• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANDUAN KEBAKTIAN DOA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PANDUAN KEBAKTIAN DOA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PANDUAN

KEBAKTIAN

DOA

SUB BIDANG PEMBINAAN WARGA GEREJA SINODE GEREJA KRISTUS YESUS

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Alkitab dipenuhi dengan orang-orang yang rajin dan tekun berdoa. Abraham, Ishak, Yakub, Musa, Yosua, Samuel, Daud, Elia, Elisa, Da-niel dan para nabi lainnya di dalam Perjanjian Lama adalah tokoh-tokoh doa. Begitu pula Petrus, Yakobus, Yohanes, Stefanus, Paulus dan para rasul lainnya di dalam Perjanjian Baru adalah orang-orang beriman yang setia dan tekun berdoa. Bahkan sebelum Yesus lahir ke dalam dunia, Allah telah memakai seorang wanita yang siang malam berdoa untuk kedatangan-Nya. Akhirnya sebelum meninggal—saat itu berusia 84 tahun—Hana, wanita itu sempat menyaksikan kela-hiran bayi Yesus (Lukas 2:36-38). Melampaui semuanya itu Tuhan Yesus adalah teladan doa yang terbesar, karena kehidupan Tuhan Yesus adalah sebuah kehidupan doa.

Dari sini kita menyaksikan bahwa orang-orang Kristen se-jati tidak bisa dipisahkan dari kehidupan doa yang setia dan tekun. Maka tidak salah ungkapan yang mengatakan bahwa ‘doa adalah nafas hidup orang percaya’. Bahkan dalam Kitab Kisah Para Rasul setelah Yesus naik ke surga, para murid tekun bersehati dalam doa bersama-sama (Kisah Rasul 1:14). Kebiasaan berkumpul untuk kebaktian doa ini menjadi cara hidup jemaat mula-mula (Kisah Rasul 2:42, 4:31, dan seterusnya).

Oleh sebab itu semakin hari semakin banyak orang percaya yang menyadari pentingnya kebaktian doa dalam kehidupan ibadah mereka. Berangkat dari pemikiran seperti inilah kami melihat perlunya sebuah buku panduan praktis bagi pelayanan kebaktian doa. Buku ini disusun untuk memenuhi sebagian kerinduan para pelayan yang se-tia ini yang rindu pelayanan mereka menjadi berkat dalam kebakse-tian doa di gereja mereka.

Kami berdoa kiranya buku dan praktis ini dapat menjadi berkat bagi rekan-rekan seiman yang rindu pelayanannya dalam kebaktian doa menggerakkan semakin banyak orang dalam gereja mereka un-tuk tekun berdoa bersama di rumah Tuhan. Akhir kata, biarlah segala kemuliaan hanya bagi nama Tuhan. Soli Deo Gloria!

(4)

Jakarta, Juni 2012 Pdt Joni Sugicahyono

Ketua Sub Bidang Pembinaan Warga Gereja Sinode Gereja Kristus Yesus

(5)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... 3 Bab 1: Tentang Kebaktian Doa ... 7 Bab 2: Pedoman dan Ketentuan Pelayan

Kebaktian Doa ... 10 Bab 3: Simulasi Rangkaian Acara Kebaktian Doa ... 16

(6)
(7)

TENTANG

KEBAKTIAN DOA

I. PENGERTIAN IBADAH KRISTEN

A. DEFINISI IBADAH

Istilah kata “ibadah” dalam pengertian katanya memiliki dua kelom-pok istilah dalam bahasa Ibrani dan Yunani. Istilah yang pertama dalam bahasa Ibrani abodah dan dalam Yunani latreia yang secara harafiah memiliki arti ”tugas” atau “melayani.” Dalam konteks ibadah, istilah ini mengacu kepada berbakti kepada Tuhan yang dijalankan oleh imam di altar dalam zaman Perjanjian Lama. Yang kedua, kata ibadah dalam bahasa Ibrani digunakan kata shachah dan bahasa Yunani proskuneo yang secara harafiah berarti “menyembah” atau “bertekuk lutut”. Dalam pemahaman arti kata yang kedua ini, ibadah berarti menyembah kepada sesuatu/seseorang yang lebih tinggi de-ngan cara merendahkan diri atau bertekuk lutut.

Dalam bahasa Inggris, istilah kata “ibadah” menggunakan kata worship yang berasal dari kata Inggris kuno weorthscipe, terdiri dari kata weorth (worthy) dan –scipe (-ship) yang berarti memberi peng-hargaan atau penghormatan kepada seseorang, yang masih digu-nakan untuk mengacu ke berbagai bangsawan di Inggris.

Berdasarkan pemahaman akan istilah kata “ibadah” ini, dapat di-simpulkan dua hal, yaitu: pertama, ibadah berbentuk “aktif,” di mana kita berpartisipasi di dalamnya. Partisipasi yang kita lakukan adalah respons kita kepada Allah dengan kesadaran bahwa Ia layak me-nerima ibadah kita, baik pujian, ucapan syukur, persembahan, dan hormat kita. Kedua, ibadah berarti menghormati Tuhan dengan cara

(8)

menyembah dan memuliakan-Nya melalui sikap dan tindakan kita. Jadi dalam ibadah, tujuan utamanya adalah untuk menyenangkan Dia, dan segala keuntungan yang kita peroleh melaluinya adalah hal kedua.

B. PENTINGNYA IBADAH

Ibadah sangatlah berbeda dengan entertainment. Dalam ibadah kita mengekspresikan cinta kasih, sukacita, kesedihan. Kita mengakui kesalahan-kesalahan kita, membuat permohonan, bersyukur, mende-ngarkan perintah dan janji Tuhan, nasihat-nasihat, memberikan per-sembahan, menerima baptisan dan makan minum dalam Perjamuan Kudus. Di dalam ibadah, kita melakukan semuanya ini dengan me-nyadari bahwa ini semata-mata hanyalah untuk Tuhan Pencipta dan Penguasa surga dan bumi, dan kita melakukannya dalam Yesus, Ju-ruselamat kita dari dosa. Di dalam ibadah, hal-hal umum ini menjadi unik, misterius, dan mengubah hidup kita, karena Dia yang kepada-Nya kita beribadah.

Berdasarkan pertanyaan pertama dari Katekismus Singkat West-minster, tujuan akhir hidup manusia adalah untuk memuliakan Tuhan, dan menikmati Dia selamanya. Manusia diciptakan adalah untuk memuliakan Tuhan, baik selama hidup di dunia ataupun di surga. Efesus 1:3-14 menyatakan predestinasi Tuhan terhadap kita dari se-belum dunia dijadikan (1:4), untuk diadopsi menjadi anak-anak Allah (1:5), ditebus dengan darah Kristus (1:7), sampai akhirnya adalah un-tuk memuji kemuliaan-Nya (1:14).

Penebusan Kristus adalah perantara manusia dengan Allah, iba-dah kepada Allah adalah tujuan akhir melalui puji-pujian kepada Tuhan dalam kekekalan. Ibadah bukanlah sebagian dari kehidupan Kristen, melainkan seluruh kehidupan Kristen, dilihat sebagai per-sembahan keimaman kepada Allah. Rasul Paulus berkata kepada Timotius bahwa ibadah itu berguna dalam segala hal, karena me-ngandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang (1 Timotius 4:8).

(9)

C. LITURGI

Selain istilah “ibadah,” ada istilah lain yang terkait dengan ibadah Kristen, yaitu istilah “liturgi” yang berasal dari bahasa Yunani leitorgia. Istilah ini berasal dari dua kata, yaitu kata leitos/laos (rakyat/umat) dan ergon (pekerjaan, perbuatan, tugas). Oleh karena itu, istilah kata “liturgi” mula-mula memiliki arti secara sosial-politik sebagai pem-bayaran pajak tambahan oleh rakyat sebagai bentuk pelayanan so-sial bagi masyarakat miskin yang tidak dapat membayar biaya yang ditanggungkan pada mereka bagi pesta-pesta rakyat.

Dalam perkembangannya, istilah “liturgi” ini memiliki tambahan di-mensi arti secara rohani, yaitu sebagai pelayanan manusia kepada dewa-dewa untuk kesejahteraan rakyat. Karena Kaisar pada waktu itu dianggap sebagai putra dewa, maka lambat laun arti “liturgi” berge-ser menjadi penyembahan kepada Kaisar. Oleh gereja mula-mula, istilah “liturgi” ini dipinjam dan diberi makna yang baru, yaitu mem-berikan pelayanan sebagai bentuk penyembahan kepada Allah. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa liturgi dalam gereja memiliki arti sebagai bentuk pelayanan yang dilakukan oleh anggota jemaat untuk memuliakan Tuhan.

II. PENGERTIAN KEBAKTIAN DOA

A. HAKEKAT KEBAKTIAN DOA

Pada hakekatnya, kebaktian doa merupakan bentuk ibadah yang diselenggarakan oleh gereja lokal di tengah minggu. Oleh karena itu, kebaktian doa juga masih merupakan bagian integral dari pelayanan pastoral dengan tujuan penyelenggaraannya sebagai sarana jemaat bertumbuh dalam kehidupan rohani mereka, khususnya dalam meng-gairahkan semangat berdoa bagi jemaat.

B. TATA IBADAH KEBAKTIAN DOA

Meskipun berbentuk ibadah, namun kebaktian doa memiliki kekhu-susan dalam penyelenggaraannya dibandingkan dengan kebaktian umum hari Minggu. Kebaktian doa memiliki tata ibadah yang lebih sederhana dengan penekanan pada tiga hal, yaitu puji-pujian, firman Tuhan, dan doa.

(10)

Secara sederhana, tata ibadah kebaktian doa dapat dijabarkan seba-gai berikut: 1. Saat teduh 2. Pujian pembuka 3. Doa pembukaan 4. Puji-pujian 5. Persembahan pujian/kesaksian 6. Pemberitaan firman Tuhan 7. Doa syafaat

8. Doa pergumulan jemaat 9. Penutup dan berkat

(11)

PEDOMAN DAN KETENTUAN

PELAYAN KEBAKTIAN DOA

I. KUALIFIKASI PELAYAN KEBAKTIAN DOA

A. KUALIFIKASI UMUM

Firman Tuhan dalam 1 Timotius 3:1-7 dan Titus 1:6-9 menetapkan beberapa kualifikasi seorang pelayan Tuhan yang baik, yaitu:

1 Timotius 3:1-7 (LAI-Terjemahan Baru)

1 Benarlah perkataan ini: ”Orang yang menghendaki jabatan

peni-lik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah.” 2 Karena itu penilik

jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang, 3 bukan peminum, bukan pemarah

melain-kan peramah, pendamai, bumelain-kan hamba uang, 4 seorang kepala

kelu-arga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya. 5 Jikalau

seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah? 6 Janganlah ia seorang yang baru

bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis.

7 Hendaklah ia juga mempunyai nama baik di luar jemaat, agar

ja-ngan ia digugat orang dan jatuh ke dalam jerat Iblis. Titus 1:6-9 (LAI-Terjemahan Baru)

6 yakni orang-orang yang tak bercacat, yang mempunyai hanya satu

isteri, yang anak-anaknya hidup beriman dan tidak dapat dituduh karena hidup tidak senonoh atau hidup tidak tertib. 7 Sebab sebagai

pengatur rumah Allah seorang penilik jemaat harus tidak bercacat, tidak angkuh, bukan pemberang, bukan peminum, bukan pemarah, ti-dak serakah, 8 melainkan suka memberi tumpangan, suka akan yang

(12)

baik, bijaksana, adil, saleh, dapat menguasai diri 9 dan berpegang

kepada perkataan yang benar, yang sesuai dengan ajaran yang se-hat, supaya ia sanggup menasihati orang berdasarkan ajaran itu dan sanggup meyakinkan penentang-penentangnya.

Secara umum, maka firman Tuhan memberikan persyaratan dalam tiga kategori kualifikasi, yaitu:

1. Kualifikasi sosial, yaitu: seseorang yang memiliki nama baik, ti-dak tamak harta, mau bekerja sama dan menjadi teladan yang baik dalam keluarganya maupun dalam lingkungan masyarakat di mana ia tinggal. Kegagalan seseorang dalam kualifikasi sosial ini bukan hanya nama pribadi, atau organisasi akan rusak, namun nama Tuhan juga akan dicemarkan.

2. Kualifikasi kedewasaan karakter, yaitu seseorang yang menghar-gai integritas hidup, memiliki kepribadian yang sehat, mampu me-ngendalikan emosinya, dan mampu menjaga kesehatan fisiknya secara seimbang.

3. Kualifikasi kerohanian, yaitu seseorang yang sudah lahir baru, na-mun bukan seorang petobat baru, memiliki kecakapan dalam me-mimpin dan mengajar orang lain. Secara kerohanian, maka kuali-fikasinya adalah seseorang yang memiliki tingkat pertumbuhan iman yang sudah dewasa.

B. KUALIFIKASI KHUSUS

Kualifikasi khusus ini adalah persyaratan yang harus dipenuhi oleh pelayan kebaktian doa sesuai dengan kecakapan yang diperlukan untuk masing-masing bagian dalam pelayanan kebaktian doa ini. Ada tiga bagian yang secara khusus terlibat langsung dalam pela-yanan kebaktian doa ini, yaitu: penyambut jemaat, pemimpin pujian, dan pemimpin doa syafaat.

1. PENYAMBUT JEMAAT

Kualifikasinya adalah sebagai berikut: a. Terlibat aktif dalam kebaktian doa.

(13)

pela-e. Aktif dan bergairah dalam pelayanan.

f. Dikenal maupun mengenal sebagian besar jemaat. g. Berpakaian dan berpenampilan yang sopan dan menarik. h. Disetujui oleh hamba Tuhan dan koordinator kebaktian doa.

2. PEMIMPIN PUJIAN

Kualifikasinya adalah sebagai berikut: a. Terlibat aktif dalam kebaktian doa.

b. Memiliki komitmen dan tanggung jawab yang tinggi dalam pela-yanan.

c. Memiliki kemampuan berkomunikasi verbal yang baik. d. Memiliki kemampuan menyanyi yang baik.

e. Menguasai perbendaharaan lagu-lagu pujian secara baik. f. Mampu menguasai audience dalam jumlah banyak. g. Aktif dan bergairah dalam pelayanan.

h. Berpakaian dan berpenampilan yang sopan dan menarik. i. Disetujui oleh hamba Tuhan dan koordinator kebaktian doa.

3. PEMIMPIN DOA SYAFAAT

Kualifikasinya adalah sebagai berikut:

a. Hamba Tuhan, Penatua, atau jemaat yang ditunjuk secara khusus oleh hamba Tuhan yang membawahi bidang kebaktian doa. b. Suka berdoa dan memiliki kerinduan untuk senantiasa berdoa. c. Memiliki kemampuan komunikasi verbal yang baik, serta mampu

mengkomunikasikan pokok-pokok doa syafaat dengan lancar dan jelas.

d. Mampu menguasai audience dalam jumlah banyak. e. Aktif dan bergairah dalam pelayanan.

f. Berpakaian dan berpenampilan yang sopan dan menarik.

g. Jika pelayan doa syafaat bukan seorang hamba Tuhan, maka ha-rus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari hamba Tuhan dan koordinator kebaktian doa.

II. URAIAN KERJA PELAYAN KEBAKTIAN DOA

A. PENYAMBUT JEMAAT

(14)

je-maat dalam melayani adalah sebagai berikut:

1. Datang minimal 30 menit sebelum kebaktian doa berlangsung. 2. Bila berhalangan hadir harus mencari pengganti dengan terlebih

dahulu memberitahukan kepada koordinator kebaktian doa. 3. Ada baiknya sebelum memulai penyambutan jemaat pastikan

pa-kaian dan penampilan kita telah rapi.

4. Berdoalah bersama tim penyambutan yang lain sebelum memulai pelayanan penyambutan jemaat.

5. Sambutlah jemaat dengan cara menjabat tangan kepada setiap je-maat yang datang dengan hangat.

6. Ketika menjabat tangan jemaat yang datang, jangan sekali-kali sambil mengobrol dengan sesama rekan penyambut atau menatap ke arah yang lain.

7. Berikan senyuman dan sapaan ketika menyambut jemaat sebagai tanda keramahan.

8. Tidak mengobrol sendiri dengan rekan selama bertugas.

9. Seragam yang dikenakan adalah: untuk pria, memakai kemeja po-los lengan panjang, celana panjang warna gelap dan mengenakan dasi atau mengenakan setelan pakaian batik (sesuai kesepakatan bersama). Untuk wanita, memakai blus polos berlengan dan rok sebatas lutut warna gelap atau mengenakan setelan pakaian ba-tik (sesuai kesepakatan bersama) atau seragam lain yang ditentu-kan.

B. PEMIMPIN PUJIAN

Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pelayan pemimpin pujian dalam melayani adalah sebagai berikut:

1. Datang minimal 30 menit sebelum kebaktian doa berlangsung. 2. Ada baiknya sebelum memulai pelayanan sebagai pemimpin

pu-jian pastikan pakaian dan penampilan kita telah rapi.

3. Berdoalah terlebih dahulu bersama hamba Tuhan, pemimpin doa syafaat, koordinator kebaktian doa, pemusik dan singers (jika ada) sebelum kebaktian doa berlangsung.

4. Pastikan terlebih dahulu lagu-lagu pujian yang akan dinyanyikan telah ditulis dengan benar dalam tayangan proyektor.

(15)

6. Memimpin pujian dengan bersemangat dan optimis dengan keya-kinan penuh kepada Allah yang memberi kemampuan memimpin. 7. Jikalau diperlukan, pemimpin pujian dapat menulis catatan lagu

dan komentar lagu pada secarik kertas sehingga membantu pe-mimpin pujian untuk mengingat lagu dan komentar lagu apa yang diperlukan.

8. Jangan memberikan komentar lagu secara bertele-tele sehingga terkesan seperti berkhotbah.

9. Pakaian yang dikenakan adalah: untuk pria, memakai kemeja po-los lengan panjang, celana panjang warna gelap dan mengenakan dasi. Untuk wanita, memakai blus polos berlengan dan rok seba-tas lutut warna gelap.

C. PEMIMPIN DOA SYAFAAT

Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pelayan pemimpin doa syafaat dalam melayani adalah sebagai berikut:

1. Datang minimal 30 menit sebelum kebaktian doa berlangsung. 2. Ada baiknya sebelum memulai pelayanan sebagai pemimpin doa

syafaat pastikan pakaian dan penampilan kita telah rapi.

3. Berdoalah terlebih dahulu dengan hamba Tuhan, pemimpin doa syafaat, koordinator kebaktian doa, pemusik dan singers (jika ada) sebelum kebaktian doa berlangsung.

4. Pastikan catatan pokok-pokok doa telah dipersiapkan terlebih da-hulu.

5. Tulislah pokok-pokok doa syafaat dengan ringkas, padat dan jelas sehingga pada saat disampaikan mudah dimengerti dan tidak ber-tele-tele.

6. Pimpinlah doa dengan penuh keyakinan dan iman bahwa Allah akan mendengarkan setiap doa umat-Nya.

7. Ajaklah seluruh jemaat berpartisipasi dalam doa dengan mengun-dang jemaat bersama-sama menaikkan doa syafaat.

8. Pakaian yang dikenakan adalah: untuk pria, memakai kemeja po-los lengan panjang, celana panjang warna gelap dan mengenakan dasi. Untuk wanita, memakai blus polos berlengan dan rok seba-tas lutut warna gelap.

(16)

SIMULASI

RANGKAIAN ACARA

KEBAKTIAN DOA

Seluruh rangkaian kebaktian doa dapat dijabarkan melalui bentuk simulasi sebagai berikut. Sebagai contoh diambil kebaktian doa yang dimulai pada pukul 18.30–20.30. Untuk kebaktian doa dengan jam kebaktian yang lain dapat menyesuaikan.

18.30–19.00, waktu kontemplatif

a. Pemimpin pujian mempersilakan jemaat untuk bersaat teduh pri-badi dengan mengingatkan terlebih dahulu untuk masing-masing berdoa pribadi dan tidak mengobrol atau membuat keributan dalam ruangan.

b. Atur ruangan dengan menutup pintu masuk ruangan ibadah, me-remangkan lampu dalam ruangan.

c. Mainkan alunan lagu instrumentalia lembut (bisa langsung dimain-kan oleh pemusik atau melalui audio yang telah disiapdimain-kan terlebih dahulu) untuk membantu jemaat bersaat teduh.

19.00–19.05, pujian pembuka

a. Pemimpin pujian maju ke depan dan memberikan salam pembuka sekaligus mengantar jemaat untuk menyanyikan satu lagu pujian pembuka dengan tempo lambat.

b. Hidupkan beberapa lampu yang diperlukan, namun usahakan dalam kondisi masih sedikit remang (lampu yang dihidupkan bisa lampu yang berada di sekitar mimbar. Usahakan lampu yang

(17)

19.05–19.10, doa pembuka

a. Pemimpin pujian akan memimpin doa pembuka.

b. Setelah doa pembuka selesai, maka kondisi lampu dinyalakan se-hingga suasana ruangan menjadi terang.

19.10–19.30, puji-pujian

a. Pemimpin pujian akan mengajak jemaat untuk bernyanyi 2-3 lagu pujian.

b. Pujian dapat divariasikan, yaitu dimulai dengan pujian yang bertem-po cepat dan diakhiri dengan pujian bertembertem-po lambat untuk mem-persiapkan jemaat mendengarkan penyampaian firman Tuhan. c. Di tengah-tengah pujian dapat diselipkan kesaksian dari satu orang

jemaat yang telah dipersiapkan terlebih dahulu (usahakan pemim-pin pujian sudah menghubungi jemaat yang bersangkutan mini-mal sehari sebelumnya, dan sampaikan bahwa durasi kesaksian maksimal 5 menit saja).

19.30–20.00, penyampaian khotbah oleh hamba Tuhan dengan

ter-lebih dahulu dibuka dengan doa dan ditutup dengan doa oleh hamba Tuhan yang bersangkutan.

20.00–20.20, menaikkan doa syafaat

a. Pemimpin doa syafaat akan maju ke depan dan memimpin satu pujian pengantar doa.

b. Pemimpin doa syafaat akan memandu jemaat untuk menaikkan doa-doanya.

c. Untuk tetap menjaga supaya jemaat fokus pada doa, pemimpin doa dapat menyelinginya dengan pujian bertema doa di sela-sela antar pokok-pokok doa syafaat.

d. Kondisi lampu dapat kembali diredupkan selama doa dinaikkan. e. Akhiri dengan pujian sebagai pengantar untuk masuk ke dalam doa

pergumulan jemaat.

20.20–20.30, doa pergumulan jemaat

a. Doa dipimpin oleh Gembala Sidang gereja setempat atau jika Gembala Sidang berhalangan dapat dipimpin oleh pemimpin doa syafaat.

(18)

b. Jemaat diminta untuk berlutut di kursi masing-masing ketika me-naikkan doa pergumulannya.

c. Berikan waktu sebentar untuk jemaat berdoa secara pribadi. d. Usahakan lampu dalam kondisi sangat remang, sehingga

mem-bantu jemaat dalam berdoa secara pribadi.

e. Selama waktu doa pergumulan dapat diiringi oleh lagu instrumen-talia lembut.

f. Gembala Sidang atau pemimpin doa dapat menutupnya dengan doa sekaligus menaikkan beberapa doa pergumulan jemaat yang ada dalam daftar doa yang akan didoakan bersama.

Catatan:

Gembala Sidang mengakhiri dengan doa berkat dan pujian “Bapa Terima Kasih.”

(19)
(20)

Referensi

Dokumen terkait

ajaran Allah yang dilakukan oleh gereja akan dapat berjalan dengan baik ketika. seluruh anggota jemaat dan para pelayan gereja dapat saling

Nah, rindukah Anda memiliki gereja yang sanggup melaksanakan pelayanan bimbingan (konseling) dimana jemaat-jemaat Tuhan dapat saling menolong satu dengan yang lain dalam

16 Anggota jemaat yang kaya di tengah pelayanan gereja harus mendapat pendampingan pastoral dari gereja sebagai bagian tugas panggilannya, sehingga jemaat yang kaya mendapat

Beragamnya gaya busana jemaat ini juga dapat ditemukan di beberapa Gereja di daerah Medan dimana tiap jemaat tentunya memiliki ciri dan pandangan yang berbeda terhadap tren

Diberitahukan kepada jemaat & simpatisan GKI Gunung Sahari, bahwa akan dibuka pelayanan Katekisasi Khusus bagi simpatisan yang berasal dari Gereja Roma Katolik

Diberitahukan kepada segenap warga jemaat bahwa pada bulan Oktober 2014 seluruh anggota Personalia Komisi di Gereja Induk Jatiluhur Raya akan lereh.. Untuk itu

Banyak gereja mengundang ITM untuk berkunjung untuk sharing pelayanan IT, membukakan wawasan jemaat tentang manfaat IT dalam pelayanan, mendorong anak-anak Tuhan yang memiliki

Gereja Santo Aloysius Gonzaga Mlati W bumi, bertekuk lutut menghormati Yesus, dan supaya semua orang mengakui: Yesus Kristus adalah Tuhan, untuk memuliakan Allah