas triklorometil (CCl3).
Triklometil dengan oksigen akan membentuk radikal triklorometilperoxi yang dapat menyerang lipid membran endoplasmik retikulum dengan kecepatan yang melebihi radikal bebas triklorometil. Selanjutnya triklorometilperoxi menyebabkan peroksidasi lipid sehingga mengganggu homeostasis Ca2+, dan akhirnya menyebabkan kematian sel2.
Kawista atau Limonia acidissima merupakan tanaman asal Famili Rutaceae (jeruk-jerukan) dengan genus Feronia. Tumbuhan ini sebagian besar banyak tumbuh pada daerah tropis. Di Indo-Cina, duri dan kulit batang kawista digunakan dalam berbagai ramuan obat tradisional untuk mengobati haid yang berlebihan, gangguan hati, gigitan dan sengatan binatang, dan untuk mengobatimual-mual3. Buah kawista dapat digunakan dalam pengobatan tumor, asma, sembelit, lemah jantung, dan hepatitis. Hasil penelitian menyatakan bahwa buah kawista mengandung flavonoid,glikosida, saponin, tanin, kumarin, dan turunan tiramin. Banyak penelitian yang telah menyatakan bahwa buah kawista yang matang memiliki potensi sebagai tanaman obat karena memiliki banyak khasiat, salah satunya adalah sebagai antioksidan.
Berdasarkan paparan tersebut, maka akan dilakukan penelitian guna mengetahui aktivitas kandungan ekstrak etanol buah kawista sebagai hepatoprotektor yang diberikan pada tikus putih jantan galur wistar yang diinduksi dengan CCl4.
Aktivitas ini dilihat berdasarkan pengukuran kadar SGOT dan SGPT pada serum darah tikus jantan menggunakan alat spektrofotometer UV-VIS
Metode
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2014. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Universitas Mataram dan Laboratorium Kimia Politeknik Medica Farma Husada Mataram.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu berupa bejana maserasi, neraca analitik, spuit injeksi dan oral, ayakan no. 60, penangas air, mikroskop, centrifuge, mikropipet, oven, kertas film, inkubator, desikator, rotary evaporator, corong buchner, pompa vakum, cawan penguap, batang pengaduk, termometer, vortex dan spektrofotometer UV-VIS. Bahan yang digunakan yaitu simplisia buah kawista, pelarut etanol, kertas saring, kloroform, asam klorida, larutan basa ammonia 1%, asam asetat glasial, pereaksi meyer dan dragendorf, serbuk magnesium, H2SO4, larutan
FeCl31%,CCl4, kit reagen SGOT dan
SGPT, larutan fiksatif Bouin, alkohol, aquades.
Cara kerja
Persiapan hewan percobaan
Tikus putih jantan galur Wistar berumur 2-3 bulan dengan berat badan 100-200 gram dan sehat.
Pembuatan ekstrak
Proses ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan etanol selama 5 hari,
Penentuan dosis CCl4
CCl4 diberikan melalui injeksi intra
peritoneal, dengan dosis sebesar 2 mg/kg BB tikus untuk semua kelompok perlakuan kecuali kelompok negatif5
Pembuatan larutan ekstrak dan penentuan dosis
Dosis yang digunakan untuk tikus adalah 4,55 mg/200 g/BB (dosis I), 9,09 mg/200 g/BB (dosis 2) dan 18,19 mg/200 g/BB
34 (dosis 3). Ekstrak dibuat dalam suspensi sebanyak 10 ml.
Perlakuan terhadap hewan percobaan Perlakuan dilakukan dengan membagi lima belas tikus dalam lima kelompok secara acak. Kelompok I tidak mendapatkan perlakuan sebagai kontrol negatif selama 10 hari, kemudian pada hari ke sepuluh tikus dibunuh. Kelompok II diberikan dosis tunggal CCl4 2 mg/gram BB melalui
injeksi peritoneal dan dibiarkan selama 5 hari, kemudian dibunuh. Kelompok III diberikan dosis 4,55 mg/200 g/BB, Kelompok IV diberikan dosis 9,09 mg/200 g/BB dan Kelompok V diberikan dosis 18,19 mg/200 g/BB ekstrak etanol buah kawista selama 10 hari, dimana pada hari ke lima, 1 jam setelah pemberian dosis, tikus diinduksi CCl4 2 mg/kg BB secara
intra peritonial. Pada hari ke sepuluh, tikus dibunuh untuk diukur kadar SGOT dan SGPT dalam serum.
Pengukuran kadar SGOT/SGPT
Darah tikus disentrifugasi pada kecepatan 1000rpm selama 20 menit untuk diambil serumnya. Serum darah diambil sebanyak 100 µL, kemudian ditambahkan reagent SGOT/SGPT sebanyak 1000 µl. Absorbansi selanjutnya diukur pada menit ke- 1, 2 dan 3 (IFCC, 1980).
Analisa data
Data diolah dengan menggunakan program komputer SPSS 20,0 for windows. Data diuji normalitasnya ternyata tidak berdistribusi normal sehingga menggunakan uji statistik Kruskal-Wallis. Hasil dan Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan pengukuran kadar SGOT dan SGPT pada mencit yang diberikan dosis tertentu. Hasil pengukuran kadar SGOT, SGPT pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pengukuran Kadar SGOT/SGPT
Perlakuan Kadar Kadar
SGOT (U/L) SGPT (U/L) Kontrol Negatif 14.09 8.36 Kontrol CCl4 83.36 53.28 Dosis 1 50.13 24.35 Dosis 2 25.94 28.24 Dosis 3 22.96 20.56
Berdasarkan hasil analisis Kruskal-Wallis bahwa ekstrak etanol buah kawista dengan p-value sebesar 0.027 < nilai kritik 0,05 yang berarti terdapat perbedaan dari ketiga dosis yang diberikan terhadap penurunan kadar SGOT tikus putih jantan. Begitu pula dengan kadar SGPT yaitu terdapat perbedaan dari ketiga dosis yang diberikan dengan p-value sebesar 0,027 < 0,05.
Hasil pengukuran kadar SGOT memperlihatkan semua tikus pada kontrol CCl4 mengalami kerusakan hati. Hal ini
dapat dibuktikan dengan tingginya kadar SGOT pada kontrol CCl4 yaitu rata-rata
sebesar 83,36 U/L dibandingkan dengan kadar normal SGOT pada kontrol negatif yaitu sebesar 14,09 U/L. Menurut Mangkoewidjojo (1988), kadar normal SGOT 45,7-80,8 U/L. Hasil pengukuran rata-rata kadar SGOT pada kelompok dosis 1, 2 dan 3 berturut-turut sebesar 50,13 (U/L), 25,94 (U/L) dan 22,96 (U/L), dimana dosis 1 mempunyai perbedaan yang signifikan dengan kontrol CCl4 dan
kontrol negatif, sedangkan pada dosis 2 dan 3 tidak ada perbedaan secara signifikan dengan kontrol negatif, tetapi terdapat perbedaan yang nyata dengan kontrol CCl4. Tetapi meskipun demikian
terjadi penurunan aktivitas enzim SGOT pada ketiga dosis tersebut, dimana penurunan kadar SGOT yang terjadi tidak tergantung pada besar dosis yang diberikan, karena antara perlakuan dengan peningkatan dosis ternyata berbanding lurus dengan besar penurunan kadar SGOT tersebut, dengan dosis 3 ekstrak etanol buah kawista merupakan dosis yang memperlihatkan penurunan kadar SGOT tertinggi dan mendekati kadar normalnya pada kontrol negatif.
35 Hasil pengukuran kadar SGPT memperlihatkan terdapat perbedaan yang nyata pada kontrol negatif yang tidak diberi perlakuan yaitu sebesar 8,36 (U/L) dengan kelompok kontrol yang diinduksi dengan CCl4 yaitu sebesar 53,28 (U/L).
kadar normal SGPT pada tikus adalah sebesar 17,5-0,2 U/L. Peningkatan kadar SGPT pada serum tikus akibat penginduksian CCl4 membuktikan bahwa
CCl4 menyebabkan hepatoksisitas, karena
terdapat perbedaan signifikan kadar SGPT pada kedua kelompok kontrol tersebut, dimana hepatoksisitas yang terjadi bersifat akut6. Menurut Stanley dan Delaney (1990), kerusakan akut terjadi ketika kadar SGPT yang proporsinya besar di dalam hati dan lebih spesifik daripada SGOT, meningkat dan lebih tinggi dibandingkan kadar normalnya.
Pemberian dosis 1, 2 dan 3 ekstrak etanol buah kawista masing-masing selama 10 hari memperlihatkan bahwa nilai rata-rata kadar SGPT berturut -turut sebesar 24,35 (U/L), 28,24 (U/L) dan 20,56(U/L). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa dosis 1, 2 dan 3 ekstrak etanol buah kawista memberikan efek penurunan kadar SGPT, dengan dosis 3 memperlihatkan penurunan kadar SGPT tertinggi dibandingkan dengan dosis lainnya, dimana penurunan kadar SGPT yang terjadi tergantung pada besar dosis yang diberikan, karena antara perlakuan dengan peningkatan dosis ternyata tidak berbanding lurus dengan besar penurunan kadar SGPT yang terjadi. Kawista mengandung berbagai zat kimia seperti flavonoid, triterpenoid, steroid, alkaloid. Senyawa -senyawa metabolit sekunder ini telah diteliti aktivitasnya sebagai antioksidan, seperti triterpenoid dan saponin yang memiliki aktivitas peredam radikal bebas dengan bertindak sebagai scavenger7,8. Selain itu, Yuhernita (2011) dan Comalada et al., (2006) juga menyatakan bahwa senyawa golongan alkaloid dan flavonoid dapat berkhasiat sebagai antioksidan melalui aktivitasnya sebagai scavenger.
Kesimpulan
Berdasarkan data pengukuran kadar SGOT, SGPT dapat disimpulkan bahwa CCl4 dapat menginduksi kerusakan hati
dan ekstrak etanol buah kawista (Limonia
acidissima.) memiliki aktivitas
hepatoprotektor pada tikus putih jantan galur wistar yang diinduksi CCl4.
Daftar Pustaka
1. Riset Kesehatan Dasar. 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. 2. Shanmugasundaram P, Venkataraman S. J. Ethnopharmacol. 2006. 104: 124-128. 3. Himawan P, 2013. http://id.scribd.com/doc/150726338/L aporan-tiyo (Diakses tanggal 03 Juli 2013, pukul 23.00 WITA)
4. Ilango K, Chitra V. 2009. Hepatoprotective and antioxidant activities of fruit pulp of Limonia acidissima Linn. International Journal of Health Research; 4(2): 361-367. 5. Ezz-Din D, Mohamed SG, Abdel RHF
and Ahmed EAM. Physiological and histological impact of Azadirachta indica (neem) leaves extract in a rat model of Cisplatin-induced hepato and nephrotoxicity. Journal of Medicinal Plants Research.2011; 5(23): 5499-5506.
6. Mangkoewidjojo. 1988.
Pemeliharaan, Pembiakan, dan
Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta :UI Press. 7. Topcu G, Ertas A, Kolak U, Ozturk
M, Ulubelen A. 2007. Antioxidant activity tests on novel triterpenoids from Salvia macrochlons. Arkivoc: (7) 195-208.
8. Elekofehinti OO, Adanlawo IG, Saliu JA, Sodehinda SA. 2012. Saponins from Solanum anguivi fruits exhibit hypolipidemic potential in Rattus novergicus. Der Pharmacia Lettre: 4 (3) 811-814.
36 9. Yuhernita, 2011. Senyawa Metabolis
Sekunder Dari Ekstrak Metanol Daun Surian yang Berpotensi sebagai Antioksidan. Makara Sains: 15 (1) Indonesia.
10. Comalada M. 2006. Inhibition of pro-inflammatory markers in primary bone marrow-derived mouse macrophages by naturally occurring flavonoids: Analysis of the structure–activity relationship. Biochemical pharmacology: (72)1010–1021