MEDAN MAKNA VERBA MEMBAWA
DALAM BAHASA DAYAK KAYONG
Sunarti, Hotma Simanjuntak, dan Paternus HanyePend. Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Universitas Tanjungpura, Pontianak e-mail:[email protected]
Abstrak: penelitian ini mendeskripsikan komponen makna, jenis makna, dan peran semantis verba membawa. Metode dalam penelitian ini adalah etode deskriptif. Data dalam penelitian ini adalah kata-kata yang mengandung medan makna verba membawa dalam bahasa Dayak Kayong (BDK). Sumber data dalm penelitian ini dalah BDK yang dituturkan oleh penutur asli BDK. Teknik yang digunakan adalah wawancara dan pemancingan terhadap informan yang merupakan penutur asli BDK. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu daftar pertanyaan, gambar, serta peragaan. Hasil analisis data yang ada, disimpulkan bawa dalam BDK terdapat 21 leksem verba membawa tanpa menggunakan alat dan 13 leksem verba membawa dengan menggunakan alat. Jenis makna ditemukan 34 makna leksikal, 34 makna kolokatif, 34 makna gramatikal, tiga makna tematikal, dan 34 peran semantis.
Kata kunci: medan makna, verba, membawa.
Abstract: Specifically, this research has a purpose to describe the component of meaning, type of meaning and semantic function of bring verb. Moreover, the research was expected to be documented and the result could contribute to increase the knowledge and conception for the readers. The used method in this research was descriptive method. The data in the research were the words about bring verb which are contained the meaning field of bring verb in BDK. The source data in this research was BDK that is spoken by the native speakers. In this research, the researcher used the technique by allowing the informant as the native speaker spoke the BDK. The used tools in the research were the list of questions, pictures or photo, and visual aid. Based on the existing data analyze, the researcher conclude that in BDK there are 21 words of bring verb without useful tool, 13 words of bring verb use tool. Furthermore, the type of meaning was found 34 lexical meanings, 34 gramatical meanings, three thematical meanings, 34 collocation meanings, and 34 semantic function.
Keyword: meaning field, verb, bring
atu di antara sekian banyak bahasa daerah yang berkembang di tanah air adalah bahasa Dayak, khususnya bahasa Dayak Kalimantan Barat. Dari sekian banyak bahasa daerah yang berkembang di Kalimantan Barat, satu di antaranya adalah bahasa Dayak Kayong (yang kemudian disingkat BDK). Penuturnya adalah masyarakat Dayak Kayong (selanjutnya disingkat MDK). Kayong adalah nama sungai yang memanjang dari Timur ke arah Barat Ibukota Kecamatan
S
Nanga Tayap. Di sepanjang sungai ini terdapat sekelompok masyarakat yang menamakan identitas kelompoknya sebagai Dayak Kayong atau orang Kayong.
BDK seperti halnya bahasa daerah yang ada di Nusantara yaitu Sunda, Jawa, Bali, Batak, dan sebagainya, berkedudukan sebagai bahasa daerah. Bagi masyarakat penuturnya, BDK memiliki peranan yang sangat penting, karena selalu digunakan untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Selain sebagai alat komunikasi antar keluarga dan sesama, BDK juga digunakan sebagai alat pengungkapan pikiran, pendapat penuturnya serta sebagai identitas MDK. Selain itu, BDK juga berfungsi sebagai alat penyumbang serta pendukung kebudayaan daerah.
Kendati demikian, penggunaan bahasa daerah semakin hari semakin sedikit karena semakin meningkatnya jumlah penduduk luar komunitas Dayak yang bertransmigrasi ke daerah Kayong. Faktor penyebabnya adalah jalur transportasi yang terus berkembang sehingga memudahkan penduduk luar untuk masuk ke daerah tersebut. Penyebab lainnya adalah perkawinan campuran antara penutur asli bahasa Dayak Kayong dengan penutur bahasa daerah lain yang sering mengakibatkan peleburan bahasa di antara keduanya. Faktor yang lain adalah orang tua yang merupakan penutur asli, mengajarkan anak-anaknya dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa dalam keluarga sehingga mengurangi jumlah penutur bahasa Dayak Kayong tersebut. Jika kondisi ini dibiarkan terus menerus, besar kemungkinan sebuah bahasa akan punah atau mati jika penuturnya semakin sedikit atau bahkan tidak ada penuturnya lagi.
Mengingat hal tersebut, perhatian khusus perlu diberikan terhadap bahasa daerah ini. Perhatian khusus yang dimaksud adalah upaya untuk membina, memelihara, mengembangkan, dan melestarikan bahasa daerah khususnya BDK. Satu di antara beberapa upaya yang harus dilakukan adalah melalui penelitian. Tujuan dari penelitian ini untuk mendokumentasikan bahasa Dayak Kayong.
Beberapa alasan yang menjadi pertimbangan peneliti dalam meneliti BDK sebagai objek penelitian adalah sebagai berikut. (1) Akibat terbukanya jalur transportasi, mobilisasi penduduk untuk keluar ataupun masuk ke daerah Kayong semakin meningkat sehingga menyebabkan percampuran bahasa akibat komunikasi dengan penutur bahasa lain. Hal tersebut menyebabkan keaslian BDK semakin terancam. Oleh karena itu, perlu dilakukan antisipasi dari kepunahan dengan mendokumentasikan bahasa tersebut. (2) Penelitian mengenai BDK belum pernah dilakukan. Peneliti ingin memulai langkah awal untuk meneliti BDK sehingga membuka kesempatan bagi peneliti lain untuk meneliti maupun mempelajari BDK. (3) Penelitian mengenai bahasa Dayak masih minim dilakukan. Penelitian mengenai BDK dapat menambah invetarisasi temuan ilmiah tentang bahasa daerah, khususnya bahasa Dayak. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai studi perbandingan dengan bahasa daerah lainnya.
Peneliti memilih meneliti medan makna verba membawa berdasarkan alasan berikut. (1) Penelitian yang secara khusus mengenai medan makna verba membawa dalam bahasa Dayak Kayong belum pernah dilakukan. (2) Verba membawamemiliki banyak kata yang yang dapat dimasukan ke dalam jangkauan makna atau medan makna.
Bahasa Dayak Kayong sebagai bahasa daerah mempunyai daerah pemakaian meliputi 4 desa dalam wilayah kecamatan, yakni Kecamatan Nanga Tayap. Adapun desa-desa yang menggunakan atau penutur bahasa Dayak Kayong adalah Desa Betenung, Desa Tajok Kayong, Desa Kayong Hulu, dan Desa Riam Batu. Luasnya daerah pemakaian bahasa Dayak Kayong, peneliti membatasi lokasi penelitian yaitu di Desa Betenung, Kecamatan Nanga Tayap, Kabupaten Ketapang. Peneliti memilih lokasi tersebut berdasarkan pertimbangan sebagai berikut: (1) Desa Betenung merupakan desa tertua dan menjadi pusat kebudayaan dari suku Dayak Kayong; (2) penduduk Desa Betenung menggunakan bahasa Dayak Kayong sebagai bahasa pergaulan sehari-hari dalam lingkungan masyarakat; (3) desa tersebut menjadi pusat pelaksanaan pendidikan, hal tersebut dibuktikan dengan adanya sekolah, PAUD, SD, dan SLTP; dan (4) mayoritas penduduk Desa Betenung adalah masyarakat Dayak Kayong.
Adapun penelitian sejenis mengenai medan makna yang penulis ketahui yaitu Penelitian mengenai medan makna sudah pernah dilakukan, tetapi penelitian terhadap medan makna verba membawa dalam BDK belum pernah dilakukan penelitian mengenai medan makna dilakukan oleh Jamnah (2011) dengan judul “Medan Makna Verba Melihat Bahasa Melayu Dialek Kapuas Hulu”. Penelitian yang dilakukan oleh Jamnah menjadikan verba melihat dalam bahasa Melayu dialek Kapuas Hulu yang merupakan bahasa sehari-harinya sebagai objek kajian. Penelitian mengenai medan makna berikutnya dilakukan oleh Mella Suhardany (2011) dengan judul “Medan Makna Verba Jatuhdalam Bahasa Melayu Sambas”. Penelitian yang dilakukan Mella bertujuan mendeskripsikan komponen makna, jenis makna, serta fungsi semantik verba jatuh dalam bahasa Melayu Sambas. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Asteria Endang (2012) dengan judul “Medan Makna Verba Mengambil dalam Bahasa Dayak Banyadu di Kabupaten Landak”. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan komponen makna, jenis makna, dan fungsi semantis verba mengambildalam bahasa Dayak Banyadu.
Penelitian ini disesuaikan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) kelas X SMK. Standar Kompetensi 2: Berkomunikasi dengan bahasa Indonesia setara tingkat Madya dengan Kompetensi Dasar 2.4: Membaca untuk memahami makna kata, bentuk kata, ungkapan dan kalimat dalam konteks bekerja.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah medan makna verba membawa dalam bahasa Dayak Kayong?”. Agar penelitian lebih terarah dan mencapai tujuan yang diinginkan, masalah umum tersebut dirinci menjadi submasalah sebagai berikut. (1) Bagaimanakah komponen-komponen makna dari setiap leksem pada medan makna verba membawa dalam BDK? (2) Bagaimanakah jenis makna pada medan makna verba membawadalam BDK? (3) Bagaimanakah peran semantis pada medan makna verba membawadalam BDK?
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan medan makna verba membawa dalam bahasa Dayak Kayong. Secara khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut. (1) Pendeskripsian komponen-komponen makna dari setiap leksem pada medan makna verba membawa dalam BDK. (2) Pendeskripsian jenis makna pada medan makna verba membawadalam BDK. (3)
Pendeskripsian peran semantis pada medan makna verbamembawadalam BDK. Ruang lingkup dalam penelitian merupakan objek yang akan diteliti. Agar penelitian ini lebih terarah, diperlukan ruang lingkup penelitian yang terfokus pada medan makna. Penelitian difokuskan pada kata-kata yang mengandung medan makna verba membawa yang bermakna denotatif, yaitu adanya aktivitas yang dilakukan oleh manusia terhadap sasaran kegiatan dengan menggunakan anggota tubuh seperti tangan, bahu, kepala, dan sebagainya sehingga sasaran tersebut berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Penelitian ini dilakukan di Desa Betenung, Kecamatan Nanga Tayap, Kabupaten Ketapang. Aspek yang akan diteliti yaitu: (1) komponen makna; (2) jenis makna; dan (3) peran semantis.
Kridalaksana (2008:151) mengatakan bahwa medan makna (semantic field, domain) adalah bagian dari sistem semantik bahasa yang menggambarkan bagian bidang kehidupan atau realitas dalam alam semesta tertentu dan yang direalisasikan oleh seperangkat unsur leksikal yang maknanya berhubungan; misalnya nama warna membentuk medan makna tertentu, begitu pula nama perabot rumah tangga, resep makanan dan minuman, peristilahan penerbangan dan seterusnya.
Menurut Aminudin (dalam Prawirasumantri, 1997:81) medan makna (theory of semantic field) berkaitan dengan teori bahwa perbendaharaan kata dalam suatu bahasa memiliki medan struktur, baik secara leksikal maupun kontekstual, yang dapat dianalisis secara sinkronis, diakronis, maupun paradigmatik.
Verba adalah kelas kata yang biasanya berfungsi sebagai predikat; dalam beberapa bahasa lain verba mempunyai ciri morfologis seperti ciri kala, aspek, persona, atau jumlah. Sebagian besar verba mewakili unsur semantik perbuatan, keadaan atau proses; kelas ini dalam bahasa Indonesia ditandai dengan kemungkinan untuk diawali dengan kata tidakdan tidak mungkin diawali dengan kata seperti sangat, lebih, dan sebagainya; misalnya datang, naik, kerja, dan sebagainya (Kridalaksana, 2008:254).
Menurut Prawirasumantri (1997:87) komponen makna atau komponen semantik (semantik feature, semantik property, atau semantik marker) mengajarkan bahwa setiap kata atau unsur leksikal terdiri atas satu atau beberapa unsur yang bersama-sama membentuk makna kata atau unsur leksikal tersebut.
Menurut Prawirasumantri (1997:117) makna dapat digolongkan menjadi dua, yaitu makna leksikal dan makna kontekstual. Makna leksikal terdiri atas (a) makna konseptual yang meliputi makna generik dan makna spesifik, (b) makna asosiatif yang meliputi makna konotatif, makna afektif, makna stilistik, makna kolokatif, serta makna idiomatik. Makna kontekstual terdiri atas (a) makna gramatikal dan (b) makna tematikal.
Makna leksikal disebut juga lexical meaning, semantic meaning, dan external meaning adalah makna yang terdapat pada kata yang berdiri sendiri (terpisah dari kata yang lain) baik dalam bentuk dasar maupun dalam bentuk kompleks atau turunan, dan makna yang relatif tetap seperti yang kita lihat dalam kamus (Prawirasumantri, 1997:118).
Makna kolokatif biasanya berhubungan dengan penggunaan beberapa kata di dalam lingkungan yang sama (Pateda, 2010:110). Kalau seseorang berkata garam, gula, ikan, sayur, terong, dan tomat, kata-kata ini berhubungan dengan lingkungan dapur. Kalau seseorang menyebut daftar gaji, kertas, lem, mesin ketik, dantinta, maka bayangan kita adalah kantor atau sekolah.
Prawirasumantri (1997:140) mengatakan makna tematikal adalah makna yang dikomunikasikan oleh pembicara atau penulis, baik dari urutan kata-kata, fokus pembicaraan, maupun penekanan pembicaraan.
Kridalaksana (2008 : 187) mengatakan bahwa peran adalah hubungan predikator dengan sebuah nomina, sedangkan semantis (Kridalaksana, 2008:216) adalah berhubungan dengan ilmu tentang makna dalam bahasa. Jadi, peran semantis adalah hubungan predikat dengan nomina dalam menentukan makna suatu bahasa. Berhubungan dengan peran dan makna dalam menentukan peran menjadi sulit sebab peran dan makna terjalin erat, tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain. Perhatikan contoh berikut ini.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan suatu cara penelitian yang dilakukan dengan mencatat dan menganalisis bahasa pada suatu masa tertentu dan bersifat sezaman. Metode ini digunakan untuk memberikan gambaran sebagaimana adanya tentang verba BDK. Menurut Best (dalam Darmadi, 2011:145) metode deskriptif adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya. Metode deskriptif itu menyarankan bahwa penelitian dilakukan semata-mata hanya berdasarkan fakta yang ada dan fenomena yang memang secara empiris hidup pada penuturnya sehingga yang dihasilkan atau berupa pemerian bahasa yang biasa yang dikatakan sifatnya seperti potret, paparan seperti apa adanya.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian dengan penjelasan secara rinci.
Data dalam penelitian ini adalah kalimat atau ujaran yang mengandung medan makna verba membawa yang mencakup komponen makna makna, jenis makna, dan fungsi semantis verba membawa dalam BDK khususnya pada masyarakat Desa Betenung, Kecamatan Nanga Tayap. Sumber data dalam penelitian ini adalah BDK yang dituturkan oleh MDK. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil dua inforrman dengan syarat yang telah ditentukan. Kedua informan dipilih dengan alasan bahwa mereka benar-benar mengerti BDK. Jumlah informan disesuaikan dengan jumlah instrumen yang digunakan agar memudahkan peneliti dalam memperoleh data.
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah teknik komunikasi langsung (wawancara) dan teknik pemancingan. Menurut Lincoln dan Guba (dalam Syamsudin dan Vismaia, 2009:94) wawancara adalah suatu percakapan dengan tujuan. Tujuan dilakukan wawancara untuk memperoleh
kontruksi yang terjadi sekarang tentang orang, kejadian, aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi, pengakuan, kerisauan, dan sebagainya.
Pada dasarnya, percakapan atau wawancara itu diwujudkan dengan pemancingan. Untuk mendapatkan data, peneliti pertama-tama harus dengan segenap kecerdikan dan kemauannya memancing seseorang atau beberapa orang agar berbicara. Kegiatan memancing itu dapat dipandang sebagai teknik dasarnya, dan disebut teknik pancing (Sudaryanto, 1993:137).
Alat yang digunakan dalam penelitian mengenai medan makna verba membawa dalam BDK adalah penulis sendiri sebagai instrumen kunci. Proses pengerjaan dibantu dengan instrumen penunjang. Adapun instrument yang dimaksud adalah sebagai berikut. (1) instrumen berupa daftar pertanyaan. (2) pemancingan dengan menggunakan gambar. (3) Peragaan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Analisis komponen makna terhadap leksem verba membawa digunakan metabahasa yang terungkap dalam pemberian makna terhadap suatu leksem, yaitu sebagai berikut. (1) Dari sudut pandang arah membawa ditemukan komponen makna, ke atas, ke bawah, ke depan, ke belakang, ke samping. (2) Dari sudut pandang jarak ditemukan komponen makna, jauh, dekat. (3) Dari sudut pandang masa barang yang dibawa ditemukan komponen makna berat, sedang, dan ringan. (4) Dari sudut pandang jenis barang yang dibawa, ditemukan komponen makna manusia, hewan, tumbuhan, benda cair dan benda padat. (5) Dari sudut pandang tanpa alat (anggota tubuh) ditemukan komponen makna dengan satu tangan, dua tangan, bahu, tengkuk, kepala, punggung, ketiak, gigi, dan pinggang. (6) Dari sudut pandang alat sebagai tempat ditemukan komponen makna tas, ember, baskom, keranjang, bakul, kayu, karung, jirigen, ambin, dan tandu. (7) dari sudut pandang alat sebagai pembawa ditemukan komponen makna air, sepeda, sepeda motor, mobil, perahu, dan gerobak. (8) Dari sudut pandang posisi badan ditemukan komponen makna berdiri, duduk, membungkuk, jongkok, dan jinjit. (8) Dari sudut pandang ukuran ditemukan komponen makna besar, sedang, dan kecil. (9) dari sudut pandang posisi tangan ditemukan komponen makna menggenggam, mengerucut, terbuka, ke atas, ke bawah. (10) dari sudut pandang jumlah ditemukan komponen makna satu, beberapa, banyak. (11) Dari sudut pandang waktu ditemukan komponen makna pagi, siang, sore, malam. (12) Dari sudut pandang tujuan ditemukan komponen makna, untuk disimpan, dipindahkan, digunakan, dijual, dibuang, dimakan. (13) dari sudut pandang emosi ditemukan komponen makna paksa, kekerasan, diam-diam, dan biasa. (14) dari sudut pandang pelaku ditemukan komponen makna laki-laki dewasa, wanita dewasa, anak laki-laki, anak perempuan, sendiri, berdua, dan ramai.
Berdasarkan komponen makna di atas, ditemukan dua kelompok verba membawadalam BDK, yaitu membawa menggunakan alat dan tanpa alat. Berikut leksem-leksem verba membawa dalam BDK yang tidak menggunakan alat yaitu,
sedangkan leksem-leksem verba membawa dengan ‘alat sebagai tempat’yaitu, membawa dengan ‘alat sebagai pembawa’ yaitu, dan.
Pembahasan
a. Membawa tanpa Alat
(1) Leksem ‘memikul’
adalah kegiatan membawa barang dengan meletakan barang tersebut di atas bahu. Barang yang dibawa dapat berupa kayu dan bibit karet. dapat dilakukan oleh orang dewasa karena barang yang dibawa memiliki bobot yang berat.
(2) Leksem ‘menyeret’
adalah kegiatan menghela maju barang yang dibawa secara paksa. Objek yang diseret bergeser di atas tanah atau air dan memiliki masa yang berat. Kegiatan ini hanya dapat dilakukan oleh orang dewasa karena objek yang dibawa memiliki masa yang berat.
(3) Leksem ‘menenteng’
adalah kegiatan membawa barang dengan tangan sebelah. Jika dilihat dari anggota badan yang digunakan adalah tangan sebelah, maka barang yang dibawa adalah barang yang memiliki masa yang ringan. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh orang dewasa dan anak-anak.
(4) Leksem ‘mengangkat’
Leksem memiliki makna meninggikan, membawa ke atas, atau menaikkan. Untuk barang yang memiliki masa yang ringan, anggota tubuh yang digunakan hanyalah satu tangan. Barang yang memiliki masa yang berat, menggunakan dua tangan.
(5) Leksem ‘menggotong’
adalah membawa barang yang berat secara bersama-sama dua orang atau lebih. Barang yang dibawa memiliki masa yang berat dan berukuran besar seperti kayu atau sebuah lemari besar.
hanya dapat dilakukan oleh orang dewasa. (6) Leksem ‘memapah’
adalah kegiatan membawa orang berjalan dengan menyangga tangan orang itu ke bahu kita. Orang yang dipapah adalah orang yang tidak bisa berjalan karena mengalami kecelakaan. Kegiatan memapah dapat dilakukan oleh orang dewasa dan anak-anak, dengan catatan bahwa yang dipapah berat badannya kurang lebih sama atau lebih ringan dari orang yang memapah.
(7) Leksem ‘menggendong’
adalah kegiatan mendukung di pinggang. Yang didukung adalah seorang anak. biasa dilakukan oleh seorang ibu dan ayah, dan bisa juga dilakukan oleh seorang kakak terhadap adiknya.memiliki arti menggendong tanpa menggunakan alat
atau gendongan.
(8) Leksem ‘mengangkat’
Leksem memiliki makna membawa dari satu tempat ke tempat lain. Dalam hal ini, leksem mengarah kepada mengangkat jemuran. Dalam BDK, leksem membuat hanya dipakai untuk membawa pakaian yang dijemur, tidak dipakai untuk membawa barang lain selain jemuran
(9) Leksem ‘mengangkat’
Leksem memiliki makna membawa barang yang memiliki masa dan ukuran yang sedang. Dalam BDK kata mengangkat memiliki leksem yang berbeda-beda. Perbedaan leksem tersebut dilihat dari berat dan ukuran barang yang dibawa. Untuk barang yang berukuran sedang dan memiliki berat yang sedang, digunakanlah leksem. (10) Leksem ‘mengangkat’
Leksem mengangkat dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi beberapa leksem dalam BDK. Satu di antaranya adalah. Leksem memiliki makna membawa benda yang berukuran besar dan memiliki masa yang berat. hanya dapat dilakukan oleh orang dewasa, pria dewasa khususnya.
(11) Leksem ‘mengepit’
memiliki makna membawa atau mengimpit di antara lengan dan badan. Barang yang dibawa dengan cara dikepit ini memiliki masa yang ringan dan sedang. dilakukan jika kedua tangan sudah tidak memungkinkan lagi untuk membawa barang lain.
(12) Leksem ‘memanggul’
Leksem memiliki makna membawa di atas bahu. Dalam BDK, objek yang diberupa senjata, yaitu senapan. Saat seseorang pergi berburu, senapan diletakkan di atas bahu atau disengkidang.
(13) Leksem ‘menuntun’
atau menuntun memiliki makna membawa orang lain berjalan sambil memegang tangannya. atau menuntun dilakukan dengan perlahan-lahan. Sasaran dari kegiatan ini adalah anak kecil yang belum pandai berjalan dan orang yang sedang sakit.
(14) Leksem ‘menyompoh’
atau menyompoh memiliki makna membawa atau mendukung anak di atas tengkuk, berarti sasarannya adalah manusia yaitu anak-anak.dan benda padat. Kegiatan ini biasa dilakukan oleh seorang ayah. Ibu-ibu atau perempuan sangat jarang bahkan tidak pernah melakukannya.
(15) Leksem ‘mendorong’
adalah kegiatan menolak atau menyorong dari bagian depan atau bagian belakang suatu benda yang ukurannya besar dan memiliki masa yang berat sehingga pekerjaan ini hanya bisa dilakukan oleh orang dewasa saja. dapat dilakukan sendiri, berdua, ataupun secara
beramai-ramai tergantung dari seberapa berat masa benda yang didorong. (16) Leksem ‘menimang’
memiliki makna memegang anak di telapak tangan lalu diayun-ayunkan dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Sasarannya adalah anak kecil atau bayi. Kegiatan ini dilakukan untuk membuat anak kecil supaya tertidur ataupun hanya sekedar ingin mengajaknya bergurau saja. Kegiatan ini hanya dapat dilakukan oleh orang dewasa.
(17) Leksem ‘menggigit’
memiliki makna membawa sesuatu menjepitnya dengan gigi. Yang dibawa berupa benda padat seperti makanan ataupun sendok seperti permainan membawa kelereng di dalam sendok. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh anak kecil dan orang dewasa.
(18) Leksem ‘menggenggam’
memiliki makna memegang dengan tangan terkepal. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh orang dewasa dan anak-anak. Benda yang digenggam memiliki ukuran yang sedang dan kecil seperti kerikil dan beras. (19) Leksem ‘menarik’
Leksem memiliki makna menghela supaya ke luar atau membawa ke luar. Sasaran yang ditarik memiliki masa yang berat. Sasaran dapat berupa benda padat seperti kayu ataupun hewan yang memiliki bobot yang berat. Kegiatan ini hanya dapat dilakukan oleh orang dewasa.
(20) Leksem ‘memondong’
Leksem memiliki makna membawa anak, seseorang, atau sesuatu dengan meletakkannya di atas kedua belah tangan di depan dada. Sesuatu yang dimaksud dapat berupa benda padat seperti kayu bakar, buku, dan sebagainya. Barang yang dibawa memiliki bobot yang cukup berat.
(21) Leksem ‘menggulingkan’
Leksem memiliki makna mendorong supaya berguling. Sesuatu yang digulingkan memiliki masa yang berat seperti batu besar ataupun kayu gelondongan. Kegiatan ini hanya dapat dilakukan oleh orang dewasa Karena objek yang digulingkan memiliki masa yang berat. b. Membawa dengan Alat Sebagai tempat
(1) Leksem ‘menjinjing’
merupakan kegiatan membawa barang dengan sebelah tangan dan posisi tangan ke arah bawah. Barang yang dibawa dengan cara
ini memiliki masa yang tidak terlalu berat. dapat dilakukan oleh anak-anak dan orang dewasa karena barang yang dibawa adalah barang yang memiliki bobot yang ringan dan jumlah yang sedikit. Benda yang dijinjing disimpan dalam suatu wadah yang berupa tas ataupun keranjang belanjaan. Perhatikan contoh berikut.
(2) Leksem ‘memikul’
adalah kegiatan membawa barang dengan meletakan barang tersebut di atas bahu. Barang yang dibawa dapat berupa kayu, buah-buahan, sayur dan senjata. dapat dilakukan oleh orang dewasa karena barang yang dibawa memiliki bobot yang berat. Kegiatan
ini biasa dilakukan pada pagi dan sore hari. (3) Leksem ‘mengangkat’
Leksem memiliki makna membawa barang dari satu tempat ke tempat lain. Sasaran yang dibawa dalam kegiatan ini beragam. Mulai dari manusia, tumbuhan, benda cair, dan benda padat.
dapat dilakukan anak-anak dan orang dewasa. (4) Leksem ‘menjunjung’
memiliki makna membawa sesuatu di atas kepala. Alat-alat yang digunakan dalam menjunjung dapat berupa keranjang, ember, baskom, dan lain sebagainya. Keranjang yang dimaksud disini adalah bakul besar yang anyamannya kasar-kasar. Benda yang dijunjung memiliki masa yang cukup berat, ukuran yang besar dan jumlah yang banyak.
(5) Leksem ‘mengangkat’
Leksem sebenarnya sama dengan mengangkat. Dalam BDK, lebih dikhususkan pada mengangkat air dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan ember atau baskom besar. Untuk menentukan verba yang digunakan dalam mengangkat air, dapat dilihat dari jumlah air yang dibawa. Jika air yang dibawa hanya sedikit, maka digunakanlah leksem
. Jika air yang diangkat memiliki volume yang banyak, maka digunakanlah leksem.
(6) Leksem ‘mengambin’
memiliki mendukung dengan ambin. Jika alat yang digunakan berupa kain, maka yang diambin adalah anak atau manusia. Jika alat yang digunakan berupa ambinan yang terbuat dari anyaman berupa rotan atau bambu kecil, maka yang dibawa adalah berupa kayu, sayuran, atau buah. Menentukan objek yang dibawa dalam leksem dapat dilihat dari alat yang digunakan.
(7) Leksem ‘mengemban’
memiliki makna membawa dengan sandang. Sandang adalah tali (dari kulit, kain, rotan, dan sebagainya) yg dipakai untuk membawa sesuatu dengan disampirkan di bahu atau disilangkan di dada. Sandang biasa juga disebut dengan selendang atau selempang. Sasarannya adalah anak kecil atau bayi.
(8) Leksem ‘berjaja’
memiliki makna menawarkan barang dagangan dengan pergi berkeliling. Yang dijajakan berupa makanan, sayur, buah-buahan, dan pakaian. dapat dilakukan oleh anak kecil dan orang dewasa. Anak kecil lebih sering menjajakan barang berupa makanan karena tidak terlalu berat. Barang yang dijajakan berupa sayur, buah, ataupun pakaian lebih sering dijajakan oleh orang dewasa.
(9) Leksem ‘menggiring’
Leksem memiliki makna mehalau binatang ke suatu tempat. Leksem ini digunakan untuk sasaran yang berupa hewan atau binatang. Menghalau hewan peliharaan dapat menggunakan alat yang berupa kayu.
memiliki makna mengusung atau membawa dengan tandu. Tandu adalah usungan berupa kursi atau rumah-rumahan kecil yang terbuat dari terpal dan sebagainya. Orang yang ditandu adalah orang yang sakit atau tidak bisa berjalan sama sekali. Penandu atau orang yang mengusung tandu minimal harus ada dua orang. Perhatikan contoh berikut. c. Membawa dengan Alat sebagai Pembawa
(1) Leksem ‘membonceng’
memiliki makna ikut naik kendaraan beroda dua, seperti sepeda dan sepeda motor. Sasarannya adalah manusia, hewan, tumbuhan dan lain-lain. dapat dilakukan oleh orang dewasa dan anak anak, dengan catatan bahwa mereka sudah mahir menggunakan sepeda atau sepeda motor.
(2) Leksem ‘mengangkut’
memiliki makna memuat dan membawa. Yang diangkut dapat berupa orang atau barang dalam jumlah yang banyak. Alat angkutan yang digunakan juga memiliki kapasitas angkutan yang memadai, seperti perahu, sepeda, sepeda motor, mobil, truk, gerobak dan sebagainya.
(3) Leksem ‘berakit’
memiliki makna memakai atau membawa rakit. Yang dibawa dalam kegiatan berakit ini adalah balok kayu. Alat yang digunakan adalah air. Air berperan sebagai alat pembawa, manusia hanya mengarahkan rakit selama berada
d. Makna Kolokatif
Makna kolokatif yang terkumpul dalam penelitian ini adalah, kata
berada dalam satu lingkungan yang sama yaitu membawa dengan menggunakan anggota tubuh berupa kepala. Kata
danberada dalam satu lingkungan yang sama yaitu membawa dengan menggunakan anggota tubuh berupa
bahu.Kata danberada dalam satu lingkungan yang sama yaitu membawa dengan menggunakan anggota tubuh berupa tangan. Kata
danberada dalam satu lingkungan yang sama yaitu membawa dengan menggunakan anggota tubuh berupa pinggang.
e. Peran Semantis pada Medan Makna Verba Membawa dalam BDK
Peran semantis adalah kegunaan makna dalam suatu bahasa. Deskripsi peran semantis dalam medan makna verba membawa dalam BDK yang terkumpul dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
(1) Membawa tanpa Alat
(a) Leksem ‘memikul’ peran semantis untuk membawa barang dengan meletakkannya di atas bahu dan yang dibawa berupa benda padat seperti kayu. Masa barang yang dipikul adalah sedang dan berat (b) Leksem ‘menyeret’ peran semantis menarik maju
barang-barang tertentu, barang-barang yang diseret bergeser di atas tanah. Menyeret dilakukan untuk benda yang memiliki masa yang berat.
(c) Leksem ‘menenteng’ peran semantis untuk membawa sesuatu dengan tangan sebelah dan barang yang dibawa memiliki masa yang ringan.
(d) Leksem ‘mengangkat’ peran semantis untuk membawa ke atas, menaikan, meninggikan benda dengan masa yang ringan.
(e) Leksem ‘mengangkat’ peran semantis untuk membawa dari satu tempat ke tempat yang lain yang dibawa berupa benda ringan dan benda yang memiliki masa sedang.
(f) Leksem ‘menggotong’ peran semantis untuk membawa bersama-sama oleh dua orang atau lebih yang dibawa adalah barang yang berat sehingga membutuhkan dua orang atau lebih untuk membawa barang tersebut.
(g) Leksem ‘memapah’ peran semantis untuk menolong orang berjalan dengan menyangga tangan orang itu, sasarannya adalah manusia. Massa yang dibawa adalah sedang dan berat.
(h) Leksem ‘menggendong’ peran semantis untuk mendukung di belakang atau dipinggang yang dibawa adalah manusia. Masa yang dibawa adalah sedang dan berat.
(i) Leksem ‘mengangkat’ peran semantis untuk membawa dari satu tempat ke tempat yg lain, yang dibawa berupa pakaian dan masa barang adalah ringan.
(j) Leksem ‘mengangkat’ peran semantis untuk membawa dari satu tempat ke tempat lain dan yang dibawa adalah benda dengan masa yang sedang.
(k) Leksem ‘mengangkat’ peran semantis untuk membawa dari satu tempat ke tempat lain yang dibawa adalah benda dengan masa yang berat.
(l) Leksem ‘mengepit’ peran semantis untuk membawa atau mengimpit di antara lengan dan badan, tepatnya di ketiak yang dibawa adalah benda dengan masa yang ringan.
(m)Leksem ‘memanggul’ peran semantis untuk membawa di atas bahu; menjulang, yang dibawa adalah senjata (senapan). Barang yang dibawa memiliki masa yang ringan.
(n) Leksem ‘menuntun’ peran semantis untuk membimbing (dengan menggandeng tangan) yang dituntun adalah anak kecil yang belum pandai berjalan, yang dibawa memiliki masa sedang.
(o) Leksem ‘mendorong’ peran semantis untuk menolak dari bagian belakang atau bagian depan; mendorong benda padat yang memiliki masa sangat berat.
(p) Leksem ‘menimang’ peran semantis untuk memegang anak atau menaruh anak di tangan lalu diayun-ayunkan. Masa yang dibawa sedang.
(q) Leksem ‘menggigit’ peran semantis untuk menjepit (mencekam dan sebagainya) dengan gigi yang dibawa berupa makanan
dan benda padat yang memiliki masa ringan.
(r) Leksem ‘menggenggam’ peran semantis untuk memegang dengan tangan terkepal yang dibawa adalah benda yang berukuran kecil dan padat seperti pasir, gula, dan sebagainya. Benda yang dibawa memiliki masa ringan.
(s) Leksem ‘menarik’ peran semantis untuk menghela supaya dekat, maju, ke atas, ke luar dan sebagainya. Yang ditarik adalah benda padat yang ukurannya panjang dan berat.
(t) Leksem ‘memondong’ peran semantis untuk membawa anak, seseorang, atau sesuatu dng meletakkannya di atas kedua belah tangan di depan dada, dengan demikian yang dibawa adalah anak-anak dan benda yang memiliki masa sedang.
(u) Leksem ‘menggulingkan’ peran semantis untuk benda padat dan besar yang ukurannya agak bulat serta memiliki masa yang berat.
(2) Membawa dengan Alat sebagai Tempat
(a) Leksem ‘menjinjing’ peran semantis untuk membawa sesuatu dengan posisi tangan ke bawah dan tidak terlalu erat memegangnya yang dibawa adalah benda dengan masa yang ringan. (b) Leksem ‘memikul’ peran semantis untuk membawa barang
dengan menggantungkannya di tongkat (pikulan) yang ditaruh di atas bahu yang dibawa adalah kayu dan hewan. Benda yang dibawa memiliki masa yang berat.
(c) Leksem ‘mengangkat’ peran semantis untuk membawa dari satu tempat ke tempat yang lain dengan menggunakan alat seperti ember, baskom, dan sebagainya yang dibawa adalah benda padat maupun cair dengan masa yang ringan.
(d) Leksem ‘menjunjung’ peran semantis untuk membawa di atas kepala dengan menggunakan alat seperti bakul besar, baskom dan sebagainya. Pelakunya adalah perempuan dan yang dibawa adalah benda dengan masa yang berat.
(e) Leksem ‘mengangkat’ peran semantis untuk membawa sesuatu dari satu tempat ke tempat yang lain yang dibawa adalah air dalam jumlah yang banyak dan memiliki masa yang berat.
(f) Leksem ‘mengambin’ peran semantis untuk menggendong atau mendukung dengan ambin, sasarannya adalah manusia (anak-anak) dan memiliki masa yang berat.
(g) Leksem ‘menyandang’ peran semantis untuk menggendong dengan kain atau selendang, sasarannya adalah manusia (anak kecil) yang memiliki masa yang sedang.
(h) Leksem ‘menandu’ peran semantis untuk mengusung dengan alat yang disebut tandu, sasarannya adalah manusia dengan masa yang berat.
(i) Leksem ‘menggiring’ peran semantis untuk menghalau binatang ke suatu tempat dengan menggunakan alat seperti kayu
dengan masa yang ringan.
(j) Leksem ‘menjajakan’ peran semantis untuk pergi berkeliling membawa dan menawarkan barang dagangan yang memiliki masa yang ringan dan sedang.
(3) Membawa dengan Alat Sebagai Pembawa
(a) Leksem ‘membonceng’ peran semantis untuk membawa orang atau barang menggunakan kendaraan, yang menjadi sasaran adalah manusia dan benda atau barang dengan jumlah yang banyak dan masa yang berat.
(b) Leksem ‘mengangkut’ peran semantis untuk mengangkat dan membawa barang berat atau manusia mengunakan truk atau kendaran lain.
(c) Leksem ‘berakit’ peran semantis untuk membawa benda seperti balok kayu dengan menghanyutkannya di air. Balok kayu yang dibawa memiliki masa yang berat.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan analisis mengenai medan makna verba membawadalam BDK dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa verba membawa memiliki istilah yang berbeda-beda untuk menamai atau menyebut kegiatan membawa. Simpulan yang didapatkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Verba membawa yang didapat dari BDK, yang tidak menggunakan alat adalah,
Medan makna verba membawa dalam BDK yang
menggunakan alat
Medan makna verba membawa dengan alat sebagai pembawa, yaitu dan
(2) Komponen makna yang ada yaitu arah membawa, jarak, masa, sasaran, tanpa alat (anggota tubuh), dengan alat, posisi badan, posisi tangan, ukuran, jumlah, waktu membawa, tujuan, emosi, dan pelaku. (3) Jenis makna yang terdapat dalam BDK, yaitu makna leksikal, makna kolokatif, makna kontekstual, makna gramatikal, dan makna tematikal. (4) Peran semantis dari leksem-leksem medan makna verba membawa adalah untuk manusia, hewan, tumbuhan, benda cair, dan benda padat.
Saran
Berdasarkan pendeskripsian yang telah diperoleh, maka diberikan saran sebagai berikut. (1) Penelitian mengenai medan makna verba membawa dalam BDK merupakan penelitian yang membahas tentang aspek jangkauan atau hubungan makna kata dalam bidang semantik. Oleh sebab itu, peneliti berharap adanya penelitian lanjutan mengenai medan makna verba membawadalam BDK, karena masih sedikitnya data yang peneliti dapatkan seperti medan makna verba
membawa dengan alat sebagai pembawa yang hanya ada tiga leksem. Bagi yang akan melanjutkan penelitian ini agar dapat mengumpulkan data yang lebih lengkap terutama data yang belum didapat oleh peneliti. (2) Peneliti mengalami berbagai kesulitan, di antaranya adalah kesulitan memperoleh data. Kesulitan memperoleh data tersebut disebabkan oleh sedikitnya waktu yang dimiliki informan untuk berwawancara dengan peneliti karena kesibukan-kesibukan yang dimiliki oleh informan. Untuk itu, peneliti berharap kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan berbagai persiapan agar tidak mengalami kesulitan seperti yang dialami peneliti terdahulu.
DAFTAR RUJUKAN
AR, Syamsudin dan Vismaia Damaianti. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa.Bandung: Remaja Rosdakarya.
Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Pateda, Mansoer. 2010. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.
Prawirasumantri, Abud dkk. 1997. Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.