A.Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak bagi kehidupan manusia yang harus dipenuhi. Tanpa pendidikan mustahil manusia dapat berkembang secara baik. Menurut Tim Dosen FIP IKIP Malang dalam (Purwanto, 2013: 19) pendidikan adalah usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam UU No 20 tahun 2003 BAB I Pasal 1 dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Busrizalti, 2013: 3).
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat (2) disebutkan bahwa suatu Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. GBHN berdasarkan ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1978 dalam (Busrizalti, 2013: 1) menyebutkan dalam hubungannya dengan pendidikan nasional berdasarkan azaz Pancasila. Pancasila merupakan dasar Negara Republik Indonesia bukanlah berarti
Pancasila hanya sebagai lambang Negara ataupun dasar negaranya, melainkan juga sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia. Pandangan hidup bangsa Indonesia adalah Pancasila, berarti semua sendi peri kehidupan bangsa Indonesia harus sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila itu sendiri. Pancasila itulah yang menjiwai pendidikan Kewarganegaraan yang telah dimasukan kedalam kurikulum Pendidikan Nasional.
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran pada kelompok mata pelajaran pengembangan kepribadian. Pangajaran mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dituntut dapat mengajak peserta didik mengembangkan potensi dirinya agar memiliki : 1. Kemampuan pengendalian diri.
2. Kepribadian.
3. Kecerdasan dan keterampilan.
4. Akhlak mulia yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Busrizalti, 2013: 3).
Dalam penjelasan pasal 39 UU No. 2 Tahun 1989 Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara menjadi warga negara yang dapat diandalakan bangsa dan negara (Taniredja, 2014: 3). Tujuan pembelajaran PKn dalam Depdiknas (dalam Busrizalti 2013: 5) adalah untuk memberikan kompetensi sebagai berikut :
1. Berfikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan. 2. Berpartisipasi secara cerdas dan tanggung jawab, serta bertindak secara
sadar dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat di Indonesia agar dapat hidup
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Untuk mencapai tujuan dari pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tersebut, seorang guru mata pelajaran harus mampu melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu. Pembalajran bermutu dalam PP 19 tahun 2005 Pasal 19 yaitu pembelajaran yang diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian yang sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik (dalam Thowi’ Inayatin). Proses pembelajaran yang bermutu ini diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar khususnya untuk peserta didik kelas VIIIC SMP Muhammadiyah 2 Purwokerto yang dalam kurun dua tahun ini mengalami penurunan.
Menurut Winkel (1996: 226) dalam (Lutficha, 2012) prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Sedangkan Arif Gunarso (1993 :77) dalam (Lutficha, 2012) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.
Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu.
Dalam temuan di lapangan dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di SMP Muhammadiyah 2 Purwokerto dan hasil wawancara dari guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yaitu Ibu Purwatiningsih, S.Pd dan beberapa peserta didik kelas VIIIC SMP Muhammadiyah 2 Purwokerto, peneliti menemukan permasalahan bahwa prestasi belajar siswa kelas VIIIC sangat rendah dikarenakan minat peserta didik saat menerima materi pelajaran khususnya saat mengikuti proses pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan itu rendah. Rendahnya minat peserta didik saat mengikuti proses pembelajaran mata pelajaran PKn terlihat dari perhatian mereka yang terbagi-bagi ada yang asik mengobrol dengan teman sebelah, ada yang bermian sendiri, ada yang lebih memilih mengambar dibukunya saat pembelajaran berlangsung, ada juga yang tertidur.
Rendahnya minat siswa saat mengikuti proses pembelajaran tidak lain karena model pembelajaran yang selama ini digunakan oleh guru mata pelajaran PKn hanya ceramah, sehingga pusat dari proses pembelajaran dikelas itu sendiri bukan siswa melainkan guru, ini mengakibatkan siswa mencapai titik kebosanannya saat penggunaan model pembelajaran ceramah terus diberlakukan berulang-ulang, karena siswa selama proses pembelajaran berlangsung hanyalah mendengarkan, hal ini akan membuat siswa semakin tidak berkembang sehingga siswa akan cepat lupa dengan materi-materi yang diterimanya selama proses pembelajaran, tingkat partisipasi siswapun selama proses pembelajaran akan rendah. Akibat lain dari penggunaan model pembelajaran ceramah yaitu terhadap prestasi belajar PKn siswa kelas VIIIC
SMP Muhammadiyah 2 Purwokerto itu sendiri yang hasilnya masih sangat rendah dimana masih banyak siswa yang memperoleh nilai dibawah kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang sudah ditetapkan oleh sekolah yaitu 77.
Sesuai dengan aturan yang diberlakukan di SMP Muhammadiyah 2 Purwokerto, bahwa tingkat keberhasilan setiap pembelajaran termasuk mata pelajaran PKn itu dikatakan berhasil dan baik, apabila pencapaian nilai ketuntasan prestasi belajar siswa itu sudah mnecapai 85%. Dibawah ini adalah tabel pretasi belajar pada mata pelajaran PKn materi demokrasi kelas VIIIC SMP Muhammadiyah 2 Purwokerto dalam kurun dua tahun terakhir
Tabel 1.1 Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan pada Materi Demokrasi Kelas VIIIC SMP Muhammadiyah 2 Purwokerto Tahun 2012-2013 dengan KKM 77
No Nama Siswa Nilai
Siswa
Keterangan
1 Aditiya Kristiawan 64 Tidak tuntas
2 Aji Aryanto 100 Tuntas
3 Akbar Santosa 80 Tuntas
4 Akhmad Setiyanto 84 Tuntas
5 Andri Ferdiansyah 84 Tuntas
6 Billy Surya Dika 80 Tuntas
7 Bondan Tri Asmoro 92 Tuntas
8 Dandi Prasetyo Aji 84 Tuntas
9 Darsiti 86 Tuntas
10 Dwi Asih Nugraheni 80 Tuntas
11 Dwi Ismawati 76 Tidak tuntas
12 Dyah Suciani 80 Tuntas
13 Gilang Ramadhan 72 Tidak tuntas
14 Havid Dewantara 64 Tidak tuntas
15 Idris Prayuda 80 Tuntas
16 Imam Kurniawan 76 Tidak tuntas
17 Kusriati 88 Tuntas
No Nama Siswa Nilai Siswa
Keterangan
19 Miftahus Saniyah 84 Tuntas
20 M. Rifki Ad Daffa 72 Tidak tuntas 21 Neti Putriningsih 54 Tidak tuntas
22 Puri Sugianti 64 Tidak tuntas
23 Puspita Indah S 82 Tuntas
24 Rian Hendrianto 80 Tuntas
25 Sukma Wardani 84 Tuntas
26 Tri Desi Pamungkas 88 Tuntas
27 Umar Nur Hidayah 84 Tuntas
28 Urip Saraswati 80 Tuntas
29 Vika Padhia 72 Tidak tuntas
Jumlah 2294
Nilai Rata-Rata ∑
Sumber data: Dari Buku Daftar Nilai Guru PKn SMP Muhammadiyah 2 Purwokerto dan terlampir
Tabel 1.2 Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraann pada Materi Demokrasi Kelas VIIIC SMP Muhammadiyah 2 Purwokerto Tahun 2013-2014 dengan KKM 77
No Nama Siswa Nilai
Siswa
Keterangan
1 Abdul Majid 84 Tuntas
2 Afita Sari 96 Tuntas
3 Agus Triono 72 Tidak tuntas
4 Alfina Damayanti 80 Tuntas
5 Alviony Trista Hapsari 84 Tuntas
6 Bachtiar Dwi P 88 Tuntas
7 Evi Dwi Apriliani 72 Tidak tuntas
8 Fazar Nugroho 72 Tidak tuntas
9 Fernandito Iqbal R 80 Tuntas
10 Gina Kurniasih 80 Tuntas
11 Haris Nasution 84 Tuntas
12 Irvan Marsetiono 76 Tidak tuntas
13 Isa Permana 76 Tidak tuntas
No Nama Siswa Nilai Siswa
Keterangan
16 Manaf Syahril Fauzan 80 Tuntas
17 Meilenia Nurhafani 92 Tuntas
18 Muhammad Dizky 80 Tuntas
19 Nova Rianto 88 Tuntas
20 Noviana Anisa Prasetyo 88 Tuntas 21 Novita Dwi Wulandari 80 Tuntas 22 Putri Nur Indah Sari 84 Tuntas
23 Resha Eka Melinda 100 Tuntas
24 Riska Partiwi 100 Tuntas
25 Rizki Budi Parasetyo 72 Tidak tuntas
26 Rizka Jullaedhi 72 Tidak tuntas
27 Sahrul Febryan 80 Tuntas
28 Sandi Maryanto 60 Tidak tuntas
29 Singgih Sutiyono 76 Tidak tuntas
30 Sri Wahyuni 88 Tuntas
31 Suprapti 84 Tuntas
32 Tomi Prasetyo Budi 72 Tidak tuntas 33 Vicky Rizki Budianto 80 Tuntas
34 Wahyu Hidayat 60 Tidak tuntas
35 Widia Dwi Nurmala 88 Tuntas
36 Yunita Kristiyani 100 Tuntas
37 Viko 72 Tidak tuntas
Jumlah 3004
Nilai Rata-Rata ∑
Sumber data: Dari Buku Daftar Nilai Guru PKn SMP Muhammadiyah 2 Purwokerto dan terlampir
Untuk mengatasi permasalahan tersebut , peneliti menerapkan model pembelajaran yang lebih variatif yang melibatkan peserta didik agar tercipta proses pembelajaran yang bermutu dan menarik perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif. Didalam penelitian ini peneliti menggunakan model pembelajaran role playing.
Joyce (2009: 328) menyebutkan role playing merupakan sebuah model pengajaran yang berasal dari dimensi pendidikan individu atau sosial. Model ini membantu masing-masing siswa untuk menemukan makna pribadi dalam dunia sosial mereka dan membantu memecahkan dilema pribadi dengan bantuan kelompok sosial. Dalam dimensi sosial, model ini memudahkan individu untuk kerja sama menganalisis keadaan sosial, khsusnya masalah antar manusia. Model ini juga menyokong beberapa cara dalam proses pengembangan sikap sopan santun dan demokratis dalam menghadapi masalah. Dalam level lain yang sangat sederhana model role playing dimainkan dalam beberapa rangkaian berikut, menguraikan sebuah masalah, memeragakan dan mendiskusikan masalah tersebut.
Dalam model pembelajaran role playing siswa nantinya tidak hanya mendengarkan tetapi juga banyak terlibat dalam proses pembelajaran karena siswa akan memergakan peran dalam skenario yang sudah disediakan oleh peneliti. Model pembelajaran ini juga melatih siswa untuk berani berbicara didepan orang banyak, melatih siswa untuk bertanggung jawab terhadap jabatan, jabatan dalam hal ini peran yang didapatkan dalam skenario role playing dan melalui skenario model pembelajaran role playing ini diharapkan akan memberi sedikit gambaran kepada siswa tentang fenomena dimasyarakat yang kelak akan meraka jalani. Situasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang melibatkan peran peserta didik dalam proses pembelajaran ini dapat menarik minat siswa untuk belajar , mampu berpatisipasi aktif serta tidak membuat siswa dalam keadaan bosan saat
mengikuti pelajaran khususnya pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sehingga diharapakn pretasi belajar siswa dapat mengalami peningkatan diatas kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang sudah ditentukan oleh sekolahan yaitu 77.
Berdasarkan hasil uraian diatas, peneliti mengangkat judul skripsi tentang “ Peningkatan Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan melalui Model Pembelajaran Role Playing pada Materi Demokrasi Kelas VIIIC SMP Muhammadiyah 2 Purwokerto Semester Gasal 2014-2015 “.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :
Apakah melalui model pembelajaran role playing dapat meningkatkan prestasi belajar PKn pada materi Demokrasi kelas VIIIC SMP Muhammadiyah 2 Purwokerto semester gasal 2014-2015 ?
C.Tujuan Penelitian
Meningkatkan prestasi belajar PKn melalui model pembelajaran role playing pada materi Demokrasi kelas VIIIC SMP Muhammadiyah 2 Purwokerto semester gasal 2014-2015.
D.Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Secara teoritis bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman Guru Pendidikan Kewarganegaraan, Bu Purwatiningsih, S.Pd model pembelajaran yang bervariasi salah satunya model pembelajaran role playing.
2. Praktis
a. Bagi Siswa
Dengan penerapan model pembelajaran role playing pada materi demokrasi diharapkan siswa mampu memahami materi tersebut dan dapat meningkat prestasi belajarnya serta lebih aktif lagi dalam pokok bahasan berikutnya.
b. Bagi Guru
Dengan adanya penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan guru terhadap model pembelajaran role playing pada proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
c. Bagi Sekolah
Dengan adanya penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan masukan bagaimana cara untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah tersebut khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan materi Demokrasi.